TRANSKRIP PEMBEKALAN OLEH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPADA CALON PERWIRA REMAJA AKADEMI MILITER DAN AKADEMI KEPOLISIAN NEGARA RI DI MAGELANG, JAWA TENGAH TANGGAL 11 JULI 2012 Bismillaahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera untuk kita semua Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, Panglima TNI, Kapolri, Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Laut, dan Kepala Staf Angkatan Udara, Saudara Gubernur Jawa Tengah, Para Pimpinan Lembaga Pendidikan, khususnya di jajaran Akademi TNI dan Polri, Para Taruna Calon Perwira Remaja, dari TNI dan Polri yang saya cintai dan saya banggakan, Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, insya Allah besok kalian akan saya lantik menjadi perwira remaja di jajaran TNI dan Polri. Saya tahu, bahwa kalian telah dididik, dilatih, dan dipersiapkan dengan baik dalam kurun waktu sekitar empat tahun. Dan sesungguhnya kalian telah siap untuk mengemban tugas bangsa dan negara, setelah kalian resmi menjadi perwira TNI dan Polri. Besok, pada acara Prasetya Perwira, saya akan memberikan amanat untuk dijalankan oleh para perwira remaja baru dan sekaligus juga oleh jajaran TNI dan Polri, utamanya yang mengemban tugas di lembaga pendidikan. Oleh karena itu, malam hari ini saya ingin menyampaikan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TRANSKRIPPEMBEKALAN OLEH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
KEPADA CALON PERWIRA REMAJAAKADEMI MILITER DAN AKADEMI KEPOLISIAN NEGARA RI
DI MAGELANG, JAWA TENGAHTANGGAL 11 JULI 2012
Bismillaahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II,
Panglima TNI, Kapolri, Kepala Staf Angkatan Darat, Kepala Staf Angkatan Laut, dan
Kepala Staf Angkatan Udara,
Saudara Gubernur Jawa Tengah,
Para Pimpinan Lembaga Pendidikan, khususnya di jajaran Akademi TNI dan Polri,
Para Taruna Calon Perwira Remaja, dari TNI dan Polri yang saya cintai dan saya
banggakan,
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, insya
Allah besok kalian akan saya lantik menjadi perwira remaja di jajaran TNI dan Polri.
Saya tahu, bahwa kalian telah dididik, dilatih, dan dipersiapkan dengan baik dalam
kurun waktu sekitar empat tahun. Dan sesungguhnya kalian telah siap untuk
mengemban tugas bangsa dan negara, setelah kalian resmi menjadi perwira TNI
dan Polri. Besok, pada acara Prasetya Perwira, saya akan memberikan amanat
untuk dijalankan oleh para perwira remaja baru dan sekaligus juga oleh jajaran TNI
dan Polri, utamanya yang mengemban tugas di lembaga pendidikan.
Oleh karena itu, malam hari ini saya ingin menyampaikan pembekalan khusus,
arahan khusus, dan nasihat khusus saya, baik selaku Presiden Republik Indonesia
yang menurut Undang-Undang Dasar 1945 sekaligus menjadi Panglima Tertinggi
2
TNI, tapi juga sebagai senior kalian yang hampir selama 30 tahun dulu saya juga
mengabdi di jajaran Tentara Nasional Indonesia.
Para Taruna dan Taruni, Calon Perwira TNI dan Polri yang saya cintai,
Apa yang akan saya sampaikan pada malam hari ini, secara substansial,
sebenarnya sama dengan apa yang saya sampaikan kepada kakak-kakak kalian,
yang juga satu hari setelah itu dilantik menjadi perwira remaja TNI dan Polri.
Meskipun substansinya sama, tentu ada tambahan-tambahan nasihat dan arahan
saya, sesuai dengan perkembangan situasi dari tahun ke tahun, serta sesuai pula
dengan evaluasi yang kita lakukan setiap tahunnya. Dengan harapan, sejak besok,
sepanjang perjalanan karier di jajaran TNI dan Polri sampai mengakhiri masa bakti
kalian, kalian sukses. Jadi nasihat saya, pembekalan saya, pengarahan saya,
memiliki satu tujuan besar: kita ingin kalian semua berhasil, sukses menjadi
pimpinan-pimpinan TNI dan Polri di masa depan.
Dengan pengantar itu, saya ingin langsung saja menyampaikan pembekalan dan
nasihat saya, yang selalu saya sampaikan dalam 10 hal penting, yang harus kalian
camkan, kalian pedomani, dan yang lebih penting kalian laksanakan.
Saya kira tidak perlu dicatat, nanti akan dibagikan transkrip, karena yang saya
sampaikan direkam, ada rekamannya, dan secara tertulis akan dibekalkan kepada
kalian semua. Oleh karena itu, dengarkan baik-baik, apa yang saya sampaikan ini,
karena insya Allah kalau kalian benar-benar menjalankannya nanti, dengan izin
Tuhan, kalian akan berhasil dalam karier dan pengabdian.
Sepuluh hal penting itu saya mulai dari yang pertama. Yang nomor satu adalah
jaga idealisme. Ingat, kalian pasti punya alasan, mengapa memilih profesi militer
dan kepolisian. Kalian tentu tidak begitu saja, mengambil resiko untuk memasuki
Akademi Militer, Akademi Angkatan Laut, Akademi Angkatan Udara, dan Akademi
Kepolisian, yang alhamdulillah telah kalian tuntaskan hingga hari ini.
Saya berharap cita-cita besar, idealisme kalian di dalam memilih profesi dan
pengabdian di dunia militer dan kepolisian itu, dipegang teguh sampai akhir masa
bakti kalian kelak. Jangan luntur, jangan menyimpang. Ingatlah, kalau ada
persoalan, ada ujian, ada cobaan, maka sekali lagi ingatlah apa cita-cita kalian. Jika
memasuki Akademi TNI dan Polri ini, idealisme harus terus hidup, tidak boleh
3
padam. Kalau idealisme kalian padam, kalian tidak akan bisa bergerak maju dan
sukses. Akan banyak tantangan dan godaan.Tapi sekali lagi, pegang teguh dan jaga
idealisme. Itu yang pertama.
Yang kedua, dalam setiap tugas, tugas apapun, apakah kalian sebagai Letnan atau
Ipda, jajaran kepolisian, Kapten, Mayor, dan seterusnya sampai Jenderal,
Laksamana, Marsekal, Jenderal Polisi, bintang satu, bintang dua, bintang tiga,
bintang empat, berbuatlah yang terbaik. Dalam setiap tugas, berbuatlah yang
terbaik. Do the best.
Mengapa? Agar sukses. Jangan asal-asalan. Jangan sekedar tugas selesai. Do the
best. Capai yang terbaik, capai prestasi sebaik-baiknya. Oleh karena itu, sebagai
perwira profesional, kuasai masalah teknis, kuasai apa yang semestinya dilakukan
oleh seorang perwira di lapangan, di pangkalan atau di home base, maupun di
daerah operasi, daerah pertempuran.
Kalian juga mesti memiliki kepedulian yang tinggi. Jangan apatis dalam setiap
melaksanakan tugas. Saya juga berharap seorang perwira profesional juga memiliki
perhatian pada masalah-masalah teknis, masalah-masalah yang kecil, attention to
detail. Itu ciri dari profesi militer dan kepolisian.
Dalam setiap tugas, tugas apapun, pertempuran, latihan, pendidikan, apapun, selalu
melaksanakan check and recheck. Jangan menganggap semuanya akan baik-baik
saja. Check and recheck.
Kalau kalian diberikan tanggung jawab untuk merawat alutsista, baik di Angkatan
Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Kepolisian, rawatlah sebaik-baiknya
dengan penuh tanggung jawab agar tidak ada masalah apapun, tidak ada
kecelakaan apapun, karena semua dirawat dengan baik, dengan penuh tanggung
jawab.
Jika kalian memimpin latihan—kalian melatih karena Letnan, Kapten, Mayor, sampai
Letnan Kolonel itu hampir setiap hari akan melaksanakan latihan atau memimpin
latihan—ada semboyan, “Berlatih hari ini, bertempur hari esok, menang hari lusa.”
4
Oleh karena itu, sebagai perwira yang ingin do the best, dalam mempersiapkan
latihan, dalam melaksanakan latihan, laksanakanlah dengan baik. Kalau dalam
latihan itu diutamakan keselamatan, safety, laksanakan itu dengan baik.
Contoh, bagi Angkatan Darat, kalau dalam latihan turun tebing, rappelling,
mountaineering, menurut protap, setelah tali itu digunakan oleh 30 orang, pelatih
harus menguji kembali kekuatan tali itu. Dengan teknik tertentu, lakukan itu. Sebab
kalau pelatih tidak melakukan itu, dan terjadi kecelakaan pada saat peserta latihan
turun tebing urutan ke-40, maka pelatihlah yang salah. Dan itu bisa diadili dalam
pengadilan militer karena kelalaiannya.
Kalau kalian melatih kompi, batalyon, lembaga pendidikan, dan saat itu cuaca
sangat panas, suhu sangat tinggi, kelembaban udara juga tinggi, menurut teori
kondisi seperti itu disebut sebagai kategori merah, jangan dipaksakan latihan. Kalau
masih kategori kuning pun, harus diatur sedemikian rupa, setelah sekian jam peserta
latihan harus ada akses untuk mendapatkan air minum. Lakukan itu. Kalau tidak
kalian lakukan, ada kecelakaan, ada yang meninggal karena dehidrasi, dan pelatih
tidak melakukan sesuatu yang seharusnya, pelatih juga dinyatakan salah dan bisa
diadili dalam pengadilan militer. Tetapi manakala kalian sudah melaksanakan semua
tidakan-tindakan itu, dan masih terjadi kecelakaan, terjadi kesalahan, yang dilakukan
oleh siswa, taruna, atau prajurit, berarti itu bukan kesalahan pelatih.
Banyak latihan-latihan yang mengandung risiko yang tinggi : penerjunan atau
airborne operations, di lautan, banyak sekali yang memerlukan profesionalitas,
tanggung jawab, keinginan dan kesadaran untuk melaksanakan check and recheck
oleh para pelatih sebelum dan selama melaksanakan latihan. Saya harus
menggarisbawahi hal-hal begini karena saya amati, banyak di antara Perwira,
Bintara, dan Tamtama, yang kurang memberikan perhatian pada masalah-masalah
yang teknis, masalah-masalah detail.
Saya sekarang Presiden Republik Indonesia. Saya punya perangkat, saya punya
staf, ada menteri banyak sekali. Tetapi kalau saya menjadi tuan rumah sebuah
kegiatan penting, sebagai contoh tahun lalu menjadi tuan rumah ASEAN Summit
dan East Asia Summit di Bali, yang dihadiri oleh 18 Kepala Negara dan Kepala
Pemerintahan, yang saya tahu belum tentu 20 tahun sekali kita menjadi tuan rumah,
yang saya tahu apa yang dia alami di Bali, Indonesia akan diingat
5
selamanya; kalau baik, memori mereka baik. Kalau jelek, memori mereka jelek.
Maka, saya pastikan, saya sendiri mengecek langsung, langsung secara fisik di
tempat kegiatan : di mana nanti tamunya datang, kursinya di mana, sound system di
mana dan apakah kualitasnya sudah yang terbaik, dan seterusnya, termasuk
pengaturan pengamanan, masalah security acces misalnya.
Apa artinya? Kita sudah bekerja siang dan malam, biaya sudah keluar. Bayangkan
kalau gagal. Yang diingat oleh mereka semua, “Indonesia tidak beres, Indonesia
tidak pandai melaksanakan international event, buktinya berantakan.” Sebaliknya,
kalau event itu bagus, akan diingat selamanya, “Lihat itu Indonesia. Contoh negara
yang tertib, yang bagus.”
Saya mengatakan, pada tingkatan saya pun hal itu saya lakukan. Kalau saya
menyampaikan pidato di manapun, di dalam negeri, di luar negeri, di Perserikatan
Bangsa Bangsa, selalu saya cek one by one, sentence by sentence, word by word.
Tidak boleh ada satu kata pun yang salah. Tidak boleh ada angka yang keliru,
karena itu dampaknya akan besar. Itu pun saya lakukan. Oleh karena itu, pada
tingkatan kalian, terutama pada level perwira pertama, wajib hukumnya untuk
melakukan check and recheck dan peduli pada masalah-masalah yang teknis
seperti ini. Itu yang nomor dua.
Yang nomor tiga adalah bangunlah kemampuan kalian. Knowledge is power.
Panglima TNI menjelaskan, kita hidup di abad globalisasi, abad teknologi, sekaligus
revolusi informasi. Oleh karena itu, perwira harus berpengetahuan luas. Asahlah
pengetahuan dan wawasan kalian sejak sekarang. Jangan menunggu, “Ah, nanti
saja kalau saya sudah jadi Kapten.” Jadi Kapten pun lewat. “Nanti kalau saya jadi
Kolonel.” Kolonel apalagi, makin tidak mudah untuk itu. Sejak sekarang, teruslah
diasah pengetahuan dan wawasan kalian.
Sekarang ini di banyak negara, di militer yang modern, modern army, modern navy,
modern air force, modern police corps, itu ada istilah soldier scholar. Artinya dia
soldier, prajurit, tapi juga punya pengetahuan, apakah dia bergelar atau tidak. Nah,
sistem kita telah memungkinkan kalian jadi perwira, dan kalian juga mendapatkan
gelar ilmu kemiliteran. Kuasai IT atau ICT (Information Technology / Information and
Communication Technology). Kuasai betul. Kalau perwira tidak menguasai, akan
tertinggal. Ini universal, ini global, sistem persenjataan akan
6
berkembang terus. Kalau kalian tidak menguasai sekali lagi IT, kalian tidak akan bisa
menggunakan alat-alat militer, persenjataan militer, dan kepolisian yang canggih dan
makin canggih itu.
Tetapi pesan saya, di tengah demam IT, jangan pula kalian menjadi generasi video
games. Banyak keluhan di luar negeri sekarang, di negara-negara maju, khawatir
kalau perwiranya menjadi generasi video games. Asyik sendiri, lupa untuk
berinteraksi secara sosial, lupa kepada atasan, lupa kepada kawan, bahkan lupa
kepada anak buah, pada bawahan. Seharusnya waktu kalian harus lebih banyak
dengan bawahan dan keluarganya. Akan bersikap egois, merasa dunianya di dunia
video games. Dalam arti yang luas, militer harus siap turun naik gunung siang dan
malam. Itulah lingkungan kalian, medan kalian, pertempuran juga di situ. Teknologi
penting, saya tahu, informasi penting. Tetapi, akhirnya yang memenangkan
pertempuran adalah mentalitas dan kemampuan kalian mengarungi medan-medan
yang berat dalam melaksanakan tugas-tugas pertempuran itu.
Camkan betul-betul hal ini. Saya tidak suka kalau ada pertemuan satu jam misalnya,
ada yang bicara, yang harusnya mendengarkan asyik main handphone sendiri.
Tidak bagus itu. Ada kalanya kalian menggunakan peralatan itu, namun ada kalanya
kalian harus tinggalkan dan fokus untuk bersama-sama mengikuti pelatihan,
pendidikan, atau briefing komandan, dan sebagainya. Itu yang ketiga: bangun
kemampuan kalian.
Yang keempat, setelah punya kemampuan one by one semua, maka bangunlah
keunggulan dan daya saing masing-masing. Memang, kompetisi
persaingan di antara kalian itu adalah cara untuk menuju ke prestasi dan kemajuan.
Itu terjadi di manapun. Tetapi, kompetisi yang harus kalian lakukan adalah kompetisi
yang sehat, bukan sekedar mengalahkan seseorang, menjatuhkan seseorang.
Bahkan dalam dunia militer, sering disebut berkompetisilah dengan standar (yang
berlaku). Misalnya, saya ingin memiliki kesamaptaan yang baik. Saya tidak mau
kalah dengan kawan saya itu, apalagi kawan saya itu agak sombong, merasa dirinya
paling hebat. Saya tidak ingin kalah dengan yang bersangkutan. Caranya? Kalau
standarnya pull up itu minimal enam kali, kalau sit up minimal 42 kali, kalau push up
juga 42 kali, kalau lari 12 menit, harus 2.400 atau 2.500; kejarlah pencapaian
standar itu. Bukan sekedar, “Ah, dia cuma empat kali kuatnya. Saya lima kali.”
7
Sama-sama jelek. “Ah, dia kan cuma tiga putaran nggak kuat, saya cukup tiga
putaran lebih sedikit.” Sama-sama nggak lulus. Berkompetisilah dengan standar.
Dalam membangun daya saing, dalam membangun keunggulan, dalam
berkompetisi, jangan menjegal, jangan main fitnah, jangan mengadukan kawannya
kepada atasan. Saya punya prinsip. Saya pernah menjadi komandan brigade. Ada
perwira secara tidak langsung datang ke saya, kebablasan ngomong menjelekkan
yang lain. Saya katakan, “Kamu, keluar ruangan! Kamu yang jelek!” Pantang
menjelek-jelekkan kawan, pantang memfitnah orang lain agar dirinya menjadi
kelihatan lebih bagus. Cegah itu.
Kompetisi itu, para Taruna Calon Perwira, seperti kompetisi dalam pertandingan
atau lomba olahraga. Kalau mau menang sepak bola, berlatihlah. Bikin taktiknya,
tekniknya, ausdower nya, semua harus bagus, staminanya harus prima. Berlatihlah
siang dan malam, di berbagai medan, berbagai cuaca, dengan jam terbang yang
tinggi, insya Allah akan banyak menang. Bukan, “biar menang, saya ganjal lawan
saya, biar pincang kakinya, dan keluar lapangan,” dan seterusnya. Bukan itu.
Kompetisi di militer juga tidak boleh seperti itu.
Mau lomba marathon, sepuluh kilo meter, 10 K sering kita lakukan. Bahkan, ada
satuan yang dua minggu sekali atau seminggu sekali latihan lari 10 kilo meter, itu
bagus. Kalau memang kalian ingin bagus, ya berlatih sehingga kuat 10 kilo meter
dengan waktu kurang dari 1 jam. Itu yang diharapkan, bukan tengok kiri-tengok
kanan, nyegat ojek, muter, tiba-tiba sudah di depan. Bukan seperti itu. Karena kalau
ketahuan akan dicap selamanya, dan tidak pernah kalian dipercaya lagi oleh
siapapun, kalau sekali saja melakukan hal yang curang seperti itu. Hanya ingin
menjadi juara, tapi dengan cara-cara yang tidak benar. Bangun keunggulan dan
daya saing, sekali lagi, dengan cara-cara yang benar. Itu yang keempat.
Yang kelima, jaga dan tegakkan etika profesionalisme, professional
ethics. Setiap kaum profesional itu memiliki etika, memiliki kode etik, apakah dia
perwira militer, apakah dia dokter, apakah dia lawyer, apakah dia perwira kepolisian,
punya kode etik. Oleh karena itu, kalian sudah tahu kode etik perwira. Jangan hanya
dihapalkan, jangan hanya dibaca, camkan dan jalankan sepanjang karier kalian.
8
Bagi perwira, militer maupun kepolisian, kehormatan adalah di atas segala-galanya.
Di luar negeri, pernah kita dengar semboyan, “Duty, honour, country,” “Tugas,
kehormatan, negara.” Itu juga berlaku di Indonesia. Kita juga menganut falsafah atau
semboyan seperti itu. Tugas, kehormatan, dan negara, jadikan satu. Dengan
demikian, kapanpun kalian mengemban tugas, sebesar apapun bahaya dan
risikonya, kalau ingat duty, honour, country, insya Allah kalian akan dapat dan kalian
akan bisa mengemban tugas dengan baik.
Pantang gagal dalam tugas. Jangan menyerah. Harus betul-betul memiliki sikap
untuk mengatasi segala rintangan. Jadilah perwira yang dedicative. Kalian sering
mendengar contoh kakak-kakak kalian di medan tugas selama ini ataupun juga
kisah-kisah di negara-negara lain, heroisme dalam pertempuran, maka dikenal
dengan beyond the call of the duty, melampaui panggilan tugasnya.
Kalau suatu ketika saat menghadapi situasi yang kritis, tapi kalian punya darah dan
jiwa, punya semangat, punya spirit, yakin akan bisa lakukan itu, sekalipun tahu
berbahaya, resikonya tinggi dan tidak mudah, tapi kalian terus berikhtiar. Akhirnya
berhasil menyelamatkan satuannya, menyelamatkan teman-temannya. Itu yang
disebut dengan beyond the call of the duty. Dan negara akan memberikan
penghargaan sambil memberikan hormat kepada prajurit dan perwira seperti itu.
Masih berkaitan dengan etika profesionalisme, kalian harus punya jiwa korsa yang
tinggi, kohesi yang kuat, soliditas di antara kalian. Bukan hanya di masing-masing
angkatan, Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Kepolisian,
soliditas intra dan soliditas di antara kalian semua juga sangat penting.
Kalian harus punya etiket, punya manner, punya budi pekerti yang baik. Ini sangat
menentukan. Jangan mentang-mentang merasa pintar, lantas menyepelekan
atasannya, tidak menganggap kawan-kawannya, itu awal dari kegagalan. Bagaima-
napun atasan, komandan, ya komandan dan atasan, lebih banyak pengalamannya,
lebih bijak biasanya. Karenanya kalian harus terus belajar. Kalau kalian punya
pengetahuan lebih, sumbangkan untuk menyukseskan satuan yang dipimpin oleh
atasan-atasan kalian itu.
Dalam sistem penilaian di jajaran militer, juga berlaku secara universal, ada yang
disebut dengan peer reports (penilaian antar kawan). Begini, misalkan ada 20
9
Letnan Kolonel, pimpinan akan mengisi 5 jabatan Kolonel dipilih dari 20 Letnan
Kolonel itu, maka diceklah riwayat jabatannya, riwayat kepangkatannya,
pendidikannya, dan sebagainya. Kadang-kadang dalam situasi tertentu, komandan
ingin tahu, di antara 20 letnan kolonel itu, mereka sendiri siapa yang diunggulkan.
Itulah yang dilaksanakan dengan peer reports. Bisa jadi, orang yang lulusnya di
pendidikan bagus, cerdas, menonjol, tapi dalam peer reports yang paling bawah.
Mengapa? Tidak ada satu pun temannya yang suka, sombong, mentang-mentang,
atasan pun enggak dianggap. Di situ bisa kena perwira itu. Oleh karena itu, ini juga
bagian dari budi pekerti, perilaku, manner, yang harus kalian jaga dengan baik
sebagai seorang perwira profesional. Itu yang kelima.
Yang keenam, kalian harus bermental tangguh, ulet, jangan takut gagal.