Hipnoterapi Bukan Pil Ajaib 1 VIEWS | POSTED BY ADI W. GUNAWAN ON JULY - 5 - 2007 6 COMMENTS Sejak buku saya yang ke delapan, Hypnotherapy: The Art of Subconscious Restructuring, beredar dan kini telah menjadi national best seller saya mendapat sangat banyak sms, telpon, maupun email dari pembaca. Ada yang mengucapkan selamat atas terbitnya buku, yang menurut mereka sangat informatif, mudah dicerna, dan diaplikasikan. Ada juga yang bertanya hal-hal yang masih kurang mereka mengerti. Ada juga yang minta waktu bertemu untuk konsultasi dan terapi. Dari sekian banyak klien yang pernah saya tangani ternyata banyak yang mempunyai persepsi, ekspektasi, dan pemahaman yang kurang pas mengenai hipnosis dan hipnoterapi. Banyak klien yang bertanya,”Pak, apakah dalam satu sesi masalah saya bisa terselesaikan?”, ”Pak, bisa tolong anak saya dihipnosis atau dihipnoterapi supaya mau mengikuti saran saya?”, ”Pak, suami saya selingkuh. Bisa terapi supaya dia lupa sama WIL-nya?”, ”Pak, usaha saya sepi. Bisa bapak ajarkan cara menghipnosis pembeli supaya setiap kali saya menawarkan produk mereka langsung beli?”. Dan yang lebih heboh lagi ada yang pernah bertanya, ”Pak, tolong ajarkan teknik hipnosis supaya orang yang memberikan utang pada saya bisa dihipnosis sehingga menjadi baik hati dan tidak tega atau sungkan menagih hutangnya”. Anda mungkin bisa tersenyum saat membaca berbagai pertanyaan di atas. Namun begitulah yang saya alami. Saya sendiri seringkali hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Dari berbagai pengalaman itulah saya akhirnya memutuskan menulis artikel ini untuk “meluruskan” pandangan keliru mengenai hipnoterapi. Apakah hipnoterapi sangat efektif untuk membantu menyelesaikan berbagai masalah klien, khususnya yang berhubungan dengan mental/emosi? Jawabannya sudah tentu,”Ya”. Apakah semua masalah bisa langsung diselesaikan dengan hipnoterapi? May be yes…may be no. Hipnoterapi walaupun sangat efektif, karena bisa langsung mengakses pikiran bawah sadar, tetap membutuhkan pengetahuan pendukung agar terapi bisa dilakukan dengan hasil optimal dengan sesedikit mungkin sesi terapi. Memang, selama ini dari pengalaman saya pribadi, saya mampu membantu klien menyelesaikan masalah mereka hanya dengan satu sesi terapi saja. Namun seringkali saya juga membutuhkan beberapa sesi. Bahkan ada yang sampai beberapa bulan. Rentang waktu untuk tiap sesi biasanya satu minggu. Ini saya beri contoh beberapa kasus.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Hipnoterapi Bukan Pil Ajaib1 VIEWS | POSTED BY ADI W. GUNAWAN ON JULY - 5 - 2007 6 COMMENTS
Sejak buku saya yang ke delapan, Hypnotherapy: The Art of Subconscious
Restructuring, beredar dan kini telah menjadi national best seller saya mendapat
sangat banyak sms, telpon, maupun email dari pembaca. Ada yang mengucapkan
selamat atas terbitnya buku, yang menurut mereka sangat informatif, mudah
dicerna, dan diaplikasikan. Ada juga yang bertanya hal-hal yang masih kurang
mereka mengerti. Ada juga yang minta waktu bertemu untuk konsultasi dan terapi.
Dari sekian banyak klien yang pernah saya tangani ternyata banyak yang
mempunyai persepsi, ekspektasi, dan pemahaman yang kurang pas mengenai
hipnosis dan hipnoterapi. Banyak klien yang bertanya,”Pak, apakah dalam satu sesi
masalah saya bisa terselesaikan?”, ”Pak, bisa tolong anak saya dihipnosis atau
dihipnoterapi supaya mau mengikuti saran saya?”, ”Pak, suami saya selingkuh. Bisa
terapi supaya dia lupa sama WIL-nya?”, ”Pak, usaha saya sepi. Bisa bapak ajarkan
cara menghipnosis pembeli supaya setiap kali saya menawarkan produk mereka
langsung beli?”. Dan yang lebih heboh lagi ada yang pernah bertanya, ”Pak, tolong
ajarkan teknik hipnosis supaya orang yang memberikan utang pada saya bisa
dihipnosis sehingga menjadi baik hati dan tidak tega atau sungkan menagih
hutangnya”.
Anda mungkin bisa tersenyum saat membaca berbagai pertanyaan di atas. Namun
begitulah yang saya alami. Saya sendiri seringkali hanya bisa tersenyum sambil
geleng-geleng kepala.
Dari berbagai pengalaman itulah saya akhirnya memutuskan menulis artikel ini untuk
“meluruskan” pandangan keliru mengenai hipnoterapi.
Apakah hipnoterapi sangat efektif untuk membantu menyelesaikan berbagai
masalah klien, khususnya yang berhubungan dengan mental/emosi? Jawabannya
sudah tentu,”Ya”.
Apakah semua masalah bisa langsung diselesaikan dengan hipnoterapi? May be
yes…may be no.
Hipnoterapi walaupun sangat efektif, karena bisa langsung mengakses pikiran bawah
sadar, tetap membutuhkan pengetahuan pendukung agar terapi bisa dilakukan
dengan hasil optimal dengan sesedikit mungkin sesi terapi. Memang, selama ini dari
pengalaman saya pribadi, saya mampu membantu klien menyelesaikan masalah
mereka hanya dengan satu sesi terapi saja. Namun seringkali saya juga
membutuhkan beberapa sesi. Bahkan ada yang sampai beberapa bulan. Rentang
waktu untuk tiap sesi biasanya satu minggu.
Ini saya beri contoh beberapa kasus.
Seorang Ibu, sebut saja Bu Aan, menghubungi saya dan mengeluh mengenai
anaknya, Ayuk, yang saat itu duduk di kelas 6 SD. Apa masalahnya Ayuk? Menurut
Bu Aan si Ayuk ini malas, tidak disiplin, tidak punya tanggung jawab, tidak punya
Pasti dengan mudah Anda sudah tahu, jawabannya. Persis seperti soal NLP dan
Hypnosis! Tergantung Anda melihat dari frame yang mana? Apakah Anda melihat
dari Frame yang luas atau yang sempit? Atau melihat dari Frame A, Frame B atau
Frame … Sampai dengan Frame Z. Semua ini soal Frame alias Pemilihan Konteks dan
Pemilihan Makna saja.
Yo’i…
Mari saya undang Anda menjelajahi berbagai varian derivatif dari pertanyaan ini
“Haruskah Julian Assenge dipuja dan haruskah ia dibenci?”, dan sebutlah kita
meminjam salah satu ‘ilmu frame’ dari Robert Dilts, yakni Neurological Level:
Nah, mari kita masukkan pertanyaan itu ke dalam Frame di atas :
1. Yang kita persoalkan : Julian Assenge yang Kapan? Julian Assenge yang Dimana? Julian Assenge dalam Konteks apa yang Anda maksudkan?
2. Yang kita persoalkan : Ini tentang apa dulu dari yang Julian Assenge lakukan?3. Yang kita persoalkan : Julian Assenge dengan pengetahuan apa? Julian
Assenge dengan kemampuan apa? Julian Assenge dengan ekspertise apa?4. Yang kita persoalkan : Julian Assenge dengan Nilai-nilai dan Belief apa?5. Yang kita persoalkan : Julian Assenge dalam jatidiri yang mana? (Aktivis,
pecinta, atasan, manusia biasa, dll)6. Yang kita persoalkan : Julian Assenge dalam Relasinya dengan apa/siapa?
(Tuhan, Kelompok Politik tertentu, Beyond…)
Mari kita terapkan dalam persoalan perbandingan Hypnosis dan NLP ya kawan-
kawan…
1. Yang kita persoalkan : NLP/Hypnosis yang Kapan (Pengertian NLP dan Hypnosis dulu dan sekarang berbeda)? NLP/Hypnosis yang Dimana (Di berbagai
temapat orang mendefiniskan NLP/Hypnosis dengan cara beda-beda)? NLP/Hypnosis dalam Konteks apa yang Anda maksudkan?
2. Yang kita persoalkan : Ini tentang apa dulu, dari apa yang biasa orang lakukan dengan NLP/Hypnosis itu?
3. Yang kita persoalkan : Pengetahuan NLP/Hypnosis yang mana? Kemampuan NLP/Hypnosis yang mana?
4. Yang kita persoalkan : NLP/Hypnosis yang mengajarkan Nilai-nilai dan Belief apa?
5. Yang kita persoalkan : NLP/Hypnosis dalam jatidiri yang mana? (Modeling, Teknik, Komunikasi, Terapi, dll, dll)
6. Yang kita persoalkan : NLP/Hypnosis dalam Relasinya dengan apa/siapa? (Tuhan, Kelompok Politik tertentu, Beyond…)
Jika mau repot dan punya cukup waktu, mungkin bisa dijawab dulu pertanyaan itu.
Sembari menjawabnya, boleh aja melanjutkan ke paragraf di bawah ini.
Yuk, mari saya undang lagi Anda untuk menjelajahi berbagai varian derivatif lain dari
pertanyaan ini lagi “Haruskah Julian Assenge dipuja dan haruskah ia dibenci?”. Lho,
kali ini, bagaimana jika kita lakukan dalam posisi perceptual yang lain, sekarang “diri
si penanya (saya)” yang dimasukkan dalam Neuro Logical Level itu :1. Kapan, Dimana, dan berada dalam konteks apa, saya dalam menilai Julian
Assenge?2. Apa yang saya lakukan, dalam menilai Julian Assenge?3. Dengan pengetahuan apa sih yang saya miliki, untuk menilai Julian Assenge?
Pada kapasitas kemampuan apa, saya menilai Julian Assenge? Punya kualitas ekspertise apa, yang saya pakai untuk menilai Julian Assenge?
4. Belief dan Nilai-nilai apa yang saya anut, saat menilai Julian Assenge?5. Jati diri apa yang saya pakai, saat menilai Julian Assenge? (Guru, LSM,
Pemerintah, Awam, Ahli Hypnosis, manusia biasa, dll)6. Dalam Relasinya dengan apa/siapa, saat saya menilai Julian Assenge? (Tuhan,
Kelompok Politik tertentu, Beyond…)
Wellhadalah! Kok akhirnya malah jadi benar ya, kata-kata Gusdur… Akhirnya malah
jadi repot sekarang. Kok akhirnya malah jadi rumit ya. Kok akhirnya malah jadi
puyeng ya?
Pantas saja, akhirnya topik Julian Assenge menjadi kontroversial, lha wong Frame
untuk menilainya bisa Multidimensional ‘gitu. Padahal masing-masing pada ngotot
sebagai yang paling ngerti… karena apa? Karena mendapat kesempatan menjadi
‘kelihatan lebih pintar’.
Lho sebentar, anehnya pas saya puyeng, saya kok saya malah jadi ngerti sekarang,
maksud kata-kata Gusdur dengan “Gitu aja kok repot!”
Jadi…
Lebih luas mana Hypnosis atau NLP? Apakah NLP mencakup Hypnosis, atau Hypnosis mencakup NLP? Lebih hebat mana Hypnosis atau NLP?
Lebih sakti mana, Hypnosis atau NLP? Lebih baik mana, Hypnosis atau NLP? Lebih baik mempelajari yang mana dulu, Hypnosis atau NLP? Lebih mudah mana, belajar Hypnosis atau NLP?
Ya wislah…
Tinggal ganti saja semua kata Julian Assenge dengan pertanyaan mengenai
perbandingan Hypnosis dan NLP itu.
Oh, perlu contoh…
Baiklah….
Saat menilai ‘Lebih hebat mana Hypnosis atau NLP’? Pengetahuan apa sih yang saya miliki tentang Hypnosis dan NLP? NLP itu apa artinya bagi saya: Apakah Modeling, Sikap, Teknik atau apa? Hypnosis itu apa artinya bagi saya: Apakah ‘komunikasi ekselen’, ‘seni memby-pass critical area’, ‘membuat orang masuk dalam kondisi seperti tidur?’ atau apa?
Kapasitas kemampuan apa sih yang saya miliki tentang Hypnosis dan NLP, saat saya menilai ‘Lebih luas mana Hypnosis atau NLP’?
Kualitas ekspertis apa sih yang saya miliki tentang Hypnosis dan NLP, untuk menilai ‘Hypnosis lebih luas atau lebih sempit dari NLP’?
Anda akan menemukan sendiri jawabannya, saat mulai bertualang untuk berani
menjawab seluruh pertanyaan itu dengan apa yang Anda ketahui.
Di suatu sudut nun jauh dari Santa Cruz California, bisa kita bayangkan ada
seseorang duduk manis sambil cekikikan, menonton dengan senang perdebatan
kontroversial ini. Mungkin ia mulai membatin sekarang… “Apapun jawabannya…, mo’
Hypnosis kek, mo’ NLP kek… repot-repot amat. Yang penting saya malah jadi lebih
pintar, dan diperkaya dengan berbagai frame sudut pandang! Apalagi dibahas
dengan Neurological Level!”.
Mungkin di sini kita jadi mengerti maksud Richard Bandler saat mengatakan :
“Kebutuhan manusia yang mendasar adalah menjadikan dunia ini masuk
akal bagi dirinya”. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu tentu saja dalam rangka
seseorang ingin mlihat dunia ini secara masuk akal (di level akal yang ia kuasai lho)!
Mengungkap Rahasia Hypnotic Language Pattern Telemarketer543 VIEWS | POSTED BY ADI W. GUNAWAN ON DECEMBER - 29 - 2010 2 COMMENTS
Pembaca yang budiman, saya yakin sebagai pemegang kartu kredit anda pasti
pernah mendapat telpon dari salah satu telemarketer perusahaan kartu kredit itu
yang menawarkan anda produk mereka. Biasanya telemarketer ini akan berbicara
dengan cepat dan dialog yang terjadi kurang lebih seperti berikut ini:
“Selamat pagi. Bisa bicara dengan Bapak Budi Jatmiko Siswono?”
“Nama saya Reni dari kartu kredit ABCD Jakarta. Bisa minta waktunya sebentar?”
“Ya, bisa. Ada apa ini?”
“Pak Budi, saat ini Bapak adalah pemegang kartu kredit ABCD dengan nomor kartu
1234567890?”
“Ya, benar.”
Apa yang terjadi pada dialog di atas sebenarnya adalah telemarketer itu memasang
ìYes Setî dengan mengajukan pertanyaan yang selalu dijawab dengan jawaban ìYaî
oleh Pak Budi. ìYes Setî bertujuan untuk menyiapkan, lebih tepatnya mengarahkan,
pikiran klien untuk setuju, beberapa kali, dengan pertanyaan yang ìringanî dan
ìalamiahî dan setelah itu secara tidak sadar pikiran akan setuju dan meng-ìYaî-kan
tawaran yang diajukan.
Cara kerjanya begini. Pikiran manusia cenderung malas untuk berubah. Saat pikiran
berjalan di satu rel tertentu maka pikiran cenderung akan terus berjalan di rel ini,
dengan segala konsekuensinya.
Coba jawab pertanyaan ini dengan cepat. Misalnya ada titik A dan B di tanah lapang.
Jarak antara A dan B adalah 12 meter. Seekor katak kecil melompat dari A menuju ke
B. Satu kali melompat katak kecil ini mampu menempuh jarak 1 meter. Berapa
lompatan katak kecil ini mencapai titik B?
Jawabannya adalah sudah tentu 12 lompatan yang didapat dari 12 dibagi 1.
Seekor katak yang lebih besar melakukan hal yang sama. Ia melompat dari A ke B
yang letaknya di tanah lapang. Setiap kali melompat ia mampu menempuh jarak 2
meter. Berapa lompatan ia mencapai B?
Jawabnya sudah tentu 6 lompatan. Benar, kan? Yaitu 12 dibagi 2 sama dengan 6.
Katak dewasa juga melakukan hal yang sama. Setiap kali melompat katak dewasa
ini, yang kakinya besar, otot-ototnya kuat dan kekar, baru habis makan serangga
yang sangat lezat, mampu menempuh jarak 3 meter. Ia melompat dengan semangat
menggunakan kakinya yang sangat kuat dan berangkat dari A ke B yang letaknya di
seberang kolam air. Berapa lompatan ia mencapai B?
Jawabannya sudah tentu 12 dibagi 3 sama dengan 4 lompatan. Mudah, kan?
Pembaca, apa benar 4 lompatan? Jawaban ini salah. Yang benar adalah hanya 2
lompatan. Mengapa dua? Ya, karena A dan B dipisahkan oleh kolam air. Jadi, si katak
melompat ke dalam kolam, lalu berenang menuju ke B, dan setelah itu melompat
keluar. Jadi hanya butuh 2 lompatan. Namun pikiran yang telah terkunci dengan pola
jarak AB (12 meter) dibagi dengan jarak setiap lompatan katak tidak akan
memperhatikan faktor bahwa pada kondisi ketiga A dan B dipisahkan oleh kolam air.
Dan katak, sesuai dengan karakternya, tidak melompat di dalam kolam air, tapi
berenang. Anda jelas sekarang dengan ìYes Setî?
“Selamat Pak Budi Jatmiko Siswono.”
Telemarketer menggugah pikiran Pak Budi. Kita umumnya senang bila mendapat
ucapan selamat. Apalagi dilakukan dengan nada yang riang, gembira, dan antusias.
Saat mendapat ucapan selamat maka pikiran Pak Budi masuk ke kondisi antisipatif,
ìWah, ini pasti ada sesuatu yang menarik. Saya diberi ucapan selamat. Tapi, selamat
ini untuk apa ya?î
Setelah itu telemarketer langsung menjawab pertanyaan pikiran Pak Budi yang
bertanya-tanya yaitu dengan menyambung dengan kalimat:
“Melihat track record pembayaran kartu kredit pak Budi selama ini yang cukup baik
maka bapak berhak mendapat voucher yang berisi 100 poin yang dapat digunakan
untuk memenangkan tiga mobil BMW seri 3 yang terbaru dan 6 tiket pesawat ìAngin
Ributî rute Jakarta – Singapore pulang pergi.”
Wow! sampai di sini Pak Budi tentunya sangat senang. Ia mendapat pujian sebagai
nasabah yang baik dengan track record yang terpuji karena selalu tepat waktu
membayar tagihan kartu kredit. Dan sebagai apresiasinya Pak Budi mendapat hadiah
voucher yang bisa digunakan untuk mendapatkan hadiah yang luar biasa yaitu mobil
BMW seri 3 yang harganya bisa mencapai 500 juta rupiah dan juga tiket ke luar
negeri gratis.
Telemarketer ini dengan cerdik telah melakukan seeding atau implant ide bahwa Pak
Budi akan memenangkan hadiah yang ditawarkan. Imajinasi ini saja sudah cukup
untuk melemahkan fungsi analitikal pikiran sadar. Dengan demikian sebenarnya
nasabah sudah masuk ke kondisi trance.
Tanpa disadari Pak Budi pikirannya sudah membayangkan bagaimana nikmatnya
naik mobil BMW seri 3. Mungkin juga dia akan jugal mobil ini dan uang tunainya akan
digunakan untuk membeli rumah baru atau untuk keperluan lain. Atau Pak Budi
membayangkan sedang berlibur dengan keluarganya ke Singapore dengan tiket
gratis baik pesawat ‘Angin Ribut’. Ini saja sudah cukup untuk membuat Pak Budi
masuk ke kondisi trance.
“Voucher ini akan dikirimkan ke alamat Bapak bersama dengan kartu kredit ‘Angin
Ribut-ABCD’ yang belum aktif. Nanti bisa Pak Budi aktivasi dengan menghubungi
nomor telpon yang tertera di kartu kredit. Apakah benar alamat pengiriman Bapak
adalah di Jl. Cinta no 10, RT 5, RW 3, Surabaya?”
“Ya, benar.”
Nah, ini yang sebenarnya ingin ditawarkan kepada Pak Budi yaitu kartu kredit baru
yang merupakan kerjasama antara maskapai penerbangan ìAngin Ributî dan kartu
kredit ABCD. Untuk bisa mendapatkan voucher maka Pak Budi harus bersedia
menerima kiriman kartu kredit baru ini. Sungguh satu cara yang sangat cerdik.
Resistensi atau kemungkinan penolakan Pak Budi, terhadap tawaran kartu kredit
baru, diturunkan atau dihilangkan dengan iming-iming dapat voucher berhadiah
mobil BMW dan perjalanan ke luar negeri gratis.
Alamat pengiriman yang sengaja ditanyakan oleh telemarketer bertujuan untuk
secara indirect mendapat persetujuan Pak Budi bahwa ia bersedia menerima kiriman
kartu kredit baru ini. Saat Pak Budi menjawab ìyaî maka diasumsikan persetujuan
telah didapatkan.
Kasus 2. Dialog dengan Ibu Endah Kusmiati Atmaja
“Selamat pagi. Bisa bicara dengan Ibu Endah Kusmiati Atmaja?”
“Ya, saya sendiri.”
“Selamat pagi Ibu Endah. Bagaimana kabar Ibu pagi ini? Baik, kan?”
“Ya, baik”
“Saya Rini dari kartu kredit GTCD Jakarta. Bisa minta waktunya sebentar?”
“Ya, bisa.”
Dialog di atas adalah untuk memasang ìYes Setî.
ìSaya ingin konfirmasi mengenai kartu kredit Platinum Ibu Endah.î
Perhatikan penggunaan kata ìkonfirmasiî pada kalimat di atas. Konfirmasi
mengandung makna bahwa telah terjadi pembicaraan sebelumnya, mengenai kartu
kredit Platinum, antara Ibu Endah dan telemarketer ini. Pembicaraan melalui telpon
kali ini bersifat memastikan atau validasi untuk ìclosingî dari suatu ìopen loopî yaitu
pembicaraan sebelumnya yang belum sampai pada kata akhir.
Apakah Ibu Endah pernah bicara dengan telemarketer ini sebelumnya? Tidak pernah.
Namun dengan adanya kata ìkonfirmasiî pikiran bawah sadar Ibu Endah, tanpa
disadari, menerima ide bahwa ia pernah bicara mengenai hal ini sebelumnya.
Melihat track record pembayaran kartu kredit Gold Ibu sampai saat ini yang sangat
bagus Ibu terpilih untuk bisa meng-upgrade ke kartu Platinum. Kami akan
mengirimkan kartu kredit Platinum ke alamat Ibu. Apakah benar alamat Ibu Endah
adalah di Jl. Antah Berantah no 007, Malang?î
ìBenar.î
Kalimat di atas diawali dengan pujian mengenai track record Ibu Endah. Selanjutnya,
ini yang sebenarnya ingin dijual ke (pikiran bawah sadar) Ibu Endah, telemarketer
menawarkan upgrade kartu kredit dari Gold ke Platinum. Di sini juga digunakan kata
ìterpilihî berarti ini adalah suatu kehormatan, sesuatu yang sangat berharga karena
untuk bisa upgrade harus melalui proses seleksi yang ketat.
Selanjutnya Ibu Endah ditanya mengenai alamatnya. Saat Ibu Endah menjawab ìyaî
maka pada saat ini pula diasumsikan ia setuju dengan tawaran ini.
ìBaik Ibu Endah. Terima kasih untuk waktunya. Kartu kredit Platinum Ibu Endah akan
segera kami kirim ke alamat Jl. Antah Berantah no 007, Malang. Selamat pagi dan
selamat beraktivitas.î
Dengan kalimat ini telemarketer mengakhiri pembicaraannya dan mendapatkan
persetujuan dari nasabahnya.
Pembaca, apakah anda juga pernah mendapat telpon semacam ini? Saya yakin pasti
pernah. Saya juga sangat sering. Kalau mendapat telpon seperti ini apa yang harus
dilakukan agar tidak terjebak dengan hypnotic language pattern yang digunakan
telemarketer?
Saya biasanya melakukan hal berikut untuk ìmengerjaiî si telemarketer:
1. Saya jawab semuanya dengan baik dan sopan mengikuti skenario yang digunakan oleh telemarketer. Dan di saat akhir pembicaraan, saat ia menanyakan alamat pengiriman, saya bilang, “Wah! maaf Mbak! saya tidak tahu. Nanti saya tanya sama Tuan.” Biasanya si telemarketer akan bertanya, “Lho, anda ini siapa?”. Saya jawab, “Saya sopir.. Bapak lagi main golf sampai sore. HP saya yang pegang.”
2. Saat ditanya apa kabar saya menjawab dengan nada malas, tidak semangat, dan terkesan loyo dan lemas. Biasanya telemarketer masih akan berusaha untuk ‘mengangkat’ mood dengan bertanya hal lain dan saya konsisten menjawab dengan tidak semangat dan loyo. Biasanya saya bisa langsung merasakan perubahan semangat si telemarketer menawarkan produknya. Dan cara ini sering sangat berhasil.
3. Dari awal saat ditanya saya menjawab bahwa ia salah sambung. Nama yang ia tanyaka itu tidak saya kenal.
4. Saya dengan tegas menolak apapun yang ia tawarkan.5. Telpon tidak saya angkat.
NLP bisa melejitkan kemampuan atlit Sepakbola?429 VIEWS | POSTED BY RONNY F. RONODIRDJO ON DECEMBER - 28 - 2010 3 COMMENTS
Tentu saja Anda masih ingat, saat menonton pertandingan bola, beberapa kali pasti
pernah diselingi perasaan gemas atau kesal. Bagaimana tidak gemas, kalau suatu
umpan bola bagus ternyata jatuh di lapangan kosong. Tentu saja Anda pernah
melihat, saat bola nampak sudah ditendang secara akurat oleh seorang
pemain back, berusaha memberi umpan lambung ke depan…. Bola nampak
membentuk sudut lambung tinggi dan sayangnya jatuh di lapangan yang kosong.
Rupanya rekannya yang berlarian ke depan itu, tak satupun dapat menduga kemana
jatuhnya bola itu. Mereka terlalu sibuk fokus melihat ke arah depan…
Kenapa pemain yang sibuk berlarian ke depan itu tak ada yang bisa “melihat”
kemana arah jatuh bola? Karena mereka tidak terlatih dengan baik untuk melihat
dengan Peripheral Vision.
Anda mungkin juga pernah melihat seorang pemain yang sedang semangat
menggiring bola melesat ke arah gawang lawan. Namun tiba-tiba ia kaget, ketika
sebuah kaki ternyata sudah mengait bola dari belakang tubuhnya tanpa ia sadari
sedikitpun keberadaan si pemain lawan yang menguntitnya.
Kenapa pemain yang sibuk menggiring bola ke depan itu tak bisa “melihat” pemain
lawan yang mengejarnya? Karena ia tidak terlatih dengan baik untuk melihat
dengan Peripheral Vision.
Apakah Peripheral Vision
Peripheral Vision adalah pandangan atau penglihatan yang mampu mengenali situasi
di sekeliling / samping. Kemampuan ini sering disebut juga penglihatan luas, yakni
mampu melihat berbagai hal yang berada jauh dari titik fokus penglihatan.
Kemampuan ini harus dilatih, tidak sembarang dilatih. Harus dilatih dengan cara
yang benar dan efektif!
Salah satu hal yang disukai orang-orang tentang NLP adalah kemampuannya
diterapkan di berbagai bidang kehidupan, bukan hanya di terapi. Olah raga adalah
salah satu dimana NLP dapat memberikan banyak sumbangan yang amat
bermanfaat.
Dari berbagai manfaat penerapan NLP di olah raga, tulisan kali ini khusus membahas
mengenai Peripheral Vision. Suatu yang di dunia olah raga di Indonesia masih jarang
diketahui oleh para atlit maupun pelatihnya, terutama manfaat dan cara melatihnya
secara efektif -seperti saya- akan jelaskan pada artikel berikut ini.
Perlu diingat, pada saat melatih kemampuan ini, harus kemudian diselaraskan
dengan Penglihatan Fokus (Foveal Vision), sehingga seseorang dapat menggunakan
secara bersamaan kedua penglihatan ini. Kemampuan ini sering disebut sebagai ‘soft
eyes’ (pandangan lembut), atau dalam bahasa teknis sering disebut dengan Central –
Peripheral Awareness (CPA).
Apa manfaat berada dalam kondisi soft eyes ini dalam permainan olah raga,
khususnya sepakbola?1. Secara bersamaan dapat melihat apa yang ada di depan kita dan apa yang
ada di samping sekeliling kita. Bahkan pada kondisi ini kita bisa lebih mengenali bahasa tubuh orang lain, gerak-geriknya secara detail. Baik yang di depan kita maupun di sekeliling kita. Sehingga skil ini jelas-jelas bisa dipakai untuk membaca tindak tanduk lawan main. Kita akan dengan cepat menyadari saat lawan hendak merebut bola dari samping atau mungkin dari belakang. Bahkan kita bisa terhindar dari berbagai bahaya niat buruk lawan yang mungkinmau melakukan tindakan tackling pada kita. Manfaat utama ain adalah seperti dalam awal tulisan, yakni mampu membaca pergerakan rekan sepermainan. Misal, saat fokus berlari kedepan, peripheral vision kita akan mampu mengenali umpan kawan dari samping atau belakang, sehingga bola tidak lagi jatuh di tempat yang kosong.
2. Kondisi peripheral vision akan membuat kita bernafas lebih lancar dan nyaman, juga merasa lebih rileks. Hal ini penting dalam bermain olah raga, apalagi sepakbola. Kondisi pikiran dan otot menjadi lebih lentur untuk dipergunakan. Situasi ini sering dideskripsikan orang sebagai ‘masuk pada situasi kalem”. Situasi kalem ini penting sekali untuk membuat orang tidak mudah masuk kondisi emosional saat banyak faktor non teknis yang mengganggu. Misal, sorak sorai dan cercaan oleh penonton, sering memancing emosi pemain. Kondisi kalem membuat pemain lebih memegang kontrol emosi mereka.
3. Mengurangi jumlah “self talk” yang seringkali menjadi masalah saat permainan olah raga. Semua dari kita pernah merasakan tidak enaknya saat kita mencela atau mengkritik diri sendiri secara pedas, misal “Bodoh sekali saya!”, apalagi yang diulang berkali-kali. Bisa merusak fokus dan mood secara bersamaan, bahkan bisa frustrasi. Pemain bola perlu mengurangi self talk, saat situasi sedang “tidak berpihak” pada dirinya. Penelitian menunjukkan, saat berada dalam soft eyes ini, maka self talk akan berkurang secara otomatis. Ini bagus sekali bagi pemain bola yang mulai tertekan kondisi atau baru saja melakukan kesalahan.
4. Bagi penjaga gawang, melatih peripheral vision, akan meningkatkan koordinasi Mata-Kaki. Dengan demikian akan terjadi peningkatan respon atas pergerakan kaki seorang penendang bola. Orang awam, akan mengatakan ini sebagai meningkatnya gerak refleks.
Ada banyak sekali berlatih Peripheral Vision, berikut adalah beberapa cara dasar
mengembangkanPeripheral Vision menggunakan ilmu NLP. Biasanya saat belajarNLP
di pelatihan Licensed Practitioner of NLP, peserta pelatihan akan mendapatkan
beberapa latihan dasar teknik ini.
Latihan 1
Enak sekali, Anda bisa berlatih Peripheral Vision cara pertama ini dimanapun dan
kapanpun. Misalkan Anda sedang duduk sekarang, atau di Cafe, atau di suatu
ruangan. Sambil meRilekskan diri Anda, dengan mudah Anda dapat pilih salah satu
objek yang menarik di kejauhan sekitar beberapa meter, misal botol minuman di rak,
atau kalender di dinding bergambar artis bahenol.
Fokus secara santai pada objek itu, dan sambil terus memandangi objek itu, maka
secara bertahap mulai sadari keberadaan barang-barang apa saja yang ada disekitar
objek yang Anda fokuskan tadi. Tentunya Anda dapat meLakukan tanpa
memindahkan fokus mata anda dari objek itu.
Dengan rasa ingin tahu, kenali apa saja bentuk benda-benda di sekitarnya, ada
tulisan apa di dekat objek itu, apakah semeter dari itu ada bentuk dan warna
tertentu atau pola garis tertentu. Sementara Anda terus melakukan itu, Anda akan
kagum bahwa Anda bisa melakukan hal itu makin lama makin jauh dari objek tadi.
Tidak heran jika akhirnya Anda bisa mengenali berbagai bentuk penglihatan dari
benda yang bahkan berada di sekitar tempat duduk Anda.
Beberapa orang akan menyadari langsung bahwa pada saat melakukan ini langsung
terjadi pengurangan secara drastis self talk alias berbicara dalam hati. Observasi saja
dengan rasa bertualang.
Anda mungkin tidak selalu punya kesempatan untuk berlatih dengan cara perlahan
menggeser medan penglihatan semacam ini. Maka Anda boleh melatih dengan cara
lain yang lebih cepat. Biasakan saat sedang melihat apapun dengan fokus, segera
sadari benda apa saja yang ada disekitar objek itu. Dan kemudian secepat kilat
kembali fokus melihat ke objek itu. Setelah terbiasa, Anda benar-benar dapat
melakukan tanpa menggerakkan mata dan berpindah fokus dari objek, dan bisa
mengenali berbagai bentuk dan warna benda di sekelilingnya. Lakukan hal ini
dengan cara makin lama makin jauh dari objek utama.
Latihan 2
Setiap kali Anda naik mobil, duduklah di samping sopir. Artinya jangan lakukan ini
sambil nyetir. Pandanglah kosong ke depan, tanpa fokus. Kemudian, sementara
mata Anda memandang ke depan, mulai berikan perhatian pada penglihatan di
samping kiri dan kanan secara bersamaan. Lakukan dua hal ini secara bersamaan,
bukan melirik ke kanan dan kemudian ke kiri :
Pandangan kosong ke depan tanpa fokus Beri perhatian pada situasi di kiri dan kanan, tanpa menggerakkan mata
kesamping sama sekali.
Dalam kondisi mobil berjalan seperti ini, kenali sebanyak mungkin apa saja yang
bergerak di kanan kiri Anda. Lakukan sambil dinikmati dan rileks saja.
Anda tentu saja bisa melatih cara ini tanpa harus sambil naik mobil. Cukup sambil
berjalan, atau berlari. Keuntungannya jika dilakukan sambil naik mobil adalah, kita
tidak bosan, dan tidak mungkin nabrak, karena yang nyetir adalah orang lain. Kalau
sambil berlari kadang bisa nabrak pada awalnya.
Latihan 3
Latihan ini perlu dilakukan dalam kondisi rileks. Duduk di kursi, dan bayangkan atau
rasakan seolah anda meletakkan kacamata di atas kepala (seperti yang sering
dilakukan orang jika meletakkan kacamata hitam, di atas rambut seperti pakai
bando). Kemudian, bayangkan / rasakan seolah mata Anda berpindah kesana
sehingga Anda seperti melihat dari kacamata itu.
Alternatif dari cara ini adalah dengan cara membayangkan / merasakan seolah anda
sedang menggendong seseorang, dan anda melihat dunia melalui mata orang yang
anda gendong itu.
Pada saat Anda lakukan hal ini dengan benar akan merasakan suatu pergeseran atau
perluasan medan penglihatan. Melihat dengan Peripheral Vision ini dengan cepat
membuat Anda merasakan suatu sensasi meluasnya bidang pandangan anda.
Pada saat Anda sudah meLatih kemampuan menggunakan Peripheral Vision ini
secara rutin, sabar dan rileks, maka Anda akan dengan cepat mendapati kenyataan
bahwa sikap mental seperti ini akan mudah mencapai hasil, dibandingkan jika
seseorang ingin terburu-buru dalam mendapatkan hasil.
Koordinasi V-K
Beberapa saat yang lalu, pada saat melatihkan skill peripheral vision ini di suatu klub
sepakbola, saya pernah ditanya oleh seorang peserta yang agak iseng; “Mana yang
lebih penting kita kembangkan Pak, kemampuan Visual (V), kemampuan Auditorial
(A) atau kemampuan merasakan / Kinestetik (K)?”
Lha ditanya begitu ya saya cuman senyam-senyum saja dan tidak menjawab. Untuk
tidak menyinggung perasaannya, wong saya tidak setuju dengan asumsi dari
pertanyaan itu. Menanyakan ‘mana yang lebih penting’ berarti mengasumsikan
seolah ‘ada yang lebih penting’. Anda tentu bisa menyimpulkan bahwa semua itu
punya nilai penting di masing-masing tempat dan fungsinya, karena kelimanya
memang dalam satu sistem inderawi.
Entah karena kerasukan apa, pemain yang bertanya ini lantas ngotot dan
menyatakan bahwa Kinestetik / Perasaan adalah yang terpenting. Untuk menghargai
perbedaan pendapat, saya persilahkan ia tetap dalam pendapatnya, khan bolah-
boleh saja. Syukurlah, ia kemudian nampak senang, mungkin karena debatnya tidak
ada yang membantah.
Sekalipun pada akhirnya beberapa pemain kemudian secara lucu bercerita, bahwa
pemain yang tadikeukeuh dengan ‘lebih penting perasaan’, ternyata perilaku dan
kelakuannya malah justru yang banyak menyinggung perasaan orang lain. Sampai
ada yang nyeletuk : ”Mungkin karena terlalu fokus pada mengembangkan perasaan
sendiri, sehingga luput untuk bisa melihat bahwa perasaan orang lain terlukai”.
Saya tidak begitu memusingkan akan peristiwa itu dan dengan cepat sudah
terLupakan begitu saja, karena malas bersitegang untuk hal yang nggak penting.
Ditulis di sini karena semata-mata menjadi bermanfaat dan dapat menjadi contoh
yang bagus sekali untuk menjelaskan konsep Koordinasi V-K.
Pada saat bermain olah raga, maka ada kebutuhan yang tinggi bagi pemain untuk
memiliki koordinasi yang sempurna antara apa yang dilihat mata (V) dan bagaimana
reaksi otot tubuh tertentu (K). Dalam NLP disebut V/K Coordination, keduanya V dan
K adalah sama pentingnya!
Dalam permainan sepakbola, ada 3 tipe kebutuhan V/K coordination yang penting
dilatih:
1. Visual – Hand : Merespon stimulus Visual dengan gerakan tangan.2. Visual – Foot : Merespon stimulus Visual dengan gerakan kaki3. Visual – Body : Merespon stimulus Visual dengan gerakan badan lainya, misal
sundulan kepala.
Kemampuan pemain bola pada umumnya harus menguasai 2 jenis V/K coordination,
yakni tipe 2 dan 3.
Sedangkan bagi penjaga gawang, seluruh tipe itu penting, karena Anda tahulah…
kemampuan V/K Coordination tipe 1 jelas-jelas juga amat diperlukan untuk
menangkap bola!
Mungkin ada yang mau nanya…:
“Mana dari ketiga tipe V/K Coordination itu yang paling penting dikuasai?”
Halah…, kalau anak muda sekarang akan menjawab begini :
“Jiaaaaaah, lagi-lagi…. Justru pertanyaan kayak getto yang paling kagak penting!”
V/K Coordination ini harus dilatih dengan sering dan terus menerus dilakukan
peningkatan akurasi. Sebagai gambaran, melalui kepekaan V-nya, seorang penjaga
gawang akan tahu persis, sudut tendang tertentu akan mengarahkan bola ke sudut
mana. Sehingga respon motorik (K) akan secara otomatis bergerak dengan akurat ke
arah bola berlari!
Contoh lain, seorang pemain akan menendang bola. Ketika matanya sudah melihat
sebuah titik yang bagus untuk menyarangkan bola, maka secara otomatis seluruh
syaraf Kinestetisnya akan berjalan sempurna sehinga setiap gerakan otot besar dan
otot halus akan bekerja sama menghasilkan suatau tendangan yang akurat ke arah
itu. Seluruh gerakan otot kaki yang menendang itu terkalibrasi dengan sendirinya
karena efek latihan yang akurat. Seolah semua otot sudah tahu tugas masing-
masing, sudah dengan sendirinya menghitung seberapa energi harus dibakar untuk
menghasilkan kekuatan tendangan itu.
Ini hanya akan terjadi bagi pemain yang sudah terlatih akurasi V/K Coordinationnya!
Latihan Dasar V/K Coordination
Melatih V/K Coordination sangat mudah dilakukan, intinya adalah membuat sirkuit
neurologis dalam otak yang menghubungkan V-K agar mengalami rangsang terus
menerus sehingga terjadi penebalan, karena sering dilalui sinyal biolistrik.
Pandangan mata akan mengarahkan gerakan badan, alias sistem saraf Visual akan
mengarahkan gerakan sistem Kinestetik (motoris).
Kalau Anda pernah melihat anak-anak gadis bermain Dance-Dance Revolution (DDR)
di Playing Area, itu lho yang cewek-cewek cakep pada loncat-loncat di atas landasan
besi bertanda kode tertentu berwarna-warni. Sementara matanya fokus menatap
layar yang memancarkan kode dan warna-warni tertentu, dan suara musik dance
yang mengajak goyang, maka kaki mereka bergerak meloncat menapak pada kode
dan warna yang sama dengan yang dilihat di layar. Game DDR ini sangat baik untuk
membangun V/K coordination, dan amat menarik serta menyenangkan untuk
dilakukan. Suara musiknya membuat kita berada dalam situasi fun!
Nah, untuk menghindari malu karena males main DDR di mall, Anda bisa beli untuk
dimainkan di rumah. Saya juga belikan anak saya game ini di rumah, yang bermerek
Wii (Nintendo). Tentunya berbeda dengan yang di mall, dalam permaian Wii ini,
steppingpad-nya terbuat dari lembaran plastik tipis yang bisa dilipat.
Sifat game DDR ini berbeda dengan game console yang lain, yang biasanya hanya
meningkatkan V/K coordination antara penglihatan mata dan jari jempol. Misal pada
permainan seperti PSP dan sejenisnya. Ada teman yang pernah nyeletuk, katanya
fosil generasi kita nanti akan lebih besar ukuran jempolnya, karena lebih sering
dipakai dari generasi orang sebelum kita. Dipakai SMS, pesan BB, dan main game
dengan joystick di genggaman. Hehehehe
Cara lain meningkatkan V/K Coordination adalah dengan memberi umpan bola
sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dari berbagai sudut tendang / lempar.
Mungkin Anda pernah melihat pemain tennis berlatih dengan diserang oleh meriam
bola? Nah, bayangkan saja bahwa latihan itu salah satunya bertujuan melatih
peningkatan V/K Coordination ini.
Pada waktu belajar NLP dari John Grinder, diajarkan permainan bernama NASA
Games. Yakni mirip dengan DDR, namun lebih sederhana gerakannya, sekalipun
demikian efektifitasnya tetap mengesankan.
Permainan NASA games ini adalah mengamati tulisan di suatu papan tulis / flipchart,
bertuliskan huruf abjad (A-Z). Dibawah setiap huruf itu ada kode berwarna lain,
bertuliskan ‘L’, ‘R” atau ‘B’ yang dituliskan secara acak.
Pemain harus membaca huruf abjad itu secara keras-keras, sementara kedua kaki
dan tangannya harus bergerak mengikuti kode ‘L’, ‘R’, atau ‘B’ itu. Arti dari Kode L =
Kiri, kode R = Kanan, dan Kode B = Kedua belah Kanan dan Kiri.
Jika kodenya L, maka tangan kiri diangkat lurus setinggi pundak, sekaligus mengangkat kaki kanan sehingga paha horisontal (crossing movement).
Jika kodenya R, maka mengangkat tangan kanan, sekaligus kaki kiri. Jika kodenya B, maka tekuk kedua kaki selutut, sambil angkat kedua tangan.
Game ini luar biasa, karena selain menguatkan V/K Coordination, juga sekaligus
menyeimbangkan otak kiri dan kanan, karena sifatnya yang cross movement itu.
Kedua hemisphere otak dipaksa bekerja bersamaan untuk tugas yang berkebalikan
(kaki kiri = tangan kanan). Menurut John Grinder memainkan game ini dengan
perasaan senang juga akan membawa ke kondisi Knowing Nothing State. Yakni
kondisi pembelajaran yang terbaik, tak berprasangka, mirip anak kecil yang belajar,
penuh rasa ingin tahu dan ‘totalitas’.
Ada banyak sekali teknik NLP yang bisa diajarkan untuk pemain bola, atau pemain
olah raga apapun. Sedemkian luar biasanya, bahkan sekalipun baru melatih 2 skill
diatas saja pasti sudah akan meningkatkan perfrmance Anda di bidang olah raga.
Anda tentu penasaran, apa lagi yang bisa dilakukan dengan NLP untuk melejitkan
prestasi olah raga di Indonesia? Apakah belajarNLP bisa menguatkan keyakinan
menang? Apakah belajarNLP bisa dipakai untuk sugesti dalam kondisi mata terbuka?
Apakah belajarNLP bisa mengajarkan cara mengakses ‘kondisi puncak prestasi’
dalam hitungan detik? Apakah belajarNLP bisa membantu melenyapkan trauma
kekalahan dalam waktu 30 menit atau kurang? Apakah belajarNLP bisa dipakai untuk
menguatkan fokus dan konsentrasi? Dan apakah… artikel ini akan dilanjutkan ke
berbagai teknik NLP lainnya untuk diterapkan di sepakbola? Sementara Anda
menunggu untuk menyimak terus artikel lanjutan ini, saya penasaran skill mana
yang segera Anda latihkan sekarang, Anda boleh saja mulai kunjungi
belajarNLP.com untuk mengetahui apa saja manfaat pelatihan NLP di berbagai aspek
kehidupan.
Sekalipun dalam artikel ini hanya dibahas manfaatnya untuk olah raga sepakbola,
kemampuan peripheral vision dan V/K Coordination ini juga sangat berguna untuk
aktivitas olah raga lain seperti Bela Diri, Bola Basket, Volley, Golf, Balap Mobil, dan
lain-lain. Bahkan, diluar aspek olah raga, kemampuan ini juga bermanfaat, seperti
untuk Trainer, Guru, Pemain Balet, dan sebagainya…
Well,
Tak terasa hari ini akan ada pertandingan sepakbola antara Indonesia dan Malaysia,
untuk yang kedua kali di leg ke 2 Final piala AFF 2010. Saya penasaran, berapa
banyak Anda akan mengenali situasi-situasi yang memerlukan Peripheral Vision,
ataupun V/K Coordination dalam permainan ini.
Bahkan, saat Anda sudah melatih dengan baik Peripheral Vision dan V/K
Coordination, rasanya seolah Anda sudah ingin berlari saja ke arah tertentu saat
melihat sebuah bola melambung membentuk sudut tertentu… di dalam layar televisi!
Gooooooool!
A Skill As A Symptom and A Symptom as A Skill441 VIEWS | POSTED BY ADI W. GUNAWAN ON DECEMBER - 23 - 2010 1 COMMENT
Seorang klien wanita, sebut saja sebagai Ani, usia 23 tahun, datang ke saya diantar
oleh kedua orangtuanya. Keluhannya adalah klien mudah sekali pingsan. Kebiasaan
pingsan telah dialami Ani sejak ia kelas 3 SD. Jadi Ani sudah cukup lama menderita.
Yang sangat membahayakan adalah Ani dapat pingsan kapan saja dan di mana saja
dan ini bisa terjadi sewaktu-waktu tanpa ada simtom atau indikasi tertentu.
Banyak sekali orang menghabiskan waktunya untuk membahas sesuatu yang berasal
dari luar dirinya. Misalnya omelan bos di kantornya. Omongan yang gak enak dari
pasangan hidup. Cibiran sinis teman kantor dsb, dsb dan dsb.
Sangat banyak yang minta tolong terapi kepada saya, hanya urusan-urusan sepele
seperti ini, walau buat mereka ini urusan serius he he… Akhirnya, saya putar otak ke
kanan (otak kreatif katanya), bagaimana bisa membantu banyak orang agar mereka
bisa membentengi diri mereka sendiri, sehingga serangan dari luar ini bisa diatasi
sendiri. Tidak perlu harus minta terapi pake hipnosis, NLP dsb. Seharusnya, orang-
orang belajar dan menguasi teknik-teknik olah pikiran dan perasaan agar mampu
mengatasi berbagai situasi yang tidak enak.
Nah, akhirnya muncullah ide yang sederhana ini, walau dengan nama yang edan
agar mudah diingat dan dipelajari. Namanya teknik Helm Apollo.
Mengapa Helm Apollo?
Pertama, karena helm ini kedap suara seperti terlihat di-film aksi Hollywood yang
sering kita tonton. Nah, saat mengalami kedap suara di dalam helm, maka suara dari
luar helm seperti suara makian, suara yang mengesalkan, suara cibiran, suara hinaan
dan suara-suara negatif lainnya, tidak akan terdengar sedikitpun. Kita hanya bisa
lihat muka teriak-teriak tanpa suara, seru bukan he he…
Alasan kedua, helm SNI (Standar Nasional Indonesia) itu kualitasnya jelek he he…
Kita masih bisa dengar suara dari luar, juga karena memang dirancang bukan untuk
ke bulan, namun untuk jalan-jalan.
Jadi, memang satu-satunya helm yang bisa menangkal suara negatif dari luar diri ini
adalah Helm Apollo. Bagaimana teknik meng-install-nya secara imajiner? Mari kita
lanjuuut….
Trancing In
Tujuannya agar Anda bisa masuk ke Alam Bawah Sadar Anda secara cepat. Untuk
teknik “Trancing In” secara mata terbuka, saya sudah membuatnya lebih sederhana
menggunakan teknik “Self Hypnosis”.
1. Anda cukup mengikuti panduan berikut ini, dengan membaca 10 kalimat di bawah
ini dengan perlahan saja:
Tarik nafas perlahan, buang nafas perlahan, dalam hati katakan 10. Tarik nafas lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan 9. Tarik nafas lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan 8. Tarik nafas lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan 7. Tarik nafas lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan 6. Tarik nafas lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan 5. Tarik nafas lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan 4. Tarik nafas lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan 3. Tarik nafas lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan 2. Tarik nafas lebih perlahan, buang nafas lebih perlahan, dalam hati katakan 1.
2. Sekarang bayangkan saja Anda sendirian, berada di sebuah ruangan yang besar
berwarna putih. Dimana mata memandang, Anda hanya melihat putih dan putih.
Hanya putih….
3. Di depan Anda, terlihat sebuah Helm Apollo berwarna putih. Anda berjalan
mendekati Helm Apollo tersebut. Dengan kedua tangan, Anda mengambil Helm
Appolo itu dan perlahan-lahan Anda kenakan di kepala Anda. Telinga Andapun terasa
tertutup rapat, bahkan makin lama makin terasa lebih rapat.
4. Dengan perintah suara (Voice Command) yang cukup dibunyikan dalam mulut
yang tertutup saja, Anda membunyikan: “KLIK” dan kaca helm-pun tertutup cepat
sekali, sehingga Anda sekarang berada di sebuah helm kedap suara. Anda tidak bisa
mendengar suara dari luar helm lagi. Sangat kedap suara, Anda hanya bsia
mendengar suara Anda sendiri dan detak jantung Anda yang sangat sehat.
5. Sekarang Anda bisa melihat sekitar Anda, namun tanpa suara, sungguh kedap dan
tanpa suara. Bahkan, terasa makin lama makin hening. Sangat nyaman dan
hening….
6. Kapanpun Anda perlu untuk membuka Helm Apollo ini, Anda cukup
menghembuskan nafas dengan sedikit menghentak: “Fuuuh!”, maka kaca helm-pun
terbuka dengan cepat dan Helm Apollo langsung kembali ke tempat yang Anda ambil
tadi.
Pasang Helm Apollo
Setelah Helm Apollo ter-install secara imajiner dalam benak Anda, maka kapanpun
Anda mau gunakan cukup bunyikan dalam mulut Anda, bunyi: “KLIK”.
Copot Helm Apollo
Mencopot helm imajiner tersebut, cukup dengan nafas hentak: “Fuuuh!”
Trancing Out
Nah, setelah programnya ter-install, Anda harus keluar ke kondisi normal Anda.
Sekarang, hanya perlu baca dengan cepat saja angka berikut ini: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9 dan 10. Buang nafas Anda sebanyak-banyaknya sebanyak 3-7 kali.
Latihan
Bunyikan “Klik” dalam mulut Anda, amati dalam diri Anda. Apakah Anda mulai
menjadi “budek? Jika Anda terasa lebih hening, lebih sepi dari sebelumnya, maka
program tersebut berhasil dengan baik. Jika belum, install lagi saja Helm Apollo-nya.
Jika sudah berhasil mengenakan helm imajiner ini, sekarang buang nafas “Fuuuh!”,
apakah pendengaran Anda kembali normal, jika kembali normal atau lebih jelas
dalam mendengar, berarti program Helm Apollo ini sudah benar-benar ter-install
dengan baik di pikiran Anda. Inilah ilmu canggih yang saya pelajari dari Mbah
Bandler, si penemu NLP di Orlando sekitar tahun 2008 lalu.
Sangat PENTING untuk Diingat!!!
Ingat, jangan-jangan pernah. Sekali lagi, jangan-jangan pernah MELUDAH di dalam
Helm Apollo ini, karena Anda bisa kelenger sendiri ha ha ha….
Orang boleh ngomong apapun tentang Anda.
Anda juga tidak punya hak menutup mulut orang lain, bukan?
Tetapi sekarang Anda bisa menutup telinga Anda, bukan?
Bahkan membuatnya jadi hening semuanya…
Nusa Dua, 30 November 2010
Krishnamurti, yang baru kembali sadar ke dunia nyata, dari hidup di alam Dewa,
alam Surga di hotel St Regis, Nusa Dua, Bali, sebagai Pembicara Motivasi di acara
Royal Tip Adira Finance.
JALAN CEPAT, MEMPERCEPAT OUTCOME936 VIEWS | POSTED BY WAIDI AKBAR ON NOVEMBER - 30 - 2010 5 COMMENTS
Keseimbangan antara mental dan fisik perlu dijaga. Bahkan filsul Plato mengatakan
bahwa pendidikan adalah mengharmonikan seluruh potensi diri, spiritual, emosional,
mental (pikiran) dan fisik. Ada baiknya memang di tengah kesibukan kita menyisakan
waktu untuk berolah raga
Dalam NLP dikenal asumsi dasar bahwa ada harmoni antara pikiran dan tubuh.
Pikiran mempengaruhi tubuh dan sebaliknya. Apabila kondisi pikiran seseorang lagi
sedih atau katakanlah sedang mengalami depresi, maka kondisi tubuhnya pun jadi
terlihat tidak semangat, jalan amat pelan, loyo, tidak begairah. Begitu pula bila
kondisi pikiran lagi senang, wajahnya terlihat cerah, berseri-seri, bersemangat,
jalannya pun mantap.
Bukan hanya itu, kondisi pikiran juga sangat berpengaruh kepada perilaku
seseorang. Coba, bila suatu ketika Anda menyetir mobil dan kondisi pikiran lagi tidak
fresh, suntuk, banyak masalah yang harus segera diselesaikan, tiba-tiba ada
motor/mobil di depan Anda jalannya sangat lambat, Anda cenderung mengumpat.
Namun bila kondisi pikiran lagi senang, tidak terburu-buru, Anda cenderung
menikmati bahkan mungkin tanpa disadari Anda ikut melambat sambil menikmati
musik mobil.
Apabila kondisi pikiran dapat mempengaruhi kondisi tubuh dan perilaku/tindakan,
sekarang sebaliknya. Kondisi tubuh atau tepatnya posisi/gerak-gerik tubuh
mempengaruhi kondisi pikiran. Coba saja, lemaskan dan jatuhkan pundak Anda,
rendahkan kepala, tarik nafas dalam-dalam, lantas katakan, “Saya merasa luar
biasa…!” Saya percaya bahwa Anda merasa tidak luar biasa. Atau coba yang satu
ini, bila Anda mau marah, lantas Anda beranikan diri untuk bersujud syukur, maka
saya percaya Anda tidak jadi marah-marah sambil bersujud kehadirat Allah.
Hubungan saling mempengaruhi ini mari kita gunakan untuk membangun imajinasi
dan motivasi diri untuk mewujudkan apa yang kita inginkan (wellformed outcome).
Pagi-pagi, sehabis shalat subuh, kita berolah raga jalan pagi sambil meingkatkan
motivasi diri dan mewujudkan wellformed outcome. Kenapa harus pagi hari? Boleh
saja tidak pagi hari. Tetapi pagi hari adalah waktu yang tepat karena udara masih
segar, dan secara mental pikiran belum dipenuhi masalah-masalah pekerjaan.
Caranya mudah, seperti berikut ini.
Persiapan
1. Iamjinasikan atau visualisasikan apa yang ingin Anda raih wellformed outcome berupa: cita-cita jangka pendek, menengah atau jangka panjang. Pastikan bahwa apa yang Anda visualisasikan sudah benar-benar tergambarkan (kongkrit), terasakan, dan boleh jadi terdengar suara-suara pujian/sanjungan manakala apa yang Anda visualisasikan terwujud. Akan lebih baik bila mengimajikannya sehari sebelum jalan pagi.
2. Niatkan kuat-kuat dan mintalah pada pikiran bawah sadar bahwa pagi hari ini Anda mau olah raga jalan pagi untuk meningkatkan motivasi dan mencapai apa yang Anda inginkan (wellformed outcome). Bila pikiran bawah sadar setuju, ucapkanlah terima kasih.
3. Berdo’alah, bukan saja agar olah raga ini mendapat pahala, tetapi untuk mengakses energi Ilahiyah yang dahsyat. Berdo’alah sepenuh hati agar malaikat mengamini, alam semesta mencatat dan menjadikan diri Anda merasa lebih yakin bersama pelukan energi Illahiyah. Merasa yakin adalah junci penting untuk meraih cita-cita apapun.
4. Pastikan bahwa pakaian atau baju training dan sepatu yang Anda kenakan terasa nyaman sehingga tidak mengganggu fokus Anda.
Pelaksanaan
1. Berjalanlanlah dengan kecepatan jalan normal, pandangan ke depan, jangan menunduk. Sebab, jalan sambil menunduk sama dengan sedang “mengundang” kesedihan. Jalan normal ini hanya untuk pemanasan saja.
2. Setelah berjalan kurang lebih 500 meter atau badan sudah terasa panas dan keringat sudah mulai keluar, mulailah Anda mengakses, mengaktifkan apa yang Anda imajinasikan/visualisasikan seperti pada poin 1 (satu) di atas.
3. Begitu Anda sudah dapat mengakses/mengaktifkannya, segera ikuti dengan langkah kaki yang lebih cepat, kepala lebih didongakkan ke atas (jangan terlalu tinggi nanti menabarak orang di depan Anda), pandangan mata menyesuaikan. Pastikan sekali lagi bahwa apa yang Anda visualisasikan ada di depan Anda.
4. Sambil berjalan cepat, sambil memandang ke depan sekaligus memvisualisasikan apa yang diinginkan, katakan setiap langkahnya: satu… dua… tiga… yes! Satu… dua… tiga… yes! Satu…. dua.. tiga… yes! Sampai kurang lebih berjarak 100 meter. Yang saya maksud dengan kata ”yes” di sini dimaknai: ”Yes I can do it!” Yaitu, saya bisa mengerjakan apa yang divisualisasikan.
5. Apabila sudah mencapai jarak 100 meter, sudah merasa agak capai, nafas mulai ngos-ngosan, perlahan langkah dan kembali ke langkah jalan kaki normal.
10. Sambil berjalan normal, rasakan perbedaan antara sebelum dan sesudah jalan
cepat. Apabila Anda merasa lebih yakin, lebih percaya diri untuk meraih apa yang
Anda visualisasikan, ucapkan terima kasih pada pikiran bawah sadar yang sudah
bersedia menerima apa yang ingin Anda capai, dan jangan lupa ucapkan
alhamdulillah, semoga Allah senantiasa membimbing Anda.
Apabila Anda masih merasa perlu untuk memperkuat dan menambah yakin dengan
apa yang ingin Anda capai/visualisasikan, Anda dapat melakukannya lagi untuk jarak
tertentu sesuai kebutuhan. Anda juga dapat melakukannya setiap saat, kapan dan
dimana saja saat berjalan kaki.
Berjalan kaki cepat, sambil menatap ke depan, akan menjadikan lebih optimis dari
pada jalan kaki sambil menundukkan kepala seperti orang sedang depresi. Setahu
saya, di negara maju warganya selalu berjalan lebih cepat dari pada kita. Adakah
hubungan antara jalan cepat dengan kemajuan suatu bangsa? Saya kurang begitu
paham, yang jelas jalan cepat –menurut NLP—dapat merubah submodalitas atau
kondisi pikiran. Jauh lebih optimis dari pada mereka yang berjalan lambat. Bila
sukses adalah permainan pikiran, maka jalan cepat mampu mempermaikan pikiran
yang pesimis menjadi lebih optimis! Selamat mencoba.
SYUKUR PANGKAL SUKSES825 VIEWS | POSTED BY WAIDI AKBAR ON NOVEMBER - 26 - 2010 3 COMMENTS
SYUKUR PANGKAL SUKSES
“Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku” (QS: Al-
Baqarah ,152),
”Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk
(kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang kufur (tidak bersyukur), maka
sesungguhnya Tuhanku Mahakaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi Mahamulia”
(QS: An-Naml, 40)
Sering saya tanyakan kepada audience seminar atau training dengan sebuah
pertanyaan: sukses dulu baru senang atau sebaliknya, senang dulu baru sukses?
Hampir seluruh peserta memilih jawaban sukses dulu baru senang. Jawaban ini jelas
keliru! Mestinya senang dulu baru sukses! Kapan senangnya bila harus nunggu
sukses dulu? Boleh jadi tidak akan pernah merasa seang bila harus menunggu sukses
lebih dahulu.
Saya sangat memakluminya karena paradigma mereka sukses adalah identik dengan
keberhasilan materi. Yang terpikirkan baginya adalah keberhasilan itu sendiri, tanpa
pernah melihat bahwa prasyarat sukses adalah kondisi pikiran yang senang terlebih
dahulu. Tidak ada ceritanya orang dalam kondisi pikiran murung, sedih, depresi bisa
menjadi sukses. Kesedihan hanya akan menyebabkan suluruh potensi diri tertutup,
seluruh sel dan syaraf bersekutu untuk berhenti bekerja, spirit pun nyaris berhenti,
segala capaian hari ini menjadi tidak ada gunanya. Apabila sudah demikian,