Page 1
Cekungan sedimen = suatu depresi/cekungan di kerak Bumi tempat sedimen diendapkan dengan ketebalan yang signifikan lebih tebal daripada sekitarnya. Cekungan hidrokarbon = cekungan sedimen yang menghasilkan hidrokarbon karena syarat-syarat terbentuknya hidrokarbon dipenuhi oleh cekungan sedimen tersebut. Misalnya, dari 60 cekungan sedimen di Indonesia (pembagian cekungan sedimen berdasarkan klasifikasi IAGI-Ikatan Ahli Geologi Indonesia tahun 1985), 16 di antaranya telah terbukti sebagai cekungan yang menghasilkan hidrokarbon. Adapun syarat-syarat sebuah cekungan sedimen dapat menjadi cekungan hidrokarbon, ia harus : 1) mempunyai batuan induk sumber hidrokarbon, batuan induk itu harus matang secara termal sehingga hidrokarbon bisa digenerasikan, 2) mempunyai batuan reservoir tempat hidrokarbon tersimpan, 3) mempunyai batuan penyekat yang akan mengawetkan penyimpanan hidrokarbon di dalam batuan reservoir, 4) mempunyai perangkap -yaitu susunan geometrisedemikian rupa antara batuan reservoir dan batuan penyekat sehingga hidrokarbon dapat terakumulasi di dalam perangkap tersebut, 5) mempunyai alur migrasi, yaitu mengalirnya hidrokarbon dari tempat batuan induk matang -kitchen, menuju perangkap. No. 1-5 tersebut dikenal sebagai unsur2 dan proses2 petroleum system. Hanya cekungan sedimen yang lengkap mempunyai petroleum system yang dapat menjadi cekungan hidrokarbon.
https://gprgindonesia.wordpress.com/2014/04/18/ringkasan-cekungan-sedimen-based-on-sam-boggs-jr/
https://gprgindonesia.wordpress.com/2014/04/22/ringkasan-cekungan-sedimen-based-on-sam-boggs-jr-2nd-vol/
Page 2
ANALISA CEKUNGAN SEDIMEN
Para ahli sedimentologi mempelajari batuan sedimen untuk mengetahui sejarah geologi dan potensi ekonomi dari batuan tersebut. Untuk itu, diperlukan studi yang bersifat terpadu dari berbagai cabang ilmu geologi, termasuk di dalamnya sedimentologi, stratigrafi, dan tektonik. Dengan demikian dapat diketahui secara menyeluruh batuan sedimen yang mengisi suatu cekungan sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan untuk menginterpretasi sejarah geologi dan membuat evalusasi potensi ekonominya (Boggs, 1995; 2001). Studi terpadu seperti ini dikenal dengan sebutan analisa cekungan sedimen (basin analysis).
Pada perkembangan teori geosinklin, sebagian para ahli geologi berpikir bahwa batuan sedimen yang umumnya diendapkan di laut dangkal pada suatu geosinklin, dan terus mengalami subsiden. Sejalan dengan berkembangnya teori tektonik lempeng pada awal 1960an, pendapat itu mulai tersisih. Saat ini para ahli geologi menemukan berbagai jenis cekungan dengan berbagai mekanisme pembentukannya. Secara umum, titik berat perhatian pada analisa cekungan sedimen adalah pada tektonik global pembentukan cekungan dan berbagai proses yang mengontrolnya (termasuk perubahan muka laut, pasokan sedimen, dan penurunan cekungan).
Cekungan sedimen adalah suatu daerah rendahan, yang terbentuk oleh proses tektonik,
dimana sedimen terendapkan. Dengan demikian cekungan sedimen merupakan depresi
sehingga sedimen terjebak di dalamnya. Depresi ini terbentuk oleh suatu proses nendatan
(subsidence) dari permukaan bagian atas suatu kerak. Berbagai penyebab yang
Page 3
menghasilkan nendatan, di antaranya adalah: penipisan kerak, penebalan mantel litosper,
pembebanan batuan sedimen dan gunungapi, pembebanan tektonik, pembebanan
subkerak, aliran atenosper dan penambahan berat kerak. Dickinson (1993) dan Ingersol dan
Busby (1995) yang disarikan oleh Boggs (2001) memberikan kemungkinan mekanisme
nendatan kerak sebagai tertera dalam Tabel.
KLASIFIKASI CEKUNGAN SEDIMEN
Pembentukan cekungan sedimen erat hubungannya dengan gerakan kerak dan proses
tektonik yang dialami lempeng. Ingersol dan Busby (1995) menunjukkan bahwa cekungan
sedimen dapat terbentuk dalam 4 (empat) tataan tektonik: divergen, intraplate, konvergen
dan transform). Menurut Dickinson, 1974 dan Miall, 1999; klasifikasi cekungan sedimen
dapat berdasarkan pada:
1. tipe dari kerak dimana cekungan berada,
2. posisi cekungan terhadap tepi lempeng,
3. untuk cekungan yang berada dekat dengan tepi lempeng, tipe interaksi lempeng yang
terjadi selama sedimentasi,
4. Waktu pembentukan dan basin fill terhadap tektonik yang berlangsung,
5. Bentuk cekungan.
Selley (1988) memberikan klasifikasi cekungan sedimen secara sederhana seperti dalam
Tabel. , sedang Boggs (2001) membagi cekungan sedimen lebih rinci dan lebih komplit.
Mekanisme penendatan disariakan dari Dickinson (1993 dan Ingersol dan Busby (1995)
Penipisan
kerak (crustal thinning):
Perenggangan, erosi selama pengangkatan, dan penarikan
akibat magmatisme
Penebalan mantel
litosper (mantle-
lithospheric thickening):
Pendinginan litosper yang diikuti penghentian
perenggangan atau pemanasan akibat peleburan adiabatik
atau naiknya lelehan astenosper
Pembebanan batuan
sedimen dan
gunungapi(sedimentary
and volcanic loading):
Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan perenggangan
litosper regional, tergantung kegetasan litosper, selama
sedimentasi dan kegiatan gunungapi
Page 4
Pembenan
tektonik(tectonic
loading):
Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan perenggangan
litosper regional, tergantung kegetasan dibawah litosper,
selama pensesaran naik (overthrusting) dan/atau tarikan
(underpulling)
Pembenan subkerak
(subcrustal loading):
kelenturan litosper selama underthrusting dari litosper
padat
Aliran
astenospe
r(asthenospheric flow):
pengaruh dinamik aliran astenosper, umumnya karena
penunjaman litosper
Penambahan berat
kerak(crustal
densification):
Peningkatan berat jenis kerak akibat perubahan tekanan/
temperatur dan/atau pengalihan tempat kerak berberat-
jenis tinggi ke kerak berberat-jenis rendah
Klasifikasi cekungan sedimen (Selley, 1988)
PROSES PENYEBAB
TERBENTUKNYA
TIPE CEKUNGAN TATAAN TEKTONIK LEMPENG
Crustal sag Cekungan intrakraton Intra-plate collapse
Puntir (tension) Epicratonic downward
Rift
Tepian lempeng pasif (passive plate margin)
Sea-floor spreading
Tekanan (compression) Palung (trench)
Busur depan (fore-arc)
Subduksi (tepian lempeng aktif)
Page 5
Busur belakang (back-arc)
Wrenching Strike-slip Gerakan mendatar lempeng
Klasifikasi cekungan menurut Boggs (2001)
TATAAN
TECTONIK
TIPE CEKUNGAN
Divergen Rift : terrestrial rift valleys; proto-oceanic rift valleys
Antar-
lempeng
Cekungan beralaskan kerak benua/peralihan: cekungan
intrakraton, paparan benua, sembulan benua (continental rises)
dan undak, pematang benua.
Cekungan beralaskan kerak samodra: cekungan samodra aktif,
kepulauan samodra, dataran tinggi dan bukit aseismik (aseismic rigde
and plateau)
Konvergen Cekungan akibat subduksi: palung, cekungan lereng palung,
cekungan busur depan, cekungan intra-busur, cekungan busur
belakang.
Cekungan akibat tabrakan: cekungan retroac forels, peripheral
foreland basin, cekungan punggung babi (piggyback basin), broken
forland
Tranform Cekungan akibat sesar mendatar: cekungan transextensional,
transpressional, transrotaional
Page 6
Hybrid Cekungan akibat berbagai sebab: cekungan-
cekungan intracontinental wrench, aulacogen, impactogen, successor
Buku ini tidak membahas secara rinci semua jenis cekungan sedimen, akan tetapi beberapa
cekungan yang dianggap penting di Indonesia akan dibahas secara singkat di bawah ini
(sebagian besar disarikan dari Boggs, 2001).
Cekungan Intrakraton (Intracratonic Basin)
Cekungan intrakraton umumnya cukup besar terletak di tengah suatu benua yang jauh dari
tepian lempeng. Subsiden pada cekungan jenis ini umumnya disebabkan oleh penebalan
mantel-litosfir dan bembebanan oleh batuan sedimen atau gunungapi (Boggs, 2001).
Beberapa cekungan intrakraton ini diisi oleh endapan klastika laut, karbonat, atau sedimen
evaporit yang diendapkan mulai dari laut epikontinental sampai darat. Cekungan tua jenis
ini di antaranya adalah Cekungan Amadeus dan Carpentaria di Australia, Cekungan Parana
di Amerika Latin, dan Cekungan Paris di Perancis. Sedangkan contoh cekungan modern jenis
ini adalah Cekungan Chad di Afrika.
Renggang (Rift)
Cekungan akibat perenggangan ini umumnya sempit tetapi memanjang, dibatasi oleh
lembah patahan. Ukuran berkisar dari beberapa km sampai sangat lebar seperti pada
Sistem Renggangan Afrika Timur, dimana mempunyai lebar 30-40 km dan panjang hampir
300 km. Cekungan ini dapat terbentuk oleh berbagai tataan tektonik, namun yang paling
umum oleh divergen. Perenggangan lempeng benua seperti antara Amerika Utara dan
Eropa terjadi pada Trias menghasilkan Punggungan Tengah Atlantik (Mid-Atlantic Ridge).
Sistem renggangan pada Afrika Timur merupakan contoh sistem renggangan modern.
Aulakogen (Aulacogen)
Page 7
Aulakogen adalah jenis khusus dari renggangan yang menyudut besar terhadap tepian
benua, dimana umumnya dianggap sebagai renggangan tetapi gagal dan kemudian
diaktifkan kembali selama tektonik konvergen. Palung yang sempit tapi panjang dapat
menggapai sampai kraton benua dengan sudut besar dari lajur sesar. Sedimen yang mengisi
cekungan jenis ini dapat berupa sedimen darat (misalnya kipas aluvium), endapan paparan,
dan endapan yang lebih dalam seperti endapan turbit. Contoh aulakogen di antaranya
Renggangan Reelfoot yang berumur Paleozoik dimana Sungai Misisipi mengalir dan Palung
Benue yang berumur Kapur dimana Sungai Niger membelahnya.
Cekungan tepian benua
Cekungan tepian benua dicirikan oleh kehadiran baji yang sangat besar dari sedimen yang
ke arah laut dibatasi oleh lereng landai dari benua dan sembulan. Ketidakterusan struktur
dijumpai di bawah sistem ini, antara kerak benua normal dan kerak peralihan. Sedimen
terendapkan pada sistem ini: pada paparan berupa pasir neritik dangkal, lumpur, kabonat
dan endapan evaporasi; pada lerengan terdiri atas lumpur hemipelagik; dan pada sembulan
benua berupa endapan turbit. Cekungan renggangan (rift basin) dapat berhubungan dengan
cekungan tepian benua. Contoh yang baik dari cekungan jenis ini adalah pantai Amerika dan
bagian selatan-timur Kanada (Cekungan Blake Plateau, Palung Lembah Baltimor, Cekungan
George Bank dan Cekungan Nova Scotian) yang terbentuk pada akhir Trias- awal Jura oleh
renggangan dan terpisahnya Pangea. Beberapa cekungan itu terpisahkan dari laut
membentuk lapisan tebal dari endapan klastik arkosik dan endapan lakustrin; berselingan
dengan batuan gunungapi basa. Cekungan yang lain berhubungan dengan laut, membentuk
sedimen yang berkisar dari endapan evaporit sampai delta, turbit, dan serpih hitam.
Cekungan berhubungan dengan subduksi
Page 8
Subduksi ditunjukkan dengan aktifnya tepian benus yang mana umumnya dicirikan oleh
adanya palung laut dalam, busur gunungapi aktif, rumpang parit-busur (arc-trench gap)
yang memisahkan ke duanya. Tataan subduksi terjadi lebih banyak pada tepian benua
dibandingkan pada besur samodra.
Sedimen terendapkan pada sistem subduksi ini lebih dikuasai oleh endapan silisiklastik yang
umumnya berupa batuan gunungapi berasal dari busur gunungapi. Endapan ini dapat
berupa pasir dan lumpur yang terendapkan pada paparan, lumpur dan endapan turbit
terendapkan dalam air yang lebih dapam pada lereng, cekungan, dan parit. Sedimen pada
parit dapat berupa endapan terigen yang terangkut oleh arus turbit dari daratan, bersamaan
dengan sedimen dari lempeng samodra yang tersubduksikan. Ini umumnya membentuk
kompleks akrasi. Batuan campuraduk (melange) dapat terbentuk pada daerah akrasi ini,
yang dicirikan oleh percampuran dari batuan berbagai jenis yang tertanam pada masa dasar
yang mengkilap (sheared matrix).
Contoh yang baik dari sistem subduksi ini adalah subduksi Sumatra, Jepang, Peru, Chili dan
Amerika Tengah. Contoh cekungan busur muka purba di antaranya adalah cekungan busur
muka Great Valley, Kalifornia; Midland Valley, Inggris dan Coastal range, Taiwan. Contoh
cekungan busur belakang di antaranya terjadi pada Jura Akhir – Awal Kapur terbentuk di
belakang Busur Andean di Chili selatan.
Cekungan berhubungan patahan mendatar/transform
Page 9
Patahan yang dapat membentuk cekungan ini adalah patahan mendatar yang menoreh
dalam kerak sampai membatasai dua lempeng yang berbeda (transform fault) dan patahan
yang terbatas dalam suatu lempeng dan hanya menoreh bagian atas kerak (Sylvester,
1988). Cekungan yang berhubungan dengan patahan mendatar regional terbentuk
sepanjang punggung pemekaran, sepanjang batas patahan antar lempeng, pada tepian
benua dan daratan dalam lempeng benua. Gerakan sepanjang patahan mendatar regional
dapat membentuk berbagai cekungan nendatar (pull-apart basin). Cekungan yang dibentuk
karena patahan mendatar umumnya kecil, garis tengahnya hanya beberapa puluh
kilometer, walaupun ada beberapa yang sampai 50 km. Karena patahan mendatar terbentuk
pada berbagai tataan geologi, cekungan ini dapat diisi sedimen laut maupun darat.
Ketebalan sedimen cenderung sangat tebal, karena kecepatan sedimentasi yang tinggi yang
dihasilkan oleh erosi dari daerah sekitarnya yang berelevasi tinggi, dan boleh jadi ditandai
dengan banyaknya perubahan fasies secara lokal. Di Indonesia Cekungan jenis ini banyak
terdapat sepanjang Patahan Sumatra.
TEKNIK ANALISA CEKUNGAN
Sedimen yang mengisi suatu cekungan merupakan faktor yang sangat penting untuk
dipelajari dalam analisa cekungan sedimen yang bersangkutan. Sedimen tersebut dipelajari
bagaimana proses terbentuknya, sifat batuan dan aspek ekonominya. Proses pembentukan
sedimen meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan pengendapan, sifat-sifat fisik, kimia dan
biologi batuan; lingkungan pengendapan, dan posisi stratigrafi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pengendapan dan sifat sedimen adalah:
1. litologi batuan induk, akan sangat mempengaruhi komposisi sedimen yang berasal dari
batuan tersebut;
2. topografi dan iklim dimana batuan induk berada, mempengaruhi kecepatan denudasi
yang menghasilkan sedimen yang kemudian diendapkan dalam cekungan;
3. kecepatan penurunan cekungan bersamaan dengan kecepatan kenaikan/penurunan
muka laut; dan
Page 10
4. ukuran dan bentuk dari cekungan.
Analisa cekungan merupakan hasil interpretasi yang berdasarkan pada proses sedimentasi,
stratigrafi, fasies dan sistem pengendapan, peleoseanografi, paleogeografi, iklim purba,
analisa muka laut, dan petrografi/mineralogi (Klein, 1995; Boggs, 2001). Penelitian
sedimentologi dan analisa cekungan sekarang ini ditikberatkan pada analisa fasies sedimen,
siklus subsiden, perubahan muka laut, pola sirkulasi air laut, iklim purba, dan sejarah
kehidupan.
Model pengendapan semakin meningkat digunakan untuk mengetahui lebih baik tentang
pengisian cekungan dan pengaruh berbagai parameter pengisian cekungan seperti pasokan
sedimen, besar butir, kecepatan penurunan cekungan, dan perubahan muka laut.
Sebagai bahan untuk analisa cekungan, dibutuhkan berbagai data, mulai data dari
singkapan sampai data bawah permukaan. Data tersebut termasuk data hasil pemboran
dalam, studi polarisasi magnetik dan eksplorasi geofisika. Pembahasan berikut ini secara
singkat akan diketengahkan teknik analisa cekungan yang umum dilakukan.
Penampang Stratigrafi
Data lengkap dan akurat tentang sedimen dari singkapan maupun inti bor, baik ketebalan
maupun litologi setiap himpunan sedimen, merupakan hal yang sangat penting untuk
interpretasi sejarah bumi. Untuk menghimpun data tersebut diperlukan pengukuran dan
pemerian secara teliti dan akurat pada singkapan dan/atau inti bor. Kegiatan menghimpun
data ini jamak disebut pembuatan penampang stratigrafi terukur, yang meliputi pemerian
litologi, sufat-sifat perlapisan, dan kenampakan lainnya dari batuan. Pemakaian teknik
tertentu dalam melakukan pengukuran penampang stratigrafi sangat tergantung pada
kegunaan hasil pengukuran dan keadaan singkapan diukur di alam. Kottlowski (1965)
menunjukkan beberapa cara dan peralatan untuk melakukan pembuatan penampang
stratigrafi.
Sejumlah penampang stratigrafi dapat dipakai dalam pembuatan penampang melintang
stratigrafi yang sangat bermanfaat dalam korelasi stratigrafi, interpretasi struktur dan
perubahan fasies yang boleh jadi diikuti oleh perubahan dari lingkungan dan arti ekonomis.
Penampang melintang digambarkan segai ilustrasi yang menggambarkan keadaan lokal dari
suatu cekungan, sering pula disiapkan dalam rangka pembuatan peta fasies, atau bahkan
menggambarkan runtunan stratigrafi seluruh cekungan. Pada umumnya penampang
stratigrafi menggambarkan dua demensi dari litologi dan/atau ciri struktur dari suatu unit
stratigrafi atau unit yang memotong suatu wilayah geografi.
Diagram Pagar
Informasi stratigrafi dapat pula disajikan dalam diagram pagar yang menggambarkan
pandangan tiga dimensi stratigrafi dari suatu daerah atau wilayah tertentu. Dengan cara ini
Page 11
hubungan antar satuan stratigrafi dapat dilihat dengan jelas. Sayangnya, bagian pagar
depan akan menutup sebagian belakangnya; sehingga menyulitkan pembuat untuk
menyuguhkan gambar yang baik dan jelas.
Peta Struktur
Untuk menggambarkan bentuk dan orientasi cekungan serta geometri pengisian cekungan
diperlukan peta struktur. Pada dasarnya, kontur pada peta ini adalah kumpulan titik-titik
yang mempunyai elevasi sama dari bagian atas atau bawah suatu datum tertentu. Struktur
lokal seperti antiklin dan sinklin dapat dengan mudah dikenali pada peta jenis ini. Peta
struktur ini sangat berguna dalam eksplorasi baik hidrokarbon maupun mineral dan
batubara. Dasar cekungan dapat digambarkan dengan peta ini, apabila menggunakan
datum bagian bawah lapisan tertua pengisi cekungan yang bersangkutan. Dengan begitu
topografi purba dapat diinterpretasi dengan mudah.
Peta Isopak
Peta isopak adalah suatu peta yang konturnya menghubungkan titik-titik yang mempunyai
ketebalan sama dari suatu lapisan atau satuan batuan. Ketebalan suatu satuan batuan
tergantung dari kecepatan pasokan sedimen dan ruang yang tersedia pada cekungan.
Ruang pada cekungan merupakan fungsi dari geometri cekungan dan kecepatan subsiden
cekungan. Bagian yang menebal secara abnormal merupakan pusat pengendapan,
sebaliknya yang menipis abnormal adalah daerah yang sebelum pengendapan merupakan
tinggian atau sudah lebih banyak tererosi setelah pengendapan. Dengan peta jenis ini dapat
digambarkan keadaan cekungan sebelum dan selama pengendapan, sehingga apabila
dilakukan analisa peta isopak untuk setiap satuan pada cekungan dimana mereka
diendapkan, akan mendapatkan informasi perubahan struktur cekungan dari waktu ke
waktu.
Peta Paleogeologi
Peta paleogeologi adalah peta yang menggambarkan kondisi geologi tertentu di bawah atau
di atas suatu unit tertentu. Sebagai contoh, kita dapat mengupas semua satuan batuan
mulai dari unit stratigrafi tertentu untuk melihat satuan batuan di bawah unit stratigrafi
tertentu tersebut. Kemudian kita gambarkan peta geologi di atas alas satauan batuan
tersebut. Peta semacam ini disebut peta superkrop (supercrop map). Dengan yang cara
sama, satuan batuan di atas suatu formasi atau tubuh batuan tertentu dapat pula
digambarkan. Peta superkrop umumnya dibuat pada batas ketidakselarasan, tetapi dapat
pula dibuat pada suatu satuan batuan yang mempunyai ciri tertentu. Manfaat peta jenis ini
adalah untuk interpretasi pola aliran purba, pola pengisian cekungan, pergeseran garis
pantai, penimbunan secara gradual dari paleotopografi.
Peta Litofasies
Peta fasies menggambarkan vareasi sifat litologi atau biolofi dari satuan stratigrafi tertentu
(Boggs, 2001). Peta fasies yang umum dipakai adalah peta litofasies dimana menyajikan
beberapa aspek komposisi dan tekstur batuan. Peta litofasies yang umum dipakai adalah:
Page 12
a. peta perbandingan klastik (clastic-ratio map) dan
b. peta litofasies tiga komponen.
Peta perbadingan klastik menunjukkan kontur dari perbandingan klastik yang sebanding.
Sedangkan perbandingan klastik adalah perbandingan dari jumlah kumulatif ketebalan
endapan klastik dan jumlah kumulatif endapan non-klastik, sebagai contoh:
(konglomerat + batupasir + serpih)
------------------------------------------
(batugamping + dolomit + evaporit + batubara)
Peta jenis ini sangat bermafaat untuk melihat hubungan litologi dengan tepi cekungan
dimana sedimen tersebut diendapkan. Tentu saja bagian yang nilai perbandingan klastiknya
relatif tinggi menunjukan bagian tersebut dekat dengan asal batuan atau sangat mungkin
tepi cekungan. Sedangkan bagian yang nilai perbandingan klastiknya rendah menunjukkan
bagian tersebut relatif jauh dari tepi cekungan. Dengan peta ini juga dapat diketahui arah
tranportasi sedimen secara regional dalam cekungan itu.
Peta litofasies tiga komponen menyajikan rata-rata atau pola kelimpahan relatif dalam suatu
satuan stratigrafi dari tiga komponen litofasies (Boggs, 2001).
Analisa Arus Purba
Analisa arus purba adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui arah aliran dari
arus purba pembawa sedimen ke dalam suatu cekungan pengendapan (Boggs, 2001). Tentu
saja, dengan teknik ini akan diketahui juga arah kemiringan lereng purba baik lokal maupun
secara regional dan sekaligus asal dari sedimen yang terendapkan.
Analisa arus purba dapat dilakukan dengan mempelajari secara mendalam dari berbagai
struktur sedimen, seperti silang siur, alur sungai, dan ripple mark. Geometri dan
kecenderungan dari suatu unit batuan sering dapat membantu untuk interpretasi
lingkungan pengendapan dan arah arus purba. Orientasi dari kepingan batuan berbutir
besar (seperti kerakal dan brangkal), ketebalan lapisan, vareasi litologi dalam suatu lapisan
dapat dipakai untuk interpretasi arah arus purba dan lokasi asal atau sumber batuan.
Studi Provenan (Asalmuasal) Batuan
Komposisi dari suatu batuan sedimen klastika yang mengisi suatu cekungan sangat
dipengaruhi oleh komosisi batuan sumbernya. Komposisi itu tentu saja juga dipengaruhi
oleh pelapukan dan iklim daerah yang bersangkutan. Studi provenan meliputi: (a) Komposisi
litologi dari asal batuan, (b) tataan tektonik dari daerah asal batuan, dan (c) iklim, topografi,
dan kemiringan daerah asal batuan (Boggs, 2001).
Vareasi litologi dari batuan asal dipelajari dari berbagai jenis mineral dan kepingan batuan
yang dijumpai pada suatu batuan sedimen klastika.http://jojogeos.blogspot.co.id/2014/09/analisa-cekungan-sedimen-para-ahli.html
Page 13
KLASIFIKASI CEKUNGAN SEDIMENSAMPINGAN
Ditulis pada Maret 20, 2012
Pembentukan cekungan sedimen erat hubungannya dengan gerakan kerak dan
proses tektonik yang dialami lempeng. Ingersol dan Busby (1995) menunjukkan
bahwa cekungan sedimen dapat terbentuk dalam 4 (empat) tataan tektonik:
divergen, intraplate, konvergen dan transform). Menurut Dickinson, 1974 dan
Miall, 1999; klasifikasi cekungan sedimen dapat berdasarkan pada:
1. tipe dari kerak dimana cekungan berada,
2. posisi cekungan terhadap tepi lempeng,
3. untuk cekungan yang berada dekat dengan tepi lempeng, tipe interaksi
lempeng yang terjadi selama sedimentasi,
4. Waktu pembentukan dan basin fill terhadap tektonik yang berlangsung,
5. Bentuk cekungan.
Selley (1988) memberikan klasifikasi cekungan sedimen secara sederhana
seperti dalam Tabel 10.2. , sedang Boggs (2001) membagi cekungan sedimen
lebih rinci dan lebih komplit (Tabel 10.3).
Tabel 10.1: Mekanisme penendatan disariakan dari Dickinson (1993)
Page 14
dan Ingersol dan Busby (1995)
Penipisan kerak (crustal thinning):
Perenggangan, erosi selama pengangkatan, dan penarikan akibat magmatisme
Penebalan mantel litosper(mantle-lithospheric thickening):
Pendinginan litosper yang diikuti penghentian perenggangan atau pemanasan akibat peleburan adiabatik atau naiknya lelehan astenosper
Pembebanan batuan sedimen dan gunungapi(sedimentary and volcanic loading):
Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan perenggangan litosper regional, tergantung kegetasan litosper, selama sedimentasi dan kegiatan gunungapi
Pembenan tektonik(tectonic loading):
Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan perenggangan litosper regional, tergantung kegetasan dibawah litosper, selama pensesaran naik (overthrusting) dan/atau tarikan (underpulling)
Pembenan subkerak(subcrustal loading):
kelenturan litosper selama underthrusting dari litosper padat
Aliran astenosper(asthenospheric flow):
pengaruh dinamik aliran astenosper, umumnya karena penunjaman litosper
Penambahan berat kerak(crustal densification):
Peningkatan berat jenis kerak akibat perubahan tekanan/ temperatur dan/atau pengalihan tempat kerak berberat-jenis tinggi ke kerak berberat-jenis rendah
Tabel 10.2: Klasifikasi cekungan sedimen (Selley, 1988)
PROSES PENYEBABTERBENTUKNYA TIPE CEKUNGAN
TATAAN TEKTONIK LEMPENG
Crustal sag Cekungan intrakraton Intra-plate collapse
Puntir (tension)Epicratonic downwardRift
Tepian lempeng pasif (passive plate margin)
Sea-floor spreading
Tekanan (compression)Palung (trench)
Busur depan (fore-arc)
Busur belakang (back-arc)
Page 15
Subduksi (tepian lempeng aktif)
Wrenching
Strike-slip
Gerakan mendatar lempeng
Table 10.3: Klasifikasi cekungan menurut Boggs (2001)
TATAAN TECTONIK TIPE CEKUNGAN
Divergen Rift: terrestrial rift valleys; proto-oceanic rift valleys
Antar-lempeng
Cekungan beralaskan kerak benua/peralihan: cekungan intrakraton, paparan benua, sembulan benua (continental rises) dan undak, pematang benua.Cekungan beralaskan kerak samodra: cekungan samodra aktif, kepulauan samodra, dataran tinggi dan bukit aseismik (aseismic rigde and plateau)
Konvergen
Cekungan akibat subduksi: palung, cekungan lereng palung, cekungan busur depan, cekungan intra-busur, cekungan busur belakang.Cekungan akibat tabrakan: cekungan retroac forels, peripheral foreland basin, cekungan punggung babi (piggyback basin), broken forland
TranformCekungan akibat sesar mendatar: cekungan transextensional, transpressional, transrotaional
Hybrid
Cekungan akibat berbagai sebab: cekungan-cekungan intracontinental wrench, aulacogen, impactogen, successor
Buku ini tidak membahas secara rinci semua jenis cekungan sedimen, akan
tetapi beberapa cekungan yang dianggap penting di Indonesia akan dibahas
secara singkat di bawah ini (sebagian besar disarikan dari Boggs, 2001).
Cekungan Intrakraton (Intracratonic Basin)
Cekungan intrakraton (Gambar 10.1A) umumnya cukup besar terletak di tengah
suatu benua yang jauh dari tepian lempeng. Subsiden pada cekungan jenis ini
umumnya disebabkan oleh penebalan mantel-litosfir dan bembebanan oleh
batuan sedimen atau gunungapi (Boggs, 2001). Beberapa cekungan intrakraton
ini diisi oleh endapan klastika laut, karbonat, atau sedimen evaporit yang
diendapkan mulai dari laut epikontinental sampai darat. Cekungan tua jenis ini
Page 16
di antaranya adalah Cekungan Amadeus dan Carpentaria di Australia, Cekungan
Parana di Amerika Latin, dan Cekungan Paris di Perancis. Sedangkan contoh
cekungan modern jenis ini adalah Cekungan Chad di Afrika.
Renggang (Rift)
Cekungan akibat perenggangan ini umumnya sempit tetapi memanjang,
dibatasi oleh lembah patahan (Gambar 10.1B).. Ukuran berkisar dari beberapa
km sampai sangat lebar seperti pada Sistem Renggangan Afrika Timur, dimana
mempunyai lebar 30-40 km dan panjang hampir 300 km. Cekungan ini dapat
terbentuk oleh berbagai tataan tektonik, namun yang paling umum oleh
divergen. Perenggangan lempeng
benua seperti antara Amerika Utara dan Eropa terjadi pada Trias menghasilkan
Punggungan Tengah Atlantik (Mid-Atlantic Ridge). Sistem renggangan pada
Afrika Timur merupakan contoh sistem renggangan modern.
Gambar 10.1:
Aulakogen (Aulacogen)
Aulakogen adalah jenis khusus dari renggangan yang menyudut besar terhadap
tepian benua, dimana umumnya dianggap sebagai renggangan tetapi gagal dan
kemudian diaktifkan kembali selama tektonik konvergen (Gambar 10.1C).
Palung yang sempit tapi panjang dapat menggapai sampai kraton benua
dengan sudut besar dari lajur sesar. Sedimen yang mengisi cekungan jenis ini
dapat berupa sedimen darat (misalnya kipas aluvium), endapan paparan, dan
endapan yang lebih dalam seperti endapan turbit. Contoh aulakogen di
antaranya Renggangan Reelfoot yang berumur Paleozoik dimana Sungai Misisipi
mengalir dan Palung Benue yang berumur Kapur dimana Sungai Niger
membelahnya.
Cekungan tepian benua
Cekungan tepian benua dicirikan oleh kehadiran baji yang sangat besar dari
sedimen yang ke arah laut dibatasi oleh lereng landai dari benua dan sembulan.
Ketidakterusan struktur dijumpai di bawah sistem ini, antara kerak benua
normal dan kerak peralihan (Gambar 10.1D). Sedimen terendapkan pada sistem
ini: pada paparan berupa pasir neritik dangkal, lumpur, kabonat dan endapan
evaporasi; pada lerengan terdiri atas lumpur hemipelagik; dan pada sembulan
benua berupa endapan turbit. Cekungan renggangan (rift basin) dapat
berhubungan dengan cekungan tepian benua. Contoh yang baik dari cekungan
jenis ini adalah pantai Amerika dan bagian selatan-timur Kanada (Cekungan
Page 17
Blake Plateau, Palung Lembah Baltimor, Cekungan George Bank dan Cekungan
Nova Scotian) yang terbentuk pada akhir Trias- awal Jura oleh renggangan dan
terpisahnya Pangea. Beberapa cekungan itu terpisahkan dari laut membentuk
lapisan tebal dari endapan klastik arkosik dan endapan lakustrin; berselingan
dengan batuan gunungapi basa. Cekungan yang lain berhubungan dengan laut,
membentuk sedimen yang berkisar dari endapan evaporit sampai delta, turbit,
dan serpih hitam.
Cekungan berhubungan dengan subduksi
Subduksi ditunjukkan dengan aktifnya tepian benus yang mana umumnya
dicirikan oleh adanya palung laut dalam, busur gunungapi aktif, rumpang parit-
busur (arc-trench gap) yang memisahkan ke duanya (Gambar 10.2). Tataan
subduksi terjadi lebih banyak pada tepian benua dibandingkan pada besur
samodra.
Gambar 10.2: Cekungan yang berhubungan dengan subduksi pada sistem
subduksi Sumatra.
Sedimen terendapkan pada sistem subduksi ini lebih dikuasai oleh endapan
silisiklastik yang umumnya berupa batuan gunungapi berasal dari busur
gunungapi. Endapan ini dapat berupa pasir dan lumpur yang terendapkan pada
paparan, lumpur dan endapan turbit terendapkan dalam air yang lebih dapam
pada lereng, cekungan, dan parit (Gambar 10.2). Sedimen pada parit dapat
berupa endapan terigen yang terangkut oleh arus turbit dari daratan,
bersamaan dengan sedimen dari lempeng samodra yang tersubduksikan. Ini
umumnya membentuk kompleks akrasi. Batuan campuraduk (melange) dapat
terbentuk pada daerah akrasi ini, yang dicirikan oleh percampuran dari batuan
berbagai jenis yang tertanam pada masa dasar yang mengkilap (sheared
matrix).
Contoh yang baik dari sistem subduksi ini adalah subduksi Sumatra, Jepang,
Peru, Chili dan Amerika Tengah. Contoh cekungan busur muka purba di
antaranya adalah cekungan busur muka Great Valley, Kalifornia; Midland Valley,
Inggris dan Coastal range, Taiwan. Contoh cekungan busur belakang di
antaranya terjadi pada Jura Akhir – Awal Kapur terbentuk di belakang Busur
Andean di Chili selatan.
Cekungan berhubungan patahan mendatar/transform
Patahan yang dapat membentuk cekungan ini adalah patahan mendatar yang
menoreh dalam kerak sampai membatasai dua lempeng yang berbeda
Page 18
(transform fault) dan patahan yang terbatas dalam suatu lempeng dan hanya
menoreh bagian atas kerak (Sylvester, 1988). Cekungan yang berhubungan
dengan patahan mendatar regional terbentuk sepanjang punggung pemekaran,
sepanjang batas patahan antar lempeng, pada tepian benua dan daratan dalam
lempeng benua. Gerakan sepanjang patahan mendatar regional dapat
membentuk berbagai cekungan nendatar (pull-apart basin). Cekungan yang
dibentuk karena patahan mendatar umumnya kecil, garis tengahnya hanya
beberapa puluh kilometer, walaupun ada beberapa yang sampai 50 km. Karena
patahan mendatar terbentuk pada berbagai tataan geologi, cekungan ini dapat
diisi sedimen laut maupun darat. Ketebalan sedimen cenderung sangat tebal,
karena kecepatan sedimentasi yang tinggi yang dihasilkan oleh erosi dari
daerah sekitarnya yang berelevasi tinggi, dan boleh jadi ditandai dengan
banyaknya perubahan fasies secara lokal. Di Indonesia Cekungan jenis ini
banyak terdapat sepanjang Patahan Sumatra (Cekungan
………………………………).
Gambar 10.3: Cekungan yang berhubungan dengan subduksi pada sistem
subduksi Sumatra
10.4. TEKNIK ANALISA CEKUNGAN
Sedimen yang mengisi suatu cekungan merupakan faktor yang sangat penting
untuk dipelajari dalam analisa cekungan sedimen yang bersangkutan. Sedimen
tersebut dipelajari bagaimana proses terbentuknya, sifat batuan dan aspek
ekonominya. Proses pembentukan sedimen meliputi pelapukan, erosi,
transportasi dan pengendapan, sifat-sifat fisik, kimia dan biologi batuan;
lingkungan pengendapan, dan posisi stratigrafi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pengendapan dan sifat sedimen adalah:
1. litologi batuan induk, akan sangat mempengaruhi komposisi sedimen yang
berasal dari batuan tersebut;
2. topografi dan iklim dimana batuan induk berada, mempengaruhi
kecepatan denudasi yang menghasilkan sedimen yang kemudian
diendapkan dalam cekungan;
3. kecepatan penurunan cekungan bersamaan dengan kecepatan
kenaikan/penurunan muka laut; dan
4. ukuran dan bentuk dari cekungan.
Analisa cekungan merupakan hasil interpretasi yang berdasarkan pada proses
sedimentasi, stratigrafi, fasies dan sistem pengendapan, peleoseanografi,
Page 19
paleogeografi, iklim purba, analisa muka laut, dan petrografi/mineralogi (Klein,
1995; Boggs, 2001). Penelitian sedimentologi dan analisa cekungan sekarang ini
ditikberatkan pada analisa fasies sedimen, siklus subsiden, perubahan muka
laut, pola sirkulasi air laut, iklim purba, dan sejarah kehidupan.
Model pengendapan semakin meningkat digunakan untuk mengetahui lebih
baik tentang pengisian cekungan dan pengaruh berbagai parameter pengisian
cekungan seperti pasokan sedimen, besar butir, kecepatan penurunan
cekungan, dan perubahan muka laut.
Sebagai bahan untuk analisa cekungan, dibutuhkan berbagai data, mulai data
dari singkapan sampai data bawah permukaan. Data tersebut termasuk data
hasil pemboran dalam, studi polarisasi magnetik dan eksplorasi geofisika.
Pembahasan berikut ini secara singkat akan diketengahkan teknik analisa
cekungan yang umum dilakukan.
10.4.A. Penampang Stratigrafi
Data lengkap dan akurat tentang sedimen dari singkapan maupun inti bor, baik
ketebalan maupun litologi setiap himpunan sedimen, merupakan hal yang
sangat penting untuk interpretasi sejarah bumi. Untuk menghimpun data
tersebut diperlukan pengukuran dan pemerian secara teliti dan akurat pada
singkapan dan/atau inti bor. Kegiatan menghimpun data ini jamak disebut
pembuatan penampang stratigrafi terukur, yang meliputi pemerian litologi,
sufat-sifat perlapisan, dan kenampakan lainnya dari batuan. Pemakaian teknik
tertentu dalam melakukan pengukuran penampang stratigrafi sangat
tergantung pada kegunaan hasil pengukuran dan keadaan singkapan diukur di
alam. Kottlowski (1965) menunjukkan beberapa cara dan peralatan untuk
melakukan pembuatan penampang stratigrafi.
Sejumlah penampang stratigrafi dapat dipakai dalam pembuatan penampang
melintang stratigrafi yang sangat bermanfaat dalam korelasi stratigrafi,
interpretasi struktur dan perubahan fasies yang boleh jadi diikuti oleh
perubahan dari lingkungan dan arti ekonomis. Penampang melintang
digambarkan segai ilustrasi yang menggambarkan keadaan lokal dari suatu
cekungan, sering pula disiapkan dalam rangka pembuatan peta fasies, atau
bahkan menggambarkan runtunan stratigrafi seluruh cekungan. Pada umumnya
penampang stratigrafi menggambarkan dua demensi dari litologi dan/atau ciri
struktur dari suatu unit stratigrafi atau unit yang memotong suatu wilayah
geografi.
Page 20
Diagram Pagar
Informasi stratigrafi dapat pula disajikan dalam diagram pagar yang
menggambarkan pandangan tiga dimensi stratigrafi dari suatu daerah atau
wilayah tertentu (Gambar 10.4). Dengan cara ini hubungan antar satuan
stratigrafi dapat dilihat dengan jelas. Sayangnya, bagian pagar depan akan
menutup sebagian belakangnya; sehingga menyulitkan pembuat untuk
menyuguhkan gambar yang baik dan jelas.
Gambar 10.4: Diagram pagar yang menggambarkan hubungan tiga dimensi dari
beberapa satuan stratigrafi dari suatu wilayah
Peta Struktur
Untuk menggambarkan bentuk dan orientasi cekungan serta geometri pengisian
cekungan diperlukan peta struktur. Pada dasarnya, kontur pada peta ini adalah
kumpulan titik-titik yang mempunyai elevasi sama dari bagian atas atau bawah
suatu datum tertentu. Struktur lokal seperti antiklin dan sinklin dapat dengan
mudah dikenali pada peta jenis ini (Gambar 10.5). Peta struktur ini sangat
berguna dalam eksplorasi baik hidrokarbon maupun mineral dan batubara.
Dasar cekungan dapat digambarkan dengan peta ini, apabila menggunakan
datum bagian bawah lapisan tertua pengisi cekungan yang bersangkutan.
Dengan begitu topografi purba dapat diinterpretasi dengan mudah.
Gambar 10.5. Peta kontur struktur yang memperlihatkan struktur lokal seperti
antiklin dan synklin.
Peta Isopak
Peta isopak adalah suatu peta yang konturnya menghubungkan titik-titik yang
mempunyai ketebalan sama dari suatu lapisan atau satuan batuan (Gambar
10.6). Ketebalan suatu satuan batuan tergantung dari kecepatan pasokan
sedimen dan ruang yang tersedia pada cekungan. Ruang pada cekungan
merupakan fungsi dari geometri cekungan dan kecepatan subsiden cekungan.
Bagian yang menebal secara abnormal merupakan pusat pengendapan,
sebaliknya yang menipis abnormal adalah daerah yang sebelum pengendapan
merupakan tinggian atau sudah lebih banyak tererosi setelah pengendapan.
Dengan peta jenis ini dapat digambarkan keadaan cekungan sebelum dan
selama pengendapan, sehingga apabila dilakukan analisa peta isopak untuk
setiap satuan pada cekungan dimana mereka diendapkan, akan mendapatkan
informasi perubahan struktur cekungan dari waktu ke waktu.
Page 21
Gambar 10.6. Peta isopak yang menggambarkan daerah tinggian dan rendahan
dari suatu cekungan.
Peta Paleogeologi
Peta paleogeologi adalah peta yang menggambarkan kondisi geologi tertentu di
bawah atau di atas suatu unit tertentu. Sebagai contoh, kita dapat mengupas
semua satuan batuan mulai dari unit stratigrafi tertentu untuk melihat satuan
batuan di bawah unit stratigrafi tertentu tersebut. Kemudian kita gambarkan
peta geologi di atas alas satauan batuan tersebut. Peta semacam ini disebut
peta superkrop (supercrop map). Dengan yang cara sama, satuan batuan di
atas suatu formasi atau tubuh batuan tertentu dapat pula digambarkan. Peta
superkrop umumnya dibuat pada batas ketidakselarasan, tetapi dapat pula
dibuat pada suatu satuan batuan yang mempunyai ciri tertentu. Manfaat peta
jenis ini adalah untuk interpretasi pola aliran purba, pola pengisian cekungan,
pergeseran garis pantai, penimbunan secara gradual dari paleotopografi.
Peta Litofasies
Peta fasies menggambarkan vareasi sifat litologi atau biolofi dari satuan
stratigrafi tertentu (Boggs, 2001). Peta fasies yang umum dipakai adalah peta
litofasies dimana menyajikan beberapa aspek komposisi dan tekstur batuan.
Peta litofasies yang umum dipakai adalah:
a. peta perbandingan klastik (clastic-ratio map) dan
b. peta litofasies tiga komponen.
Peta perbadingan klastik menunjukkan kontur dari perbandingan klastik yang
sebanding. Sedangkan perbandingan klastik adalah perbandingan dari jumlah
kumulatif ketebalan endapan klastik dan jumlah kumulatif endapan non-klastik,
sebagai contoh:
(konglomerat + batupasir + serpih)
——————————————
(batugamping + dolomit + evaporit + batubara)
Peta jenis ini sangat bermafaat untuk melihat hubungan litologi dengan tepi
cekungan dimana sedimen tersebut diendapkan. Tentu saja bagian yang nilai
perbandingan klastiknya relatif tinggi menunjukan bagian tersebut dekat
dengan asal batuan atau sangat mungkin tepi cekungan. Sedangkan bagian
yang nilai perbandingan klastiknya rendah menunjukkan bagian tersebut relatif
jauh dari tepi cekungan. Dengan peta ini juga dapat diketahui arah tranportasi
sedimen secara regional dalam cekungan itu (Gambar 10.7).
Page 22
Gambar 10.7. Peta litofasies perbandingan klastik. Arah panah menunjukkan
arah transportasi sedimen.
Peta litofasies tiga komponen menyajikan rata-rata atau pola kelimpahan relatif
dalam suatu satuan stratigrafi dari tiga komponen litofasies (Boggs, 2001).
Analisa Arus Purba
Analisa arus purba adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengetahui arah
aliran dari arus purba pembawa sedimen ke dalam suatu cekungan
pengendapan (Boggs, 2001). Tentu saja, dengan teknik ini akan diketahui juga
arah kemiringan lereng purba baik lokal maupun secara regional dan sekaligus
asal dari sedimen yang terendapkan.
Analisa arus purba dapat dilakukan dengan mempelajari secara mendalam dari
berbagai struktur sedimen, seperti silang siur, alur sungai, dan ripple mark.
Geometri dan kecenderungan dari suatu unit batuan sering dapat membantu
untuk interpretasi lingkungan pengendapan dan arah arus purba. Orientasi dari
kepingan batuan berbutir besar (seperti kerakal dan brangkal), ketebalan
lapisan, vareasi litologi dalam suatu lapisan dapat dipakai untuk interpretasi
arah arus purba dan lokasi asal atau sumber batuan.
Studi Provenan (Asalmuasal) Batuan
Komposisi dari suatu batuan sedimen klastika yang mengisi suatu cekungan
sangat dipengaruhi oleh komosisi batuan sumbernya. Komposisi itu tentu saja
juga dipengaruhi oleh pelapukan dan iklim daerah yang bersangkutan. Studi
provenan meliputi: (a) Komposisi litologi dari asal batuan, (b) tataan tektonik
dari daerah asal batuan, dan (c) iklim, topografi, dan kemiringan daerah asal
batuan (Boggs, 2001).
Vareasi litologi dari batuan asal dipelajari dari berbagai jenis mineral dan
kepingan batuan yang dijumpai pada suatu batuan sedimen klastika.https://gunoso.wordpress.com/2012/03/20/klasifikasi-cekungan-sedimen/