Cerita Lucu: Bos yang Menyamar
CeritaLucu.Gen22.net - Seorang bos di sebuah perusahaan besar
tiba-tiba melakukan inspeksi mendadak ke pabriknya untuk melihat
kinerja para karyawannya. Di pabrik keempat, ia menemukan seorang
pria muda yang tengah bersandar di dekat pintu, nampaknya ia tengah
bersantai.
Semua pekerja yang ada diruangan itu tengah sibuk bekerja,
kecuali dirinya. Si bos segera menghampir pemuda tersebut dan
bertanya, "Berapa gajimu seminggu?" Dengan sedikit terkejut, pemuda
itu melihat ke arah si bos dan berkata, "Hmmmm sekitar 100.000 per
minggu, kenapa memangnya?"
Si bos mengeluarkan dompetnya dan mengambil dua lembar uang 100
ribu-an. Ia mengulurkannya pada si pemuda, "Ini gajimu untuk dua
minggu dan cepat pergi dari sana. Aku tak mau melihatmu lagi!"
Dengan keterkejutan luar biasa dan juga takut, si pemuda segera
meninggalkan tempat tersebut tanpa banyak bicara. Lalu dengan muka
berwibawa si bos melihat para stafnya yang sedari tadi
memperhatikan adegan itu. "Adakah yang tahu, dari divisi manakah
pemuda pemalas tersebut?" tanyanya.
Suasana menjadi hening sampai akhirnya seorang staf menjawab
dengan sedikit ketakutan, "Ia tak bekerja disini. Ia adalah
pengantar pizza yang mengantar pesanan personalia..."Last Gift
Karya Kusniyatin Fitriani
LAST GIFTCerpen Karya Kusniyatin Fitriani
Hari ini, walau matahari telah bersinar cerah, udara pagi telah
menyentuh tubuh, ayam berkokok telah menyapa, dan burung-burung
telah berkicau. Cukup cerah bukan hari ini??. Tak ada kegelapan
awan di langit sana, tak ada tanda-tanda hujan deras akan
datang.
Namun, ada sesuatu hal yang membuat gadis ini menangis.
Kehilangan sesuatu yang membuat diri nya terpuruk dalam semua mimpi
tinggi nya.
Kabar buruk yang baru ia dengar kemarin lalu dan hati nya pun
belum menerima nya secara ikhalas, untuk ikhlas kehilangan
seseorang yang sangat ia sayang.
Kyla makan dulu yaa tiba-tiba suara seseorang muncul dari balik
pintu kamar nya. Berjalan mendekati gadis yang di ketahui bernama
Kyla ini. Kyla menghiraukan ucapan kakak laki-laki nya ini, Dryan.
Ia (Kyla) hanya duduk termenung sambil membuka lembaran demi
lembaran album foto berwarna hijau dan sambil sesekali menatap
langi-langit pagi lewat jendela kamar nya. Pandangan mata nya tak
ingin beralih kemana-mana.
ayo buka mulut nya kakak nya terus membujuk nya agar Kyla
memakan sesuap nasi, walau hanya sedikit. Ia tak ingin adik
satu-satu nya ini sakit. Namun, hasil nya nihil Kyla tetap tak
membuka mulut nya. Kyla hanya menatap di luar sana dengan mata nya
yang berair.
Kyla Monalisa Agatha ia adalah gadis yang terkenal dengan
keceriaan nya, gadis yang baik dan ramah di hadapan siapa pun.
Senyum manis yang menawan, rambut panjang lurus yang biasa ia
biarkan tergerai dan kulit putih bersih nya, membuat dia selalu di
kagumi kaum adam. Ia pun termasuk gadis yang cerdas di sekolah
nya.
Namun, sekarang ia adalah gadis yang telah berubah drastis mata
nya yang sembab menghiasi wajah cantik nya. Senyum manis nya kini
telah tiada, dan keceriaan nya telah terganti oleh kesedihan nya.
Sekarang ia adalah gadis yang selalu sedih dan dengan wajah yang
pucat nya.
Kejadiaan seminggu yang lalu yang baru saja menimpa nya yang
membuat diri nya terpuruk. Kejadian yang membuat siapa saja akan
meras ibah pada nasib gadis pucat ini. Siapa yang tidak akan
menangis jika Ayah & Ibu nya sudah tak bernyawa??? Kejadian itu
terjadi karena kecelakaan maut yang merenggut ke dua orang tua nya.
Dan di tambah, kejadiaan itu terjadi tepat saat Kyla bertambah
usia
yang ke-15 tahun.
~Flashback On~
semoga Kyla suka sm kado nya yahh ujar wanita yang sedang
menatap sebungkus kotak yang berukuran sedang yang sudah di hias
oleh pita-pita berwarna-warni ini. Dan kertas nya yang bergambar
lucu.
semoga bun! ucap pria yang di sebelah nya ini, yang masih di
fokus dengan jalanan yang berada di hadapan nya.
Drttt Drrtt Drrtt
Prakkk
udah yah biar bunda yang ambilin hanphone nya aja!! ujar istri
nya itu.
udah biar ayah yang ngambil ucap suami nya sambil membungkukkan
tubuhnya untuk mencari ponsel nya yang sekarang masih berbunyi.
Sambil terus menatap ke depan.
Namun tragis, truk yang berada di depan nya tiba-tiba saja
berhenti mendadak dan seharus nya suami ini menginjak pedal gas
nya, namun karna ia sedang membungkukkan tubuh nya ke samping
membuat nya susah untuk menginjak pedal gas. Dan akhirnya mereka
harus menabrak bagian belakang truk yang cukup kuat. Dan membuat
mobil
ini hancur.
*di sisi lain*
Rumah megah, yang sudah di hias oleh berbagai pernak-pernik
ulang tahun ini. Dan berpuluh-puluh orang yang sudah berdatangan di
sini untuk ikut merayakan ulang tahun gadis cantik ini.
kak Ayah sm Bunda di telfon dong kak!! ucap gadis ini dengan
hati kesal nya. Namun suara nya masih tetap lembut di dengar.
udah Kyla tapi engga di angkat balas kakak nya sambil terus
menekan tombol di ponsel nya yang ia genggam di tangan nya. Dan
kadang ia dekatkan ke telinga nya.
jadi gimana dong kak
kita tunggu 10 menit lagi ajaa
Sekitar 10 menit telah berlalu, namun ke dua orang tua mereka
belum datang. Jadi terpaksa mereka memulai acara nya. Karna para
hadirin yang sudah datang sedang mengoceh ke kesalan mereka.
Saat acara peniupan lilin kue ulang tahun. Dan Kyla sedang
mengucapkan harapan nya. Dan setelah selesai ia tiup lilin nya
dengan penuh senyum bahagia nya.
~Happy Happy Birtsday
Lilin yang di atas kue nya
Sekali tiup matikan semua nya
Ayo mulai pesta hanya untuk diri mu~
Nada dering ponsel nya berbunyi. Segera ia mengambil ponsel yang
berada di sebelah kue ulang tahun nya. Dan di layar ponsel nya
terdapat nomer yang tidak di kenal. Dengan keraguaan ia mengangkat
telfon nya.
Namun baru beberapa menit. Air mata nya sudah meluncur deras di
permukaan pipi nya. Dan kadang ia berteriak histeris dan karna
sudah tak mampu menahan tubuh nya sendiri ia terjatuh di lantai.
Kakak nya
langsung menghampiri nya dan langsung bertanya-tanya.
maaf, permisi ini ada kotak. Yang tadi mereka genggam ujar
seseorang suster menyodorkan sebuah kotak berukuran sedang yang
sudah berhias pita berwarna-warni, kepada Dryan.
oh iya makasih suster Dryan menanggapi nya dengan ramah. Lalu
suster itu berlalu pergi dengan sopan nya.
Kyla ini ada hadiah dari ayah sama bunda ujar Dryan lembut
kepada Kyla yang masih berada dalam pelukan nya sambil terus
menangis. Segera Kyla merenggangkan pelukan nya lalu mengambil
hadiah yang kata nya dari Ayah & Bunda nya.
Terdapat sebuah album foto berwarna hijau. Segera ia buka dengan
perlahan. Terdapat foto Kyla dan Dryan yang sedang merayakan ulang
tahun pernikahan Ayah & Bunda nya. Dan terdapat banyak foto
ulang tahun Kyla dan Dryan.
Dan yang terakhir adalah foto ulang tahun Dryan yang ke-15 tahun
bersama dengan Kyla, Ayah dan Bunda nya. Tapi yang belum ada adalah
foto ulang tahun Kyla yang ke-15 tahun bersama Dryan, Ayah dan
Bunda nya. Setelah mengingat lagi ia menangis histeris dan Dryan
langsung memeluk Kyla.
Dan terdapat sebuah surat yang sebelum nya dibaca oleh
Dryan...
From: Ayah & Bunda
Happy Birtsday Kyla Monalisa Agatha... semoga makin sayang sama
Ayah & Bunda dan kak Dryan yaa sayang, semoga jadi anak yang
sholehah, semoga makin baik, pintar dan cantik. Dan terus
membanggakan Ayah & Bunda...
Ayah sama Bunda cuman ngasih album foto itu. Dan nanti nya foto
ulang tahun kamu yang ke-15 tahun bersama Ayah, Bunda dan kak
Dryan nanti di taruh di album foto itu...
Salam bahagia cantik!!
To: Kyla Monalisa Agatha
~Flashback Off~
Hari yang seharus nya menjadi hari bahagia nya bersama
orang-orang tersayang nya. Namun, Tuhan berkata lain. Ia (Kyla)
harus kehilangan Ayah & Ibu nya, dan harus merasakan kesedihan
nya yang mendalam sampai saat ini. Mungkin Tuhan sangat sayang
kepada ke dua orang
tua Kyla & Dryan, dan mengambil nyawa nya sangat cepat.
TAMAT
"Semua yang telah terjadi harus di terima secara ikhlas walau
kadang semua nya terasa sulit untuk di terima secara ikhlas. Tapi
saat sudah jalani hari seperti biasa, dengan waktu yang terlewati.
Sedikit demi sedikit kamu bisa menerima nya secara ikhlas"
Cerita Lucu: Uang Kembalian
CeritaLucu.Gen22.net - Kereta api berhenti di stasiun Karawang
sebelum melanjutkan perjalanannya. Pak Urip menjulurkan kepala
lewat jendela. Seorang anak kecil berdiri dekat jendela. "Jang,
jang, jang " panggilnya.
Anak itu mendekat. Pak Urip mengulurkan uang seribu rupiah,
"Minta tolong di belikan dua potong roti, satu untuk kamu,"
katanya. Si anak pergi namun lama baru kembali sambil mengunyah
roti. Ia mengembalikan uang lima ratus rupiahnya.
"Pak, roti yang ini tinggal satu-satunya di warung. Jadi
terpaksa saya beli. Kembaliannya ini buat Bapak," katanya. Lalu ia
sambil mengunyah roti pergi meninggalkan bapak Urip.
Sebuah Janji
Oleh: Rai Inamas Leoni
Sahabat selalu ada disaat kita membutuhkannya, menemani kita
disaat kita kesepian, ikut tersenyum disaat kita bahagia, bahkan
rela mengalah padahal hati kecilnya menangis
***
Bel istirahat akan berakhir berapa menit lagi. Wina harus segera
membawa buku tugas teman-temannya ke ruang guru sebelum bel
berbunyi. Jabatan wakil ketua kelas membuatnya sibuk seperti ini.
Gubrak. Buku-buku yang dibawa Wina jatuh semua. Orang yang menabrak
entah lari kemana. Jangankan menolongnya, meminta maaf pun
tidak.
Sial! Lari nggak pakek mata apa ya... rutuk Wina. Dengan wajah
masam ia mulai jongkok untuk merapikan buku-buku yang terjatuh.
Belum selesai Wina merapikan terdengar langkah kaki yang datang
menghampirinya.
Kasian banget. Bukunya jatuh semua ya? cemoh seorang cowok
dengan senyum sinis. Sejenak Wina berhenti merapikan buku-buku, ia
mencoba melihat orang yang berani mencemohnya. Ternyata dia lagi.
Cowok berpostur tinggi dengan rambut yang selalu berantakan.
Sumpah! Wina benci banget sama cowok ini. Seumur hidup Wina nggak
bakal bersikap baik sama cowok yang ada di depannya ini. Lalu Wina
mulai melanjutkan merapikan buku tanpa menjawab pertanyaan cowok
tersebut.
Cowok tinggi itu sepintas mengernyitkan alisnya. Dan kembali ia
tercenung karena cewek di depannya tidak menanggapi. Biasanya kalau
Wina terpancing dengan omongannya, perang mulut pun akan terjadi
dan takkan selesai sebelum seseorang datang melerai.
Teeeett Bel tanda berakhirnya jam istirahat terdengar nyaring.
Maksud hati pengen bantu temen gue yang jelek ini. Tapi apa daya
udah keburu bel. Jadi sori nggak bisa bantu. ucap cowok tersebut
sambil menekan kata jelek di pertengahan kalimat.
Cowok tersebut masih menunggu reaksi cewek yang ada di depannya.
Tapi yang ditunggu tidak membalas dengan cemohan atau pun ejekan.
Lo berubah. gumam cowok tersebut lalu berbalik bersiap masuk ke
kelasnya. Begitu cowok itu membalikkan badannya, Wina yang sudah
selesai membereskankan buku mulai memasang ancang-ancang. Dengan
semangat 45 Wina mulai mengayunkan kaki kanannya kearah kaki kiri
cowok tersebut dengan keras.
Adooooww pekik cowok tersebut sambil menggerang kesakitan.
Makan tuh sakit!! ejek Wina sambil berlari membawa buku-buku
yang tadi sempat berserakan. Bisa dibayangkan gimana sakitnya tuh
kaki. Secara Wina pakek kekuatan yang super duper keras. Senyum
kemenangan menghiasi di wajah cewek tinggi kurus tersebut.
***
Wina.
Wina menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya. Ternyata
dari kejauhan Amel teman baiknya sejak SMP sedang berlari
kearahnya. Dengan santai Wina membalikkan badannya berjalan mencari
motor matic kesayangannya. Ia sendiri lupa dimana menaruh motornya.
Wina emang paling payah sama yang namanya mengingat sesuatu. Masih
celingak-celinguk mencari motor, Amel malah menjitak kepalanya dari
belakang.
Woe non, budeg ya? Nggak denger teriakan gue. Temen macem apaan
yang nggak nyaut sapaan temennya sendiri. ucap Amel dengan bibir
monyong. Ciri khas cewek putih tersebut kalo lagi ngambek.
Sori deh Mel. Gue lagi bad mood, pengen cepet pulang.
Bad mood? Jelas-jelas lo tadi bikin gempar satu kelas. Udah
nendang kaki cowok ampe tuh cowok permisi pulang, nggak minta maaf
lagi. jelas Amel panjang lebar.
Hah? Sampe segitunya? Kan gue cuma nendang kakinya, masak segitu
parahnya? Wina benar-benar nggak nyangka. Masa sih keras banget?
Tuh cowok ternyata bener-bener lembek, pikirnya dalam hati.
Nendang sih nendang tapi lo pakek tendangan super duper. Kasian
Alex lho.
Enak aja. Orang dia yang mulai duluan. bantah Wina membela
diri.
Sejenak Amel terdiam, lalu berlahan bibirnya tersenyum tipis.
Kenapa sih kalian berdua selalu berantem? Masalahnya masih yang
itu? Itu kan SMP. Dulu banget. ujar Amel polos, tanpa bermaksud
mengingatkan kejadian yang lalu. Lagi pula gue udah bisa nerima
kalo Alex nggak suka sama gue.
Tau ah gelap!
***
Bel pulang berbunyi nyaring bertanda jam pelajaran telah usai.
Cuaca yang sedemikian panas tak menyurutkan niat para siswa SMA
Harapan untuk bergegas pulang ke rumah. Wina sendiri sudah
membereskan buku-bukunya. Sedangkan Amel masih berkutat pada buku
catatanya lalu sesekali menoleh ke papan tulis.
Makanya kalo nulis jangan kayak kura-kura. Dengan gemas Wina
menjitak kepala Amel. Duluan ya, Mel. Disuruh nyokap pulang cepet
nih! Amel hanya mendengus lalu kembali sibuk dengan catatanya.
Saat Wina membuka pintu kelas, seseorang ternyata juga membuka
pintu kelasnya dari luar. Eh, sori.. ucap Wina kikuk. Tapi begitu
sadar siapa orang yang ada di depannya, Wina langsung ngasi tampang
jutek kepada orang itu. Ngapaen lo kesini? Masih sakit kakinya? Apa
cuma dilebih-lebihin biar kemaren pulang cepet? Hah? Jadi cowok kok
banci baget!!!
Jujur Alex udah bosen kayak gini terus sama Wina. Dia pengen
hubungannya dengan Wina bisa kembali seperti dulu. Nggak usah cari
gara-gara deh. Gue cuma mau cari Amel. ucap Alex dingin sambil
celingak celinguk mencari Amel. Hey Mel! ucap Alex riang begitu
orang yang dicarinya nongol.
Hey juga. Jadi nih sekarang? Amel sejenak melirik Wina. Lalu
dilihatnya Alex mengangguk bertanda mengiyakan. Win, kita duluan
ya, ujar Amel singkat.
Wina hanya benggong lalu dengan cepat mengangguk. Dipandangi
Amel dan Alex yang kian jauh. Entah kenapa, perasaanya jadi aneh
setiap melihat mereka bersama. Seperti ada yang sakit di suatu
organ tubuhnya. Biasanya Alex selalu mencari masalah dengannya.
Namun kini berbeda. Alex tidak menggodanya dengan cemohan atau
ejekan khasnya. Alex juga tidak menatapnya saat ia bicara. Seperti
ada yang hilang. Seperti ada yang pergi dari dirinya.
***
Byuuurr.. Fanta rasa stowberry menggalir deras dari rambut Wina
hingga menetes ke kemeja putihnya. Wina nggak bisa melawan. Ia kini
ada di WC perempuan. Apalagi ini jam terakhir. Nggak ada yang akan
bisa menolongnya sampai bel pulang berbunyi.
Maksud lo apa? bentak Wina menantang. Ia nggak diterima di guyur
kayak gini.
Belum kapok di guyur kayak gini? balas cewek tersebut sambil
menjambak rambut Wina. Tha, mana fanta jeruk yang tadi? ucap cewek
itu lagi, tangan kanannya masih menjambak rambut Wina. Thata
langsung memberi satu botol fanta jeruk yang sudah terbuka.
Lo mau gue siram lagi? tanya cewek itu lagi.
Halo??!! Nggak usah ditanya pun, orang bego juga tau. Mana ada
orang yang secara sukarela mau berbasah ria dengan fanta stroberry
atau pun jeruk? Teriak Wina dalam hati. Ia tau kalau cewek di
depannya ini bernama Linda. Linda terkenal sesaentro sekolah karena
keganasannya dalam hal melabrak orang. Yeah, dari pada ngelawan
terus sekarat masuk rumah sakit, mending Wina diem aja. Ia juga tau
kalo Linda satu kelas dengan Alex. Wait, wait.. Alex???
Jangan-jangan dia biang keladinya. Awas lo Lex, sampe gue tau lo
biang keroknya. Gue bakal ngamuk entar di kelas lo!
Gue rasa, gue nggak ada masalah ama lo. teriak Wina sambil
mendorong Linda dengan sadisnya. Wina benar-benar nggak tahan sama
perlakuan mereka. Bodo amat gue masuk rumah sakit. Yang jelas ni
nenek lampir perlu dikasi pelajaran.
Kedua teman Linda, Thata dan Mayang dengan sigap mencoba menahan
Wina. Tapi Wina malah memberontak. Buruan Lin, ntar kita ketahuan.
kata Mayang si cewek sawo mateng.
Selang beberapa detik, Linda kembali mengguyur Wina dengan fanta
jeruk. Jauhin Alex. Gue tau lo berdua temenan dari SMP! Dulu lo
pernah nolak Alex. Tapi kenapa lo sekarang nggak mau ngelepas
Alex?!!
Maksud lo? ledek Wina sinis. Gue nggak kenal kalian semua. Asal
lo tau gue nggak ada apa-apa ama Alex. Lo nggak liat kerjaan gue
ama tuh cowok sinting cuma berantem?
Plaakk.. Tamparan mulus mendarat di pipi Wina. Tapi lo seneng
kan? teriak Linda tepat disebelah kuping Wina. Kesabaran Wina
akhirnya sampai di level terbawah.
Buuugg! Tonjokan Wina mengenai tepat di hidung Linda. Linda yang
marah makin meledak. Perang dunia pun tak terelakan. Tiga banding
satu. Jelas Wina kalah. Tak perlu lama, Wina sudah jatuh terduduk
lemas. Rambutnya sudah basah dan sakit karena dijambak, pjpinya
sakit kena tamparan. Kepalanya terasa pening.
Beraninya cuma keroyokan! bentak seorang cowok dengan tegas.
Serempak trio geng labrak menoleh untuk melihat orang itu, Wina
juga ingin, tapi tertutup oleh Linda. Dari suaranya Wina sudah tau.
Tapi Ia nggak tau bener apa salah.
Pergi lo semua. Sebelum gue laporin. ujar cowok itu singkat.
Samar-samar Wina melihat geng labrak pergi dengan buru-buru. Lalu
cowok tadi menghampiri Wina dan membantunya untuk berdiri. Lo nggak
apa-apa kan, Win?
Nggak apa-apa dari hongkong!?
***
Hujan rintik-rintik membasahi bumi. Wina dan Alex berada di
ruang UKS. Wina membaringkan diri tempat tidur yang tersedia di
UKS. Alex memegangi sapu tangan dingin yang diletakkan di sekitar
pipi Wina. Wina lemas luar biasa. Kalau dia masih punya tenaga, dia
nggak bakalan mau tangan Alex nyentuh pipinya sendiri. Tapi karena
terpaksa. Mau gimana lagi.
Ntar lo pulang gimana? tanya Alex polos.
Nggak gimana-mana. Pulang ya pulang. jawab Wina jutek. Rasanya
Wina makin benci sama yang namanya Alex. Gara-gara Alex dirinya
dilabrak hidup-hidup. Tapi kalau Alex nggak datang. Mungkin dia
bakal pingsan duluan sebelum ditemukan.
Tadi itu cewek lo ya? ucap Wina dengan wajah jengkel.
Nggak.
Trus kok dia malah ngelabrak gue? Isi nyuruh jauhin lo segala.
Emang dia siapa? rutuk Wina kesal seribu kesal. Ups! Kok gue
ngomong kayak gue nggak mau jauh-jauh ama Alex. Aduuuhh
Alex sejenak tersenyum. Dia tuh cewek yang gue tolak. Jadi dia
tau semuanya tentang gue dan termasuk tentang lo ucap Alex sambil
menunjuk Wina.
Wina diam. Dia nggak tau harus ngapain setelah Alex menunjuknya.
Padahal cuma nunjuk. Ntar bisa pulang sendiri kan? tanya Alex.
Bisalah. Emang lo mau nganter gue pulang?
Emang lo kira gue udah lupa sama rumah lo? Jangan kira lo nolak
gue terus gue depresi terus lupaen segala sesuatu tentang diri lo.
Gue masih paham bener tentang diri lo. Malah perasaan gue masi sama
kayak dulu. jelas Alex sejelas-selasnya. Alex pikir sekarang udah
saatnya ngungkapin unek-uneknya.
Lo ngomong kayak gitu lagi, gue tonjok jidat lo! ancam Wina. Nih
orang emang sinting. Gue baru kena musibah yang bikin kepala
puyeng, malah dikasi obrolan yang makin puyeng.
Perasaan gue masih kayak dulu, belum berubah sedikit pun. Asal
lo tau, gue selalu cari gara-gara ama lo itu ada maksudnya. Gue
nggak pengen kita musuhan, diem-dieman, atau apalah. Pas lo nolak
gue, gue nggak terima. Tapi seiring berjalannya waktu, kita dapet
sekolah yang sama. Gue coba buat nerima. Tapi nggak tau kenapa lo
malah diemin gue. Akhirnya gue kesel, dan tanpa sadar gue malah
ngajakin lo berantem. Sejenak Alex menanrik nafas. Lo mau nggak
jadi pacar gue? Apapun jawabannya gue terima.
Hening sejenak diantara mereka berdua. Kayaknya gue pulang
duluan deh. Ucap Wina sambil buru-buru mengambil tasnya. Inilah
kebiasaan Wina, selalu mengelak selalu menghindar pada realita. Ia
bener-bener nggak tau harus ngapaen. Dulu ia nolak Alex karena Amel
juga suka Alex. Tapi sekarang?
Besok gue udah nggak sekolah disini. Gue pindah sekolah. Alex
berbicara tepat saat Wina sudah berada di ambang pintu UKS.
Wina diam tak sanggup berkata-kata. Dilangkahkan kakinya pergi
meninggalkan UKS. Meninggalkan Alex yang termenung sendiri.
***
Kelas masih sepi. Hanya ada beberapa murid yang baru datang.
Diliriknya bangku sebelah. Amel belum datang. Wina sendiri tumben
datang pagi. Biasanya ia datang 5 menit sebelum bel, disaat kelas
sudah padat akan penduduk. Semalam Wina nggak bisa tidur. Entah
kenapa bayangan Alex selalu terbesit di benaknya. Apa benar Alex
pindah sekolah? Kenapa harus pindah? Peduli amat Alex mau pindah
apa nggak, batin Wina. Argggg Kenapa sih gue mikir dia terus?
Mikirin Alex maksud lo? ucap Amel tiba-tiba udah ada disamping
Wina. Nih hadiah dari pangeran lo. Dilihatnya Amel mengeluarkan
kotak biru berukuran sedang. Karena penasaran dengan cepat Wina
membuka kotak tersebut. Isinya bingkai foto bermotif rainbow dengan
foto Wina dan Alex saat mengikuti MOS SMP didalamnya. Terdapat
sebuah kertas. Dengan segera dibacanya surat tersebut.
Dear wina,
Inget ga pertama kali kita kenalan? Pas itu lo nangis gara-gara
di hukum ama osis. Dalam hati gue ketawa, kok ada sih cewek cengeng
kayak gini? Hehe.. kidding. Lo dulu pernah bilang pengen liat
pelangi tapi ga pernah kesampaian. Semoga lo seneng sama pelangi
yang ada di bingkai foto. Mungkin gue ga bisa nunjukin pelangi saat
ini coz gue harus ikut ortu yang pindah tugas. Tapi suatu hari
nanti gue bakal nunjukin ke lo gimana indahnya pelangi. Tunggu gue
dua tahun lagi. Saat waktu itu tiba, ga ada alasan buat lo ga mau
jadi pacar gue.
Kenapa lo nggak mau nerima dia? Gue tau lo suka Alex tapi lo
nggak mau nyakitin gue. sejenak Amel tersenyum. Percaya deh,
sekarang gue udah nggak ada rasa sama Alex. Dia cuma temen kecil
gue dan nggak akan lebih.
Thanks Mel. Lo emang sahabat terbaik gue. ucap Wina tulus. Tapi
gue tetap pada prinsip gue.
Amel terlihat menerawang. Jujur, waktu gue tau Alex suka sama lo
dan cuma nganggep gue sebagai temen kecilnya. Gue pengen teriak
sama semua orang, kenapa dunia nggak adil sama gue. Tapi seiring
berjalannya waktu gue sadar kalo nggak semua yang kita inginkan
adalah yang terbaik untuk kita. senyum kembali menghiasi wajah
mungilnya. Dan lo harus janji sama gue kalo lo bakal jujur tentang
persaan lo sama Alex. Janji? lanjut Amel sambil mengangkat jari
kelingkingnya.
Ingin rasanya Wina menolak. Amel terlalu baik baginya. Dia
sendiri tau sampai saat ini Amel belum sepenuhnya melupakan Alex.
Tapi Wina juga tak ingin mengecewakan Amel. Berlahan diangkatnya
jari kelingkingnya.
Janji.. gumam Wina lirih.
Cerpen Persahabatan: Me and My Best Friend
Oleh: Rai Inamas Leoni - Kembali aku menoleh ke belakang. Tidak
ada siapa-siapa. Mungkin perasaanku saja, ujarku dalam hati. Ku
lirik jam tangan ku yang menunjukan jam 4 sore, pantas keadaan
parkiran sudah sepi. Hanya ada beberapa motor yang masih setia
menunggu majikannya untuk pulang. Aku sendiri baru selesai dari
ekskul ku yaitu jurnalistik. Sebenarnya belum selesai, hanya saja
aku izin pulang lebih awal. Mood ku dari tadi pagi sedang tidak
bagus, ditambah cuaca hari ini yang selalu mendung.
Aku tersenyum ketika melihat motor kesayangan ku dari kejauhan.
Waktunya pulang, batinku lirih. Kulangkahkan kaki menuju motor
matic ku. Tak sampai 5 langkah, aku menghentikan langkah ku. Mereka
benar-benar lupa Rasanya aku ingin menangis saja. Kenapa mereka
semua bisa lupa hari ulang tahun ku? Bahkan Agha pun juga tidak
ingat. Aku sengaja tidak mengatakan apa-apa kepada mereka tadi
pagi. Aku masih menunggu hingga mereka sadar, bahwa temannya yang
satu ini sedang merayakan hari kelahirannya. Tapi, segitu buruk kah
ingatan mereka? Ingin sekali aku berteriak di parkiran ini.
Dengan kesal, aku berjalan secepat mungkin menuju motorku. Lebih
baik pulang, tiduran di kamar sambil membaca novel. Lupakan hari
ulang tahun ku!! Namun langkah itu mulai terdengar kembali. Siapa?
Apakah penguntit? Tanpa sadar aku mulai sedikit berlari, dan
langkah itu pun juga terdengar sedang berlari mengejarku. Tunggu.
Kenapa aku mendengar langkah kaki banyak orang? Jangan-jangan aku
akan dikeroyok. Oh tuhan, lindungilah aku.
Karena penasaran, ku beranikan diriku untuk menoleh ke belakang
secepat mungkin, melihat apa yang terjadi sebenarnya. Dan sedetik
kemudian aku merasa butiran-butiran putih mengenai seluruh tubuhku.
Lalu disusul dengan cairan kuning mengenai rambutku. Happy Birthday
Nara, ujar mereka serempak lalu tertawa terbahak-bahak.
Kulihat Nadya, Lunna, dan Dinda sedang membawa sisa-sisa tepung,
yang tentu saja juga mengenai baju mereka walau tidak sebanyak aku.
Oh shiiitt.. Kalian gila apa? teriakku kesal walau hati kecil ku
merasa senang. Senang karena mereka ingat aku.
Ya ampun, gitu aja ngambek. Sini gue kasi lagi, Tio lalu
melemparkan telur ke kepala ku dan semua kembali tertawa. Aku hanya
bisa menunduk, membiarkan cairan kuning itu jatuh ke tanah. Dan
tidak lama kemudian aku melihat Rizky membawa seember air.
Buru-buru aku lari, namun ditahan oleh Nadya dan Dinda. Dan jadilah
kami bertiga terkena air.
Ya Rizky, kenapa gue jadi kena sih? Ini kan air bekas pel Pak
Komar. Sialan lo! rengek Nadya lalu melempar tepung yang tersisa
kearah Rizky. Rizky pun mencoba untuk menghindar. Aku tertawa
melihat mereka. Mereka bener-bener pasangan yang serasi.
Dan entah dari mana, Lunna tiba-tiba membawa blackforest yang
berisi angka 16 kehadapan ku. Make a wish dulu donk, Ra.
Aku mulai memejamkan mata untuk berdoa. Ku buka mata secara
perlahan sambil menatap satu persatu teman sekelas ku di XI IPA 2.
Nadya, Rizky, Dinda, Lunna, Tio, dan.. Agha mana? tanya ku
polos.
Kulihat raut wajah mereka berubah. Lalu Dinda menyela, Agha lagi
nganter Putri ke toko buku. Lo tau lah Putri, ee.. dia anak baru,
Kulihat Dinda sejenak ragu-ragu. Bu Siska tadi nyuruh Agha buat
nemenin Putri beli buku pelajaran.
Oh, Hanya itu kata yang keluar dari mulut ku. Kupaksakan untuk
tersenyum. Melihat perubahan ekspresiku, Tio yang memang terkenal
jahil mulai melumuri wajahku dengan krim yang ada di kue, lalu
disusul oleh Dinda. Tak mau kalah, aku langsung membalasnya. Selang
beberapa menit, kami berenam sudah menjadi badut amatiran yang
wajahnya dipenuhi krim.
***
Agha Daniswara. Nama yang sudah tak asing lagi di telinga ku.
Selain letak rumah yang bersebelahan, kami juga selalu satu sekolah
bahkan sekelas. Dimana ada Agha, selalu ada aku. Aku seperti
menemukan sosok kakak di dalam diri Agha, karena aku sendiri anak
tunggal. Menjadi anak tunggal memang mengasyikan. Semua perhatian
Mama dan Papa tercurah untuk ku tanpa harus terbagi. Namun hidup
sendiri tanpa saudara juga sangat menyedihkan malah membosankan.
Kadang aku iri kepada mereka yang memiliki kakak atau adik. Tapi,
selama ada Agha yang selalu disamping ku, hidup menjadi anak
tunggal tidak masalah.
Sejenak aku memejamkan mata, mencoba mengingat kejadian tadi
sore. Yang terlintas dibenak ku hanya lah Putri. Murid pindahan
yang seminggu terakhir mencuri perhatian teman-teman sekelas. Ya,
dia cantik dan modis. Dan tak butuh waktu lama, aku yakin Putri
akan menjadi salah satu deretan siswi populer di SMA
Tunggadewi.
Aku kembali membuka mata. Kulirik foto yang terpajang manis di
meja belajarku. Foto dua anak SD yang sama-sama membawa balon. Aku
masih ingat, saat itu hari ulang tahun Agha yang ke-10. Mama Agha
atau biasa ku panggil Tante Mita ngotot untuk menggambil foto kita
berdua. Untuk kenang-kenangan katanya.
Alunan lagu Only Hope milik Mandy Moore terdengar dari meja
belajarku. Dengan malas aku bangkit dari tempat tidur. Siapa sih
yang nelpon malam-malam? Dengan kesal ku tekan salah satu tombol di
HP, tanpa melihat nama yang tertera di layar. Halo, sapaku
enggan.
Akhirnya diangkat juga. Ra, buruan ke balkon sekarang. ujar
seseorang yang aku kenal. Jangan lupa pakek jaket, dingin banget
disini. Gue tunggu, Ra.
Belum sempat aku menjawab, telepon sudah di tutup. Sialan Agha.
Aku yang masih binggung atas ucapanya buru-buru membuka lemari
mencari jaket tebalku. Tak butuh waktu lama, aku sudah berdiri di
balkon kamarku yang bersebelahan dengan balkon kamar Agha. Kamar ku
dan kamar Agha sama-sama ada di lantai atas.
Lo belum tidurkan? tanya Agha dari balkonnya. Ku lihat Agha
menggunakan kemeja putih dan celana jeans hitam yang membalut tubuh
atletisnya. Sepertinya ia baru pulang.
Belum lah, masih jam 9 juga. Lo sendiri baru pulang?
Iya. Tadi gue nganter Putri beli buku. Capek banget, Ra. Nggak
nyangka kalo si Putri suka baca novel sama kayak lo. Ku lihat Agha
tersenyum gembira. Belum pernah aku melihat ia sebahagia ini. Lalu
ia menceritakan kejadian-kejadian yang lucu di toko buku. Aku hanya
menanggapi dengan kata-kata singkat seolah aku menyimak cerita
Agha. Walau sebenarnya aku tidak mendengarkan apa-apa.
Ada sesuatu yang mengganjal. Aku menerawang ke bawah melihat
jalanan, yang tentu saja sepi. Jalan di kompleks perumahan kan
tidak seramai jalan raya.
Ra? Halo Nara? Naraaaa Lo denger nggak sih? Panggilan Agha
membuyarkan lamunan ku.
Apa? Eh maksud gue, gue denger kok, ucapku terbata-bata.
Agha mendengus. Gue tau lo nggak denger omongan gue. Lo lagi
mikirin apa sih?
Kita balik ke setahun yang lalu ya? ujarku tiba-tiba.
Agha terlihat bingung.
Kita pacaran sampai sini aja. Lagian lo sama gue lebih cocok
buat sahabatan. Entah kenapa gue rindu Agha yang dulu. Agha yang
selalu ngejek gue jelek, Agha yang selalu bandingin gue sama
cewek-cewek populer waktu SMP, sampai Agha yang selalu bangunin gue
kalo gue telat bangun. Semenjak kita pacaran, rasanya ada yang
berubah dalam diri kita. Sejenak aku memejamkan mata untuk mengatur
emosi. Lo mau kan kalo kita sahabatan lagi? tanya ku ragu.
Ku lihat Agha terkejut mendengar ucapanku. Biarlah. Jujur,
setelah aku dan Agha pacaran, aku melihat perubahan sikap diantara
kami. Seolah-olah ada tembok besar disekitar kami. Kami tidak dapat
tertawa lepas seperti dulu saat SMP. Selalu ada sesuatu yang
mengikat, mengingatkan bahwa kita tidak hanya berteman. Suatu
komitmen yang bernama pacaran. Tapi aku sadar semenjak Putri masuk
ke kelasku, aku merasa Agha tertarik pada gadis itu. Dan itu
membuat aku muak. Aku kangen sama Agha, teman kecil ku.
Kalo itu mau lo, gue terima. Asalkan kita bisa sahabatan lagi
kayak dulu. Jangan gara-gara masalah ini, kita jadi diem-dieman.
ujar Agha lirih.
Ya udah, gue duluan balik ke kamar ya. Dingin banget disini.
Belum sempat aku melangkah, Agha sudah menahanku dan menyuruhku
menangkap sesuatu yang dilemparnya. Untung kali ini aku bisa
menangkapnya dengan tepat.
Happy birthday Nara. Maunya ngucapin satu tahunan kita jadian.
Tapi kita kan baru aja putus. Gue doain semoga persahabatan kita
langgeng sampai tua nanti.
Aku hanya tersenyum lalu buru-buru masuk ke kamar. Ku hempaskan
diriku ke tempat tidur. Perlahan kubuka hadiah Agha yaitu sebuah
kotak kecil bermotif strawberry, buah kesukaan ku. Dalam kotak
terdapat kalung berbandul separuh hati dan sebuah kertas kecil.
Happy birthday peri kecilku dan happy 1st anniversary buat
hubungan kita.
PS : Moga lo seneng ama tu kalung
Kurasakan butiran kristal jatuh dari pelupuk mataku, buru-buru
aku hapus dengan tangan. Namun semakin aku berusaha, butiran itu
semakin banyak. Ya Tuhan Aku yakin akan keputusan ku. Tapi kenapa
hati ku terasa perih?
Malam semakin larut. Namun seseorang masih terpaku, terdiam di
balkon kamarnya sambil menatap balkon yang baru saja di tinggal
pergi oleh pemiliknya. Pemilik yang bernama Nara Angelina. Teman
kecilnya.
***
Naraaa!
Saya Pak! Saya Pak! teriakku tak karuan. Mata ku mencoba melihat
sekililing. Menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Tapi, ini kan
kamarku? Lalu
Ouch shittt! Gue kira apa. Gila lo, Ga. Ngapaen lo disini? ujar
ku kesal. Ku tarik selimut untuk menutupi tubuhku. Berniat
melanjutkan mimpi ku yang tertunda gara-gara teriakan mahluk aneh
ini.
Agha tertawa. Ya ampun, dasar putri tidur. Buruan lo bangun, ini
udah jam 10 pagi. Masa cewek males gini? Agha menarik selimut ku
lalu ditaruhnya di sofa.
Agha!! Selimut gue balikin. Lagian ngapain juga bangun pagi? Ini
tuh masih LIBURAN. Tahun ini kita kelas tiga, pasti belajar mulu
kerjaannya. Kasi donk gue nikmatin liburan gue. Jelas ku panjang
lebar.
Ku dengar tawa Agha makin keras, seolah-olah mengganggu tidurku
adalah hal terlucu di dunia ini. Aku hanya bisa pasrah. Beberapa
bulan telah berlalu sejak hari itu. Hari dimana aku putus dengan
Agha. Seperti yang kuduga, setelah kejadian itu hubungan kami
kembali seperti SMP dulu. Dimana kami sering mengejek satu sama
lain. Agha kembali pada hobby-nya yang senang melihat aku
menderita. Dan aku kembali pada hobby lama ku, sering merecoki dia
dengan kalimat panjang lebar.
Cerewet banget sih, rutuk Agha. Buruan lo mandi, kita ke toko
buku sekarang. Hari ini terakhir diskon lho. Katanya mau cari
novel? Aku melirik sebal kepadanya. Agha menghampiri aku, lalu
dengan gemas Agha mengacak-acak rambut ku.
Bilang aja lo mau beli komik. Pakek alasan gue beli novel lagi.
Muna lo! Dari mana lo tau kalo diskonnya masih? Kata ku sambil
merapikan rambut ku yang berantakan.
Dinda yang ngasi tau. Terserah mau percaya atau nggak. Yang
penting lo buruan mandi. Lalu Agha pergi ke arah meja belajar untuk
melihat koleksi novelku. Aku terkadang heran dengan Agha. Untuk
ukuran cowok tinggi yang jago main basket, masa sih dia masih doyan
baca komik. Apalagi komik favoritnya Detektif Conan. Benar-benar
deh si Agha.
Agha cakep, dengerin gue ya. Gue sih udah dari tadi mau mandi.
TAPI GIMANA CARANYA GUE MANDI KALO LO MASIH BERKELIARAN DI KAMAR
GUE??? Dan tak butuh waktu lama, bantal-bantal di tempat tidurku
sudah melayang ke wajah Agha. Kulihat Agha mencoba menghindar dari
serangan bantal-bantal sambil tertawa, lalu keluar dari
kamarku.
Dilihat dari mana pun, kami memang hanya cocok untuk sahabatan.
Setidaknya untuk saat ini. Aku tersenyum dan beranjak pergi dari
tempat tidurku. Bersiap-siap untuk pergi ke tempat favorit kami.
Dimana lagi kalo bukan toko buku. :D
Bus yang Renta Karya Mira Tania
BUS YANG RENTA
Cerpen Karya Mira Tania
Pagi ini matahari tanpa malu-malu keluar dari persembunyiannya.
Dia memperlihatkan tubuhnya yang kuning kemerah-merahan dengan
gagah dan memancarkan sinarnya sehingga menerangi setiap pelosok
Kota Padang. Burung-burungpun bertengger di atas pepohonan yang
melambai-lambai akibat belaian dari angin sembari bersiul menyambut
pagi yang begitu indah dan damai.
Lain halnya dengan hiruk pikuk yang terdegar merdu pada gesekan
roda bus kampus yang membuat roda bus tersebut semakin menipis.
Roda yang setiap harinya bertatapan langsung dengan aspal dan
kerikil-kerikil tajam yang berserakan di sepanjang laju
lintasannya. Bus tersebut selalu tepat waktu berbaris berjajar rapi
menunggu calon-calon pemimpin bangsa yang akan menunjanginya menuju
Universitas Andalas.
Tubuh yang renta tidaklah menjadi masalah baginya.
Pintu-pintunya yang sudah hampir terlepas karena dibanting
mahasiswa-mahasiswa yang keluar masuk tidaklah membuatnya menjerit.
Dinding-dindingnya yang rapuh bukanlah menjadi halangan baginya
untuk menyibak dinginnya kabut-kabut pagi di Universitas
Adalas.
Hari ini merupakan hari pertama bagiku untuk kembali ke kampus,
setelah melewati liburan semester yang cukup panjang. Kumantapkan
langkahku yang pelan tapi pasti, menuju bus-bus yang telah berbaris
rapi dengan sopir-sopir yang siap mengendarainya. Pemandangan pada
semester dua ini tidak ubahnya dari semester sebelumnya. Bus-bus
tersebut tetap saja terlihat menyedihkan, dengan tubuhhnya yang
semakin renta dan tak terurus.
Ribuan mahasiswa bergantian yang siap menginjak tubuhhnya
tidaklah dia musuhi meskipun mahasiswa tersebut tidak merasakan
betapa lelahya tubuh itu menahan pijakan mereka. Mungkin tubuh itu
harus diistirahatkan sejenak, namun dia harus kembal bekerja dan
bertanggung jawab atas tugasnya untuk pemuda-pemudi penerus
bangsa.
Suara klason yang tak lagi terdengar merdu membuatku mempercepat
langkah ini. Sebagai penanda bahwa bus itu sudah siap untuk
berangkat menuju Universitas Andalas. Temanku yang berada di
sampingku menarik tasku sambil berkata kita naik bus yang itu saja,
yang ini sudah jelek dan tidak nyaman untuk dinaiki suara temanku
teersebut terdenggar melecehkan bus yang berada di depan mataku
ini. Aaaah aku tak menghiraukan kicauan temanku tersebut, yang aku
tau setiap benda memiliki perasaan yang tak ingin dibeda-bedakan.
Sejenak terjadi rebutan-rebutan dan tarikan-tarikan di pintu bus.
Tak berlangsung lama memang tapi hal tersebut mungkin saja membuat
bus tersebut tidak nyaman.
Pak sopir manarik kemudi sebagai cambuk untuk membuat bus
tersebut melaju. Langkah menuju lari yang lumayan cepat namun
seperti dipaksa membuat mesin-mesin bus tersebut mulai kehausan.
Ingin berhenti namun tubuh dikendalikan. Ingin menyerah namun
tanggung jawab harus digenggam. Demi mahasiswa-mahasiswa yang sibuk
memikirkan jalan hidup masing-masing.
Suara tepukan dari mahasiswa membuatnya berhenti sejenak untuk
mengambil sebuah nafas panjang namun dia harus melaju kembali
menuju tempat-tempat yang setiap jam bahkan setiap menit dia lalui.
Lamunanku terhenti disaat aku melewati gedung dimana tempat aku
bajar. Tepukan tanganku membuat pak sopir itu memberhentikan bus
itu secara mendadak. Mungkin saja bus itu terkejut namun dia sudah
terbiasa dengan situasi seperti itu. Berehenti sejenak lalu kembali
beroperasi.
Ucapan terimakasih dari mahasiswa-mahasiswa itu hannya terucap
untuk bapak sopir, terimakasih pak kata-kata itu yang sering
terdengar, tak ada seoranggpun yang mengatakan terimakasih bus
kampus. Menyedihkan memang, tapi itulah kenyataannya. Ku buka
pintunnya dengan lembut dan ku tutup dengan pelan. Berharap dia
tidak kesakitan.
Ku lepas kepergiannya dengan senyuman dan berharap suatu saat
nanti jasanya akan aku balas dengan menggoreskan tinta-tinta di
atas kertas putih yang melahirkan karya-karya tulis yang mungkin
dapat dia ceritakan kepada anak cucunya nanti.
Berawal Dari Secangkir Teh yang Tumpah Karya Karenina
Djaminta
BERAWAL DARI SECANGKIR TEH YANG TUMPAH
Cerpen Karya Karenina Djaminta
Nama gue windy,minggu lalu gue kenal sama seorang cewek bernama
angel ,kita juga sudah saling kenal ,kita pun juga akrab kalau
dibilang sudah seperti seorang sahabat .awal dari pertemuan kami
adalah aku yang sedang menikmati secangkir teh hangat didekat
kampusku. Teh hangat itu ku taruh di mejaku tiba tiba ia datang
dengan tergesa-gesa lalu tak sengajah menyenggol meja ku dan tentu
saja teh yang aku minum 2 teguk tumpah .
aduh sory ya gue gak sengaja , soalnya tadi gue buru- buru
ujarnya dengan raut muka panik
its okay, jawabkau dengan senyum kecil dan tampang santai
oh ia nama lo siapa ia kerap mengulurkan tanganya
windy, kalo nama lo ?
angel ujarnya denganya ,dengan senyum yang manis
Sejak itu kami sering sekali bertemu denganya karena ia ternyata
satu kampus denganku tapi kami beda jurusan ,angel mengambil
jurusan kedokteran sementara aku mengambil jurusan akuntansi.
Semenjak itu kami saling berkenan dan kami lama kelamaan dekat
seperti seorang sahabat yang sangat akrab.
Kami saling curhat, dan saling memberi solusi satu samalain ,
aku sangat merindukan persahabatan seperti ini sejak kepergian
sahabatku vira akibat kecelakaan yang tragis, dan ketika aku
bertemu dengan angel aku rasanya sangat dekat dengan sosok vira,
karna ia lucu,periang, cerdas, dan menjadi tempat curhat yang enak
bagi ku.
Suatu hari saat kita nongkrong di sebuh cafe dekat kampusku ,
tiba-tiba angel terlihat pucat dan ia juga mimisan.
Ngel lho kenapa? Kalau sakit biar kita ke rumah sakit aja
,tanyaku dengan nada panik
Kebetulan juga di dekat kamus kami ada sebuah rumah sakit
Gue gak apa- apa kok win,jawabnya dengan nada yang lemah
Tapi seperti nya ia menyembunyikan sesuatu dari ku dan aku pun
mulai curiga .
Sehabis mengucap kata gak apa- apa tiba- tiba angel pingsan aku
pun langsung membawanya ke keluar dari cafe itu dan aku pun segera
membawanya dengan mobilku pergi ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit aku langsung memanggil suster dan
dokter untuk segera menagani angel,suster pun menyuruhku untuk
tunggu di luar untuk beberapa saat.
Setelah dokter keluar dan memanggil ku untuk menjelaskan semua
tentang penyakit angel ,ternyata benar apa yang ku duga ia
menyembunyikan sesuatu hal yaitu penyakitnya
Ternyata selama ini angel terkena kanker darah stadium akhir
,dan hidupnya tinggal sebentar lagi itu sangat membuat ku kaget dan
sangat sedih.
Setelah beberapa saat kemudian akhirnya angel sadar , langsung
saja ku masuk ke kamarnya
Dan menjelaskanya semua pada angel
Lalu angel berkata , sekarang kamu tau kan apa penyakitku,
jawabnya dengan suara yang ingin menangis dan tetesan air mata pun
akhirnya mengalir
Ia ngel aku tau itu sakit tapi aku yakin kamu pasti bisa karena
kamu wanita yang kuat,jawabku dengan nada sedih.
Aku berencana ingin membahagiakan dan menyemangati sahabat ku
ini di sisa akhir hidupnya ini
Akhirya ia ku antar pulang dan aku sarankan dia untuk
beristirahat sampai hari ke-3
Tapi anehnya sudah hari ke-4 pun angel tak kujung muncul di
kampus.Akhirnya aku memutuskan untuk datang ke rumahnya yang megah
itu , dan ku lihat banyak sekali orang yang menggunakan baju hitam,
firasat ku pun mulai tidak enak.
Akhirnya aku pun memutuskan untuk masuk ke rumahnya dan saat itu
pun pintu rumahnya terbuka.
Saat sampai di depan pintu aku melihat foto angel dan sebuah
peti bergambar yesus dan dua belas orang muridnya.
Saatku menghampiri peti itu betapa terkejutnya aku saat melihat
tubuh angel yang sudah terbaring kaku di dalam peti tersebut .
dengan histeris aku berteriak sambil menangis dan menyebutkan nama
ANGEL!!!
Aku pun menangis histeris dan berkata: ngel aku kan nyaranin
kamu buat istirahat untuk beberapa hari tapi kenapa kamu
beristirahat untuk selamanya dan meniggalkanku .
Besoknya adalah hari pemakaman angel aku dan pun ikut sampai
selesai acara pemakaman tersebut.
Saat sudah sepi mama angel memberikan sepucuk surat untuk ku
yang katanya dari angel dan tanpa berpikir
Langsung saja ku buka surat tersebut .
Isi suratnya adalah:
To:windy
Windy mungkin saat kamu membaca surat ini aku udah gak ada lagi
bersama kamu dan sudah tidak duduk di cafe dekat dekat kampus
bersamamu lagi
Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih padamu karena kamu
adalah sahabat ku yang baik
Engkau juga sealu menjadi pendengar yang baik dalam setiap
curhatan ku
Walau kita baru bersahabat tapi aku sudah merasa seperti kita
sudah sangat lama bersahabat
Tapi percayalah sahabat ku meskipun tubuhku tak baersamamu tapi
jiwa ku yang aka selalu menjaga mu dari bahaya.
From: angel .
Semenjak kejadian itupun aku menyesal belum sempat membahagiakan
sahabatku sesuai dengan janji nya pada dirinya sendiri ,dan
semenjak kejadian itu juga windy menjadi mengurung dir di kamar dan
sering mencoba bunuh diri dengan tujuan agar bisa menyusul
angel.
TAMAT