STATUS PENDERITA NEUROLOGI
1.1. IDENTIFIKASINama: Tn. EUmur: 41 TahunJenis Kelamin:
Laki-lakiAlamat: Kayu AgungAgama: IslamMRS Tanggal: 23 April
2015
1.2. ANAMNESA (Alloanamnesa)Penderita dirawat di bangsal syaraf
RSUD Palembang BARI karena mengalami penurunan kesadaran dan
kelemahan pada lengan dan tungkai sebelah kanan yang terjadi secara
tiba-tiba.Sejak 8 jam sebelum masuk Rumah Sakit penderita tidur
siang dan tiba-tiba saat dibangunkan penderita mengalami penurunan
kesadaran dan kelemahan pada lengan dan tungkai sebelah kanan. Saat
serangan keluhan tidak disertai mual dan muntah, kejang, pusing,
sesak nafas dan jantung berdebar-debar. Sehari-hari penderita
melakukan pekerjaan dengan menggunakan tangan kanan. Penderita
tidak dapat mengerti isi pikiran yang disampaikan melalui lisan,
tulisan dan isyarat. Penderita tidak dapat menyampaikan isi
pikirannya melalui lisan, tulisan dan isyarat.Riwayat darah tinggi
disangkal, riwayat kencing manis disangkal, riwayat penyakit
jantung disangkal dan riwayat trauma disangkal.Penderita baru
pertama kali mengalami keluhan seperti ini.
1.3. PEMERIKSAAN (Tanggal 22 April 2014)STATUS PRESENSStatus
Internus Kesadaran: (E:2, M:4, V:1)=7Gizi: baikSuhu Badan:
36,5CNadi: 110 x/menitPernapasan: 30 x/menitTekanan Darah: 160/100
mmHgJantung: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)Paru-paru:
vesikuler(+)N, ronkhi (-), wheezing (-)Hepar: tidak terabaLien:
tidak terabaAnggota Gerak: lihat status neurologikusGenitalia:
tidak diperiksa
Status PsikiatrikusSikap: Tidak kooperatifEkspresi Muka:
WajarPerhatian: Tidak adaKontak Psikik: Tidak ada
Status NeurologikusKEPALABentuk: NormochepaliUkuran :
NormocephaliSimetris: simetris
LEHERSikap: lurusDeformitas: tidak adaTorticolis: tidak
adaTumor: tidak adaKaku kuduk: tidak adaPembuluh darah: tidak
ada
SYARAF-SYARAF OTAKN. OlfaktoriusKananKiriPenciumantidak dapat
diperiksatidak dapat diperiksaAnosmia tidak dapat diperiksatidak
dapat diperiksaHyposmiatidak dapat diperiksatidak dapat
diperiksaParosmia tidak dapat diperiksatidak dapat diperiksa
N.OpticusKananKiriVisus tidak dapat diperiksa tidak dapat
diperiksaCampus visi V.O.DV.O.S
KananKiri Anopsia tidak dapat diperiksatidak dapat diperiksa
Hemianopsia tidak dapat diperiksatidak dapat diperiksa
Fundus Oculi Papil edema tidak dapat diperiksa Papil atrofitidak
dapat diperiksa Perdarahan retina tidak dapat diperiksa
Nn. Occulomotorius, Trochlearis dan
AbducensKananKiriDiplopiatidak dapat diperiksatidak dapat
diperiksaCelah matasimetrissimetrisPtosistidak dapat diperiksatidak
dapat diperiksaSikap bola mata Strabismustidak adatidak ada
Exophtalmustidak adatidak ada Enophtalmustidak adatidak ada
Deviation conjugaetidak adatidak adaGerakan bola mataPupil
Bentuknyabulatbulat Besarnya 3 mm 3 mm Isokori/anisokorisokorisokor
Midriasis/miosismiosismiosis Refleks cahaya- Langsung(+)(+)-
Konsensuil(+)(+)- Akomodasi(+)(+) Argyl Robertson(-)(-)
Nn.TrigeminusKananKiriMotorik Menggigittidak dapat
diperiksatidak dapat diperiksa Trismustidak dapat diperiksatidak
dapat diperiksa Refleks korneatidak adatidak adaSensorik Dahitidak
dapat diperiksatidak dapat diperiksa Pipitidak dapat diperiksatidak
dapat diperiksa Dagutidak dapat diperiksatidak dapat diperiksa
N.FacialisKananKiriMotorikMengerutkan dahitidak dapat
diperiksaMenutup matalagoftalmus (-)Menunjukkan gigitidak dapat
diperiksaLipatan nasolabialistidak ada kelainanBentuk Muka
Istirahatnormal Berbicara/bersiultidak dapat diperiksaSensorik2/3
depan lidahtidak dapat diperiksaOtonom Salivasitidak ada
Lakrimasitidak ada Chvosteks sign
N. StatoacusticusN. CochlearisKananKiriSuara bisikantidak dapat
diperiksatidak dapat diperiksaDetik arlojitidak dilakukan
pemeriksaantidak dilakukan pemeriksaanTes Webertidak dilakukan
pemeriksaantidak dilakukan pemeriksaanTes Rinne tidak dilakukan
pemeriksaantidak dilakukan pemeriksaan
N. Vagus dan GlossopharingeousArcus pharingeustidak dapat
diperiksaUvulatidak dapat diperiksaGangguan menelantidak dapat
diperiksaSuara serak/sengautidak dapat diperiksaDenyut
jantungcepatRefleks Muntahtidak ada Batuktidak ada
Okulokardiaktidak ada Sinus karotikustidak adaSensorik 1/3 belakang
lidahtidak dapat diperiksa
N. AccessoriusKananKiriMengangkat bahutidak dapat diperiksatidak
dapat diperiksaMemutar kepalatidak dapat diperiksatidak dapat
diperiksa
N. HypoglossusKananKiriMengulur lidahtidak dapat
diperiksaFasikulasitidak dapat diperiksaAtrofi papiltidak dapat
diperiksaDisartria tidak dapat diperiksa
Columna VertebralisKyphosis: tidak adaScoliosis: tidak
adaLordosis: tidak adaGibbus: tidak adaDeformitas: tidak adaTumor:
tidak adaMeningocele: tidak adaHematoma: tidak adaNyeri ketok:
tidak ada
MOTORIKLENGANKananKiriGerakantidak dapat diperiksatidak dapat
diperiksaKekuatantidak dapat diperiksatidak dapat
diperiksaTonusnormalnormalRefleks fisiologis Bicepsnormalnormal
Tricepsnormalnormal P. Radiusmenurun normal P.
UlnanormalnormalRefleks patologis Hoffman
Ttromner(-)(-)Trofik(-)(-)
TUNGKAIKananKiriGerakantidak dapat diperiksatidak dapat
diperiksaKekuatantidak dapat diperiksatidak dapat
diperiksaTonusnormalnormalKlonus Paha(-)(-) Kaki(-)(-)
Refleks fisiologis K P Rmenurunmenurun A P
RmenurunmenurunRefleks patologis Babinsky(-)(+) Chaddock(-)(+)
Oppenheim(-)(-) Gordon(-) (-) Schaeffer(-) (-) Rossolimo(-) (-)
Mendel Bechterew(-) (-)
Refleks kulit perut Atastidak dilakukan pemeriksaan Tengahtidak
dilakukan pemeriksaan Bawahtidak dilakukan pemeriksaanTrofik tidak
dilakukan pemeriksaan
SENSORIKTidak ada kelainan
GAMBAR
GEJALA RANGSANG MENINGEALKananKiriKaku
kuduk(-)(-)Kerniq(-)(-)Lasseque(-)(-)Brudzinsky Neck(-)(-)
Cheek(-)(-) Symphisis(-)(-) Leg I(-)(-) Leg II(-)(-)
GAIT DAN KESEIMBANGANGaitKeseimbangan dan KoordinasiAtaxia:
belum dapat dinilai Romberg : belum dapat dinilaiHemiplegic: belum
dapat dinilai Dysmetri : belum dapat dinilaiScissor: belum dapat
dinilai - jari-jari : belum dapat dinilaiPropulsion: belum dapat
dinilai - jari hidung : belum dapat dinilaiHisteric: belum dapat
dinilai - tumit-tumit : belum dapat dinilaiLimping: belum dapat
dinilai Rebound phenomen : belum dapat dinilaiSteppage: belum dapat
dinilai Dysdiadochokinesis : belum dapat dinilaiAstasia-Abasia:
belum dapat dinilai Trunk Ataxia : belum dapat dinilai Limb Ataxia
: belum dapat dinilai
GERAKAN ABNORMALTremor: tidak adaChorea: tidak adaAthetosis:
tidak adaBallismus: tidak adaDystoni: tidak adaMyocloni: tidak
ada
FUNGSI VEGETATIFMiksi: tidak ada kelainanDefekasi: tidak dapat
diperiksaEreksi: tidak dapat diperiksa
FUNGSI LUHURAfasia motorik: tidak dapat diperiksaAfasia
sensorik: tidak dapat diperiksaAfasia nominal: tidak dapat
diperiksaApraksia: tidak dapat diperiksaAgrafia: tidak dapat
diperiksaAlexia: tidak dapat diperiksa
LABORATORIUMDarah:Urine:GDS: 154 mg%warna: kuningUreum: 135
mg%kejernihan : keruhCreatinin : 0,7 mg%protein: +2Leukosit :
12.400 /mm3leukosit : 1-2Ht: 46%eritrosit : penuhTrombosit :
153.000 / mm3sel epitel : 1-2Gol darah : ABPEMERIKSAAN KHUSUS
Rontgen foto cranium: tidak diperiksaRontgen foto thoraks: tidak
diperiksaRontgen foto columna vertebralis: tidak
diperiksaElectroencephalografi: tidak
diperiksaElectroneuromyografi: tidak diperiksaElectrocardiografi:
tidak diperiksaArteriografi: tidak diperiksaPneumografi: tidak
diperiksaCT-Scan: Lain-lain: tidak diperiksa
RINGKASANAnamnesis:Penderita dirawat di bangsal syaraf RSUD
Palembang BARI karena mengalami penurunan kesadaran dan kelemahan
lengan dan tungkai sebelah kanan secara tiba-tiba.Sejak 6 jam
sebelum masuk RS penderita tidur siang dan tiba-tiba saat
dibangunkan mengalami penurunan kesadaran dan kelemahan anggota
gerak sebelah kanan. Keluhan tidak disertai mual, muntah, pusing,
kejang, sesak nafas, dan jantung berdebar-debar. Mulut penderita
tidak tampak mencong. Sehari-hari penderita melakukan kegiatan
dengan menggunakan tangan kanan.Riwayat darah tinggi (-), sakit
jantung (-), kencing manis (-).Penderita baru pertama kali
mengalami keluhan seperti ini.
Pemeriksaan:Kesadaran : Samnolen ( E3M5V1)Tekanan darah:
230/140Nadi: 112 x/menitPernapasan: 38 x/menitT: 36,5 C
LENGANKananKiriGerakantidak dapat diperiksatidak dapat diperiksa
Kekuatantidak dapat diperiksatidak dapat
diperiksaTonusnormalnormalRefleks fisiologis Bicepsnormalnormal
Tricepsnormalnormal P. Radiusmenurun normal P.
UlnanormalnormalRefleks patologis Hoffman
tromner(-)(-)Trofik(-)(-)
TUNGKAIKananKiriGerakantidak dapat diperiksatidak dapat
diperiksaKekuatantidak dapat diperiksatidak dapat
diperiksaTonusnormalnormalKlonus Paha(-)(-) Kaki(-)(-)
Refleks fisiologis K P Rmenurunmenurun A P
RmenurunmenurunRefleks patologis Babinsky(-)(+) Chaddock(-)(+)
Oppenheim(-)(-) Gordon(-) (-) Schaeffer(-) (-) Rossolimo(-) (-)
Mendel Bechterew(-) (-)
DIAGNOSA KLINIK: Hemiparese dextra spastic ec stroke non
hemorragicDIAGNOSA TOPIK: Kapsula interna hemisferium
sinistraDIAGNOSA ETIOLOGI: Trombosis serebri
PENGOBATAN: IVFD RL gtt xx/menitRanitidin 2x1 mgCiticholine 2 x
500 mgNeurodex 1x1 mgBisoprolol 1x2 mgAspilet 2x1 mgPROGNOSAQuo ad
Vitam: dubia ad bonamQuo ad Functionam: dubia admalam
DISKUSI
A.Diagnosis banding topik1. Lesi di korteks hemisferium serebri
sinistraPada penderita ditemukan gejala:
Defisit motorik (hemiparese sinistra)Hemiparese dextra tipe
spastik
Gejala iritatifTidak ada kejang pada sisi yang lemah
Gejala fokal (kelumpuhan tidak sama berat)Kelemahan lengan dan
tungkai dextra sama berat
Defisit sensorik pada sisi yang lemahTidak ada kelainan
*Jadi kemungkinan lesi di korteks hemisferium serebri sinistra
dapat disingkirkan.
2. Lesi di subkorteks hemisferium serebri sinistraPada penderita
ditemukan gejala:
Defisit motorik Hemiparese sinistra tipe spastik
Afasia motorik Tidak ada afasia motorik
*Jadi kemungkinan lesi di subkorteks serebri hemisferium
sinistra dapat disingkirkan.
3. Lesi di kapsula interna hemisferium cerebri sinistraPada
penderita ditemukan gejala:
Hemiparese/hemiplegi typica Hemiparese dextra tipe spastik
Parese n.VII sinistra sentralBelum dapat dinilai
Parese n.XII sinistra sentralBelum dapat dinilai
Kelemahan sisi yang lumpuh sama beratKelemahan sisi yang lumpuh
sama berat
*Jadi kemungkinan lesi di kapsula interna hemisferium dextra
belum dapat disingkirkanKesimpulan:Diagnosis topik : Kapsula
interna hemisferium sinistra
B. Diagnosis banding Etiologi: 1. Hemoragia serebri 2. Emboli
serebri 3. Trombosis serebri
1. Hemoragia serebri, gejalanya:Pada penderita ditemukan
gejala:
Kehilangan kesadaran > 30 menit- ada kehilangan kesadaran
> 30 menit
Terjadi saat aktifitas- Terjadi saat istirahat
Didahului sakit kepala, mual danmuntah- Tanpa didahului sakit
kepala, tanpa disertai muntah dan mual
Riwayat hipertensi- tidak ada riwayat hipertensi
*Jadi kemungkinan etiologi hemoragia serebridapat
disingkirkan.
2. Emboli serebri, gejalanya:Pada penderita ditemukan
gejala:
- Kehilangan kesadaran < 30 menit - - terjadi penurunan
kesadaran> 30 menit
- Ada artrial fibrilasi - Tidak ada atrial fibrilasi
- Terjadi saat aktifitas - Terjadi saat istirahat
*Jadi kemungkinan etiologi emboli serebri dapat
disingkirkan.
3. Trombosis serebri, gejalanya:Pada penderita ditemukan
gejala:
- Tidak ada kehilangan kesadaran- terjadi kehilangan
kesadaran
- Terjadi saat bangun tidurTerjadi saat istirahat- Terjadi saat
bangun tidurTerjadi saat istirahat
*Jadi kemungkinan etiologi trombosis serebri belum dapat
disingkirkan.
Kesimpulan: Diagnosis etiologi: Trombosis serebri
DISKUSIA. Diagnosis Topik :Lesi di capsula interna hemisperium
sinistra B. Diagnosis banding Etiologi: Trombosis serebri
LEMBAR FOLLOW UP
Tanggal : 23 April 2015Keluhan: penderita mengalami penurunan
kesadaran dan kelemahan pada lengan dan tungkai sebelah kananStatus
generalis: Kesadaran: E2M5V1 = 8 Tekanan darah: 220/140 mmHg Nadi:
112 x/menit Pernapasan: 38 x/menit T: 36,5 C
Status Neurologis:Fungsi Motorik:LENGANKananKiriGerakantidak
dapat diperiksatidak dapat diperiksa Kekuatantidak dapat
diperiksatidak dapat diperiksaTonusnormalnormalRefleks fisiologis
Bicepsnormalnormal Tricepsnormalnormal P. Radiusmenurun normal P.
UlnanormalnormalRefleks patologis Hoffman tromner(-)(-)
TUNGKAIKananKiriGerakantidak dapat diperiksatidak dapat
diperiksaKekuatantidak dapat diperiksatidak dapat
diperiksaTonusnormalnormalKlonus Paha(-)(-) Kaki(-)(-)
Refleks fisiologis K P Rmenurunmenurun A P
RmenurunmenurunRefleks patologis Babinsky(-)(+) Chaddock(-)(+)
Oppenheim(-)(-) Gordon(-) (-) Schaeffer(-) (-) Rossolimo(-) (-)
Mendel Bechterew(-) (-)
DIAGNOSA KLINIK: Hemiparese dextra spastic ec stroke non
hemorragicDIAGNOSA TOPIK: Kapsula interna hemisferium
sinistraDIAGNOSA ETIOLOGI: Trombosis serebri
Rencana Terapi:IVFD RL gtt x x/menitRanitidin 2x1 mgCiticholine
2 x 500 mgNeurodex 1x1 mgBisoprolol 1x2 mgAspilet 2x1 mg
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi StrokeMenurut World Health Organization (WHO),
stroke adalah suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa
adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler.1Stroke atau
penyakit serebrovaskular mengacu kepada setiap gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran
darah melalui sistem suplai arteri otak.22. Pembuluh Darah
OtakArteri OtakOtak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan
dua arteri vertebralis. Keempat arteri ini beranastomosis pada
permukaan inferior otak dan membentuk circulus willisi (circulus
arteriosus). Arteri carotis interna keluar dari sinus cavernosus
pada sisi medial processus clinoideus anterior dengan menembus
durameter. Kemudian arteri ini membelok ke belakang menuju sulcus
cerebri lateralis. Di sini, arteri ini bercabang menjadi arteri
cerebri anterior dan arteri cerebri media. Arteri vertebralis,
cabang dari bagian pertama arteri subclavia, berjalan ke atas
melalui foramen processus transversus vertebra C1-6. pembuluh ini
masuk ke tengkorak melalui foramen magnum dan berjalan ke atas,
depan dan medial medulla oblongata. Pada pinggir bawah pons arteri
ini bergabung dengan arteri dari sisi lainnya membentuk arteri
basilaris.3
Vena OtakVena otak tidak mempunyai jaringan otot di dalam
dindingnya yang sangat tipis dan tidak mempunyai katup. Vena
tersebut keluar dari otak dan bermuara ke dalam sinus venosus
cranialis. Terdapat vena-vena cerebri, cerebelli, dan batang otak.
vena magna cerebri dibentuk dari dua gabungan vena interna cerebri
dan bermuara ke dalam sinus rectus.3
Gambar 1: Pembuluh darah di otak
Otak terdiri dari hemisperium cerebri yang dihubungkan oleh
corpus callosum. hemisphere dipisahkan oleh sebuah celah dalam,
yaitu fissa longitudinalis cerebri. Di otak ada gyrus precentralis
sebagai area motoris, gyrus postcentralis sebagai area sensoris,
gyrus temporalis anterior sebagai area auditiva, area broca atau
area bicara motoris.Otak kecil merupakan pusat koordinasi serta
batang otak sebagai tempat jalan serabut-serabut saraf ke target
organ.3
Gambar 2. Bagian Otak
Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan
kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan
dalam pengaturan nafas dan tekanan darah.3
3. Klasifikasi Strokea. Berdasarkan kelainan patologik pada
otak1. Stroke Hemoragik Perdarahan intraserebralPaling sering
terjadi akibat cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan
ruptur dari salah satu dari banyak arterikecil yang menembus jauh
ke dalam jaringan otak. Gejala biasanya berupa nyeri kepala hebat,
mual, muntah, sering terjadi pada siang hari saat beraktivitas dan
biasanya disertai kesadaran menurun.2
Perdarahan ekstraserebralMemiliki dua penyebab : ruptur suatu
aneurisma vaskular dan trauma kepala. Tempat-tempat aneurisma yang
lazim sebagian besar terletak di sirkulus willisi. Karena perdrahan
dapat masif dan ekstravasasi darah ke dalam ruang subarakhnoid
lapisan meningen dapat berlangsung cepat, maka angka kematian
sangat tinggi sekitar 50 % pada bulan pertama setelah perdarahan.
Gejala biasanya nyeri kepala hebat dan mendadak, kesadaran sering
naik turun.2
2. Stroke Non Hemoragik Trombosis serebriStroke ini sering
berkaitan dengan lesi aterosklerotik yang menyebabkan penyempitan
atau stenosis di arteria karotis interna. Sebagian besar dari
stroke ini terjadi saat tidur. penyebab tersering adalah karena
aterosklerosis. Gejala biasanya didahului gejala prodormal
transient iskemik attack (TIA), sering terjadi pada waktu istirahat
dan bangun pagi, biasanya kesadaran baik.2 Emboli serebriAsalnya
dapat suatu arteri distal atau jantung. Trombus mural jantung
merupakan penyebab tersering : infark miokardium, fibrilasi atrium,
penyakit katup jantung, katup jantung buatan dan kardiomiopati
iskemik. stroke ini biasanya menimbulkan defisit neurologik
mendadak dengan efek maksimum. biasanya terjadi saat aktivitas,
gejalanya mendadak (paling cepat).2
b. Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu1. Transient
Ischemic Attack (TIA) adalah serangan-serangan defisit neurologik
yang mendadak dan singkat akibat iskemia otak fokal yang cenderung
membaik dengan kecepatan dan tingkat penyembuhan bervariasi tetapi
biasanya dalam 24 jam.22. Stroke in Evolution (SIE) stroke dengan
gejala klinis bertahap berkembang dari ringan hingga berat.43.
completed stroke adalah stroke dengan defisit neurologis yang
menetap dan tidak berkembang lagi.1c. Berdasarkan sistem pembuluh
darah1. Arteri karotis interna, gejala biasanya unilateral.Lokasi
tersering lesi adalah bifurkasio arteria karotis komunis ke dalam
arteria karotis interna dan eksterna. Gejala sensorik dan motorikdi
ekstremitas kontralateral.22. Arteri serebri media, paling sering.
Gejalanya hemiparesis atau monoparesis kontralateral (biasanya
mengenai lengan), kadang-kadang hemianopsia (kebutaan
kontralateral), afasia global (apabila hemisfer dominan terkena)
dan disfasia.23. Arteri Serebri anterior, kebingungan adalah gejala
utama. Kelumpuhan kontralateral yang lebih besar di tungkai,
defisit sensorik kontralateral, demensia (disfungsi lobus
frontalis).24. Sistem vertebrobasilar, gejalanya kelumpuhan di satu
sampai keempat ekstremitas, meningkatnya refleks tendon, ataksia,
tanda babinski bilateral, tremor, vertigo, disfagia, disartria,
sinkop, gangguan daya ingat, gangguan penglihatan, tinitus, rasa
baal diwajah, mulut dan lidah.25. Arteri serebri posterior terjadi
di lobus otak tengah atau talamus.2
4. Stroke Non HemoragikA. Gejala stroke2 : Baal atau lemas
mendadak di wajah, lengan atau tungkai, terutama di salah satu sisi
tubuh Gangguan penglihatan seperti penglihatan ganda atau kesulitan
melihat pada satu atau kedua mata Bingung mendadak Tersandung
selagi berjalan Pusing bergoyang Hilangnya keseimbangan dan
koordinasi Nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas
Gejala berdasarkan lokasi tempat gangguan2 :1. Akibat sumbatan
Arteri karotis interna Dapat terjadi kebutaan satu mata Gejala
sensorik dan motorik di ekstremitas kontralateral Lesi dapat
terjadi di daerah antara arteri serebri anterior dan media Gejala
mula-mula timbul di ekstremitas atas dan mungkin mengenai wajah,
dapat terjadi afasia apabila lesi di hemisfer dominan.2. Akibat
sumbatan arteri serebri media Hemiparese atau monoparese
kontralateral (biasanya lengan) Kadang- kadang kebutaan Afasia
global Disfasia3. Akibat sumbatan arteri serebri anterior
Kelumpuhan kontralateral yang lebih besar di tungkai Defisit
sensorik kontralateral Demensia, gerakan menggenggam, refleks
patologis ( disfunsi lobus frontalis)4. Akibat sumbatan sistem
vertebrobasilar kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas
meningkatnya refleks tendon Ataksia Tanda babinski bilateral
Gejal-gejala serebelum seperti tremor, intention, vertigo Disfagia
Disartria Sinkop, stupor, koma, pusing, gangguan daya ingat,
disorientasi Gangguan penglihatan (diplopia, nistagmus, ptosis,
paralisis suatu gerakan mata, hemianopsia homonim) Tinitus,
gangguan pendengaran Rasa baal di wajah, mulut atau lidah5. Akibat
sumbatan arteri serebri posterior Koma Hemiparese kontralateral
Afasia visual atau buka kata (aleksia) Kelumpuhan saraf kranialis
ketiga : hemianopsia, koreoatetosis5. Diagnosis1. Anamnesis Gejala
dan Tanda Keadaan klinis pasien, gejala dan riwayat perkembangan
gejala dan defisit yang terjadi merupakan hal yang penting dan
dapat menuntun dokter untuk menentukan kausa yang paling mungkin
dari stroke pasien. Anamnesis sebaiknya mencakup2: a. Penjelasan
tentang awitan dan gejala awal. Kejang pada gejala awal
mengisyaratkan stroke embolusb. Perkembangan gejala atau keluhan
pasien atau keduanyac. Riwayat TIAd. Faktor resiko, terutama
hipertensi, fibrilasi atrium, diabetes, merokok, dan pemakaian
alcohol e. Pemakaian obat, terutama kokain f. Pengobatan yang
sedang dijalani, termasuk obat yang baru dihentikan. Sebagai
contoh, pemghentian mendadak obat antihipertensi klonidin
(Catapres) dapat menyebabkan rebound yang berat. 2. Evaluasi Klinis
Awal Pasien harus menjalani pemeriksaan fisik lengkap yang berfokus
pada system berikut2: a. Sistem pembuluh perifer. Lakukan
auskultasi pada arteria karotis untuk mencari adanya bising (bruit)
dan periksa tekanan darah di kedua lengan untuk diperbandingkan. b.
Jantung. Perlu dilakukan pemeriksaan jantung yang lengkap, dimulai
dengan auskultasi jantung dan EKG 12-sadapan. Murmur dan distmia
merupakan hal yang harus dicari, karena pasien dengan fibrilasi
atrium, infark miokardium akut atau penyakit katup jantung dapat
mengalami embolus obstruktif. c. Retina. Periksa ada tidaknya
cupping diskus optikus, perdarahan retina, kelainan diabetes.d.
Ekstremitas. Evaluasi ada tidaknya sianosis dan infark sebagai
tanda-tanda embolus perifer.e. Pemeriksaan neurologic. Sifat
intactness diperlukan untuk mengetahui letak dan luas suatu
stroke.
3. Pemeriksaan LaboratoriumMenurut Price dan Wilson (2006)
biasanya, tidak ada penemuan diagnostik laboratorium pada infark
serebral. Tetapi pada semua pasien, dapat dinilai dengan
pemeriksaan darah, urinalisis, HDL, laju endap darah (LED), panel
metabolik (natrium, kalium, klorida, bikarbonat, glukosa, nitrogen
urea darah, dan kreatinin), profil lemak serum, dan serologi.
4. Pemeriksaan Tambahan5 CT-Scan MRI Angiografi serebral
6. Stroke Hemoragik6.1 Klasifikasi Stroke HemoragikMenurut WHO,
dalam International Statistical Classification of Diseases and
Related Health Problem 10thRevision, stroke hemoragik dibagi
atas4:a. Perdarahan Intraserebral (PIS)Perdarahan Intraserebral
(PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari pembuluh darah
dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma. Perdarahan
ini banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab
lainnya adalah aneurisma kriptogenik, diskrasia darah, penyakit
darah seperti hemofilia, leukemia, trombositopenia, pemakaian
antikoagulan angiomatosa dalam otak, tumor otak yang tumbuh cepat,
amiloidosis serebrovaskular.4
b. Perdarahan Subarakhnoidal (PSA)Perdarahan Subarakhnoidal
(PSA) adalah keadaan terdapatnya/masuknya darah ke dalam ruangan
subarakhnoidal. Perdarahan ini terjadi karena pecahnya aneurisma
(50%), pecahnya malformasi arteriovena atau MAV (5%), berasal dari
PIS (20%) dan 25% kausanya tidak diketahui.4c. Perdarahan
SubduralPerdarahan subdural adalah perdarahan yang terjadi akibat
robeknya vena jembatan (bridging veins)yang menghubungkan vena di
permukaan otak dan sinus venosus di dalam durameter atau karena
robeknya araknoidea.4
6.2 Gejala Stroke Hemoragika. Gejala Perdarahan Intraserebral
(PIS)Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral
adalah: nyeri kepala berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga
subarakhnoid pada pemeriksaan pungsi lumbal merupakan gejala
penyerta yang khas. Serangan sering kali di siang hari, waktu
beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan
cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara
1/2-2 jam, dan 12% terjadi setelah 3 jam).4b. Gejala Perdarahan
Subarakhnoid (PSA)Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala
yang hebat, nyeri di leher dan punggung, mual, muntah, fotofobia.
Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan pemeriksaan kaku
kuduk, Lasegue dan Kernig untuk mengetahui kondisi rangsangan
selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi gangguan pada
fungsi saraf. Pada gangguan fungsi saraf otonom terjadi demam
setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi ulkus pepticum karena
pemberian obat antimuntah disertai peningkatan kadar gula darah,
glukosuria, albuminuria, dan perubahan pada EKG.4c. Gejala
Perdarahan SubduralPada penderita perdarahan subdural akan dijumpai
gejala: nyeri kepala, tajam penglihatan mundur akibat edema papil
yang terjadi, tanda-tanda defisit neurologik daerah otak yang
tertekan. Gejala ini timbul berminggu-minggu hingga berbulan-bulan
setelah terjadinya trauma kepala.4
6.3 Diagnosis Stroke Hemoragika. Perdarahan Intraserebral
(PIS)Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda-tanda klinis dari
hasil pemeriksaan. Untuk pemeriksaan tambahan dapat dilakukan
denganComputerized Tomography Scanning(CT-Scan), Magnetic Resonance
Imaging (MRI), Elektrokardiografi(EKG), Elektroensefalografi (EEG),
Ultrasonografi(USG), dan Angiografi cerebral.4b. Perdarahan
Subarakhnoid (PSA)Diagnosis didasarkan atas gejala-gejala dan tanda
klinis. Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan dengan Multislices
CT-Angiografi, MR Angiografiatau Digital Substraction
Angiography(DSA).4c. Perdarahan SubduralDiagnosis didasarkan atas
pemeriksaan yaitu dilakukan foto tengkorak antero-posterior dengan
sisi daerah trauma. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan CT-Scan
dan EEG.4
7 Epidemiologi Stroke7.1 Distribusi Frekuensi StrokeBerdasarkan
data penderita stroke yang dirawat oleh Pusat Pengembangan dan
Penanggulangan Stroke Nasional (P3SN) RSUP Bukittinggi pada tahun
2002, terdapat 501 pasien, yang terdiri dari usia 20-30 tahun
sebesar 3,59%, usia 30-50 tahun sebesar 20,76%, usia 51-70 tahun
sebesar 52,69% dan usia 71-90 tahun sebesar 22,95%.4Hasil
penelitian Syarif. R di Rumah Sakit PTP Nusantara II Medan tahun
1999-2003 menunjukkan bahwa dari 220 sampel yang diteliti,
berdasarkan suku penderita stroke yang dirawat inap sebagian besar
bersuku Jawa sebanyak 120 orang (54,5%) dan yang terendah suku
Minang sebanyak 3 orang (1,4%), berdasarkan status perkawinan
penderita stroke yang dirawat inap sebagian besar berstatus kawin
sebanyak 217 orang (98,6%) dan yang berstatus tidak kawin sebanyak
3 orang (1,4%).4
8 Faktor risikoFaktor stroke terdiri dari dua kategori,
yaitu4:a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi: UsiaRisiko
terkena stroke meningkat sejak usia 45 tahun. Setiap penambahan
usia tiga tahun akan meningkatkan risiko stroke sebesar 11-20%.
Dari semua stroke, orang yang berusia lebih dari 65 tahun memiliki
risiko paling tinggi yaitu 71%, sedangkan 25% terjadi pada orang
yang berusia 65-45 tahun, dan 4% terjadi pada orang berusia 200
mg/dl meningkatkan risiko stroke 1,31-2,9 kali.7.
MerokokBerdasarkan penelitian Siregar F (2002) di RSUP Haji Adam
Malik Medan dengan desain case control, kebiasaan merokok
meningkatkan risiko terkena stroke sebesar 4 kali.Merokok
menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri di seluruh tubuh
(termasuk yang ada di otak dan jantung), sehingga merokok mendorong
terjadinya aterosklerosis, mengurangi aliran darah, dan menyebabkan
darah mudah menggumpal.8. AlkoholKonsumsi alkohol yang berlebihan
dapat mengganggu metabolisme tubuh, sehingga terjadi dislipidemia,
diabetes melitus, mempengaruhi berat badan dan tekanan darah, dapat
merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lain-lain. Semua ini
mempermudah terjadinya stroke.Konsumsi alkohol berlebihan
meningkatkan risiko terkena stroke 2-3 kali.9. StresHampir setiap
orang pernah mengalami stres. Stres psiokososial dapat menyebabkan
depresi. Jika depresi berkombinasi dengan faktor risiko lain
(misalnya, aterosklerosis berat, penyakit jantung atau hipertensi)
dapat memicu terjadinya stroke. Depresi meningkatkan risiko terkena
stroke sebesar 2 kali.10. Penyalahgunaan ObatPada orang-orang yang
menggunakan narkoba terutama jenis suntikan akan mempermudah
terjadinya stroke, akibat dari infeksi dan kerusakan dinding
pembuluh darah otak. Di samping itu, zat narkoba itu sendiri akan
mempengaruhi metabolisme tubuh, sehingga mudah terserang stroke.
Hasil pengumpulan data dari rumah sakit Jakarta tahun 2001 yang
menangani narkoba, didapatkan bahwa lebih dari 50% pengguna narkoba
dengan suntikan berisiko terkena stroke.
Sistem skor1. Siriraj Hospital ScoreVersi orisinal:= (0.80 x
kesadaran) + (0.66 x muntah) + (0.33 x sakit kepala) + (0.33x
tekanan darah diastolik) (0.99 x atheromal) 3.71.
Versi disederhanakan:= (2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + ( 2 x
sakit kepala) + (0.1 x tekanan darah diastolik) (3 x atheroma)
12.
Kesadaran:Sadar = 0; mengantuk, stupor = 1; semikoma, koma = 2
Muntah:tidak = 0 ; ya = 1 Sakit kepala dalam 2 jam:tidak = 0 ; ya =
1 Tanda-tanda ateroma:tidak ada = 0 ; 1 atau lebih tanda ateroma =
1(anamnesis diabetes; angina; klaudikasio intermitten)
Pembacaan:Skor > 1 : Perdarahan otak< -1: Infark
otakSensivitas: Untuk perdarahan: 89.3%.Untuk infark:
93.2%.Ketepatan diagnostik: 90.3%
9 PatofisiologiLebih dari organ-organ lain, otak tergantung pada
suplai oksigen yang adekuat dari sirkulasi darah. Sirkulasi
serebral yang konstan di atur oleh baroreseptor dan refleks
vasomotor yang dikontrol batang otak.Pada penelitian hewan, dan
mungkin pada manusia, penghentian aliran darah di otak selama lima
menit menyebabkan kerusakan otak yang ireversibel. Efek oklusi
ateri fokal sangat tergantung pada lokasi oklusi dan adanya jalur
kolateral dan anastomosis. Misalnya oklusi dari arteri karotis
interna di leher, ada anastomosis melalui arteri komunikan anterior
dan posterior menghubungkan arteri sirkulus Willis dari arteri
karotis eksternal melalui arteri opthalmikus.1Infark aterosklerosis
diperkirakan 14-25% dari stroke iskemik dan laki-laki dua kali
lebih beresiko daripada wanita. Stroke ini berhubungan dengan aku
mulasi plak ateroskerosis pada lumen arteri besar atau sedang,
biasanya pada bikurfasi atau lengkungan dari pembuluh darah.
Beberapa arteri dari arkus aorta menuju sirkulus willisi dapat
terkena, tetpai tempat ateroskelrosis yang berhubungan dengan
stroke paling sering junction common and internal carotid artery,
asal dari middle dan anterior arteri cerebral, dan asal dari arteri
vertebra Patogenesis aterosklerosis belum sepenuhnya diketahui,
tetapi kerusakan dan hasil dari disfungsi sel endotel vaskular
diketahui sebagai fase awal. Sel endotel rusak akibat dari LDL
(low-density lipoprotein), radikal bebas, hipertensi, diabetes,
homosistein, dan agen infeksi. Monosit dan limfosit T melekat pada
tempat yang mengalami kerusakan dan berpindah ke subendotel, dimana
monosit dan makrofag bertrasformasi pada lipid foam cells. Hasil
dari lesi ini disebut fatty streak. Pelepasan faktor pertumbuhan
dan kemotaktis dari sel endotelo dan makrofag memicu proliferasi
dan migrasi dari sel intima otot polos dan membenruk fibrous
plaque. Platelet melekat pada tempat yang rusak atau cedera dan
melepaskan faktor pertumbuhan dan kemotaktik.1Emboli dapat menuju
sirkulasi otak dan menyebabkan obstruksi aliran darah otak dengan
oklusi arteri dimana diameter lumen sama dengan ukuran material
emboli. Sumber utama dari kardiaemboli termasuk intrakardia dan
mural trobus oleh atrial fibrilasi, dilatasi kardiomiopati dengan
penurunan fraksi ejeksi, dan abnormalitas pergerakan dinding yang
diikuti oleh infark miokardium. Penyakit katup jantung penyebab
lain yang sering menyebabkan tromboemboli jantung, seperti penyakit
jantung rematik, mitral regurgitasi atau stenosis, dan
endokarditisfaktor pertumbuhan dan kemotaktis dari sel endotelo dan
makrofag memicu proliferasi dan migrasi dari sel intima otot polos
dan membenruk fibrous plaque. Platelet melekat pada tempat yang
rusak atau cedera dan melepaskan faktor pertumbuhan dan kemotaktik.
Emboli dapat menuju sirkulasi otak dan menyebabkan obstruksi aliran
darah otak dengan oklusi arteri dimana diameter lumen sama dengan
ukuran material emboli. Sumber utama dari kardiaemboli termasuk
intrakardia dan mural trobus oleh atrial fibrilasi, dilatasi
kardiomiopati dengan penurunan fraksi ejeksi, dan abnormalitas
pergerakan dinding yang diikuti oleh infark miokardium. Penyakit
katup jantung penyebab lain yang sering menyebabkan tromboemboli
jantung, seperti penyakit jantung rematik, mitral regurgitasi atau
stenosis, dan endokarditis. Stroke yang terjadi akibat embolus
biasanya menimbulkan defisit neurologi mendadak dengan efek
maksimum sejak awitan penyakit. Biasanya serangan terjadi saat
pasien beraktivitas.1 Trombus embolik ini sering tersangkut di
bagian pembuluh darah yang mengalami stenosis. Stroke
kardioembolik, yaitu penyebab tersering, didiagnosis apabila
diketahui adanya kausa jantung seperti fibrilasi atrium atau
apabila pasien baru mengalami infark miokardium yang mendahului
terjadinya sumbatan mendadak pembuluh besar otak. Embolik berasal
dari bahan trombotik yang terbentuk di dinding rongga jantung dan
katup mitralis. Karena biasanya adanya bekuan yang sangat kecil,
fragmen-fragmen embolus dari jantung mencapai otak melalui arteria
karotis dan vertebralis. Dengan demikian, gejala klinis bergantung
pada bagian manan dari sirkulasi yang tersumbat dan seberapa bekuan
berjalan dipercabangan arteri sebelum tersangkut. Sebelah hilir dan
menimbulkan gejala-gejala fokal. Sayangnya, pasien dengan stroke
kardioembolik memiliki resiko yang lebih besar menderita stroke
hemoragik di kemudian hari, saat terjadi perdarahan petekie atau
bahkan perdarahan besar di jaringan yang mengalami infark beberapa
jam atau mungkin hari setelah proses emboli pertama.1
10. PenatalaksanaanTerapi Farmakologi1Penilaian umum dan
penggunanan obat antitrombolitik (antiplatelet dan antikoagulan)
dan obat trombolitik merupakan terapi medical utama dari stroke
iskemik akut.a. Antiplatelet. Obat antiplatelet seperti aspirin,
clopidogrel, dan kombinasi dipiridamole dengan aspirin memiliki
peran yang besar dalam pencegahan sekunder kejadian aterotrombotik.
Terapi antiplatelet mimiliki efektivitas yang tinggi dalam resiko
kejadian vaskular dan direkomendasikan setelah warfarin untuk
stroke kardioembolik.1. Aspirin. Mekanisme aksi dari aspirin yaitu
menghambat fungsi platelet melalui inaktivasi COX (Cyclooxygenase)
secara irreversible. Meta analisis memperlihatkan aspirin
menurunkan resiko stroke, infark miokardium, dan kematian vascular.
U.S. Food and Drug Administration merekomendasikan dosis aspirin
50-325 mg per hari pada pasien stroke. Efek samping utama
ketidaknyamanan pada lambung. 2. Clopidogrel. Clopidogrel merupakan
antagonis reseptor ADP (adenosine diphosphate) platelet. Penelitian
pada 19.000 pasien dengan penyakit atherosclerosis vascular
bermanisfestasi seperti stroke iskemik, infark miokard, atau
penyakit arteri perifer simptomatis, 75 mg clopidogrel lebih
efektif (8,7% penurunan resiko relative) daripada 325 aspirin dalam
menurunkan resiko stroke, miokard infark, atau penyakit arteri
perifer lainnya. 3. Ticlodipine. Ticlodipine mempunyai mekanisme
menghambat jalur adenosine diphosphate(ADP) dari membran platelet.
Dosis yang direkomendasi dari ticlodipine 250 mg dalam dua kali
pemberian per hari. Ticlodipine memiliki efek samping lebih banyak
dibandingkan aspirin, termasuk diare, mual, dispesia,4. Dipiridamol
dengan aspirin. Dipiridamol merupakan cyclic nucleotide
phosphodiesterase inhibitor. The Second European Stroke Prevention
Study (ESPS-2) merandomisasi 6.602 pasien dengan riwayat TIA atau
stroke untuk ditatalaksana denganaspirin (25 mg dua kali per hari),
dipiridamol (200 mg dua kali per hari), kombinasi keduanya, atau 5.
Lasebo. Peneliti melaporkan peningkatan efek dipiridamol (37%)
ketika dikombinasikan dengan aspirin.1. Antikoagulan Percobaan
randomisasi unfractionated heparin (UFH), low-molecular weight
heparin (LMWH), atau heparinoid untuk penatalaksanaan stroke
iskemik akut menunjukkan tidak ada keuntungan dalam menurunkan
morta;itas, morbiditas akibat stroke, rekurensi stroke atau
prognosis stroke, kecuali pada kasus trombosis vena (Biller, 2009).
2. TrombolitikTerapi trombolisis menstimulasi jalur intrinsik
fibrinolisisuntuk mngendalikan patologi trombosis National
Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) rt-PA
(recombinant tissue plasminogen activator) Stroke Study Group
menunjukkan terpai dengan intavena rt-PA pada tiga jam setelah
onset stroke iskemik meningkatkan hasil klinis dari pengobatan
selama 3 bulan
1