Top Banner
1 BAB 17. PENINGKATAN MUTU DALAM KEPERAWATAN PENDAHULUAN Para perawat merupakan garis terdepan upaya peningkatan mutu dalam pelayanan kesehatan. Mereka bertugas sebagai anggota penting dalam tim pelayanan kesehatan dan memimpin inisiatif peningkatan mutu karena peran penting mereka dalam sistem pelayanan kesehatan dan masyarakat kita. Kehadiran mereka yang konstan bersama para pasien, pembelaan mereka kepada para pasien, pengetahuan klinis mereka, pemikiran kritis yang mereka diperoleh dari pendidikan, dan kapasitas sebagai agen perubahan membuat sumbangan mereka kepada penyampaian pelayanan menjadi penting. Untuk menangkap peran penting para perawat dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan kita, kini standar pendidikan perawat mencakup konsep-konsep yang menyinggung kualitas. Standar ini bergantung pada ukuran-ukuran struktur, proses, dan hasil untuk mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan klinis, menggambarkan proses-proses dari praktik yang terus berubah pada masa sekarang dan mengevaluasi hasil-hasil dari upaya peningkatan mutu. Fokus kepada kualitas ini konsisten dengan nilai-nilai inti perawat atas pemilihan keperawatan sebagai sebuah karier. Para perawat dapat mengembangkan efektivitas mereka sebagai anggota pelayanan kesehatan dengan melaksanakan peningkatan mutu dalam praktek keperawatan mereka, sehingga mempercepat perubahan dalam tempat kerja mereka. SUDUT PANDANG HISTORIS MENYANGKUT KETERLIBATAN KEPERAWATAN DALAM PENINGKATAN MUTU Sebuah kutipan sering diungkapkan dari buku karya Florence Nightingale, Notes on Nursing (1859), yang mengemukakan arti penting kualitas bagi para perawat dan menunjukkan komitmen serta kontribusi yang dipikulnya kepada pemahaman sistem pelayanan kesehatan tentang mutu. Kalimat tersebut tidak hanya mengingatkan kita betapa rumitnya meraih kualitas dalam pelayanan
13

Chapter 17 Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care

Jul 15, 2015

Download

Healthcare

Nasiatul Salim
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Chapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care

1

BAB 17. PENINGKATAN MUTU DALAM KEPERAWATAN

PENDAHULUAN

Para perawat merupakan garis terdepan upaya peningkatan mutu dalam

pelayanan kesehatan. Mereka bertugas sebagai anggota penting dalam tim

pelayanan kesehatan dan memimpin inisiatif peningkatan mutu karena peran

penting mereka dalam sistem pelayanan kesehatan dan masyarakat kita. Kehadiran

mereka yang konstan bersama para pasien, pembelaan mereka kepada para pasien,

pengetahuan klinis mereka, pemikiran kritis yang mereka diperoleh dari pendidikan,

dan kapasitas sebagai agen perubahan membuat sumbangan mereka kepada

penyampaian pelayanan menjadi penting. Untuk menangkap peran penting para

perawat dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan kita, kini standar

pendidikan perawat mencakup konsep-konsep yang menyinggung kualitas. Standar

ini bergantung pada ukuran-ukuran struktur, proses, dan hasil untuk

mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan klinis, menggambarkan proses-proses dari

praktik yang terus berubah pada masa sekarang dan mengevaluasi hasil-hasil dari

upaya peningkatan mutu. Fokus kepada kualitas ini konsisten dengan nilai-nilai inti

perawat atas pemilihan keperawatan sebagai sebuah karier. Para perawat dapat

mengembangkan efektivitas mereka sebagai anggota pelayanan kesehatan dengan

melaksanakan peningkatan mutu dalam praktek keperawatan mereka, sehingga

mempercepat perubahan dalam tempat kerja mereka.

SUDUT PANDANG HISTORIS MENYANGKUT KETERLIBATAN KEPERAWATAN DALAM

PENINGKATAN MUTU

Sebuah kutipan sering diungkapkan dari buku karya Florence Nightingale,

Notes on Nursing (1859), yang mengemukakan arti penting kualitas bagi para

perawat dan menunjukkan komitmen serta kontribusi yang dipikulnya kepada

pemahaman sistem pelayanan kesehatan tentang mutu. Kalimat tersebut tidak

hanya mengingatkan kita betapa rumitnya meraih kualitas dalam pelayanan

Page 2: Chapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care

2

kesehatan, tetapi juga kesulitan untuk menjalankannya. Sejak masa Nightingale,

telah banyak upaya dari bidang keperawatan untuk meningkatkan keseluruhan

penyampaian pelayanan, juga upaya peningkatan mutu praktik keperawatan.

Upaya-upaya peningkatan mutu dalam keperawatan telah pula dibentuk oleh

badan-badan di luar bidang itu. Institute of Medicine (IOM) dalam laporannya tahun

2001, Crossing the Quality Chasm: A New Health System for the 21st Century,

mengundang pembaruan dalam sistem pelayanan kesehatan di Amerika, yang

menjelaskan enam kinerja yang diharapkan dari sistem pelayanan kesehatan di abad

21. Keenam harapan tersebut yaitu pelayanan kesehatan harus aman, efektif,

mengutamakan pasien, tepat waktu, efisien dan layak. Cita-cita ini dimaksudkan

sebagai ukuran peningkatan yang akan mengatur insentif pembayaran dan

akuntabilitas berdasarkan peningkatan dalam kualitas, walaupun laporan-laporan

terkini mengungkapkan banyak celah dalam mutu yang diharapkan (Balik dan

Dopkiss, 2010; Leape dan Berwick, 2005; Wachter, 2004, 2010), termasuk cara

mendidik para petugas kesehatan.

Laporan lanjutan IOM (2003) menyatakan pendidikan sebagai jembatan

menuju kualitas. Lima kompetensi penting bagi para petugas kesehatan untuk

mencapai perubahan diutarakan: memberikan pelayanan yang mengutamakan

pasien, berkerja sebagai bagian dari tim lintas disiplin, mempraktikkan pelayanan

kesehatan berbasis fakta, fokus kepada peningkatan mutu, dan menggunakan

teknologi informasi (IOM, 2003). Para pendidik dan organisasi yang bertanggung

jawab terhadap akreditasi, lisensi dan sertifikasi petugas kesehatan mengubah cara-

cara kita dalam mempersiapkan para pelajar dan pegawai yang bertugas, sehingga

mereka memenuhi kompetensi-kompetensi penting untuk mutu dan keselamatan

tersebut. Laporan lainnya mengungkapkan upaya lintas disiplin untuk mengkaji

pekerjaan para perawat secara rinci serta beberapa rekomendasi penting (Page,

2004):

Menciptakan lingkungan kerja yang memuaskan dan memberi penghargaan

bagi para perawat

Memberikan penugasan perawat secara tepat

Page 3: Chapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care

3

Fokus pada keselamatan pasien pada tingkat dewan pengelolaan

organisasional

Menggabungkan manajemen berbasis fakta dalam manajemen pelayanan

keperawatan

Membangun kepercayaan antara para perawat dan pimpinan organisasi

Memberikan kesempatan kepada perawat untuk bersuara dalam

penyampaian perawatan pasien melalui kepemimpinan keperawatan yang

efektif dan partisipasi dalam penentuan keputusan

Memberikan dukungan organisasional untuk memajukan pembelajaran baik

bagi perawat baru maupun berpengalaman

Mengajukan kolaborasi antar disiplin ilmu

Merancang lingkungan kerja yang mengutamakan keselamatan pasien

Menciptakan kultur yang memperkuat keselamatan pasien

Upaya-upaya lain telah pula mendorong keperawatan dalam keterikatan dan

kontribusinya kepada peningkatan mutu dalam pelayanan kesehatan. Kolaborasi

antara Robert Wood Johnson Foundation (RWJF) dan Institute for Healthcare

Inprovement (IHI) bernama Transforming Care at the Bedside dimulai pada tahun

2003 yang menjumpai “peran perawat yang sering dilupakan” dalam penyampaian

pelayanan (Lavizzo-Mourey dan Berwick, 2009, hal. 3). Prakarsa ini memanfaatkan

peluang untuk meningkatkan rumah-rumah sakit berkinerja tinggi dengan

menciptakan “laboratorium pembelajaran” bagi inovasi pada pelayanan. Hasilnya

adalah pengembangan dan identifikasi pembanding yang berlaku sebagai target

peningkatan kinerja untuk memandu para pimpinan organisasi dalam meraih

efisiensi dan perubahan yang berumur panjang.

Keterlibatan para perawat dalam kualitas juga berakar dari standar

pengaturan yang berdampak pada praktik perawat, seperti dari Centers for Medicare

and Medicaid Services (CMS) atau The Joint Commission (TJC). Beberapa upaya untuk

mengikutsertakan para perawat dalam gerakan mutu hadir pula dari organisasi-

Page 4: Chapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care

4

organisasi federal dan nonfederal di luar keperawatan. Agency for Healthcare

Research and Quality (AHRQ) berpendapat bahwa keperawatan sungguh penting

untuk memastikan mutu dan keamanan perawatan pasien, sehingga bersama RWJF

mendukung sebuah buku panduan untuk para perawat tentang keselamatan pasien

dan kualitas yang dapat digunakan dalam pendidikan dan praktik, berjudul Patient

Safety and Quality: An Evidence-Based Handbook for Nurses (Hughes, 2008). Dari

buku ini, Farquhar (2008) menggarisbawahi empat wilayah mutu yang ditempati

para perawat sebagai peran utamanya: pencegahan dalam tata layanan berjalan,

tatanan pasien rawat inap, keselamatan pasien di antara sistem pelayanan

kesehatan (termasuk kesehatan masyarakat), dan pelayanan bagi anak-anak berusia

di bawah 17 tahun.

Inisiatif lainnya seperti yang dijalankan oleh IHI telah melibatkan para

perawat dalam peningkatan mutu. Banyak upaya yang mendorong kerja sama antar

rumah sakit guna melibatkan para perawat dengan memajukan peningkatan mutu,

menyelenggarakan proyek-proyek khusus dan perawatan berbasis fakta, dan

menyokong forum pendidikan bagi semua pegawai kesehatan. Oleh karena itu,

entah melalui organisasi profesional, regulasi, standar-standar praktik, atau

pendidikan dan sosialisasi mereka, para perawat dari semua tingkat dan semua

tatanan harus menyadari dan terlibat dalam menangani persoalan-persoalan yang

berdampak pada mutu dan keamanan pelayanan yang diberikan.

EVOLUSI PERAN PERAWAT DALAM TIM PENINGKATAN MUTU DAN PELAYANAN

KESEHATAN

Peran para perawat dalam peningkatan mutu telah diungkapkan ketika

rumah sakit mulai membangun kultur keselamatan pasien (Sammer dkk., 2010).

Kultur keselamatan ini adalah hasil dari “nilai-nilai, sikap, persepsi, kompetensi dan

pola-pola tingkah laku yang menentukan komitmen manajeman kesehatan dan

keselamatan organisasi serta gaya dan keahliannya” secara perorangan, kelompok

dan organisasi (Health and Safety Commission, 1993). Usaha memajukan

keselamatan pasien menuntut para perawat untuk bertindak sebagai perantara

Page 5: Chapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care

5

penting menuju kualitas pelayanan kesehatan terbaik yang dapat ditawarkan oleh

organisasi. Mereka diminta untuk terlibat secara aktif, membantu menciptakan

protokol-protokol baru, menetapkan standar perawatan dan lain-lain, juga

membantu perubahan sistem rancangan yang diperoleh dari analisis data.

Peran para perawat juga telah berkembang dengan memasukkan

keanggotaan dan kepemimpinan dalam tim pelayanan kesehatan. Para perawat

memiliki peran penting dalam tim pelayanan kesehatan dengan mengoordinasi,

menyatukan dan memfasilitasi penyampaian layanan, karena mereka sering kali

menjadi baris pertama komunikasi dengan para pasien dan keluarganya, baik sebagai

perantara tetap dengan pasien rawat inap maupun rawat jalan. Dalam tim

peningkatan mutu, mereka sering mengumpulkan data, membantu perkembangan

dan menerapkan protokol-protokol yang diperlukan untuk memenuhi standar-

standar pengaturan dan insentif ekonomis (Bodrock dan Mion, 2008). Para perawat

mengumpulkan dan menggunakan data untuk memantau hasil proses perawatan,

merancang dan melaksanakan metode peningkatan untuk membentuk dan menguji

perubahan dan memanfaatkan hasil-hasil—yang diperoleh dari para pasien, provider

dan sistem—guna meningkatkan proses-proses juga sistem itu sendiri secara

keseluruhan. Aktivitas-aktivitas kemajuan unit perawatan pasien biasanya dipimpin

oleh para perawat dalam organisasi pelayanan kesehatan, dan kegiatan tersebut

harus diimbangi dengan tindakan yang diajukan oleh para pimpinan organisasi pada

tingkat sistem.

Gaya kepemimpinan manajer perawat terkait dengan kinerja unit tertentu,

termasuk ketetapan, kepuasan, pergantian dan/atau pengukuran mutu perawat

(Bratt dkk., 2000; Leveck dan Jones, 1996). Pelayanan kesehatan pun bisa jadi beralih

ke arah yang sama dengan industri lain mendasarkan evaluasi kinerja manajer

perawat pada metrik terkait-kualitas yang akan menghilangkan beberapa

subjektivitas pada proses evaluasi kinerja. Oleh karena itu, para manajer perawat

dan pimpinan di semua tingkat memerlukan pengetahuan mendalam dan

pemahaman mengenai segi bisnis dari penyampaian perawatan untuk menciptakan

lingkungan kerja positif bagi para perawat yang menyediakan pelayanan kepada

Page 6: Chapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care

6

pasien, dan untuk menentukan keputusan yang lebih baik bagi pasien maupun

organisasi saat menerima perawatan (American Organization of Nurse Executives,

2007).

Terkadang, para perawat di barisan depan merasa tertekan, terlalu banyak

pekerjaan dan kekurangan pegawai untuk melayani pasien serta keluarganya; para

perawat yang memimpin mungkin merasa bahwa mereka selalu menanggapi

desakan untuk memastikan pemenuhan pegawai, menjaga pengaturan tugas dan

meningkatkan mutu pelayanan dengan sumber daya terbatas. Meski demikian, Hall,

Monroe dkk., (2008) bahwa pertumbuhan fokus kepada penyediaan perawatan

bermutu tinggi tidak hanya menguntungkan pasien, tetapi juga memancing para

perawat untuk menikmati pekerjaan mereka. Ada banyak persoalan sistem

menyangkut kepuasan para perawat terhadap pekerjaan, yang dapat ditujukan

melalui analisis peningkatan dari isu-isu tersebut sebagai masalah arus pasien,

manajemen keselamatan pada masa puncak sensus, masalah komunikasi di sekitar

pasien yang kompleks, dan meningkatkan keamanan pengobatan (Hall, Moore dkk.,

2008). Memiliki kemampuan untuk menyampaikan pelayanan yang sangat mereka

pahami akan menambah kepuasan, membantu terciptanya lingkungan kerja yang

lebih positif (Hall, Doran dkk., 2008) dan meningkatkan kepuasan pasien (Lindberg

dan Kimberlain, 2008). Walaupun sulit, insentif untuk melakukan hal-hal tersebut

dan peluang untuk menyumbang perubahan sistemik kepada sistem pelayanan

kesehatan kita belum pernah sebesar ini.

Aplikasi dalam Tatanan Pelayanan Tertentu

Peran perawat berlaku di berbagai tatanan pelayanan kesehatan, termasuk

perawatan akut, perawatan jangka panjang dan perawatan primer. Williams dan

Fallone (2008) membahas peran para perawat dalam lingkup perawatan akut untuk

memantau, mengevaluasi dan meningkatkan lingkungan kerja mereka demi

menghasilkan panduan dan standar praktik terbaik untuk unit mereka. Metodologi

peningkatan mutu PDSA memperjelas proses-proses perawatan dan memajukan

Page 7: Chapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care

7

praktik dalam siklus berkelanjutan dalam wujud pertanyaan, pencarian ilmu-ilmu

baru dan menetapkan standar-standar perawatan.

Compas dkk., (2008) mengumpulkan literatur untuk mengkaji proyek-proyek

peningkatan mutu dalam panti-panti dengan pendekatan umum agar mencakup

pernyataan-pernyataan tujuan, tim multidisipliner, pendidikan yang dibutuhkan,

pencapaian proyek dan perputaran umpan balik. Salah satu standar keperawatan

dalam pelayanan terkait dengan standar pengaturan adalah pengeluaran urin yang

tak terkendali di panti-panti. Palmer (2008) mendiskusikan pengendalian air seni

sebagai bagian dari Nursing Home Quality Initiative dari CMS. Pengendalian air seni

masih menjadi persoalan bagi panti walaupun telah banyak upaya untuk

mengatasinya. Palmer menjelaskan peran utama para perawat dalam protokol

penilaian dan perawatan yang tepat untuk infeksi kandung kemih, dan strategi

peningkatan mutu yang digunakan, yang kadang mengacu pada “manajemen

sempurna”.

Mahasiswa merupakan sumber berharga untuk membantu merancang dan

mengimplementasikan peningkatan mutu dalam tatanan yang memiliki sedikit

sumber daya seperti yang dijelaskan oleh Teeley dkk., (2006) dalam lingkup

pelayanan kesehatan. Berdasarkan celah yang mereka lihat pada kuliah sarjana

kesehatan komunitas, mata kuliah tersebut perlu ditinjau kembali untuk

mengembangkan karya terdahulu dan menambahkan pengalaman peningkatan

mutu ke dalam kurikulum. Proyek ini dijalankan selama dua tahun dengan

mengembangkan materi-materi kuliah dan memberikan bacaan-bacaan terpilih yang

berhubungan dengan peningkatan mutu, serta menyelenggarakan proyek-proyek

mahasiswa tentang peningkatan mutu. Proses peningkatan mutu meliputi delapan

langkah inti (Knapp dan Lowe, 2001): mengklarifikasi tujuan proyek; membentuk tim

yang tepat; menarget upaya-upaya peningkatan sesuai tujuan proyek;

mengumpulkan dan menggunakan data untuk menginformasikan proses;

mendengarkan konsumen; menggunakan perangkat dan metode peningkatan;

mengadakan siklus peningkatan dan pembelajaran; dan membuat peningkatan.

Page 8: Chapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care

8

Hasilnya, menurut laporan fakultas, para mahasiswa menjadi terlibat dan berperan

serta dalam hasil proyek, juga lebih memahami keperawatan komunitas.

Jones dan koleganya (2009) juga menerangkan inisiatif dalam bidang

pendidikan yang bermaksud mengubah kuliah keperawatan tingkat sarjana melalui

kemitraan kuat antara praktik-akademik. Fakultas dan mitranya bekerja sama

mengembangkan model pembimbing dengan komponen praktikum yang disatukan

dalam kuliah. Para mahasiswa menerapkan peningkatan mutu, keselamatan pasien,

dan memperoleh pengetahuan dan kecakapan yang dipelajari dari kelas dan

pengalaman secara nyata di fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan

memanfaatkan keahlian mahasiswa dan kemampuan organisasional mereka,

masalah-masalah dapat dituju dengan sama-sama menguntungkan bagi mahasiswa

dan fasilitas yang bersangkutan. Indikator terbesar kesuksesan proyek ini adalah

bahwa rekomendasi proyek tim dilaksanakan oleh organisasi yang bekerja sama.

PENINGKATAN MUTU DALAM PENDIDIKAN KEPERAWATAN

Persoalan-persoalan mutu yang muncul dalam sistem pelayanan kesehatan

menuntut perancangan ulang tentang cara mendidik generasi perawat berikutnya

serta petugas pelayanan kesehatan lainnya sehingga mereka memahami faktor-

faktor yang dapat membantu menjamin mutu pelayanan. Para perawat harus

mampu mengenali dan menjembatani jurang antara hal-hal yang sedang dan harus

dilakukan. Pandangan-pandangan yang timbul mengenai kualitas dan keselamatan

menyangkut kompetensi yang tercakup dalam praktik berdampak pada perancangan

ulang program-program pendidikan keperawatan.

Proyek Quality and Safety Education for Nurses (QSEN) dikembangkan untuk

mempertemukan pendidikan perawat dengan harapan terhadapnya dalam

menjalankan peran dan tanggung jawab mereka (Cronenwett dkk., 2007). Proyek

yang didanai RWJF ini bertujuan membantu para perawat memperoleh

pengetahuan, kecakapan, dan sikap yang mendukung peran-peran dalam

meningkatkan sistem pelayanan kesehatan di tempat mereka bekerja. Proyek

mencakup tiga tahap untuk menanggapi tantangan-tantangan dalam membekali

Page 9: Chapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care

9

para calon perawat dengan pengetahuan, kecakapan dan sikap yang diperlukan

untuk membantu mengubah hasil yang dialami para pasien.

Pada Tahap I, dibentuk panel ahli nasional yang menjalankan proses

pencapaian konsensus pada enam kompetensi menurut laporan IOM tentang

pendidikan pelayanan kesehatan guna meningkatkan mutu dan keamanan dalam

pelayanan kesehatan: pelayanan yang mengutamakan pasien, kerja tim dan

kolaborasi, praktik berbasis fakta, peningkatan mutu, keamanan dan informatika

(Cronenwett dkk., 2007). Panel QSEN menyadari bahwa kualitas dan keamanan

merupakan kompetensi terpisah. Setiap kompetensi dijelaskan dan dikembangkan

lebih lanjut dengan penegasan pada ilmu, kecakapan dan sikap, pertama-tama untuk

program pendidikan keperawatan pralisensi (Cronenwett dkk., 2007), kemudian

untuk program pendidikan sarjana keperawatan (Cronenwett dkk., 2009). Panel ahli

tersebut mengkaji pemikiran dan peningkatan sistem, pengurangan kesalahan, teori

faktor manusia dan keamanan. Para ahli pedagogik dalam panel membantu

mengembangkan strategi pembelajaran kelas eksemplar, klinis dan berbasis simulasi

yang dapat diterapkan pada kelompok siswa antar profesi (Day dan Smith, 2007;

Durham dan Sherwood, 2008; http://www.qsen.org).

Pada QSEN Tahap II, sebuah kerja sama mendanai 15 sekolah sebagai model

penyatuan kompetensi ke dalam kurikulum mereka (Barton dkk., 2009; Cronenwett

dkk., 2009). Sekolah-sekolah tersebut menunjukkan strategi yang berlainan dalam

menerapkan strategi peningkatan dalam kurikulum, dengan satu strategi yang sama

yaitu bekerja sama dengan fakultas untuk menggabungkan informasi mengenai

perangkat peningkatan mutu ke dalam kurikulum. Banyak mahasiswa yang terlibat

dalam prakarsa peningkatan mutu pada masa pelajaran klinis mereka dan dilatih

mengajukan pertanyaan yang fokus kepada kualitas. Beberapa siswa berkesempatan

merancang uji perubahan kecil pada topik yang menarik bagi mereka. Ini membantu

menambah kesadaran mereka tentang peluang peningkatan mutu dan memberi

mereka kesempatan untuk mencari literatur, merancang perubahan terencana,

menguji implementasi dan mengukur hasilnya.

Page 10: Chapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care

10

Tahap III (2009-2011) mengajukan cara-cara inovatif untuk mendidik, menguji

dan mengesahkan kompetensi dalam berbagai tingkat pendidikan keperawatan.

Pengembangan fakultas meliputi mengajar dan melatih fakultas tentang metode-

metode peningkatan mutu sehingga mereka mampu merancang strategi-strategi

pembelajaran dalam kurikulum bersama agen-agen klinis. Tahap ini juga

memasukkan kompetensi-kompetensi dalam buku-buku teks, lisensi, akreditasi, dan

standar sertifikasi untuk mengusulkan sumber-sumber pelajaran yang diperlukan

para siswa dan fakultas guna meraih peningkatan mutu dan menghasilkan generasi

perawat baru yang menganut kualitas sebagai bagian dari pekerjaan sehari-hari

mereka.

Sejak awal, para pemimpin QSEN telah menyadari dampak perubahan

terhadap perubahan standar pendidikan keperawatan, akreditasi dan program-

program keperawatan, dan sertitikasi spesialisasi praktik. Dewan penasehat yang

terdiri atas wakil-wakil dari pendidikan kedokteran, akreditasi keperawatan, dan

berbagai program pendidikan lainnya bekerja mendampingi panel untuk membantu

mencapai perubahan. Usaha pelaksanaan kebijakan ini menjamin bahwa semua

perawat akan mengetahui dan memelihara peran mutu sebagai bagian dari

pekerjaan mereka.

ARAH KE DEPAN

Peran perawat yang terus berkembang dalam peningkatan mutu, standar-

standar pengaturan, pendidikan, dan tugas kemasyarakatan untuk meningkatkan

pelayanan mengajukan beberapa arahan untuk masa depan. Arah-arah ini

berkenaan dengan pendidikan berbagai ilmu, memperlengkap bidang keperawatan,

tujuan-tujuan untuk mengembangkan praktik keperawatan dan keikutsertaan para

perawat dalam inisiatif-inisiatif mutu nasional.

Pendidikan dengan Ilmu Lain

Page 11: Chapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care

11

Standar akreditasi untuk sebagian besar profesi kesehatan kini menuntut

pencanangan peningkatan mutu (Batalden dkk., 2009). Para petugas praktik yang

pendidikannya tidak mencakup peningkatan mutu mengalami kekurangan

pengetahuan, kecakapan dan sikap yang dibutuhkan untuk berpartisipasi aktif dalam

peningkatan sistem, menempatkan beban pendidikan pada tatanan klinis. Proses

peningkatan mutu memerlukan partisipasi dari berbagai disiplin, namun para siswa

profesi kesehatan memiliki sedikit pengalaman pembelajaran lintas profesi.

Achieving Competence Today merupakan salah satu contoh model baru pendidikan

lintas profesi yang mengajar para peserta didik dari berbagai disiplin untuk

mengembangkan proyek peningkatan mutu merujuk pada masalah kualitas atau

keamanan dari sistem praktik mereka masing-masing (Ladden dkk., 2006).

Implikasi bagi Bidang Keperawatan

Meskipun terdapat banyak pendekatan untuk mengajarkan peningkatan

mutu, penjelasan mengenai isi dan laporan dari efektivitas pendekatan tersebut

terbatas. Berpikir kritis adalah penopang utama pendidikan keperawatan. Itu

membantu para perawat mengembangkan semangat penyelidikan untuk menjadi

praktisi analitis, yang mendasari seni mengajukan pertanyaan, tahap pertama proses

peningkatan mutu (Edwards, 2007). Quality Improvement Knowledge Application

Tool (Varkey dkk., 2006) menetapkan bahwa para peserta medis dan keperawatan

dalam prakarsa peningkatan mutu di berbagai disiplin secara signifikan

meningkatkan kapasitas mereka untuk membuat perubahan dengan metode-

metode peningkatan mutu. Sebuah tinjauan sistematis tentang efektivitas kurikulum

peningkatan mutu dalam pendidikan medis oleh Boonysai dkk. (2007) menyimpulkan

bahwa strategi-strategi pembelajaran dapat memperlihatkan prinsip-prisip pelajaran

yang menonjol, namun gagal menentukan metode pendidikan mana yang memiliki

keuntungan klinis yang berarti.

Sasaran Peningkatan Praktik

Page 12: Chapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care

12

Meskipun aktivitas peningkatan mutu berbeda dari riset bersubjek manusia

dan tidak memerlukan tinjauan dewan peninjau institusional, kegiatan tersebut

membutuhkan penyeliaan profesional dan dilupakan seperti yang telah dijelaskan

oleh panel ahli yang dikumpulkan dalam Hastings Center (Lynn dkk., 2007).

Peran Para Perawat dalam Inisiatif Kualitas Nasional

Banyak organisasi yang fokus kepada kualitas pelayanan. Association of

American Medical Colleges membuka Integrating Quality Project guna membantu

para pendidik berperan ganda dalam mewujudkan perawatan bermutu tinggi dan

mendidik siswa-siswa medis dengan menyediakan sumber-sumber untuk

mengajarkan peningkatan mutu. American Nurse Association (ANA) membentuk

National Center for Nursing Quality untuk menyelenggarakan proyek-proyek

pelayanan perawat, memberikan sumber-sumber pendidikan mutu dan keamanan,

dan meneliti kualitas lingkungan kerja perawat.

KESIMPULAN

Upaya-upaya peningkatan kualitas pelayanan sangatlah penting bagi praktik

keperawatan, penyampaian pelayanan kesehatan secara keseluruhan, dan mutu

pelayanan yang diserahkan kepada masyarakat kita. Para perawat merupakan

komponen integral dari sistem penyampaian pelayanan kesehatan saat ini dan

mendatang dengan sifat peran yang mereka mainkan dalam baris terdepan

pelayanan, pada tim pelayanan kesehatan, dan dalam inisiatif peningkatan mutu.

Untuk meningkatkan lingkungan pelayanan, peran pokok para perawat dalam

memastikan kualitas dan dampaknya upaya-upaya perubahan terhadap para

perawat harus dipertimbangkan dan dipahami dengan lebih baik (Jones an Lusk,

2002). Para perawat bersifat kritis dalam memimpin dan melayani sebagai anggota

tim peningkatan mutu di masa depan agar memperbesar nilai pelayanan yang

diberikan.

Page 13: Chapter 17  Buku Implementing Continuous Quality Improvement in Health care

13

Sumber : William A.Sollecito dan Julie K.Johson. Chapter 17 Buku Implementing

Continuous Quality Improvement in Health care edisi ke empat (2011).