Top Banner
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Bawang Putih Jintan Hitam Cengkeh Distilasi uap dan air Minyak atsiri Scordinine glycoside Thymoquinone Eugenol Allicin Merusak membran sel dan menyebabkan denaturasi protein Menghambat sintesa protein dan menyebabkan gangguan fungsi sel Menghambat sintesa DNA dan RNA Replikasi sel terganggu Sel lisis Sel lisis Biosintesis membran sel bakteri Staphylococcus aureus terhambat Gangguan fungsi sel Sel lisis Universitas Sumatera Utara
23

Chapter III-Vii Cengkeh

Nov 29, 2015

Download

Documents

Yuliet Susanto
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Chapter III-Vii Cengkeh

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Bawang Putih  Jintan Hitam Cengkeh 

Distilasi uap dan air 

Minyak atsiri 

Scordinine glycoside  Thymoquinone Eugenol 

Allicin  Merusak membran

sel dan menyebabkan

denaturasi protein 

Menghambat sintesa protein dan

menyebabkan gangguan fungsi

sel

Menghambat sintesa 

DNA dan RNA 

Replikasi sel 

terganggu Sel lisis Sel lisis 

Biosintesis membran 

sel bakteri 

Staphylococcus 

aureus terhambat 

Gangguan fungsi sel 

Sel lisis 

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter III-Vii Cengkeh

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesa dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan zona hambat antara minyak atsiri bawang

putih, cengkeh dan jintan hitam terhadap Staphylococcus aureus.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter III-Vii Cengkeh

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis Penelitian : Eksperimental Laboratorium

Desain Penelitian : Rancangan pretes-postes dengan kelompok kontrol

4.2 Populasi dan Sampel

Populasi : Staphylococcus aureus

Sampel : Biakan Staphylococcus aureus dari stamp

Besar sampel : Besar sampel pada percobaan ini menggunakan rumus umum

( t ‐ 1 ) . ( n ‐ 1) > 15 

Dimana : t = Perlakuan

n = Jumlah sampel 30

Penelitian ini menggunakan 5 kelompok yang masing-masing terdiri atas :

1. Kelompok I : Aquades sebagai kontrol negatif

2. Kelompok II : Etanol 96% sebagai kontrol positif

3. Kelompok III : Minyak atsiri bawang putih

4. Kelompok IV : Minyak atsiri cengkeh

5. Kelompok V : Minyak atsiri jintan hitam

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter III-Vii Cengkeh

Jadi perlakuannya (t) adalah = 5

( 5 – 1 ) . ( n – 1 ) > 15

4 . ( n – 1 ) > 15

n – 1 > 3, 75

n > 4, 75 ~ 5

Jumlah sampel (n) yang didapat adalah 5, tetapi boleh ditambahkan 2-3 sampel,

sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini masing-masing dilakukan

pengulangan 7 kali pada kelompok I sehingga V.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter III-Vii Cengkeh

4.3 Variabel Penelitian

Variabel Bebas :

Aquades sebagai kontrol 1

Etanol 96% sebagai kontrol 2

Minyak atsiri bawang putih

Minyak atsiri cengkeh

Minyak atsiri jintan hitam

Variabel Tergantung :

Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan pengukuran diameter zona hambat pada masing-masing perlakuan

Variabel Terkendali

Media pertumbuhan .

Suhu inkubator.

Waktu pembiakan yaitu 24 jam.

Teknik pengisolasian dan pengkulturan.

Penggunaan alat dan bahan yang steril.

Keterampilan operator Waktu pengamatan. 

Variabel Tidak Terkendali

Asal bawang putih, cengkeh dan jintan hitam (geografis) berhubungan dengan tanah, curah hujan dan lingkungan sekitar tanaman.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter III-Vii Cengkeh

4.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas untuk penelitian ini adalah seperti berikut :

a. Aquades sebagai kontrol negatif

b. Etanol 96% sebagai kontrol positif

c. Minyak atsiri bawang putih

d. Minyak atsiri cengkeh

e. Minyak atsiri jintan hitam

4.3.1 Variabel Tergantung

Variabel tergantung untuk penelitian ini adalah pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus dengan metode pengukuran diameter zona hambat pada

masing-masing perlakuan.

4.3.3 Variabel Terkendali

a. Media untuk menumbuhkan Staphylococcus aureus yaitu MHA.

b. Suhu yang digunakan untuk menumbuhkan Staphylococcus aureus 37°C

dalam inkubator.

c. Waktu yang digunakan untuk menumbuhkan atau pembiakan

Staphylococcus aureus yaitu 24 jam.

d. Teknik pengisolasian dan pengkulturan.

e. Penggunaan alat, media pertumbuhan dan bahan percobaan yang steril.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter III-Vii Cengkeh

f. Keterampilan operator dalam pelaksanaan penelitian dan didampingi

asisten laboratorium.

4.3.4 Variabel Tidak Terkendali

Variabel tidak terkendali untuk penelitian ini adalah asal bawang putih, cengkeh

dan jintan hitam (geografis) berhubungan dengan tanah, curah hujan dan

lingkungan sekitar tanaman.

4.4 Definisi Operational

a. Minyak atsiri adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan

kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan

aroma yang khas berupa larutan minyak yang diperoleh dari penyulingan

air dan uap.

b. Minyak atsiri bawang putih adalah minyak yang dihasilkan dari bawang

putih melalui proses penyulingan air dan uap.

c. Minyak atsiri cengkeh minyak yang dihasilkan dari bunga cengkeh

melalui proses penyulingan air dan uap.

d. Minyak atsiri jintan hitam yang dihasilkan dari biji jintan hitam melalui

proses penyulingan air dan uap.

e. Etanol 96% adalah alkohol dengan perbandingan 96% komposisi etanol

dan 4% komposisi air. Disebut juga etil alkohol 96%, termasuk ke dalam

alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H2OH.

f. Aquades adalah air hasil dari penyulingan, kandungannya murni H2O.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter III-Vii Cengkeh

  

g. Staphylococcus aureus adalah bakteri gram-positif yang bersifat aerob dan

anaerobik fakultatif, yang muncul sebagai cluster seperti anggur, dan

sering dijumpai pada kulit manusia terutama pada membrane mukosa,

nares anterior dan perineum. Staphylococcus aureus adalah bakteri yang

diperoleh dari stamp yang diisolasi dari Denture stomatitis

h. Diameter zona hambat adalah diameter daerah dimana bakteri tidak

tumbuh pada media Mueller Hinton Agar yang ditandai dengan daerah

bening yang dapat diukur dengan kaliper satuan millimeter (mm).

4.5 Alat dan Bahan Penelitian

4.5.1 Alat Penelitian

a. Disk kosong

b. Inkubator

c. Oven

d. Kaliper digital

e. Pipet volume

f. Ose

g. Alat sebar

h. Autoklaf

i. Pinset

j. Cawan petri

k. Lampu spiritus

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter III-Vii Cengkeh

Gambar 8. Inkubator Gambar 9. Kaliper Gambar 10. Pinset, kaca mulut, dan sonde

Gambar 12. Ose Gambar 11. Alat sebar

4.5.2 Bahan Penelitian

a. Bawang Putih 8 kg

b. Cengkeh 500 gr

c. Jintan Hitam 5 kg

d. Aquades

e. Mueller Hinton Agar (MHA)

f. Etanol 96%

g. Stamp bakteri S. aureus yang diisolasi dari Denture stomatitis

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter III-Vii Cengkeh

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian

4.6.1 Tempat Penelitian

a. Laboratorium Biologi Oral FKG USU

b. Laboratorium Polimer FMIPA USU

4.6.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah 3 bulan (April - Juni 2011)

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

4.7.1 Pembuatan Media

Media MHA dibuat dengan cara melarutkan 38% Mueller Hinton (Oxoid) ke

dalam akuades. Larutan tersebut dihomogenkan menggunakan hotplate pada

suhu ±100 oC. Kemudian dimasukkan ke dalam erlenmayer flask dan masing-masing

tabung ditutup alumunium foil. Media yang akan digunakan sebelumnya disterilisasi

terlebih dahulu dengan otoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit. Media didiamkan

di laminar (clean bench) aseptik sampai media membeku. Apabila media sudah

membeku, media disimpan dalam kulkas.

4.7.2 Pembuatan Minyak Atsiri Bawang Putih, Cengkeh dan Jintan Hitam

Minyak atsiri bahan coba dibuat melalui punyulingan air dan uap. Pada proses

ini, uap air yang didih akan dilewatkan melalui campuran bahan coba. Uap ini akan

menguapkan minyak dan membawanya dalam bentuk suspensi, ke dalam kondensor.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter III-Vii Cengkeh

Di sini uap akan terpisah kembali menjadi air dan minyak setelah 1 jam minyak

dipisahkan menggunakan corong pisah.

Gambar 13. Minyak atisiri dan air

4.7.3 Uji Efektifitas Antibakteri dengan Metode Difusi Agar

Alat-alat dan bahan disediakan, kemudian lakukan penelitian dengan

menggunakan 35 cakram kosong direndam dalam 5 wadah yang berbeda yang

masing-masing berisi 1 cc untuk setiap bahan coba selama 60 menit.

Kultur Staphylococcus aureus diambil dua kali dengan ose bulat dan di

letakkan pada MHA lalu dilakukan goresan (streak) secara rapat-rapat pada

permukaan MHA kemudian dirata dengan menggunakan alat sebar. Setelah rendaman

berlansung selama 60 menit, disk dikeluarkan dan diletakkan pada media MHA lalu

ditekan.

Media pada disk kemudian diberi label nomor 1 hingga 5 sesuai dengan

kelompok perlakuan. Setelah selesai, piring petri dimasukkan kedalam inkubator

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter III-Vii Cengkeh

dengan suhu 37°C selama 24 jam. Setelah 24 jam, piring petri dikeluarkan dari

inkubator dan dilihat daya hambat yang terjadi pada setiap disk.

Daya hambat kemudiannya diukur dengan menggunakan kaliper digital

dengan menggunakan rumus ( Φ horizontal + Φ vertikal ) dibagi dua dengan

perhitungan dimasukkan dalam tabel.

4.7.4 Cara Pengukuran Zona Hambat

Diameter Zona Hambat = ( θ Vertikal + θ Horizontal )

2

Petunjuk :

: Diameter vertikal

: Diameter horizontal

: Zona hambat

: Disk

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter III-Vii Cengkeh

4.7.5 Uji Statistik

Data dari setiap perlakuan dianalisa secara statistik dengan tingkat kemaknaan

(α = 0,05), dengan memakai uji statistik:

1. Uji One Way ANOVA, untuk melihat perbedaan daya hambat bakteri pada

semua kelompok perlakuan.

2. Uji komparasi ganda/Least Significant Differences (LSD), untuk melihat

perbedaan daya hambat bakteri antar kelompok.

Jika uji ANOVA memberikan hasil yang signifikan dilanjutkan dengan uji LSD.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter III-Vii Cengkeh

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Setelah perletakan semua bahan coba yaitu aquades, etanol 96%, minyak

atisiri bawang putih, minyak atsiri cengkeh dan minyak atsiri jintan hitam dilakukan

pengamatan setelah 24 jam untuk melihat zona bening di sekitar cakram. Zona bening

merupakan daerah dimana pertumbuhan Staphylococcus aureus dihambat oleh bahan

coba. Masing-masing bahan coba dilakukan tujuh kali pengulangan. (Gambar 14)

Pengamatan dilakukan terhadap seluruh pengulangan dari bahan coba pada waktu

yang bersamaan.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat zona hambat pada bahan coba minyak

atsiri bawang putih, minyak atsiri cengkeh, minyak atsiri jintan hitam dan etanol,

sedangkan aquades tidak menunjukkan daya hambat terhadap Staphylococcus aureus.

Tabel 4 menunjukkan rata-rata zona hambat dan standard deviasi bahan coba

aquades, etanol 96%, minyak atisiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam. 

Gambar 14. Hasil percobaan uji sensitivitas disk minyak atisiri bawang putih, cengkeh, jintan hitam, etanol 96% dan aquades terhadap Staphylococcus aureus setelah 24 jam.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter III-Vii Cengkeh

Tabel 4. Perbedaan rata-rata zona hambat aquades, etanol 96%, minyak atisiri

bawang putih, cengkeh dan jintan hitam.

* Terdapat perbedaan yang bermakna pada P < 0,05

Kelompok Perlakuan n χ (mm) χ (mm) ± SD P

I Aquades (kontrol)

7 0.0000 0.0000 ± 0,0000

II Etanol 96%

(kontrol) 7 13.8943 13.8943 ± 0,43408

III Minyak atsiri bawang putih

7 10.9500 10.9500 ± 0,12000

IV Minyak atsiri

cengkeh 7 14.7843 14.7843 ± 0,17587

V Minyak atsiri jintan hitam

7 11.9443 11.9443 ± 0,39522

0,0001*

Dari tabel 4 dapat dibaca hasil penelitian bahwa dari tujuh kali pengulangan

bahan coba etanol 96% diameter 13,894 mm, minyak atsiri bawang putih 10,950 mm,

minyak atsiri cengkeh 14,784 mm dan minyak atsiri jintan hitam 11,944 mm.

Ternyata yang paling tinggi zona hambat adalah minyak atsiri cengkeh terhadap

Staphylococcus aureus.

Uji ANNOVA one way (tabel 4) dapat dilihat bahwa P adalah 0,0001. Hal ini

berarti, terdapat perbedaan yang bermakna (P < 0,05) diantara minyak atsiri bawang

putih, cengkeh, jintan hitam, etanol 96% dan aquades . Untuk mengetahui perbedaan

rata-rata zona hambat diantara masing-masing bahan coba dapat dilihat dari uji

komparasi ganda (LSD).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter III-Vii Cengkeh

Diagram 1. Hasil diameter zona hambat aquades, etanol 96%, minyak atisiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam

Uji Komparasi Ganda (LSD) menunjukkan semua kelompok perlakuan

apabila dibandingkan satu sama lain mempunyai perbedaan yang bermakna karena

nilai P adalah 0,0001 (Tabel 5). Hal ini terdapat perbedaan yang bermakna (P < 0,05)

rata-rata zona hambat antar masing-masing kelompok perlakuan yaitu aquades, etanol

96%, minyak atisiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam. Hasil penelitian ini

menunjukkan hipotesis diterima yaitu terdapat perbedaan zona hambat antara minyak

atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam terhadap Staphylococcus aureus.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter III-Vii Cengkeh

Tabel 5. Hasil uji komparasi ganda (LSD)

Kelompok Perbandingan P

II (Etanol 96%)

III (Bawang putih)

IV (Cengkeh)

I

(Aquades)

V (Jintan hitam)

I (Aquades)

III (Bawang putih)

IV (Cengkeh)

II

(Etanol 96%)

V (Jintan hitam)

I (Aquades)

II (Etanol 96%)

IV (Cengkeh)

III

(Bawang putih)

V (Jintan hitam)

I (Aquades)

II (Etanol 96%)

III (Bawang putih)

IV

(Cengkeh)

V (Jintan hitam)

I (Aquades)

II (Etanol 96%)

III (Bawang putih)

V

(Jintan hitam)

IV (Cengkeh)

0,0001*

*Terdapat perbedaan

yang bermakna pada

P < 0,05 (H0 ditolak) 

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter III-Vii Cengkeh

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan sediaan minyak atisiri bawang putih, cengkeh dan

jintan hitam bertujuan untuk membuktikan adanya zona hambat terhadap

Staphylococcus aureus dan memperlihatkan perbedaan daya hambat antara minyak

atsiri bawang putih, minyak atsiri cengkeh dan minyak atsiri jintan hitam, sebagai

kontrol adalah aquades dan etanol 96%. Dalam penelitian ini dilakukan uji

sensitivitas dengan menggunakan teknik disc diffusion test. Perbedaan daya hambat

bahan coba dilihat dari besarnya diameter zona hambat yang terbentuk disekitar disk

berisi bahan coba yang diamati pada media Mueller Hinton Agar (MHA) yang telah

diinokulasi oleh Staphylococcus aureus diisolasi dari stamp denture stomatitis.

Pengukuran zona hambat dilakukan setelah 24 jam, media yang telah diisi

minyak atsiri dikeluarkan dari inkubator kemudian diukur zona hambat dengan

menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0,01 mm. Zona hambat merupakan

daerah dimana terdapat zona bening disekeliling disk yang menunjukkan ada daya

hambat antara bahan coba dari setiap kelompok perlakuan. Dalam penelitian ini

pembuatan minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam dilakukan dengan

menggunakan metode penyulingan air dan uap. Metode ini lebih sering dilakukan

karena cara pengaplikasian mudah untuk memperoleh minyak atsiri, lebih murah dan

konstruksi alatnya sederhana.

Berdasarkan hasil penelitian,rata-rata zona hambat bahan coba aquades 0 mm,

etanol 96% 13,894 mm, minyak atsiri bawang putih10,950 mm, cengkeh 14,784 mm

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter III-Vii Cengkeh

dan jintan hitam 11,944 mm (Tabel 1). Hal ini menunjukkan hasil rata-rata zona

hambat yang terbesar adalah bahan coba dari kelompok perlakuan IV yang

mengandung minyak atsiri cengkeh yaitu 14,784 mm. Rata-rata zona hambat

etanol 96% merupakan kontrol positif adalah 13,894 mm dan aqua sebagai kontrol

negatif menunjukkan tidak terdapat zona hambat sama sekali. Dari hasil penelitian ini

dapat dijelaskan Ho ditolak karena P < 0,05.

Dilihat dari hasil penelitian, bahan coba dari etanol 96%, minyak atsiri

bawang putih, cengkeh dan jintan hitam mempunyai daya hambat terhadap

Staphylococcus aureus dengan kemampuan yang berbeda. Zat aktif yang terdapat

dalam bahan coba bawang putih, cengkeh dan jintan hitam masing-masing adalah

allicin, eugenol dan thymoquinone bahan aktif ini ternyata dapat menghambat

pertumbuhan Staphylococcus aureus. Senyawa allicin merupakan senyawa aktif

dalam minyak atisiri bawang putih yang mudah terurai menjadi sulfur dan mudah

rusak pada suhu yang panas. Allicin menunjukkan aktivitas antibakteri dengan

menghambat secara lengkap dan langsung dari sintesis RNA meskipun sebagian

sintesis DNA dan protein juga dihambat. Ini menunjukkan bahwa RNA adalah target

utama dari fungsi allicin. Perbedaan dalam struktur strain bakteri juga memainkan

peran dalam kerentanan terhadap daya hambat dari minyak atsiri bawang putih.

Membran sel Staphylococcus aureus mengandung lipid hanya 2% yang akan

mempengaruhi permeabilitas terhadap minyak atsiri bawang putih.31

Penelitian Novita (2008) sediaan bawang putih dapat menghambat

pertumbuhan Staphylococcus aureus. Hasil penelitiannya menunjukkan rata-rata

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter III-Vii Cengkeh

diameter zona hambat pada jus bawang putih 2gr/ml (15,19 mm) dan jus bawang

putih 1gr/ml (8,62 mm). Sementara rata-rata diameter zona hambat bahan coba

sediaan ekstrak bawang putih 2gr/ml adalah 6,44 mm dan pada sediaan 1 gr/ml

ekstrak bawang putih tidak mununjukkan adanya zona hambat. Rata-rata diameter

zona hambat minyak atsiri bawang putih adalah 10,95 mm. Ini menunjukkan terdapat

perbedaan zona hambat antara minyak atsiri, jus dan ekstrak dari sediaan bawang

putih. Jus bawang putih menunjukkan hasil rata-rata zona hambat yang tertinggi bila

dibandingkan dengan jenis bahan sediaan yang lain. Hal ini mungkin disebabkan

kandungan allicin yang berbeda dengan cara penyediaan yang berbeda karena allicin

bersifat volatil dan merupakan senyawa yang kurang stabil, adanya pengaruh air

panas, oksigen udara, dan lingkungan basa, mudah sekali terdekomposisi menjadi

senyawa yang lain seperti dialil sulfida.7

Penelitian Syed Abdul Rahman (2010) minyak atsiri cengkeh adalah efektif

terhadap Staphylococcus aureus karena efek antimikroba cengkeh oleh eugenol dan

eugenol asetate yang terkandung dalam minyak tersebut.10 Menurut Babu (2011)

mendapati minyak atsiri bawang putih dan cengkeh mempunyai daya hambat

terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan merusak langsung membran sel

bakteri menyebabkan pengurangan sintesa protein sehingga terjadi gangguan pada

fungsi sel bakteri selanjutnya mengalami lisis. Selain itu, hasilnya juga

memperlihatkan zona hambat cengkeh menunjukkan diameter yang lebih besar yaitu

25,00 mm bila dibandingkan dengan zona hambat minyak atsiri bawang putih yaitu

19,00 mm. Hal ini menunjukkan cengkeh mempunyai daya hambat yang lebih tinggi

dari bawang putih terhadap Staphylococcus aureus. Dari penelitian penulis

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Chapter III-Vii Cengkeh

menunjukkan rata-rata diameter zona hambat minyak atsiri bawang putih adalah

10,95 mm dan rata-rata diameter zona hambat minyak atsiri cengkeh 14,78 mm. Hal

ini mungkin disebabkan karena cara penyediaan minyak atsiri yang berbeda. Cara

penyediaan minyak atsiri yang berbeda boleh menyebabkan jumlah kandungan bahan

aktif minyak atsiri berbeda. Penelitian Babu menunjukkan zona hambat yang lebih

tinggi dari penelitian penulis karena Babu menggunakan minyak atsiri dari pabrik

sedangkan penelitian penulis mempergunakan bahan coba dan alat serdahana.11

Sahabat Saeed (2008) dalam penelitiannya menyatakan, minyak cengkeh

ditemukan aktif terhadap bakteri gram positif foodborne yang ditularkan melalui

makanan contohnya Staphylococcus aureus dan bakteri gram negatif yaitu

Escherichia coli. Selanjutnya, bahan aktif cengkeh (eugenol) memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans, Candida albicans, Bacillus

subtilis, Bacillus cereus, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa. Selain eugenol

terdapat bahan aktif lain yang terkandung dalam minyak atsiri cengkeh yang mampu

menghambat pertumbuhan bakteri seperti biflorin, kaempferol, rhamnocitrin,

myricetin, gallic acid, ellagic acid dan oleanoic acid.32

Hasil Penelitian Mashadian (2005) menunjukkan bahwa ekstrak jintan hitam

memiliki antimikroba yang aktif terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus juga

menunjukkan efek anticestodal dan antiinflamatory.33 Penelitian Zuridah (2008)

minyak atsiri jintan hitam mempunyai daya hambat terhadap beberapa bakteri seperti

Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Pseudomonas aeruginosa. Rata-rata

daya hambat Staphylococcus aureus mencatatkan nilai tertinggi dibandingkan dengan

bakteri gram negatif yang lain yaitu 25,00 mm dan yang paling rendah daya hambat

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Chapter III-Vii Cengkeh

adalah Escherichia coli yaitu 10,00 mm.34 Menurut Mohd Tariq Salman (2008)

thymoquinone merupakan bahan aktif dalam minyak atsiri jintan hitam menunjukkan

daya hambat yang signifikan dari pertumbuhan berbagai jenis bakteri. Thymoquinone

menghambat sumber radikal bebas, dan diketahui mempunyai asam amino

nukleofilik yang terdapat di dalam protein akan menyebabkan inaktivasi protein serta

hilangnya fungsi sel. Gangguan metabolisme bakteri menyebabkan kebutuhan energi

tidak tercukupi sehingga mengakibatkan rusaknya sel bakteri secara permanen,

selanjutnya sel bakteri lisis.12

Berdasarkan hasil uji Anova (Tabel 1) yang diperoleh terdapat perbedaan

bermakna (P<0,05) pada rata-rata zona hambat diantara masing-masing bahan coba

etanol 96%, minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam. Pada hasil uji

komparasi ganda (Tabel 2), terdapat perbedaan bermakna (P<0,05) pada rata-rata

zona hambat antara setiap bahan coba.

Hasil penelitian ini secara in vitro minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan

jintan hitam mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus.

Minyak atsiri tersebut dapat digunakan sebagai bahan alternatif antibakteri karena

memiliki daya hambat terhadap beberapa jenis bakteri, namun diperlukan penelitian

lebih lanjut untuk menggunakan bahan ini sebagai bahan antibakteri secara luas.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Chapter III-Vii Cengkeh

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perbedaan daya hambat minyak atsiri bawang putih,

cengkeh dan jintan hitam, dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat daya hambat minyak atsiri bawang putih, cengkeh dan jintan hitam

terhadap Staphylococcus aureus.

2. Minyak atsiri bawang putih, cengkeh, jintan hitam dan kontrol mempunyai

daya hambat terhadap Staphylococcus aureus dengan kemampuan yang

berbeda dimana minyak atsiri cengkeh yang mengandung eugenol mempunyai

daya hambat paling besar bila dibandingkan dengan bahan coba yang lain.

7.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari MIC (Minimal

Inhibatory Concentration) terhadap sediaan minyak atsiri bawang putih,

cengkeh dan jintan hitam.

2. Perlu dilakukan penelitian minyak atsiri dari bahan lain dalam hubungan

pemakaian pada dunia kedokteran gigi secara lebih luas.

Universitas Sumatera Utara