KATA PENGANTAR Pertama-tama, saya mengucapkan puji syukur kepada ALLAH SWT atas kesempatan dan waktu yang telah diberikan sehingga telaah ilmiah yang berjudul ”Katarak Kongenital” ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Rusdianto, SpM(K) sebagai dosen pembimbing saya. Sebagai penulis, saya menyadari bahwa telaah ilmiah ini banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran diperlukan untuk memperbaikinya. Disamping itu, diperlukan juga berbagai referensi lain untuk mengembangkan telaah ilmiah ini. Akhir kata, saya sangat berharap bahwa telaah ilmiah ini akan memberikan manfaat bagi kita semua. Penulis 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, saya mengucapkan puji syukur kepada ALLAH SWT atas
kesempatan dan waktu yang telah diberikan sehingga telaah ilmiah yang berjudul
”Katarak Kongenital” ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada dr. Rusdianto, SpM(K) sebagai dosen pembimbing
saya.
Sebagai penulis, saya menyadari bahwa telaah ilmiah ini banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran diperlukan untuk memperbaikinya.
Disamping itu, diperlukan juga berbagai referensi lain untuk mengembangkan telaah
ilmiah ini.
Akhir kata, saya sangat berharap bahwa telaah ilmiah ini akan memberikan
manfaat bagi kita semua.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Katarak adalah perubahan lensa mata yang tadinya jernih dan tembus cahaya
menjadi keruh dan tak tembus cahaya sehingga cahaya sulit mencapai retina dan akan
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina sehingga penderita tidak dapat
melihat dengan jelas.1
Katarak kongenital adalah kekeruhan pada lensa mata yang ditemukan pada
bayi baru lahir. Katarak kongenital mungkin bisa disebabkan oleh : galaktosemia,
sindroma kondrodisplasia, rubella kongenital, sindroma down (trisomi 21), trisomi 13,
sindroma displasia ektodermal, sindroma marinesco-sjögren, dan lain-lain.2
Lensa yang keruh dapat terlihat tanpa bantuan alat khusus dan tampak sebagai warna
keputihan pada pupil yang seharusnya berwarna hitam. Bayi gagal menunjukkan
kesadaran visual terhadap lingkungan di sekitarnya dan kadang terdapat nistagmus
(gerakan mata yang cepat dan tidak biasa). Untuk menegakkan diagnosis, dilakukan
pemeriksaan mata lengkap oleh seorang ahli mata. Sedangkan untuk mencari
kemungkinan penyebabnya, perlu dilakukan pemeriksan darah dan rontgen.2
Gejala gangguan penglihatan penderita katarak tergantung dari letak
kekeruhan lensa mata. Bila katarak terdapat di bagian pinggir lensa, maka penderita
akan merasa adanya gangguan penglihatan. Bila kekeruhan terdapat pada bagian
tengah lensa, maka tajam penglihatan akan terganggu. 3
Katarak harus diangkat sesegera mungkin agar fungsi penglihatan bisa
berkembang secara normal, katarak dibuang melalui pembedahan, yang diikuti
dengan pemasangan lensa intraokuler. Jika penyebabnya diketahui, maka dilakukan
pengobatan terhadap penyebab terjadinya katarak kongenital.2
II. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan dapat menegakkan
diagnosis katarak kongenital.
2
BAB II
EMBRIOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI LENSA
A. Lensa
1. Embriologi
Mata berkembang dari tiga lapis embrional primitif yaitu ektoderm permukaan,
termasuk derivatnya krista neuralis, ektoderm neural, dan mesoderm. Ektoderm
permukaan selain membentuk lensa juga membentuk glandula lakrimalis, epitel
kornea, konjungtiva, glandula adneksa, dan epidermis palpebra. 5,7
Perkembangan mata mulai tampak pada mudigah 22 hari sebagai sepasang
lekukan dangkal pada sisi kanan dan kiri otak depan. Dengan menutupnya tabung
saraf ,lekukan-lekukan ini membentuk kantong-kantong keluar pada otak depan,
yaitu gelembung mata. Gelembung ini selanjutnya menempel pada ektoderm
permukaan dan menginduksi perubahan ektoderm. Gelembung mata melakukan
invaginasi dan membentuk piala mata yang berdinding rangkap. Lapisan dalam dan
luar mata ini mula-mula dipisahkan oleh suatu rongga, ruangan intraretina, yang
segera akan menghilang dan kemudian kedua lapisan tersebut saling berlekatan.
Invaginasi juga meliputi sebagian permukan inferior piala yang membentuk fissura
koroidea. Pembentukan fissura ini memungkinkan arteri hyaloidea mencapai
ruangan dalam mata. Pada minggu ke-7, bibir-bibir fissura koroidea bersatu dan
mulut piala mata menjadi lubang bulat yang menjadi pupil.5,7
Sel-sel ektoderm permukaan yang semula menempel pada gelembung mata
mulai memanjang dan membentuk plakoda (lempeng) lensa. Plakoda ini melakukan
invaginasi dan berkembang menjadi vesikel (gelembung) lensa. Vesikel ini terdiri
dari satu lapis sel-sel kuboid yang menjadi membran dasar (kapsul lensa), dan
3
mempunyai diameter kira-kira 0,2 mm. Pembentukan vesikel ini terjadi pada hari
33 kehamilan.5,7
Setelah pembentukan gelembung lensa, sel-sel dinding posterior memanjang
ke arah depan dan membentuk serabut-serabut panjang yang berangsur-angsur
mengisi lumen gelembung lensa tersebut. Pada hari ke 40 kehamilan lumen
gelembung lensa secara lengkap menghilang. Sel-sel yang memanjang disebut
primary lens fiber (serabut lensa primer). Nuklei serabut lensa primer bergerak
mendekati lamina basalis posterior ke dalam serabut lensa dan selanjutnya menjadi
piknotik sebagai organel intraseluler. Walaupun sel-sel lapisan posterior gelembung
lensa berdifferensiasi menjadi serabut lensa primer, sel-sel anterior gelembung lensa
tidak berubah. Satu lapisan kuboid ini menjadi epitel lensa. 4,5
4
Pada kehamilan 7 minggu, sel-sel epitel lensa pada daerah ekuator mulai
bermultiplikasi secara cepat dan memanjang untuk membentuk serabut lensa
sekunder. Sisi anterior berkembang ke arah polus anterior lensa yang menyusupkan
dirinya di sebelah bawah epitel lensa. Sisi posteriornya berkembang ke arah polus
posterior lensa di dalam kapsul lensa. Serabut lensa posterior terbentuk pada usia
kehamilan 2-8 bulan yang membentuk nukleus fetal. 4,5
Serabut-serabut lensa tumbuh pada bagian anterior dan posterior, ketika
serabut-serabut bertemu dan bersatu di bagian anterior dan posterior lensa, serabut-
serabut membentuk pola ”suture”. ”Suture” bentuk Y tegak muncul di anterior dan
bentuk Y terbalik pada posterior. Pembentukan lensa selesai pada usia 7 bulan
penghidupan foetal. Pertumbuhan dan proliferasi dari serat-serat sekunder
berlangsung terus sepanjang hidup tetapi lebih lambat, karenanya lensa menjadi
bertambah besar lambat-lambat. Berat lensa saat lahir sekitar 90 mg, dan makin
5
meningkat massanya rata-rata 2 mg pertahun sebagai bentuk serabut yang baru.
Setelah 20 tahun pada daerah tengah serabut lensa kurang lunak dan nukleus lensa
menjadi kaku. Setelah umur 40 tahun kekakuan nukleus lensa secara klinis
menurunkan daya akomodasi, dan umur 60 tahun nukleus menjadi sklerosis dan
berubah warna yang sering membuat ”suture” lensa sulit dibedakan.5,6
Saat lensa berkembang, suatu struktur pendukung nutrisi, tunika vaskulosa
lentis terbentuk mengelilinginya. Pada usia kehamilan 1 bulan, arteri hialoid
memberikan kapiler-kapiler kecil yang membentuk jaringan anastomosis yang
menutupi daerah posterior lensa yang sedang berkembang. Cabang-cabang kapsul
vaskuler posterior masuk ke dalam kapiler-kapiler kecil yang kemudian tumbuh ke
arah equator lensa, di mana mereka beranastomosis dengan vena-vena khoroid dan
membentuk bagian kapsulopupilari dari tunika vaskulosa lentis. Cabang-cabang arteri
lentis yang panjang beranastomosis dengan cabang-cabang bagian kapsulopupilari ,
yang menutupi permukaan anterior lensa. 5
6
2. Anatomi
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang
iris, lensa ditahan di tempatnya oleh zonula zinni (ligamentum suspensorium lentis),
yang melekat pada ekuator lensa menghubungkannya dengan korpus siliaris. Zonula
zinni berasal dari lamina basal epitel tidak berpigmen prosesus siliaris. Zonula
zinnia melekat pada bagian ekuator kapsul lensa, 1,5 mm pada bagian anterior dan
1,25 pada bagian posterior. Di sebelah anterior lensa terdapat humor akuos
sedangkan di sebelah posteriornya, vitreus. Lensa dan vitreus dipisahkan oleh
membrana hyaloidea. 5
Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung dari pada permukaan
anterior. Pada saat baru lahir jarak ekuator lensa sekitar 6,4 mm dan jarak
anterioposterior 3,5 mm dan beratnya sekitar 90 mg. Pada lensa dewasa jarak
ekuator sekitar 9 mm dan jarak anteroposterior 5 mm dan beratnya sekitar 255 mg. 5
Lensa tidak mempunyai persarafan dan pembuluh darah. Selama
embriogenesis mendapatkan perdarahan dari pembuluh darah hyaloids dan setelah
itu secara total suplainya tergantung pada humor akuous dan vitreus. Lensa terdiri
dari tiga bagian yaitu kapsul elastis dan epitelium lensa yang terletak pada
permukaan anterior lensa, korteks dan nucleus.4,5,6
7
Struktur normal lensa manusia
1. Kapsul Lensa
Kapsul lensa merupakan membrana basalis elastis yang dihasilkan oleh
epithelium lensa yang membungkus sekeliling lensa. Pada bagian anterior
dibentuk oleh sel-sel epitel dan di posterior oleh serabut kortikal. Sintesa kapsul
anterior berlangsung sepanjang kehidupan sehingga ketebalannya meningkat,
sedangkan kapsul posterior relative konstan. Ketebalan kapsul anterior 15,5
mikrometer dan kapsul posterior 2,8 mikrometer. 4,5
Di bawah mikroskop cahaya kapsul lensa terlihat homogen, tetap dengan
mikroskop elektron tampak terdiri 40 lamella. Lamella terdiri dari serabut
retikuler yang berisi matriks yaitu glikoprotein berhubungan dengan kolagen tipe
IV dan glikosaminoglikan sulfat. Mukopolisakarida heparin sulfat tersusun kurang
dari 1% pada kapsul lensa tetapi peranannya sangat penting dalam penentuan
8
kapsulkortek
nukleus
Polus anterior
Aksis optik
Aksis optikzonula
serabut
Sel epitelkapsul
ekuator
struktur dari matriks, dimana pada keadaan kritis mempertahankan kejernihan
lensa. 5
2. Epitel Lensa
Epitel lensa hanya ditemukan pada permukaan anterior lensa, pada daerah
ekuator sel ini memanjang dan berbentuk kolumner yang tersusun secara
meridional. Epitel ini mempunyai kapasitas metabolik untuk membawa keluar
semua aktivitas sel normal, termasuk DNA, RNA, protein dan biosintesa lemak,
dan untuk menghasilkan ATP yang berguna untuk menghasilkan energi yang
diperlukan lensa.5
3. Nukleus dan Korteks
Nukleus lensa lebih keras dari korteks. Serabut-serabut lamellar subepitelial
terus berproduksi sesuai dengan usia, sehingga lensa secara gradual menjadi lebih
besar dan kurang elastis. Nukleus dan korteks terbuat dari lamellar konsentris
memanjang. Tiap serat mengandung inti, yang pipih dan terdapat di bagian
pinggir lensa dekat ekuator, yang berhubungan dengan epitel subkapsuler. Serat-
serat ini saling berhubungan di bagian anterior. Garis sutura dibentuk oleh
gabungan ujung ke ujung serabut lamellar ini dan bila dilihat dengan lampu celah
berbentuk “Y”. Bentuk “Y” ini tegak di anterior dan terbalik di posterior huruf Y
yang terbalik. 4,5
3. Fisiologi Lensa
Sel-sel epitelial lensa pada ekuator membelah dan berkembang sepanjang
kehidupan dan tingkat metabolisme paling tinggi adalah epitel. Oksigen dan
glukosa diutilisasi oleh epitel lensa untuk sintesis protein dan transport aktif
elektrolit, karbohidrat, dan asam amino ke dalam lensa. Energi kimia diperlukan
untuk menjaga pertumbuhan sel dan transparansi. Aqueous humor berfungsi
sebagai sumber nutrisi dan tempat pembuangan sampah dari lensa.
9
1. Pemeliharaan keseimbangan air dan kation lensa
Mekanisme yang mengontrol keseimbangan air dan elektrolit, penting
dalam memelihara kejernihan lensa. Karena transparansi lensa berhubungan erat
dengan komponen struktural dan makromolekul, pertubasi hidrasi air dapat
berujung pada pengeruhan. Sekitar 5% volume lensa adalah air yang terdapat
diantara serabut lensa di ruangan ekstraseluler. Konsentrasi natrium dalam lensa
sekitar 20 mM, dan konsentrasi kalium sekitar 120 mM. Pada aqueous humor
dan vitreous humor kadar natrium lebih tinggi, sekitar 150 mM, sedangkan
kalium sekitar 5 mM.5
2. Epitel lensa: situs transport aktif
Keseimbangan kation antara lensa sebelah dalam dengan bagian luarnya
adalah akibat sifat-sifat permeabilitas membran sel lensa dan aktivitas pompa
natrium (Na+, K+-ATPase) yang berada dalam membran sel epitel lensa dan
tiap sel serabut. Epitel merupakan situs utama transport aktif dalam lensa.
Pompa natrium berfungsi dengan memompa ion natrium keluar sambil
mengambil ion kalium masuk. Mekanisme ini bergantung pada pemecahan ATP
dan diatur oleh enzim Na+, K+-ATPase. Inhibisi Na+, K+-ATPase
mengakibatkan hilangnya keseimbangan kation dan peningkatann kadar air
dalam lensa.5
10
3. Teori pompa-kebocoran
Kombinasi transport aktif dan permeabilitas membran sering disebut
sebagai sistem pompa-kebocoran lensa. Menurut teori pompa-kebocoran, kalium
dan berbagai molekul lain seperti asam amino secara aktif ditransportasikan ke
dalam bagian anterior lensa melalui epitel. Mereka kemudian berdifusi sesuai
dengan gradien konsentasi menuju bagian belakang lensa, dimana tidak terdapat
mekanisme transport aktif. Natrium mengalir masuk melalui bagian belakang
lensa sesuai dengan gradien konsentrasinya dan kemudian dipertukarkan secara
aktif sebagai ganti kalium oleh epitel. Kalium terkonsentrasi pada anterior lensa
dan natrium pada posterior. epitel merupakan situs utama transport aktif dalam
lensa. Maka, natrium dipompa melalui sisi anterior lensa ke dalam aqueous
humor, dan kalium bergerak dari aquoeus humor menuju lensa. Pada permukaan
posterior lensa (perhubungan lensa-vitreous), pergerakan solute terjadi sebagian
besar oleh difusi pasif. Pengaturan asimetris ini berakibat pada gradien natrium
dan kalium pada lensa, dengan konsentrasi kalium yang lebih besar pada
anterior lensa dan lebih sedikit pada posterior. Sehingga, natrium terkonsentrasi
pada bagian posterior lensa dan kurang pada anterior. 5,6
Distribusi elektrolit yang tidak merata pada membran sel lensa berakibat
pada perbedaan potensial elektrik antara bagian dalam dan luar lensa. Bagian
dalam lensa adalah elektronegatif, sekitar -70 mV. Bahkan terdapat perbedaan
potensial sebesar -23 mV diantara permukaan anterior dan posterior lensa.
Perbedaan potensial normal sekitar 70 mV dapat berubah sewaktu-waktu dengan
perubahan aktivitas pompa atau permeabilitas membran. Kadar interseluler
normal kalsium pada lensa adalah sekitar 30 mM, sedangkan kadar kalsium di
luar lensa adalah mendekati 2 μM. Gradien transmembran yang besar ini
terutama dipertahankan oleh pompa kalsium (Ca2+-ATPase). Membran sel
lensa juga relatif impermeabel terhadap kalsium. Kehilangan homeostasis
kalsium dapat sangat mengganggu metabolisme lensa. 5,6
4. Akomodasi
Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk menerima objek sinar dan
memfokuskan ke retina. Derajat akomodasi tergantung kapasitas lensa untuk
merubah bentuknya dari bentuk bulat panjang (penglihatan jauh) menjadi bentuk
bulat (penglihatan dekat). Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-
11
otot siliaris mengalami relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil
diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya terkecil sehingga berkas cahaya
paralel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot
siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang, sehingga lensa yang
lentur ini berubah bentuknya menjadi lebih bulat. Kemampuan lensa untuk
berakomodasi lebih kuat pada usia muda. Kapasitas ini tergantung pada hubungan
kortek dengan inti. Pada usia muda, intinya kecil dan korteknya tebal dan lembut
yang memungkinkan perubahan bentuk secara leluasa, sehingga bentuk lensa
hampir bulat. Pada usia lanjut intinya besar dan korteknya tipis sehingga perubahan
bentuk lensa hanya sedikit.5
Secara fisiologi lensa mempunyai sifat tertentu yaitu kenyal atau lentur
karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung,
jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan, dan terletak
di tempatnya.6
Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang dewasa
lensanya lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian
sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara
perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat dimana
nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa
menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna kekuning-kuningan, kurang jernih dan
tampak sebagai “grey reflex” atau “senile reflex”, yang sering disangka katarak,
padahal salah. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi kurang elastis dan daya
akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, pada orang
Indonesia dimulai pada umur 40 tahun.8
BAB III
KATARAK KONGENITAL
12
1. Definisi
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan
penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya
yang kurang tepat.6
Katarak jenis ini dapat terjadi di kedua mata bayi (bilateral) maupun
sebelah mata bayi (unilateral). Keruh atau buram di lensa terlihat sebagai bintik
putih jika dibandingkan dengan pupil hitam yang normal dan dapat dilihat dengan
mata telanjang.9
Gambar 1. Leukokoria pada katarak kongenital
2. Epidemiologi
Pada beberapa penelitian Cross Sectional, mengidentifikasi adanya katarak
pada sekitar 10 % orang Amerika Serikat, dan prevalensi ini meningkat sampai
sekitar 50 % untuk mereka yang berusia antara 65 dan 74 tahun dan sampai sekitar
70 % untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.5
Untuk katarak kongenital sendiri, dari hasil penelitian yang dilakukan di
Inggris pada tahun 1995-1996, didapatkan hasil bahwa insidensi dari katarak
kongenital dan infantil tertinggi pada tahun pertama kehidupan, yaitu 2,49 per
10.000 anak (dengan tingkat kepercayaan 95% /confidence interval [CI], 2.10–
2.87). Insidensi kumulatif selama 5 tahun adalah 3,18 per 10.000 (95% CI, 2.76–
3.59), meningkat menjadi 3,46 per 10.000 dalam waktu 15 tahun (95% CI, 3.02–
3.90). Insidensi katarak bilateral lebih tinggi jika dibandingkan yang unilateral,
insidensi ini tidak dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan tempat.10
13
3. Etiologi
Etiologi terjadinya katarak kongenital dapat dibagi kedalam lima katagori :
1. Familiar ( inherediter dan biasanya autosomal dominant.)
2. Infeksi intra uterin TORCH (toxoplasmosis, syphilis, rubella,
cytomegalovirus, dan virus herpes simplex)
3. Syndroma (Down, Edward, Patau atau Lowe, hallerman-streiff, conradi,
displasia ektodermal, dan marinesco-sjögren)
4. Metabolik (galaktosemia, diabetes Melitus, hypo / hyperglycemia atau
hypocalcemia)
5. Idiopatik
Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan
riwayat prenatal infeksi rubela pada ibu pada kehamilan trimester pertama dan
pemakaian obat selama kehamilan. Kadang-kadang pada ibu hamil terdapat
riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali. Bila katarak disertai
dengan uji reduksi pada urin yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat
galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan
gangguan sistem syaraf seperti retardasi mental. Hampir 50 % dari katarak
kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya.6
Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-
ibu yang menderita homosisteinuri, diabetes melitus, hipoparatiroidism,
toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan histoplasmosis. Penyakit lain yang
menyertai katarak kongenital biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter
seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia,
lensa ektopik, displasia retina, dan megalo-kornea.6
Katarak kongenital sering terdapat bersamaan dengan nistagmus, displasia
uvea, dan strabismus. Atau ada pula yang menyertai kelainan pada mata sendiri,
yang juga merupakan kelainan bawaan seperti heterokromia iris.8
Seperti yang telah dibahas di atas, katarak kongenital dapat disebabkan oleh
rubela kongenital. Bila ibu hamil 4 minggu pertama menderita rubela. Virus
rubela terdapat dalam lensa sampai bayi berusia 1-2 tahun. Adapun trias sindrom