Top Banner
Disusun oleh : Mukhammad Zainuri (Pecinta Maiyah)
194

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Aug 10, 2015

Download

Documents

Mizdad Huddanni

Sebuah coretan tentang perjalanan komunitas kenduri cinta dibawah asuhan Emha Ainun Najib
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Disusun oleh :

Mukhammad Zainuri

(Pecinta Maiyah)

Page 2: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 2

Assalamu’alaikum wr.wb

Salam Maiyah…

Alhamdulillahirobbil’alamin, dari semakin banyaknya anggota KKC maka

tercetuslah keinginan utk mengumpulkan catatan di FB KKC ini dalam

bentuk yang praktis, akhirnya e-book “CATATAN KOMUNITAS

KENDURI CINTA I” ini berhasil disusun & bisa dinikmati oleh Anda.

Terimakasih kepada segenap Kawan2 anggota & pengelola Fan Page

Facebook Komunitas Kenduri Cinta & seluruh jaringan maiyah nusantara

atas materi tulisannya, khususnya atas ilmu2 dari guru kita semua Cak

Nun, Cak Pudji, dan semuanya yang telah menulis di catatan komunitas

kenduri cinta..

Semoga e-book sederhana ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin..

Wassalamu’alaikum wr. Wb

Cilacap, 5 Februari 2011

Mukhammad Zainuri (“Jay”)

Email: [email protected]

FB: [email protected]

Ini adalah Ebook gratis, silahkan dibagikan utk orang2 sekitar yg anda

sayangi ....

Page 3: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 3

SEKILAS TENTANG KOMUNITAS KENDURI CINTA

Komunitas Kenduri Cinta merupakan wadah silaturahmi yang tidak

hanya berisikan kesenian namun juga mengedepankan pencerahan

pada segi pendidikan politik, kebudayaan dan kemanusiaan yang

multikultur. Gerakan Cinta dalam forum Maiyah Kenduri Cinta

menjembatani kebaikan antar manusia, kemesraan dan cinta kasih

agar nila-nilai cinta yang hakiki tidak diabaikan apalagi

ditinggalkan.

Kenduri Cinta memberikan suasana iklim yang sehat. Panggung

dalam forum KenduriCinta bukan suatu pementasan tetapi suatu

gerak bersama sehingga pada akhirnya tdak ada penonton dan

yang ditonton, bukan wadah 'show of force' perorangan atau

golongan, melainkan sebuah forum yang mengedepankan interaksi

dan komunikasi yang jernih, pikiran obyektif dan hati nurani yang

diliputi kasih.

Komunitas KenduriCinta terbentuk sejak pertengahan tahun 2000.

Komunitas KenduriCinta adalah bagian dari komunitas Maiyah

Nusantara yang telah lama dirintis oleh komunitas maiyah secara

rutin bersama pada kota-kota besar di Indonesia, antara lain:

Jombang (Padhang Mbulan), Surabaya (BangBang Wetan),

Semarang (Gambang Syafaat), Jogjakarta (Mocopat Syafaat),

Malang (Obor Ilahi) dan Makassar (Paparandang Ate).

Gambaran:

"lnna ma'ya Robbi", tutur Musa, Nabi alaihissalaam, untuk

meyakinkan ummatnya bahwa Allah ada bersamanya. Muhammad

Rasulullah saw, juga menggunakan kata sama -di gua Tsur- tatkala

Page 4: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 4

dikejar-kejar oleh pasukan musuh untuk menghibur dan

memelihara iman Abu Bakar, sahabat beliau, Sayyid kita

Rodhlialloohu'anhu: "La takhof wa la tahzan, innalloha ma'anaa".

Jangan takut jangan sedih, Allah ada menyertai kita.

Bahasa kenegaraan Maiyah itu: Nasionalisme. Bahasa mondialnya:

Universalisme. Bahasa peradabannya: Pluralisme. Bahasa

kebudayaannya: Heterogenisme, atau kemajemukan yang

direlakan, dipahami dan dikelola. Metode atau manejemen

pengelolaan itu namanya: Demokrasi.

Di dalam teori Maiyah Nasionalisme, selalu ditemukan adanya

banyak pihak, ada banyak wajah, ada banyak warna, ada banyak

kecenderungan dan pilihan. Masing-masing pilihan itu menggunakan

wamanya sendiri-sendiri, wajahnya sendiri-sendiri dan

kecenderungan sendiri-sendiri.

Setiap mereka menghidupi dan menampilkan dirinya masing-

masing. Sehingga pada semuanya tampak sebagai bhinneka.

Berbagai perbedaan itu tidak membuat mereka berperang satu

sama lain, karena diikat dan prinsip ke-ika-an, yakni komitmen

kolektif untuk saling menyelamatkan dan mensejahterakan.

Demikianlah berita gembira berdirinya Republik lndonesia dulu.

Sikap Maiyah di antara berbagai pilihan itu adalah kesepakatan

untuk saling menyetorkan kebaikan dan kemashlahatan untuk

semua.

Yang Budha, berpakaianlah Buddha. Yang Katholik, Katholiklah.

Yang lslam, lslamlah. Omswastiatu tak usah diganti Padamu Negeri.

Haleluya tak usah diganti Tanah Tumpah Darahku. Shalaatullaah

Page 5: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 5

salaamullaah tak usah diganti lbu Kita Kartini. Heterogenitas itu

cukup dijaga oleh satu prinsip: saling memperuntukkan dirinya bagi

kebersamaan. ltulah Maiyah.

Website: http://www.kenduricinta.com

Facebook: http://www.facebook.com/#!/pages/Komunitas-

Kenduri-Cinta/34798057138?v=info

Page 6: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 6

Panggillah “Mbah Nun...!”

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 22 Februari 2010 jam 9:54

Catatan: Münzir Màdjid

TIBA-TIBA, plak-plak, pukulan mendarat ke mulut seorang anak muda. “Tidak

sopan, jangan panggil Cak Nun, panggillah dengan hormat, Mbah Nun...!”

SATU:

Pernah dengar nama KH Muslim Rifa’i Imam Puro? Nama lengkap ini tidaklah

begitu populer. Namun jika disebut “Mbah Lim” banyak kalangan yang

mengenalnya, paling tidak sering mendengar.

Apalagi bagi kalangan nahdliyyin, mereka sangat mengenal sosok Mbah Lim.

Bahkan kiai-kiai NU sangat takzim terhadap beliau, termasuk Gus Dur (Allah

yarham). Karena Mbah Lim sangat rajin menghadiri helatan-helatan yang yang

diselenggarakan NU, terutama Muktamar. Kecenderungan pilihan Mbah Lim

terhadap sosok yang kelak memimpin NU biasanya itulah suara Nahdliyyin.

Jika pertama kali berjumpa pasti tak akan mempercayai bahwa orang ini sangat

disegani dari berbagai kalangan. Sangat nyentrik. Berpakaian dengan padu padan

sangat tidak pas. Bertutup kepala topi (bukan peci) dipadu dengan sorban. Yang

tak pernah ketinggalan, mencangklong tas kain lusuh. Nama pesantrennya aneh,

tidak biasa: Pondok Pesantren Al Muttaqin Pancasila Sakti, Desa Karang Anom,

Klaten. Dengan penampilan yang “mboys” ini, tidak aneh, jika banyak yang

beranggapan bahwa Mbah Lim adalah seorang wali.

Cara berbicaranya tidak jelas, cedal (cadel). Sukar dipamahami. Maka sering

didampingi oleh santri atau keluarganya sebagai juru bicara.

Page 7: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 7

Suatu hari, pesantrennya mengadakan acara dengan mengundang Emha Ainun

Nadjib untuk memberikan ceramah. Tibalah saatnya, Emha harus naik ke atas

podium. Seorang santri yang bertindak sebagai MC memanggil Emha.

"Kami persilakan Cak Nun dari..."

Belum juga MC selesai berbicara, Mbah Lim berlari-lari sambil teriak-teriak ke

arah MC. Tiba-tiba, plak-plak, tangan Mbah Lim mendarat di mulut MC, sambil

tetap berteriak-teriak, "Bukan Cak Nun, Mbah Nun. Ingat itu Mbah Nun!"

“Iya Mbah.”

Jawab santri agak gemetar. Bukan sakitnya ditampar kiainya. Tapi kaget dan sama

sekali tak terduga. Tamparannya tidak keras, karena sesungguhnya Mbah Lim

sangat menyayangi semua santrinya.

Jamaah geger. Tapi tidak lama. Berganti dengan gelak tawa karena Emha sangat

pandai merubah suasana.

Mbah Lim sendiri tetap mendampingi MC sampai usai acara, berjaga-jaga agar

kesalahan ucap tak terulang lagi.

DUA:

Pernah menyaksikan bapak dan anak saling ejek, sindir menyindir? Itulah jika

Emha Ainun Nadjib satu panggung dengan Sabrang Mowo Damar Panuluh,

anaknya.

“Pergaulan yang aneh,” begitu komentar Dik Doank suatu saat.

Page 8: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 8

Jangan anggap mereka ada konflik. Emha sangat mencintai Sabrang, sebaliknya

Sabrang juga sangat menghormatinya. Mereka saling share tentang berbagai hal.

Banyak pengetahuan-pengetahuan baru, atau penemuan-penemuan ilmiah (baru)

yang disampaikan Sabrang kepada Emha. Sebaliknya Emha-pun sering memberi

arahan-arahan --jelas bapaknya lebih berpengalaman, ditularkan kepada Sabrang.

Jaman SMA, setahu saya, Sabrang tidak mengenal rokok. Emha sendiri, siapapun

tahu, adalah penikmat rokok.

“Jika sakit jangan merokok!” kata Emha.

“Rokok hanya untuk orang sehat,” lanjutnya. Lho?

Logika ini mungkin saja ditentang oleh aktivis anti rokok. Jika ingin sehat jauhilah

rokok, slogannya.

Tamat SMA, saya juga tidak melihat Sabrang menyentuh rokok. Kalau pegang

rokok sangat wagu, hanya diamin-mainkan, diisap tanpa api. Baguslah itu,

batinku.

Usai kuliah dari Kanada, berkumpul lagi dengan kawan-kawan SMA-nya,

belakangan membentuk Grup Band Letto. Saat itulah, mungkin saja, sering

belajaran merokok.

“Liiiil....!”

“Iya Mas,” jawab Kholil.

Kholil, pemuda tanggung yang bertahun-tahun ikut di rumah Emha-Novia. Racikan

kopinya enak. Kental tak terlalu manis.

Bersijingkat Kholil masuk ke dalam rumah mengambil sesuatu dan diserahkan

kepada Sabrang. Entah “persengkokolan” apa antara Sabrang dan Kholil. Jika

dipanggil oleh Sabrang mafhumlah apa tugas Kholil.

Page 9: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 9

Sampai suatu hari, entah bagaimana ceritanya, Emha mengetahui sesuatu yang

tidak beres.

“Lil,” panggil Emha.

“Nggih Pak...”

“Apa itu?”

“Rokok, Mas Sabrang....”

Bungkusan rokok berwarna kuning ada di gegamannya.

“Oh, mulai kapan?”

“Lami Pak, wonten setahunan.”

(Sudah lama Pak, sekitar setahun).

Emha, biasanya punya simpanan rokok agak banyak. Beli sendiri atau pemberian

dari beberapa kalangan yang berbaik hati. Sesungguhnya, telah lama, tanpa

sepengetahuannya Sabrang meminta tolong Kholil mengambilkan rokok milik

bapaknya secara diam-diam. Kali ini ‘tertangkap basah.’

Maka dalam suatu acara di Kenduri Cinta, beberapa tahun lalu, Emha menagih

Sabrang.

“Coba kalikan hutangmu itu, satu bungkus dikalikan setahun!”

Page 10: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 10

Jamaah-pun tertawa.

“Dicicil saja, tiap pentas Letto, potong 10%....”

Sabrang yang sudah dikenal sebagai vokalis Letto, hanya menanggapi dengan

senyum-senyum.

TIGA:

Surabaya. Emha dan Kiai Kanjeng siap-siap acara. Hari yang sama, Sabrang dan

Letto juga pentas di kota yang sama, Kota Bonek.

Meskipun bapak dan anak masih satu rumah, jarang sekali ketemu. Emha dan Kiai

Kanjeng keliling memenuhi banyak undangan, Sabrang dan Letto-pun padat acara.

Bapak dan anak saling kangen dan janjian bertemu di warung sate, makanan

favorit mereka. Emha yang sudah dulu tiba langsung memesan beberapa porsi

sate. Tak lama kemudian Sabrang datang.

“Ayo Brang, dimakan...!”

“Ntar Pa,” jawab Sabrang sembari buka-buka HP.

Berceritalah mereka dengan asyiknya. Lalu Emha tersadar, hidangannya belum

juga dijamah.

“Lho, kok tidak dimakan, tadi sudah makan ya.”

Sabrang menjawab dengan enteng, “Belum Pa, aku puasa.”

“Asu kowe Brang, lha ngapain saya janjian di sini kalau puasa!”

Page 11: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 11

EMPAT:

Saya ingin mengatakan bahwa Sabrang sudah terlatih rialat. Sebuah ‘lelaku’ yang

pada umumnya anak semuda dia belum merasa perlu menjalani. Pasti banyak

yang mengira bahwa bapaknyalah yang mengajari. Atau minimal memberi contoh

dalam keseharian. Saya berani bilang, bahwa secara langsung kayaknya tidak.

Emha tidak pernah mengajarkan sebagaimana orang tua lain mendidik anaknya.

“Le, kowe puasa ya, rajin shalat!”

Tampaknya tidak pernah seperti itu.

Sampai kemudian saya mendengar bahwa Sabrang punya “guru spiritual.” Keren

ya istilahnya. Maksud saya, guru ngaji. Seorang ustadz atau kiai. Sosoknya jarang

yang kenal, seorang kiai sederhana dan kini bertempat tinggal di Lampung.

Dulu, saat Sabrang masih SMP, memang saya pernah diutus bapaknya mengantar

seorang guru ngaji dari Jogja ke Lampung. Seorang guru ngaji privat selama tiga

bulan untuk mengajari “alif ba ta” dan pelajaran dasar-dasar agama.

Tapi bukan guru ngaji itu.

Page 12: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 12

Namanya KH Mustofa, saya pernah sekali bertemu di kantor, Jakarta. Sabrang

memanggilnya Pakde Mus. Kepada Pakde Mus inilah Sabrang banyak meminta

nasehat.

Saya sendiri kurang tahu sejak kapan Sabrang mengenal dan menjadikan Pakde

Mus sebagai tempat bertanya.

Belakangan juga saya mengetahui bahwa Pakde Mus adalah santrinya Mbah Lim.

Bisa jadi Pakde Mus, kala pertama, tidak menyadari bahwa Sabrang adalah

anaknya Emha, yang oleh Mbah Lim sendiri ditahbiskan sebagai “Mbah Nun.”

Ini agak muter-muter. Pakde Mus sangat takzim terhadap Emha, sebagaimana

santrinya Mbah Lim lain, memanggilnya juga: Mbah Nun.

Hujanpun semakin kerap. Tamu-tamu berlarian. Semua orang menduga bahwa

acara akan berantakan. Emha yang punya gawe berlari naik ke atas panggung.

“Allahu Akbar, Alaahu Akbar.”

“Allahu Akbar, Allahu Akbar,” azan digemakan sampai usai.

Resepsi pernikahan Sabrang dengan Uchi (26 Maret 2009) tetap berjalan dengan

lancar di Monjali, Jogja. Hujan mulai reda. Langitpun kembali dipenuhi bintang

gemintang. Di pojokan, entah di mana, Pakde Mus ngumpet sampai acara usai.

Berdoa dengan khusuk untuk “anak” kesayangannya, Sabrang.

Page 13: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 13

LIMA:

Selamat kepada Sabrang dan Uchi untuk kelahiran putri pertamanya, 8 Februari

2010: Rih Anawai Lu'lu' Bodronoyo. []

Jkt-Pwt, Des 2009, Jan, Feb 2010

Tulisan ini untuk bapakku. Semoga cepat sembuh. Anakmu, sungguh

menyayangimu.

Page 14: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 14

ABDURAHMAN WAHID-WAHID

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 18 Juni 2010 jam 11:01

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Lambat atau cepat hegemoni kekuatan persepakbolaan dunia akan bergeser ke

Afrika, meskipun kemudian akan bergilir ke wilayah lainnya. Sejak piala dunia

beberapa kali yang lalu Aljazair, Camerun, Nigeria, Marokko, sudah ngamping-

amping - tetapi memang masih ada semacam nuansa rasisme dalam mekanisme

politik persepakbolaan, yang tercermin pada psikologi wasit atau pengurus

organisasi persepakbolaan.

Sayang Mesir tak masuk, gara-gara Gus Dur di-impeach oleh MPR. Orang Mesir

cinta Indonesia, Sukarno dan merasa memiliki Gus Dur karena sejarah kakek

beliau serta karena pernah kuliah di Cairo. Gus Dur jatuh mengecewakan orang

Mesir, sehingga sampai hari ini belum tentu Megawati diterima di sana. Sampai-

sampai kesebelasan Mesir kacau hatinya dan tidak bisa menang lawan Aljazair.

Skor 1-1, padahal kalau 1-0, Mesir masuk Piala Dunia. Kalau Gus Dur waktu itu

tetap jadi presiden, skor pasti 1-0. 1 itu Wahid. Kalau 1-0 berarti Wahidnya satu.

Kalau skor 1-1 maka nama Gus Dur menjadi Abdurahman Wahid Wahid...Maka

Mesir gagal ke Piala Dunia.

Tapi toh sekarang Senegal memberi lampu kuning, meskipun tidak akan semulus

yang kita impikan. Bagi kita yang berpikiran standar, tentu kaget kok Perancis bisa

kalah oleh Senegal. Meskipun tak ada Zidane tapi ya jan gan lantas begitu loyo,

tidak kreatif, tidak punya daya menaklukkan, permainan individu kalah, tidak

punya aransemen dengan akselerasi gerak dan irama bermain.

Page 15: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 15

Tapi bagi yang sudah punya instink dan tahu bahwa Senegal akan unggul, hasil

pertandingan awal Piala Dunia tadi malam tidak mengejutkan. Namun demikian

saya sarankan sebaiknya kita memilih kaget saja menyaksikan setiap kejadian

selama Piala Dunia, sebab tujuan kita memang untuk terkaget-kaget, sehingga

asyik dan selalu ada dinamika, ada tegangan.

Kalau pada pertandingan perdana Perancis kalah tapi nantinya malah jadi juara,

sebaiknya kita kaget. Kalau ternyata Perancis tak bisa sampai ke final, marilah

tetap kaget. Kalau Senegal menang terus setelah yang awal ini, juga marilah

kaget. Kalau kalah dan tidak bisa masuk ke babak berikutnya, marilah terus kaget.

Kalau tidak kaget, apa gunanya nonton sepakbola.

Hari ini saya bertugas di tiga acara, dan pertandingan perdana Perancis-Senegal

berlangsung pada acara terakhir saya tadi malam. Saya nonton tidak intensif dan

tidak seluruhnya. Sambil kedinginan dalam acara - karena tempatnya dekat Kutub

Selatan - saya bertanya-tanya siapa yang menang, dan tiba-tiba ada SMS masuk

berbunyi :"Itali juara Cak!". Gendeng. Tapi memang nonton sepakbola adalah

peluang sangat indah untuk berkhayal, menciptakan lakon-lakon apa saja di

dalam benak kita, membayang-bayangkan, melampiaskan obsesi, bahkan bisa

nonton sepakbola untuk menerapkan ideology, sentimen-sentimen sejarah atau

selera pribadi. Teman saya yang memandang sepakbola secara professional-

estetik, tidak senang Perancis kalah, karena tidak cocok dengan teori baku

tentang mutu kesebelasan. Tapi bagi teman lain yang pikirannya dipenuhi oleh

romantisme perjuangan kaum tertindas, bersorak-sorak karena Senegal menang,

karena mengidentifikasi Perancis sebagai salah satu negara penjajah pada abad-

abad yang lalu.

Page 16: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 16

Semula dia mencita-citakan finalnya nanti Perancis vs. Kamerun dan akan

dimenangkan kesebelasan negara kaum hitam yang nenek moyangnya dulu

dijajah. Cuma ideologi teman saya ini menjadi agak tidak mantap kalau dia ingat

bahwa Zidan beragama Islam...

Ah, apa Anda pernah mendengar musik Senegal? Tidak ada musik yang asyiknya

melebihi asyiknya musik Senegal serta negara-negara Afrika agak Utara lainnya.

Kreativitas musik di wilayah ini menggabungkan 3 dimansi keindahan: dinamika

Afrika, romantisme Timur Tengah dan kecanggihan Eropa. Beruntung saya pernah

pentas bareng mereka di lapangan pinggir pantai Rotterdam......***

Page 17: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 17

Akal dan Otak

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 23 April 2010 jam 11:01

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Akal tidak sama dengan Otak. Ayam dan kambing juga punya otak, tapi jangan

bilang kambing berakal. Otak itu hanya hardware-machine dari suatu fungsi

berfikir. Adapun akal itu suatu potensialitas rohaniah, kita harus menggalinya

sepanjang zaman, karena yang kita dapatkan darinya hanya gejala-gejalanya saja,

Anda kenal inspirasi, kretivitas, ilham, ide, gagasan. Serpihan-serpihan meloncat

dalam kandungan rahasia akal ke memori dan kesadaran kita. Akal itu bagaikan

ujung jari Tuhan yang menyentuh cintanya kepada kita untuk mentransfer cinta,

silaturahmi, janji kasih, dan berbagai anugrah. Kalau dikatakan ada orang

kehilangan akal, artinya ia mengalami keterputusan kontak dengan hidayah

Tuhan. Pikirannya buntu dan otaknya terbengkalai. Jadi, otak bisa tidak sehat,

cara berpikir bisa khilaf dan terpeleset, tapi akal selalu sehat dan benar. Yang tak

sehat biasanya adalah metode dan mekanisme berpikir.

Page 18: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 18

“Apa tho Nak, Emansipasi itu?”

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 21 April 2010 jam 9:06

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Ibu menjaga hasrat baik agar terus

memenuhi desa, berperang melawan

kelapukan akibat tumpahan hujan dari

kekuatan-kekuatan yang mengatasi

desa kita.

Mungkin sekedar ‘kelas’ rukuh, tapi

soalnya ialah kerajinan Ibu untuk

menerobos dan menelusup, di samping

rukuh memang menyediakan rasa tidak

aman bagi kemunafikan. Ibu juga maju

ke Pak Polisi, angkat tangan memotong

pidato Pak Pejabat di mimbar, melayani

segala kesulitan pekerjaan birokratis

yang bisanya ditangani oleh kaum

Page 19: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 19

lelaki, menampung pertengkaran

suami istri-suami istri, membendungi

gejala saling benci di antara siapapun,

mempertanyakan sesuatu kepada Pak-

Pak Pamong, tanpa rasa sungkan atau

pakewuh seperti yang lazim diketahui

sebagai lenderteal pembungkus sikap

sosial orang Jawa. Meskipun toh

frekuensi ketidakberesan yang pada

umumnya tumpah dari atas selalu akan

bisa mengubur usaha-usaha hasrat baik

Ibu.

Pasti ada ribuan orang di negeri ini

yang melakukan seperti yang Ibu

lakukan. Ratusan kawan-kawan

anakmu juga mampu mengerjakan

berbagai hal yang penuh arti. Tapi

lihatlah, apa yang lebih bermutu dari

sepak terjang anakmu ini selain

Page 20: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 20

merengek-rengek?

Banyak hal pada kegiatan kaum wanita di desa kita yang membuat segala

pembicaraan tentang masyarakat

patrimonial menjadi terasa aneh. Tetapi

toh Ibu juga tak bosan-bosan bertanya

kepada anak-anakmu atau kepada

kawan-kawan anak-anakmu yang

datang ke desa:“apa tho Nak

emansipasi wanita itu?”

(Sumber: “IBU, TAMPARLAH MULUT ANAKMU” Sekelumit Catatan Harian.

23.8.1985. foto oleh: Budhi Ipoeng)

Page 21: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 21

Bakso Khalifatullah

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 12 Februari 2010 jam 9:36

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Setiap kali menerima uang dari orang yang membeli bakso darinya, Pak Patul

mendistribusikan uang itu ke tiga tempat: sebagian ke laci gerobagnya, sebagian

ke dompetnya, sisanya ke kaleng bekas tempat roti.

“Selalu begitu, Pak?”, saya bertanya, sesudah beramai-ramai menikmati bakso

beliau bersama anak-anak yang bermain di halaman rumahku sejak siang.

“Maksud Bapak?”, ia ganti bertanya.

“Uangnya selalu disimpan di tiga tempat itu?”

Ia tertawa. “Ia Pak. Sudah 17 tahun begini. Biar hanya sedikit duit saya, tapi kan

bukan semua hak saya”

“Maksud Pak Patul?”, ganti saya yang bertanya.

Page 22: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 22

“Dari pendapatan yang saya peroleh dari kerja saya terdapat uang yang

merupakan milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan”.

Aduh gawat juga Pak Patul ini. “Maksudnya?”, saya mengejar lagi.

“Uang yang masuk dompet itu hak anak-anak dan istri saya, karena menurut

Tuhan itu kewajiban utama hidup saya. Uang yang di laci itu untuk zakat, infaq,

qurban dan yang sejenisnya. Sedangkan yang di kaleng itu untuk nyicil biaya naik

haji. Insyaallah sekitar dua tahun lagi bisa mencukupi untuk membayar ONH.

Mudah-mudahan ongkos haji naiknya tidak terlalu, sehingga saya masih bisa

menjangkaunya”.

Spontan saya menghampiri beliau. Hampir saya peluk, tapi dalam budaya kami

orang kecil jenis ekspressinya tak sampai tingkat peluk memeluk, seterharu

apapun, kecuali yang ekstrem misalnya famili yang disangka meninggal ternyata

masih hidup, atau anak yang digondhol Gendruwo balik lagi.

Bahunya saja yang saya pegang dan agak saya remas, tapi karena emosi saya

bilang belum cukup maka saya guncang-guncang tubuhnya. Hati saya

meneriakkan “Jazakumullah, masyaallah, wa yushlihu balakum!”, tetapi bibir saya

pemalu untuk mengucapkannya. Tuhan memberi ‘ijazah’ kepadanya dan selalu

memelihara kebaikan urusan-urusannya.

Saya juga menjaga diri untuk tidak mendramatisir hal itu. Tetapi pasti bahwa di

dalam diri saya tidak terdapat sesuatu yang saya kagumi sebagaimana kekaguman

Page 23: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 23

yang saya temukan pada prinsip, managemen dan disiplin hidup Pak Patul.

Untung dia tidak menyadari keunggulannya atas saya: bahwa saya tidak mungkin

siap mental dan memiliki keberanian budaya maupun ekonomi untuk hidup

sebagai penjual bakso, sebagaimana ia menjalankannya dengan tenang dan

ikhlas.

Saya lebih berpendidikan dibanding dia, lebih luas pengalaman, pernah mencapai

sesuatu yang ia tak pernah menyentuhnya, bahkan mungkin bisa disebut kelas

sosial saya lebih tinggi darinya. Tetapi di sisi manapun dari realitas hidup saya,

tidak terdapat sikap dan kenyataan yang membuat saya tidak berbohong jika

mengucapkan kalimat seperti diucapkannya: “Di antara pendapatan saya ini

terdapat milik keluarga saya, milik orang lain dan milik Tuhan”.

Peradaban saya masih peradaban “milik saya”. Peradaban Pak Patul sudah lebih

maju, lebih rasional, lebih dewasa, lebih bertanggungjawab, lebih mulia dan tidak

pengecut sebagaimana ‘kapitalisme subyektif posesif’ saya.

30 th silam saya pernah menuliskan kekaguman saya kepada Penjual cendhol

yang marah-marah dan menolak cendholnya diborong oleh Pak Kiai Hamam

Jakfar Pabelan karena “kalau semua Bapak beli, bagaimana nanti orang lain yang

memerlukannya?”

Ilmunya penjual jagung asal Madura di Malang tahun 1976 saya pakai sampai tua.

Saya butuh 40 batang jagung bakar untuk teman-teman seusai pentas teater, tapi

uang saya kurang, hanya cukup untuk bayar 25, sehingga harga perbatang saya

tawar. Dia bertahan dengan harganya, tapi tetap memberi saya 40 jagung.

Page 24: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 24

“Lho, uang saya tidak cukup, Pak”

“Bawa saja jagungnya, asal harganya tetap”

“Berarti saya hutang?”

“Ndaaak. Kekurangannya itu tabungan amal jariyah saya”.

Doooh adoooh…! Tompes ako tak’iye!

Di pasar Khan Khalili semacam Tenabang-nya Cairo saya masuk sebuah took

kemudian satu jam lebih pemiliknya hilang entah ke mana, jadi saya jaga tokonya.

Ketika dating saya protes: “Keeif Inta ya Akh…ke mane aje? Kalau saya ambilin

barang-barang Inta terus saya ngacir pigimane dong….”

Lelaki tua mancung itu senyum-senyum saja sambil nyeletuk: “Kalau mau curi

barang saya ya curi saja, bukan urusan saya, itu urusan Ente sama Tuhan….”

Sungguh manusia adalah ahsanu taqwim, sebaik-baik ciptaan Allah, master-piece.

Orang-orang besar bertebaran di seluruh muka bumi. Makhluk-makhluk agung

menghampar di jalan-jalan, pasar, gang-gang kampung, pelosok-pelosok dusun

dan di mana-manapun. Bakso Khlifatullah, bahasa Jawanya: bakso-nya Pak Patul,

terasa lebih sedap karena kandungan keagungan.

Page 25: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 25

Itu baru tukang bakso, belum anggota DPR. Itu baru penjual cendhol, belum

Menteri dan Dirjen Irjen Sekjen. Itu baru pemilik toko kelontong, belum Gubernur

Bupati Walikota tokoh-tokoh Parpol. Itu baru penjual jagung bakar, belum Kiai

dan Ulama. **

Page 26: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 26

Bid'ah

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 07 April 2010 jam 9:54

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Bid’ah itu adalah sesuatu yang tidak dilakukan/dipakai oleh Rasulullah, terus kita

pakai. Bid’ah itu berlaku diwilayah mahdhah. Islam itu dibagi 2 berdasarkan

firman Allah, yang satu namanya ibadah mahdhah jumlah firmannya 3,5 %, yang

kedua namanya ibadah muamalah ayat-ayatnya menyeluruh sekitar 96,5%.

Ibadah mahdhah itu apa?, ibadah muamalah itu apa?. Pedomannnya ibadah

mahdhah adalah jangan lakukan apapun kecuali yang Aku perintahkan. Kalau

ibadah muamalah, lakukan apa saja semaumu asalkan tidak melanggar syariat Ku.

Contoh ibadah mahdhah itu: syahadat, sholat, puasa, zakat, dan haji, itu saja yang

tidak boleh ditambah dan tidak boleh dikurangi.

Page 27: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 27

BU CAMMANA KEKASIH

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 31 Maret 2010 jam 13:03

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Maiyahan terakhir Kiai Kanjeng dengan saya adalah di garis kaki dan 'pantat'

belakang Pulau Selawesi. Dari Makassar menuju utara lewat trans Sulawesi - di sisi

barat sesudah sisi lain ditakuti karena kasus Poso. 5 jam pertama menuju

Tinambung, salah satu titik sisa kerajaan di antara 7 kerajaan pantai dan 7

kerajaan pegunungan.

Serombongan 22 orang, berangkat awalnya enak karena naik pesawat, tapi dari

Makassar kami menyusuri jalanan ratusan kilometer untuk pekerjaan yang kami

beri judul "latihan tawakkal". Medan sangat berat, suhu sangat panas, tidak mesti

bisa mandi, keringatan terus menerus tanpa sempat mencuci atau menjemur

pakaian. Acara formalnya hanya enam kali, tapi yang non-formal - dan di sini letak

konteks maiyah kemasyarakatan kami - bertubi-tubi.

Ibunda Cammana, saat menerima penghargaan Satyalancana dari Presiden RI,

pada Minggu malam lalu, 28 Maret 2010

Maiyahan dengan ribuan masyarakat yang turun dari gunung-gunung dan sudah

tiba di tempat itu satu dua hari sebelumnya karena tidak mudahnya transportasi.

Maiyahan mengidentifikasi masalah-masalah mereka, merundingkannya,

membukakan wacana dan mencari solusi bersama-sama - dibungkus perjanjian

Page 28: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 28

vertical dengan Allah melalui dzikir dan shalawat bersama yang diperindah oleh

musik Kiai Kanjeng.

Maiyahan dengan ribuan masyarakat di pertigaan tengah kota kecil Tinambung -

pusat asal usul Pasukan Balanipa - yang dua puluh tahun yang lalu hampir

menyerbu Majene dan kami hentikan di tengah jalan, kami cegat dan kami giring

pulang untuk berkumpul di Masjid. "Musuh Anda bukan orang lain golongan atau

lain suku" - demikian saya sempat omong waktu itu - "Musuh Anda akan masuk

lewat jembatan yang dua tahun lagi akan di bangun di Sungai Mandar ini. Truk-

truk dan fasilitas kekuasaan orang kota akan masuk kesini. Pertanyaan yang harus

Anda jawab adalah apakah jembatan itu akan memasukkan kesejahteraan ke

kampung-kampung Anda ataukah justru akan dipakai untuk menguras kekayaan

Anda ke Jakarta..."

Maiyahan di lapangan Majene, di depan pasar Polewali-Mamassa, di alun-alun

Mamuju. Jika lampu mati - karena PLN belum berpengalaman dengan

penggunaan sound-system yang butuh teknologi los stroom - rembulan

menaburkan cahaya dan keremangan di bawah langit sangat mengkhusyukkan

kehadiran Allah dan Rasulullah.

Di sekitar lapangan maiyah selalu tampak pebukitan yang subur, laut dan

cakrawala remang. Ketika siang hari kami melintasi daerah-daerah itu, tak bisa

menahan hati untuk mengatakan kepada ribuan jamaah maiyah bahwa "Anda

semua di wilayah yang subur ini sesungguhnya tidak butuh Indonesia. Negara ini

jelas lebih banyak mengganggu Anda dar ipada menyayangi dan membantu

kehidupan Anda...." Kemudian diskusi tentu saja menjadi berkepanjangan.

Page 29: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 29

Entah butuh berapa ratus halaman untuk mengisahkan indahnya pengalaman

maiyahan dengan saudara-saudara kita di pelosok itu. Tidak mungkin terucap oleh

rangkaian kata sepuitis apapun maiyahan kami di dusunnya Bu Cemmana - Ibu tua

yang vocalnya seperti terompet, powernya tidak bisa dilawan oleh Ian Gillan,

warna suaranya seperti perawan 14 tahun. Ibu asset bangsa yang bangsanya

sendiri tidak punya ilmu sama sekali untuk menghargainya....

Bangsa ini membiayai putauw dengan uang tak terbatas, membiayai kemaksiatan

tanpa hitungan, membiayai kekonyolan dengan malah membangga-banggakan,

membiayai fitnah dan berita-berita pembodohan dengan trliyunan rupiah. Bu

Cemmana.****

Page 30: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 30

Bulan Purnama Rendra

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 23 Agustus 2009 jam 16:52

Sumber: GATRA

Tuhan memilihkan saat terbaik untuk memanggil kekasih-Nya, Rendra. Malam

Jumat, di bawah cahaya bulan purnama. Orang besar itu telah pergi dengan gagah

sebagaimana ajarannya: ''gagah dalam kemiskinan''. Istrinya, Ken Zuraida,

menyatakan ''ia sangat bahagia'', meskipun pasti bagi setiap yang terlibat

kematian selalu ada semacam ''derita manusiawi'' yang membungkusnya.

Ini adalah puncak tangis mengguguk-guguk seorang pecinta yang air matanya

tumpah di ufuk kesadaran tentang nyawiji. Selama sakit di pembaringan, Rendra

selalu spontan menyebut, ''Ya Lathif, wahai Yang Mahalembut." Di saat-saat

paling menderita oleh sakitnya, ia meneguhkan hatinya dengan ''Qul huwal-Lahu

Ahad, Allahus-Shamad....'' Setengah sadar, sambil saya genggam tangan kirinya,

saya minta ia menambahi, ''Mas, ucapkan juga Qul Huwal-Lahu Wahid....''

Ia berbisik, ''Apa bedanya Ahad dengan Wahid, Nun'', saya jawab, ''Mas, Ahad itu

Allah yang tunggal, yang satu, yang gagah perkasa dengan maha-eksistensi-Nya.

Wahid itu Allah yang manunggal, yang menyatu, yang integral, yang merendahkan

diri-Nya, mendekat ke hamba-Nya, nyawiji....'' Meledak tangis Rendra dalam rasa

dan kesadaran bahwa ia tak berjarak dengan-Nya dan Ia tak berjarak dengan

dirinya. Tatkala mereda gejolak hatinya, Rendra menorehkan puisi yang diakhiri

dengan kalimat, ''Tuhan, aku cinta pada-Mu."

Page 31: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 31

Maka, Rendra tak pergi. Tak pernah pergi. Ia tidak perlu pergi menuju sesuatu

yang ia sudah menyatu dengannya. Mungkin Rendra memang telah pergi

meninggalkan kita, jauh sebelum detik kematiannya, karena kita meletakkan diri

semakin jauh dari titik nyawiji yang Rendra sudah lama menikmatinya.

***

Tapi sudah pasti kemudian terdengar suara dari seluruh penjuru: ''Kita sangat

kehilangan'', ''Bangsa kita ditinggalkan lagi oleh salah seorang putra terbaiknya'',

atau ''Tidak. Rendra tak pernah pergi. Orang besar tak pernah mati''.

Bisa jadi, pekikan-pekikan hati itu sebenarnya tidak terutama tentang Rendra,

melainkan lebih terkait dengan kandungan batin kita sendiri. Semua pernyataan

itu sangat memancarkan kedalaman cinta, semangat mempertahankan

optimisme ke depan. Mungkin juga diam-diam terdapat kandungan kecemasan

dan kebingungan dari dalam ego kita sendiri.

Terutama bagi orang yang semakin berangkat tua seperti saya: mengibarkan

kehidupan Rendra pada momentum kematiannya sesungguhnya diam-diam

sangat tajam mencerminkan kengerian terhadap kehidupan dan kematian saya

sendiri. Kita berduyun-duyun menghadiri pemakamannya, mungkin untuk

menyatakan kepada Tuhan betapa cintanya kita kepada kehidupan kita dan

betapa khawatirnya kita akan datangnya maut sewaktu-waktu atas kita.

Page 32: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 32

Mungkin terdapat semacam raungan di kandungan jiwa setiap pen-takziyah

pemakaman Rendra. Raungan panjang seperti puisi "Rick dari Corona'' atau

''Khotbah''. Tetapi mungkin berakhir sublim dan mengkristal menjadi Drama Mini

Kata Rendra: ''Bip Bop'', ''Rambate Rate Rata''....

Sementara bagi para pen-takziyah yang muda-muda, yang menyangka bahwa

maut ada kaitannya dengan muda dan tua, di kompleks Bengkel Teater

meneriakkan puisi-puisi perjuangan, mengibarkan kepercayaan di dalam diri

mereka bahwa kepergian Rendra bukanlah sirnanya perjuangan sosial,

progresivisme ideologi nasional dan martabat kemanusiaan. Mereka seolah

menghadirkan kembali panggung ''Mastodon dan Burung Kondor'', ''Sekda'',

bahkan ''Kasidah Barzanji'', hingga puisi ''Orang Miskin di Jalan'', ''Bersatulah

Pelacur-pelacur Ibukota'', ''Seonggok Jagung di Kamar''.

***

Wahai maut, siapakah engkau? ''Bukan kematian benar menusuk kalbu,'' kata

Chairil Anwar, penyair terbesar Indonesia di samping Rendra dan Sutardji Calzoum

Bachri. ''Keridaanmu menerima segala tiba. Tak kutahu setinggi itu atas debu. Dan

duka Maha Tuan bertahta...."

Tuhan tak sudi dipergoki. Takdir-Nya tak bisa dicegat. Kehendak-Nya tak mungkin

dibatasi. Hak-Nya atas misteri garis terang dan gelap kehidupan, serta atas

ketentuan detik maut dihadirkan, tak membuka diri sedikit pun untuk dirumuskan

oleh segala ilmu dan pengalaman. Kehidupan sangat mengaitkan sakit dengan

kematian, tetapi maut tidak bersedia dikaitkan dengan sakit.

Page 33: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 33

Orang bisa sakit berkepanjangan tanpa kunjung maut menjemputnya. Orang

sehat walafiat bisa mendadak dihadang oleh kematian. Rendra dipanggil Allah

tidak berdasar akselerasi logis dari sakit demi sakit yang dideritanya: pikiran yang

memberat, jantung bekerja terlalu keras, ginjal menanggung akibatnya, kemudian

tiba-tiba demam berdarah menelusup ke darahnya dan menganiaya jiwanya.

Keadaannya justru membaik, sehingga diperkenankan keluar dari rumah sakit,

kemudian menempuh jalan yang ia menyebutnya: ''Aku pengin membersihkan

tubuhku dari racun kimia. Aku ingin kembali kepada jalan alam. Aku ingin

meningkatkan pengabdian kepada Allah. Tuhan, aku cinta pada-Mu'' (31 Juli

2009).

Rasulullah Muhammad SAW menderita panas badan yang sangat luar biasa

melebihi kebanyakan orang. Beliau menjawab pertanyaan salah seorang

sahabatnya tentang panas yang ekstra itu: bahwa beliau dibebani Allah tanggung

jawab sangat besar melampaui semua yang lain, sehingga Tuhan

menganugerahkan juga kemuliaan yang sangat tinggi melebihi siapa pun, tetapi

harus juga beliau tanggung panas yang amat tinggi dan dahsyat yang orang lain

tak menanggungnya.

Demikianlah juga kadar derita sakit yang dialami Rendra, takaran jenis

kesengsaraan yang menimpanya, yang khalayak ramai tidak perlu mengetahui

atau turut menghayatinya. Rendra bahagia di dalam anugerah kemuliaan yang

diterimanya dalam rahasia. Bahkan lautan kebahagiaan dan kemuliaan Rendra

tidak perlu ''digarami'' oleh pernyataan pers Presiden Republik Indonesia

sebagaimana Mbah Surip dianggap memerlukannya.

Page 34: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 34

Pada hari wafatnya Rendra, di samping menikmati pemandangan indahnya

kemuliaan rahasia Rendra itu, saya mendapat cipratan anugerah yang lain:

menyaksikan seseorang menginfakkan Rp 6,1 trilyun --dengan Allah merebut

seluruh kemuliaan hamba-Nya itu-- dengan cara membiarkan sesama manusia

justru memperhinakannya. Alangkah anehnya metode cinta Tuhan.

Di hadapan akal sehat, presiden berpidato untuk wafatnya Mbah Surip tapi tidak

untuk wafatnya Rendra adalah kehancuran logika dan kebangkrutan parameter

nilai budaya. Tapi, di hadapan karamah Allah, itu justru keindahan yang spesifik.

SBY bikin stempel tegas atas dirinya sendiri.

Ini sama sekali bukan polarisasi antara Rendra dan Mbah Surip. Tiga tahun lebih

saya ikut mengawal dan menjunjung Mbah Surip dan ''Tiga Gorilla''-nya --bersama

Bertha dan almarhum Ndang: melalui forum rakyat rutin bulanan di Jakarta,

Jombang, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta.

Sehingga Tak Gendong dan Tidur Lagi sudah sangat dihafal oleh komunitas lima

kota itu dan terus-menerus diulang karena sangat dicintai sebagai ''lagu

kebangsaan'' komunitas kami. Kami ''I love you full'' kepada Mbah Surip,

meskipun dua bulan terakhir menjelang beliau wafat, kami kehilangan diri kami di

penggalan akhir sejarah Mbah Surip, tanpa Mbah Surip pernah hilang dari hati

kami.

***

Page 35: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 35

Rendra dipanggil Allah justru di puncak optimisme keluarganya atas

kesembuhannya. Candle light phenomenon, kata orang. Fenomena lilin yang

apinya membesar dan memancarkan cahaya sangat benderang, sebelum akhirnya

padam. Tapi Tuhan berhak juga bikin lilin membenderang apinya, kemudian tidak

padam. Atau lilin tidak pernah membenderang dan lantas padam.

Tuhan berhak memaparkan suatu gejala yang pada repetisi kesekian

dihipotesiskan oleh manusia sebagai jenis "perilaku" Tuhan atas nasib manusia.

Tapi Tuhan juga berhak kapan saja melanggar rumusan apa pun yang pernah Ia

berikan. Bahkan Tuhan seratus persen tidak berkewajiban untuk berbuat adil

kepada siapa pun, karena Ia tidak terikat atau bergantung pada pola hubungan

apa pun dengan siapa pun, yang secara logis membuat-Nya wajib bertindak adil.

Namun Ia selalu sangat adil kepada siapa pun, dan tindakan adil-Nya itu bukan

karena Ia wajib adil, melainkan karena Ia sangat sayang kepada makhluk-Nya.

Termasuk bagaimana cara maut ditimpakan kepada seseorang, Tuhan menolak

untuk kita rumuskan. Ada bandit mati ketika bersujud. Ada orang sangat alim

saleh pergi ke masjid di tengah malam diserempet motor, kemudian ia dipukuli

pengendara motor itu sampai meninggal. Ada pendosa besar mati ketika

bertawaf, ada true believer pengkhusyuk ibadah mati kecelakaan secara sangat

mengenaskan.

Semua fenomena itu tidak menggambarkan apa-apa kecuali kemutlakan kuasa

Tuhan. Posisi manusia hanya pada dinamika doa: selalu cemas dan memohon

Page 36: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 36

kepada-Nya agar diperkenankan untuk tidak tampak hina di hadapan sesama

manusia.

Pun tak usah merumuskan sebab-akibat antara baik-buruknya manusia dan

jumlah pelayat, volume pemberitaan media, tayangan langsung atau tunda,

tatkala meninggal. Ada ratu lalim diantarkan ke pemakaman oleh puluhan ribu

orang, ada nabi dikuburkan hanya oleh enam orang. Jadi, Rendra tidak bisa kita

ukur kualitas mautnya, tak juga bisa kita takar mutu hidupnya. Tidak ada jenis dan

wilayah ilmu manusia apa pun yang bisa dipakai untuk merumuskan hidup dan

matinya Rendra. Sirrul-asror. Itu misteri seserpih rahasia di antara jagat raya tak

terhingga rahasia iradah-Nya.

Yang mungkin, dan harus, kita lakukan adalah meneliti dan menghitung ulang

karya-karya Rendra, menghormatinya dengan ilmu, merayakannya terus-menerus

dengan cinta, menjunjungnya dengan semangat tanpa henti untuk memelihara

keindahan hidup, serta menghidupkan kembali kandungan karya-karyanya itu di

dalam berbagai modus kreatif kebudayaan kita.

Rendra telah diterima Allah untuk bergabung dalam keabadian. Kelabakanlah kita,

sebab yang kita punyai pada saat ini adalah budaya instan, pola berpikir

sepenggal, perhatian terlalu rendah terhadap sejarah, serta kefakiran yang luar

biasa terhadap kualitas hidup. ''Kami cuma tulang-tulang berserakan,'' kata

Chairil, ''Tapi adalah kepunyaanmu." Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang

berserakan. Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan, dan

harapan....''

Emha Ainun Nadjib

Budayawan

[Obituari, Gatra Edisi Khusus Beredar Kamis, 13 Agustus 2009]

Page 37: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 37

Bulan Tidak Suci

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 25 Agustus 2009 jam 13:27

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Kita menghormati ramadhan dengan selalu menyebutnya sebagai bulan suci

ramadhan. Mungkin karena ramadhan ini memang khas. Ramadhan mengandung

malam seribu bulan. Bulan penuh kekhususan. Padanya al-quran diturunkan, dan

Allah sendiri begitu posesif terhadap ibadah puasa dengan mengemukakan bahwa

ibadah yang satu ini khusus untukNya. Apakah bulan yang selain ramadhan boleh

kita sebut bulan tidak suci? Apakah syawal bukan bulan suci, padahal padanya

justru para pelaku puasa yg sukses mencapai kesucian atau kefitriannya kembali?

Apakah ada bulan yang tidak suci? Apakah ada tahun, hari, jam, menit, detik,

second atau waktu ciptaan Allah yang tidak suci? Apa sesungguhnya konsep dan

pengertian tentang kesucian?. (Dikutip dari hikmah puasa)

Page 38: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 38

Dia mati; Alhamdulillah…………

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 25 Januari 2010 jam 9:01

Petani Pugra berkata, “besok saya akan ke Solo dan mungkin akan tinggal lama

sekali, karena saya akan belajar untuk bisa bertemu dengan aku saya yang sejati”

– dan besoknya ia mati. Ia ketemu aku-nya yang sejati. Ini terjadi tahun 1974, jadi

di kurun kita dimana orang haus akan dunia ini jua. Jadi, Wisanggeni yang lenyap

ke telingan Sang Hyang Tunggal mungkin khayalan, tapi esensinya riil. Para Sufi, di

Arab atau Jawa, yang bercinta terus menerus untuk bertemu dengan Tuhan

kekasihnya, bukan impian atau omong besar belaka. Terkadang oleh keterbatasan

manusiawinya, mereka ingin cepat sampai ke kaki Tuhan (baca dengan ‘bahasa

kita’: ingin cepat mati). Namun inti sikapnya jelas: dunia ini fana belaka, dan tidak

terlalu penting dan sangat naif untuk membikin manusia berduyun jadi binatang

serakah. Ini bukan igauan. Maka sufi itu menguburkan badan rekanya sambil

berkata, “Dia mati; Alhamdulillah………….” [Emha Ainun Nadjib, Indonesia bagian

dari desa saya, hal 208].

Page 39: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 39

Dimaafkan, Memaafkan, dan Tidak Memaafkan

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 09 September 2010 jam 10:47

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Dimaafkan adalah kelegaan memperoleh rizqi, tapi Memaafkan adalah

perjuangan yang sering tidak ringan dan membuat kita penasaran kepada diri

sendiri. Tidak Memaafkan adalah suatu situasi psikologis dimana hati kita

menggumpal, alias menjadi gumpalan, atau terdapat gumpalan di wilayah ruhani-

Nya. Gumpalan itu benda padat, sedangkan gumpalan daging yang kita sebut

dengan hati diantara dada dan perut itu bukanlah hati, melainkan indikator fisik

dari suatu pengertian ruhani tentang gaib. Jika hati hanyalan gumpalan daging; ia

tak bisa dimuati oleh iman atau cinta. Maka gumpalan daging itu sekedar tanda

syari’at hati, sedangkan hakikatnya adalah watak ruhani.

Didalam kehidupan manusia, yang biasanya berupa gumpalan dalam hati,

misalnya, adalah watak dendam. Dendam bersumber dari mitos tentang harga

diri dan kelemahan jiwa. Manusia terlalu ‘GR’ atas dirinya sendiri, dan tidak begitu

percaya bahwa ia ‘faqir indallah’: ’musnah dan menguap’ dihadapan Allah.

Page 40: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 40

Kemudian cemburu. Ini watak yang juga mejadi ‘suku cadang’ dari hakikat cinta

dan keindahan. Namun syari’atnya ia harus diletakkan pada konteks yang tepat.

Hanya karena punya sepeda, saya tidak lantas jengkel dan cemburu kepada setiap

orang yang memiliki mobil. Sambil makan di warung pinggir jalan tak usah kita

hardik mereka yang duduk di kursi mengkilap sebuah restoran.?

Page 41: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 41

Gelar Karya Para Rajawali

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 09 Agustus 2010 jam 9:02

Oleh: Emha Ainun Nadjib

Sebagai penggembira Gelar Karya Para Maestro Yogya, saya ingin turut

merayakan kegembiraan dan optimisme peristiwa ini dengan sebuah wacana

klasik tentang Burung Rajawali.

Pada awalnya saya ingin bersegera mensyukuri dua hal. Pertama, telah lahirny

satu Genre Baru Masyarakat budaya yang otentik dan orisinal, satu dua tahun

terahir ini di Yogyakarta, melalui berbagai peristiwa kreativitas di sejumlah

laboratorium kebudayaan, termasuk Taman Budaya Yogyakarta.

Akan tetapi saya menekan diri saya sendiri untuk bersabar dengan terlebih dahulu

bercerita tentang Rajawali, sebab ada kemungkinan Sang Rajawali itu terdapat

pada Genre baru itu.

Alkisah, burung Rajawali itu oleh Tuhan dikasih rangsum usia relative sama

dengan umumnya makhluk manusia, yakni 60-80an tahun, naik turun. Kalau

manusia Yogyakarta menggunakan wacana “katuranggan” dan menemukan

dirinya adalah Rajawali, bukan mprit atau Cipret, atau sekurang-kurangnya ia

menemukan potensi Rajawali di dalam dirinya : maka ia tinggal bercermin pada

burung itu, karena hidup pada irama dan skala waktu yang relative sama.

Page 42: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 42

Manusia Yogya memiliki potensial untuk “hamengku” alias sikap memangku

berbagai formulasi peradaban. Semua hasil “ijtihad” kosmologi diakomodasikan

olehnya. Berbagai satuan tahun – dari Yunani, Mesir Kuno, Sanskrit, Jawi, Java—

satuan bulan, siklus hari, bahkan weton dan neptu, dielus-elus oleh manusia

Yogya dari pangkuanya.

Sudah pasti itu disebabkan oleh keistimewaan manusia Yogya, sehingga daerah ini

tidak perlu dilegarisir oleh otoritas apapun untuk menjadi istimewa, karena

keistimewaan Yogya sudah lama ‘niscaya’ oleh dirinya sendiri, ada atau tidak ada

NKRI, dengan atau tanpa Indonesia.

Keistimewaan itu akan memuat dan menerbitkan kepantasan kepemimpinan

nasional secara politik dan internasional secara kebudayaan. Hal itu akan

mewujud atau tidak, Yogya tidak pusing, sebab de facto ia tetap istimewa dan

pemimpin. Kalau sejarah tidak menerimanya, maka kehancuran sejarah tidak

akan mengurangi keistimewaan dan kepemimpinan kultural Yogya.

Pada usia 40 tahun, burung Rajawali terbang ke gunung jauh, mencari batu

karang, memilih yang paling baja dari bebatuan itu, mematuknya, menggigitnya,

Page 43: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 43

sekeras-kerasnya, sekuat-kuatnya, dan takkan dilepaskanya sampai

paruhnyatanggal dari mulut dan kepalanya.

Demikian juga cakar-cakar kedua kakinya. Ia cengkeramkan ke batu paling karang,

dengan daya cengkeram sekali seumur hidup, dan takkan dibatalkanya sampai

lepas tanggal kuku-kukunya dari jari-jemari kedua kakinya.

Kemudian dia akan kesakitan, tergeletak, terbang dengan lemah, hinggap di

seberang tempat tanpa kekuatan untuk berpegang. Rajawali mengambil

keputusan untuk menderita, untuk mereguk sakit dan kesengsaraan, sampai

akhirnya hari demi hari paruh dan kuku-kukunya tumbuh kembali.

Nanti setelah sempurna pertumbuhan paruh dan kuku-kuku barunya, maka

barulah itu yang sejati bernama bernama paruh dan kuku-kuku Rajawali, yang

membuatnya pantas disebut Garuda.

Tariklah garis pengandaian: Rajawali itu adalah Anda. Sesungguhnya yang anda

lakukan adalah, pertama : keberanian mental, ketahanan jasad, ketangguhan hati

dan keikhlasan rohani untuk menyelenggarakan perubahan yang bukan hanya

mendasar dan mengakar, melainkan ekstra-eksistensial, kegagahan untuk

merelakan segala perolehan sejarah untuk di-nol-kan kembali, dan itu

probabilitasnya benar-benar terletak diantara hidup dan mati.

Page 44: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 44

Kedua, pengambilan keputusan Anda sang Rajawali itu tidak mempersyaratkan

sekedar keputusan hati, tapi juga keputusan akal dan nalar dengan pengetahuan

yang sempurna tentang alur waktu ke depan. Keputusan itu bukan sekedar

tindakan mental, tapi juga intelektual dan rohaniah. Rajawali diakui dan digelari

Sang Garuda karena mengerti dan berani betapa beratnya menyangga kalimat

sehari-hari yang sederhana dari Bapak Mbok dan para tetangganya di desa : yakni

“mati sakjroning urip”.

Garuda Rajawali atau Rajawali Garuda itu pastilah Anda semua yang kini ada

dihadapan saya. Sebab nyuwun sewu saya tidak menjumpai potensi dan

kecenderungan itu di wilayah pemerintahan, di hamparan keummatan dan

gerombolan-gerombolan kemasyarakatan. Termasuk di kalangan yang disebut

Kaum Intelektual atau Kelas Menengah. Apalagi kaum Selebritis, meskipun gebyar

beiau-beliau sangat penuh dengan kata ‘dahsyat’, ‘super’, ‘luar biasa’ dan banyak

lagi ungapan-ungkapan yang penuh ketidakpercayaan diri.

Kita sedang mengalami hukuman dari suatu Negri yang terlanjur mengalami

kesalahan-kesalahan sangat substansial pada filosofi kebangsaan dan kostitusi

kenegaraanya. Kita sedang berada di dalam berbagai cengkeraman global dan

reaksi kita adalah berjuang untuk siapa tahu bisa menjadi bagian dari

pencengkeram, atau minimal sanggup membangun kenikmatan di dalam

cengkeraman.

Page 45: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 45

Hukuman sejarah itu berupa kehancuran logika, kemusnahan nalar sosial,

ketidakmengertian tentang apa yang layak dikagumi dan apa yang

menghancurkan martabat kemanusiaan, kebutaan untuk menentukan tokoh,

pemimpin, idola, dan panutan. Kita dihukum dengan mengalami Negara yang

hampir selalu gagal sebagai Negara, dengan Pemerintah yang benar-benar tidak

mengerti pada tingkat elementer pun di mana sebenarnya letak Pemerintah,

peranya, fungsinya, hak, dan kewajiban.

Kita dihukum dengan memiliki kekayaan alam yang melimpah dan harus membeli

sangat mahal hasil kekayaan kita sendiri itu, setelah kita sewa para tetangga

mancanegara untuk mengolah kekayaan itu dengan bayaran yang harus kita

tanggung dengan menelan kenyataan bahwa kekayaan itu ternyata akhirnya

menjadi milik mereka.

Bangsa ini sungguh-sungguh memerlukan “pengambilan keputusan paruh dan

kuku Rajawali”. Namun lihatlah, potensi untuk itu betapa rendahnya, kecuali pada

Anda semua yang kini berada di depan saya.

Maka di Yogya kita menggelar karya para Rajawali : Umar Kayam yang

memelihara dan menjaga karakter bangsanya, Kuntowijoyo yang sungguh-

sungguh berilmu Rajawali, Nasyah Djamin yang allround sanggup terbang sanggup

pula melata, Muhammad Diponegoro yang mampu memasak nasi sastra di atas

kompor budaya Agama lingkunganya yang hampir tanpa sumbu dan api, Linus

Suryadi AG yang menyelam di latan kemesraan dan estika ‘Jawi’ gen-nya,

Page 46: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 46

Suryanto Sastro atmojo penjaga simpul tali sejarah dari Astinapura, Lemoria

Atlantis, Anglingdharma Batik madrim hingga Kemusu, Romo YB Mangun Wijaya

yang mewasiti manusia dan masyarakat kemanusiaan, Rendra yang tidak sedia

membiarkan anak-anak bangsanya merunduk rendah diri, yang senantiasa gagah

karena menjaga pertanda manusia adalah kreativitasnya, serta Pak Besut yang

dengan suaranyamembangun kegembiraan hidup menjadi kebesaran sehingga

mengatasi segala yang bukan kegembiraan.

Siapakah yang belajar kepada Rajawali, selain Rajawali? Siapakah Rajawali itu,

selain anda yang berkumpul di sini belajar kepada Gelar Karya Para Rajawali?

Itulah yang diawal tulisan ini saya sebut Genre Baru Masyarakat Kebudayaan di

Yogya.

Terhisap oleh hidungku bau darah dari kandungan jiwa Rajawali-Rajawali,

berhembus dari kaum muda yang dating berduyun-duyun, yang hadir dan belajar

dengan otentisitas dan orisinalitasnya, yang melangkahkan kaki mereka dan

mengerubungi medan pembelajaran Rajawali dengan sukses mentransendensikan

dirinya dari arus pusaran sejarah yang terlalu penuh sampah sepuluh tahun

terahir ini.Kadipiro 6 Agustus 2010

*) (Dibacakan untuk membuka acara ‘Repertoar Maestro Sastra Yogya 2010’ di

Gedung Kesenian Sositet Taman Budaya Yogyakarta, jum’at 6 Agustus 2010).

Page 47: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 47

Gunung Jangan Pula Meletus?

by Komunitas Kenduri Cinta

Ditulis oleh: Emha Ainun Nadjib,

Sumber: Kiai Bejo Kiai Untung Kiai Hoki, Gramedia Pustaka Utama, 2007

Khusus untuk bencana Aceh, saya terpaksa menemui Kiai Sudrun. Apakah kata

mampu mengucapkan kedahsyatannya? Apakah sastra mampu menuturkan

kedalaman dukanya? Apakah ilmu sanggup menemukan dan menghitung nilai-

nilai kandungannya?

Wajah Sudrun yang buruk dengan air liur yang selalu mengalir pelan dari salah

satu sudut bibirnya hampir membuatku marah. Karena tak bisa kubedakan

apakah ia sedang berduka atau tidak. Sebab, barang siapa tidak berduka oleh

ngerinya bencana itu dan oleh kesengsaraan para korban yang jiwanya luluh

lantak terkeping- keping, akan kubunuh.

“Jakarta jauh lebih pantas mendapat bencana itu dibanding Aceh!” aku

menyerbu.

“Kamu juga tak kalah pantas memperoleh kehancuran,” Sudrun menyambut

dengan kata-kata, yang seperti biasa, menyakitkan hati.

“Jadi, kenapa Aceh, bukan aku dan Jakarta?”

Page 48: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 48

“Karena kalian berjodoh dengan kebusukan dunia, sedang rakyat Aceh dinikahkan

dengan surga.”

“Orang Aceh-lah yang selama bertahun-tahun terakhir amat dan paling menderita

dibanding kita senegara, kenapa masih ditenggelamkan ke kubangan

kesengsaraan sedalam itu?”

“Penderitaan adalah setoran termahal dari manusia kepada Tuhannya sehingga

derajat orang Aceh ditinggikan, sementara kalian ditinggalkan untuk terus

menjalani kerendahan.”

“Termasuk Kiai….”

Cuh! Ludahnya melompat menciprati mukaku. Sudah biasa begini. Sejak dahulu

kala. Kuusap dengan kesabaran.

“Kalau itu hukuman, apa salah mereka? Kalau itu peringatan, kenapa tidak kepada

gerombolan maling dan koruptor di Jakarta? Kalau itu ujian, apa Tuhan masih

kurang kenyang melihat kebingungan dan ketakutan rakyat Aceh selama ini, di

tengah perang politik dan militer tak berkesudahan?”

Page 49: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 49

Sudrun tertawa terkekeh-kekeh. Tidak kumengerti apa yang lucu dari kata-kataku.

Badannya terguncang-guncang.

“Kamu mempersoalkan Tuhan? Mempertanyakan tindakan Tuhan?

Mempersalahkan ketidakadilan Tuhan?” katanya.

Aku menjawab tegas, “Ya”

“Kalau Tuhan diam saja bagaimana?”

“Akan terus kupertanyakan. Dan aku tahu seluruh bangsa Indonesia akan terus

mempertanyakan.”

“Sampai kapan?”

“Sampai kapan pun!”

“Sampai mati?”

“Ya!”

“Kapan kamu mati?”

“Gila!”

Page 50: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 50

“Kamu yang gila. Kurang waras akalmu. Lebih baik kamu mempertanyakan kenapa

ilmumu sampai tidak mengetahui akan ada gempa di Aceh. Kamu bahkan tidak

tahu apa yang akan kamu katakan sendiri lima menit mendatang. Kamu juga tidak

tahu berapa jumlah bulu ketiakmu. Kamu pengecut. Untuk apa mempertanyakan

tindakan Tuhan. Kenapa kamu tidak melawanNya. Kenapa kamu memberontak

secara tegas kepada Tuhan. Kami menyingkir dari bumiNya, pindah dari alam

semestaNya, kemudian kamu tabuh genderang perang menantangNya!”

“Aku ini, Kiai!” teriakku, “datang kemari, untuk merundingkan hal- hal yang bisa

menghindarkanku dari tindakan menuduh Tuhan adalah diktator dan otoriter….”

Sudrun malah melompat- lompat. Yang tertawa sekarang seluruh tubuhnya.

Bibirnya melebar-lebar ke kiri-kanan mengejekku.

“Kamu jahat,” katanya, “karena ingin menghindar dari kewajiban.”

“Kewajiban apa?”

Page 51: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 51

“Kewajiban ilmiah untuk mengakui bahwa Tuhan itu diktator dan otoriter.

Kewajiban untuk mengakuinya, menemukan logikanya, lalu belajar menerimanya,

dan akhirnya memperoleh kenikmatan mengikhlaskannya. Tuhan-lah satu-

satunya yang ada, yang berhak bersikap diktator dan otoriter, sebagaimana

pelukis berhak menyayang lukisannya atau merobek-robek dan

mencampakkannya ke tempat sampah.

Tuhan tidak berkewajiban apa- apa karena ia tidak berutang kepada siapa-siapa,

dan keberadaanNya tidak atas saham dan andil siapa pun. Tuhan tidak terikat

oleh baik buruk karena justru Dialah yang menciptakan baik buruk. Tuhan tidak

harus patuh kepada benar atau salah, karena benar dan salah yang harus taat

kepadaNya."

"Ainun, Ainun, apa yang kamu lakukan ini? Sini, sini…” -ia meraih lengan saya dan

menyeret ke tembok- “Kupinjamkan dinding ini kepadamu….”

“Apa maksud Kiai?” aku tidak paham.

“Pakailah sesukamu”

Page 52: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 52

“Emang untuk apa?”

“Misalnya untuk membenturkan kepalamu….”

“Sinting!”

“Membenturkan kepala ke tembok adalah tahap awal pembelajaran yang terbaik

untuk cara berpikir yang kau tempuh.”

Ia membawaku duduk kembali.

“Atau kamu saja yang jadi Tuhan, dan kamu atur nasib terbaik untuk manusia

menurut pertimbanganmu?” ia pegang bagian atas bajuku.

“Kamu tahu Muhammad?” ia meneruskan, “Tahu? Muhammad Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa alihi wasallam, tahu? Ia manusia mutiara yang memilih hidup

sebagai orang jelata. Tidak pernah makan kenyang lebih dari tiga hari, karena

sesudah hari kedua ia tak punya makanan lagi. Ia menjahit bajunya sendiri dan

menambal sandalnya sendiri. Panjang rumahnya 4,80 m, lebar 4,62 m. Ia manusia

yang paling dicintai Tuhan dan paling mencintai Tuhan, tetapi oleh Tuhan orang

Page 53: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 53

kampung Thaif diizinkan melemparinya dengan batu yang membuat jidatnya

berdarah. Ia bahkan dibiarkan oleh Tuhan sakit sangat panas badan oleh racun

Zaenab wanita Yahudi. Cucunya yang pertama diizinkan Tuhan mati diracun

istrinya sendiri. Dan cucunya yang kedua dibiarkan oleh Tuhan dipenggal

kepalanya kemudian kepala itu diseret dengan kuda sejauh ratusan kilometer

sehingga ada dua kuburannya. Muhammad dijamin surganya, tetapi ia selalu

takut kepada Tuhan sehingga menangis di setiap sujudnya. Sedangkan kalian yang

pekerjaannya mencuri, kelakuannya penuh kerendahan budaya, yang politik

kalian busuk, perhatian kalian kepada Tuhan setengah-setengah, menginginkan

nasib lebih enak dibanding Muhammad? Dan kalau kalian ditimpa bencana, Tuhan

yang kalian salahkan?”

Tangan Sudrun mendorong badan saya keras-keras sehingga saya jatuh ke

belakang.

“Kiai .. ” kata saya agak pelan, “Aku ingin mempertahankan keyakinan bahwa icon

utama eksistensi Tuhan adalah sifat Rahman dan Rahim….”

“Sangat benar demikian,” jawabnya, “Apa yang membuatmu tidak yakin?”

“Ya Aceh itu, Kiai, Aceh…. Untuk Aceh-lah aku bersedia Kiai ludahi.”

Page 54: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 54

“Aku tidak meludahimu. Yang terjadi bukan aku meludahimu. Yang terjadi adalah

bahwa kamu pantas diludahi.”

“Terserah Kiai, asal Rahman Rahim itu….”

“Rahman cinta meluas, Rahim cinta mendalam. Rahman cinta sosial, Rahim cinta

lubuk hati. Kenapa?”

“Aceh, Kiai, Aceh.”

“Rahman menjilat Aceh dari lautan, Rahim mengisap Aceh dari bawah bumi.

Manusia yang mulia dan paling beruntung adalah yang segera dipisahkan oleh

Tuhan dari dunia. Ribuan malaikat mengangkut mereka langsung ke surga dengan

rumah-rumah cahaya yang telah tersedia. Kepada saudara- saudara mereka yang

ditinggalkan, porak poranda kampung dan kota mereka adalah medan

pendadaran total bagi kebesaran kepribadian manusia Aceh, karena sesudah ini

Tuhan menolong mereka untuk bangkit dan menemukan kembali kependekaran

mereka. Kejadian tersebut dibikin sedahsyat itu sehingga mengatasi segala tema

Aceh Indonesia yang menyengsarakan mereka selama ini. Rakyat Aceh dan

Indonesia kini terbebas dari blok-blok psikologis yang memenjarakan mereka

selama ini, karena air mata dan duka mereka menyatu, sehingga akan lahir

keputusan dan perubahan sejarah yang melapangkan kedua pihak”

Page 55: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 55

“Tetapi terlalu mengerikan, Kiai, dan kesengsaraan para korban sukar

dibayangkan akan mampu tertanggungkan.”

“Dunia bukan tempat utama pementasan manusia. Kalau bagimu orang yang

tidak mati adalah selamat sehingga yang mati kamu sebut tidak selamat, buang

dulu Tuhan dan akhirat dari konsep nilai hidupmu. Kalau bagimu rumah tidak

ambruk, harta tidak sirna, dan nyawa tidak melayang, itulah kebaikan; sementara

yang sebaliknya adalah keburukan? berhentilah memprotes Tuhan, karena toh

Tuhan tak berlaku di dalam skala berpikirmu, karena bagimu kehidupan berhenti

ketika kamu mati.”

“Tetapi kenapa Tuhan mengambil hamba-hambaNya yang tak berdosa,

sementara membiarkan para penjahat negara dan pencoleng masyarakat hidup

nikmat sejahtera?”

“Mungkin Tuhan tidak puas kalau keberadaan para pencoleng itu di neraka kelak

tidak terlalu lama. Jadi dibiarkan dulu mereka memperbanyak dosa dan

kebodohannya. Bukankah cukup banyak tokoh negerimu yang baik yang justru

Tuhan bersegera mengambilnya, sementara yang kamu doakan agar cepat mati

karena luar biasa jahatnya kepada rakyatnya malah panjang umurnya?”

Page 56: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 56

“Gusti Gung Binathoro!” saya mengeluh, “Kami semua dan saya sendiri, Kiai,

tidaklah memiliki kecanggihan dan ketajaman berpikir setakaran dengan yang

disuguhkan oleh perilaku Tuhan.”

“Kamu jangan tiba-tiba seperti tidak pernah tahu bagaimana pola perilaku Tuhan.

Kalau hati manusia berpenyakit, dan ia membiarkan terus penyakit itu sehingga

politiknya memuakkan, ekonominya nggraras dan kebudayaannya penuh

penghinaan atas martabat diri manusia sendiri- maka Tuhan justru menambahi

penyakit itu, sambil menunggu mereka dengan bencana yang sejati yang jauh

lebih dahsyat. Yang di Aceh bukan bencana pada pandangan Tuhan. Itu adalah

pemuliaan bagi mereka yang nyawanya diambil malaikat, serta pencerahan dan

pembangkitan bagi yang masih dibiarkan hidup.”

“Bagi kami yang awam, semua itu tetap tampak sebagai ketidakadilan….”

“Alangkah dungunya kamu!” Sudrun membentak, “Sedangkan ayam menjadi

riang hatinya dan bersyukur jika ia disembelih untuk kenikmatan manusia meski

ayam tidak memiliki kesadaran untuk mengetahui, ia sedang riang dan bersyukur”

“Jadi, para koruptor dan penindas rakyat tetap aman sejahtera hidupnya?”

Page 57: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 57

“Sampai siang ini, ya. Sebenarnya Tuhan masih sayang kepada mereka sehingga

selama satu dua bulan terakhir ini diberi peringatan berturut-turut, baik berupa

bencana alam, teknologi dan manusia, dengan frekuensi jauh lebih tinggi

dibanding bulan-bulan sebelumnya. Tetapi, karena itu semua tidak menjadi

pelajaran, mungkin itu menjadikan Tuhan mengambil keputusan untuk memberi

peringatan dalam bentuk lebih dahsyat. Kalau kedahsyatan Aceh belum

mengguncangkan jiwa Jakarta untuk mulai belajar menundukkan muka, ada

kemungkinan….”

“Jangan pula gunung akan meletus, Kiai!” aku memotong, karena ngeri

membayangkan lanjutan kalimat Sudrun.

“Bilang sendiri sana sama gunung!” ujar Sudrun sambil berdiri dan ngeloyor

meninggalkan saya.

“Kiai!” aku meloncat mendekatinya, “Tolong katakan kepada Tuhan agar

beristirahat sebentar dari menakdirkan bencana-bencana alam….”

“Kenapa kau sebut bencana alam? Kalau yang kau salahkan adalah Tuhan, kenapa

tak kau pakai istilah bencana Tuhan?”

Sudrun benar-benar tak bisa kutahan. Lari menghilang.

Page 58: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 58

Gusti, Kok Pas Sih....!

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 28 Januari 2010 jam 8:51

Catatan: Munzir Madjid

NAMANYA “Muhammad Ainun Nadjib,” diutak-atik sendiri menjadi “Emha Ainun

Nadjib.” Sejak tahun 1970-an namanya mulai dikenal sebagai penyair dari Jogja.

Wilayah jelajah berikutnya sebenarnya tidak melulu di dunia kepenyairan.

Bahkan pertengahan 1960-an, kala masih tercatat sebagai pelajar SMA, sudah

dipercaya mengasuh rubrik “Sastra-Budaya” di sebuah harian lokal Jogjakarta.

Tahun 1980-an mulai melanglang dunia; ke Amerika Serikat, Filipina, Jerman,

Belanda dan lorong-lorong Negara Eropa yang lain. Di tahun 80-an pula, tulisan-

tulisannya mulai memenuhi berbagai majalah dan harian nasional. Undangan-pun

berdatangan dari berbagai kalangan untuk dijadikan nara sumber lintas disiplin

keilmuan.

Orang-orang terbiasa memanggilnya “Cak Nun.” Panggilan khas jawatimuran

karena Emha berasal dari Jombang, Jawa Timur. Yang memanggil “Emha” juga

tidak sedikit, terutama dari pergaulan dengan kalangan di luar Jogja dan Jawa

Timur. Emha sendiri tidak terlalu peduli dengan berbagai panggilan itu, bahkan

ada yang menjuluki “Kiai Mbeling.” Barangkali karena dalam berbagai

Page 59: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 59

kesempatan, baik dalam tulisan atau ucapan-ucapannya, Emha sangat fasih

menyitir ayat-ayat Al Qur’an. Mungkin pula orang mau memanggil “Kiai” tanpa

embel-embel “Mbeling” masih agak diragukan, kurang rela dan tidak pantas.

Beda lagi orang Makassar. Emha selalu dipanggil dengan “Cak Nung.” Saya tidak

tahu kenapa lidah orang Makassar susah mengucapkan “Nun,” sebab bila nama

Anda “Agung” akan dipanggil “Mas Agun.” Yang ini kebalik ‘kan, susah melafalkan

“Mas Agung.”

Maka jangan heran jika di suatu tempat Emha dipanggil “Bapak Cak Nun,”

sebagaimana orang keliru memanggil Bung Karno dengan “Bapak Bung Karno”

atau Gus Dur dipanggil “Bapak Gus Dur.” Atau malah dikelira-kelirukan dengan

“Cak Nur” (Nurcholish Madjid, Allah yarham).

<“Cak Nur kan?” seseorang menodong di Bandara Soekarno Hatta.

Emha kebingungan menjawabnya, jika dijawab tidak, kasihan juga.

“Cak Nur kan?”

Page 60: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 60

Emha hanya tersenyum.

“Iya, Nurcholish Ainun Nadjib kan?”

Saya sebenarnya bingung mau menulis apa tentang Emha, memulai dari mana

dan menuju kemana. Banyak sekali memori saya tentang Emha, selama bertahun-

tahun bergaul sampai sekarang. Beberapa kawan menyarankan saya menulis lagi

sebagaimana tulisan-tulisan berseri yang pernah saya tuturkan. Saya bukan orang

yang cerdas menyerap ilmu lalu saya deskripsikan dalam sebuah tulisan dengan

berbagai analisa. Jadi mohon maaf, kalau tulisan ini hanya “wadag,” dan bukan

“ruh.” Terlebih memohon maaf kepada Emha, jika ternyata tuturan saya tidak pas

atau malah berlebihan.

Dalam suatu acara, seorang MC memanggil, “Kami persilakan Bapak KH Emha

Ainun Nadjib, yang kita kenal sebagai Cak Nun...”

Sejak kapan Emha menjadi haji, saya membatin. Memang pada saat itu Emha

belum berangkat haji, bahkan ke Makkah-pun belum pernah. Dan ‘haji’ dalam

pemahaman kita juga bukan titel sebagaimana rukun Islam lain.

Page 61: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 61

Beberapa kali sahabat-sahabatnya ‘memaksa’ Emha untuk berangkat haji, dengan

fasilitas ONH Plus-nya. Dengan cara halus Emha selalu menolaknya. Seorang

pejabat penting mengirim ajudannya dengan membawa amplop berisi ribuan US

Dollar untuk ongkos naik haji. Setelah amplop diterima dan dibuka isinya lalu

Emha menyerahkan kembali kepada sang ajudan. Entahlah, apakah amplop

diserahkan kembali kepada sang pejabat, atau diam-diam tidak diserahkan

dengan alasan jika dikembalikan mendapat resiko dimarahi. Nilai nominalnya

banyak lho, taruhlah misalnya USD 10.000 dikalikan kurs sekarang. Wallahu a’lam.

Barangkali pejabat tadi, yang sangat akrab dengan Emha, melihat Emha belum

juga mau berangkat haji, meminta lagi kepada Emha untuk kesekian kalinya. Kali

ini Emha mau menerima ongkos naik haji, tapi bukan untuk dirinya melainkan

untuk beberapa orang miskin di kampungnya. Kalau Anda bertanya kapan

kejadiannya, saat musim haji berbarengan dengan musibah terowongan Mina.

Lagi, di Bandara Soekarno Hatta. Seseorang wanita paruh baya mendatangi Emha.

Emha sendiri merasa tidak mengenalnya. Emha berencana menuju Surabaya lalu

ke Jombang. Saat sedang beracara di Jakarta dikabari bahwa salah satu kakaknya

mendapat musibah kecelakaan mobil dan di rawat di RSUD Jombang.

“Mas Emha kan?” wanita berwajah oriental itu menyapa.

Page 62: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 62

“Iya bu,” Emha dengan santun menjawabnya.

“Saya ada titipan, mohon diterima,” wanita itu memohon.

“Terima kasih bu,” Emha menerima amplop dengan ucapan terima kasih.

Aneh. Mereka tidak saling kenal dan tidak saling memperkenalkan diri.

Kejadiannya sangat cepat. Emha tersadar, kok tidak bertanya namanya siapa, dan

ini amplop apa.

Sampailah Emha di RSUD Jombang dan menjenguk sang kakak. Lalu seseorang

menyerahkan kwitansi pembiayaan pengobatan. Buru-buru Emha menuju toilet

dan membuka isi amplop. Amplop berisi uang itu dihitung dan disesuaikan dengan

tagihan biaya rumah sakit. Emha terkejut, nominalnya sangat pas.

“Gusti, syukur Alhamdulillah, tapi mbok yao dilebihin barang limapuluh ribu-

lah...!” Emha mengucap dalam batin. []

Jkt, 26.01.2010. 11:41

Page 63: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 63

Hijrah dan Kultus Individu

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 26 Februari 2010 jam 9:44

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Tidak ada satu peristiwa apa pun dalam kehidupan yang dihuni oleh manusia ini

yang tidak bersifat hijrah. Seandainya pun ada benda yang beku, diam dan seolah

sunyi abadi: ia tetap berhijrah dari jengkal waktu ke jengkal waktu berikutnya.

Orang jualan bakso menghijrahkan bakso ke pembelinya, dan si pembeli

menghijrahkan uang ke penjual bakso. Orang buang ingus, buang air besar,

melakukan transaksi, banking, ekspor impor, suksesi politik, revolusi, apapun saja,

adalah hijrah.

Tidak ada satu peristiwa apa pun dalam kehidupan yang dihuni oleh manusia ini

yang tidak bersifat hijrah. Seandainya pun ada benda yang beku, diam dan seolah

sunyi abadi: ia tetap berhijrah dari jengkal waktu ke jengkal waktu berikutnya.

Orang jualan bakso menghijrahkan bakso ke pembelinya, dan si pembeli

menghijrahkan uang ke penjual bakso. Orang buang ingus, buang air besar,

Page 64: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 64

melakukan transaksi, banking, ekspor impor, suksesi politik, revolusi, apapun saja,

adalah hijrah.

Inti ajaran Islam adalah hijrah. Icon Islam bukan Muhammad, melainkan hijrah.

Muhammad hanya utusan, dan Allah dulu bisa memutuskan utusan itu Darsono

atau Winnetou, tanpa ummat manusia men-demo Tuhan kenapa bukan

Muhammad. Oleh karena itu hari lahirnya Muhammad saw. Tidak wajib

diperingati. Juga tidak diletakkan sebagai peristiwa nilai Islam. Hari lahir

Muhammad kita ingat dan selenggarakan peringatannya semata-mata sebagai

peristiwa cinta dan ucapan terima kasih atas jasa-jasanya melaksanakan perintah

Tuhan.

12 Rabiul Awal bukan hari besar Islam sebagaimana Natal bagi ummat Kristiani.

Sekali lagi, itu karena Islam sangat menghindarkan ummatnya dari kultus individu.

Wajah Muhammad tak boleh digambar. Muhammad bukan founding father of

islam. Muhammad bukan pencipta ajaran, melainkan pembawa titipan. Tahun

Masehi berdasarkan kelahiran Yesus Kristus, sementara Tahun Hijriyah

berdasarkan peristiwa hijrah Nabi, yang merupakan momentum terpenting dari

peta perjuangan nilainya. Kesadaran hijriyah menghindarkan ummat dari

penyembahan individu, membawanya menyelam ke dalam substansi ajaran --

siapa pun dulu yang diutus oleh Tuhan untuk membawanya.

Page 65: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 65

Hijrah adalah pusat jaring nilai dan ilmu. Dari gerak dalam fisika dan kosmologi

hingga perubahan dan transformasi dalam kehidupan sosial manusia. Manusia

Muslim tinggal bersyukur bahwa wacana dasar hijrah sedemikian bersahaja, bisa

langsung dipakai untuk mempermatang cara memasak makanan, cara menangani

pendidikan anak-anak, cara mengurus organisasi dan negara.

Hijrah Muhammad saw. dan kaum Anshor ke Madinah, di samping merupakan

pelajaran tentang pluralisme politik dan budaya, juga bermakna lebih esoterik

dari itu.

Peristiwa Isra' Mi'raj misalnya, bisa dirumuskan sebagai peristiwa hijrah,

perpindahan, atau lebih tepatnya transformasi, semacam proses perubahan atau

'penjelmaan' dari materi ke (menjadi) energi dan ke (menjadi) cahaya.

Sebenarnya sederhana saja. Kalau dalam ekonomi: uang itu materi, kalau diputar

atau digerakkan atau 'dilemparkan' maka menjadi enerji. Itu kejadian isro'

namanya. Tinggal kemudian enerji ekonomi itu akan digunakan (dimi'rajkan)

untuk keputusan budaya apa. Kalau sudah didagangkan dan labanya untuk beli

motor: motornya dipakai untuk membantu anak sekolah atau sesekali dipakai ke

tempat pelacuran.

Page 66: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 66

Di dalam teknologi, tanah itu materi. Ia bisa ditransformasikan menjadi genting

atau batu-bata. Logam menjadi handphone, besi menjadi tiang listrik, atau

apapun. Tinggal untuk apa atau ke mana mi'rajnya.

Peristiwa isro' bergaris horisontal. Negara-negara berteknologi tinggi adalah

pelopor isro' dalam pengertian ini. Pertanyaannya terletak pada garis vertikal

tahap mi'raj sesudahnya. Kalau vertikal ke atas, berarti transform ke atau menjadi

cahaya. Artinya produk-produk teknologi didayagunakan untuk budaya kehidupan

manusia dan masyarakat yang menyehatkan jiwa raga mereka dunia akhirat.

Kalau garis vertikalnya ke bawah, berati transform ke atau menjadi kegelapan.

Mesiu Cina diimport ke Eropa menjadi peluru, meriam dan bom. Kita bisa dengan

gampang menghitung beribu macam produk teknologi isro' pemusnah manusia,

perusak mental dan moral masyarakat.

Dalam pengertian umum dan baku selama ini, Isra' Mi'raj selain merupakan

peristiwa besar dalam sejarah, namun pada umumnya berhenti sebagai wacana

dongeng, dan belum digali simbol-simbol berharganya atas idealitas etos

tranformatif.

Dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan rumus di atas, segala sesuatu yang

menyangkut kehidupan manusia-baik di bidang ekonomi, politik, sosial budaya

Page 67: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 67

dan sebagainya-terjadi secara berputar membentuk bulatan. Yang sehari-hari

sajapun: badan kita (materi), tentu, jika tidak diolah-ragakan (dienergikan),

mengakibatkan tidak sehat. Tidak sehat adalah kegelapan.

Setelah badan kita sehat dan menyehatkan, lantas dipergunakan untuk kegiatan

yang baik, yang memproduk cahaya bagi batin kehidupan kita, serta bermanfaat

seoptimal mungkin bagi sesama manusia dan alam-lingkungan.

Page 68: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 68

Humor

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 26 Juli 2010 jam 11:43

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Humor orisinal dari kehidupan sehari-hari adalah bahasa atau ungkapan budaya

yang paling canggih dalam penggambaran inti realitas zaman. Kalau tulisan atau

buku-buku ilmiah, harus berputar-putar dulu kalau hendak membawa kita ke

realitas. Mesti melalui jalan metodologi dan terminologi yang ruwet, yang hanya

bisa dijangkau oleh hanya sebagian orang yang punya uang untuk sekolah.

Sementara sepotong humor langsung saja membenturkan kita ke inti kenyataan.

Humor adalah sinar laser yang amat tajam, yang mengirimkan kita secara sangat

pragmatis untuk mengerti terhadap sesuatu hal.

Page 69: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 69

Indonesia Maafkan Aku

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 17 Agustus 2010 jam 11:08

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Indonesia

maafkan aku

tak ada yang bisa kuperbuat untukmu

karena engkau terlalu besar untukku

dan aku terlalu kecil untukmu

Indonesia

maafkan aku tak bisa menolongmu

karena engkau terlalu kuat bagiku

dan aku terlalu lemah bagimu

Indonesia

maafkan tak ada peran yang bisa kupersembahkan kepadamu

karena engkau terlalu agung untuk kupahami

dan aku terlalu kerdil dan tak berarti

bahkan memalukan untuk menjadi bagian darimu

Page 70: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 70

Indonesia

maafkan kakiku tak sanggup melangkah untukmu

tanganku tak mampu bergerak buatmu

engkau semesta gaib yang tak mampu kujangkau

dan aku daun kering layu, mengotori tanah sucimu

Indonesia

maafkan aku tak sanggup mengikuti jalanmu

karena langkahmu langkah cakrawala

sedangkan aku cacing melata

Indonesia

maafkan aku berpaling

karena wajahmu terlalu berkilause

hingga tak sanggup aku menatapmu

Indonesia

karena tak ada satupun dari perilakumu

yang sanggup kumengerti

maafkan aku abstain...

aku abstain...

*) diambil dari pementasan Jangan Cintai Ibu Pertiwi GKJ 2-3 April 2009

Page 71: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 71

Industri dan Sportivitas Sepakbola

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 29 Juni 2010 jam 10:53

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Lucunya, kalau sportivitas nomer satu, industri sepakbola tidak jalan. Sportivitas

hanya aktual di wilayah-wilayah romantik. Masing-masing kita menjagokan

kesebelasan sendiri-sendiri. Pertimbangan kita bukan sportivitas, melainkan

selera pribadi.

Sedangkan orang yang mengerti ilmu sejati, berkata: “Engkau menjadi lemah dan

kelak bisa menjadi celaka kalau menjalankan hidup bersadarkan senang dan tidak

senang, mengandalkan selera pribadi dan kemauan sendiri. Manusia yang kuat

dan akan menemukan hakekat hidup adalah yang melangkahkan kaki berdasarkan

pilihan yang benar, baik dan indah, serta meninggalkan yang salah, buruk, dan

konyol".

Page 72: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 72

”Islamic Valentine Day”

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 14 Februari 2010 jam 8:08

Ditulis Oleh: Muhammad Ainun Nadjib

JUDUL ini harus dikasih tanda petik di awal dan akhir, karena sesungguhnya itu

istilah ngawur dari sudut apapun kecuali dari sisi iktikad baik tentang cinta

kemanusiaan.

Islam bukan kostum drama, sinetron atau tayangan-tayangan teve Ramadan.

Islam itu substansi nilai, juga metodologi.Ia bisa memiliki kesamaan atau

perjumpaan dengan berbagai macam substansi nilai dan metodologi lain, baik

yang berasal dari ”agama” lain, dari ilmu-ilmu sosial modern atau khasanah

tradisi. Namun sebagai sebuah keseluruhan entiti, Islam hanya sama dengan

Islam.

Bahkan Islam tidak sama dengan tafsir Islam.Tidak sama dengan pandangan

pemeluknya yang berbagai-bagai tentang Islam. Islam tidak sama dengan Sunni,

Syi’i, Muhammadiyah, NU, Hizbut Tahrir dan apapun saja aplikasi atas tafsir

terhadap Islam. Islam yang sebenar-benarnya Islam adalah dan hanyalah Islam

yang sejatinya dimaksudkan oleh Allah.

Semua pemeluk Islam berjuang dengan pandangan-pandangannya masingmasing

mendekati sejatinya Islam. Sehingga tidak ada satu kelompok pun yang legal dan

logis untuk mengklaim bahwa Islam yang benar adalah Islamnya kelompok ini

atau itu. Kalau ada teman melakukan perjuangan ”islamisasi”, ”dakwah Islam”,

Page 73: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 73

”syiar Islam”, bahkan perintisan pembentukan ”Negara Islam Indonesia” – yang

sesungguhnya mereka perjuangkan adalah Islamnya mereka masingmasing.

Dan Islamnya si A si B si C tidak bisa diklaim sebagai sama dengan Islamnya Allah

sejatinya Islam. Demikianlah memang hakekat penciptaan Allah atas kehidupan.

Sehingga Islam bertamu ke rumahmu tidak untuk memaksamu menerimanya. La

ikroha fid-din.Tak ada paksaan dalam Agama, juga tak ada paksaan dalam

menafsirkannya. Tafsir populer atas Islam bahkan bisa menggejala sampai ke

tingkat pelecehan atas Islam itu sendiri.

Islam bisa hanya disobek-sobek, diambil salah satu sobekannya yang menarik bagi

seseorang karena enak dan sesuai dengan seleranya. Islam bisa diperlakukan

hanya dengan diambil salah satu unsurnya, demi mengamankan psikologi

subyektif seseorang sesudah hidupnya ia penuhi dengan pelanggaran-

pelanggaran terhadap Islam.

Islam bisa hanya diambil sebagai ikon untuk mengkamuflase kekufuran,

kemunafikan, kemalasan pengabdian,korupsi atau keculasan. Islam bisa dipakai

untuk menipu diri, diambil satu faktor pragmatisnya saja: yang penting saya sudah

tampak tidak kafir, sudah merasa diri bergabung dengan training shalat, sudah

kelihatan di mata orang lain bahwa saya bagian dari orang yang mencari sorga,

berdzikir ingat keserakahan diri dan keserakahan itu bisa dihapus dengan

beberapa titik air mata di tengah ribuan jamaah yang berpakaian putih-putih

bagaikan pasukan Malaikat Jibril.

Page 74: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 74

Sedemikian rupa sehingga kita selenggarakan dan lakukan berbagai formula dunia

modern, industri liberal, mode show, pembuatan film, diskusi pengajian, yang

penting dikasih kostum Islam.Tentu saja tidak usah kita teruskan sampai tingkat

menyelenggarakan tayangan ”Gosip Islami”, ”Lokalisasi Pelacuran Islami”,

”Peragaan Busana Renang Wanita Muslimah” atau pertandingan volley ball

wanita muslimah berkostum mukena putih-putih. Sampai kemudian dengan tolol

dan ahistoris kita resmikan salah satu hari ganjil di tengah sepuluh hari terakhir

Ramadan sebagai Hari Valentine Islami.

Tapi sesungguhnya saya serius dengan makna Hari Kasih Sayang Islam versi

Rasulullah Muhammad SAW. Fathu Makkah, yang diabadikan dalam Al Qur’an

sebagai Fathan Mubiiina, kemenangan yang nyata, terjadi pada Bulan Ramadan,

tepatnya pada tanggal 10 Ramadan tahun ke-8 Hijriyah. Pasukan Islam dari

Madinah merebut kembali kota Makkah. Diizinkan Allah memperoleh

kemenangan besar. Ribuan tawanan musuh diberi amnesti massal.

Rasulullah berpidato kepada ribuan tawanan perang: ”...hadza laisa yaumil

malhamah, walakinna hadza yaumul marhamah,wa antumut thulaqa....”.Wahai

manusia, hari ini bukan hari pembantaian, melainkan hari ini adalah hari kasih

sayang, dan kalian semua merdeka kembali ke keluarga kalian masing-masing.

Pasukan Islam mendengar pidato itu merasa shock juga. Berjuang hidup

mati,diperhinakan dilecehkan sekian lama, ketika kemenangan sudah di

genggaman: malah musuh dibebaskan. Itu pun belum cukup. Rasulullah

memerintahkan papasan perang, berbagai harta benda dan ribuan onta,

dibagikan kepada para tawanan.

Page 75: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 75

Sementara pasukan Islam tidak memperoleh apa-apa. Sehingga mengeluh dan

memproteslah sebagian pasukan Islam kepada Rasulullah. Mereka dikumpulkan

dan Muhammad SAW bertanya: ”Sudah berapa lama kalian bersahabat

denganku?” Mereka menjawab: sekian tahun, sekian tahun... ”Selama kalian

bersahabat denganku, apakah menurut hati kalian aku ini mencintai kalian atau

tidak mencintai kalian?”

Tentu saja sangat mencintai. Rasulullah mengakhiri pertanyaannya: ”Kalian

memilih mendapatkan onta ataukah memilih cintaku kepada kalian?”

Menangislah mereka karena cinta Rasulullah kepada mereka tidak bisa

dibandingkan bahkan dengan bumi dan langit. Tentu saja, andai kita berada di situ

sebagai bagian dari pasukan Islam, kelihatannya kita menjawab agak berbeda:

”Sudah pasti kami memilih cinta Rasulullah... tapi kelau boleh mbok ya juga diberi

onta dan emas barang segram dua gram...” (Sindo, 21/09/2007)

Page 76: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 76

Kangen

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 20 Januari 2010 jam 13:09

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Kangen itu baik. Kangen itu mahluk ciptaan Allah yang tergolong paling indah. Ia

mutiara batin, atau api yang menghidupkan jiwa. Karena kangen yang menggebu,

dulu Ibrahim mengembarai bumi dan langit bertahun-tahun, untuk akhirnya

menemukan apa yang paling dibutuhkan oleh hidupnya: Allah.

Oleh kangen yang tak tertahan pula, Musa bermaksud membelah kodrat,

menerobos maqom dan ingin memergoki Allah yang amat dicintainya. Tentu saja

gagal, sebab ketika itu ia masih manusia, masih darah daging.

Kangen membuat seorang istri paham arti kehidupan. Kangen membikin

suaminya, yang pergi nun jauh, membatalkan penyelewengannya sebagai lelaki.

Kangen mendorong seorang gadis menancapkan cintanya lebih dalam. Kangen

membuat pemuda kekasihnya mengerjakan kesibukan-kesibukan baik untuk

memelihara kebersihan rindu yang dinikmatinya. [...]

Page 77: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 77

Kawah Api: “Universitas Patangpuluhan” - I

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 19 Mei 2010 jam 11:23

Catatan: Kang Munzir

Yasinan

Seorang berteriak lantang, mengagetkan semua orang. “Api, api....!” Matanya

melotot ke atas seolah melihat hal yang menakjubkan. Kedua tangannya

digerakkan mengikuti irama teriakan bak seorang pembaca puisi. “Lihatlah, aku

melihat api...!”

Orang-orang berdatangan usai magrib. Tikar dan karpet telah tertata rapi di ruang

tamu dan ruang tengah. Sebagian mahasiswa, seniman dan pengangguran.

Beberapa wajahnya tidak terlalu asing karena rutin datang ke Patangpuluhan,

rumah kontrakan Emha Ainun Nadjib.

Entah sejak kapan, tiap Kamis (malam Jumat) diselenggarakan Yasinan, membaca

QS Yasin. “Santri-santri” mahasiswa mengaji, yang lain, mungkin kurang tartil atau

berbeda agama, duduk santun di teras mendengarkan. Salah satu mahasiswa

memimpin dan berdoa. Emha tentu saja ikut di lingkaran, mengaji dan menyimak.

Usai ngaji, orang-orang tidak beranjak. Biasanya ngobrol ngalor ngidul membahas

berita yang menjadi issu nasional. Diskusi. Dari pintu belakang terlihat teh manis

Page 78: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 78

dan nasi kuning mulai dikeluarkan. Sejak sore, seksi dapur yang ditangani Mbak

Roh, Dik In dan Mbak Wik (almarhumah) sudah sibuk belanja dan memasak.

Di tengah pembicaraan yang kadang panas, tiba-tiba Agus Supriyatna, seorang

mahasiswa dari Karawang berteriak seperti orang trance. Mata hampa seolah

melihat sesuatu, entah apa. “Api, api, lihatlah....!” Mulut terus berbunyi. Bagai

melafal bait-bait puisi. Jika hal semacam terjadi, biasanya Emha mendekat,

mengelus punggungnya dan seolah membacakan sesuatu di telinga dan ubun-

ubun. Lalu berangsur tenang.

Tema-tema obrolan muncul begitu saja. Pelontar umumnya berawal dari

pertanyaan-pertanyaan mahasiswa yang diajukan kepada Emha. Karena

pesertanya berbeda latar belakang, maka diantara mereka sering saling ngotot

mempertahankan argumen masing-masing. Kalangan mahasiswa dengan bahasa-

bahasa “planet” yang bagi kalangan awam susah dipahami, nukilan-nukilan text

book dengan istilah-itilah asing. Sementara yang seniman berpuitis dan berbahasa

“nyufi.”

Jika malam makin larut, secara perlahan satu persatu berpamit. Pasti mereka

tidak terbiasa “melek malam.” Yang lain tetap bertahan, bisa jadi dilanjut dengan

permainan gaple. Main gaple seolah menebak nasib, meramal takdir. Kita tidak

sanggup menghitung “balak” apa yang akan muncul. Meski jumlah kartu bisa

dihitung, probabilitasnya agak susah untuk memastikan. Bahkan Emha sering agak

ekstrim mengemukakan bahwa pasti “Tangan Tuhan” ikut berperan. Kartu

dikocok sekian kali, kartu dibagi, masing-masing pemain tidak bisa memilih kartu

terbaik. Seorang pemain ahli-pun bisa kalah jika tandem sisi kiri atau kanan

ngawur cara membuang kartu. Permainan gaple (atau kartu) hampir mirip sopir

Page 79: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 79

taxi atau tukang ojek. Tuhan-lah yang mengatur detik demi detik jalannya rejeki.

Kita tidak bisa memperkirakan seberapa cepat melajukan kendaraan tatkala tiba

di pojok jalan seseorang muncul dan menyetop kendaraan kita. Laju cepat sedikit

orang itu belum keluar dari rumah, diperlambat, kendaraan lainlah yang distop.

Pertemuan di titik antara sopir taxi dan calon penumpang adalah pertemuan

agung yang diatur Tuhan.

Seorang kawan aktifis kebudayaan dari Banten yang berdiam lama di Solo, adalah

lawan ulet Emha. Mereka saling mengalahkan. Saling ejek. Untuk membuktikan

bahwa Tuhan juga ikut “bermain gaple,” Emha berani taruhan dengan receh lima

puluh rupiah (Rp 50,- --mungkin kurs sekarang setara dengan Rp 500,-). Kali ini

Emha menang bagai bandar. Ih, berjudi ya? Jangan khawatir, siapa yang menang

uang receh dikumpulkan untuk makan bersama. Jelas saja kurang, pasti harus ada

yang nombokin kekurangannya. Makan di waktu malam di Jogja sangat

mengasyikkan. Banyak tempat bisa dikunjungi, semuanya serba murah. Mau pilih

menu apa? Oseng-oseng mercon, gudeg Permata, warung “gua hira,” nasi kucing

Mbah Wongso atau sayur brongkos Pojok Beteng?

Kapan sejarah ini berlangsung? Untuk mengingat bulan dan tahun, apalagi

tanggal, saya agak sulit. Tampaknya akhir tahun 1980-an, 1988-1989 atau awal

1990-an. Beberapa orang yang sering muncul adalah Agung Waskito, Seteng Agus

Yuniawan, Jebeng Slamet Jamaluddin, Wahyudi Nasution, Godor, Muhammad

Hadiwiyono, Imam Syuhada, Hamim Ahmad, Irfan Mukhlis, Goetheng Iku Ahkin,

Moh Zainuri, Joko Kamto, Novi Budiyanto, Jemek, Toro, Toto Rahardjo, beberapa

aktifis mahasiswa dan LSM.

Page 80: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 80

Saya tidak berani mengklaim atau men-justifikasi bahwa kelak pengajian Padhang

Bulan ber-embrio dari sini, Yasinan di Patangpuluhan. Lalu gerakan shalawat

menyebar dari Jakarta, yang berawal dari idenya Cak Dil (Adil Amrullah) membuat

wadah HAMAS (Himpunan Masyarakat Shalawat), setelah Emha merasa

“gamang” dengan gagalnya reformasi 1).

Itulah proses. Yasinan di Patangpuluhan, Pengajian Padhang Bulan, HAMAS

Jakarta, Mocopat Syafaat 17 Agustus 1999 di Jogjakarta, Kenduri Cinta dan

seterusnya, yang kemudian menjadi Jamaah Maiyah.

Catatan judul. Kawah Api “Universitas Patangpuluhan” istilah ini yang pertama

kali melontarkan Emha sendiri. Universitas Patangpuluhan, harus dengan tanda

petik. Patangpuluhan, bukan Patang Puluhan.

Jkt.09.05.2010, 13:06

Bersambung.

1). Emha sangat aktif ikut membidani jalannya reformasi melalui pertemuan demi

pertemuan dengan berbagai pihak dan mengawal prosesi 21 Mei 1998, sampai

kemudian Pak Harto secara suka rela meletakkan jabatan. Namun reformasi yang

diharapkan benar-benar sebagai momentum perubahan, justru tidak sesuai

harapan. Habibie, wakil presiden, naik menggantikan Pak Harto sebagai presiden

dengan menteri-menteri yang tidak jauh berbeda dengan Orde Baru. Lebih

lengkap tercatat dalam buku kecil “Ikrar Khusnul Khatimah.” Atau “Satu Setengah

Jam Bersama Pak Harto.”

Page 81: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 81

Kawah Api: “Universitas Patangpuluhan” - II

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 26 Mei 2010 jam 9:31

Catatan: Kang Munzir

Guk Nuki

Di Jawa Timur panggilan yang paling populer adalah “Cak,” mengalahkan

panggilan “Mas” untuk Jawa (Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jogjakarta). Orang

Sunda terbiasa dengan “Aa.” Panggilan “Cak” lebih egaliter, tidak memandang

strata sosial. Cak Ruslan, Cak Markeso (bukan Markesot), Cak Kandar, Cak Kartolo

atau Cak Nur.

Ternyata ada panggilan yang lebih “ndeso” lagi, kurang populer, mungkin orang

Jawa Timur-pun banyak yang sudah lupa, yaitu “Guk.” Panggilan “Guk” lebih

banyak digunakan di desa-desa untuk petani, pangon, tukang ngarit dst. Saya

sendiri bukan dari Jawa Timur, jika ternyata kurang pas mohon diberi

pembenaran.

Markesot Sang Legenda

Tersebutlah nama Guk Nuki sebagai kawan main Emha sejak kecil. Bukan teman

sekolah, karena Guk Nuki sendiri tidak tamat sekolah tingkat dasar. Bisa jadi

semacam teman “nakal.” Teman mencuri mangga milik tetangga, memindahkan

sandal ke tempat tersembunyi sesama kawan di langgar. Atau, mengikat sebutir

garam dengan benang lalu dimasukkan ke mulut kawannya yang sedang tidur, jika

Page 82: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 82

garam dikecap secara perlahan benang diangkat. Kenakalan yang sungguh

mengasyikkan. Sampai kini Guk Nuki dan Guk Nun masih berkawan akrab.

Nama aslinya, saya kurang begitu paham, Nuchin siapa gitu. Di usia remaja

merantau ke pedalaman Kalimantan. Ia bergaul dengan alam yang ganas dan

lingkungan dari berbagai suku. Ia bisa masuk ke suku melayu, dayak dan madura.

Keahliannya merakit ulang mesin yang rusak, dari berbagai jenis. Dari kipas angin,

diesel, motor, mobil dan kapal yang teronggok. Dengan kreatifitasnya ia bisa

menghidupkan kembali mesin tanpa dengan spare part baru. Bisa dengan cara

kanibal atau rekayasa ketrampilan tangannya.

Konon, kala tidur di bawah pohon tua di hutan pedalaman Kalimantan pernah

mengalahkan para jin yang tiba-tiba mengeroyoknya. Ia “preman” juga rupanya.

Dialek bicaranya sangat kental jawatimuran dan kasar. Raut mukanya dihiasi

kumis dan jenggot tak teratur.

Guk Nuki ini menginspirasi Emha untuk mengangkat menjadi tulisan berseri di

Surabaya Post, akhir 1980-an sampai awal 1990-an: “Markesot Bertutur.” Guk

Nuki ini ya Markesot itu.

Dari cara berpikirnya yang sederhana, menjadi buah-buah pikiran yang sangat

filosofis. Emha seolah menemukan “sumur ilham” untuk menjadikan “Markesot

Bertutur” tulisan yang hidup, jujur, polos dan sangat bernas. Berkat tulisan berseri

ini, fasilitas sekolah dan lembaga pendidikan “Al Muhammady” di Menturo,

Jombang; diperbaiki. Karena Emha menghibahkan hasil honor seluruhnya untuk

kelangsungan pembangunan lembaga pendidikan milik keluarga tsb.

Jkt,12.05.2010, 07:35

Bersambung.

Page 83: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 83

Kawah Api: “Universitas Patangpuluhan” - III

oleh Kenduri Cinta pada 02 Juni 2010 jam 10:55

Catatan: Kang Munzir

Bengkel Markesot

Yasinan di Patangpuluhan makin hari semakin banyak yang ikut bergabung.

Terutama dari mahasiswa UGM, IAIN (kini UIN) dan beberapa perguruan tinggi

lain; UII dan IKIP Muhammadiyah (UAD, Universitas Ahmad Dachlan). Mahasiswa-

mahasiswa ini terutama dari Jamaah Shalahuddin UGM karena Sanggar

Shalahuddin, yang bergiat di teater, aktivitasnya bersentuhan dengan

Patangpuluhan. (Jamaah Shalahuddin lintas perguruan tinggi, tidak hanya UGM).

Di tengah perbincangan serius, tiba-tiba Markesot menyela dan membantah.

Bantahannya kadang sangat tidak konteks dengan apa yang menjadi perdebatan.

Hal ini berulang terjadi. Siapa saja yang berbicara selalu berhadapan dengan

Markesot. Beberapa mahasiswa dibuat jengkel. Bagi mahasiswa, kalimat-kalimat

Markesot tidak tersusun secara sistematis.

Markesot dan Cak Nun

Emha, yang ada di lingkaran, hanya terlihat tersenyum menyimak. Sesekali Emha

meninggalkan forum masuk ke bilik pribadinya. Siapapun tahu, Emha meneruskan

mengetik tulisan yang mendekati deadline beberapa surat kabar dan majalah.

Surabaya Post, Jawa Pos, Kedaulatan Rakyat, Yogya Post, Suara Merdeka,

Page 84: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 84

Wawasan, Tempo. Beberapa redaktur berkirim surat minta tulisan, untuk secara

temporal dimuat; Kompas, Suara Pembaruan dst.

“Mahasiswa ini bagaimana, katanya orang pintar kok tidak paham omongan

saya,” Markesot protes.

“Orang pintar itu harus memahami bahasanya orang bodoh,” Markesot masih

protes.

Semua hadirin terkesiap. Markesot tidak tamat sekolah dasar tapi omongannya

sangat dalam.

“Kalau saya tidak paham omongan sampeyan, ya wajar, lha saya kan tidak

sekolah!” Markesot terus mencerca para mahasiswa. Matanya memerah.

Tangannya diacung-acungkan. Beberapa mahasiswa di kiri kanan Markesot

berusaha meredam dengan mengelus punggungnya. Markesot secara kasar

membuang tangan yang mengelusnya, “Saya tidak marah...!”

Dari balik pintu Emha ikut melongok, lalu bergabung. Bantah berbantah masih

berlangsung.

“Pertanyaannya adalah orang awam harus memahami orang pintar atau

sebaliknya?” Emha memulai ikut berbicara.

Page 85: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 85

“Seharusnya mahasiswa, orang-orang pintar, dituntut bisa memahami bahasanya

orang bodoh, bahasanya orang awam. Jangan sebaliknya. Kalian ini orang-orang

beruntung, bisa sekolah tinggi. Tampunglah semua orang, tampunglah Markesot.”

Markesot merasa dibela. Hampir sebagian forum merasa kesal dengan Markesot.

Karena tiap diskusi yang dibangun selalu berantakan jika ada Markesot. Ia

menjadi momok. Sangat menjengkelkan. Markesot dianggap bodoh.

Itulah Guk Nuki, kawan lama “Guk Nun.” Orang yang sangat disayang Emha. Kini

Markesot di Jogja.

Setelah melanglang di hutan Kalimantan, Markesot pulang ke Jombang. Kerja

serabutan di kampungnya atau di Surabaya. Sesekali dipanggil untuk bantu-bantu

service mobilnya Emha.

Keahlian Markesot mbenerin mobil sangat spesial. Tanpa mengganti spare part

baru dengan kecerdasannya sebuah mobil ngadat bisa jalan lagi dan irit bensin.

Repotnya, sewaktu-waktu mobil bermasalah sementara Markesot berhalangan

tidak bisa ke Jogja, maka “terpaksa” mobil harus ditangani montir bengkel

konvensional. Disitulah akan terjadi “pertarungan kultural.” Versi Markesot akan

diganti semuanya oleh montir bengkel. Karena dianggap merepotkan dan tidak

baku teorinya. Jalan pintasnya, ganti spare part baru. Ini kan hukum dagang, rusak

sedikit harus beli yang baru. Mudah kan?

Lalu, Emha meminta tolong Toto Rahardjo untuk mencari tanah kosong untuk

dijadikan tempat mangkalnya Bengkel Markesot... []

Jkt,26.05.2010, 09:32

Bersambung.

Page 86: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 86

Kawah Api: “Universitas Patangpuluhan” - IV

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 14 Juni 2010 jam 10:50

Catatan: Kang Munzir

Pacar Markesot

SIAPA sih Toto Rahardjo ? Pacar Markesot? Bukan.

Saya menggelar “tikar” dahulu agar cerita ini bisa dinikmati tanpa ada selaan atau

banyak “interupsi.”

Entah sejak kapan Toto “menyatu” dengan Emha. Awalnya saya juga tidak begitu

tahu “makhluk” dari mana, hanya medok banyumasan saja yang mudah dikenali.

Saya dengan dia beda “aliran.” Saya bersama kawan-kawan dari kampus,

sementara Toto adalah tokohnya LSM. Sesekali muncul, 2-3 hari ngendon di

Patangpuluhan, tiba-tiba menghilang entah kemana.

Toto “anak” kesayangan Romo Mangun Widjaya, seorang pastur yang sangat

“islami,” hidup menyatu di perkampungan kumuh Kali Code. Istrinya Toto

semacam sekretaris pribadinya Romo Mangun.

Page 87: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 87

Jangan kaget, di awal kemunculan KiaiKanjeng (1994) -–Toto salah satu pendiri—-

ikut memainkan alat musik Gong. Untuk memainkan alat musik tersebut cukup

sulit, kapan dipukul dan kapan berhentinya. Entah dari mana belajarnya, nyanyi

saja tidak pernah.

Emha memberi mandat kepada Toto untuk mencari lokasi bakal tempat bengkel

Markesot. Sebidang tanah kosong di jalan Bugisan dibangun gubugan, kios tidak

permanen. Yang kerja kita-kita juga di bawah arahan “mandor” Markesot. Lalu bla

bla bla berdirilah Bengkel Markesot, terpampang spanduk: Menerima Service

Mobil/Motor. Dan, “slametan” pun diadakan dengan mengundang tetangga kiri

kanan dan “pekok-pekok” Patangpuluhan.

Satu dua hari masih sepi. Seminggu dua minggu mulai satu dua mobil atau motor

diservice. Itu juga masih orang-orang dekatnya Emha. Emha tidak segan ikut

mempromosikan.

Dalam kehidupan keseharian Markesot memang sering menjengkelkan.

Perbedaan kultur dan budaya “preman” ikut mewarnai. Saya seringkali berantem

omong. Masalahnya juga hal remeh temeh, sama sekali bukan prinsip. Saking

ngeyelnya saya, entah masalah apa, tiba-tiba Markesot mengeluarkan

“simpanan”-nya. Semua terkesiap. Sebilah celurit diambil dari almari. Lha kok ada

celurit di almari? Padahal almari itu pakainya rame-rame, pakaian saya disimpan

disitu juga.

Page 88: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 88

Takut? Jelas mengkeretlah. Markesot memang temperamental. Oleh kawan saya,

Imam Syuhada, Markesot diajak ngobrol hal lain. Diambil hatinya agar emosinya

menurun. Agak lega saya. Terima kasih tak terhingga untuk: Imam Syuhada

Konflik kecil-kecilan ini tanpa sepengetahuan Emha. Pasti dia akan marah.

Seharusnya kitalah yang memahami dan menampung Markesot. Untuk beberapa

saat saya dan Markesot saling diam. Kalau disapa melengos dan diam. Asem. Jelek

banget.

Jangan khawatir, tidak lama kok. Kita hidup satu atap (tanpa perkawinan), di

rumah kontrakan milik Emha, rumah Patangpuluhan. Apa yang disuguhkan di

meja kita makan bersama dalam kesederhanaan. Sesekali jalan mencari soto atau

makanan khas kaki lima.

“Orang Jogja malas!” kata Markesot di warung.

“Kenapa memang?” tanya saya kaget.

“Nyuguhin teh ndak mau ngaduk!”

“Hahaha, oh itu.”

Teh manis di Jogja memang nyamleng. Wangi dan enak. Karena sering dijog ulang,

gulanya hampir setengah gelas. Penjual tidak pernah mengaduk. Penikmatlah

yang mengaduk sesuai selera kadar manisnya. Budaya ini yang belum dipahami

Markesot.

Page 89: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 89

Markesot, kala itu usianya 40-an tahun. Jejaka kasep. Badan tegap, tangan kaki

kekar. Rambut sedikit gondrong dengan kumis dan jambang tak beraturan. Salah

seorang adik laki-lakinya sedang kuliah di Surabaya, bergiat juga di teater.

Sering saya pergoki, Markesot menerima tamu seorang wanita, usianya relatif

sama. Berkelakar dan saling cubit. Ah, sudah tuwek pacaran juga, bikin iri saja.

Siapa wanita “sial” yang, kok, mau-maunya pacaran dengan Markesot? Ia seorang

lulusan sarjana, dan menempati posisi penting di perusahaan Kereta Api yang

berpusat di Bandung. Tiap akhir pekan, Sabtu atau Minggu datang dari Bandung

ke Patangpuluhan, Jogjakarta, menjenguk sang pujaan hati, Markesot. Tidak jelas

kisah asmaranya. Dari beberapa sumber, wanita ini sudah lama sekali menjalin

kasih dengan Markesot, namun Markesot malah merantau belasan tahun. Cinta

lama bersemi kembali. Kelak, wanita ini dipersunting oleh Markesot. Pernikahan

beda status sosial. Why not?

Kembali ke bengkel. Sebulan sudah berjalan, bulan-bulan berikutnya menyusul;

kok bengkelnya masih sepi juga. Maksud saya, konsumen ada satu dua dalam

sehari, tiga empat sampai lima, namun kok pendapatan sekedar untuk makan

minum saja sering nombok.

Wah, jangan-jangan Markesot korupsi. Apa yang didapat tidak berterus terang,

tidak dilaporkan, atau ada sesuatu yang disembunyikan.

Page 90: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 90

Secara tidak sengaja ada yang memberi info, bahwa Markesot “terlalu baik.” Jika

ada orang kena apes, ban motornya gembos kena paku, misalnya, dengan senang

hati Markesot akan menambalnya, meski resminya Bengkel Mobil/Motor; bukan

tambal ban. Anehnya, jika dilihat orang yang kena apes itu potongannya orang

susah, maka Markesot tidak mau dibayar. Oh, ini tho biang keladinya.

Bisa diduga, semua konsumen diperlakukan sama; bayar murah. Apalagi jika

sudah saling mengenal. Gratis.

“Lho kok gak mau dibayar Cak?”

“Mesakno, kena apes masa harus bayar.”

“Lha ini bengkel, siapapun harus bayar.”

“Menolong kan baik!”

Sangat naif. Bengkelnya akhirnya ditutup. Bangkrut. Besar pasak dari pada tiang.

Untuk membayar uang kontrakan tahun berikutnya tidak mencukupi.

“Markesot bukan pedagang,” kata Emha.

Jkt,08.06.2010, 01:00

Bersambung.

Page 91: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 91

Kekuatan Yang Mendasari Kekuatan

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 24 Februari 2010 jam 11:22

Ditulis Oleh: Sabrang Mowo Damar Panuluh

Sembilan tahun yang lalu, ketika masih merantau di negeri orang, ada momentum

di mana saya menggelandang beberapa bulan, tak punya tempat tinggal dan tak

begitu punya uang, sehingga sempat menjadikan sebuah masjid terbesar di kota

itu sebagai tempat tinggal. Tempat di mana saya mendapatkan sebuah jawaban

menarik dari sebuah pertanyaan sederhana. Pertanyaan itu adalah, “kenapa saya

merasa bahwa umat Islam terasa lebih solid di negara non-Islam daripada negara

yang mayoritas beragama Islam?” Jawaban dari Syeikh di mesjid tersebut, ”di

mana pun, minoritas punya kecenderungan untuk berkumpul bersama demi

membangun sebuah kekuatan. Dengan syarat di antara mereka harus mampu

melupakan/menghargai perbedaan-perbedaan kecil di antara mereka.”

Ini bukan tentang Islam. Ini kecenderungan psikologi manusia di mana yang

merasa minoritas biasanya akan bereaksi dengan berkumpul bersama,

berorganisasi, bikin gank atau apalah, demi mendapatkan sebuah kekuatan dari

jumlah yang besar.

Kalau mau jujur, sepertinya jamaah Maiyah juga bisa dikatakan semacam

‘kumpulan’ orang-orang. Saya pribadi belum berani mengambil kesimpulan

apakah anggotanya adalah kumpulan orang-orang minoritas atau bukan. Yang

pasti kita bisa mencari sebenarnya jenis ‘kekuatan‘ yang mana yang dicari oleh

Jamaah Maiyah ini. Politik, ekonomi, sosial-budaya?

Page 92: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 92

Kekuatan politik. Untuk menjadi sebuah kekuatan politik, sekumpulan orang

seharusnya (harus ala Indonesia) membentuk sebuah partai politik. Ada

anggotanya, ada organisasinya, ada pengurusnya dan tak lupa ada lambangnya

untuk dicoblos. Oh, maksud saya dicontreng. Tapi sepengamatan saya Jamaah

Maiyah belum pernah bergerak ke arah itu. Berarti mungkin bukan kekuatan

politik yang dicari.

Kekuatan ekonomi. Untuk menjadi kekuatan ekonomi, sekumpulan orang

biasanya membuat sebuah perusahaan, atau minimal perjanjian di antara

mereka. Yang efeknya adalah, mereka yang ada dalam perjanjian tersebut

merupakan satu entitas di mata dunia ekonomi. Contohnya begini, saham

perusahaan bisa berfluktuasi sesuai keadaan pasar global. Akan tetapi gaji pekerja

dalam perusahaan tidak fluktuatif seperti sahamnya. Jadi perkumpulan yang

bertujuan sebagai kekuatan ekonomi, paling tidak memiliki komitmen di antara

satu anggota dengan anggota yang lain untuk bersama-sama sebagai satu

kesatuan yang utuh dalam menghadapi pasar luas. Lagi-lagi saya pribadi tidak

melihat ini di Jamaah Maiyah.

Kekuatan sosial budaya. Kemampuan untuk mempengaruhi atau menahan

sebentuk kondisi. Mungkin di Jamaah Maiyah kita bisa mengatakan ‘ada’ tentang

pembentukan kekuatan ini, walaupun untuk mendapatkan ukuran secara pasti

dan kuantitatif akan sangat tidak mudah.

Ketika terlibat di lingkungan ini, dari tindak-tanduk, kebiasaan, dan mekanisme,

saya melihat sebuah potensi yang berbeda. Jamaah Maiyah tidak membentuk

sebuah padatan yang diterjemahkan menjadi kekuatan. Jamaah Maiyahsepertinya

Page 93: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 93

berusaha mencari dan menemukan bahan mentah (cair) yang bisa membentuk

padatan-padatan tersebut.

Semoga tidak terlalu muluk-muluk jika saya mempunyai harapan yang besar

bahwa Jamaah Maiyah mampu membentuk sebuah jenis kekuatan yang baru.

Yaitu kekuatan NILAI. Sebuah kekuatan yang mendasari kekuatan-kekuatan yang

lain. Kekuatan nilai yang matang akan bisa diterjemahkan menjadi kekuatan-

kekuatan yang lain. Dan kekuatan-kekuatan yang terbentuk dari kekuatan nilai

akan menjadi sesuatu yang lebih komprehensif untuk (dalam) kebersamaan.

Kekuatan ekonomi yang mampu memaslahatkan banyak orang, kekuatan politik

yang bertanggung jawab, dan kekuatan sosial politik yang cerdas dan tidak

dangkal-romantis.

Tentu itu sekadar harapan dan pandangan. Yang bisa mendefinisikan Jamaah

Maiyah adalah Jamaah sendiri. Ketika ini adalah kekuatan nilai, berarti semua

sudah dewasa menghadapi ekonomi, politik, sosial dan budaya. Sampai titik yang

manakah kita sekarang? []

Page 94: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 94

Konser8

by Komunitas Kenduri Cinta

1. Tahun 1996, brsm #caknun, @kiaikanjeng meluncurkan album "Kado

Muhammad". Hit album itu adlh TOMBO ATI yg dilantunkan dg bait2 puisi.

2. Sambutan masyarakat sangat luar biasa. Mulailah shalawat & syair khasanah

masyarakat Islam mendapatkan perhatian secara nasional.

3. Sampai saat ini, @kiaikanjeng tlah mengunjungi lbh dr 21 propinsi, 384

kabupaten, 1030 kecamatan & ribuan desa di seluruh Indonesia.

4. Gamelan @kiaikanjeng bukan nama grup musik, melainkan nama sebuah

konsep nada pd alat musik gamelan yg diciptakan oleh Novi Budianto.

5. Walau berbagai alat musik dimainkan pd kelompok musik ini, namun GAMELAN

bisa disebut sebagai ciri khas piranti musikal @kiaikanjeng.

6. Meski wujud lahiriah sama persis dengan gamelan Jawa pd umumnya, gamelan

@kiaikanjeng sesungguhnya bukan lagi sekadar gamelan Jawa.

7. Dlm khasanah musik Jawa, (lazimnya gamelan) sistem tangga nadanya adlh

laras pentatonis. Terbagi pd dua jenis nada: pelog dan slendro.

8. Maka gamelan yg digubah oleh Novi Budianto ini (gamelan @kiaikanjeng) tidak

berada pd jalur salah satunya, alias bkn pelog bkn slendro.

9. Meski bila ditinjau dr segi bahan & bentuk, gamelan @kiaikanjeng ttp sama dg

gamelan Jawa pd umumnya. Perbedaan terletak pd jmlh bilahan.

10. Serta, kenyataan bahwa gamelan @kiakanjeng juga merambah ke wilayah

diatonis, meski tidak sepenuhnya. Ini keunikan gamelan @kiaikanjeng.

Page 95: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 95

11. Keunikan td, memungkinkan eksplorasi musikal @kiaikanjeng merambah ke

mana saja aliran musik. Membuat musik mereka bersifat adaptif.

12. @kiaikanjeng adlh kelompok musik 'plus' mencoba menjalankan kemerdekaan

alias tak terkungkung pada satu-dua jenis aliran musik.

13. Pelarasan nada ini oleh Novi Budianto pd mulanya dipilih atas pengalamannya

menata musik-puisi #caknun sejak berproses brsm di Dinasti.

Page 96: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 96

Kira-kira Tuhan Pilih Yang Mana?

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 09 Desember 2009 jam 10:04

Ditulis Oleh: Muhammad Ainun Nadjib

Kira-kira Tuhan suka yang mana dari tiga orang ini?.

Pertama, orang yang shalat lima waktu, membaca al-quran, membangun masjid,

tapi korupsi uang negara.

Kedua, orang yang tiap hari berdakwah, shalat, hapal al-quran, menganjurkan

hidup sederhana, tapi dia sendiri kaya-raya, pelit, dan mengobarkan semangat

permusuhan.

Ketiga, orang yang tidak shalat, tidak membaca al-quran, tapi suka beramal, tidak

korupsi, dan penuh kasih sayang?”

Kalau saya,memilih orang yang ketiga. Kalau korupsi uang negara, itu namanya

membangun neraka, bukan membangun masjid. Kalau korupsi uang rakyat, itu

namanya bukan membaca al-quran, tapi menginjak-injaknya. Kalau korupsi uang

rakyat, itu namanya tidak sembahyang, tapi menginjak Tuhan. Sedang orang yang

suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang, itulah orang yang

sesungguhnya sembahyang dan membaca al-quran.

Page 97: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 97

Komposisi Debu dan Aransemen Ruh

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 20 Oktober 2010 jam 11:07

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Setiap ayat Allah sesungguhnya mengandung dimensi-dimensi yang sangat

kompleks dan sangat penuh ketidakterdugaan. Misalnya, ada ayat yang

kelihatannya cuma perintah perilaku sederhana yang menyangkut akhlak, tapi

ternyata di baliknya tersimpan ilmu fisika, biologi, kimia, dan seterusnya.

Saya dikasih tahu oleh anak saya tentang semacam pemahaman, atau sebut saja

spekulasi, bahwa ruh itu tidak berbeda dengan badan, tidak berbeda dengan

jisim. Jisim itu kulit arinya ruh. Ruh itu pada penampilannya yang paling dangkal,

yang simptoma-simptoma yang sederhana dia itu bernama jisim, tapi seluruhnya

ini sebenarnya adalah dunia ruh. Jadi bukan ini ruh, ini badan, bukan begitu.

Sama dengan jangan ditanyakan apa badan Rasulullah ikut Isra` Mi`raj atau tidak.

Bukan begitu. Karena, ketika beliau naik Buraq dengan percepatan tertentu,

badan beliau berubah atau transformed menjadi energi. Ketika dia memakai

percepatan Mi`raj yaitu kecepatan yang dulu bisa memindahkan istana Bulkis

sekejapan mata sebelum Sulaiman selesai berkedip Istana sudah sampai ke situ.

Dan itulah kecepatan Mi`raj. Pada saat itu tubuh Rasulullah sudah menjadi

barqun, yang menaiki buraqun.

Dia sudah menjadi halilintar, sudah menjadi cahaya maha cahaya.

Page 98: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 98

Jadi ruh dan badan itu tidak berbeda. Bahan dasarnya adalah partikel yang sama.

Yang berbeda adalah komposisi dan aransemennya. Badan itu adalah ketika ruh

mengaransir dan mengkomposisikan diri ke dalam suatu formula yang paling

sederhana, maka dia bernama jisim atau badan.

Siapakah komposer dan arranger? Sehingga kita menyaksikan batu, angin, virus,

buah mangga, dan pada diri kita ini sendiri ada tulang, daging, sungsum, darah,

nanah, ingus, bahkan juga segumpal hati yang berisi ruang tak terhingga, serta

sekepal otak yang sistem hardware sedemikian canggih dan sistem software-nya

sedemikian tak kita kenali - siapakah gerangan Sang Komposer dan Arranger?"

Kata anak saya, kalau manusia bisa menguakkan rahasia amr, rahasia perintah,

yang di genggaman tangan-Nya terdapat 'partitur' segala sesuatu dalam

kehidupan ini -- maka kita bisa meracik pasir dengan campuran tertentu menjadi

emas, bisa mengubah kain celana menjadi nasi goreng.?

Page 99: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 99

Kostum Agama

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 07 September 2009 jam 12:21

Ditulis Oleh: Muhammad Ainun Nadjib

Budaya keagamaan islam mencapai puncak kemeriahannya terutama pada bulan

Ramadhan. Televisi berlomba menggelar mubaligh dan presenter. Berbagai

busana muslim-muslimah kita tonjolkan. Hiasan dan konsum warna-warni mewah

meriah kita pajang. Saya sendiri berusaha menyesuaikan diri, sehinggak untuk

keperluan shooting saya pinjam sarung untuk kemul-kemul. Untuk siapakah

semua itu dipertunjukkan? Untuk Allah, untuk bulan ramadhan, atau untuk

pemirsa? Kita ber-husnudhan bahwa kita ini semua sangat mencintai dan

menghormati Allah. Hanya saja, seakan-akan hanya pada bulan ramadhan saja

Allah hadir. Seolah-olah hanya pada bulan ramadhan saja kita semua berhadapan

dengan Allah. Dan kalau sesudah selesai acara lantas kita berganti pakaian yang

asli seakan-akan hanya didepan kamera saja kita menghormati Allah. Saya sangat

takut jangan-jangan Allah merasa kita bohongi.(Dikutip dari hikmah puasa)

Page 100: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 100

Lupa dan Salah

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 30 Juli 2010 jam 11:51

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Ada 4 jenis Kelupaan atau Kesalahan dalam diri manusia.

Pertama, namanya 'Nisyan', itu artinya lupa, tapi lupa dan melupakan itu berbeda.

Kalau lupa itu gak ada kesalahan, tidak ada pasal hukumnya, pasal akhlak maupun

akidahnya, tapi kalau melupakan itu suatu tindakan moral, suatu tindakan yang

bisa menyentuh batas hukum, baik hukum negara maupun akhlak.

Yang kedua, namanya 'Qoto', itu salah. Kesalahan juga ada 2 macam, kesalahan

teknis manajemen, ada kesalahan dalam arti bermakna moral, misalnya saya ujian

berhitung matematik, saya melakukan kesalahan, saya tidak dosa karena saya ada

kekeliruan ngitung, kalau keliru ngitung-nya ini dalam administrasi negara, dalam

klausul-klausul, policy-policy aturan, ini bukan kesalahan intelektual, ini sebagai

kesalahan moral.

Nomer ketiga, namanya 'Dhulm', itu artinya aniaya, penindasan, penganiayaan.

Jadi ini ketika lupa dan kesalahan sudah pada tingkat dimana kekuatan

berbenturan pada manusia. Yang kuat ke yang lemah dan terjadi pada berbagai

macam lini, bidang atau level pada kehidupan manusia. Ada penganiayaan dalam

arti praksis politik kekuasaan, dalam arti violence, kekerasan. ada kekerasan fisik

pakai peluru, pakai sepatu lars. Ada kekerasan kata-kata, ada kekerasan tayangan,

ada kekerasan religius.

Page 101: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 101

Yang keempat 'junun', namanya Junun itu dari kata jin, jadi 'something outside of

the logics' itu namanya majnun. Jin itu aplikasi kemahlukannya, majnun itu orang

biasa, orang manusia yang ditimpa oleh junun. Kata junun bisa dijelaskan secara

psikiatrik maupun psikologis. Cinta kalau disakiti terus menerus akan menjadi

kebencian, tapi kalau engkau menyelam kedalam apa yang disebut kebencian

sesungguhnya dia adalah cinta yang tulus.[]

Page 102: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 102

Makalah Diskusi Forum Martabat: Pertanyaan

dalam "Bertanya"

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 03 Agustus 2010 jam 12:45

Ditulis Oleh: Sabrang Mowo Damar Panuluh

“Segelas kopi panas, diminum dikala sore hari sambil ngobrol-ngobrol sembari

menikmati rokok yang baru kemarin lusa difatwa haram, benar-benar membuat

sore ini terasa sangat nikmat.”

Jawab dengan jujur, dengan sekali baca cerita diatas, bagaimana reaksi anda ?

membayangkan suasana sore hari yang nikmat, membayangkan gelak canda tawa

sekelompok orang, membayangkan dua orang ngobrol ngga jelas sambil

melamun, atau justru mengkernyitkan dahi?

Prekonsepsi pengalaman sore hari yang biasa pembaca alami sangat

mempengaruhi ‘hantaman imajinasi’ pertama sebagai respon terhadap cerita

diatas. Jika anda diberi kesempatan melontarkan satu pertanyaan untuk menggali

informasi lebih dalam, kira-kira apa yang akan anda tanyakan ?

Dari teori bertanya yang selama ini kita kenal, yaitu 5W 1 H (What, why, where,

who, when dan how), kira-kira yang mana yang akan anda lontarkan ? Atau teori

itu justru tidak menjadi pedoman ketika anda bertanya?

Page 103: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 103

Ada teori lain tentang ‘pertanyaan’ yang saat ini tidak begitu populer, (mungkin

karena baru dikarang) yang disebut PRWT (Pitakonan Ra Waton Takon), jangan

dikritik dulu, ini juga baru dikarang. Teori ini mengatakan bahwa setiap

pertanyaan harus mempunyai syarat, prasyarat dan kerangka yang jelas pada

peta yang lebih luas. Samasekali bukan untuk menggantikan 5W1H, teori ini justru

mencoba menambahkan apa yang masih belum terdefinisikan dalam 5W1H.

Sebelum menentukan jenis pertanyaan yang akan dilontarkan, adalah wajib

memastikan bahwa si penanya dan yang ditanya mempunyai ‘bahasa’ yang sama

(duh ). Ngga lucu juga si penanya pakai bahasa Jawa sementara yang ditanya

berbahasa Swahili. Bisa saja terjadi, tapi maksud saya adalah ‘bahasa’ pada level

pemahaman. Setiap bangsa, setiap budaya, setiap suku, bahkan setiap orang

mempunyai ‘bahasa’nya sendiri. Kata yang terucap tidak selalu mempunyai

makna yang sama untuk pengucapnya, walaupun tidak sama sekali berbeda. Mari

ambil contoh populer. Cinta, tanyakan definisinya pada 100 orang dan anda akan

mempunyai 100 jenis jawaban.

Jika anda mengatakan bahwa tidak mungkin kita mengkonfirmasi bahwa semua

kata bisa tersampaikan sempurna, saya setuju. Tapi adalah kewajiban penanya

untuk meminimalisir dicrepancy pemahaman kata. Disini kata kuncinya adalah

menghindari ambigu atau bahkan salah faham.

Pernahkah anda berargument dengan diri anda sendiri ? sepertinya tidak harus

menjadi orang gila untuk punya penglaman tersebut. Jika anda belum pernah,

mungkin ada baiknya sekali-sekali dicoba. Paling tidak, berguna ketika tidak ada

lawan ngobrol dikala sepi. usul saya cobalah tanyakan pertanyaan ini pada

pertanyaan yang akan anda tanyakan.

Page 104: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 104

Pertama, tujuan/fungsi pertanyaan ini apa ya ? Untuk menggali informasi,

memancing informasi, memancing emosi, mengerucutkan tema bahasan,

melebarkan tema bahasan, mengganti tema, menghabiskan waktu, mengajak

berkonklusi dst dst … sangat banyak kemungkinan. Dengan modal itu, konsep

pertanyaan akan menjadi lebih terarah karena anda akan siap dengan reaksi

lanjutannya.

Kedua, apakah pertanyaan saya mengandung asumsi pribadi yang belum

terkonfirmasi oleh object yang ditanya ? Kalau ini belum ‘clear’, potensi ambigu

dan salah faham akan meningkat. Contoh : “Ketika bapak sedang tidak kerja, apa

yang bapak lakukan”. Sepertinya pertanyaan yang sangat innocent. Apakah anda

sudah meluruskan bahwa arti kata “kerja” antara anda dan penanya adalah sama

? misalnya dijawab begini : “Loh dik, kapan saya ngga kerja, orang bernafas saja

sudah saya anggap kerja, ibadah kepada Tuhan”. Tambah ruwet pastinya. Jangan

asumsikan si bapak tidak tahu maksud anda, dia hanya berperilaku jujur terhadap

pemahaman dia kepada kata “kerja”. Kewajiban penanya lah mencari kata yang

lebih tajam atau memberi ‘lambaran’ kepada si bapak agar tidak bisa

‘menghindari’ pertanyaan.

Ketiga, apakah pertanyaan saya ‘sesuai’ ? Sesuai memang kata-kata yang sangat

cair, tidak mudah mendefinisikanya. Karena selalu dibutuhkan kesensitifitasan

terhadap konteks, ruang dan waktu. Faktornya bisa kesopanan, kepantasan,

pilihan istilah, ranah bahasan dll. Keempat, dengan apa saya akan menggali

informasi. Jangan lupa alat bertanya tidak hanya kata-kata yang keluar dari mulut.

Hanya dengan mengernyitkan dahi anda bisa membuat orang berbicara lebih

banyak, hanya dengan senyuman anda akan bisa mendapat respon yang lebih

friendly. Hanya dengan tertawa anda akan bisa membuat object yang ditanya

Page 105: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 105

merasa lebih nyaman mengungkapkan informasi. Dari cerita ‘minum kopi sore

sore’ diatas, siapa diantara pembaca yang bertanya : “nikmat karena rokoknya

haram kah ? (sambil tersenyum)” ?. Anda baru saja membuat pencerita

tersenyum atau bahkan tertawa, yang berarti membuka pintu-pintu pertanyaan

lain yang akan dijawab dengan senyuman. Selamat.

Diskusi Martabat kali ke 7 ini mencoba mencari formula yang berhubungan

dengan ‘pertanyaan’ agar setiap kita bertanya, kritis itu menjadi otomatis, tidak

perlu nyinyir atau amis, tapi praktis, pragmatis dan etis. Pisss !!

*) Pengantar Diskusi Martabat 28 Juli 2010

Page 106: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 106

Makna Spiritual Dan Sosial Ibadah Puasa

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 02 September 2009 jam 10:50

Ditulis Oleh: Muhammad Ainun Nadjib

Tulisan ini bisa dimulai dari perspektif Rukun Islam. Dari syahadah hingga

menunaikan haji di rumah suci Allah. Kita mencoba menjelaskan satu per satu

maqam Rukun Islam tersebut. Dan, pada akhirnya, kita akan melihat maqam

ibadah puasa, yang menjadi topik bahasan tulisan ini. Apakah maqam-maqam itu

saling terkait, atau tidak?

‘Alamat’ dan ‘Jurusan’

Syahadah. Salah satu Rukun Islam berarti ketetapan dan penetapan titik pijak dan

sekaligus arah tujuan gerak kehidupan manusia Muslim. Semacam ‘alamat’ dan

‘jurusan’. Pertama barangkali pada spektrum kosmologis kemudian teologis, baru

kemudian kedua kultural.

Pandangan tentang ’sangkan paran’, semacam alamat historis-kosmologis,

menurut manusia untuk (melalui akal pikiran maupun melalui informasi wahyu,

mawaddah wa rahmah, juga huda, bayyinat, wa furqan) menentukan alamat

teologis (atau a-teologis)nya. Berdasarkan itu maka ia berangkat merumuskan

alamat sosialnya, alamat kulturalnya, juga mungkin alamat politiknya, bahkan

bukan tidak mungkin juga alamat geografisnya. Dengan itu, beda pandang

manusia mengenai dunia, akhirat, dan tentang dunia akhirat menjadi terumuskan.

Page 107: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 107

Menduniakan Akhirat, Mengakhiratkan Dunia, dan Mendunia-akhiratkan

Kehidupan

Pada budaya dan perilaku manusia beserta sistem nilai yang disusun dalam

kolektivitas mereka, ada yang memandang dunia ini sebagai tujuan. Seluruh

aktivitas pribadi, gerakan sosial, pengorganisasian kekuasaan dan kesejahteraan

di antara mereka, dilaksanakan dengan mengandaikan bahwa dunia ini adalah

wadah satu-satunya dari segala awal dan segala akhir.

Wadahnya hanya dunia. Substansinya hanya dunia. Metodenya hanya dunia. Dan,

targetnya juga hanya dunia. Orang lahir, orang bersekolah, orang bekerja, orang

berkuasa, orang berkarier, dalam ‘durasi’ dunia.

Segala sesuatunya akan berbeda dengan pandangan lain yang meletakkan dunia

sebagai titik tolak dan titik pijak untuk melangkah ke akhirat. Sejarah di dunia

dikerjakan sebagai jalan (syari’, thariq, shirath), dan produknya adalah akhirat.

Setiap kegiatan dan fungsi manusia dalam sejarah, selama dunia berlangsung,

berlaku sebagai metoda. Berkedudukan tinggi, berjaya, unggul, atau menang di

antara manusia, tidak dipahami sebagai neraka. Sebab surga dan neraka adalah

produk dari penyikapan (teologis, moral, kultural) manusia atas semua keadaan

tersebut.

Dalam hal ini belum akan kita perdebatan tentang apakah dunia dan akhirat itu

diwadahi oleh dua satuan waktu yang berbeda, atau terletak pada rentang waktu

yang sama, yang dibatasi oleh momentum yawm al-qiyamah, ataukah dunia dan

akhirat itu sesungguhnya berlangsung sekaligus.

Page 108: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 108

Ikrar teologis (yang beraktualisasi kultural) yang dilaksanakan melalui

syahadatain, ibadah lain serta ’syariat’ hidup secara menyeluruh adalah suatu

pengambilan sikap, suatu pilihan terhadap pandangna atas dunia dan akhirat.

Dengan pijakan sikap ini manusia menggerakkan aktivitas sosialnya,

melaksanakan upaya-upaya hidupnya, serta menja-dikannya sebagai pedoman di

dalam memandang, menghayati dan memperlakukan apapun saja dalam

hidupnya.

Tidak termasuk dalam katagori ini pola sikap manusia yang dalam bersyahadat

seakan-akan mengambil keputusan teologis yang memetodekan dunia untuk

target akhirat, namun dalam praktiknya ia lebih cenderung meletakkan dunia

sebagai target dan tujuan.

Kerancuan sikap semacam ini bisa dilatarbelakangi oleh semacam kebutaan

(spiritual), oleh inkonsistensi (mental), oleh kemunafikan (moral), atau oleh tiada

atau tidak tegaknya pengetahuan (intelektual). Yang terjadi padanya adalah

kecenderungan menduniakan akhirat. Sementara pada manusia yang dalam

konteks tersebut tercerahkan spiritualitasnya, yang konsisten sikap mentalnya,

yang teguh moralnya, dan yang tegak pengetahuannya- kecenderungannya

adalah mengakhiratkan dunia, atau dari sisi lain ia bermakna menduniaakhiratkan

kehidupan.

Evolusi Salat dan Idul Fitri-Idul Fitri Kecil

Page 109: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 109

Salat. Ibadah Salat merupakan suatu metode ‘rutin’ kultural untuk proses

pengakhiratan. Momentum-momentum salat lima waktu memungkinkan manusia

pelakunya untuk secara berkala melakukan pengambilan ‘jarak dari dunia’.

Itu bisa berarti suatu disiplin intelektual untuk menjernihkan kembali persepsi-

persepsinya, untuk memproporsionalkan dan mensejatikan kembali pandangan-

pandangannya terhadap dunia dan isinya, sekaligus itu bermakna ia menemukan

kembali kefitrian-diri-kemanusiaan. Salat dengan demikian adalah idul fitri-idul

fitri kecil yang bersifat rutin. Sekurang-kurangnya salat mengandung potensi

untuk membatalkan atau mengurangi keterjeratan oleh dunia. Ini sama sekali

bukan pandangan antidunia. Yang saya maksud, sebagai substansi, target, titik

berat atau tujuan kehidupan.

Ibadah salat dengan demikian adalah suatu transisi sistem yang terus-menerus

mengingatkan dan mengkodisikan pelakunya yang memelihara sikap

mengakhiratkan dunia atau menduniaakhiratkan kehidupan. Ibadah salat

menawarkan irama, yaitu proporsi kedunia-akhiratan yang dialektis berlangsung

dalam kesadaran, naluri dan perilaku manusia.

Kalau kita idiomatikkan bahwa salat itu bermakna pencahayaan (’air hujan’, salah

satu jenis air yang disebut oleh al-Qur’an), maka jenis ibadah berkala ini berfungsi

mencahayai dan mencahayakan kehidupan pelakunya. Mencahayai dalam arti

menaburkan alat penjernihan diri dan persepsi hidup. Mencahayakan dalam arti

memberi kemungkinan kepada pelakunya untuk bergerak dari konsentrasi

kuantitas (benda, materi) menuju dinamika kreativitas (energi) sampai akhirnya

menuju atau menjadi kualitas cahaya (Allahu nur al-samawat wa al-ardl).

Page 110: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 110

Ibadah salat bersifat kumulatif dan evolusioner, sebagimana zakat yang

berlambangkan susu (jenis air lain yang disebut oleh al-Qur’an). Kambing tidak

meminum susunya sendiri, melainkan mendistribusi-kannya kepada anak-anak

dan makhluk lain. Etos zakat adalah membersihkan harta perolehan manusia.

Membersihkan artinya memproporsikan letak hak dan wajib harta. Manusia tidak

memberikan zakat, melainkan membayarkan atau menyampaikan hak orang atau

makhluk lain atasnya.

Revolusi Puasa, Melampiaskan dan Mengendalikan

Puasa. Berbeda dengan salat dan zakat, ibadah puasa bersifat lebih ‘revolusioner’

radikal dan frontal. Waktunya pun dilakukan pada masa yang ditentukan, seperti

disebutkan al-Qur’an. Dan, waktu puasa wajib sangat terbatas. Hanya pada bulan

Ramadhan.

Orang yang berpuasa diperintahkan untuk berhadapan langsung atau meng-

engkau-kan wakil-wakil paling wadag dari dunia dan diinstruksikan untuk menolak

dan meninggalkannya pada jangka waktu tertentu.

Pada orang salat, dunia dibelakanginya. Pada orang berzakat, dunia di sisinya,

namun sebagian ia pilah untuk dibuang. Sementara pada orang berpuasa, dunia

ada di hadapannya namun tak boleh dikenyamnya.

Orang berpuasa disuruh langsung berpakaian ketiadaan: tidak makan, tidak

minum, dan lain sebagainya. Orang berpuasa diharuskan bersikap ‘tidak’ kepada

Page 111: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 111

isi pokok dunia yang berposisi ‘ya’ dalam substansi manusia hidup. Orang

berpuasa tidak menggerakkan tangan dan mulut untuk mengambil dan memakan

sesuatu yang disenangi; dan itu adalah perang frontal terhadap sesuatu yang

sehari-hari meru-pakan tujuan dan kebutuhan.

Puasa adalah pekerjaan menahan di tengah kebiasaan menum-pahkan, atau

mengendalikan di tengah tradisi melampiaskan. Pada skala yang besar nanti kita

bertemu dengan tesis ini; ekonomi-industri-konsumsi itu mengajak manusia untuk

melampiaskan, sementara agama mengajak manusia untuk menahan dan

mengendalikan. Keduanya merupakan musuh besar, dan akan berperang frontal

jika masing-maisng menjadi lembaga sejarah yang sama kuat.

Sementara ibadah haji adalah puncak ‘pesta pora’ dan demonstrasi dari suatu

sikap, pada saat dunia disepelekan dan ditinggalkan. Dunia disadari sebagai

sekadar seolah-olah megah.

Ibadah thawaf adalah penemuan perjalanan sejati sesudah seribu jenis perjalanan

personal dan personal yang tidak menjanjikan kesejatian dan keabadian. Nanti

kita ketahui gerak melingkar thawaf adalah aktualisasi dasar teori inna lillahi wa

inna ilayhi raji’un. Suatu perjalanan nonlinier, perjalanan melingkar perjalanan

siklikal, perjalanan yang ‘menuju’ dan ‘kembali’nya searah.

Ihram adalah ‘pelecehan’ habis-habisan atas segala pakaian dan hiasan keduniaan

yang palsu status sosial, gengsi budaya, pangkat, kepemilikan, kedudukan,

kekayaan, atau apapun saja yang sehari-hari diburu oleh manusia. Sehabis

berihram mestinya sang pelaku mengerti bahwa nanti kalau ia pulang dan hadir

Page 112: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 112

kembali ke kemegahan-kemegahan dunia–tak lagi untuk disembahnya atau

dinomorsatukannya. Karena ihramlah puncak mutu dan kekayaan.

Tauhid Vertikal dan Tauhid Horisontal

Adapun apa, ke mana, dan bagaimanakah sesungguhnya yang dijalani oleh para

pelaku Rukun Islam, terutama yang ber’revolusi’ dengan puasa?

Pilar utamanya adalah tauhid vertikal (tawhid ilahiyyah) dan tauhid horisontal

(tawhid basyariyyah). Tauhid itu proses penyatuan. Penyatuan (ilahiyyah) ke atau

dengan Allah, serta penyatuan ke atau dengan sesama manusia atau makhluk,

memiliki rumus dan formulanya sendiri-sendiri.

Perlawanan terhadap dunia, penaklukan atas diri dan kehidupan untuk

diduniaakhiratkan yang ditawarkan oleh ibadah puasa–sekaligus berarti proses

deindividualisasi, bahkan deeksistensialisasi. Tauhid adalah perjalanan

deeksistensialisasi, pembebasan dari tidak pentingnya identitas dan rumbai-

rumbai sosial keduniaan di hadapan Allah. Segala kedudukan, fungsi dan peran di

dunia dipersembahkan atau dilebur ke dalam eksistensi sejati Allah dan kasih

sayang-Nya. Tauhid sebagai perjalanan deindividualisasi berarti menyadari dan

mengupayakan proses untuk larut menjadi satu atau lenyap ke dalam wujud-

qidam-baqa’ Allah. Manusia hanya diadakan, diselenggarakan seolah-olah ada,

ada-nya palsu–oleh Yang Sejati Ada.

Page 113: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 113

Yang juga ditawarkan oleh puasa adalah proses dematerialisasi, atau peruhanian

atau dalam konteks tertentu pelembutan dan peragian. Dematerialisasi bisa

dipahami melalui, umpamanya, konteks peristiwa Isra’ Mi’raj. Rasulullah

mengalami proses transformasi dari materi menjadi energi menjadi cahaya. Maka,

dematerialisasi vertikal bisa berarti mempersepsikan, menyikapi dan mengolah

materi (badan, pemilikan, dunia, perilaku, peristiwa) untuk dienergikan menuju

pencapaian cahaya. Fungsi sosial dikerjakan, managemen dijalankan, musik

diciptakan, karier ditempuh, ilmu digali dan buku dicetak, uang dicari dan harta

dihamparkan–tidak dengan orientasi ke kebuntuan dunia sebagai materi yang

fana, melainkan digerakkan ke makna ruhani, pengabdian dan taqarrub kepada

Allah, sampai akhirnya masuk dan bergabung ke dalam ‘kosmos’ dan sifat-Nya.

Proses dematerialisasi, proses ruhanisasi atau proses transformasi menuju

(bergabung, menjadi) Allah, meminta hal-hal tertentu ditanggalkan dan

ditinggalkan. Dalam bahasa sehari-hari orang bilang: jangan mati-matian mencari

hal-hal yang tidak bisa dibawa mati.

Menanggalkan dan meninggalkan itu mungkin seperti perjalanan transformasi

padi menjadi beras, dan menjadi nasi. Padi menjadi beras dengan menanggalkan

kulit. Beras juga padi, tapi beras bukan lagi padi, sebagaimana padi belum beras.

Nasi itu substansinya padi atau beras, tapi sudah melalui proses suatu pencapaian

transformatif. Para pemakan nasi tidak antipadi, tapi juga tidak makan padi dan

menanggalkan kulit padi. Pemakan nasi sangat membutuhkan beras, tapi tidak

makan beras dan tidak membiarkan beras tetap jadi gumpalan keras. Pemakan

nasi memproses bahan dan substansi yang sama menjadi atau menuju sesuatu

yang baru.

Page 114: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 114

Jadi, jika pemburu atau pengabdi Allah tidak antidunia, tidak antimateri, tidak

antibenda, tapi juga tidak menyembah benda, melainkan mentransformasikan

(mengamalsalehkannya), meruhanikannya (menyaringnya menjadi bermakna

akhirat). Bahkan manusia akan menanggalkannya dan meninggalkan dirinya

sendiri (gumpalan individu, wajah, badan, performance, eksistensi dunia), karena

‘dirinya’ di akhirat, dirinya yang bergabung ke Allah adalah sosok amal salehnya.

Pada ‘citra’ waktu, dematerialisasi, peruhanian, deindividualisasi, dan

deeksistensialisasi berarti pengabdian. Pembebasan dari kesementaraan. Yang

ditanggalkan dan ditinggalkan adalah kesementaraan. Segumpal tanah bersifat

sementara, tapi ia difungsikan dalam sistem manfaat dan rahmat, maka fungsinya

itu mengabdi. Sebagaimana gumpalan badan kita serta segala materi eksistensi

kita bersifat sementara, yang menjadi abadi adalah produk ruhani pemfungsian

atas semua gumpalan itu.

Melampiaskan dan Mengendalikan

Juga dalam proses tauhid horisontal, penyatuan berarti sosialisasi pribadi. Kalau

masih pribadi yang individualistik (ananiyyah), ia gumpalan. Begitu integral-sosial

(tawhid basyariyyah), ia mencair, melembut. Yang ananiyyah itu temporer dan

berakhir, yang tauhid basyariyah itu baqa’ dan tak berakhir.

Identitas sosial, harta benda, individu, segala jenis pemilikan dunia, dienergikan,

diputar, disirkulasikan, didistribusikan, dibersamakan atau diabadikan ke dalam

keberbagian sosial. Itulah peruhanian horisontal.

Page 115: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 115

Karena itu, proses-proses menuju keadilan sosial, kemerataan ekonomi, distribusi

kesejahteraan, kebersamaan kewenangan dan lain sebagainya–sesungguhnya

merupakan aktualisasi tauhid secara horisontal.

Kita tinggal memperhatikan setiap sisi, segmen dan lapisan dari proses sosial

umat manusia (pergaulan, kebudayaan, negara, sistem, organisasi) melalui terma-

terma materialisasi versus peruhanian, satu versus kemenyatuan,

pensementaraan versus pengabdian, penggumpalan versus pelembutan, sampai

akhirnya nanti pelampiasan versus pengendalian. Budaya ekonomi-industri-

konsumsi kita mengajak manusia untuk melampiaskan. Sementara agama

menganjurkan manusia untuk mengendalikan. Kalau kedua arus itu sama-sama

menemukan lembaga dan kekuatan sejarahnya yang berimbang, konflik

peradaban akan serius.

Ibadah puasa merupakan jalan ‘tol’ bagi perjuangan manusia untuk mencapai

kemenangan di tengah tegangan-tegangan konflik tersebut. Juga dalam

pergulatan antara iradah al-nas dalam arti individualisme individu-kecil dengan

iradah Allah Individu Besar Total.

Kita bisa menolak ke terma sab’a samawat, tujuh langit– Roh-Benda-Tumbuhan-

Hewan-Manusia- Ruhanisasi-Ruh– bisa kita temukan siklus-siklus kecil dan besar

proses peruhanian yang diselenggarakan oleh manusia.

Atau terma Empat ‘Agama’–’agama’intuitif-instinktif, ‘agama’ intelektual, ‘agama’

wahyu, serta ‘agama atas agama’--kita bisa menemukan bahwa ketika penerapan

wahyu –Agama terjebak menjadi berfungsi gumpalan-gumpalan, maka ‘agama

atas agama’ merupakan fenomena peruhanian, kristalisasi substansi. Semua

manusia bekerjasama menempuh nilai-nilai inti peruhanian yang mengatasi

gumpalan-gumpalan aliran, sekte, kelompok, mazhab atau organisasi agama.

Page 116: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 116

Terma lain yang mungkin bisa kita sentuh adalah cakrawala puasa la’allakum

tattaqun. Produk maksimal puasa bagi pelakunya adalah derajat dan kualitas

takwa. Dalam terapan empiriknya, kita mencatat stratifikasi fiqh/hukum-akhlak-

takwa. Kondisi peradaban umat manusia masih tidak gampang untuk sekadar

mencapai tataan manusia fiqh/hukum atau budaya fiqh/hukum. Apalagi naik lebih

lagi ke level akhlak dan takwa. []

__________

arsip/1996

Page 117: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 117

Manajemen adalah.......

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 22 Juli 2010 jam 10:58

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Manajemen bukanlah kita punya sayur-sayuran lantas kita memasaknya.

Manajemen adalah tidak punya apa-apa tapi sanggup menyuguhkan sayur kepada

orang yang memerlukan.

Manajemen adalah ditiadakan namun mampu menjadi lebih ada dibanding pihak

yang meniadakan.

Manajemen adalah kaki diborgol kemudian memenangkan lomba lari melawan

orang yang memborgol.

Manajemen adalah sayapmu dipangkas namun mampu terbang lebih cepat,

tinggi, dan jauh dibanding mereka yang memangkas sayapmu.

Manajemen adalah hampir tak ada air tapi bisa mandi dan menjadi lebih bersih

dibanding pencuri airmu.

Manajemen adalah engkau tak boleh bicara, tak ditampilkan, tak ditayangkan, tak

dianggap ada, namun mampu hadir lebih mendalam dan evergreen didalam kalbu

orang banyak dibanding mereka yang membunuh eksistensimu atau mereka yang

diunggul-unggulkan dimuan-muat ditayang-tayangkan dibesar-besarkan siang

malam oleh penindasmu.[]

Page 118: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 118

MATINYA SANG PENTAFSIR

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 19 Februari 2010 jam 9:37

Ditulis Oleh: Ratri Dian Ariani

Pernah Cak Nur (Dr. Nurcholish Madjid) mengatakan bahwa 3,4% dari Alquran

memuat perkara ibadah mahdhoh, sedangkan sisanya yang 96,6%-nya

membicarakan ibadah muamalah. Kitab suci Alquran keberlakuannya universal,

melintasi batas-batas teritori dan rentang waktu. namun nyatanya pada wilayah

tafsir, sangat mungkin menjadi sangat berbeda antara satu kepala dengan yang

lain. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah siapa saja yang ber-'hak'

melakukan penafsiran itu? Di wilayah mana kita memenuhi syarat melalkukan

tafsir?

Pada majlis kali ini kita akan memetakan apa itu sinkretisme, hibridasi, dan

multikulturalisme. Kemudian kita akan menyimpulkan apakah plural itu esensi

dalam aufklarung?

Nursamad Kamba

Filsafat bicara soal apakah kebenaran itu bernilai mutlak atau relatif. Melalui kisah

Nabi Yusuf alaihissalam, Allah mengakui adanya kebenaran yang diliputi

Page 119: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 119

kebathilan. Saudara-saudara Yusuf membajui kebathilan yang mereka rencanakan

melalui logika yang merreka sampaikan pada sang ayah, Ya'qub alaihissalam.

Bisa jadi, Allah membiarkan hamba-nya melakukan perbuatan bathil, dan pada

waktunya Dia akan memberikan balasan yang seberat-beratnya.

Piagam Madinah memberikan pelajaran pada kita bahwa masyarakat tidak usah

repot-repot mencari pemerintahan. Poinnya, tidak ada seorang pun yang boleh

menganggur, dengan maiyah sebagai spiritnya. maka pada waktu itu

perekonomian Madinah demikian maju.

Diajarkan pada kita bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam adalah seorang

tukang fatwa, bicara ini halal itu haram.

Dalam sejarah, ada ilmu Islam yang kemudian dilembagakan sehingga menjadi

doktrin. Pada abad 4 Hijriah, lahir ilmu kalam yang saat ini berkembang menjadi

doktrin. Maka ada beberapa orang yang meng-'kafir'-kan siapa saja yang tidak

mengakui Sifat Duapuluh. Padahal, ilmu kalam adalah sebuah pendekatan untuk

memahami aspek-aspek filsafat.

Al-Muhasiby (tahun 300 H), guru dari Imam Al-Ghazali, mengatakan bahwa

penafsiran Alquran tidak ada rumus baku. Penafsiran merupakan interaksi yang

hidup antara hamba dengan Allah, sehingga bukan sesuatu yang aneh jika tafsir

Alquran bervariasi. Pendapat ya pendapat saja. Keberagaman pikiran tidak akan

menimbulkan dampak apapun kecuali memperkaya.

Page 120: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 120

Yang paling berbahaya dari agama adalah ketika agama dilembagakan dalam

forum-forum tertentu, seperti kependetaan contohnya. Ada di sekitar kita

kelompok-kelompok tertentu yang mengklaim kebenaran. Padahal, ilmu ada di

mana-mana. jangan pernah mempersempit ruang kemungkinan ilmu!

Allah memberikan dua pahala pada mujtahid atas ijtihadnya yang benar.

kemudian ketika ternyata ijtihadnya tidak benar, ia tetap mendapatkan satu

pahala. Dari sini kita dapat menyimpulkan adanya ruang kemungkinan yang

ditawarkan Allah. Yang tidak boleh adalah memaksa orang lain untuk mengikuti

ijtihadnya.

Betapa arifnya Rasululah yang mengatakan, "Hikmah ada di mana-mana, siapa

yang mendapatkan di memetiknya." Kita menjadi sengsara karena mengandalkan

ilmu kita sendiri, padahal ilmu Allah dapat diperoleh dengan cara bermaiyah

dengan Allah, Rasululah, dan makhluk-makhluk-Nya.

Kondisi bangsa kita dapat dianalogikan sebagai perahu. Problem ada bukan pada

penumpang atau nakhodanya saja, melainkan pada perahunya (sistemik).

Sedangkan jika kita bicara kosmologi, problem mungkin ada pada samuderanya.

Baginda Siregar (Masyarakat Hukum Indonesia)

Memberikan antitesis pada apa yang telah disampaikan sebelumnya, Baginda

berpijak pada kenyataan bahwa alquran terdiri dari ayat-ayat muhkamat dan

Page 121: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 121

mutasyabihat. Hukum merupakan seperangkat norma dan sanksi. Berjalannya

hukum mensyaratkan adanya pemerintahan atau kekuasaan.

Hukum Islam bukanlah potong tangan, rajam, jilid, dan sebagainya, melainkan

'dilarang mencuri', dilarang 'berzina'. Poin hukum adalah pada norma yang

berupa perintah dan larangan. Norma-norma itu tetap keberlakuannya.

Indonesia telah bersepakat mengakui KUHP sebagai sistem hukum. yang menjadi

permasalahan adalah kita tidak konsisten dalam menerapkan hukum. Hukum

digunakan untuk akal-akalan, dan yang pertama kali menjual hukum adalah

masyarakat, aparatur hukum hanya berposisi sebagai pembelinya. Maka

kesadaran hukum harus dimulai dari masyarakat.

Setelah itu ada Mas Arya sebagai pembicara, yang menilik persoalan-persoalan

negara ini dari perspektif ekonomi.

Masyarakat kita adalah masyarakat yang mampu survive pada kondisi apapun,

yang didorong oleh faktor imunitas dan kreativitas. Jangan sampai negara

mengambil langkah-langkah yang dapat berakibat pada terbunuhnya dua potensi

itu.

Dalam bargaining position, ada unsur bargaining power dan bargaining value.

Kalau ditarik bisa sampai pada 'mati sajroning urip'.

Page 122: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 122

Ada tiga konsep Tuhan dalam sejarah tiga nabi. Musa meletakkan Tuhan sebagai

'Dia', Isa sebagai 'Aku', dan Muhammad sebagai 'Engkau'. Hal serupa terjadi juga

dalam agama ardhi. Agama Hindu mengenal tuhan yang banyak, Buddha

mengenal-Nya sebagai seseorang yang telah menjadi brahman sedangkan agama

Jawa mengenal-Nya sebagai Sang Hyang Tunggal.

Pada puncaknya, Kiai Budi menghamparkan 'sajak-sajak'-nya yang --as usual--

mendobrak kedalaman hati. Saya tak mampu menuliskannya di sini. (Kenduri

Cinta tanggal 12 Februari 2010)

Page 123: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 123

Membaca Sajak-Sajak Emha: membaca perjalanan

sujud

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 14 Desember 2009 jam 9:29

Ditulis Oleh: Sedopati Sukandar

Karena hidupku tidak bersih maka selalu kuincar

Engkau untuk jadi muatan utama perjalananku

Sebab kalau toh kelak Engkau tak menerimaku

Aku masih akan berani menangis-nangis

Ke hadiratMu dengan bergumam-gumam

Untuk hatiku sendiri bahwa sekotor-kotor

Hidupku dulu tetap kukejar Engkau (Karena Aku kotor, 5, Emha Ainun Nadjib)

Sepertinya Emha adalah orang yang dengan terus terang dan lantang berkabar

tentang tak ada yang kita miliki selain Allah azza wa jalla, tak ada yang bisa kita

andalkan dalam setiap jangkah kehidupan selain Dia. Puisi-puisi, ceramah-

ceramah dan segudang ruang yang menampungnya senantiasa bermuatan dan

menempatkan Tuhan sebagai payung utama dalam perjalanan.

Demikian Cak Nun (panggilan khas unutk Emha Ainun Nadjib) menapaki segenap

lorong kehidupannya. Dalam dunia sastra, puisi-puisinya seperti tak berhenti

menyerukan Asma-asma Allah dan persujudan dia. Sebagaimana yang ia tulis :

Page 124: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 124

‘hamba bukan sekedar pelayan, hamba buruh Paduka/ Hamba bukan sekedar

pembantu, hamba pekatik paduka’ demikikan 2 baris kalimat yang mengawali

sajak ‘Hamba Budak’ dalam kumpulan puisi Tarian rembulan. Emha senantiasa

konsisten mengusung keyakinan yang direngkuhnya. Dalam setiap acara, tidak

pernah dia tidak menyatakan bahwa yang bisa kita lakukan sekarang adalah

menduwur, transenden, merajuk pada pertolonganNya. Terlebih pada kondisi

bangsa kekinian yang sudah hilang arah.

Membaca sajak-sajak Emha seperti mengantar kita pada ruang dengan suasana

yang sarat akan makna ketuhanan atau lebih pas nilai keIlahian. Sering dalam

sajak-sajaknya kita dihentak pada makna dasar manusia yang menurutnya, kita ini

adalah hamba atau budakNya saja. Meski demikian dalam sajak-sajaknya, Emha

juga tak jarang mengajak pembacanya untuk merangkak perlahan ke rumah

persujudan. Emha, dengan kecerdasan bahasa dan dalam membangun suasana,

mampu menyorong seseorang pada wilayah ketuhanan dengan terkadang tanpa

disadari oleh si pembaca. Semisal dalam sajak Nyanyian Gelandangan, Emha

dengan lantang menyurakan potret dan wajah gelandangan dan pada puncak-

puncak sajak ia mengajak pada sebuah ruang yang tak lain adalah ruang

persujudan yang agak aneh.

Dalam sajak yang panjang itu kita diajak ziarah pada rumah gelandangan sekaligus

pada rumah besar tempat mereka tinggal yang pengap dan berjejal soal. Dengan

selingan dan dialog-dialog yang menggoda, dalam sajak itu kita seakan menjadi

timbul tenggelam di air dan sampai akhirnya kita megap-megap dan percaya

bahwa kita berada pada keadaan yang menyedihkan dan butuh pertolongan.

Memang sebagian besar sajak-sajak Emha akan sangat hidup ketika dibacakan

olehnya dan inilah yang juga menjadi salah satu kelebihan Emha dalam

memindahkan nilai yang ia bawa ke para pembaca ataupun pendengarnya. Emha

Page 125: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 125

juga mempunyai kemampuan yang sangat cukup dalam membawa sajak-sajaknya

pada orang-orang di sekitarnya, lewat pembacaan yang tak jarang dibarengi

alunan dan irama musik.

Menggelinding begitu saja, namun terkadang menderas dan sesekali mendayu.

Kemampuan meramu kata dan menyampaikan menjadikan Emha tidak saja bisa

menulis puisi namun juga membacakannya. Terlepas dari kemampuan yang

sangat cukup itu, yang terasa sangat jelas tentu adalah isi dari sajak-sajaknya yang

sebagian besar adalah refleksi perjalanannya. Baik sisi spiritual. intelektual

ataupun perjalanan sosialnya. Ia mengemasnya dalam rangkaian sajak yang

beraneka ragam namun kemudian seperi menyatu dalam satu warna, satu muara

pada akhirnya : persujudan. Inilah yang kemudian menjadikan pembaca sajaknya

bisa hampir jelas melihat langkah perjalanan yang sedang ditempuh Emha. Para

pembaca hampir bisa melihat apa yang menjadi kegundahan dan cita-cita Emha.

Seperti yang banyak juga ia sampaikan dalam beragam perjumpaan dengan

beragam strata masyarakat, bahwa yang harus dipegang teguh adalah keberanian

kita untuk menjadi khalifah yang mampu membawa setiap yang dijumpa pada

sebuah persujudan padaNya. Dalam sajak-sajaknya Emha konsisten dengan hal

itu. Perjalanan Emha memang tidak hanya pada karya puisi saja, cukup banyak

ruang telah ditempuhnya dan ini tentu juga mencipta ruang tersendiri bagi para

pembaca karya—karyanya untuk setidaknya memandang dia. Namun terlihat saat

membaca sajak-sajaknya, kita mau tidak mau dibawanya pada satu kenyataan

yang mengarahkan bahwa sajak-sajaknya menajdi teropong yang bisa digunakan

untuk melihat gerak dan bahkan kelebat hidupnya.

Page 126: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 126

Membaca sajak-sajak Emha seperti terus membawa kita pada ruang diri dan

permenungan namun juga tindakan. Seperti yang pernah ia tulis dan tanyakan di

baris-baris kalimat pada sebagian puisinya.

Aku bertanya padamu

masih tersediakah ruang

di dalam dada dan akal kepala kita

untuk sesekali berkata kepada diri sendiri

bahwa yang bersalah bukan hanya mereka

bahwa yang melakukan dosa-dosa bukan hanya ia tetapi juga kita

………….

(masih tersediakah ruang, Emha Ainun Nadjib)

Membaca sajak-sajak Emha, seperti mangantar kita pada ruang persujudan yang

tanpa henti, setidaknya bagi saya.

Page 127: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 127

Merendahkan Diri

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 11 Maret 2010 jam 8:24

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Pekerjaan malaikat itu cuma satu, yakni ya’malu ma yu’marun, mengerjakan apa

yang diperintahkan oleh Allah kepadanya. Karena itu, malaikat suci bukan buatan.

Bahkan mereka hanya memiliki kesucian. Tapi kenapa mahluk manusia ditentukan

oleh Allah lebih tinggi daripada malaikat? Kenapa para mahluk suci itu harus sujud

kepada Adam?. Tentulah karena manusia diberi tangan kemungkinan, diberi

peluang untuk memperjuangkan diri menuju puncak kapasitasnya – dihadapan

Allah – yang lebih sophisticated dibanding malaikat. Apalagi dibanding iblis.

Tetapi salah satu nilai kemanusiaan yang sering kita anggap luhur adalah

merendahkan diri. Betul-betul merendahkan diri. Kalau kita melakukan keburukan

kita bilang, “Lho, saya kan bukan malaikat”. Padahal kita bisa lebih tinggi

derajatnya dari malaikat.. padahal merendahkan diri tidaklah sama dengan

tawadhu. (Buku Secangkir Kopi Jon Parkiri)

Page 128: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 128

Merenungkan Mutu Kebudayaan

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 19 Juli 2009 jam 13:44

Ditulis Oleh: WS. Rendra

Membangun kebudayaan pada hakikatnya meningkatkan budi dan daya manusia

di dalam mengembangkan mutu dan kesejahteraan hidupnya. Kesejahteraan

hidup manusia harus mengandung mutu untuk kepuasan batin dan pikiran.

Sebaliknya idealisme mutu harus ada kaitannya dengan kenyataan kesejahteraan.

Kesejahteraan yang diperoleh dengan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan

mana bisa menimbulkan ketentraman? Mana mungkin kesejahteraan dibangun

dengan merusak kehidupan kaum lemah dan memorak-porandakan lingkungan

alam? Sebaliknya pula, nilai-nilai mutu yang dipertahankan haruslah mengandung

dinamika yang mampu menjawab tantangan zaman. Apakah gunanya nilai-nilai

yang mengekang perkembangan kehidupan sosial kaum perempuan, misalnya?

Dan apakah gunanya pula nilai-nilai yang menyebabkan masyarakat menjadi

kolot? Meningkatkan budi dan daya manusia pada intinya adalah meningkatkan

kesadaran dan kekuatan daya hidup. Totalitas kesadaran manusia tidak terdiri

dari kesadaran pikiran semata, tetapi juga kesadaran batin dan panca indranya.

Oleh sebab itu, olah kepekaan panca indra yang dikembangkan oleh dunia

persilatan dan seni bela diri, juga dunia kanuragan dan dunia kepanduan pantas

untuk dilestarikan. Sebab pancaindra adalah pintu pertama ke arah penyadaran

terhadap kenyataan-kenyataan kebendaan di luar diri kita.

Pengamatan yang total dan teliti atas kenyataan kebendaan dari zat dan jasad di

dalam alam semesta ini telah mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan

Page 129: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 129

teknologi. Bagi para seniman hal tersebut bisa melahirkan kemampuan untuk

melukiskan kekayaan detail.

Adapun kepekaan batin adalah unsur kesadaran yang paling dalam pada diri

manusia. Iman, cinta, kedamaian, kepuasan dan sejenisnya tidak bisa ditangkap

oleh pancaindra. Bahkan, kadang luput dari pengertian pikiran. Tetapi bisa

seketika dihayati oleh batin.

Ikatan jodoh antara lelaki dan perempuan, antara seorang dengan bangsa dan

tanah airnya, dengan keluarganya, atau sahabatnya adalah ikatan batin. Semua

pengalaman kita yang hanya menjadi pengalaman panca indra dan pikiran akan

sedikit artinya bagi perkembangan kehidupan apabila tidak mendalam menjadi

pengalaman batin. Tanpa penghayatan batin, tidak ada kenikmatan hidup yang

memuaskan manusia. Membangun kebudayaan yang mengabaikan segi

kehidupan batin justru akan menimbulkan keresahan dan ketegangan.

Glamor kebudayaan Sodom dan Gomorah, atau keperkasaan proyek menara

Babil, bukanlah jawaban untuk kepuasan hidup manusia. Karena, tidak

mengandung masukan terhadap batin. Ternyata tujuan tidak bisa menghalalkan

cara. Karena, kita tidak pernah bisa hindar untuk bertanggung jawab kepada batin

kita mengenai cara-cara kita dalam mencapai tujuan. Macbeth dan Duryudana

harus menanggung derita batin yang berat karena cara-caranya dalam meraih dan

mempertahankan kekuasaan.

Elvis Presley, Marilyn Monroe, dan Michael Jackson menjulang dan kaya raya

sampai akhir hidupnya. Tetapi, karena batin yang sakit, mereka tidak bisa

menikmati kejayaannya itu. Di dalam membangun kebudayaan perhatian kepada

Page 130: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 130

kehidupan batin tidak semata-mata terwujud dalam besaran anggaran belanja,

tetapi terutama di dalam ketulusan untuk menciptakan iklim pertumbuhannya.

Harus ada ketulusan politik untuk menciptakan keadaan yang beradab dan

menyingkirkan kebatilan.

Kebudayaan tidak bisa diciptakan dengan kerakusan dan brutalitas. Sebab, batin

manusia akan tersiksa. Di sisi lain, memuliakan batin kita tidak mungkin dilakukan

tanpa memuliakan batin orang lain di dalam kehidupan bersama.

Apabila kesadaran batin adalah dasar kemantapan kebudayaan, kesadaran pikiran

adalah motor kemajuannya. Ia sumber daya cipta yang bisa menyajikan cita-cita

dan konsep untuk hidup bersama. Pikiran mampu bernalar secara sebab-akibat,

sehingga melahirkan filsafat. Pikiran mampu bernalar secara analisis, sehingga

melahirkan ilmu pengetahuan; atau secara paralel sehingga bisa mendekati batin,

selanjutnya melahirkan mistikisme dan kesenian.

Selalu ada halangan di segenap kurun masa untuk memperkembangkan pikiran.

Suatu penemuan pikiran yang akhirnya bisa diterima oleh masyarakat akan

menjadi kesadaran akal sehat kolektif. Pemikiran baru yang datang kemudian,

kadang-kadang sangat sulit untuk membuka dan memperkembangkan akal sehat

kolektif itu.

Akal sehat kolektif yang pada zaman tertentu dinilai sangat progresif, di kurun

masa sesudahnya bisa dianggap sangat konservatif. Bangsa yang dianggap maju di

dunia pada suatu zaman, apabila terlalu sulit berkembang akal sehatnya, bisa

menjadi bangsa yang mundur dan terbelakang pada zaman berikutnya

Page 131: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 131

(Bandingkan Tiongkok di zaman Ch’in Shih-Huang Ti dan Tiongkok di permulaan

abad XX). Oleh karena itu, daya dinamik akal sehat kolektif harus selalu dijaga.

Inilah tugas para pemikir dan seniman di dalam masyarakat. Sebab, kesibukan

operasi kekuasaan politik, sosial, dan ekonomi masyarakat sering

mengesampingkan standar mutu akal sehat kolektif itu.

Bahkan sering terjadi, para pemikir dan seniman-–yang biasanya peka pada mutu

kesadaran pikiran—dengan sengaja dibungkam, sehingga akal sehat kolektif

menjadi beku, pasif, ataupun malah merosot standarnya. Namun keadaan seperti

itu malah dianggap sebagai yang ideal, yang rukun, yang stabil untuk landasan

operasi yang lancar. Tidak pernah disadari bahwa akal sehat kolektif yang beku

dan pasif adalah bom waktu yang akan membuat mobilitas masyarakat menjadi

sekadar mekanis, tidak kreatif. Lalu akhirnya akan mengakibatkan mobilitas itu

tersendatsendat seperti mesin yang bobrok, dan ujungnya menjadi bangsa yang

kalah, tak berdaya, dijajah secara halus ataupun brutal oleh kekuatan-kekuatan

lain di dunia.

Dengan kata lain, apabila keadaan sudah sedemikian parah serupa itu, hanya

dengan susah payah, banyak toleransi, dan kesabaran, bisa diperbaiki. Esensial

Inilah kenyataan yang pedih. Kita ketinggalan perkembangan pikiran. Pedih.

Tetapi kepedihan ini seharusnya bisa menjadi cambuk untuk kebangkitan

Pembangunan struktural sangatlah penting, tetapi dapat menjadi sia-sia bila tidak

disertai secara sekaligus membangun yang esensial, yaitu dunia pikiran dan

kelestarian dunia batin.

Tanpa kelestarian dunia batin, kebudayaan tidak akan mendatangkan

ketenteraman hidup kepada masyarakat. Tanpa dinamika dunia pikiran, struktur

Page 132: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 132

dan infrastruktur akan kehilangan fungsi, sehingga menjadi sekadar berhala

belaka. Sebenarnya di dalam sila-sila kehidupan kita bersama telah tersedia

jawaban yang positif. Melestarikan dunia batin akan ditunjang oleh sila

Ketuhanan Yang Maha Esa. Mengembangkan filsafat kemanusiaan, mengenal

adanya Kedaulatan Manusia dengan segenap hak dan kewajibannya akan

ditunjang oleh Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Dan hak rakyat untuk

mengembangkan akal sehat kolektif dengan mempraktikkan disiplin analisis akan

sesuai dengan kalimat di dalam Preambule UUD 1945 yang berbunyi: Kemudian

dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang

melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dengan batin yang damai dan penuh iktikad baik, kita sebagai suatu bangsa harus

siap bertanggung jawab untuk menjawab pertanyaanpertanyaan itu, tidak

sekadar berdasarkan prinsip, sekaligus berdasarkan pelaksanaan yang operatif.

Itulah salah satu jalan keluar untuk bangkit dan mengejar cakrawala kita.

(Sumber: Media Indonesia, 14 Juli 2009)

Page 133: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 133

Mudik Keluarga, Mudik Bangsa

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 17 September 2009 jam 11:26

Ditulis Oleh: Muhammad Ainun Nadjib

Andaikan kata mudik berasal dari bahasa Arab: dho'a=hilang, mudli'=orang yang

menghilangkan, orang yang kehilangan. Menjelang Lebaran, orang berduyun-

duyun pulang dari perantauan ke kampungnya, karena selama setahun mereka

merasa kehilangan. Kemudian, mereka mudik untuk menemukan kembali.

Meskipun sudah tinggal permanen di Jakarta atau di negeri mana pun,

kampungnya adalah rumah sejatinya. Saya punya banyak teman-teman PKI atau

yang di-PKI-kan hidup puluhan tahun di Jerman, Ceko, Prancis, tapi hatinya tetap

berdomisili di kampung kelahirannya. Tak hanya di Indonesia, tapi lebih detail: di

rumah keluarga di kampungnya. Banyak di antara mereka mengimpor istri dari

kampung. Karena rumah mereka di mancanegara haruslah tetap terasa seperti

rumahnya di kampung.

Kalau agak sok ilmiah, katakanlah: ada mudik sosiologis, ada mudik antropologis,

ada mudik kosmologis. Mudik sosiologis itu waktunya ''sekarang'', ruangnya

adalah skala atau teritori sosial budaya. Kita cari hidup, mengembangkan diri, dari

kampung bersekolah keluar, bekerja, sampai jadi presiden atau gelandangan di

tepian jalan protokol Jakarta. Di depan ada masa depan, di belakang ada masa

silam. Masa silam sebenarnya selalu lebih kuat dibandingkan dengan masa depan.

Page 134: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 134

Masa silam memberi kenikmatan prima karena cukup dikhayalkan, dan mudah

menambah unsur dalam khayalan merdeka setiap orang. Kita jadi presiden

kemudian memitologisasikan kepada seluruh rakyat bahwa asal usul kita adalah

anak petani, sambil meyakin-yakinkan alias menipu diri kita sendiri tentang apa

saja yang kita manipulasikan secara sosial. Atau kita rekayasa bahwa memang

sudah selayaknya kita jadi presiden karena aslinya kita bernasab Keraton Solo

atau Yogya, atau keturunan Prabu Brawijaya, Sunan Giri, atau turunan Rasulullah

Muhammad SAW.

Pandangan ke masa silam sungguh kenikmatan tiada tara. Sementara masa depan

berujung di maut. Kalau kita gagal berkarier, hidup miskin, tak punya keunggulan

apa-apa, menabung kematian dalam kehidupan, mungkin malah agak enteng

memandang ke masa depan. Maut sudah kita akrabi melalui riwayat-riwayat

kesengsaraan dan kegagalan.

Tapi kalau kita sukses, dari sopir meningkat tata usaha meningkat wartawan terus

jadi menteri dalam kabinet dan negara yang nirkualifikasi: kita semakin takut

meninggalkan apa yang kita sangka sukses hidup. Semakin uzur usia semakin

menyesali berkurangnya umur. Semakin tua usia semakin karib dengan

kekosongan dan kengerian berada dalam kubur. Maka upacara mudik kita

perlukan agar para kerabat dan handai tolan di kampung mengerti sukses kita,

dan itu merupakan snack kepuasan sosial budaya sesaat.

Orang tak pernah punya sukses kayak saya terbebas dari post-power syndrome.

Tetapi bisa juga ada dialektika yang sebaliknya. Karena hidup tak begitu sukses,

masa depan terjauh hanya tua dan mati, maka mumpung masih dikasih jatah

hidup oleh Tuhan, mending kita rajin pulang kampung. Dan yang paling efektif

Page 135: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 135

adalah seusai Ramadan, semua keluarga pasti berkumpul dan kita bisa

bercengkerama beberapa saat untuk menutupi kekecewaan hidup yang

menggumpal di kalbu.

Mudik sosiologis setiap Lebaran menjadi momentum yang jangan sampai

terlewat. Karena masih lebih nikmat mengenang sejenak asal usul sosial budaya

kita di kampung bersama keluarga, dibandingkan dengan menikmati kehidupan

nyata.

Orang sukses sangat membutuhkan mudik antropologis, karena melancong ke

wilayah nasab diri dari Hayam Wuruk sampai Homo sapiens dan mungkin Homo

erectus sungguh menambah bersinarnya ikon eksistensi kita. Sekarang bahkan

sangat banyak kartu ID yang mencantumkan nama plus gelar plus nenek moyang

hebat. Kebanyakan orang akan mengenal nama itu dan kagum kepada pemilik ID-

card itu. Nama Gus Fullah bin Kiai Haji Fulan keturunan Syekh Falun bin Maulana

Fulun bin Ayatullah Fulus... mudik sangat penting untuk mengisi kekosongan diri

di tengah zaman yang menindas harkat manusia dan derajat kemanusiaan.

Mudik Lebaran setahun sekali, tapi banyak modus mudik yang bisa kita lakukan.

Saya tidak punya prestasi apa-apa tidaklah penting, pokoknya saya keturunan

Nabi Ibrahim.

Adapun mudik kosmologis adalah hakikat setiap detik untuk berproses dalam

lingkar Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un. Itulah prinsip utama kehidupan yang oleh

kebudayaan manusia dialihkan menjadi tanda kematian. Kalau jalan kaki dari

Jakarta menuju Jakarta, maka rutenya harus melingkar. Orang tak bisa untuk tidak

Page 136: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 136

mudik, karena hidup adalah pergi untuk kembali. Atau, perginya orang hidup,

adalah kembali.

Takkan ke mana-mana engkau pergi, meskipun kau lalui seribu peperangan dan

kemenangan, kau libas setiap pesaing, kau menangkan pemilihan nasional, kau

pertahankan kursi kekuasaan, kau memancar di puncak mercusuar popularitas,

kau bangun segala kemegahan, kau tumpuk gumpalan emas dan kau himpun

seribu dayang menjadi budak yang melayanimu memakaikan baju, menyikat

gigimu dan menceboki tinjamu. Tak kan ke mana engkau pergi kecuali

menyerahkan dirimu kembali, terpaksa atau ikhlas, kepada asal usul yang sejati.

Juga apa pun saja yang kau pikir kau miliki: kekayaan, harta benda, kau tumpuk-

tumpuk mereka hanya untuk satu tujuan: mereka meninggalkanmu atau engkau

mendadak meninggalkan mereka. Kalau kau curi uang dan harta milyaran

trilyunan itu untuk kau pergikan ke mana? Sebab setiap momentum pergi adalah

kembali. Engkau mencuri sesuatu dari suatu tempat yang sertifikatnya milik

Tuhan, engkau memindahkannya mentransfernya ke suatu tempat yang juga milik

Tuhan.

Setiap tempat pergi adalah tempat kembali. Setiap barang yang kau curi tidak

punya jalan lain kecuali kau setorkan kembali ke "Tukang Tadah Agung" yang

sesungguhnya tidak menadahi apa-apa kecuali milik-Nya sendiri. Inna lillahi wa

inna ilaihi roji'un. Sesungguh-sungguhnya kita dan apa saja adalah adalah hak-Nya

dan satu-satunya kemungkinan hanyalah kembali ke pangkuan-Nya.

Page 137: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 137

Tak ada kekuasaan yang bisa benar-benar kau raih, karena menjelang engkau lahir

tak kau setorkan apa-apa untuk saham rencana kelahiranmu. Jangan sekadar

katakan bahwa kekuasaan hanyalah titipan: dirimu sendiri pun titipan. Karena

engkau tak mampu menciptakan dirimu sendiri. Bahkan kedua orangtuamu tak

bisa merancang panjang hidungmu, jenis rambutmu, apalagi tingkat kecerdasan

pikiranmu.

Tak ada kemenangan yang sejati engkau raih. Karena setelah seorang petinju

menjatuhkan lawan, tunggu sejam lagi dan pertarungkan mereka kembali:

kemungkinannya bisa berbeda. Kemenangan berlaku sesaat, dan batal

substansinya pada detik berikutnya. Indonesia menjadi Juara Dunia Demokrasi,

memilih presiden langsung dengan rekor jumlah pemilih dan rekor keamanan

kedamaian pemilu. Tetapi apa hasil dari puncak demokrasi itu hari ini?

Bertanyalah kepada hati dan analisis akalmu, mintalah mereka berdua agar tak

terkontaminasi oleh apa pun untuk jujur menjawab.

Maka salah satu impian saya adalah pada pemilu mendatang, semoga Allah

menjadi pencoblos pertama. Semoga coblosan pertama itu adalah hidayah yang

menggiring seluruh pemilih Nusantara "yadhuluna fi dinillahi afwaja", berduyun-

duyun memasuki cakrawala kasih sayang Allah. Ratusan kali saya bertanya

langsung kepada ribuan publik di hadapan forum saya di berbagai wilayah

Indonesia: "Saudara-saudara dulu beramai-ramai memilih SBY karena ilmu

pengetahuan tentang beliau atau berdasar sangka-sangka? Karena mengerti siapa

beliau atau kira-kira?"

Demi Allah 100% mereka menjawab: "Kira-kira!", "Dengar-dengar!", "Kayaknya!",

"Kata teman-teman, kata tetangga". Bangsa Indonesia tidak punya akses lebih

Page 138: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 138

dari 10% informasi tentang siapa-siapa tokoh nasionalnya. Andaikanpun ada

cukup informasi, mereka juga tak cukup memiliki parameter untuk mengukur dan

menilai. Rakyat Indonesia sama sekali belum memenuhi syarat untuk menjadi

pelaku kecerdasan demokrasi kenegaraan mereka.

Masuk akal dari sudut itu pujangga Ronggowarsito menyebut kalau SBY adalah

Satrio Pambuko Gerbang, kepemimpinan berikutnya, kalau Indonesia mau bangkit

dari keterpurukan totalnya: sebaiknya mulai mudik, mulai pergi untuk kembali,

mulai belajar memahami dimensi-dimensi nilai di balik idiom Satrio Pinandito

Sinisihan Wahyu.

Sebagaimana dulu Gus Dur afdhal letakkan dirinya sebagai pada posisi "Sunan

Ampel", memimpin peralihan zaman, bukan sebagai "Raden Patah" yang raja. SBY

juga pembuka gerbang: konsep kepemimpinannya membereskan segala sesuatu

agar siap masuk gerbang milenium Nusantara Baru. Sebagaimana Thalut

menyiapkan rakyat Yahudi menuju Era Daud, kebangunan yang sesungguhnya.

Buka saja dulu gerbangnya, segala yang tidur mulai dibangunkan, yang buntu

coba dibor, yang jauh didekatkan, yang flu di-fresh-kan, yang macet dibukakan

jalan. Untuk kebangkitan yang sesungguhnya diperlukan seorang pemimpin yang

kesatria, menguasai peta masalah, jantan tegas, profesional, cakap manajemen.

Satrio. Juga harus pinandito: memiliki kapasitas spiritual, aura, awu, wibawa,

berani menindas dunia di dalam dirinya, ringan menepis nafsu keduniaan. Bahkan

sinisihan wahyu: setiap langkah dan perilakunya relevan dan terbimbing oleh al-

yad al-khair, tangan bajiknya Tuhan.(Sumber: Gatra Nomor 47 Beredar Kamis, 4

Oktober 2007, ilustrasi: handaru.light17.com)

Page 139: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 139

MUHAMMADKAN HAMBA YA RABBI

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 16 Agustus 2010 jam 10:16

Puisi: Emha Ainun Nadjib

Di setiap tarikan napas dan langkah kaki

Tak ada dambaan yang lebih sempurna lagi

Di ufuk jauh kerinduan hamba Muhammad berdiri

Muhammadkan hamba ya Rabbi

Muhammmadkan ya Rabbi hamba yang hina dina

Seperti siang dan malammu yang patuh dan setia

Seperti bumi dan martahari yang bekerja sama

Menjalankan tugasnya dengan amat terpelihara

Page 140: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 140

Sebagai Adam hamba lahir dari gua garba ibunda

Engkau tuturkan pengetahuan tentang benda-benda

Hamba meniti alif-ba-ta makrifat pertama

Mengawali perjuangan untuk menjadi mulia

Ya Rabbi engkau tiupkan ruh ke dalam Nuh hamba

Dengan perahu di padang pasir yang mensamudera

Hamba menangis oleh pengingkaran amat dahsyatnya

Dan bersujud di bawah kebenaran-Mu yang nyata

Page 141: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 141

Sesudah berulangkali bangun dan terbanting

Merenung dan mencarilah hamba sebagai Ibrahim

Menatapi laut, bulan, bintang dan matahari

Sampai gamblang bagi hamba Allah yang sejati

Jadilah hamba pemuda pengangkat kapak

Menghancurkan berhala sampai luluh lantak

Hamba lawan jika pun Fir’aun sepuluh jumlahnya

Karena api sejuk membungkus badan hamba

Page 142: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 142

Kemudian ya Rabbi engkau ajarkan hal kedewasaan

Yakni penyembelihan dan kurban, pasrah dan keikhlasan

Tatkala dengan hati pedih pedang hamba ayunkan

Sukma hamba memasuki Ismail yang menelentang

Ismail hamba membisikkan firman-Mu ya Rabbi

Bahwa dewasa tidak ditandai kegagahan diri

Melainkan rela menyaring dan menyeleksi

Agar secara jernih berkenalan dengan yang inti

Page 143: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 143

Di saat meng-Ismail itu betapa jiwa hamba gemetar

Ego pribadi adalah musuh yang teramat tegar

Jika di hadapan-Mu masih ada sejumput saja pamrih

Maka leher hamba sendiri yang bakal tersembelih

Dan memang kepala hamba tanggal berulangkali

Di medan peperangan modern ini ya Rabbi

Hamba kambing di jalanan peradaban ini

Darah mengucur, daging hamba dijadikan kenduri

Page 144: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 144

Tulus hati dan istiqamah Ismail ya Rabbi

Betapa sering lenyap dari gairah perjuangan ini

Keberanian untuk bersetia kepada kehendak-Mu

Di hadapan musuh gugur satu demi satu

Maka hamba-Mu yang dungu belajar menjadi

Musa Meniti kembali setiap hakikat alif-ba-ta

Belajar berkata-kata, belajar merumuskan cara

Harun hamba membantu mengungkapkannya

Page 145: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 145

Musa hamba membukakan universitas cakrawala

Setiap gejala dan segala warna zaman hamba baca

Dengan seribu buku dan seribu perdebatan

Hamba tuntaskan makna kebangkitan

Tongkat hamba angkat dan tegakkan ya Rabbi

Memusnahkan iklan-iklan takhayul Fir’aun yang keji

Ular klenik pembangunan, sihir gaya kebudayaan

Karena telah hamba genggam yang bernama kebenaran

Page 146: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 146

Ya Rabbi alangkah agung segala ciptaan ini

Kebenaran belaka membuat hidup kering dan sepi

Maka Engkau jadikan hamba Isa yang lembut wajahnya

Dengan mata sayu namun bercahaya, mengajarkan cinta

Isa hamba sedemikian runduknya kepada dunia

Segala tutur kata dan prilakunya kelembutan belaka

Sehingga murid-murid hamba dan anak turunnya terkesima

Tenggelam mesra dalam Isa hamba yang disangka tuhannya

Page 147: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 147

Ya Rabbi, haruslah berlangsung keseimbangan

Antara cinta dan kebenaran

Haruslah ada tuntunan pengelolaan

Atas segala ilmu dan nilai yang Engkau anugerahkan

Karena itu Muhammadkan hamba ya Rabbi

Bukakan pintu kesempurnaan yang sejati

Pamungkas segala pengetahuan hidup dan hati suci

Perangkum bangunan keselamatan para rasul dan nabi

Page 148: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 148

Muhammadkan hamba ya Rabbi Muhammadkan

Agar tak menangis dalam keyatim piatuan

Agar tak mengutuk meski batu dan benci ditimpakan

Agar sesudah hijrah hamba memperoleh kemenangan

Muhammadkan hamba ya Rabbi Muhammadkan hamba

Agar kehidupan hamba jauh melampaui usia hamba

Agar kesakitan tak menghentikan perjuangan

Agar setiap langkah mengantarkan rahmat bagi alam

Page 149: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 149

Muhammadkan hamba ya Rabbi Muhammadkan

Di rumah, di tempat kerja serta di perjalanan

Agar setiap ucapan, keputusan dan gerakan

Menjadi ayat-Mu yang indah dan menaburkan keindahan

Takkan ada lagi sosok pribadi seanggun ia

Dipahami ataupun disalahpahami oleh manusia

Kalau tak sanggup kaki hamba menapaki jejaknya

Penyesalan hamba akan tak terbandingkan oleh apapun saja

Page 150: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 150

Para malaikat sedemikian hormat dan segan kepadanya

Bagai dedaunan yang merunduk kepada keluasan semesta

Para nabi berbaris menegakkan sembahyang

Engkau perkenankan ia berdiri menjadi imam

Ya Rabbi Muhammadkan hamba, Muhammadkan hamba

Perdengarkan tangis bayi padang pasir di kelahiran hamba

Alirkan darah Al-Amin di sekujur badan hamba

Sarungkan tameng Al-Ma’shum di gerak perjuangan hamba

Page 151: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 151

Kalungkan kebencian Abu Jahal di leher hamba

Sandingkan keteduhan Abu Thalib di kaki duka lara hamba

Payungkan awan cinta-Mu di bawah terik politik durjana

Usapkan tangan sejuk Khadijah pada kening derita hamba

Kirimkan Jibril mencuci hati Muhammad hamba

Lahirkan kembali wahyu-Mu di detak gemetar jantung hamba

Dan kucurkan darah luka Muhammad oleh pedang kaum pendusta

Hadiahkan kepada hamba rasa sakitnya

Page 152: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 152

Ya Rabbi ya Rabbi Muhammadkan hamba

Bersujud dan tafakkur di gua Hira jiwa hamba

Berkeliling ke rumah tetangga, negeri dan dunia

Menjajakan cahaya

Page 153: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 153

Pasar dan Pasar Bebas

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 02 Maret 2010 jam 10:09

Ditulis Oleh: Toto Rahardjo

Tulisan ini memang hanya sekadar cerita berdasarkan ingatan, dari apa yang

pernah dilihat, didengar dari cerita orang, maka janganlah berharap Anda akan

menemukan hal-hal ilmiah dalam tulisan ini.

Kalau Anda berasal dari pedesaan pasti memiliki cerita kenangan tentang pasar.

Mayoritas anak-anak di pedesaan selalu berbinar-binar ketika hari pasar tiba,

karena pasar memang tidak setiap hari ada. Apa yang dibayangkan pada saat

menjelang hari pasar—yakni, kesempatan anak-anak bisa jajan, ada secercah

harapan anak-anak, karena akan dibelikan sesuatu oleh orang tuanya. Apalagi

menjelang lebaran, adalah saat akan mendapatkan baju baru. Pasar memang

menjadi peristiwa dan perhelatan bagi orang tua, anak-anak, perempuan, laki-

laki. Bahkan pasar menjadi tempat pertemuan, tempat ngrumpi, silaturahmi,

menjadi pusat informasi selain tentu saja mempunyai fungsi pokok, yakni menjadi

tempat interaksi si penjual dan si pembeli. Maka tidaklah heran jika pasar menjadi

ajang lobby politik, untuk mengetahui perkembangan apa yang sedang terjadi di

desa-desa sekitar pasar, juga perkembangan-perkembangan menarik di daerah

lain.

Rata-rata putaran penyelenggaraan pasar di masing-masing tempat sekitar dua

sampai dengan lima hari sekali. Selain tujuh nama hari yang dikenal diseluruh

penjuru tanah air yakni; Minggu, Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at dan Sabtu), di

Page 154: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 154

Jawa juga dikenal lima hari yang sering dimaknai sebagai hari pasaran (Legi,

Pahing, Pon, Wage dan Kliwon).

Jadi putaran penyelenggaraan pasar terjadi lima hari sekali. Ada pasar Legi di desa

tertentu yang lebih banyak untuk menjual hasil-hasil bumi, ada Pasar Kliwon di

desa anu yang lebih khusus menjual grabah dan alat-alat pertanian, ada Pasar Pon

di wilayah lain yang khusus menjual hewan (maka sering dikenal dengan pasar

hewan). Selain penyelenggaraan pasar yang lumintu itu, juga ada pasar-pasar

khusus yang biasanya terjadi pada saat-saat tertentu, misalnya tepat pada hari-

hari besar (lebaran misalnya) yang biasanya jauh lebih lengkap barang-barang

dagangan dan jauh lebih besar jumlah dan ragamnya—sering disebut dengan

prepegan. Ada juga pasar malam yang memang diselenggarakan di malam hari

biasanya disertai dengan berbagai pertunjukan atau hiburan—namun perhelatan

seperti ini tidak setiap saat ada (biasanya terjadi pada momen-momen tertentu,

pada hari-hari besar).

Pengertian Pasar dipahami secara arief dan sederhana, sebuah interaksi jual beli

memang sudah diniati sejak dari rumah, karena ada kebutuhan untuk

mendapatkan sesuatu—tanpa dipaksa dan terpaksa, bahkan untuk menjual atau

membeli telah dipikir masak-masak melalui perdebatan di setiap keluarga,

minimal selama lima hari sebelum pasar itu tiba.

Tentu saja di dalam pasar itu ada saja orang-orang yang menipu, ada yang

mengambil barang dengan cara diam-diam dan kecil-kecilan, itu disebut ngutil,

ada yang khusus mengambil uang dari kantong celana atau baju atau dompet

secara cepat, itu disebut copet. Namun profesi-profesi itu biasanya sudah

diketahui oleh khalayak, baik ciri-ciri wajah, pola-pola gerak-geriknya maupun dari

Page 155: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 155

mana asalnya (biasanya dari tempat-tempat tertentu), sehingga kewaspadaan

sesungguhnya telah melekat pada setiap orang yang akan pergi ke pasar. Namun

profesi (ngutil, copet, jambret dll) mengandung resiko besar, tidak jarang para

pelaku itu tertangkap basah di pasar dan pasti akan diadili beramai-ramai,

minimal mereka akan dipermalukan.

Melihat penyelenggaraan pasar, pada mulanya ada kesepakatan kapan dan di

mana pasar itu diselenggarakan, bahkan spesial untuk jenis produk apa yang akan

dijual di pasar itu. Jelas ada sirkulasi produksi, kapan dipasarkan, bukan dengan

cara eksploitatif setiap hari, apalagi setiap jam, menit dan detik.Karena harus

melalui kalkulasi, kapan waktunya produk itu dibutuhkan; misalnya alat-alat

pertanian, grabah, alat-alat rumah tangga tidaklah setiap hari orang akan

membeli.

Pasar bagi masyarakat bukanlah momok apalagi terkesan monster—pasar bahkan

menjadi tempat bercanda bagi ibu-ibu, pasar juga menjadi tempat untuk menukar

benih-benih pertanian antar petani yang akan menanam, tempat menukar sekian

kambing dengan seekor sapi, kelak di zaman modern disebut barter.

Yang jelas sebagian proses penyelenggaraan pasar dikendalikan bersama-sama

oleh masyarakat. Ada banyak kesepakatan-kesepakatan tak tertulis yang ternyata

sangat dipatuhi di pasar itu yang intinya untuk melindungi kepentingan bersama.

Mulailah jaman modern masuk dan menginterfensi, mengatur bahkan

menguasainya. Aturan-aturan yang disepakati secara kolektif berubah, bahkan

secara fisik pasar oleh para modernis dianggap kumuh dan tak teratur maka harus

Page 156: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 156

dibangun. Konsep pembangunan pasar menjadi tak bisa dijangkau lagi oleh

masyarakat, bahkan yang terjadi penghuni asli pasar yang ada selama ini harus

menyingkir, tergusur karena dianggap tak pantas.

Penyelenggaraan pasar tidak lagi harus menunggu setiap hari pasaran, setiap saat

ada pasar (dimana saja, kapan saja ada pasar). Nama-nama hari pasaran sudah

tidak penting lagi. Padahal fungsi hari pasar bagi masyarakat juga terkait dengan

hitungan-hitungan kehidupan lainnya. Orang sering memaknai hari kelahiran

(weton) yang dihitung dari gabungan hari nasional dan pasaran, misalnya Sabtu

Pahing, Jumat Kliwon. Juga terkait dengan hitungan-hitungan kapan hari yang

tepat untuk menanam, untuk mendirikan rumah, untuk bepergian, untuk

menikahkan anaknya, bahkan untuk mengawinkan kambing pun harus dihitung

dengan cara yang sama.

Kini nama-nama hari, apalagi hari pasaran menjadi tidak penting karena setiap

hari, setiap jam, setiap menit bahkan setiap detik orang boleh menginginkan apa

saja, boleh melakukan apa saja, boleh membeli apa saja, menjual apa saja, artinya

metabolisme tidaklah penting lagi.

Kok sekarang ini ada lagi yang bernama Pasar Bebas! Apakah itu berbeda dengan

pasar di kampungku dulu?!

Mengapa itu disebut pasar bebas? Apakah bebas itu berarti setiap orang bebas

untuk menjual apa saja, atau apakah itu berarti negara bisa menjual apa saja,

ataukah berarti kita juga bebas untuk tidak menjual dan bebas untuk tidak

membeli?

Page 157: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 157

Di pasar kampung ada pencuri kecil-kecilan yang disebut ngutil dan nyopet,

namun menurut pengalaman saya kejadian-kejadian itu bisa diatasi setidaknya

oleh pengurus pasar, bahkan di tingkat masyarakat luas. Terus terang saya tidak

bisa membayangkan bagaimana praktek pencurian yang terjadi dalam dunia pasar

bebas, tentunya tidak setingkat ngutil atau nyopet seperti yang terjadi di pasar

kampung. Di kehidupan pasar kampung, ada juga istilah bank plecit yakni orang

yang meminjamkan uang—yang biasanya untuk modal berdagang kecil-kecilan—

dengan bunga yang cukup tinggi. Untuk pedagang kecil memang berat, kami

semua tahu bahwa rentenir, lintah darat itu dosanya besar. Tapi harus diakui

bahwa bank plecit itu tidak pernah memaksa, dan kadang kala memang itu

berguna. Sebab bagi orang kecil membutuhkan pelayanan cepat, karena untuk

pinjam dari bank pemerintah yang ada, yang bunganya kecil, ternyata juga tidak

mudah bahkan cenderung bertele-tele.

Dipasar kampung juga ada profesi-profesi yang di sebut blantik, yakni orang yang

kerjanya merayu, mempengaruhi pembeli maupun penjual agar memperoleh

upah jasa, sesekali juga bisa mendapatkan keuntungan dari harga bakunya.

Di pasar bebas, ternyata ada juga bank plecit bertaraf besar yang beroperasi

dengan canggih, bahkan tidak tanggung-tanggung melakukan pemaksaan secara

canggih melalui otoritas negara. Dengan cara mengkritik bahwa instrumen pasar

di sebuah negara dianggap ‘tidak sehat’. Ada-ada saja. Istilah ‘tidak sehat’,

parameternya dan obatnya mereka yang menentukan. Jadi kata ‘bebas’ di sini

berarti kira-kira hanya yang kuat saja yang bebas menentukan apa saja, bebas

membeli apa saja dan bebas menjual apa saja. Sementara yang tidak kuat tidak

kuasa untuk menjual dan tidak kuasa pula untuk membeli. Bagi yang lemah,

barang-barang yang penting bagi kehidupannya bisa dipaksa untuk dijual ke yang

Page 158: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 158

kuat, dan bagi si lemah ia bisa dipaksa untuk membeli apa saja yang dijual oleh

yang kuat.

Pasar dalam arti sempit adalah tempat dimana permintaan dan penawaran

bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam

arti luas adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini

lebih condong ke arah pasar modern. Permintaan dan Penawaran dapat berupa

Barang atau Jasa. Maka kata “pasar” mestinya masih sama namun sungguh sangat

jauh melenceng maknanya, walaupun saya sudah dikasih tahu bahwa yang terjadi

dalam pasar bebas itu ada kejahatan-kejahatan terselubung, dan yang terjadi

sudah tidak lagi sekadar menjual atau membeli barang, tetapi yang tak nampak

adalah jual beli pikiran, sikap, prinsip bahkan menjual diri dan rasa kemanusiaan.

Tetap saja saya tidak paham, memang saya ini orang desa.

Pertanyaan-pertanyaan terus saja berkecamuk: “Siapa yang menjadi Kepala Pasar

Bebas?”, “Siapa ya yang menjadi tukang Bea di Pasar Bebas?, siapa yang menjadi

blantik?”. Karena kalau Kepala Pasar di kampung saya itu jelas rumahnya, jelas

alamatnya, tak jauh juga dari rumahku. Sekali lagi semakin tak paham, bahkan

sekarang ini aku tak paham dengan diriku sendiri, “Apakah betul segala

kemauanku, segala keinginanku, niatku sungguh-sungguh dan senyata-nyatanya

aku yang menentukan sendiri?”, Saya semakin tidak mudheng bahwa pikiranku,

segala keinginanku juga telah dikendalikan oleh sesuatu yang tak pernah aku

pahami.

Nah, di manakah letak Maiyah? Sepengetahuan saya, Maiyah menaruh kritisisme

terhadap pasar bebas. []

Page 159: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 159

Pemerintah

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 30 November 2009 jam 14:11

Ditulis Oleh: Muhammad Ainun Nadjib

Pemerintah kerjanya melarang dan memerintah. Kalau Tuhan memegang hak

seratus persen memerintah dan melarang karena memang Ia yang menciptakan

kita dan semua alam ini, serta yang menyediakan hamparan rejeki dan menjamin

hidup manusia. Tapi pemerintah kan menyuruh kita cari makan sendiri-sendiri.

Kalau kita kelaparan atau dikubur utang, kita tidak bisa mengeluh kepada

pemerintah. Hubungan kita dengan pemerintah adalah bahwa kita semua berada

di bawah kekuasaannya tanpa ada jaminan bahwa kalau kita mati kelaparan

lantas mereka akan menangisi kita dan menyesali kematian itu.

Page 160: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 160

Pencerahan dan Ketercerahan

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 01 Oktober 2010 jam 10:58

Kalau Anda orang Islam alangkah indahnya kalau serajin dan sedalam mungkin

Anda menggali nilai-nilai Islam untuk Anda kontribusikan kepada seluruh bangsa

kita, agar proses-proses demokrasi, keadilan dan penyejahteraan yang kita

lakukan bareng-bareng ini semakin efektif. Di kulit luar Al-Qur'an bagian belakang,

biasanya ditulis firman Allah La yamassuhu illal muthahharun. Biasanya ustadz-

ustadz kita mengartikan bahwa kalau kita sedang dalam keadaan batal dan belum

berwudlu, maka dilarang menyentuh Al-Qur'an. La itu tidak atau jangan. Yamassu

itu menyentuh. Hu itu kata ganti untuk Al-Qur'an. Illa itu kecuali. Muthahharun itu

orang-orang yang dalam keadaan suci.

Sekali lagi, sebelum pegang Qur'an, kita berwudlu dulu, supaya muthahhar. Itu

tidak salah, dan bagus untuk pendidikan dasar etika vertikal keislaman. Tapi

sebaiknya tidak tertutup bagi pengembangan interprestasi. Misalnya, kita ambil

dua hal. Yang pertama, yang disebut Qur'an dalam tafsir dasar di atas sebenarnya

adalah mushaf. Terdiri dari kertas dan goresan tinta. Itu yang jangan dipegang

kalau dalam keadaan batal. Pastilah Qur'an bukan kertas dan tinta.

Qur'an adalah suatu rumusan dan tuturan firman, yang bersifat rohaniah

(intelektualitas itu rohaniah), yang diantarkan oleh bahasa atau peralatan budaya

manusia melalui kertas dan tinta. Dulu malaikat Jibril tidak datang dari langit

kepada Muhammad SAW. membawa berkas buku, melainkan membawa titipan

ucapan Tuhan. Ketika dikatakan 'Bacalah !', bukan berarti Jibril menyodorkan

kertas yang ada tulisannya dan Muhammad disuruh membaca. 'Membaca' di situ

memiliki pengertian yang sangat-sangat luas. Intinya: membaca kehidupan.

Utsman ibn Affan yang kemudian mempelopori pe-mushaf-an rohani Qur'an itu.

Page 161: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 161

Jadi mushaf adalah suatu sarana budaya atau fasilitas teknologi yang

mengantarkan Qur'an kepada manusia. Maka, la yamassuhu, tidak (bisa, boleh)

menyentuh, sasarannya bukan terutama mushaf, melainkan substansi Qur'an itu

sendiri.

Oleh karena itu pengembangan interpretasi atas ayat Allah yang menghiasi kulit

belakang mushaf itu, bisa begini: Kalau jiwamu tidak berada dalam keadaan

muthahhar, enlighted, tersucikan, maka engkau tidak berada di dalam koridor

hidayah dan fungsi Qur'an bagi kehidupanmu.

Katakanlah ada beberapa fungsi Qur'an, umpamanya: ia bukan hanya informasi,

tapi juga informasi yang pasti benar. Ia bukan sekedar pemberitahuan, tetapi

petunjuk. Ia bukan sekedar berita, tapi kabar gembira.

Ia bukan hanya penuturan ilmu, tapi juga rahmat. Ia bukan hanya perintah, tapi

rahasia ilmu. Ia bukan hanya ketegasan kebenaran, tapi juga cinta dan kedamaian

yang matang. Ia bukan hanya selebaran tentang iblis dan setan, tapi juga

rangsangan eksplorasi fisika, biologi, astronomi. Serta banyak lagi.

Manusia yang pikirannya skeptis terhadap Qur'an, yang hatinya blocked-out dari

firman pamungkas Allah itu, yang sikap hidupnya mempergelap dirinya sendiri,

logis kalau tidak memperoleh sentuhan apapun dari multi-probabilitas rahmat

Allah melalui Qur'an. La yamassuhu illal muthahharun.

Tidak memperoleh apa-apa darinya kalau menolak enlightment. Dan kalau

memang kita memilih yang ini, tak ada masalah bagi Tuhan, Muhammad atau

siapa pun saja. Allah tidak menangis, Muhammad tidak merugi, Islam tidak

merasa kurang suatu apa. Sebab Islam tidak akan mendapatkan risiko apa-apa, ia

bukan manusia yang harus bertanggung jawab kepada sumbernya. [EAN].

(Sumber: " Kitab Ketentraman Emha Ainun Nadjib " ]?

Page 162: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 162

Peran Tuhan

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 24 Maret 2010 jam 9:57

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Secara empiric, setidaknya ada empat peran Tuhan dalam kehidupan kita

bersama. Pertama, Tuhan sebagai pemberi solusi atau jalan keluar atas semua

problem manusia. Manusia adalah makhluk serba terbatas. Karenanya, apapun

saja yang diupayakannya, suatu saat pasti akan terbentur oleh kendala-kendala,

dan kebuntuan-kebuntuan. Maka sudah menjadi kewajiban manusia untuk

menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah atas problem dan persoalan

hidupnya. Kedua, Tuhan sebagai sumber dana atau asal-usul rahasia rejeki yang

tak terduga-duga. Prinsip ini begitu mendasar dan penting, dalam konteks upaya

manusia mengejar kebutuhan hidup sehari-hari mereka. Tuhan adalah Maha

Pengatur Rejeki. Ketiga, Tuhan sebagai akuntan atau manajer ada penghidupan

setiap hamba-Nya. Keempat, Tuhan sebagai public relation atau humas atau

penyampai maksud, impian, kepada siapa saja yang diharapkan terkait dengan

itu. Tuhan adalah harapan terakhir dari apa pun aktivitas yang dilakukan oleh

mahlukNya.

Page 163: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 163

Reciever Lailatul Qadar

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 02 September 2010 jam 11:09

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Yang sepenuhnya harus kita urus dalam ‘menyambut’ Lailatul Qadar adalah

Reciever Spiritual kita sendiri untuk mungkin menerima Lailatul-Qadar. Kesiapan

diri kita. Kebersihan Jiwa kita. Kejernihan Ruh kita. Kepenuhan Iman kita. Totalitas

iman dan kepasrahan kita. Itulah yang harus kita maksimalkan.

Kalau lampumu tak bersumbu dan tak berminyak, jangan bayangkan api. Kalau

gelasmu retak, jangan mimpi menuangkan minuman. Kalau mentalmu rapuh,

jangan rindukan rasukan tenaga dalam. Kalau kaca jiwamu masih kumuh oleh

kotoran-kotoran dunia, jangan minta cahaya akan memancarkan dengan jernih

atasmu.

Jadi, bertapalah dengan puasamu, bersunyilah dengan i’tikafmu, mengendaplah

dengan lapar dan hausmu. Membeninglah dengan rukuk dan sujudmu. Puasa

mengantarkanmu menjauh dari kefanaan dunia, sehingga engkau mendekat ke

alam spiritualitas. Puasa menanggalkan barang-barang pemberat pundak, nafsu-

nafsu pengotor hati, serta pemilikan-pemilikan penjerat kaki kesorgaanmu. ?

Page 164: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 164

Sistem Nilai Apakah yang Kita Pilih?

by Komunitas Kenduri Cinta

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib

Benarkah yang salah selalu adalah ia dan mereka? Sementara yang benar pasti

kita dan saya?

Benarkah yang harus direformasi selalu adalah yang di situ dan di sana, dan bukan

yang di dalam diri kita sendiri?

Mungkinkah reformasi eksternal dikerjakan tanpa berakar pada reformasi

internal?

Apakah sesungguhnya yang sedang berlangsung di dalam syaraf-syaraf hati kita

serta sel-sel otak kita?

Sistem nilai apakah yang sesungguhnya kita pilih untuk mengerjakan gegap

gempita yang kita sebut reformasi ini? Demokrasi, sosialisme, Jawaisme,Islam,

Protestanisme, Yahudisme, Serabutanisme, kebencian, dendam, atau apa.

Page 165: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 165

Supremasi Keselarasan (bagian I)

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 25 November 2009 jam 13:29

Dengan kondisi obyektif manusia Indonesia, masyarakat dan bangsa Indonesia

saat ini, yang merupakan hasil dari disain peradaban berabad-abad lamanya: tidak

mungkin kita bisa menegakkan Supremasi Hukum, atau lebih tinggi lagi Supremasi

Keadilan. Yang kita handal membangun dan sangat lihai menyelengarakan adalah

Supremasi Keselarasan.

Tema ini memerlukan uraian, analisis dan perdebatan yang harus sangat panjang,

sehingga malam ini sekedar kita buka pintu saja. Para ilmuwan sosial dan ahli-ahli

kebudayaan, sebaiknya mengagendakan tema ini untuk riset yang serius. Dan

mohon disiapkan kerja sama penelitian dan diskusi dengan wilayah-wilayah

kepakaran yang lebih luas, misalnya antropologi, biologi dan fisika bahkan

genekologi, sejarah umat manusia, sampai ke konsep dasar Tuhan menciptakan

manusia dan alam semesta.

Semua wilayah itu saling terkait. Manusia dan bangsa Indonesia sedang berada di

puncak ketidak-mengertian atas dirinya sendiri dalam multi-konteks yang barusan

saya deretkan itu, sehingga tidak memiliki landasan ilmu dan pengetahuan yang

memadai untuk melakukan kebangkitan dan pembangunan apapun yang

menyangkut dirinya sendiri.

Dengan ganti kepemimpinan berapa kalipun, dengan pilihan ideologi kenegaraan

apapun,pembangunan dan kebangkitan yang diselenggarakan tetap akan

membuat rakyatnya kecele, jika penelitian atas dirinya sendiri itu tak segera di

lakukan.

Page 166: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 166

Bangsa Indonesia tidak punya kosa kata untuk hukum dan keadilan. Keduanya kita

import dari bahasa Arab. Kalau ternyata ada, entah dari bahasa Melayu, Jawa,

Sunda, Bugis, Madura atau manapun, saya mengusulkan kata hukum dan adil itu

segera diganti dengan milik kita yang asli, agar kita punya keberangkatan hukum

dan keadilan yang mantap dan relevan dengan sejarah kita sendiri.

Yang kita punya adalah kata laras. Selaras. Yang kita bangun adalah keselarasan.

Tak apa mencuri, asalkan mekanismenya bisa diselaraskan. Kita korupsi bareng-

bareng di tempat masing-masing, dengan kesepakatan bahwa semua kita sama-

sama menjaga keselarasan. Pemimpin bangsa adalah Kepala Pemelihara

Keselarasan Nasional. Siapa harus di hukum dan siapa harus di pertahankan,

pedomannya adalah mempertahankan keselarasan yang sudah terlanjur di

bangun dan di informasikan, bukan obyektifitas hukum atau keadilan.

Bangsa kita menomersatukan 'norma', menomerduakan 'nilai'. Nilai mengikat

setiap orang untuk tidak mencuri di manapun, kapanpun dan dalam keadaan

apapun. Norma adalah kesepakatan bersama, terutama kesepakatan di antara

mereka yang berkuasa untuk selaras. Tidak masalah kita langgar undang-undang,

hukum dan moral asalkan tetap selaras

dan citranya tetap bisa kita bikin tampak baik-baik saja. Kita jangan lakukan ini

atau itu, prinsipnya bukan ini tidak benar dan itu tidak baik, melainkan yang kita

jaga adalah "apa kata tetangga".

Kalau kita menangkap maling di kampung, kita bentak dia, "Jangan seenaknya

berbuat di kampung kami, kalau mau mencuri jangan di sini!" Prinsipnya bukan

Page 167: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 167

maling itu tidak boleh melainkan ada norma yang berlaku di kampung sini bahwa

jangan ada yang tampak mencuri. Mencuri tidak ada tapi jangan kelihatan

mencuri. Melanggar hukum dan keadilan itu soal tahu sama tahu yang tidak boleh

adalah melanggar keselarasan.

Perbenturan antara KPK dengan POLRI dan Pemerintah secara keseluruhan adalah

perbenturan antara keadilan melawan keselarasan. Yang mungkin tidak terlalu

disadari oleh Bibit dan Chandra adalah bahwa mereka itu perusak keselarasan.

Mereka juga belum faham benar bahwa di Negara Kesatuan Republik Selaras

Indonesia, hukum dan keadilan harus patuh kepada keselarasan. Mereka tidak

boleh merusak pekerjaan para petugas keselarasan nasional. Satu langkah saja

lagi hukum dan keadilan melakukan ketidaktaatan kepada keselarasan, maka ia

akan diberi label anarkisme atau makar.

....

Ditulis oleh: Emha Ainun Nadjib

- Kado Ulangtahun buat Gatra, 22 November 2009

Page 168: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 168

Supremasi Keselarasan (bagian II)

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 26 November 2009 jam 15:06

Indonesia Mengejutkan Dunia

Mohon jangan salah sangka, ungkapan tentang Supremasi Keselarasan itu tadi

sekedar titipan salah satu kado kepada Gatra dari guru saya, seorang Kiai yang

bernama Kiai Alhamdulillah. Saya sekedar mentranskrip dan menyampaikan

amanat itu kepada Gatra. Siapakah gerangan Kiai Alhamdulillah itu? Apa

saudaranya Kiai Astaghfirullah, Kiai Subhanallah dan Kiai Masyaallah?

Ceritanya begini. Gatra saya kenal sejak ia lahir, 19 November 15 tahun silam.

Saya juga mengenal orang-orang Gatra jauh sebelum Gatra lahir. Tetapi semua itu

pasti itu tidak membuat saya memiliki kompetensi ilmu, kredibilitas professional

atau kepatutan budaya untuk berdiri di sini. Saya merasa bahwa yang

menjerumuskan Gatra agar tersesat menyuruh saya berpidato kebudayaan

malam ini adalah 'sekedar' nilai persaudaraan dan kemanusiaan. Alhasil,

sebenarnya saya kurang percaya diri menjalankan penugasan dari Gatra ini,

sehingga saya memerlukan datang kepada Kiai Alhamdulillah untuk berkonsultasi,

meminta restu, syukur ditiup-tiupkan kekuatan ke ubun-ubun saya.

Ternyata beliau memang sudah menyiapkan kado untuk Gatra. Begitu saya di

terima, beliau langsung menyeret saya, didudukan di kursi, kemudian beliau

omong panjang tentang Supremasi Keselarasan itu.

"Tolong disampaikan kepada Gatra sebagai kado dari saya" kata beliau.

Page 169: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 169

Meskipun saya sangat bergembira karena dipercaya untuk menyampaikan titipan

kado itu, sebenarnya saya tidak paham-paham amat isinya. Saya merespon

sekedarnya, "Tapi isinya kok penuh pesimisme, Kiai?"

Beliau menjawab, "Alhamdulillah kado saya ini tidak ada hubungannya dengan

pesimisme atau optimisme. Bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang menjalani

hidup dengan tangguh tanpa terganggu oleh kecengengan yang bernama

pesimisme atau optimisme..."

"Aduh saya kurang paham, Kiai", saya menyela.

"Alhamdulillah tidak masalah, tidak paham itu tidak dosa. Yang penting kau

sampaikan saja kepada Gatra bahwa ulang tahunnya hari ini adalah ulang tahun

yang sangat indah. Gatra berulang tahun tatkala kita semua sedang berada pada

momentum zaman yang sangat menggairahkan. Terutama berkaitan dengan akan

segera datangnya saat dimana Indonesia akan mengejutkan dunia. Dunia akan

tampil dengan keindahan peradaban baru di bawah kepemimpinan Indonesia"

"Wah, optimis ya Kiai?" saya menyela lagi.

"Kamu cengeng" jawab Pak Kiai, "Watakmu kurang Indonesia. Orang Indonesia

asli itu watak utamanya adalah nekad dan tidak perduli"

Page 170: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 170

"Maksud saya, saya senang mendengar pernyataan Kiai yang terakhir tentang

bangkitnya Indonesia..."

"Hari-hari ini tanda-tandanya mulai muncul dari berbagai arah" Kiai Alhamdulillah

melanjutkan, "perhatikan dahsyatnya kepemimpinan negaramu sekarang ini,

amati mozaik penuh cahaya kebudayaan, kejujuran dan kelihaian manusia dan

bangsanya, riuh rendah estetika demokrasinya, sebaran delapan penjuru angin

pendidikan informasi persnya, progressifitas persekolahan dan kependidikannya,

cakrawala amat luas cara pemelukan keagamaannya, kerendahan hati

olahraganya, sopan santun pariwisatanya, serta yang utama tak terbendungnya

fenomenologi pemikiran-pemikiran baru yang semakin maju melampaui garda-

garda post modernisme. Akumulasi dari seluruh pergerakan dari sejarah dari

nusantara itu akan tak bisa dielakan oleh semua masyarakat dunia bahwa

Indonesia segera akan memimpin lahirnya peradaban baru dunia....."

"Maaf ya Pak Kiai, tadi kata sampeyan Hukum dan Keadilan mustahil ditegakkan,

karena yang berlangsung selalu adalah Supremasi Keselarasan. Bagaimana

mungkin dengan kondisi itu Indonesia bangkit memimpin dunia?"

"Jangan kawatir, nak" jawab beliau, "Yaumul Qiyamat pasti tiba. Yaum itu Hari,

Qiyamat itu Kebangkitan. Hari Kebangkitan peradaban baru dunia yang dipimpin

oleh Indonesia"

"Jadi benar akan Kiamat ya Kiai? Apakah itu yang di maksud dengan tahun 2012?"

Page 171: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 171

"Jangan mendahului Tuhan, nanti malah di batalkan"

"Lha ya itu maksud saya, Kiai, kengerian 2012 itu kita omong-omongkan terus

supaya Tuhan tersinggung sehingga membatalkan. Cuma masalahnya bagaimana

dengan hukum, keadilan dan keselarasan itu, Kiai?"

Bayi Lahir Putra Ibu Pertiwi

Kiai Alhamdulillah tidak langsung menjawab pertanyaan saya itu. Ia diam

memandang saya, kemudian berkata sangat serius dan pelan:

"Alhamdulillah tolong jangan potong saya sampai selesai, ini kado cinta sakral

kepada Gatra" kata beliau. "Alhamdulillah manusia dan bangsa Indonesiamu itu

berasal dari gen unggul, sehingga mereka lebih besar dan lebih tinggi dari hukum,

keadilan dan keselarasan. Bangsa Indonesia tinggal membolak-balik tangan,

segala sesuatu bisa diubah dan diatur.

Sebentar lagi bayi Indonesia akan segera lahir. Ibu pertiwi yang akan melahirkan,

bayi itu sekarang sudah mengalami "bukaan-2", kalau bukaan sudah sampai ke-

10, bayi akan lahir. Bayi itu bisa merupakan hasil total refresing dari anak bungsu

Ibu Pertiwi yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau bayi yang

sama sekali baru.

Page 172: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 172

Sangat tergetar hati saya menantikan kelahiran bayi itu, sebagaimana dulu air

ketuban pecah pada 28 oktober 2008 kemudian lahir bayi pada 17 Agustus 1945 --

karena bangsa Indonesia tampaknya tergolong bangsa dengan peradaban tertua

di muka bumi. Kalau bangsa Yahudi dan Arab yang sekarang menguasai keuangan

dunia adalah keturunan kakek Ibrahim AS, bisa jadi Induk Bangsamu beberapa

puluh atau ratus generasi sebelum itu.

Katakanlah mungkin sejak Javet alias Khawit atau Kawit putra Nuh AS, saudaranya

Kan'nan, Hasyim, Habsyah dan Bustomah. Bangsa Indonesia bukan bangsa yang

lahir tahun 1945, bangsa Indonesia adalah bangsa yang melahirkan Negara

Indonesia 1945. Bangsa Indonesia sudah sangat teruji melewati peradaban

Lemorian dan Atlantis, Astinapura dan Mahabharata, tidak sekedar meninggalkan

jejak di Somalia, jerman, Uruguay atau Madagaskar, juga tak sekedar melahirkan

Ajisaka, Keling, Kaliswara, Kalakulilo, Kutai, Tarumanagara atau Salakanagara.

Apalagi sekedar Singasari, Majapahit, Demak dan Mataram.

Berbagai kelompok generasi muda Indonesia saat ini sedang diam-diam

melakukan penelitian dan eksplorasi sosial di kantung dan jaringan yang dunia

media tidak memperhatikannya. Sebagian mereka sedang mempelajari situs-situs

di dua pertiga bumi, dari Eropa, Amerika Latin, hingga Afrika, Cina, Rusia,

terutama daratan luas dari yang sekarang di kenal sebagai jazirah Saudi hingga

Irian Jaya, yang memaparkan sebagai identifikasi tentang siapa bangsa Indonesia

sesungguhnya, dan mereka mampu menjelaskan lebih detail dari produk-produk

ilmiah yang sejauh ini ada.

Sebagian yang lain sedang menekuni fakta-fakta Replikasi Tuhan ke Manusia ke

peradaban, untuk mengetahui lebih persis bentuk kehancuran yang sedang

Page 173: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 173

berlangsung menuju puncaknya pada Peradaban ummat manusia mutakhir.

Mereka menguji dan mengkaji kembali apa yang sesungguhnya terselenggara

sejak Revolusi Industri. Mereka sedang mencari garis sambung antara low-tech

replikasi jasad, high-tech replikasi system-logic otak, automation assembly line,

prinsip digital, 0 dan 1, real-number dan imaginary-number, Boolean Logic dan

Fuzzy Logic, 8% dan 92% wilayah fungsi otak, komputer yang secanggih-

canggihnya namun tak sedikitpun mampu membaca kerinduan, amarah,

penasaran, sedih atau gembira dan semua itu coba ditemukan

konstekstualitasnya dengan informasi-informasi langit: bagan struktur misbah dan

zujajah, sistem kerja dinamis ruhullah, dzatullah, sifatullah, jasadullah, hingga ke

regulasi Negara mahdloh dan fenomenologi kebudayaan muamalah.

Beruntunglah ummat manusia yang menghuni puncak Peradaban di abad 20-21

yang di temani oleh wahyu Tuhan. Sebelum era Nabi Musa mundur hingga Adam,

ummat manusia mencari Tuhan sendiri dan merumuskannya sendiri, tanpa ada

wacana firman. Kalian sekarang tinggal menghapalkan Qul huwallohu Ahad, 99

asma Allah, di tambah dua tiga ayat, langsung jadi Ustadz. Para ilmuwan tinggal

buka Kitab Suci untuk menemukan karbon, pertemuan laut asin dan tawar,

interaksi dinamis antara otak dengan hidayah, sumber pemahaman dasar

matematika, fisika, biologi dan hipnotisme. Atau apapun saja. Anak-anak muda itu

tidak mau bangsanya terpuruk tanpa berkesudahan. Dengan penelitian-penelitian

itu langkah mereka ke depan adalah merumuskan dan meletakkan kembali dasar-

dasar Ideologi Negara, Ideologi Pendidikan, Ideologi Informasi, Ideologi

Keagamaan, Ideologi Kebudayaan, Ideologi Ekonomi, Ideologi Hukum, bahkan

Ideologi Pangan dan Kesejahteraan"

Ditulis oleh: Emha Ainun Nadjib

- Kado Ulangtahun buat Gatra, 22 November 2009

Page 174: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 174

Supremasi Keselarasan (bagian III - Selesai)

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 07 Desember 2009 jam 11:46

Negeri Demokrasi Sufi

Tidak sengaja spontan saya merespon: "Itu makar, Kiai!"

Pak Kiai tertawa. "Alhamdulillah tidak perlu ada makar. Di negerimu rakyat tidak

merasa terancam, sepanjang mereka masih punya sandang pangan, yang mereka

bisa mengusahakannya sendiri, dengan atau tanpa Pemerintah. Pemerintah tidak

perlu melakukan apapun, sebenarnya rakyat tidak masalah. Bahkan banyak rakyat

yang mempersilahkan uang pajak nasional itu dibagi-bagi saja oleh para Pejabat,

tidak ada masalah, asalkan jangan mempremani atau memalak rakyat yang

sedang bekerja mencari nafkah. Jadi, sekali lagi, tidak ada makar. Memang ada

kehancuran nilai, moral, mental, intelektual dan spiritual, tidak itu tidak dianggap

kehancuran. Kehancuran yang dikenal oleh bangsamu hanyalah kehancuran fisik."

"Maka alhamdulillah bayi itu akan lahir. Kita semua berdoa, jika ada yang

berusaha membuntu lubang rahim Ibu Pertiwi, sehingga diharapkan sang Bayi

akan batal lahir, semoga jangan lantas ada keputusan Operasi Cesar oleh petugas-

petugas Jagad Raya, para Eksekutor Alam Semesta, oleh Kepala-Kepala Dinas

Samudera dan Tsunami, Hujan, Banjir dan Longsor, Gunung, Lempengan Bumi di

perut bumi Nusantara dan Gempa, Pemanasan Global, Gas Metan di Kutub Utara,

anarkisme meteor-meteor, serta ruh-ruh Energi dan Frekwensi yang serabutan

maqamat-nya, serta sejumlah birokrat langit bumi lainnya"

Page 175: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 175

"Akan tetapi bencana-bencana itu bisa tak perlu terjadi, karena semua semua

yang terjadi ini tetap dalam lingkup Pancasila, yang menjunjung tinggi nilai-nilai

rohaniah. Bencana-bencana itu bisa batal, meskipun korupsi makin merajalela.

Karena dalam Pancasila terbuka peluang sangat luas untuk menafsirkan nilai-nilai.

Misalnya, sesungguhnya itu semua bukan korupsi, bukan sistem yang korup,

bukan pencurian yang merata — melainkan Shadaqah. Shadaqah adalah

beralihnya uang, dana atau jasa secara sukarela dari satu tangan ke tangan lain.

Ciptakan suatu atmosfir kenegaraan dengan wacana-wacana yang membuat

semua peralihan keuangan itu bersifat sukarela dan bermakna shodaqah.

Sosialisasikan nilai bahwa ridha bir-ridla atau saling sukarela adalah pencapaian

silaturahmi yang ideal. Kalau ada yang belum ridha dan merasa itu adalah

pemerasan, harus dididik sampai bisa mencapai ridha. Kewajiban mendidik

warganegara menuju tingkat ridha itulah tugas Pemimpin, Pemerintah, Para Wakil

Rakyat, Kaum Ulama segala Agama, Pers dan semua pelaku-pelaku utama yang

lain dalam seiarah. Pasanglah spanduk di jalan-jalan yang mendidik publik:

`Relakanlah ke manapun uang Negara pergi, toh yang memakai adalah sesama

manusia, sesama makhluk Allah'.

"Pancasila bisa menggali nilai-nilai Agama, misalnya Sufisme. Kalau perlu

dilegalisir saja pedoman nasional bahwa Negeri kita adalah Negeri Demokrasi Sufi

yang berlandaskan pancasila. Di dalam Negeri Demokrasi Sufi, Presidennya harus

Sufi, seluruh Menteri dan Pejabat-pejabatnya harus Sufi. Demikian juga

Tentaranya, Polisinya, termasuk para Pengusahanya, olahraganya, keseniannya,

harus Sufi. Presiden Sufi adalah Presiden yang sesungguhnya tidak bersedia

menjadi Presiden lagi, tetapi demi Indonesia bersatu maka `Lanjutkan!'. "

"Kabinet Sufi adalah Menteri-Menteri yang rela lilo legowo tidak ditempatkan

atau ditempatkan di penugasan Kementerian manapun, meskipun seandainya

Page 176: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 176

mereka tidak memiliki kompetensi proffesional. Kalau mereka menolak, akan bisa

terjadi pertengkaran antar kelompok politik. Presiden dan Menteri-Menteri Sufi

harus menomersatukan kedamaian, dan menghindarkan segala kemungkinan

konflik."

"Sufisme itu intinya adalah kesanggupan berpuasa. Berpuasa makna luasnya

adalah sanggup melakukan sesuatu yang ia tidak suka, atau mampu tidak

melakukan yang ia suka. Umpamanya saya tidak suka memeras orang, tetapi demi

mengasah kemampuan rohaniah, maka saya memeras"

"Menutupi aib sesama manusia, adalah termasuk nilai Sufi yang tinggi. Apalagi

yang punya aib itu orang dijajaran tugas kita sendiri. Tuhan melarang hamba-Nya

memperhinakan sesamanya. Bahkan dalam berolahraga, sebisa mungkin kita

menjaga hati sesama manusia. Kalau kita menang dalam pertandingan sepakbola

atau bulutangkis, harus kita perhitungkan bahwa lawan main kita pasti kesakitan

hatinya kalau kita kalahkan. Maka yang terbaik adalah kita mengalah. Kalau ada

striker lawan menggiring

bola capk-capek ke gawang kita, Kiper kita harus minggir dan mempersilahkan

bola dimasukkan. Dengan demikian olahraga kita memiliki kwalitas nilai

kemanusiaan yang sangat tinggi".

"Atau ambil contoh lain misalnya Pengusaha, Khusus di Indonesia, para

Pengusaha memiliki peluang sangat besar untuk berjuang mencapai tingkat Sufi

yang tertinggi. Para Pengusaha di Indonesia setiap saat harus siap bersedekah,

setiap langkahnya harus bersedekah kepada Negara yang diberikan melalui para

Pengurus Negara. Pengusaha yang tidak bersedekah, alhamdulillah pasti menjadi

Sufi bangkrut."

Page 177: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 177

"Sebab sedekah itu kemuliaan, bukan keanehan. Kamu tahu artinya sedekah?

Infaq yang tidak wajib itu namanya shadaqah, kalau wajib itu namanya zakat.

Pengusaha Indonesia tidak wajib bershadaqah, tapi mereka perlu meningkatkan

kwalitas rohaniahnya, sehingga yang sebenarnya tidak wajib bisa ditingkatkan

menjadi wajib. Ada yang bertanya: apakah itu bukan pemerasan? Itu pemerasan

hanya bagi Pengusaha yang tidak berhati ikhlas. Jadi ini bukan soal hukum,

melainkan soal keikhlasan hati. Kemudian ada lagi yang bertanya: apakah itu

bukan sogokan? Alhamdulillah sama sekali bukan sogokan, sebab Pejabat yang

menerima sedekah itu niatnya bukan mencari uang, melainkan menguji iman si

Pengusaha"

Kaliber Dunia

"Saya akhiri kado ini", kata Kiai Alhamdulillah akhirnya, "karena saya ingin Gatra

tetap langgeng penerbitannya"

"Sampaikan respek saya kepada Gatra. Pers Indonesia, dan pasti juga Gatra,

adalah salah satu sumber energi sosial dan pendidikan sejarah yang turut

memberi sumbangan besar kepada Kebangkitan Indonesia 2012. Koran-koran dan

Majalah melakukan pencerdasan bangsa 3-5 kali lipat dibanding era-era

sebelumnya. Televisi-televisi bekerja keras 24 jam sehari untuk membuat

bangsanya menjadi sangat dewasa, matang dan berwawasan luas"

"Pers bisa ambil peranan besar dan hampir mutlak dalam hal Yaumul Qiyamat ini.

Apalagi Pers Indonesia adalah pers terbebas di seluruh dunia. Paling merdeka dan

Page 178: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 178

independen. Pers Indonesia tidak punya atasan, semua yang lain adalah

bawahannya: baik dan buruk, benar dan salah, indah dan jorok, informasi dan

disinformasi, tuhan dan hantu, semuanya patuh kepada kebijakan dan strategi

redaksionalnya. Pers Indonesia sangat independen, berdiri karena dirinya sendiri,

melindungi dirinya sendiri, setia dan memegang sepenuhnya hak untuk

menghukum dirinya sendiri"

"Jangan lupa, mantapkan hati Gatra, bahwa uemokrasi Indonesia adalah

demokrasi paling fenomenal dan gegap gempita di seluruh dunia. Hendaknya

Gatra berbangga memiliki Pemerintah yang paling sukses dan prolifik di seluruh

dunia.

Gatra adalah bagian dari bangsa tertangguh dan paling proffesional me-maintain

kehidupannya masing-masing dibanding seluruh bangsa-bangsa lain di dunia.

Manusia Gatra adalah manusia Indonesia, manusia paling tahan uji, paling banyak

tersenyum dan tertawa, bahagia, penyabar, pemaaf dan pelupa di seluruh dunia.

Gatra adalah pelaku kebudayaan Indonesia, kebudayaan yang terkaya, paling

ragam dan tak terbatas kreativitasnya sehingga tidak memerlukan bentuk dan

kepribadian.

Para pekerja Gatra adalah juga bagian yang indah dari dinamika kehidupan

beragama di Indonesia, yang paling matang di seluruh dunia. Kematangan itu

sedemikian rupa membuat para pemeluknya sudah sempurna prosesnya, tidak

lagi memerlukan pemikiran, penafsiran, pembenahan atau perbaikan apapun"

"Dan akhirnya, jangan pernah lupa bersyukur Gatra dan bangsa Indonesia

memiliki pemimpin seorang Negarawan tingkat tinggi dan Presiden berkaliber

dunia. Gatra jangan ikuti orang-orang yang dangkal berpikirnya dan sempit

pandangannya, yang selalu mengkritik Presidenmu sebagai pemimpin yang

Page 179: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 179

peragu, lamban, tidak punya ketegasan, tidak punya nyali untuk bertindak

obyektif, atau macam-macam lagi kesimpulan-kesimpulan yang cengeng dan

hanya bersifat impressional. Alhamdulillah, beliau itu manusia yang sangat lembut

perasaannya dan tidak hatinya tegaan. Beliau tidak kuat perasaannya

menyaksikan satu saja warganegaranya yang kesakitan. Beliau pasti akan

membela mati-matian siapapun yang akan dijatuhkan atau disakiti, terutama yang

sudah membuktikan kerja keras dan kesetiaan kepada beliau. Beliau adalah

Panglima Keselarasan".

Ditulis oleh: Emha Ainun Nadjib

- Kado Ulangtahun buat Gatra, 22 November 2009

Page 180: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 180

Tak Ada Cinta di Media: Tribute to Mbah Surip

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 29 Juli 2009 jam 16:34

Ditulis Oleh: Muhammad Taufiq

Saya mengenal Mbah Surip sekitar tahun 2004. Waktu itu SCTV yang beberapa

kali menayangkannya. Tetapi “ledakan” kepopulerannya tidak terjadi. Terhitung

hanya beberapa bulan saja orang mengenal dan membicarakannya. Mungkin

karena kemasan entertaining-nya ga “kena” waktu itu.

Lama berselang, kakek yang kabarnya lahir di Mojokerto 60-an tahun yang lalu ini,

tidak saya dengar sama sekali. Hingga sampai akhir tahun 2006 saya mendapati

kembali pria paruh baya dengan penampilan dan gaya khasnya ini di acara

Kenduri Cinta (KC). Dia selalu menjadi “artis tetap” di acara yang dimotori oleh

Cak Nun (panggilan akrab Emha Ainun Nadjib) ini. Waktu itu KC selalu digelar

sebulan sekali. Namun seiring dengan dialektika yang terjalani, acara yang digelar

setiap Jumat kedua ini hanya tentatif saja belakangan. Ia akan hadir di Taman

Ismail Marzuki (TIM) jika memang “sudah waktunya” untuk tampil.

Begitulah. Setiap ada KC maka di situ pula ada Mbah Surip. Jika Cak Nun dengan

Kyai Kanjengnya ditanggap oleh komunitas tertentu pun, Mbah Surip tidak pernah

ketinggalan nimbrung bersama mereka. Lagu yang dibawakannya juga tetap lagu

yang banyak ditembangkan oleh banyak orang sekarang ini. Alhasil lagu “Tak

Gendong” itu sudah amat akrab di telinga ini sejak akhir 2006. Apalagi buat orang-

orang yang suka nongkrong bareng dengannya di Warung Apresiasi (Wapres)

Bulungan atau komunitas awal KC. Dan sebenarnya tidak cuma lagu itu yang

cukup populer dan banyak diminati oleh jamaah KC. Ada lagu namanya “Bangun

Page 181: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 181

Tidur”. Lagu ini malah sudah jadi semacam lagu wajib di acara yang kumpulan

manusianya disebut dengan ma’iyah (kebersamaan) ini. Selain itu ada juga yang

judulnya “Lagu Siluman”. Wah, yang ini malah lebih nyentrik lagi dari “Tak

Gendong”. Pembawaannya juga jauh lebih nyentrik dari pada klip yang ada di TV.

Keberadaan Mbah Surip di acara yang sering disebut maiyahan ini sering menjadi

penyegar disaat jumud menghinggapi para hadir. Jika penat karena diskusi sudah

terasa maka tampillah si Mbah. Yang hadir pun sontak tertawa, padahal belum

lagi dia bernyanyi. Seperti yang sering kita saksikan di TV akhir-akhir ini, segala

tingkah polanya memang selalu mengundang tawa. Bahasanya yang rada-rada

aneh, keterangannya yang lumayan ngawur namun mengandung unsur surprise,

selalu membuat semua yang hadir tertawa. Apalagi jika tawa khasnya keluar,

membuat yang hadir tambah terpingkal-pingkal. Jika sudah demikian, suasana

segar namun hangat terasa kembali.

Saat itulah kami merasakan cinta – sebuah relasi yang tidak dihitung berdasar

logika untung-rugi. Mbah Surip tampil menyanyikan lagunya karena cinta kepada

kami; kami pun menerimanya dengan penuh kecintaan kepadanya. Tidak ada

yang dibayar maupun membayar di acara ini. Tidak tampak rasa bosan meski

setiap bulan selalu lagu itu-itu saja yang disajikan si Mbah. Semua karena

kecintaan yang hadir kepada satu sama lainnya. Berbicara tentang apa saja

asalkan selalu dialasi oleh cinta. Cinta kepada bangsa, negara, sesama, kepada

Tuhan, alam, dan siapapun serta apapun asalkan pantas untuk didekati dengan

cinta. Namanya saja Kenduri Cinta. Pesta dari, oleh, untuk, dan karena cinta.

Bukan hanya rambut gimbalnya yang membuat pria (yang kabarnya pula) beranak

empat ini menarik. Pembawaan Mbah Surip yang “ultra” poloslah yang justru,

Page 182: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 182

menurut saya, membuatnya unik. Bahkan teramat unik. Mbak Bertha, guru vokal

yang wajahnya juga sering nongol di acara Kontes Dangdut TPI (KDI), menilai si

Mbah sebagai sosok yang amat merdeka. Ia bisa tidur dimana saja dia mau. Dia

tidak tergantung pada tempat tidur untuk bisa tidur. Ia tergantung pada matanya,

yang jika merasa ngantuk ia akan pejamkan saat itu pula. Entah itu di halte, di

cafe, atau dimanapun dia berada. Cak Nun sendiri mengumpamakan Mbah Surip

seperti tahi lalat. Keberadaannya mungkin remeh dan tidak penting. Tetapi ia bisa

membuat manis wajah seseorang. Keberadaan Mbah Surip mungkin tidak

penting. Tetapi ia membuat manis hidup ini. Ia membuat banyak orang terhibur

setiap mereka mendapatinya.

Kepolosan itulah yang mungkin menular pada lagu-lagunya. Jika bukan Mbah

Surip yang membawakan lagu “Tak Gendong”, hasilnya pasti tidak akan seperti

Mbah Surip membawakan. Jadi perpaduan diri dan lagu yang poloslah yang,

menurut saya, membuat lagu yang kabarnya sudah menjadi ring back tone (RBT)

lebih dari sejuta pengguna ponsel ini meledak.

Tetapi rasanya bukan itu semata yang membuatnya jadi terkenal. Bahkan faktor

kepolosan bukanlah faktor yang menjadikannya terkenal. Kepolosan hanyalah

nilai uniknya. Kepolosan adalah “nilai jualnya”. Yang membuatnya jadi terkenal

adalah media. Media massa telah membuat si Mbah menjadi lebih tenar dari

sebelumnya. Sekarang hampir setiap orang mengenalnya. Orang-orang dari

Merauke hingga Sabang. Mungkin juga di negeri tetangga. Lagunya dinyanyikan

oleh banyak orang, dijadikan RBT, dan sebagainya.

Jadwal show pun berdatangan. Dari stasiun TV ke TV lainnya. Dari satu kota ke

kota lainnya. Tidak hanya untuk bernyanyi, tetapi juga untuk acara komedi, reality

Page 183: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 183

show, infotainment, dan lain-lain. Managernya sampai kewalahan mengatur

jadwal kabarnya.

Mbah Surip pun jadi OKB (orang kaya baru). Sebuah mobil sudah dimilikinya.

Rumahnya tambah ciamik. TV-nya baru, lebih besar dari sebelumnya. Royalti dari

RBT lagu “Tak Gendong” saja kabarnya sudah 4,5 milyar. Itu pun cuma dari satu

provider, belum dari provider yang lain. Belum lagi honor dari show-show yang

lain. Singkatnya Mbah Surip sudah jadi selebritis baru. Keberadaannya sudah

terima lebih luas. Tidak hanya di komunitas-komunitas yang “kering” saja seperti

selama ini.

Namun itulah yang saya wanti-wanti – sesuatu yang menjadi semacam

kegelisahan saya. Saya teringat sebuah “teori” dari salah seorang teman. Dia

bilang, “siapa yang dibesarkan oleh media, akan dikecilkan oleh media suatu saat

kelak”. Sekelebat kemudian saya teringat pada Aa Gym, dai kondang yang pernah

dimanja oleh media. Di siarkan kemana-mana. Setelah dia mempraktekkan

poligami, media pun seolah “membunuhnya”.

Tentu saja saya berharap itu tidak terjadi pada diri unik si Mbah. Saya berharap

pria nyentrik yang ngakunya sudah jalan-jalan ke banyak negara ini tidak “depend

on” media. Tidak keblinger karena besar oleh media. Tidak lupa diri karena

terkenal. Tidak berubah karena sudah masuk TV, dan tidak-tidak sejenis lainnya.

Pendeknya tidak “kalah” oleh media. Saya tidak mau melihat si Mbah yang

merdeka menjadi terjajah oleh dan karena media yang korporatis seperti

sekarang ini. Lebih dari itu saya berharap Mbah “nyentrik” Surip ini bisa lebih

besar dari kebesaran yang dibuat oleh media padanya.

Page 184: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 184

Kadang-kadang dalam hati kecil saya berdoa agar si mbah tidak lama-lama

“dipake” oleh media. Bukan karena tidak mau si mbah jadi terkenal, kaya, atau

yang lainnya. Tetapi karena media tidak memiliki CINTA.

Page 185: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 185

Tak Pernah Berpikir

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 23 November 2009 jam 10:05

Ditulis Oleh: Muhammad Ainun Nadjib

Saya tak pernah berpikir. Pikiran saya bukanlah saya, sebagaimana peci bukanlah

saya, tangan saya bukan saya. Yang berpikir itu otak saya, artinya tidak seluruh

peralatan diri saya yang lain perlu terlibat berpikir. Jadi energi yang diperlukan

oleh otak saya untuk berpikir dibimbing dan di-supply oleh akal. Akal itu sejumput

rahasia Tuhan yang menyentuh syaraf otak tertentu. Melalui sentuhan ini saya

mendapatkan gagasan, ide, visi, atau apapun yang disebut kreativitas. Jadi saya

tidak kreatif, kreativitas hanyalah supply kepada saya. Kalau gagasan harus diolah,

tinggal kita cemplungkan ke dalam sistem kerja otak, dan nanti ia bekerja sendiri,

kita tinggal menunggu hasilnya, sambil main kartu, mengaji, atau bercanda

dengan anak. Jadi sang Supplier tidak pernah aus. Tuhan tidak pernah berakhir,

tinggal saya siap nempel Dia terus atau tidak.

Page 186: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 186

Terima Kasih: Engkau Jadikan Aku Raja

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 06 Juli 2009 jam 15:49

Nuwun Sewu,

Istana Negara - 1885

Sebuah tempat tinggal selalu mencerminkan siapa penghuninya. Rumah adalah

tempat tinggal manusia. Sesungguhnya setiap manusia berada dalam derajad

yang sama – awalnya bayi yang fitri. Kemudian manusia merasa perlu berbeda

(being recognized) dan membedakan diri (self recognition) dengan yang lain

dalam berbagai strata. Strata yang dibuat oleh manusia untuk manusia lainnya.

Tempat tinggal orang miskin disebut gubug, orang yang sangat miskin di ‘gubug

reyot’. Tempat tinggal orang kota yang mulai kaya yang bertumpuk-tumpuk yang

disebut apartemen. Tempat tinggal orang kota tidak kaya yang juga bertumpuk-

tumpuk disebut ‘rumah susun sederhana’. Tempat tinggal orang bijak yang

mengajarkan kebajikan menyebutnya ‘padepokan’. Dan tempat tinggal seorang

raja disebut “istana (palace)”.

Ratu-ratu dan raja-raja di dunia selalu tinggal di istana.

Indonesia tersurat sebagai Negara dalam tatanan Republik, seperti Amerika

Serikat dimana Presiden disebutkan sebagai kepalanya. Indonesia serupa dengan

Amerika Serikat, yang berputar melingkar dalam “orbit demokrasi” ketika

menjalankan tata pemerintahannya. Serupa dan memang berbeda!.

Page 187: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 187

Pusaran orbit demokrasi Amerika terbatas lagi monoton. Terbatas hanya dua

partai – tak ada pilihan lain. Hanya dengan dua partai ini, berdemokrasi di

Amerika sesungguhnya lebih mudah dan lebih murah. Dan ketika seorang

Presiden sudah terpilih, sang Presiden ini hanya bertempat tinggal di “rumah

putih (white house)”.

Ke-Indonesia-an adalah kreatifitas. Walaupun demokrasi yang berlaku saat ini

adalah hasil contekan, namun kreatifitas politisi Indonesia mampu membuat

demokrasi yang monoton dan membosankan jadi semarak dan mengesankan.

Orang Amerika tidak serius dalam “pesta (party)”, karena orbit demokrasinya

hanya diramaikan hanya oleh dua partai (dual parties).

Demokrasi Amerika adalah demokrasi pelit, sepi dan membelenggu hak azasi.

Bagi politisi Indonesia sebuah pesta harus semarak, tak pelit, sedikit genit dan tak

perlu ‘ngirit’, makin banyak partai makin bergengsi. Para politisi Indonesia

memang “serius pesta”. Sebuah pesta harus meriah dan megah. Tak perlu irit,

walupun ‘ngutang’ mereka tak sayang uang. “Wong untuk rakyat kok sayang

uang!. Biar hutang besar yang penting bukan saya yang bayar! Biar banyak hutang

yang penting nampang!” kira-kira begitu (politisi memang paling suka kira-kira).

Sejak merdeka di tahun 1945, Indonesia diperintah oleh seorang Presiden yang

“dirajakan” oleh rakyatnya sendiri. Presiden Raja ini berkuasa dan bertahta di

istana – Istana Merdeka. Sang Raja didampingi oleh permaisuri (kadang ada

selirnya juga) yang dinobatkan sebagai “Ibu Negara”. Dan anak-anak sang raja

diperlakukan sebagai pangeran (prince/princes) yang selalu menjadi berita,

diberikan “privilege” dan dihormati dimana-mana. Layaknya seorang raja, ia perlu

membangun lingkaran-lingkaran yang teridiri dari para punggawa setia untuk

mengamankan dan menyamankan kedudukannya. Bahkan sang Presiden Raja

Page 188: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 188

memiliki beberapa penasehat spiritual dan perlu “lelaku” untuk menjaga

kewibawaannya.

Bukankah dahulu Pak Amin Rais banyak disebut orang sebagai “the King maker”

yang berhasil menempatkan Gus Dur menjadi Presiden menggantikan Pak BJ

Habibie?. Sebutan ini benar, dan benar-benar “bener” menempatkan Gus Dus

sebagai Presiden Raja yang memerintah dari Istana Merdeka. Bahkan ada sebuah

stasiun Televisi yang menayangkan program “Menuju Istana” bagi calon Presiden

Raja yang hendak bertahta.

Bagi Presiden Raja, telah tersedia pula Istana persinggahan untuk keluarga dan

kerabat kerajaan kepresidenan. Ada Istana Bogor, Istana Cipanas, Istana Tapak

Siring siap dikunjungi untuk besantai.

Istana (palace) adalah tempat raja,ratu atau kaisar – house of emperor. Jika ada

yang mengatakan bahwa sebutan “istana” hanyalah istilah, maka apakah hanya

tersedia “satu istilah” yang layak dan pantas bagi seorang Presiden yang benar-

benar mempresideni Negara ini – istana?. Man act upon his words and verbal

behavior show the color of his character.

InsyaAllah masih ada sinar mentari di tanggal 8 Juli.

Silahkan mencontreng wajah Presiden Raja, setengah Presiden setengah Raja atau

Raja yang jadi Presiden – Selamat menikmati puncak kreatifitas demokrasi yang

berseni.

Wis bener, wis apik!..Cocok.

Ngapunten,

Salamku yo dongaku,

Pudjidiot

Page 189: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 189

Tiga Substansi Dari Peristiwa Hijrah

oleh Komunitas Kenduri Cinta pada 18 Desember 2009 jam 9:54

Ditulis Oleh: Muhammad Ainun Nadjib

Pertama.

Momentum hijrah itulah yang dipakai untuk menandai satuan waktu, awal tahun

dan abad Islam. ‘Ilmu’nya di sini terletak pada kenyataan bahwa bukan hari atau

tahun kelahiran Muhammad saw. yang dipakai sebagai patokan awal abad Islam,

sebab fokus ajaran Islam tidak pada Muhammad, melainkan pada ajaran Allah

yang dititipkan melalui ia.

Islam tidak bersikap feodal dan verted-interest dengan memonumenkan

Muhammad sebagai manusia, karena yang terpenting adalah kasih sayang Allah

yang dibawanya untuk seluruh ummat manusia. Muhammad bukan founding

father of Islam. Agama tidak didirikan oleh Nabi, Rasul atau manusia. Agama

bukan bikinan atau ciptaan yang selain Allah.

Otoritas atas kehidupan manusia seratus persen berada di tangan Allah, dan para

Nabi hanya menyampaikannya. Bagi tradisi sifat Allah, Nabi dan Rasul boleh tidak

ada. Allah berhak tidak menciptakan Muhammad, tidak memilihnya sebagai

kekasih, atau melakukan apapun. Jadi, sekali lagi, yang penting adalah ‘hijrah’nya,

bukan ‘Muhammad’nya meskipun karena etika historis dan logika cinta:

Muhammad kita sayangi sesayang-sayangnya sebagaimana Allah menyayanginya

melebihi sayangNya kepada apapun dan siapapun saja.

Kedua.

Hijrah sebagai acuan pokok ilmu, ajaran dan cinta kasih Islam.

Page 190: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 190

Anda jualan bakso itu menghijrahkan bakso ke pembeli dan si pembeli

menghijrahkan uang kepada Anda. Anda buang air besar itu menghijrahkan

sampah biologis ke lubang WC. Anda nikah dan bikin anak itu menghijrahkan

sperma ke ovum istri. Anda juga menghijrahkan Suharto ke rumahnya,

menghijrahkan Habibie ke Binagraha dan seterusnya. Anda menghijrahkan uang

Anda ke brangkas bank. Anda menghijrahkan diri Anda ke rumah Allah.

Hidup adalah hijrah dariNya menuju keharibaanNya. Hidup hanya berlangsung

dalam konsep dan mekanisme hijrah. Tidak ada benda, makhluk, peristiwa atau

apapun saja dalam kehidupan ini yang tidak berhijrah. Yang menjadi masalah dan

pilihan manusia adalah pengakuan dari mana ia berhijrah, ke mana ia sedang dan

akan menghijrahkan dirinya, dengan cara apa ia melakukan hijrah.

Anda menghijrahkan uang dari kas kantor ke kas keluarga: pertanyaannya terletak

pada bagaimana konteks dan nilai (akidah, akhlak, hukum) hijrahnya uang itu.

Yang disebut Era Reformasi, jatuhnya Suharto, kerusuhan Ambon, pekikan Aceh,

kasus Bank Bali, tempe-delenya perilaku politisi, sidang MPR dan apapun diikat

oleh bagaimana nilai seseorang menghijrahkan dirinya, aspirasinya, political will-

nya.

Di situ terdapat langit nilai baik buruk, benar salah, indah dan jorok; serta

terdapat acuan formal: legal atau illegal, sah atau tidak sah, halal atau makruh

atau haram atau malah wajib, dan seterusnya. Menjadi jelas bahwa empasis nilai

Islam tidak pada Muhammad, melainkan pada nilai Hijrah. Muhammad wajib

patuh kepada nilai hijrah, terikat untuk menjadi uswatun hasanah atau teladan,

Page 191: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 191

dan tidak boleh melanggar kasih sayang Allah yang sudah Ia rumuskan dalam Al-

Qur’an, serta yang juga dicipratkan melalui subbah-nya atas Muhammad sendiri.

Ketiga,

Metodologi dan strategi hijrah. Yang dilakukan pertama-tama oleh Rasulullah

saw. begitu tiba di Madinah adalah mempersaudarakan Kaum Muhajirin dengan

Kaum Anshor. ‘Mempersaudarakan’ ini sangat luas maknanya:

mempersaudarakan dalam konteks transaksi kultural, sosiologis, politis dan lain

sebagainya. Negara Indonesia kecolongan kerusuhan di Ambon, Timor Timur dan

Aceh dll. Karena konsep persaudaraan mereka tidak digali, diterjemahkan dan

dirumuskan ke dalam konsep nasionalisme, persatuan dan kesatuan yang jelas.

Ketidakjelasan konsep itu membuahkan ketidakmenentuan komunikasi, etika

pergaulan antar kelompok, kecurangan politik, dan menjadi lebih parah lagi

karena kepemimpinan ilmu kenegaraan Indonesia tidak bersedia mensyukuri ilmu

dan ajaran Allah yang mendialektikakan konteks-konteks horisontal dengan

vertikal. Kalau tidak karena perlindungan dan kasih sayang Allah kepada rakyat

kecil, negara Indonesia tidak akan sanggup menyelamatkan dirinya sendiri.

Page 192: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 192

Warung Jodoh

by Komunitas Kenduri Cinta

Ditulis Oleh: Emha Ainun Nadjib,

Mungkinkah di warung kopi, pelanggan ketemu jodoh?

Tentu saja mungkin "... lnna khalaqnakum min dzakarin wa untsa . lita'arafu. ." --

kata Tuhan -- ...

Kuciptakan kalian menjadi lelaki dan wanita ...untuk saling berkenalan..."

Saling berkenalan. Boleh di asrama, di terminal, maupun di warung kopi. Mencari

jodoh itu mulia. Dan kalau toh pelanggan masih gagal ketemu jodoh,siapa tahu

malah penjaga warungnya yang ketiban pulung.

Misalnya seorang pelanggan wanita usul: mBok tolong bikin kopi campur jahe!--

Disebut oleh pelanggan lelaki: Lho, kok seleranya sama dengan saya?

Nah, dialog, lita'arafu. tinggal diteruskan.

Saya sendiri beberapa bulan terakhir ini banyak keliling ke berbagai tempat di

Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur, dalam rangka 'mencarikan jodoh'seorang

karib yang nasibnya agak malang. Aduh tapi susahnya. Kalau pas dia mau,

cewenya yang ogah. Kalau cewenya ngebet, dia yang kurang stroom.

Padahal sudah empat bulan ini karib kita itu puasa tak makan, Prihatin.

Apakah ia lelaki tipe Siti Nurbaya decade? Yang jelas ia belum pernah pacaran dan

tampaknya tak becus pacaran. Jadi, cita-citanya bukan pacaran,melainkan kawin.

Kalau bisa bulan ini juga, setidaknya tahun ini.

Page 193: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 193

Lha wong uslanya sama dengan saya. Nanti selak ketuwan banget.*

Ternyata ia juga tak siap untuk "nyiti nurbaya". Artinya ia tak siap untuk tiba-tiba

kawin dan segala risikonya dihadapi dengan segala gairah belajar dan

kematangan. Soal cinta, akan tumbuh bersama kerja dan partisipasi.

Ternyata dia butuh approach. Dialog. Proses, yang sebenarnya biasanya --

ditempuh lewat pacaran. Jadi, susah.

Sementara banyak gadis yang saya pertemukan dengannya segera terjebak oleh

pemandangan kulit luar.

Karib saya ini tidak cakep, pakaian sama sekali tidak ngepop. Pokoknya tak

menarik. Segera dia tak lulus ujian pertama di mata perawan.

Apaagi kalau 'mata ujian'-nya' seperti yang sering terbaca di rubrik. Kontak Jodoh.

Misalnya, "Dicari lelaki usia maksimal 35 tahun, sarjana, punya pekerjaan tetap,

bertanggung jawab..." Dan yang mencari itu gadis 35 tahun,sarjana muda,

pekerjaan tetap dan mengaku setia.

Lha karib saya itu pasti tak lulus. Dia sudah 36 tahun. Bukan sarjana dan tak punya

kerja tetap: dia hanya asisten sutradara film yang sudah cukup kaya dan mampu

mengangkat ekonomi Ibu dan 8 saudara-saudarinya. Apakah ia bertanggung

jawab dan setia? Harus kawin dulu, untuk membuktikan tanggungjawab dan

kesetiaannya? Selebihnya, ia 'sekadar` lelaki yang baik, amat baik, amat santun,

hati lembut, penyabar, rajin shalat. Sedemikian rupa sehingga akan sangat banyak

sahabat-sahabatnya yang cemburu dan merasa kehilangan kalau ia nanti kawin.

Tapi ya Gusti yang dicari wanita mungkin lain, atau mereka tak tahu bagaimana

tahu apa yang dicarinya.

*) Maksudnya, "keburu tua".

Page 194: Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Catatan Komunitas Kenduri Cinta I

Page 194

Bersambung ke edisi II…. (coming soon) ☺☺☺☺

Maturnuwun…

Jay