BAB ICASE REPORT
A. IDENTITAS PASIENNama: Ny. DUsia: 38 TahunJenis kelamin:
PerempuanAlamat: Jetis 2/3 Suruh Tasikmadu KaranganyarPekerjaan:
Buruh pabrikStatus perkawinan: MenikahNo. RM: 2042xxTgl masuk RS :
24 Februari 2015Tgl pemeriksaan: 27 Februari 2015
B. ANAMNESISKeluhan Utama: PanasRiwayat Penyakit Sekarang: 3
HSMRS Pasien mengeluh panas. Keluhan panas dirasakan sejak kurang
lebih 3 hari yang lalu. Panas meningkat tidak menentu, seringnya
sore atau malam hari. Panas tidak disertai mengigil. Panas disertai
dengan BAK anyang-anyangan (+), pinggang terasa panas, nyeri diatas
kemaluan (+), selain itu pasien merasakan pusing cekot-cekot, mual
disertai muntah kurang lebih 5x. BAK nyeri dan panas diakui. Pasien
jarang minum air putih dan suka menahan BAK. BAB dbn. HMRS Pasien
datang ke IGD RSUD Karanganyar pada tanggal 24 Februari 2015 dengan
keluhan panas. Saat di rumah sakit keluhan muntah sudah dirasa
membaik dibanding 3 hari yang lalu. Keluhan lain pada pasien
seperti BAK anyang-anyangan (+), BAK nyeri dan panas (+), pinggang
terasa panas (+), nyeri di atas kemaluan (+), pusing cekot-cekot
(+), mual (+), batuk (-), pilek (-), sesak (-), BAB dbn.Riwayat
Penyakit Dahulu :Riwayat keluhan serupa: disangkalRiwayat
hipertensi: disangkalRiwayat diabetes melitus: disangkalRiwayat
alergi obat dan makanan: disangkalRiwayat mondok: disangkalRiwayat
Penyakit Keluarga:Riwayat penyakit serupa: disangkalRiwayat
hipertensi: disangkalRiwayat diabetes melitus: disangkalRiwayat
alergi obat dan makanan: disangkalRiwayat Kebiasaan:Riwayat jarang
minum air putih: diakuiRiwayat suka menahan BAK: diakuiRiwayat
Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan GiziPasien merupakan seorang buruh
pabrik yang bekerja dari jam 8 pagi sampai sekitar jam 4 sore yang
pasien lakukan setiap hari. Pasien mengakui kurang minum air putih
serta suka menahan BAK. Dari hasil pekerjaannya dirasa pasien cukup
untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Anak pasien masih sekolah di
bangku sekolah dasar.
ANAMNESIS SISTEMSistem CerebrospinalGelisah (-), lemah (-),
demam (+), pusing cekot-cekot (+), kejang (-)
Sistem CardiovascularAkral hangat (+), sianosis (-), anemis (-),
berdebar-debar (-)
Sistem RespiratoriusBatuk (-), sesak napas (-), mengi (-)
Sistem GenitourinariusBAK anyang-anyangan (+), nyeri di atas
kemaluan (+), nyeri dan panas saat BAK (+)
Sistem GastrointestinalMual (+), muntah (+), perut sebah (-),
nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-), BAB (+) dbn
Sistem MusculosceletalBadan terasa lemes (+), ekstremitas bawah
udem (-/-),
Sistem IntegumentumPerubahan warna kulit (-), sikatriks (-),
tanda penyakit kulit (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK1. Status Generalis Keadaan Umum:
CukupKesadaran: Compos mentisTekanan Darah: 140/90 mmHgNadi: 84 x/
menitPernapasan: 20 x/ menitSuhu: 36,8CBerat badan: 55 KgTinggi
badan: 160 cmKeadaan Gizi: Baik2. Status interna Kepala:
Normocephal, Conjungtiva pucat (-/-), Sklera Ikterik (-/-),
Sianosis (-), reflek pupil (+) Leher: Leher simetris, distensi vena
leher (-), deviasi trachea (-), massa (-), peningakatan JVP (-),
pembesaran kelenjar limfe (-) ThoraxParuHasil pemeriksaan
InspeksiDada kanan dan kiri simetris, tidak ada ketinggalan
gerak, pelebaran costa (-), retraksi (-), bentuk dada normal
PalpasiTidak ada nafas yang tertinggal, Fremitus dada kanan dan
kiri sama
PerkusiSonor
AuskultasiTerdengar suara dasar vesikuler (+/+), Wheezing (-/-),
Ronkhi (-/-)
JantungHasil pemeriksaan
InspeksiDinding dada pada daerah pericordium tidak cembung /
cekung, tidak ada memar maupun sianosis, ictus cordis tidak
tampak
PalpasiIctus cordis tidak kuat angkat, teraba di SIC VI linea
axilla anterior sinistra
PerkusiBunyi : redupBatas Jantung :Batas Kiri Jantung ^ Atas :
SIC II di sisi lateral linea sternalis sinistra.^ Bawah : SIC VI
linea axilla anterior sinistraBatas Kanan Jantung^ Atas : SIC II
linea sternalis dextra^ Bawah : SIC IV linea sternalis dextra
AuskultasiHR= 84 x/menit BJ I/II murni reguler, bising systole
(-), gallop (-)
AbdomenAbdomenHasil pemeriksaan
InspeksiPerut sejajar dengan dinding dada, distended (-),
sikatriks (-)
AuskultasiSuara peristaltik (+)
PalpasiNyeri tekan (-), defans muskuler (-), hepar dan lien
tidak teraba
Perkusi Timpani
Ekstremitas Ekstremitas Superior DextraAkral Hangat (+), Edem
(-)
Ekstremitas Superior SinistraAkral Hangat (+), Edema (-)
Ekstremitas Inferior DextraAkral Hangat (+), Edema (-)
Ekstremitas Inferior SinistraAkral Hangat (+), Edema (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG24 Februari 2015
PemeriksaanHasilNilai RujukanSatuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin14,212,00 16,00g/dl
Hematokrit40,737,00 47,00%
Leukosit15,17 (H)5-10103/ ul
Trombosit234150-300103/ ul
Eritrosit4,694,00 5,00103/ ul
MPV7,46,5 12,00fL
PDW15,89,0 17,0
INDEX
MCV86,882,0 92,0fL
MCH30,327,0 31,0pg
MCHC34,932,0 37,0g/dl
HITUNG JENIS
Limfosit%11,625,0 40,0%
Monosit%5,03,0 9,0%
Eosiofil%0,80,5 5,0%
Basofil%0,30,0 1,0%
Gran%82,350,0 70,0%
GULA DARAH
Glukosa darah sewaktu13670 - 150mg/dl
25 Februari 2015
PemeriksaanHasilNilai RujukanSatuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin14,212,00 16,00g/dl
Hematokrit39,637,00 47,00%
Leukosit14,56 (H)5-10103/ ul
Trombosit238150-300103/ ul
Eritrosit4,534,00 5,00103/ ul
MPV7,56,5 12,00fL
PDW16,09,0 17,0
INDEX
MCV87,482,0 92,0fL
MCH30,227,0 31,0pg
MCHC34,632,0 37,0g/dl
HITUNG JENIS
Limfosit%7,125,0 40,0%
Monosit%6,33,0 9,0%
Eosiofil%0,40,5 5,0%
Basofil%0,20,0 1,0%
Gran%86,050,0 70,0%
27 Februari 2015
PemeriksaanHasilNilai RujukanSatuan
URINALISA
Warna-kekeruhanKuning-jernihKuning-jernih
BJ1.0151.005-1.030
pH65,0-6,5
Keton-Negative
Protein-Negative
Glukosa-Negative
Nitrit+Negative
Bilirubin-Negative
URINALISA (SEDIMEN)
Leukosit4-50-3per LPB
Eritrosit5-60-5per LPB
Silinder-Negative
Epithel bulat+Negative
Epithel squameus++1
Epithel transisional-Negative
Bakteri-Negative
Kristal-Negative
Jamur-
E. DIAGNOSIS ISK (Infeksi Saluran Kemih) Vomitus
F. PENATALAKSANAAN Inf RL 20 tpm Inf Ciprofloxacin fl/24 jam
Inj. Ranitidin 1amp/12 jam Inj. Ondancetron 1amp/8 jam Inj.
Pragesol 1amp/8 jam Urinter 2x1
G. PROGNOSISQuo ad vitam: ad bonamQuo ad functionam: ad bonamQuo
ad sanam: ad bonam
H. FOLLOW UP24-02-2015S/Pasien mengeluh panas. Keluhan panas
dirasakan sejak kurang lebih 3 hari yang lalu. Panas meningkat
tidak menentu, seringnya sore atau malam hari. Panas tidak disertai
mengigil. Panas disertai dengan BAK anyang-anyangan (+), pinggang
terasa panas, nyeri diatas kemaluan (+), selain itu pasien
merasakan pusing cekot-cekot, mual disertai muntah kurang lebih 5x.
BAK nyeri dan panas diakui. Pasien jarang minum air putih dan suka
menahan BAK. BAB dbn.O/TD: 140/90 N: 84S: 36,8 RR: 20KU: cukup,
CMK/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)Tho: SDV (+/+), Rh (-/-), Wh
(-/-)BJ I/II murni reguler, galop(-)Abd: NT (-), nyeri
kostovertebrae (-)Eks: oedem tungkai (-/-)A/Obs. Febris Hr III dd
ISKVomitusP/ Inf RL 20 tpm Inf Ciprofloxacin fl/24 jam Inj.
Ranitidin 1amp/12 jam Inj. Ondancetron 1amp/8 jam Inj. Pragesol
1amp/8 jam
25-02-2015S/Pasien mengeluh panas berkurang, BAK masih
anyang-anyangan, pinggang masih terasa panas, nyeri diatas kemaluan
(-), mual sedikit berkurang, muntah (-), pusing (-)O/TD: 120/80 N:
80S: 36,3 RR: 20KU: cukup, CMK/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB
(-/-)Tho: SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)BJ I/II murni reguler,
galop(-)Abd: NT (-), nyeri kostovertebrae (-)Eks: oedem tungkai
(-/-)A/Obs. Febris Hr. IV dd ISKVomitus perbaikanP/ Inf RL 20 tpm
Inf Ciprofloxacin fl/24 jam Inj. Ranitidin 1amp/12 jam Inj.
Ondancetron 1amp/8 jam Inj. Pragesol 1amp/8 jam Urinter 2x1
26-02-2015S/Pasien sudah tidak mengeluh panas, anyang-anyangan
(-), pinggang panas (-), mual (-), muntah (-), pusing (-)O/TD:
120/80 N: 80S: 36,3 RR: 20KU: cukup, CMK/L: CA (-/-), SI (-/-),
PKGB (-/-)Tho: SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)BJ I/II murni reguler,
galop(-)Abd: NT (-), nyeri kostovertebrae (-)Eks: oedem tungkai
(-/-)A/Obs. Febris Hr V dd ISKVomitus teratasiP/ Inf RL 20 tpm Inf
Ciprofloxacin fl/24 jam Inj. Ranitidin 1amp/12 jam Inj. Ondancetron
1amp/8 jam Inj. Pragesol 1amp/8 jam Urinter 2x1 Usul : Pemeriksaan
urin rutin
27-02-2015S/Pasien merasa panas sudah tidah dirasa. BAK sudah
lancar, mual (-), muntah (-), pusing (-), pinggang panas (-)O/TD:
120/80 N: 76S: 36,0 RR: 20KU: cukup, CMK/L: CA (-/-), SI (-/-),
PKGB (-/-)Tho: SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)BJ I/II murni reguler,
galop(-)Abd: NT (-), nyeri kostovertebrae (-)Eks: oedem tungkai
(-/-)A/ISKVomitusP/ Inf RL 20 tpm Inf Ciprofloxacin fl/24 jam Inj.
Ranitidin 1amp/12 jam Inj. Ondancetron 1amp/8 jam Inj. Pragesol
1amp/8 jam Urinter 2x1
BLPL
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan FisiologiSistem urinarius terdiri dari 2 ginjal
(ren), 2 ureter, vesika urinaria dan uretra. System urinarius
berfungsi sebagai system ekskresi dari cairan tubuh. Ginjal
berfungsi untuk membentuk atau menghasilkan urin dan saluran kemih
lainnya berfungsi untuk mengekskresikan atau mengeliminasi urin.
Sel-sel tubuh memproduksi zat-zat sisa seperti urea, kreatinin dan
ammonia yang harus diekskresikan dari tubuh sebelum terakumulasi
dan menyebabkan toksik bagi tubuh. Selain itu, ginjal juga
berfungsi untuk regulasi volume darah tubuh, regulasi elekterolit
yang terkandung dalam darah, regulasi keseimbangan asam basa, dan
regulasi seluruh cairan jaringan tubuh. Saluran kemih bagian atas
adalah ginjal, sedangkan ureter, kandung kemih (vesika urinaria)
dan uretra merupakan saluran kemih bagian bawah.
Struktur saluran kemih manusia Ginjal memiliki tiga bagian
penting yaitu korteks, medulla dan pelvis renal. Bagian paling
superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di
sebelah dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal.
Ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar
disebut pelvis renal. Pelvis renal bercabang dua atau tiga, disebut
kaliks mayor yang masing-masing bercabang membentuk beberapa kaliks
minor. Dari kaliks minor, urin masuk ke kaliks mayor, ke pelvis
renal kemudian ke ureter, sampai akhirnya ditampung di dalam
kandung kemih.Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang
masing-masing menyambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika
urinaria). Panjangnya kira-kira 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak
dalam rongga pelvis. Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk
dari otot tempat urin mengalir dari ureter. Dinding kandung kemih
terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium).
Struktur anatomi ginjalBagian akhir saluran keluar yang
menghubungkan kandung kemih denganluar tubuh ialah uretra. Uretra
pria sangat berbeda dari uretra wanita. Pada laki-laki, sperma
berjalan melalui uretra waktu ejakulasi. Uretra pada laki-laki
merupakan tuba dengan panjang kira-kira 17-20 cm dan memanjang dari
kandung kemih ke ujung penis.Uretra pada laki-laki mempunyai tiga
bagian yaitu : uretra prostatika, uretra membranosa dan uretra
spongiosa. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria, karena
hanya 2,5-4 cm panjangnya dan memanjang dari kandung kemih ke arah
ostium diantara labia minora kira-kira 2,5 cm di sebelah belakang
klitoris..
Vesika urinaria dan uretra pada perempuan dan laki-laki
B. DefinisiInfeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang
digunakan untuk menunjukkan bakteriuria patogen dengan colony
forming units per mL CFU/ ml urin > 105, dan lekositouria >10
per lapangan pandang besar, disertai manifestasi klinik4. ISK
akhir-akhir ini juga didefinisikan sebagai suatu respon inflamasi
tubuh terhadap invasi mikroorganisme pada urothelium3,6.Beberapa
istilah yang perlu dipahami: Bakteriuria bermakna (significant
backteriuri) adalah keberadaan mikroorganisme murni (tidak
terkontaminasi flora normal dari uretra) lebih dari 105 colony
forming units per mL (cfu/ml) biakan urin dan tanpa lekosituria1,4.
Bakteriuria simtomatik adalah bakteriuria bermakna dengan
manifestasi klinik1,4 Bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria)
adalah bakteriuria bermakna tanpa manifestasi klinik1,4.
C. EpidemilogiInfeksi saluran kemih merupakan salah satu
penyakit yang paling sering ditemukan di praktik umum. Kejadian ISK
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, gender, prevalensi
bakteriuria, dan faktor predisposisi yang mengakibatkan perubahan
struktur saluran kemih termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada
perempuan dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki
jarang dilaporkan, kecuali disertai factor predisposisi1.Menurut
penelitian, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami ISK
selama hidupnya. Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering
ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah (School
girls) 1% meningkat menjadi 5 % selama periode aktif secara
seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30% pada
laki-laki dan perempuan jika disertai faktor predisposisi1. Di
Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di
tempat praktik umum. Sebagian besar kasus ISK terjadi pada
perempuan muda yang masih aktif secara seksual dan jarang pada
laki-laki 8 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi saluran
kemih yang berhubungan dengan mikroorganisme pemecah urea
(ureasplitting organism). Albuminuria hanya ditemukan ISK. Sifatnya
ringan dan kurang dari 1 gram per 24 jam.Pemeriksaan mikroskopik
urin terdiri dari sedimen urin tanpa putar (100 x) dan sedimen urin
dengan putar 2500 x/menit selama 5 menit. Pemeriksaan mikroskopik
dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria >105 CFU per ml.
Lekosituria (piuria) 10/LPB hanya ditemukan pada 60-85% dari
pasien-pasien dengan bakteriuria bermakna (CFU per ml >105).
Kadang-kadang masih ditemukan 25% pasien tanpa bakteriuria. Hanya
40% pasien-pasien dengan piuria mempunyai bakteriuria dengan CFU
per ml >105. Analisa ini menunjukkan bahwa piuria mempunyai
nilai lemah untuk prediksi ISK.
Uji Biokimia4Uji biokimia didasari oleh pemakaian glukosa dan
reduksi nitrat menjadi nitrit dari bakteriuria terutama golongan
Enterobacteriaceae. Uji biokimia ini hanya sebagai uji saring
(skrinning) karena tidak sensitif, tidak spesifik dan tidak dapat
menentukan tipe bakteriuria. Mikrobiologi4Pemeriksaan mikrobiologi
yaitu dengan Colony Forming Unit (CFU) ml urin. Indikasi CFU per ml
antara lain pasien-pasien dengan gejala ISK, tindak lanjut selama
pemberian antimikroba untuk ISK, pasca kateterisasi, uji saring
bakteriuria asimtomatik selama kehamilan, dan instrumentasi. Bahan
contoh urin harus dibiakan lurang dari 2 jam pada suhu kamar atau
disimpan pada lemari pendingin. Bahan contoh urin dapat berupa urin
tengah kencing (UTK), aspirasi suprapubik selektif.Interpretasi
sesuai dengan kriteria bakteriura patogen yakni CFU per ml >105
(2x) berturut-turut dari UTK, CFU per ml >105 (1x) dari UTK
disertai lekositouria > 10 per ml tanpa putar, CFU per ml
>105 (1x) dari UTK disertai gejala klinis ISK, atau CFU per ml
>105 dari aspirasi supra pubik. Menurut kriteria Kunin yakni CFU
per ml >105 (3x) berturut-turut dari UTK.. Renal Imaging
Procedures1Renal imaging procedures digunakan untuk
mengidentifikasi faktor predisposisi ISK, yang biasa digunakan
adalah USG, foto polos abdomen, pielografi intravena, micturating
cystogram dan isotop scanning. Investigasi lanjutan tidak boleh
rutin tetapi harus sesuai indikasi antara lain ISK kambuh, pasien
laki-laki, gejala urologik (kolik ginjal, piuria, hematuria),
hematuria persisten, mikroorganisme jarang (Pseudomonas spp dan
Proteus spp), serta ISK berulang dengan interval 6 minggu.
I. Terapi Infeksi saluran kemih atas (ISKA) 1Pada umumnya pasien
dengan pielonefritis akut (PNA) memerlukan rawat inap untuk
memelihara status hidrasi dan terapi antibiotik parenteral minimal
48 jam. Indikasi rawat inap pada PNA antara lain kegagalan dalam
mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotik
oral, pasien sakit berat, kegagalan terapi antibiotik saat rawat
jalan, diperlukan investigasi lanjutan, faktor predisposisi ISK
berkomplikasi, serta komorbiditas seperti kehamilan, diabetes
mellitus dan usia lanjut.The Infectious Disease Society of America
menganjurkan satu dari tiga alternative terapi antibiotic IV
sebagai terapi awal selama 48-72 jam, sebelum adanya hasil kepekaan
biakan yakni fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa
ampisilin dan sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa
aminoglikosida. Infeksi saluran kemih bawah (ISKB)Prinsip manajemen
ISKB adalah dengan meningkatkan intake cairan, pemberian antibiotik
yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkanisasi
urin dengan natrium bikarbonat 16-20 gram per hari1,4Pada sistitis
akut, antibiotika pilihan pertama antara lain nitrofurantoin,
ampisilin, penisilin G, asam nalidiksik dan tetrasiklin. Golongan
sulfonamid cukup efektif tetapi tidak ekspansif. Pada sistitis
kronik dapat diberikan nitrofurantoin dan sulfonamid sebagai
pengobatan permulaan sebelum diketahui hasil bakteriogram4.J.
Komplikasi1Komplikasi ISK bergantung dari tipe yaitu ISK tipe
sederhana (uncomplicated) dan ISK tipe berkomplikasi (complicated).
ISK sederhana (uncomplicated)ISK akut tipe sederhana yaitu
non-obstruksi dan bukan pada perempuan hamil pada umumnya merupakan
penyakit ringan (self limited disease) dan tidak menyebabkan akibat
lanjut jangka lama. ISK tipe berkomplikasi (complicated)ISK tipe
berkomplikasi biasanya terjadi pada perempuan hamil dan pasien
dengan diabetes mellitus. Selain itu basiluria asimtomatik (BAS)
merupakan risiko untuk pielonefritis diikuti penurun laju filtrasi
glomerulus (LFG).Komplikasi emphysematous cystitis, pielonefritis
yang terkait spesies kandida dan infeksi gram negatif lainnya dapat
dijumpai pada pasien DM. Pielonefritis emfisematosa disebabkan oleh
MO pembentuk gas seperti E.coli, Candida spp, dan klostridium tidak
jarang dijumpai pada pasien DM. Pembentukan gas sangant intensif
pada parenkim ginjal dan jaringan nekrosis disertai hematom yang
luas. Pielonefritis emfisematosa sering disertai syok septik dan
nefropati akut vasomotor. Abses perinefritik merupakan komplikasi
ISK pada pasien DM (47%), nefrolitiasis (41%), dan obstruksi ureter
(20%).
Tabel Morbiditas ISK selama kehamilanKondisiRisiko Potensial
BAS tidak diobati
ISK trimester III Pielonefritis Bayi prematur Anemia
Pregnancy-induced hypertension
Bayi mengalami retardasi mental Pertumbuhan bayi lambat Cerebral
palsy Fetal death
K. Prognosis4Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada
umumnya baik dengan penyembuhan 100% secara klinik maupun
bakteriologi bila terapi antibiotika yang diberikan sesuai. Bila
terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit
dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat menjadi kronik atau PNK. Pada
pasien Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis terlambat dan
kedua ginjal telah mengisut, pengobatan konservatif hanya
semata-mata untuk mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih
utuh. Dialisis dan transplantasi dapat merupakan pilihan
utama.Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh
sempurna, kecuali bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang
lolos dari pengamatan. Bila terdapat infeksi yang sering kambuh,
harus dicari faktor-faktor predisposisi. Prognosis sistitis kronik
baik bila diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor
predisposisi mudah dikenal dan diberantas.
BAB IIIKESIMPULAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang, pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis
Infeksi Saluran Kemih (ISK) disertai dengan Vomitus. Setelah
diketahui diagnosisnya kemudian pasien mendapatkan terapi yang
sudah sesuai dengan tanda dan gejala yang dialami pasien. Untuk
selanjunya pasien diharapkan menjaga kebersihan didaerah kemaluan,
sering mengkonsumsi air putih serta tidak menahan buang air
kecil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Internal
Publishing. 2007: 553-557.2. Anonim. Urinary Tract Infections
(Acute Urinary Tract Infection: Urethritis, Cystitis, and
Pyelonephritis). In Kasper, et all ed. Harrisons Manual of
Medicine16th Edition. Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing
Division. 20053. Nguyen, H.T. Bacterial Infections of The
Genitourinary Tract. In Tanagho E. & McAninch J.W. ed. Smiths
General urology 17th edition. Newyork: Mc Graw Hill Medical
Publishing Division. 20084. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan
spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal. In Sukandar E. Nefrologi Klinik
Edisi III. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FK UNPAD. 2006: 29-725. Scanlon, V.C & Sanders,
T. Essential of Anatomy and Physiology 5th edition. Philadelpia: FA
Davis Company. 2007: 420-4326. Macfarlane, M.T. Urinary Tract
Infections. In, Brown B, et all ed. 4th Urology. California:
Lippincott Williams & Wilkins. 2006: 83-167. Ronald A.R &
Nicoll L.E. Infections of the Upper Urinary Tract. In Schrier R.W,
ed. Diseases of the Kidney and Urinary Tract 7th edition Vol.1.
Newyork: Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2001: 16878.
Weissman, S.J, et all. Host-Pathogen Interactions and Host Defense
Mechanisms. In In Schrier R.W, ed. Diseases of the Kidney and
Urinary Tract 8th edition Vol.1. Newyork: Lippincott Williams &
Wilkins Publishers. 2007: 817-8269. Abdelmalak, J.B, et all.
Urinary Tract Infections in Adults. In Potts J.M, ed. Essential
Urology, A Guide to Clinical Practice. New Jersey: Humana Press.
2004:183-18910. Anonim. Pyelonephritis Acute. In Williamson, M.A
& Snyder L.M. Wallachs Interpretation of Diagnostic Test 9th.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins a Wolters Kluwer
Publishers. 2011: 730-73111. Meyrier, A. Urinary Tract Infection.
Available from: http://www.kidneyatlas.org/book2/adk2_07.pdf
(diakses 9 Maret 2015)25