Top Banner
BAB I CASE REPORT A. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. D Usia : 38 Tahun Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Jetis 2/3 Suruh Tasikmadu Karanganyar Pekerjaan : Buruh pabrik Status perkawinan : Menikah No. RM : 2042xx Tgl masuk RS : 24 Februari 2015 Tgl pemeriksaan : 27 Februari 2015 B. ANAMNESIS Keluhan Utama: Panas Riwayat Penyakit Sekarang: 3 HSMRS Pasien mengeluh panas. Keluhan panas dirasakan sejak kurang lebih 3 hari yang lalu. Panas meningkat tidak menentu, seringnya sore atau malam hari. Panas tidak disertai mengigil. Panas disertai dengan BAK anyang-anyangan (+), pinggang terasa panas, nyeri diatas kemaluan (+), selain itu pasien merasakan pusing cekot-cekot, mual disertai muntah kurang lebih 5x. BAK nyeri dan panas diakui. Pasien jarang minum air putih dan suka menahan BAK. BAB dbn. 1
40

Case Report ISK

Nov 17, 2015

Download

Documents

damaiswari

LAPORAN KASUS
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB ICASE REPORT

A. IDENTITAS PASIENNama: Ny. DUsia: 38 TahunJenis kelamin: PerempuanAlamat: Jetis 2/3 Suruh Tasikmadu KaranganyarPekerjaan: Buruh pabrikStatus perkawinan: MenikahNo. RM: 2042xxTgl masuk RS : 24 Februari 2015Tgl pemeriksaan: 27 Februari 2015

B. ANAMNESISKeluhan Utama: PanasRiwayat Penyakit Sekarang: 3 HSMRS Pasien mengeluh panas. Keluhan panas dirasakan sejak kurang lebih 3 hari yang lalu. Panas meningkat tidak menentu, seringnya sore atau malam hari. Panas tidak disertai mengigil. Panas disertai dengan BAK anyang-anyangan (+), pinggang terasa panas, nyeri diatas kemaluan (+), selain itu pasien merasakan pusing cekot-cekot, mual disertai muntah kurang lebih 5x. BAK nyeri dan panas diakui. Pasien jarang minum air putih dan suka menahan BAK. BAB dbn. HMRS Pasien datang ke IGD RSUD Karanganyar pada tanggal 24 Februari 2015 dengan keluhan panas. Saat di rumah sakit keluhan muntah sudah dirasa membaik dibanding 3 hari yang lalu. Keluhan lain pada pasien seperti BAK anyang-anyangan (+), BAK nyeri dan panas (+), pinggang terasa panas (+), nyeri di atas kemaluan (+), pusing cekot-cekot (+), mual (+), batuk (-), pilek (-), sesak (-), BAB dbn.Riwayat Penyakit Dahulu :Riwayat keluhan serupa: disangkalRiwayat hipertensi: disangkalRiwayat diabetes melitus: disangkalRiwayat alergi obat dan makanan: disangkalRiwayat mondok: disangkalRiwayat Penyakit Keluarga:Riwayat penyakit serupa: disangkalRiwayat hipertensi: disangkalRiwayat diabetes melitus: disangkalRiwayat alergi obat dan makanan: disangkalRiwayat Kebiasaan:Riwayat jarang minum air putih: diakuiRiwayat suka menahan BAK: diakuiRiwayat Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan GiziPasien merupakan seorang buruh pabrik yang bekerja dari jam 8 pagi sampai sekitar jam 4 sore yang pasien lakukan setiap hari. Pasien mengakui kurang minum air putih serta suka menahan BAK. Dari hasil pekerjaannya dirasa pasien cukup untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Anak pasien masih sekolah di bangku sekolah dasar.

ANAMNESIS SISTEMSistem CerebrospinalGelisah (-), lemah (-), demam (+), pusing cekot-cekot (+), kejang (-)

Sistem CardiovascularAkral hangat (+), sianosis (-), anemis (-), berdebar-debar (-)

Sistem RespiratoriusBatuk (-), sesak napas (-), mengi (-)

Sistem GenitourinariusBAK anyang-anyangan (+), nyeri di atas kemaluan (+), nyeri dan panas saat BAK (+)

Sistem GastrointestinalMual (+), muntah (+), perut sebah (-), nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-), BAB (+) dbn

Sistem MusculosceletalBadan terasa lemes (+), ekstremitas bawah udem (-/-),

Sistem IntegumentumPerubahan warna kulit (-), sikatriks (-), tanda penyakit kulit (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK1. Status Generalis Keadaan Umum: CukupKesadaran: Compos mentisTekanan Darah: 140/90 mmHgNadi: 84 x/ menitPernapasan: 20 x/ menitSuhu: 36,8CBerat badan: 55 KgTinggi badan: 160 cmKeadaan Gizi: Baik2. Status interna Kepala: Normocephal, Conjungtiva pucat (-/-), Sklera Ikterik (-/-), Sianosis (-), reflek pupil (+) Leher: Leher simetris, distensi vena leher (-), deviasi trachea (-), massa (-), peningakatan JVP (-), pembesaran kelenjar limfe (-) ThoraxParuHasil pemeriksaan

InspeksiDada kanan dan kiri simetris, tidak ada ketinggalan gerak, pelebaran costa (-), retraksi (-), bentuk dada normal

PalpasiTidak ada nafas yang tertinggal, Fremitus dada kanan dan kiri sama

PerkusiSonor

AuskultasiTerdengar suara dasar vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)

JantungHasil pemeriksaan

InspeksiDinding dada pada daerah pericordium tidak cembung / cekung, tidak ada memar maupun sianosis, ictus cordis tidak tampak

PalpasiIctus cordis tidak kuat angkat, teraba di SIC VI linea axilla anterior sinistra

PerkusiBunyi : redupBatas Jantung :Batas Kiri Jantung ^ Atas : SIC II di sisi lateral linea sternalis sinistra.^ Bawah : SIC VI linea axilla anterior sinistraBatas Kanan Jantung^ Atas : SIC II linea sternalis dextra^ Bawah : SIC IV linea sternalis dextra

AuskultasiHR= 84 x/menit BJ I/II murni reguler, bising systole (-), gallop (-)

AbdomenAbdomenHasil pemeriksaan

InspeksiPerut sejajar dengan dinding dada, distended (-), sikatriks (-)

AuskultasiSuara peristaltik (+)

PalpasiNyeri tekan (-), defans muskuler (-), hepar dan lien tidak teraba

Perkusi Timpani

Ekstremitas Ekstremitas Superior DextraAkral Hangat (+), Edem (-)

Ekstremitas Superior SinistraAkral Hangat (+), Edema (-)

Ekstremitas Inferior DextraAkral Hangat (+), Edema (-)

Ekstremitas Inferior SinistraAkral Hangat (+), Edema (-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG24 Februari 2015

PemeriksaanHasilNilai RujukanSatuan

HEMATOLOGI

Hemoglobin14,212,00 16,00g/dl

Hematokrit40,737,00 47,00%

Leukosit15,17 (H)5-10103/ ul

Trombosit234150-300103/ ul

Eritrosit4,694,00 5,00103/ ul

MPV7,46,5 12,00fL

PDW15,89,0 17,0

INDEX

MCV86,882,0 92,0fL

MCH30,327,0 31,0pg

MCHC34,932,0 37,0g/dl

HITUNG JENIS

Limfosit%11,625,0 40,0%

Monosit%5,03,0 9,0%

Eosiofil%0,80,5 5,0%

Basofil%0,30,0 1,0%

Gran%82,350,0 70,0%

GULA DARAH

Glukosa darah sewaktu13670 - 150mg/dl

25 Februari 2015

PemeriksaanHasilNilai RujukanSatuan

HEMATOLOGI

Hemoglobin14,212,00 16,00g/dl

Hematokrit39,637,00 47,00%

Leukosit14,56 (H)5-10103/ ul

Trombosit238150-300103/ ul

Eritrosit4,534,00 5,00103/ ul

MPV7,56,5 12,00fL

PDW16,09,0 17,0

INDEX

MCV87,482,0 92,0fL

MCH30,227,0 31,0pg

MCHC34,632,0 37,0g/dl

HITUNG JENIS

Limfosit%7,125,0 40,0%

Monosit%6,33,0 9,0%

Eosiofil%0,40,5 5,0%

Basofil%0,20,0 1,0%

Gran%86,050,0 70,0%

27 Februari 2015

PemeriksaanHasilNilai RujukanSatuan

URINALISA

Warna-kekeruhanKuning-jernihKuning-jernih

BJ1.0151.005-1.030

pH65,0-6,5

Keton-Negative

Protein-Negative

Glukosa-Negative

Nitrit+Negative

Bilirubin-Negative

URINALISA (SEDIMEN)

Leukosit4-50-3per LPB

Eritrosit5-60-5per LPB

Silinder-Negative

Epithel bulat+Negative

Epithel squameus++1

Epithel transisional-Negative

Bakteri-Negative

Kristal-Negative

Jamur-

E. DIAGNOSIS ISK (Infeksi Saluran Kemih) Vomitus

F. PENATALAKSANAAN Inf RL 20 tpm Inf Ciprofloxacin fl/24 jam Inj. Ranitidin 1amp/12 jam Inj. Ondancetron 1amp/8 jam Inj. Pragesol 1amp/8 jam Urinter 2x1

G. PROGNOSISQuo ad vitam: ad bonamQuo ad functionam: ad bonamQuo ad sanam: ad bonam

H. FOLLOW UP24-02-2015S/Pasien mengeluh panas. Keluhan panas dirasakan sejak kurang lebih 3 hari yang lalu. Panas meningkat tidak menentu, seringnya sore atau malam hari. Panas tidak disertai mengigil. Panas disertai dengan BAK anyang-anyangan (+), pinggang terasa panas, nyeri diatas kemaluan (+), selain itu pasien merasakan pusing cekot-cekot, mual disertai muntah kurang lebih 5x. BAK nyeri dan panas diakui. Pasien jarang minum air putih dan suka menahan BAK. BAB dbn.O/TD: 140/90 N: 84S: 36,8 RR: 20KU: cukup, CMK/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)Tho: SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)BJ I/II murni reguler, galop(-)Abd: NT (-), nyeri kostovertebrae (-)Eks: oedem tungkai (-/-)A/Obs. Febris Hr III dd ISKVomitusP/ Inf RL 20 tpm Inf Ciprofloxacin fl/24 jam Inj. Ranitidin 1amp/12 jam Inj. Ondancetron 1amp/8 jam Inj. Pragesol 1amp/8 jam

25-02-2015S/Pasien mengeluh panas berkurang, BAK masih anyang-anyangan, pinggang masih terasa panas, nyeri diatas kemaluan (-), mual sedikit berkurang, muntah (-), pusing (-)O/TD: 120/80 N: 80S: 36,3 RR: 20KU: cukup, CMK/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)Tho: SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)BJ I/II murni reguler, galop(-)Abd: NT (-), nyeri kostovertebrae (-)Eks: oedem tungkai (-/-)A/Obs. Febris Hr. IV dd ISKVomitus perbaikanP/ Inf RL 20 tpm Inf Ciprofloxacin fl/24 jam Inj. Ranitidin 1amp/12 jam Inj. Ondancetron 1amp/8 jam Inj. Pragesol 1amp/8 jam Urinter 2x1

26-02-2015S/Pasien sudah tidak mengeluh panas, anyang-anyangan (-), pinggang panas (-), mual (-), muntah (-), pusing (-)O/TD: 120/80 N: 80S: 36,3 RR: 20KU: cukup, CMK/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)Tho: SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)BJ I/II murni reguler, galop(-)Abd: NT (-), nyeri kostovertebrae (-)Eks: oedem tungkai (-/-)A/Obs. Febris Hr V dd ISKVomitus teratasiP/ Inf RL 20 tpm Inf Ciprofloxacin fl/24 jam Inj. Ranitidin 1amp/12 jam Inj. Ondancetron 1amp/8 jam Inj. Pragesol 1amp/8 jam Urinter 2x1 Usul : Pemeriksaan urin rutin

27-02-2015S/Pasien merasa panas sudah tidah dirasa. BAK sudah lancar, mual (-), muntah (-), pusing (-), pinggang panas (-)O/TD: 120/80 N: 76S: 36,0 RR: 20KU: cukup, CMK/L: CA (-/-), SI (-/-), PKGB (-/-)Tho: SDV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)BJ I/II murni reguler, galop(-)Abd: NT (-), nyeri kostovertebrae (-)Eks: oedem tungkai (-/-)A/ISKVomitusP/ Inf RL 20 tpm Inf Ciprofloxacin fl/24 jam Inj. Ranitidin 1amp/12 jam Inj. Ondancetron 1amp/8 jam Inj. Pragesol 1amp/8 jam Urinter 2x1

BLPL

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan FisiologiSistem urinarius terdiri dari 2 ginjal (ren), 2 ureter, vesika urinaria dan uretra. System urinarius berfungsi sebagai system ekskresi dari cairan tubuh. Ginjal berfungsi untuk membentuk atau menghasilkan urin dan saluran kemih lainnya berfungsi untuk mengekskresikan atau mengeliminasi urin. Sel-sel tubuh memproduksi zat-zat sisa seperti urea, kreatinin dan ammonia yang harus diekskresikan dari tubuh sebelum terakumulasi dan menyebabkan toksik bagi tubuh. Selain itu, ginjal juga berfungsi untuk regulasi volume darah tubuh, regulasi elekterolit yang terkandung dalam darah, regulasi keseimbangan asam basa, dan regulasi seluruh cairan jaringan tubuh. Saluran kemih bagian atas adalah ginjal, sedangkan ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan uretra merupakan saluran kemih bagian bawah.

Struktur saluran kemih manusia Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis renal. Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal. Ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal. Pelvis renal bercabang dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor. Dari kaliks minor, urin masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renal kemudian ke ureter, sampai akhirnya ditampung di dalam kandung kemih.Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing menyambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya kira-kira 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin mengalir dari ureter. Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium).

Struktur anatomi ginjalBagian akhir saluran keluar yang menghubungkan kandung kemih denganluar tubuh ialah uretra. Uretra pria sangat berbeda dari uretra wanita. Pada laki-laki, sperma berjalan melalui uretra waktu ejakulasi. Uretra pada laki-laki merupakan tuba dengan panjang kira-kira 17-20 cm dan memanjang dari kandung kemih ke ujung penis.Uretra pada laki-laki mempunyai tiga bagian yaitu : uretra prostatika, uretra membranosa dan uretra spongiosa. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria, karena hanya 2,5-4 cm panjangnya dan memanjang dari kandung kemih ke arah ostium diantara labia minora kira-kira 2,5 cm di sebelah belakang klitoris..

Vesika urinaria dan uretra pada perempuan dan laki-laki

B. DefinisiInfeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan bakteriuria patogen dengan colony forming units per mL CFU/ ml urin > 105, dan lekositouria >10 per lapangan pandang besar, disertai manifestasi klinik4. ISK akhir-akhir ini juga didefinisikan sebagai suatu respon inflamasi tubuh terhadap invasi mikroorganisme pada urothelium3,6.Beberapa istilah yang perlu dipahami: Bakteriuria bermakna (significant backteriuri) adalah keberadaan mikroorganisme murni (tidak terkontaminasi flora normal dari uretra) lebih dari 105 colony forming units per mL (cfu/ml) biakan urin dan tanpa lekosituria1,4. Bakteriuria simtomatik adalah bakteriuria bermakna dengan manifestasi klinik1,4 Bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria) adalah bakteriuria bermakna tanpa manifestasi klinik1,4.

C. EpidemilogiInfeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering ditemukan di praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang mengakibatkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai factor predisposisi1.Menurut penelitian, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami ISK selama hidupnya. Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah (School girls) 1% meningkat menjadi 5 % selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30% pada laki-laki dan perempuan jika disertai faktor predisposisi1. Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di tempat praktik umum. Sebagian besar kasus ISK terjadi pada perempuan muda yang masih aktif secara seksual dan jarang pada laki-laki 8 (alkalis) selalu menunjukkan adanya infeksi saluran kemih yang berhubungan dengan mikroorganisme pemecah urea (ureasplitting organism). Albuminuria hanya ditemukan ISK. Sifatnya ringan dan kurang dari 1 gram per 24 jam.Pemeriksaan mikroskopik urin terdiri dari sedimen urin tanpa putar (100 x) dan sedimen urin dengan putar 2500 x/menit selama 5 menit. Pemeriksaan mikroskopik dengan pembesaran 400x ditemukan bakteriuria >105 CFU per ml. Lekosituria (piuria) 10/LPB hanya ditemukan pada 60-85% dari pasien-pasien dengan bakteriuria bermakna (CFU per ml >105). Kadang-kadang masih ditemukan 25% pasien tanpa bakteriuria. Hanya 40% pasien-pasien dengan piuria mempunyai bakteriuria dengan CFU per ml >105. Analisa ini menunjukkan bahwa piuria mempunyai nilai lemah untuk prediksi ISK.

Uji Biokimia4Uji biokimia didasari oleh pemakaian glukosa dan reduksi nitrat menjadi nitrit dari bakteriuria terutama golongan Enterobacteriaceae. Uji biokimia ini hanya sebagai uji saring (skrinning) karena tidak sensitif, tidak spesifik dan tidak dapat menentukan tipe bakteriuria. Mikrobiologi4Pemeriksaan mikrobiologi yaitu dengan Colony Forming Unit (CFU) ml urin. Indikasi CFU per ml antara lain pasien-pasien dengan gejala ISK, tindak lanjut selama pemberian antimikroba untuk ISK, pasca kateterisasi, uji saring bakteriuria asimtomatik selama kehamilan, dan instrumentasi. Bahan contoh urin harus dibiakan lurang dari 2 jam pada suhu kamar atau disimpan pada lemari pendingin. Bahan contoh urin dapat berupa urin tengah kencing (UTK), aspirasi suprapubik selektif.Interpretasi sesuai dengan kriteria bakteriura patogen yakni CFU per ml >105 (2x) berturut-turut dari UTK, CFU per ml >105 (1x) dari UTK disertai lekositouria > 10 per ml tanpa putar, CFU per ml >105 (1x) dari UTK disertai gejala klinis ISK, atau CFU per ml >105 dari aspirasi supra pubik. Menurut kriteria Kunin yakni CFU per ml >105 (3x) berturut-turut dari UTK.. Renal Imaging Procedures1Renal imaging procedures digunakan untuk mengidentifikasi faktor predisposisi ISK, yang biasa digunakan adalah USG, foto polos abdomen, pielografi intravena, micturating cystogram dan isotop scanning. Investigasi lanjutan tidak boleh rutin tetapi harus sesuai indikasi antara lain ISK kambuh, pasien laki-laki, gejala urologik (kolik ginjal, piuria, hematuria), hematuria persisten, mikroorganisme jarang (Pseudomonas spp dan Proteus spp), serta ISK berulang dengan interval 6 minggu.

I. Terapi Infeksi saluran kemih atas (ISKA) 1Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut (PNA) memerlukan rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotik parenteral minimal 48 jam. Indikasi rawat inap pada PNA antara lain kegagalan dalam mempertahankan hidrasi normal atau toleransi terhadap antibiotik oral, pasien sakit berat, kegagalan terapi antibiotik saat rawat jalan, diperlukan investigasi lanjutan, faktor predisposisi ISK berkomplikasi, serta komorbiditas seperti kehamilan, diabetes mellitus dan usia lanjut.The Infectious Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternative terapi antibiotic IV sebagai terapi awal selama 48-72 jam, sebelum adanya hasil kepekaan biakan yakni fluorokuinolon, amiglikosida dengan atau tanpa ampisilin dan sefalosporin spektrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida. Infeksi saluran kemih bawah (ISKB)Prinsip manajemen ISKB adalah dengan meningkatkan intake cairan, pemberian antibiotik yang adekuat, dan kalau perlu terapi simtomatik untuk alkanisasi urin dengan natrium bikarbonat 16-20 gram per hari1,4Pada sistitis akut, antibiotika pilihan pertama antara lain nitrofurantoin, ampisilin, penisilin G, asam nalidiksik dan tetrasiklin. Golongan sulfonamid cukup efektif tetapi tidak ekspansif. Pada sistitis kronik dapat diberikan nitrofurantoin dan sulfonamid sebagai pengobatan permulaan sebelum diketahui hasil bakteriogram4.J. Komplikasi1Komplikasi ISK bergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated) dan ISK tipe berkomplikasi (complicated). ISK sederhana (uncomplicated)ISK akut tipe sederhana yaitu non-obstruksi dan bukan pada perempuan hamil pada umumnya merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama. ISK tipe berkomplikasi (complicated)ISK tipe berkomplikasi biasanya terjadi pada perempuan hamil dan pasien dengan diabetes mellitus. Selain itu basiluria asimtomatik (BAS) merupakan risiko untuk pielonefritis diikuti penurun laju filtrasi glomerulus (LFG).Komplikasi emphysematous cystitis, pielonefritis yang terkait spesies kandida dan infeksi gram negatif lainnya dapat dijumpai pada pasien DM. Pielonefritis emfisematosa disebabkan oleh MO pembentuk gas seperti E.coli, Candida spp, dan klostridium tidak jarang dijumpai pada pasien DM. Pembentukan gas sangant intensif pada parenkim ginjal dan jaringan nekrosis disertai hematom yang luas. Pielonefritis emfisematosa sering disertai syok septik dan nefropati akut vasomotor. Abses perinefritik merupakan komplikasi ISK pada pasien DM (47%), nefrolitiasis (41%), dan obstruksi ureter (20%).

Tabel Morbiditas ISK selama kehamilanKondisiRisiko Potensial

BAS tidak diobati

ISK trimester III Pielonefritis Bayi prematur Anemia Pregnancy-induced hypertension

Bayi mengalami retardasi mental Pertumbuhan bayi lambat Cerebral palsy Fetal death

K. Prognosis4Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan penyembuhan 100% secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang diberikan sesuai. Bila terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat menjadi kronik atau PNK. Pada pasien Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis terlambat dan kedua ginjal telah mengisut, pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat merupakan pilihan utama.Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna, kecuali bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila terdapat infeksi yang sering kambuh, harus dicari faktor-faktor predisposisi. Prognosis sistitis kronik baik bila diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor predisposisi mudah dikenal dan diberantas.

BAB IIIKESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pada pasien ini dapat ditegakkan diagnosis Infeksi Saluran Kemih (ISK) disertai dengan Vomitus. Setelah diketahui diagnosisnya kemudian pasien mendapatkan terapi yang sudah sesuai dengan tanda dan gejala yang dialami pasien. Untuk selanjunya pasien diharapkan menjaga kebersihan didaerah kemaluan, sering mengkonsumsi air putih serta tidak menahan buang air kecil.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi IV. Jakarta: Internal Publishing. 2007: 553-557.2. Anonim. Urinary Tract Infections (Acute Urinary Tract Infection: Urethritis, Cystitis, and Pyelonephritis). In Kasper, et all ed. Harrisons Manual of Medicine16th Edition. Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing Division. 20053. Nguyen, H.T. Bacterial Infections of The Genitourinary Tract. In Tanagho E. & McAninch J.W. ed. Smiths General urology 17th edition. Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing Division. 20084. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal. In Sukandar E. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD. 2006: 29-725. Scanlon, V.C & Sanders, T. Essential of Anatomy and Physiology 5th edition. Philadelpia: FA Davis Company. 2007: 420-4326. Macfarlane, M.T. Urinary Tract Infections. In, Brown B, et all ed. 4th Urology. California: Lippincott Williams & Wilkins. 2006: 83-167. Ronald A.R & Nicoll L.E. Infections of the Upper Urinary Tract. In Schrier R.W, ed. Diseases of the Kidney and Urinary Tract 7th edition Vol.1. Newyork: Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2001: 16878. Weissman, S.J, et all. Host-Pathogen Interactions and Host Defense Mechanisms. In In Schrier R.W, ed. Diseases of the Kidney and Urinary Tract 8th edition Vol.1. Newyork: Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2007: 817-8269. Abdelmalak, J.B, et all. Urinary Tract Infections in Adults. In Potts J.M, ed. Essential Urology, A Guide to Clinical Practice. New Jersey: Humana Press. 2004:183-18910. Anonim. Pyelonephritis Acute. In Williamson, M.A & Snyder L.M. Wallachs Interpretation of Diagnostic Test 9th. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins a Wolters Kluwer Publishers. 2011: 730-73111. Meyrier, A. Urinary Tract Infection. Available from: http://www.kidneyatlas.org/book2/adk2_07.pdf (diakses 9 Maret 2015)25