Top Banner

of 28

Chapter Lll Vl

Oct 12, 2015

Download

Documents

Zul Rahmansyah

sm2
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • BAB 3

    KERANGKA PENELITIAN

    1. Kerangka Konseptual

    Kerangka konseptual merupakan suatu uraian dan visualisasi

    hubungan atau kaitan antara penggeneralisasian satu terhadap

    penggeneralisasian yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan

    variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010).

    Kerangka konseptual di bawah ini untuk mengidentifikasi hubungan faktor

    psikologis dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok pada remaja.

    Keterangan: Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti

    Skema 3.1. Faktor resiko perilaku merokok pada remaja

    Perilaku Merokok Pada remaja:

    Derajat Merokok Remaja

    Tempat Merokok Remaja

    Management of Affect

    Faktor Psikologis: bosan, menghadapi stres ataupun tekanan, kelihatan gagah, relaksasi ataupun ketenangan, memicu ide ataupun inspirasi dan gambaran diri.

    Faktor Biologis

    Faktor Lingkungan: orang tua ataupun saudara kandung, teman, lingkungan tempat tinggal, dan iklan/reklame di media.

    Faktor Regulatori

    Universitas Sumatra Utara

  • 2. Definisi Operasional

    Tabel 3.1. Definisi operasional untuk variabel dependen dan independen

    penelitian.

    NO

    Variabel

    Definisi

    Alat Ukur

    Hasil Ukur

    Skala

    1. Variabel Dependen Perilaku merokok pada remaja

    Tingkatan atau jumlah dari tindakan membakar tembakau dan menghirup asap rokok dengan menggunakan alat (pipa) atau langsung dari rokoknya kemudian menghembuskannya kembali asap ke udara yang dilakukan di lokasi/tempat tertentu oleh remaja SMP Negeri di Kec. Percut Sei Tuan.

    Kuesio- ner

    Derajat perilaku merokok : Ringan, dengan skor 10 20 Sedang, dengan skor 21 30 Berat, dengan skor 31 40

    Interval

    2. Variabel Independen

    Faktor resiko perilaku merokok pada remaja: Faktor Psikolo- gis

    Keadaaan atau situasi dalam jiwa remaja yang menyebabkan perilaku merokok pada remaja SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan yang di lakukan pada saat bosan, menghadapi stres ataupun

    Kuesio- ner

    Faktor psikologis : Ringan, dengan skor 0 4 Sedang, dengan skor 5 7 Berat, dengan skor

    Interval

    Universitas Sumatra Utara

  • Faktor resiko perilaku merokok pada remaja: Faktor Lingku- ngan

    tekanan, kelihatan gagah, relaksasi ataupun ketenangan, memicu ide/inspirasi dan gambaran diri Keadaaan atau situasi lingkungan remaja yang menyebabkan perilaku merokok pada remaja SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan yang disebabkan karena orang tua ataupun saudara kandung, teman, dan iklan/reklame di media.

    Kuesi- oner

    8 10 Faktor lingkungan: Ringan, dengan skor 0 3 Sedang, dengan skor 4 6 Tinggi, dengan skor 7 8

    Interval

    3. Hipotesa Penelitian

    Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa null :

    3.1 Tidak ada hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku

    merokok remaja.

    3.2 Tidak ada hubungan antara faktor lingkungan dengan perilaku

    merokok remaja.

    Universitas Sumatra Utara

  • BAB 4

    METODE PENELITIAN

    1. Desain Penelitian

    Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan

    dalam melakukan prosedur penelitian (Hidayat, 2007). Desain yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional dengan pendekatan

    korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor psikologis dan

    faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan

    Percut Sei Tuan.

    2. Populasi dan Sampel Penelitian

    2.1 Populasi Penelitian

    Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

    tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian ini

    adalah seluruh siswa (murid laki-laki) SMP Negeri di Kecamatan Percut

    Sei Tuan sebanyak 2071 orang siswa. Dimana rincian dari jumlah siswa

    dari seluruh SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan adalah sebagai

    berikut: a) SMP Negeri 1 Kecamatan Percut Sei Tuan, yang mana

    siswanya sebanyak 389 orang. b) SMP Negeri 2 Kecamatan Percut Sei

    Tuan, yang mana siswanya sebanyak 556 orang. c) SMP Negeri 3

    Kecamatan Percut Sei Tuan yang mana siswanya sebanyak 320 orang. d)

    SMP Negeri 4 Kecamatan Percut Sei Tuan yang mana siswanya sebanyak

    Universitas Sumatra Utara

  • 265 orang. e) SMP Negeri 5 Kecamatan Percut Sei Tuan, yang mana

    siswanya sebanyak 204 orang f) SMP Negeri 6 Kecamatan Percut Sei

    Tuan yang mana siswanya sebanyak 289 orang. g) SMP Negeri 7

    Kecamatan Percut Sei Tuan yang mana siswanya sebanyak 48 orang.

    Maka jumlah populasi siswanya sebanyak 2071 orang.

    2.2 Sampel Penelitian

    Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau

    sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat,

    2007). Dalam Nursalam (2009) jika jumlah populasi lebih dari 1000 orang

    maka besar sampel yang diambil 10% - 20% sudah cukup. Jadi dalam

    penelitian ini sampel yang diambil adalah 20% dari 2071 populasi yaitu

    414 orang (digenapkan dari 414,2).

    Pelaksanaan penelitian ini sampel tidak mencukupi dari yang sudah

    ditentukan (414 orang) karena peneliti mendapatkan kendala yang

    disebabkan siswa (murid laki-laki) yang masih aktif merokok tidak sampai

    414 orang di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan, sehingga peniliti

    mengambil sampel sebanyak 196 orang. Teknik pengambilan sampel ini

    adalah accidental sampling, dimana peneliti mengambil sampel yang

    sesuai dengan kriteria penelitian dan yang ditemukan pada saat itu tanpa

    melewati proses randomisasi (Notoatmodjo, 2010). Proses randomisasi

    tidak dilakukan karena peneliti mengalami kesulitan terutama dalam hal

    waktu untuk menskrining para siswa yang sesuai dengan kriteria sampel

    Universitas Sumatra Utara

  • penelitian. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah siswa yang masih

    aktif merokok dari seluruh siswa di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei

    Tuan.

    3. Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei

    Tuan. Alasan peneliti memilih tempat penelitian karena belum ada yang

    meneliti hubungan faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan

    perilaku merokok pada remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan

    ini sebelumnya. Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan pada

    bulan Oktober s/d November 2013.

    4. Pertimbangan Etik

    Melakukan penelitian ini peneliti terlebih dahulu mengajukan

    permohonan pada bagian pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas

    Sumatera Utara untuk melakukan studi pendahuluan dalam penyusunan

    proposal ini. Kemudian dengan pengantar tersebut peneliti akan

    memberikan kuesioner kepada responden yang akan diteliti dengan

    terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada

    responden dengan menekankan pada masalah yang meliputi:

    1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

    Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

    dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

    persetujuan. Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian

    Universitas Sumatra Utara

  • dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

    responden. Jika subjek bersedia, maka mereka harus

    menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia,

    maka peneliti harus menghormati hak mereka.

    2. Anonimity (Tanpa Nama)

    Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

    jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

    memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

    ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

    atau hasil penelitian yang akan disajikan.

    3. Confidentiality (Kerahasiaan)

    Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

    oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan

    pada hasil riset (Hidayat, 2007).

    5. Instrumen Penelitian

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner

    yang disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjauan

    pustaka. Instrumen pada penelitian ini terdiri dari 3 bagian, yaitu kuisioner

    data demografi responden, kuesioner faktor perilaku merokok, kuesioner

    faktor resiko perilaku merokok pada remaja: faktor psikologis, dan

    kuesioner faktor resiko perilaku merokok pada remaja: faktor lingkungan.

    Universitas Sumatra Utara

  • Kuesioner data demografi berisi: inisial, tanggal, usia, kelas,

    pertama sekali merokok, dan pertanyaan apakah ada anggota keluarga di

    dalam keluarga yang merokok.

    Kuesioner perilaku merokok terdiri dari 10 pernyataan, perokok

    berat 2 pernyataan (nomor 1 dan 10), merokok di tempat umum 3

    pernyataan (nomor 2, 3, dan 4), merokok di tempat pribadi 1 pernyataan

    (nomor 5), merokok di toilet 1 pernyataan (nomor 6), perilaku merokok

    adiktif 1 pernyataan (nomor 7), perokok ringan 1 pernyataan (nomor 8),

    dan perokok sedang 1 pernyataan (nomor 9).

    Kuesioner faktor resiko perilaku merokok: faktor psikologis terdiri

    dari 10 pernyataan, yaitu merokok supaya menunjukkan gambaran diri 2

    pernyataan (nomor 1 dan 10), merokok untuk relaksasi ataupun

    ketenangan 2 pernyataan (nomor 2 dan 4), merokok supaya muncul ide-ide

    ataupun inspirasi 1 pernyataan (nomor 3), merokok dalam keadaan stres

    dan dalam tekanan 3 pernyataan (nomor 5, 6 dan 7), merokok dalam

    keadaan bosan 1 pernyataan (nomor 8), merokok supaya kelihatan gagah 1

    pernyataan (nomor 9).

    Kuesioner faktor resiko perilaku merokok: faktor lingkungan

    terdiri dari 8 pernyataan, yaitu merokok karena orang tua ataupun saudara

    kandung 1 pernyataan (nomor 1), merokok karena lingkungan tempat

    tinggal 2 pernyataan (nomor 5 dan 6), merokok karena teman 4 pernyataan

    (nomor 2, 3, 7 dan 8), merokok karena iklan atau reklame di media 1

    pernyataan (nomor 4).

    Universitas Sumatra Utara

  • Penilaian menggunakan skala Guttman dan skala Likert. Skala

    Guttman dengan jawaban ya bernilai 1 atau tidak bernilai 0 dengan

    total skor terendah pada kuesioner faktor resiko perilaku merokok: faktor

    psikologis dengan total skor terendah 0 serta total skor tertinggi 10,

    dimana 0 4 adalah rendah, 5 7 adalah sedang, dan 8 10 adalah tinggi.

    Serta pada kuesioner faktor resiko perilaku merokok; faktor lingkungan

    dengan total skor terendah 0 serta total skor tertinggi 8, dimana 0 3

    adalah rendah, 4 6 adalah sedang, dan 7 8 adalah tinggi. Skala Likert

    dengan pilihan jawaban jarang (J) bernilai 1, kadang-kadang (K) bernilai

    2, sering (SR) bernilai 3, selalu (SSL) bernilai 4. Total skor terendah

    adalah 10, sedangkan skor yang tertinggi adalah 40. Dimana 10 20

    adalah ringan, 21 30 adalah sedang, dan 31 40 adalah berat.

    6. Validitas dan Reliabilitas

    6.1 Uji Validitas

    Validitas adalah suatu indeks yang menunujukkan alat ukur itu

    benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoadmodjo, 2010). Suatu

    instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi, sebaliknya

    instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

    Instrumen dalam penelitian ini dibuat sendiri oleh peneliti. Untuk

    instrumen baru perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas untuk

    mengetahui seberapa besar derajat kemampuan alat ukur dalam mengukur

    secara konsisten sasaran yang akan diukur.

    Universitas Sumatra Utara

  • Uji validitas instrumen dilakukan oleh dua orang dosen yang ahli

    dalam keperwatan jiwa dan keperawatan komunitas di Fakultas

    Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yaitu Sri Eka Wahyuni,

    S.Kep, Ns, M.Kep dan Lufthiani S.Kep, Ns, M.Kes.

    6.2 Uji Reliabilitas

    Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

    pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

    menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap

    asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala

    yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo,

    2010) yang mana lokasinya di SMP PGRI-9 Kecamatan Percut Sei Tuan

    sebanyak 50 sampel.

    7. Prosedur Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dalam penelitian deskriptif ini dilaksanakan

    dengan langkah-langkah sebagai berikut:

    1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada

    institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU) serta ke Kantor

    Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga.

    2. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh ke tempat

    penelitian (SMP Negeri di Kecamatan Percut Sei Tuan).

    3. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti menentukan

    responden sampel penelitian.

    Universitas Sumatra Utara

  • 4. Menjelaskan pada calon responden tentang prosedur, manfaat

    penelitian, dan cara mengisi kuisioner.

    5. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti

    penelitian.

    6. Calon responden yang bersedia, diminta menandatangani

    informed consent (surat persetujuan) dan pengumpulan data

    dimulai.

    7. Peneliti melakukan pengumpulan data

    8. Analisa Data

    Setelah semua data terkumpul maka peneliti akan mengadakan

    analisa data melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut:

    1. Editing

    Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

    yang diperoleh atau dikumpulkan yang dapat dilakukan pada tahap

    pengumpulan data atau setelah data terkumpul

    2. Coding

    Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

    terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

    sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan

    komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode

    dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali

    melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

    Universitas Sumatra Utara

  • 3. Data Entry

    Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

    dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian

    membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel

    kontigensi.

    4. Melakukan Teknik Analisis

    Analisa dilakukan secara univariat dan bivariat. Analisa univariat

    yaitu melihat distribusi frekuensi dan persentase untuk faktor

    psikologis, lingkungan, dan derajat perilaku merokok remaja. Analisa

    bivariat yaitu menguji hipotesa antara hubungan faktor psikologis

    dengan derajat perilaku merokok remaja, dan hubungan faktor

    lingkungan dengan derajat perilaku merokok remaja dengan

    menggunakan Product Moment Pearson atau biasa disebut Pearsons

    r. Nilai r berkisar antara -1 sampai +1 untuk menunjukkan derajat

    hubungan antara 2 variabel. Nilai 0 menunjukkan tidak ada hubungan

    linear.

    Untuk menafsirkan hasil pengujian statistik tersebut lebih lanjut

    digunakan kriteria penafsiran korelasi menurut Burns dan Grove

    (2001).

    Universitas Sumatra Utara

  • Tabel 4.1. Kriteria penafsiran korelasi

    Nilai r Penafsiran -0,1 sampai -0,3 Korelasi negatif rendah: hubungan negatif

    dengan interpretasi lemah. -0,3 sampai -0,5 Korelasi negatif sedang: hubungan negatif

    dengan interpretasi memadai. Di atas -0,5 Korelasi negatif tinggi: hubungan negatif

    dengan interpretasi kuat. 0,1 sampai 0,3 Korelasi positif rendah: hubungan positif

    dengan interpretasi lemah. 0,3 sampai 0,5 Korelasi positif sedang: hubungan positif

    dengan interpretasi memadai. Di atas 0,5 Korelasi positif tinggi: hubungan positif

    dengan interpretasi kuat.

    Universitas Sumatra Utara

  • BAB 5

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Hasil Penelitian

    Pada bagian ini diuraikan tentang hasil penelitian berdasarkan

    pengumpulan data pada tanggal 7 s/d 13 November 2013 di SMP Negeri

    Kecamatan Percut Sei Tuan terhadap 196 responden. Penyajian data

    meliputi karakteristik responden, perilaku merokok remaja, faktor

    psikologis, faktor lingkungan, dan hubungan faktor psikologis dan faktor

    lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan

    Percut Sei Tuan.

    1.1 Karakteristik Responden

    Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden

    berusia 15 tahun (62,24%) dan merupakan siswa kelas 3 SMP (62,24%).

    Sebagian besar responden (79,08%) pertama sekali merokok awal masuk

    SMP. Sementara itu anggota keluarga responden sebagian besar (62,24%)

    didalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang merokok.

    Universitas Sumatra Utara

  • Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik

    responden SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan (N = 196)

    Karakteristik Responden Frekuensi %

    Usia 13 tahun 21 10,72 14 tahun 53 27,04 15 tahun 122 62,24

    Kelas Kelas 1 SMP 21 10,72 Kelas 2 SMP 53 27,04 Kelas 3 SMP 122 62,24

    Pertama sekali merokok Sekolah Dasar (SD) 41 20,92 Awal masuk SMP 155 79,08

    Anggota keluarga dalam keluarga ada yang merokok

    Ada 74 37,76 Tidak ada 122 62,24

    1.2 Perilaku Merokok Remaja

    Data yang diperoleh dari hasil penelitian bahwa dari semua

    responden yang memiliki perilaku merokok aktif, sebagian besar

    responden (87,25%) dimasukkan pada kategori perilaku merokok ringan.

    Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase perilaku merokok responden

    SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan (N = 196)

    Perilaku Merokok Frekuensi %

    Ringan 171 87,25 Sedang 23 11,73 Berat 2 1,02

    Universitas Sumatra Utara

  • 1.3 Faktor Psikologis

    Dari penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar responden

    (53,06%) menilai faktor psikologis yang menyebabkan perilaku merokok

    termasuk dalam kategori bernilai sedang.

    Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase faktor psikologis responden

    SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan (N = 196)

    Faktor Psikologis Frekuensi %

    Ringan 89 45,41 Sedang 104 53,06 Berat 3 1,53

    1.4 Faktor Lingkungan

    Dari penelitian diperoleh data bahwa sebagian besar responden

    (68,37%) menilai faktor lingkungan yang menyebabkan perilaku merokok

    termasuk kategori sedang.

    Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentase faktor lingkungan responden

    SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan (N = 196)

    Faktor Lingkungan Frekuensi %

    Ringan 46 23,47 Sedang 134 68,37 Berat 16 8,16

    Universitas Sumatra Utara

  • 1.5 Hubungan Faktor Psikologis dan Faktor Lingkungan dengan

    Perilaku Merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan

    Dalam penelitian ini, analisa dilakukan pada hubungan antara

    faktor psikologis dan faktor lingkungan dengan prilaku merokok remaja.

    Dari hasil analisa pada hubungan antara variabel faktor psikologis dengan

    perilaku merokok remaja tersebut didapatkan nilai koefisien korelasi

    Pearson atau r sebesar 0,30 dimana nilai dapat dibaca berdasarkan tabel

    kriteria penafsiran korelasi menurut Burns dan Groove (2001) memiliki

    hubungan positif dengan interpretasi memadai (0,3 < r 0,5 ). Uji hipotesa

    null antara hubungan antara variabel faktor psikologis dengan perilaku

    merokok remaja tersebut diterima karena p-value 0.07 (p > 0,05) sehingga

    bermakna tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan

    dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan.

    Sedangkan antara variabel faktor lingkungan dengan perilaku

    merokok remaja tersebut didapatkan nilai koefisien korelasi Pearson atau r

    sebesar 0,96 , dimana nilai tersebut berdasarkan tabel kriteria penafsiran

    korelasi menurut Burns dan Groove (2001) memiliki hubungan positif

    dengan interpretasi kuat (r > 0,5). Uji hipotesa null antara variabel faktor

    lingkungan dengan perilaku merokok remaja tersebut ditolak karena p-

    value 0.003 (p < 0.05) sehingga bermakna ada hubungan yang signifikan

    antara faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri

    Kecamatan Percut Sei Tuan.

    Universitas Sumatra Utara

  • Tabel 5.5. Hasil analisa hubungan antara faktor psikologis dan faktor

    lingkungan dengan perilaku merokok responden SMP Negeri Kecamatan

    Percut Sei Tuan

    Variabel 1 Variabel 2 r p-value Keterangan

    Faktor Psikologis Perilaku Merokok 0,30 0,07 hubungan Remaja positif dengan interpretasi memadai.

    Faktor Lingkungan Perilaku Merokok 0,96 0,003 hubungan Remaja positif dengan interpretasi kuat.

    2. Pembahasan

    Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan

    untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan faktor psikologis

    dan faktor lingkungan dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri

    Kecamatan Percut Sei Tuan.

    2.1 Perilaku Merokok Remaja

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

    (87,25%) termasuk kategori perilaku merokok ringan yang mana alasan

    seperti dikemukakan Tomkins (1988 dalam Basyir, 2005) dikarenakan

    perilaku merokok remaja dipengaruhi oleh bertambahnya rasa yang

    positif, remaja merokok dipengaruhi perasaan negatif (seperti cemas,

    gelisah, dan marah), perilaku merokok yang adiktif, dan perilaku merokok

    Universitas Sumatra Utara

  • yang sudah menjadi kebiasaan. Perilaku merokok remaja dalam penelitian

    ini diukur berdasarkan frekuensi merokok responden berdasarkan

    pendapat Mutadin (2002 dalam Kasfi, 2004), tempat dimana responden

    menghisap rokok berdasarkan pendapat Basyir (2005), pengaruh stimulus

    eksternal responden terhadap perilaku merokok, ketergantungan, serta

    kebutuhan psikologis yang menyertai konsumsi rokok berdasarkan

    pendapat Tomkins (1988 dalam Basyir, 2005) untuk dikategorikan atas

    perilaku merokok yang ringan, sedang dan berat.

    Dari hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa sebagian besar

    responden (79,08%) mencoba merokok pertama sekali pada waktu yang

    belum lama atau sejak masuk SMP. Perilaku merokok responden dengan

    mencoba rokok pertama sekali belum terlalu lama atau sejak masuk SMP,

    akan berada pada derajat perilaku merokok ringan karena penelitian

    Moolchan dkk (2000 dalam Kasfi, 2004) menunjukkan bahwa tiga fase

    klinikal penting yang mendahului tingkat ketergantungan individu

    terhadap rokok secara positif adalah trial (coba-coba), occasional use

    (sesekali merokok), dan daily use (perokok harian).

    Kemudian sebanyak 20,92% responden mulai merokok pertama

    sekali saat SD dan 79,08% nya lagi sejak awal masuk SMP mulai

    merokok. Hal tersebut sesuai dengan survei yang dilakukan Departemen

    Kesehatan RI di Jakarta (1990 dalam Sitepoe, 2000) dimana laki-laki

    mulai merokok pada usia remaja 12 sampai 15 tahun dan juga sesuai

    Universitas Sumatra Utara

  • pendapat Sitepoe (2000) bahwa di Medan banyak dijumpai anak-anak usia

    Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang sudah merokok.

    2.2 Faktor Psikologis

    Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar

    responden (53,06%) menilai faktor psikologis yang menyebabkan perilaku

    merokok termasuk dalam kategori bernilai sedang. Soetjiningsih (2004)

    mengatakan tentang faktor psikologis yang meliputi rasa ingin tahu untuk

    mencoba sesuatu yang dianggap baru, untuk relaksasi ataupun ketenangan,

    berhubungan dengan gambaran diri, dalam stres ataupun tekanan, rasa

    bosan, ingin terlihat gagah, dan sifat suka menantang akan didapati pada

    setiap remaja. Sementara itu Gunarsa dan Gunarsa (2003), berpendapat

    seorang remaja bisa memperlihatkan perilaku merokok yang tampil

    sebagai pelarian-pelarian karena mengalami kesulitan dalam mengikuti

    pelajaran-pelajaran di sekolah dan kesulitan bersumber pada kemampuan

    dasar yang kurang baik, taraf kemampuan terletak dibawah rata-rata dan

    seorang remaja bisa memperlihatkan perilaku yang tampil sebagai sikap

    menentang, sikap tidak mudah menerima nasihat-nasihat orang lain, serta

    sikap kompensatoris.

    Ditinjau dari aspek periode perkembangan remaja (middle

    adolescence), Hidayat (2009) mengemukakan remaja penuh konflik

    karena remaja bingung di satu pihak masih anak-anak, tetapi di pihak lain

    harus bertingkah laku seperti orang dewasa dan penuh dengan kesukaran,

    Universitas Sumatra Utara

  • bukan masa-masa yang indah serta penuh romantika seperti orang-orang

    lain tanggapi. Adams dan Galotta (1983 dalam Sarwono, 1997) juga

    berpendapat tentang cara menghadapi remaja bukanlah pekerjaan yang

    mudah dalam membantu menyelesaikan masalah mereka.

    2.3 Faktor Lingkungan

    Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar

    responden (68,37%) menilai faktor lingkungan yang menyebabkan

    perilaku merokok termasuk dalam kategori bernilai sedang. Dariyo (2002)

    menyatakan usia remaja merupakan masa dimana remaja berupaya untuk

    mencari dan membentuk persahabatan dengan teman kelompok sebayanya

    serta menomorsatukan hubungan dengan temannya dibandingkan dengan

    keluarganya.

    Sebagaimana Soetjiningsih (2004) juga mengatakan bahwa

    lingkungan berkaitan erat dengan remaja serta penggunaan tembakau

    antara tiap individu maupun melihat reklame tembakau. Dapat

    diasumsikan juga bahwa faktor lingkungan ini mengambil faktor resiko

    supaya responden menjadi merokok.

    Dari hasil penelitian juga diperoleh data bahwa sebagian besar

    responden (62,24%) memiliki anggota keluarga dalam keluarga yang tidak

    merokok. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ali dan Asrori (2004) bahwa

    bukan di lingkungan keluarga saja yang menyebabkan remaja hidup dalam

    kesehariannya dan menjadi terpengaruh merokok, akan tetapi lingkungan

    Universitas Sumatra Utara

  • sekolah serta lingkungan masyarakat juga menjadi lingkungan hidup

    keseharian remaja yang dapat mempengaruhi perilaku remaja tersebut.

    2.4 Hubungan Faktor Psikologis dan Faktor Lingkungan dengan

    Prilaku Merokok Remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei

    Tuan

    2.4.1 Hubungan Faktor Psikologis dengan Prilaku Merokok Remaja di

    SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan

    Hasil analisa statistik dalam penelitian ini adalah bahwa faktor

    psikologis yang terdiri dari situasi kondisi yang mengakibatkan remaja

    menghadapi stres, tekanan, ingin kelihatan gagah, saat bosan, tenang,

    memicu inspirasi, serta gambaran diri dan faktor lingkungan yang terdiri

    dari situasi kondisi dari orang tua, saudara kandung, teman, serta

    iklan/reklame di media yang menyebabkan remaja merokok.

    Hubungan antara variabel faktor psikologis dengan perilaku

    merokok remaja tersebut didapatkan nilai p-value 0,07 sehingga dapat

    disimpulkan hipotesa null diterima, dimana p > 0,05 artinya bahwa

    pernyataan tidak ada hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku

    merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan diterima.

    Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan yang dikemukakan Soetjiningsih

    (2004) yang menyatakan remaja akan merokok dikarenakan rasa ingin

    tahu untuk mencoba yang dianggap baru, untuk relaksasi ataupun

    Universitas Sumatra Utara

  • ketenangan, berhubungan dengan gambaran diri, dalam stres ataupun

    tekanan, rasa bosan, ingin terlihat gagah, dan sifat suka menantang.

    Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan yang dikemukakan

    Mausner dan Platt (1971 dalam Oskamp, 1984) menyatakan motif

    seseorang merokok adalah: a). Kebiasaan, yang mana perilaku merokok

    menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif

    yang bersifat negatif atau pun positif. Seseorang merokok hanya untuk

    meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu. b). Reaksi emosi positif

    dimana merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif,

    misalnya rasa senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. c). Reaksi untuk

    penurunan emosi, yang mana merokok ditujukan untuk mengurangi rasa

    tegang, cemas biasa, ataupun kecemasan yang timbul karena adanya

    interaksi dengan orang lain. d). Alasan sosial, maksudnya merokok

    ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada remaja

    dan anak-anak), identifikasi dengan perokok lain, dan untuk menentukan

    gambaran diri seseorang. Merokok pada anak-anak juga dapat disebabkan

    adanya paksaan dari teman-temannya.

    2.4.2 Hubungan Faktor Lingkungan dengan Prilaku Merokok Remaja

    di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan

    Kemudian antara variabel faktor lingkungan dengan perilaku

    merokok remaja tersebut didapatkan nilai p-value sebesar 0,003 dimana

    dapat disimpulkan hipotesa null ditolak, yang mana p < 0,05 artinya

    Universitas Sumatra Utara

  • bahwa pernyataan tidak ada hubungan antara faktor lingkungan dengan

    perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan tidak

    dapat diterima. Hasil penelitian ini sejalan yang dikemukakan Ali dan

    Asrori (2004) menyebutkan lingkungan menjadi tempat proses remaja

    bersosialisasi, dengan begitu remaja akan dipengaruhi lebih besar oleh

    lingkungan sekitar untuk merokok dan sejalan juga dengan survey yang

    diadakan oleh Yayasan Jantung Indonesia (1990 dalam Sitepoe, 2000)

    yang menunjukkan angka perokok usia

  • menjadi faktor resiko perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan

    Percut Sei Tuan yang cukup tinggi.

    3. Keterbatasan Penelitian

    Penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam pelaksanaan di

    lapangan diantaranya jumlah sampel tidak mencukupi dari yang sudah

    ditentukan sebelumnya sehingga kurang representatif, pada saat pengisian

    kuesioner responden masih ada yang ragu dan takut mengisinya

    dikarenakan responden mengira mempengaruhi situasi kondisi mereka di

    lingkungan sekolah serta lingkungan sosial, dan lokasi penelitian jauh dari

    tempat tinggal peneliti sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama

    untuk sampai ke lokasi penelitian.

    Universitas Sumatra Utara

  • BAB 6

    KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

    Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil

    kesimpulan dan saran mengenai hubungan faktor psikologis dan faktor

    lingkungan dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan

    Percut Sei Tuan.

    1. Kesimpulan

    Pada distribusi frekuensi karakteristik responden sebagian besar

    berusia 15 tahun (62,24%), mulai merokok pertama sekali awal masuk

    SMP (79,08%), serta sebesar 62,24% anggota keluarga responden dalam

    keluarga tidak ada yang merokok.

    Hubungan antara variabel faktor psikologis dengan perilaku

    merokok remaja tersebut didapatkan nilai p-value 0,07 sehingga dapat

    disimpulkan bahwa hipotesa ditolak, dimana p > 0,05 artinya bahwa

    pernyataan adanya hubungan antara faktor psikologis dengan perilaku

    merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei Tuan tidak dapat

    diterima, atau dengan kata lain tidak ada hubungan antara faktor

    psikologis dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan

    Percut Sei Tuan.

    Sementara itu antara variabel faktor lingkungan dengan perilaku

    merokok remaja tersebut didapatkan nilai p-value sebesar 0,003 dimana

    Universitas Sumatra Utara

  • dapat disimpulkan bahwa hipotesa dapat diterima, yang mana p < 0,05

    artinya bahwa pernyataan adanya hubungan antara faktor lingkungan

    dengan perilaku merokok remaja di SMP Negeri Kecamatan Percut Sei

    Tuan dapat diterima atau dengan kata lain ada hubungan antara faktor

    psikologis dengan perilaku merokok remaja SMP Negeri Kecamatan

    Percut Sei Tuan.

    2. Rekomendasi

    2.1 Untuk Pendidikan

    Dalam pemberian ceramah maupun diskusi dalam mata kuliah

    Keperawatan Jiwa dan Komunitas diharapkan hasil penelitian ini dapat

    menjadi data dasar bagi mahasiswa dan dosen, sehingga perlu ditelaah

    usaha-usaha penanganan perilaku merokok pada remaja secara

    komprehensif.

    2.2 Untuk Penelitian

    Kesenjangan antara hasil penelitian (variabel faktor psikologis

    dengan perilaku merokok) yang diperoleh dengan tinjauan pustaka yang

    didapatkan dapat dijadikan sebagai data masukan yang menarik bagi

    penelitian lanjutan tentang masalah merokok pada remaja dan faktor-

    faktor yang dapat mempengaruhinya.

    Kemudian juga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk

    mengidentifikasi tentang masalah merokok remaja ini dengan jumlah

    Universitas Sumatra Utara

  • responden yang lebih representatif di semua sekolah di Kecamatan Percut

    Sei Tuan dengan menggunakan tehnik sampling yang lebih tepat.

    2.3 Untuk Pelayanan

    Dalam praktik Keperawatan Jiwa-Komunitas perlu

    mempertimbangkan dilakukannya penyuluhan yang berfokus pada remaja

    untuk mengurangi prevalensi perokok. Hal yang harus dipertimbangkan

    adalah kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi

    perilaku merokok remaja selain faktor psikologis dan faktor lingkungan,

    seperti kepribadian remaja, pola komunikasi keluarga, pengaruh kegiatan

    yang disponsori perusahaan rokok dan lain sebagainya.

    Universitas Sumatra Utara