Top Banner
11 Penggunaan bunga cengkeh sebagai rempah dalam industri makanan, umumnya dipakai dalam bentuk tepung untuk bumbu masakan di samping penggunaan minyak atsiri atau oleoresin cengkeh. Bunga cengkeh dalam bentuk tepung mempunyai kelebihan dibandingkan minyak dan oleoresin karena bersifat lebih stabil dalam penyimpanan dan tahan terhadap suhu tinggi misalnya dalam proses pembuatan makanan yang dimasak dengan suhu tinggi (dioven). Penggunaan oleoresin dalam campuran makanan dapat menekan terjadinya kontaminasi bakteri. Seringkali pemakaian dalam bentuk oleoresin lebih disukai karena mengandung minyak esential yang bersifat volatile dan juga material resin yang non volatile, sehingga menghasilkan rasa asli dari cengkeh. Gambar 3. Pohon Industri Cengkeh Minyak daun cengkeh Indonesia sudah dikenal di pasar dunia sejak tahun 1970, sedangkan minyak tangkai dan bunga cengkeh mulai tahun 1992 masuk pasaran dunia. Sebagai bahan obat, cengkeh telah lama digunakan terutama untuk kesehatan gigi yaitu eugenol murni sebagai obat gigi disamping itu dapat dipakai sebagai bahan baku obat kumur, dan industri pasta gigi. Dalam hal ini digunakan minyak cengkeh karena mengandung eugenol yang bersifat antiseptik. Hasil penelitian Balittro menunjukkan bahwa, minyak cengkeh juga dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan balsam. Balsam cengkeh dapat menghilangkan rasa sakit, terutama rheumatik. Di samping itu dapat dimanfaatkan sebagi bahan baku obat kumur dan permen. Fungisida, Industri Makanan & Farmasi Pohon cengkeh Bunga Gagang cengkeh Daun Minyak Cengkeh Bahan Baku Rokok Kretek (90%) Rempah Fungisida Methyl Eugenol Insektisida Eugenol Iso Eugenol Eugenol Asetat Vanilin & Derivatnya Industri Flavor, Fragrance dsb Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI
26

Cengkeh Bagian b

Oct 23, 2015

Download

Documents

analisa ekonomi penyulingan cengkeh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Cengkeh Bagian b

11

Penggunaan bunga cengkeh sebagai rempah dalam industri makanan,umumnya dipakai dalam bentuk tepung untuk bumbu masakan di sampingpenggunaan minyak atsiri atau oleoresin cengkeh. Bunga cengkeh dalambentuk tepung mempunyai kelebihan dibandingkan minyak dan oleoresinkarena bersifat lebih stabil dalam penyimpanan dan tahan terhadap suhutinggi misalnya dalam proses pembuatan makanan yang dimasak dengansuhu tinggi (dioven). Penggunaan oleoresin dalam campuran makanandapat menekan terjadinya kontaminasi bakteri. Seringkali pemakaian dalambentuk oleoresin lebih disukai karena mengandung minyak esential yangbersifat volatile dan juga material resin yang non volatile, sehinggamenghasilkan rasa asli dari cengkeh.

Gambar 3. Pohon Industri Cengkeh

Minyak daun cengkeh Indonesia sudah dikenal di pasar dunia sejaktahun 1970, sedangkan minyak tangkai dan bunga cengkeh mulai tahun1992 masuk pasaran dunia. Sebagai bahan obat, cengkeh telah lamadigunakan terutama untuk kesehatan gigi yaitu eugenol murni sebagaiobat gigi disamping itu dapat dipakai sebagai bahan baku obat kumur, danindustri pasta gigi. Dalam hal ini digunakan minyak cengkeh karenamengandung eugenol yang bersifat antiseptik. Hasil penelitian Balittromenunjukkan bahwa, minyak cengkeh juga dapat dipakai sebagai bahanbaku pembuatan balsam. Balsam cengkeh dapat menghilangkan rasasakit, terutama rheumatik. Di samping itu dapat dimanfaatkan sebagibahan baku obat kumur dan permen.

Fungisida, IndustriMakanan & Farmasi

Pohoncengkeh

Bunga

Gagangcengkeh

Daun

MinyakCengkeh

Bahan Baku Rokok Kretek (90%)

Rempah

Fungisida

Methyl Eugenol Insektisida

Eugenol

Iso EugenolEugenol AsetatVanilin &Derivatnya

Industri Flavor,Fragrance dsb

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI

Page 2: Cengkeh Bagian b

Seiring dengan berkembangnya pertanian organik, penggunaancengkeh untuk pestisida nabati cukup prospektif. Hasil penelitian Balittro,eugenol yang terdapat dalam minyak cengkeh ternyata dapat mengendalikanbeberapa jamur patogen pada tanaman diantaranya Fusarium oxysporumsebagai penyebab penyakit busuk batang pada tanaman panili dan jamurtular tanah lainnya yang umum menjadi kendala produksi pada tanamansayuran, hortikultura dan perkebunan. Proses dimetilasi dari eugenol akanmenghasilkan metil eugenol yang merupakan insektisida nabati (atractan)hama buah yang umum menyerang buah-buahan dan hortikultura.

Sampai saat ini kebutuhan eugenol murni sebagai bahan baku obatgigi, diimpor dari luar negeri. Teknologi pemurnian eugenol dari minyaksudah diperoleh Balittro. Proses lebih lanjut dari eugenol dapat menghasilkaniso-eugenol, eugenol asetat dan vanilin yang merupakan bahan baku industriflavor, fragance dan sebagainya. Sisa/limbah penyulingan cengkeh dapatdibuat sebagai pupuk kompos.

Gambar 4. Produk diversifikasi cengkeh hasil penelitian Balittro

Kajian berdasarkan data statistik Pertanian tahun 2002 mengenailuas serangan organisme pengganggu (OPT), tercatat seluas 12.455 ha.Dengan asumsi 10 persen dari luasan tersebut berpeluang dikendalikandengan fungisida nabati cengkeh, dengan dosis 1 liter/ha dengan interval2 minggu sekali selama musim hujan. Sedang insektisida nabati digunakan50 ml/ha dengan interval 2 minggu sekali selama musim buah, makabesarnya peluang pasar fungisida nabati adalah sebanyak 3.027.543 liter(Tabel 5). Keadaan itu merupakan suatu jumlah yang cukup besar sebagaipenyeimbang industri rokok dalam hal permintaan terhadap cengkeh.

12

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI

Page 3: Cengkeh Bagian b

Tabel 5. Peluang pasar pestisida nabati dengan bahan aktif cengkeh.

13

Jenis tanaman

SayuranBuah-buahanPerkebunan

Luas(000 ha)

794483

11.178

Luas serangan OPT(000 ha)*)

15997

2.236

PemakaianPestisida (liter)+)

203.181134.972

2 689.390

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI

Sumber luasan*: Statistik Pertanian 2002, Departemen Pertanian.Asumsi : +) 10 persen dari luas,

Page 4: Cengkeh Bagian b

IV. TUJUAN DAN SASARAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan cengkeh ke depanadalah : a) membuka kesempatan kerja, b) meningkatkan pendapatanpetani, c) meningkatkan pemanfaatan produk tanaman cengkeh secaraberkelanjutan untuk mendapatkan nilai tambah d) mendorongpengembangan ekonomi wilayah, dan d) meningkatkan pendapatan/devisanegara.

Adapun sasaran pengembangan komoditas yang ingin dicapai padaperiode 2005-2009 adalah :

1. Menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan cengkeh untuk pabrikrokok kretek, melalui penyediaan benih cengkeh untuk rehabilitasi sertaintensifikasi pertanaman cengkeh dan peremajaan tanaman di daerahyang sangat sesuai. Program ini diharapkan dapat meningkatkanproduksi 10% pada tahun ke-2 dan 20 – 30 persen pada tahun ke-3dan seterusnya, dilakukan di 10 propinsi penghasil cengkeh yaitu NAD,Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan,Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Maluku seluas 85.000 hektar.

2. Peremajaan cengkeh di 10 propinsi yaitu NAD, Lampung, Jawa Barat,Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,Sulawesi Utara dan Maluku total luas 35.000 hektar.

3. Meningkatkan nilai tambah cengkeh melalui diversifikasi produk cengkehseperti pestisida nabati sehingga akan dihasilkan produk pertanianyang bebas dari bahan kimia sintetik. Program ini dilakukan di 10propinsi yaitu NAD, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Malukusebanyak 500 unit dan daerah non PRK 100 unit.

4. Menciptakan hubungan kemitraan yang adil dan harmonis antara petanidan industri rokok/pedagang agen pabrik rokok agar tercapaikesepakatan harga yang menguntungkan semua pihak.

14

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI

Page 5: Cengkeh Bagian b

V. KEBIJAKAN, STRATEGI DANPROGRAM PENGEMBANGAN

Masa jaya petani cengkeh berlangsung pada dekade 1950-an sampai1970-an pada saat produksi dalam negeri belum mampu memenuhikebutuhan nasional khususnya untuk industri rokok kretek yang berkembangpesat. Waktu itu, cengkeh dianggap sebagai suatu emas hijau. Harganyaboleh dikatakan stabil dan disetarakan setiap kilogramnya dengan 1 gemas. Sebaliknya bagi pemerintah dianggap sebagai komoditas yang banyakmenyedot devisa negara untuk impor guna memenuhi kebutuhan industridalam negeri. Kondisi tersebut mendorong pemerintah untuk menetapkanprogram swasembada melalui ekstensifikasi. Penetapan program yangdidukung oleh harga yang baik telah mengakibatkan timbulnya “demamcengkeh” yang mendorong petani untuk menanam cengkeh pada setiapjengkal tanah yang mereka miliki.

Kondisi tersebut telah mengakibatkan areal pertanaman berkembangpesat dari 82.387 ha tahun 1970 menjadi 724.986 ha pada tahun 1990.Pada waktu mana dinyatakan swa sembada cengkeh tercapai. Bahkanyang terjadi selanjutnya adalah kelebihan produksi.

Namun bila disimak dengan baik perkembangan areal yang mencapaihampir sepuluh kali lipat dalam waktu dua puluh tahun, sebetulnya jugamenggambarkan lemahnya kebijakan komoditi pemerintah sehingga terjadikelebihan produksi. Kondisi tersebut memaksa pemerintah campur tanganuntuk mengendalikan harga melalui Badan Penyangga Pemasaran Cengkeh(BPPC), sehingga terjadi distorsi harga yaitu pembelian pada petani ditekanserendah mungkin (Rp 2.000,- s/d Rp 3.500,-/kg). Akibatnya harga jual kePRK ditetapkan terlalu tinggi (Rp 13.000,-/kg) sehingga pabrikpun mengalamikesulitan memperoleh bahan baku. Kondisi itu berlangsung cukup lamasejak didirikannya BPPC tahun 1991 sampai pembubarannya tahun 1998.

15

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI

Page 6: Cengkeh Bagian b

16

Dilema dan fenomena tersebut melahirkan berbagai akibat yang fatalberupa:

1. Turunnya harga di tingkat petani secara drastis. Akibatnya adalah petanimenelantarkan kebunnya bahkan adakalanya tanaman yang berbungapun tidak dipetik karena biaya panen lebih mahal dari pada harga jual.Akibat lebih jauh, adalah kerusakan dan kematian tanaman sehinggaproduksi dan produktivitas tanaman merosot tajam.

2. Sebaliknya di pihak pabrikan yang mengalami tekanan untuk membelibahan baku dengan harga tinggi, juga berupaya untuk keluar darihimpitan dengan usaha efisiensi dan mengurangi penggunaan cengkehperbatang rokok kretek dari semula mencapai 1 g/batang rokok menjadihanya 0,8 bahkan 0,6 g/ batang rokok kretek. Selain itu mereka jugaberupaya untuk menggeser produksi SKT (Sigaret Kretek Tangan) yanglebih banyak memakai cengkeh dan tenaga kerja menjadi SKM (SigaretKretek Mesin). Bahkan sebagian pabrik hanya menggunakan minyakcengkeh dan sebagian pabrik kecil malah menggunakan gagangpengganti bunga cengkeh.

Diperkirakan oleh Balittro (2005) bahwa berdasarkan trendperkembangan areal yang ada serta prakiraan BMG 2005 untuk kondisiiklim 5 tahun kedepan (Lampiran 3) mulai tahun 2007 penurunan produksiakan terus berlanjut. Diperkirakan, pada tahun 2009 produksi cengkehdalam negeri hanya akan mampu menyediakan 50% kebutuhan cengkehPRK. Kebijakan yang seyogyanya diambil adalah menjaga keseimbanganpasokan dan permintaan, sehingga dapat diciptakan harga yang baikmelalui mekanisme pasar pada tingkat yang menguntungkan petani, tetapijuga tidak terlalu memberatkan Pabrik Rokok Kretek (PRK). Dengan demikianmaka strategi yang akan ditempuh adalah tidak melaksanakan ekstensifikasiseperti yang dilakukan pada masa pencanangan program swasembadacengkeh tahun 1970 – 1980-an, tetapi cukup melalui upaya intensifikasi,rehabilitasi dan replanting (peremajaan) mengganti tanaman tua/rusakdan mati.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI

Page 7: Cengkeh Bagian b

17

Pro

pins

i

NAD

Sum

ater

a Ut

ara

Lam

pung

Jawa

Bar

at

Jawa

Teng

ahDI

YJa

wa T

imur

Sula

wesi

Sel

atan

Sula

wesi

Uta

ra

Tota

l

Kete

rang

an

C.1

1241

(22,

4)19

89(2

8,1)

1212

(36,

4)29

6(6

,4)

23 (0,6

)28

7(6

,0)

1959

(26,

9)68

5(3

6,0)

7691

(20,

1)

Sang

atSe

suai

C.2

1457

(26,

3)24

28(3

4,3)

996

(29,

9)13

38(2

8,9)

621

(16,

6)21

1(4

,40)

1121

(15,

4)20

0(1

0,5)

8372

(21,

9)

Sesu

ai

C.3

207

(5,0

)- -

776

(23,

3)20

8(4

,5)

1592

(42,

6)10

02(2

0,9)

684

(9,4

)24

0(1

2,6)

4779

(12,

5)

Agak

Sesu

ai

C.4

510

(9,2

)74

3(1

0,5) - -

759

(16,

4)22

0(5

,9)

- -37

8(5

,2)

11 (0,6

)26

21(6

,8)

Kura

ngSe

suai

C.5.

1

1446

(26,

1)16

71(2

3,6)

347

(10,

4)90

8(1

9,6)

527

(14,

1)82

4(1

7,2)

2482

(34,

1)58

6(3

0,8)

8790

(23,

0)Ti

dak

Dire

kom

enda

si

C.5.

2

87 (1,6

)- - - -

199

(4,3

)30 (0,8

)81

5(7

,0)

364

(5,0

)18

0(9

,5)

1676

(4,4

)

Tida

kSe

suai

C.5.

3

299

(5,4

)24

8(3

,5)

- -37

1(8

,0)

127

(3,4

)- - - - - -

1045

(2,7

)

Tida

kSe

suai

C.5.

4

222

(94,

0) - - - -55

1(1

1,0)

598

(16,

0)16

53(3

4,5)

291

(4,0

)- -

3315

(8,7

)

Tida

kSe

suai

Tota

l

5539

(100

)70

79(1

00)

3331

(100

)46

30(1

00)

3738

(100

)47

92(1

00)

7278

(100

)19

02(1

00)

3828

9(1

00) -

Tabe

l 6.

Perk

iraan

luas

are

al (x

10.0

00 h

a) b

erda

sark

an ti

ngka

t/kl

asifi

kasi

kes

esua

ian

iklim

dan

laha

nun

tuk

tana

man

cen

gkeh

di m

asin

g-m

asin

g pr

opin

si.

Kete

rang

an:

Angk

a da

lam

kur

ung

(

) =

pros

enta

seSu

mbe

r: W

ahid

,dkk

.(198

5)

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI

Page 8: Cengkeh Bagian b

18

Gambar 5. Peta kesesuaian lahan untuk cengkeh propinsi Sulawesi Utara (A), SulawesiSelatan (B), Jawa Barat (C), Jawa tengah (D), Jawa Timur (E), NAD (F),Sumut (G), dan Lampung (H).

Keterangan : Daerah sangat sesuai (C1) berwarna hijau

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI

Page 9: Cengkeh Bagian b

Oleh karena itu, areal TM tanaman cengkeh dibatasi tidak lebih dari220.000 – 230.000 ha dengan batas total maksimum luas areal tidaklebih dari 250.000 ha. Diharapkan areal utama seluas 220.000 – 230.000ha tersebut tersebar di 10 propinsi utama penghasil cengkeh PRK di daerahdengan kualifikasi sangat sesuai (C1) seperti disajikan pada Tabel 6 sertapeta kesesuaian lahan pada Gambar 5 dan Lampiran 5. Terlihat bahwahanya di 8 propinsi saja terdapat lahan yang sangat sesuai (C1) untukcengkeh seluas 7,6 juta ha. Sementara Balai Besar Sumber Daya LahanPertanian memetakan daerah yang sesuai untuk cengkeh di SumateraUtara, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur seluas hampir 1,3 jutaha. Dengan demikian apabila kebutuhan cengkeh meningkat, lahan yangsangat sesuai masih memadai untuk perluasan areal. Di daerah dengankriteria C1 tersebut, tingkat produksi rata-rata adalah 400 kg/ha yangdiperkirakan memadai untuk memenuhi kebutuhan PRK.

Sisa areal dapat dibiarkan berkembang di luar daerah penghasilcengkeh PRK, atas swadaya serta prakarsa petani. Produksi cengkeh dari

luar propinsi PRK tersebutdiperuntukkan untuk memenuhikebutuhan diluar rokok kretekseperti pemenuhan ekspor, sertadiversifikasi penggunaan lainnyaseper t i industr i makanan,pestisida nabati, farmasi sepertiobat-obatan (balsem cengkeh dansebagainya) , vani l l in dankosmetika.

Strategi berikutnya adalahmendorong kembali keterlibatanswasta dalam kegiatan on farmbidang percengkehan sebagai-

mana halnya pada dekade 1970-an baik yang tergabung dalam GAPPRImaupun murni PBS/N. Porsi keterlibatan swasta dapat ditingkatkan dariyang sekarang sekitar 5% kembali menjadi 10%, dengan catatan total arealcengkeh tetap tidak lebih dari 250.000 ha untuk mencegah terulangnyalagi over supply. Keterlibatan swasta ini diharapkan dapat ikut mejadistabilisator, dinamisator dan motivator agribisnis percengkehan. Perkebunanbesar cengkeh nasional diharapkan sekaligus dapat menjadi prime mover

19

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI

Page 10: Cengkeh Bagian b

20

agribisnis percengkehan termasuk dalam adopsi dan rekayasa teknologiuntuk meningkatkan efisiensi dan daya saingnya.

Berdasarkan kondisi pertanaman cengkeh saat ini, diperkirakanmelalui program intensifikasi dan rehabilitasi di 70.000 ha serta replantingdi 35.000 ha tanaman cengkeh di daerah sentra produksi, keseimbanganpasokan dan permintaan cengkeh akan terwujud. Program antisipatif jangkapendek berupa rehabilitasi pertanaman yang rusak karena serangan hamadan penyakit serta intensifikasi tanaman yang sudah lama tidak dipeliharadi daerah-daerah yang tergolong sangat sesuai untuk cengkeh; di sampingitu melakukan peremajaan dan penyulaman (Tabel 7). Khusus untukSulawesi Utara yang saat ini 43% arealnya (± 15.000 ha) diserang hamapenggerek batang perlu segera dilakukan tindakan crash program(mendesak) pengendalian hama tanaman dengan menggunakan danaeksplorasi perlindungan tanaman perkebunan.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI

Page 11: Cengkeh Bagian b

21

Program

Pembibitanuntuk keperluanrehabilitasi danreplanting

Intensifikasi danRehabilitasi

Luasan

59 unit

70 000 ha

NADLampungJawa Barat dan BantenJawa TengahJawa TimurBaliSulawesi Utara dan GorontaloSulawesi SelatanSulawesi TengahMaluku

NADLampungJawa Barat dan BantenJawa TengahJawa TimurBaliSulawesi SelatanSulawesi Tengah

==========

5 unit2 unit6 unit4 unit7 unit4 unit3 unit

14 unit8 unit6 unit

4.700 ha3.000 ha5.000 ha4.600 ha9.000 ha6.000 ha

19.000 ha11.000 ha

Lokasi

Peremajaan(replanting)

Usaha AgroindustriMinyak Cengkeh

35 000 ha

600 unit

Sulawesi Utara

NADLampungJawa Barat dan BantenJawa TengahJawa TimurBaliSulawesi Utara dan GorontaloSulawesi SelatanSulawesi TengahMaluku

=

==========

15.000 ha

4.300 ha1.300 ha6.100 ha3.100 ha4.000 ha

500 ha2.100 ha6.000 ha3.900 ha3.700 ha

NADLampungJawa Barat dan BantenJawa TengahJawa TimurBaliSulawesi Utara dan GorontaloSulawesi SelatanSulawesi TengahMalukuDaerah lain (non PRK)

35 unit5 unit

40 unit45 unit45 unit35 unit80 unit75 unit

100 unit40 unit

100 unit

===========

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI

Tabel 7. Program agribisnis cengkeh

========

Pengendalian HamaPenggerek Batang

15.000 ha

Page 12: Cengkeh Bagian b

22

VI. KEBUTUHAN INVESTASI

Sesuai dengan program yang telah ditetapkan, investasi ditetapkanuntuk lima tahun. Berdasarkan hasil penelitian dan kajian empiris, kebutuhaninvestasi mencakup: usaha perbenihan (hulu), rehabilitasi dan intensifikasiperkebunan rakyat (usaha pertanian primer), usaha pengolahan (hilir), daninvestasi di bidang penelitian dan pengembangan. Termasuk dalam kegiatanpengembangan ini adalah pengembangan kelembagaan penunjang investasi.

A. Agribisnis Hulu (Usaha pembibitan)

Kegiatan usaha pembibitan dengan sasaran menghasilkan bibitunggul sangat dibutuhkan untuk memenuhi permintaan dari usaha pertanianprimer. Secara garis besar usaha pertanian primer pada usaha perkebunanrakyat mencakup dua kegiatan utama yaitu: (1) intensifikasi dan rehabilitasikebun di daerah sentra produksi cengkeh seluas 70.000 ha, dan (2)penggantian tanaman tua atau tanaman rusak (TT/TR) melalui peremajaanseluas 35.000 ha. Dengan perkiraan kebutuhan bibit untuk kegiatanintensifikasi dan revitalisasi sebanyak 70 bibit per hektar ditambah 20%untuk penyulaman serta kebutuhan bibit untuk kegiatan penggantiantanaman tua atau rusak sebanyak 200 bibit per hektar serta 20%penyulaman, maka kebutuhan bibit selama 5 tahun adalah 14,28 juta bibitdengan nilai sebesar Rp 71,4 miliar. Perkiraan investasi yang dibutuhkanuntuk satu unit usaha dengan kapasitas produksi 50.000 bibit cengkehper tahun sebesar Rp 88.000.000,-. Dengan demikian perkiraan kebutuhaninvestasi untuk kegiatan usaha pembibitan sebesar Rp 5,192 milyar.Dengan biaya produksi sebesar Rp 1.760,- per bibit ditambah biayapemasaran termasuk biaya pengiriman bibit maka usaha ini memberikankeuntungan yang layak dengan harga bibit sekitar Rp 4.000,- s/d Rp 5.000,-

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI

Page 13: Cengkeh Bagian b

23

Tabel 8. Analisis kelayakan usaha pembibitan cengkeh dengan kapasitas produksi50.000 bibit per tahun.

Benih sumber dihasilkan oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah danObat (Balittro), atau berasal dari pohon induk yang dipilih secara baik.Usaha penangkaran benih dapat dilakukan oleh rumah tangga petanimaupun perusahaan penangkar benih (swasta). Berdasarkan pertimbanganteknis, ekonomi dan sosial dapat disimpulkan bahwa sebagian besar (60%)kebutuhan bibit cengkeh dapat dipenuhi dari unit-unit usaha penangkaranskala rumah tangga dan sisanya (40%) oleh perusahaan penangkaran bibitdengan skala yang lebih besar. Dengan demikian, total nilai investasi unit-unit usaha skala rumahtangga adalah sekitar Rp 3,432 miliar sedangkaninvestasi usaha swasta sekitar Rp 1. 769.970.000,-.

B. Usaha Pertanian Primer

Kegiatan intensifikasi dan rehabilitasi pertanaman cengkeh akanmeliputi penyisipan tanaman agar populasi menjadi optimum yaitu 200tanaman per hektar, pemberian pupuk NPK, pupuk kandang sertapengendalian hama dan penyakit untuk meningkatkan produktivitastanaman. Kegiatan ini mampu pada 70.000 ha areal tanaman menghasilkan. Perkiraan biaya per hektar yang dibutuhkan untuk kegiatan ini sebesar Rp6.057.500,-. Dengan demikian kebutuhan investasi untuk intensifikasi danrehabilitasi 70.000 ha pertanaman cengkeh selama 5 tahun sebesar Rp442.025 miliar. Kegiatan ini diperkirakan akan meningkatkan produktivitastanaman sebesar 150 – 300 kg cengkeh kering per hektar per tahun mulaitahun ke dua, yang berarti akan diperoleh tambahan hasil sebesar 10.500 s/d 21.000 ton dari 70.000 ha tanaman atau senilai Rp 367,5 miliar s/dRp 735 miliar/tahun.

Penggantian tanaman tua atau rusak meliputi penanaman barucengkeh secara intensif. Areal TT/TR yang akan ditanami seluas 35.000ha di daerah sentra produksi. Perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk

Uraian

Total biaya pembibitan

Harga bibit

B/C

Biaya produksi per bibit

Nilai

Rp 88.000.000,-

Rp 5.000,-

2,84

Rp. 1.760,-

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI

Page 14: Cengkeh Bagian b

24

kegiatan ini adalah Rp 11.523.000,-/ha. Dengan demikian kebutuhaninvestasi untuk penggantian tanaman tua atau rusak seluas 35.000 haselama 5 tahun sebesar Rp 403,315 milyar. Investasi penanaman barudi areal TT/TR ini cukup menguntungkan dengan nilai NPV, IRR dan BCratio seperti pada Tabel 9. Analisis sensitivitas pembiayaan investasimenunjukkan bahwa BEP (pengembalian modal) tercapai pada saat hargacengkeh kering Rp 25.625,- per kg. Dengan tingkat kelayakan usaha yangbaik ini, peranan swasta untuk memiliki perkebunan cengkeh sebagaipengganti sebagian areal tanaman tua atau rusak tersebut sangatdiharapkan. Pihak swasta dapat berkontribusi membangun/mengembangkan 10.000 ha areal cengkeh di tiga propinsi sentra yaitu diSulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, baik sendiri maupunbermitra dengan petani dalam bentuk pola PIR (perkebunan inti rakyat).

Seluruh kegiatan investasi di bidang usaha pertanian primer inimerupakan bagian usaha pertanian rakyat dan swasta. Investasi pemerintahyang dibutuhkan untuk program ini adalah di bidang penelitian danpengembangan, dukungan untuk pengembangan kebun induk, sertainvestasi untuk pengembangan kelembagaan pendukung.

Tabel 9. Analisis kelayakan pembiayaan penggantian tanaman tua atau rusakcengkeh per 1000 ha.

C. Agribisnis Hilir (Usaha Pengolahan)

Penyulingan Minyak Daun Cengkeh

Usaha pengolahan meliputi penyulingan minyak daun cengkeh. Bahanbaku (daun cengkeh) yang layak untuk sulingan dihasilkan dari perkebunanrakyat seluas 21.000 ha. Dengan kapasitas alat suling sebesar 5.000 literuntuk setiap 35 ha areal pertanaman cengkeh, diperlukan sekitar 600 unitusaha penyulingan yakni 500 unit di propinsi PRK dan 100 unit di daerahnon PRK.

Uraian

NPV

IRR

B/C

Harga Minimum Cengkeh Kering/Kg

Nilai

Rp 5.380.333.351,-

21,20 %

1,54

Rp. 25.625,-

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI

Page 15: Cengkeh Bagian b

25

Perkiraan biaya investasi setiap unit usaha penyulingan dengankapasitas 5.000 liter tersebut sebesar Rp 158 Juta. Dengan demikiankebutuhan investasi untuk 600 unit usaha adalah Rp 94,8 miliar. Investasiini cukup menguntungkan dengan nilai NPV, IRR dan BC ratio seperti terlihatpada Tabel 10. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan dengan harga dauncengkeh sebesar Rp 172,- per kg, atau harga minyak cengkeh Rp 22.650,-per kg investasi ini masih mencapai BEP.

Tabel 10. Analisis kelayakan pembiayaan usaha penyulingan daun cengkehkapasitas 5000 liter.

Penyulingan minyak daun cengkeh sangat sesuai untuk usaha skalakecil dan menengah. Kebutuhan investasi per unitnya rendah, teknologinyapun relatif mudah dikuasai. Sejalan dengan kebijakan pemerintah untukmengembangkan UKM maka investasi usaha pengolahan tersebut sangatselaras dan memperoleh momentum yang tepat. Selain itu alat suling jugadapat digunakan untuk bahan yang lain seperti pala dan seraiwangi.

Mengingat karakteristik bahan bakunya, lokasi usaha harus beradadi daerah sentra-sentra perkebunan cengkeh agar biaya pokok produksidapat dipertahankan tetap rendah. Peranan pemerintah yang sangatdibutuhkan adalah memfasilitasi agar akses pengusaha kecil terhadaplembaga perkreditan menjadi lebih baik.

UraianHarga Daun Cengkeh (Rp/kg)Harga Minyak (Rp/kg)Discount FaktorNPV (Rp)B/C RatioIRRAnalisis Sensitivitas:Harga Maksimal Daun Cengkeh (Rp/kg)Harga Minimal Minyak Cengkeh (Rp/kg)

Nilai125

25.00018%

40.473.8391,2623%

17222.650

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI

Page 16: Cengkeh Bagian b

26

D. Agribisnis Hilir Lainnya

Beberapa produk turunan cengkeh lainnya yang cukup layak untukdikembangkan diantaranya eugenol sebagai bahan baku industri farmasi,balsam dan fungisida nabati. Perkiraan jumlah unit usaha pengolahaneugenol dengan kapasitas alat 70 liter setiap kali produksi sebanyak 2 unityang berarti dapat memproduksi 84.000 liter/tahun, dengan demikianinvestasi yang dibutuhkan sekitar Rp 170 juta. Jumlah unit usaha balsamcengkeh dengan kapasitas alat 300 kemasan/produksi sebanyak 100 unit.Dengan 100 unit alat tersebut dapat diproduksi sekitar 36 jutakemasan/tahun, dan investasi yang dibutuhkan sekitar Rp 4,5 miliar.Sedangkan jumlah unit usaha fungisida nabati dengan kapasitas alat 1.000liter/produksi sebanyak 10 unit yang dapat memproduksi sekitar 6 jutaliter fungisida nabati setara dengan setengah dari perkiraan potensikebutuhan yang telah diuraikan dimuka. Dengan demikian investasi yangdibutuhkan sekitar Rp 1,55 miliar.

Tabel 11. Kelayakan finansial dan perkiraan kebutuhan investasi beberapa produkhilir cengkeh.

Produk

Eugenol

Balsamcengkeh

Fungisidanabati

Bahan Baku

Minyakcengkeh

Minyakcengkeh

Minyakcengkeh

Perkiraan Investasi

Rp 85 jutakapasitas alat 70 liter/produksiProduksi/tahun 42.000liter

Rp. 45 juta Kapasitas alat 300kemasan @ 15 ml/produksi. Produksi/tahun 360.000kemasan.

Rp 155 juta Kapasitas alat 1000 liter/produksiProduksi/tahun 600.000liter.

Jumlah unitusaha

2

100

10

Pertambahan Nilai

Rp 15 juta/ 1000liter

Rp 3 000 / ke-masan @ 15 ml

Rp 20 000/ liter

B/C Ratio

1,15

1,40

1,27

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI

Page 17: Cengkeh Bagian b

27

E. Investasi Pemerintah

Penelitian dan Pengembangan

Pengembangan agribisnis cengkeh, perlu pula didukung dengankegiatan penelitian dan pengembangan. Dua kegiatan penelitian danpengembangan yang perlu dilakukan dalam 5 tahun kedepan adalahpenelitian pengembangan produk berbahan baku cengkeh, kegiatanpengadaan rehabilitasi dan pemeliharaan sumber benih cengkeh.

Perkiraan investasi yang dibutuhkan untuk kegiatan pengembanganproduk berbahan baku cengkeh sekitar Rp 1,5 miliar selama 5 tahun,sedangkan untuk pengadaan dan pemeliharaan kebun sumber benih sekitarRp 2 miliar.

Infrastruktur, Pengembangan Kelembagaan Rehabilitasi dan IntensifikasiCengkeh Rakyat

Sentra produksi cengkeh umumnya menyatu dengan sentra produksikelapa, karet dan kakao. Karena infrastruktur untuk komoditas tersebuttelah dialokasikan, maka kebutuhan infrastruktur cengkeh tidak diperlukanlagi. Namun demikian untuk daerah pertanaman cengkeh pada daerahperbukitan dan monokultur, akses jalan tambahan sangat diperlukan,seperti di Simelue (NAD), Bali, Sulawesi, dan Maluku yang diperkirakanmencapai 20% dari total luas areal (± 40 000 ha). Kebutuhan pembangunanjalan kelas V (Rp 130 juta/km) sangat diperlukan untuk transportasi hasildan saprodi di 40 lokasi, masing-masing 15 km. Total biaya investasipemerintah yang diperlukan adalah Rp 78 miliar.

Pengembangan kelembagaan yang dimaksud dalam konteks iniadalah penciptaan aturan main dan atau organisasi yang ditujukan untukmensukseskan program rehabilitasi dan intensifikasi kebun-kebun cengkehrakyat. Pada prinsipnya, kegiatan yang tercakup ada dua yaitu: (1)peningkatan kemampuan teknis dan managerial petani dalam melakukanrehabilitasi dan intensifikasi kebun cengkeh, dan (2) memfasilitasi sistemdistribusi bibit-bibit cengkeh unggul yang dihasilkan oleh lembaga penelitian– penangkar benih – petani pengguna bibit. Total nilai investasi yangdibutuhkan untuk jangka waktu 5 tahun adalah sekitar Rp 4 miliar.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI

Page 18: Cengkeh Bagian b

28

Dari kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam program pengembanganagribisnis tanaman cengkeh di atas, total kebutuhan investasi yangdibutuhkan selama 5 tahun kedepan adalah Rp 1,037 triliun yang terbagidalam investasi rumahtangga/komunitas (Rp 767,533 miliar), pengusaha(Rp 184,020 miliar) dan pemerintah (Rp 85,5 miliar) seperti terlihat padaTabel 12.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI

Page 19: Cengkeh Bagian b

29

Tabe

l 12.

Per

kira

an K

ebut

uhan

inve

stas

i pen

gem

bang

an a

grib

isni

s ce

ngke

h

Prog

ram

1. U

saha

Pem

bibi

tan*

)

2. In

tens

ifika

si d

an

Reh

abili

tasi

70

000

h

a TM

di d

aera

h

san

gat s

esua

i

(Pen

gend

. ham

a pe

nggr

k bt

g)

3. P

engg

antia

n

35

000

ha ta

n. tu

a/

rusa

k (re

plan

ting)

d

i sen

tra

prod

uksi

Loka

si

NAD

Lam

pung

Jaw

a Ba

rat d

an B

ante

nJa

wa

Teng

ahJa

wa

Tim

urBa

liSu

law

esi U

tara

Sula

wes

i Sel

atan

Sula

wes

i Ten

gah

Mal

uku

Jum

lah

NAD

Lam

pung

Jaw

a Ba

rat d

an B

ante

nJa

wa

Teng

ahJa

wa

Tim

urBa

liSu

law

esi S

elat

anSu

law

esi T

enga

hM

aluk

uSu

law

esi U

tara

Jum

lah

NAD

Lam

pung

Jaw

a Ba

rat d

an B

ante

nJa

wa

Teng

ahJa

wa

Tim

urBa

liSu

law

esi U

tara

Sula

wes

i Sel

atan

Sula

wes

i Ten

gah

Mal

uku

Jum

lah

Jum

lah 5 2 6 4 7 4 3 14 8 6 59

4.70

03.

000

5.00

04.

600

9.00

06.

000

19.0

0011

.000

7.70

015

.000

85.0

004.

300

1.30

06.

100

3.10

04.

000

500

2.10

06.

000

3.90

03.

700

35.0

00

Unit

Unit

usah

aUn

it us

aha

Unit

usah

aUn

it us

aha

Unit

usah

aUn

it us

aha

Unit

usah

aUn

it us

aha

Unit

usah

aUn

it us

aha

Unit

usah

aH

aH

aH

aH

aH

aH

aH

aH

aH

aH

aH

aH

aH

aH

aH

aH

aH

aH

aH

aH

aH

aH

a

Rum

ah T

angg

a/ K

omun

itas 26

4 88 352

176

440

264

176

880

440

352

3.43

228

.470

18.1

7330

.288

27.8

6554

.518

36.3

4511

5.09

366

.633

46.6

4018

.000

442.

025

49.5

5014

.980

70.2

9235

.722

46.0

935.

762

12.0

9923

.047

21.8

9442

.636

322.

075

Peru

saha

an

176 88 176

176

176 88 88 352

264

176

1.76

0

12.1

0046

.093

23.0

47

81.2

40

Pem

erin

tah

Tota

l

5.19

2

442.

025

403.

315

Kebu

tuha

n In

vest

asi (

Rp ju

ta)

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI

Page 20: Cengkeh Bagian b

30

Prog

ram

4. U

saha

agr

oind

ustr

i min

yak

d

aun

ceng

keh*

*)

5. U

saha

agr

oind

. eug

enol

6. U

saha

agr

oind

. bal

sam

c

engk

eh7.

Usa

ha a

groi

ndus

tri

fu

ngis

ida

naba

ti

8. P

emb.

infr

astr

uktu

r jal

an

9. P

enel

itian

dan

pen

gem

b.

Pro

d. b

erbh

n ba

ku c

engk

eh10

. Pen

gada

an d

an p

emel

h.

ke

b su

mbe

r ben

ih c

engk

eh11

. Pen

gem

b. k

elem

baga

an

d

lm ra

ngka

reha

b. d

anin

tens

. cen

gkeh

raky

atTo

tal K

ebut

uhan

Inve

stas

i

Loka

si

NAD

Lam

pung

Jaw

a Ba

rat d

an B

ante

nJa

wa

Teng

ahJa

wa

Tim

urBa

liSu

law

esi U

tara

Sula

wes

i Sel

atan

Sula

wes

i Ten

gah

Mal

uku

Dae

rah

lain

(non

PRK

)Ju

mla

hJa

bar,

Sulu

tJa

bar,

Jate

ng, J

atim

,Su

lsel

dan

Sul

utJa

bar

Jate

ngJa

timSu

lut

Dae

rah

Non

PRK

Jum

lah

NAD

, Bal

i, Su

lsel

,Su

lteng

, Sul

ut, M

aluk

u

Jum

lah

35 5 40 45 45 35 80 75 100

40 100

600 2 100 2 2 2 2 2 10 60

0

Unit

Unit

usah

aUn

it us

aha

Unit

usah

aUn

it us

aha

Unit

usah

aUn

it us

aha

Unit

usah

aUn

it us

aha

Unit

usah

aUn

it us

aha

Unit

usah

aUn

it us

aha

Unit

usah

aUn

it Us

aha

Unit

usah

aUn

it us

aha

Unit

usah

aUn

it us

aha

Unit

usah

aUn

it us

aha

km

Rum

ah T

angg

a/ K

omun

itas

767

.532

Peru

saha

an 5.53

079

06.

320

7.11

07.

110

5.53

012

.640

11.8

5015

.800

6.32

015

.800

94.8

00 170

4.50

0

310

310

310

310

310

1.55

0

184.

020

Pem

erin

tah

78.0

001.

500

2.00

0

4.00

0

85.5

00

Tota

l

94.8

00 170

450

1.55

0

78.0

001.

500

2.00

0

4.00

0

1.03

7.05

2

Kebu

tuha

n In

vest

asi (

Rp ju

ta)

Tabe

l 12.

Lan

juta

n

*) S

atu

unit

usah

a m

engh

asilk

an 5

0 00

0 bi

bit/

tahu

n**

) Kap

asita

s al

at 5

000

liter

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI

Page 21: Cengkeh Bagian b

VII. DUKUNGAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN

Disadari bahwa melaksanakan kebijakan dan program yang disertaidengan penetapan target luas areal tersebut tidaklah mudah karena antaralain sifat petani yang latah dan adanya UU No 12/1992 yang membebaskanpetani untuk memilih dan menetapkan sendiri jenis tanaman yang ditanam.Namun bila hal itu tidak dilakukan kondisi kelebihan areal dan produksiakan kembali berulang. Adalah benar bahwa pada dasarnya seleksi alamakan berlangsung. Suatu komoditas hanya akan bertahan di daerah dimana lingkungannya sangat sesuai. Dengan demikian, produktivitas yangtinggi, permasalahan hama dan penyakit yang minimal serta harga pokokyang rendah akan dapat diperoleh.

Dukungan kebijakan yang diperlukan untuk peningkatan kemampuandan pemahaman petani mencapai tujuan itu antara lain:

1. Intensifikasi kegiatan penyuluhan.2. Penyediaan kredit modal usaha dengan tingkat bunga yang rendah

untuk melakukan intensifikasi, rehabilitasi dan peremajaan, denganpenjamin dari pemerintah.

3. Membuka akses pembiayaan untuk pengembangan UKM agroindustripenyulingan minyak daun cengkeh melalui pemberian kredit usahatanpa agunan tambahan atau melalui pembiayaan dengan polapenjaminan atau syariah.

4. Penetapan harga jual berkisar antara Rp. 35.000,- s/d Rp. 40.000,-dan kalau dapat berkembang menjadi Rp 40.000,- s/d Rp. 50.000,-akan cukup memberi kemampuan petani untuk melakukan intensifikasidan rehabilitasi tanaman. Sebaliknya kalau harga mencapai lebih dariRp 50.000,- s/d Rp. 60.000,-, akan terjadi hal yang tidak diharapkanyaitu petani terdorong untuk melakukan ekstensifikasi.

5. Pengembangan tanaman cengkeh hanya di daerah yang sangat sesuai.6. Pengembangan di luar daerah PRK diserahkan sepenuhnya pada

spontanitas dan swadaya petani. Hasil dari daerah tersebut, seyogianyadiutamakan untuk ekspor dan penggunaan lain dalam rangka diversifikasihasil.

7. Kemudahan kepada sektor swasta untuk ikut berperan serta dalamagribisnis percengkehan.

8. Fasilitasi untuk pemberdayaan kelembagaan Asosiasi Petani CengkehIndonesia (APCI) dan lembaga pendukung yang diperlukan untukpemberdayaan petani dan agribisnis percengkehan.

31

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI

Page 22: Cengkeh Bagian b
Page 23: Cengkeh Bagian b

LAMPIRAN

33

Page 24: Cengkeh Bagian b

Lampiran 1. Produksi cengkeh dunia tahun 1997 – 2004

Sumber : www.fao.org

34

Negara

Asia1. Indonesia2. China3. Malaysia4. SrilankaAfrika1. Komoro2. Grenada3. Kenya4. Madagaskar5. TanzaniaDunia

199762.19459.194

300200

2.50019.046

2.0002040

14.5002.506

81.240

199870.22767.177

350200

2.50020.844

2.2942050

13.5005.000

91.071

199957.00352.903

400200

3.50025.535

2.4382070

15.0008.027

82.538

200076.24774.047

500200

1.50028.732

2.58220

55015.60010.000

104.979

200183.38480.684

500200

2.00029.275

2.72520

55015.50010.500

112.659

200292.75987.909

550200

4.10031.4192.869

20550

15.50012.500

124.178

200392.80987.909

600200

4.10031.563

3.01320

55015.50012.500

124.372

200492.80987.909

600200

4.10031.550

3.00020

55015.50012.500

124.359

Produksi tahun... (ton)

Lampiran 2. Konsumsi cengkeh untuk rokok kretek, tahun 1983 – 2004.

Sumber: GAPPRI (diolah), 2005

86.744

96.106

85.24584.378

75.591

57.714

64.801

69.442

98.70395.378

92.296

96.77799.906

93.410

95.670

86.823

96.818

72.063

78.196

81.338

78.26575.587

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

100.000

110.000

1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

Konsumsi Trend

Ton

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI

Page 25: Cengkeh Bagian b

35

Lampiran 3. Proyeksi produksi rokok kretek dan perkiraan kebutuhan cengkeh untukrokok kretek sampai dengan tahun 2010.

Keterangan :- Produksi rokok 2000 – 2004 Data GAPPRI- Asumsi produksi 2005 – 2009 Meningkat 5% / tahun- Asumsi kandungan cengkeh SKM (gr/batang) = 0 ,35

SKT (gr/batang) = 0,64

Lampiran 4. Prakiraan anomali suhu permukaan laut (ASST), Dipole Mode Inde(Dipole) dan Southern Osscillation Index (SOI) tahun 2005 – 2009.

Sumber : Soetamto, 2005. Prakiraan cuaca dan iklim Indonesia tahun 2005 sampai2009. Makalah seminar bulanan Balittro. (Unpublish)

Tahun

20002001200220032004200520062007200820092010

SKM119.510.980,00114.312.200,00

99.980.472,60103.293.199,86120.649.364,32126.681.832,54133.015.924,16139.666.720,37146.650.056,39153.982.559,21161.681.687,17

SKT85.294.647,0087.036.122,5980.432.958,0476.159.387,1282.882.437,9687.026.559,8691.377.887,8595.946.782,24

100.744.121,36105.781.327,42111.070.393,79

Total204.805.627,00201.348.322,59180.413.440,64179.452.586,99203.531.802,28213.708.392,39224.393.812,01235.613.502,61247.394.177,75

259.763.886,63272.752.080,96

Konsumsi cengkeh( Ton )

96.818.0896.106,2586.823,1485.245,6895.670,24

100.453,75105.476,44110.750,26116.287,77122.102,16128.207,27

Produksi rokok kretek ( x 1000 batang )

2005 2006 2007 2008 2009

SOI FORECAST

-40-30-20-10

0102030

2005

MA

R

ME

I

JUL

SE

PT

NO

P

2006

MA

R

ME

I

JUL

SE

PT

NO

P

2007

MA

R

ME

I

JUL

SE

PT

NO

P

2008

MA

R

ME

I

JUL

SE

PT

NO

P

2009

MA

R

ME

I

JUL

SE

PT

NO

P

TAHUN

SOI

PRAKIRAAN INDEKS DIPOLE MODE DAN ANOMALI SST NINO 3.4

-3

-2

-1

0

1

2

2005

MA

R

ME

I

JUL

SE

PT

NO

P

2006

MA

R

ME

I

JUL

SE

PT

NO

P

2007

MA

R

ME

I

JUL

SE

PT

NO

P

2008

MA

R

ME

I

JUL

SE

PT

NO

P

2009

MA

R

ME

I

JUL

SE

PT

NO

P

TAHUN

ASST DIPOLE

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Cengkeh AGRO INOVASI

Page 26: Cengkeh Bagian b

36

Lampiran 5. Peta kesesuaian lahan untuk pengembangan cengkeh di pulau Jawa,dan Sulawesi.

Keterangan : Daerah sangat sesuai (C1) berwarna hijau

Peta Kesesuaian Lahan di P. Jawa

Peta Kesesuaian Lahandi Sulawesi Utara (A)dan Selatan (B)

B

A

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis CengkehAGRO INOVASI