Top Banner
CASE REPORT Tonsilitis Kronik Diajukan Untuk Memenuhi PersyaratanPendidikan Program Profesi Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta Pembimbing : KRH. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat, Sp.THT-KL (K), MBA., MARS., M.Si, Audiologist DR. dr. H. Iwan Setiawan Adjie, Sp. THT-KL Diajukan oleh : IGN Surya Dharma J510155006 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
19

case report

Jan 29, 2016

Download

Documents

ignsuryadharma

tonsilitis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: case report

CASE REPORT

Tonsilitis Kronik

Diajukan Untuk Memenuhi PersyaratanPendidikan Program Profesi Dokter

Umum

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing :

KRH. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat, Sp.THT-KL (K), MBA.,

MARS., M.Si, Audiologist

DR. dr. H. Iwan Setiawan Adjie, Sp. THT-KL

Diajukan oleh :

IGN Surya Dharma J510155006

KEPANITERAAN KLINIK

ILMU PENYAKIT TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

Page 2: case report

LEMBAR PENGESAHAN

Tonsilitis Kronik

Diajukan Untuk Memenuhi PersyaratanPendidikan Program Profesi Dokter

Umum

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan oleh :

IGN Surya Dharma J510155006

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari , Juli 2015

Pembimbing:

KRH. dr. H. Djoko Sindhusakti Widyodiningrat, Sp.THT-KL (K), MBA.,MARS.,

M.Si, Audiologist ( )

Pembimbing:

DR. dr. H. Iwan Setiawan Adjie, Sp. THT-KL ( )

Disahkan Ka. Program Profesi :

dr.Dewi Nirlawati ( )

Page 3: case report

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. B O

Umur : 14 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Berat badan : 30 kg

Alamat : Depoksari 1/1 bolong, Karanganyar

Pekerjaan : Pelajar

Agama : Islam

Status Perkawinan : belum menikah

Nomor RM : 34.24.87

Masuk RS : 23 juli 2015

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama :

Amandel membesar

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke bangsal kanthil THT RSUD Karanganyar dengan keluhan

amandelnya membesar. pasien mengatakan amandelnya membesar sejak 2

tahun yang lalu.Pasien juga mengatakan apabila badannya panas,

tenggorokannya terasa sakit. Pasien mengaku hidungnya sering bumpet hidung.

Bumpet hidung sering dirasakan saat malam hari sejak dari kelas 2 SD. Pasien

mengatakan jarang batuk dan pilek. Pasiennya juga mengeluh telinganya sulit

mendengar. Pasien mengaku apabila tidur sering mendengkur. Ibu pasien

mengatakan mendengkurnya sangat keras ketika tidur terlentang. Apabila tidur

miring mendengkurnya berkurang.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat Penyakit Serupa : diakui

Page 4: case report

Riwayat Batuk pilek : diakui

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

Riwayat Asma : disangkal

Riwayat Alergi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:

Riwayat Penyakit Serupa : disangkal

Riwayat Hipertensi : disangkal

Riwayat DM : disangkal

Riwayat Penyakit Jantung : disangkal

Riwayat Asma : disangkal

Anamnesis Sistem:

Sistem Cerebrospinal : Tidak Ada Keluhan

Sistem Cardiovascular : keluar darah dari hidung disertai muntah

darah

Sistem Respirasi : Tidak Ada Keluhan

Sistem Gastrointestinal : Tidak Ada Keluhan

Sistem Urogenital : Tidak Ada Keluhan

Sistem Reproduksi : Tidak Ada Keluhan

Sistem Integumen : Tidak Ada Keluhan

Sistem Musculoskeletal : Tidak Ada Keluhan

C. RESUME ANAMNESIS

Seorang anak 14 tahun datang dengan keluhan amandelnya membesar.

Amandelnya membesar sejak kelas 2 SD. Pasien mengaku apabila

mendengkur. Pasien juga mengeluh apabila lagi badannya panas sering nyeri

tenggorokan. Pasien mengaku dulu sering batuk pilek.

Page 5: case report

D. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Pasien:

1. Vital Sign

a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg

b. Nadi : 92 x/mnt

c. Respirasi : 18 x/mnt

d. Suhu : 36,50C

2. Keadaan Umum : baik

3. Kesadaran : compos metis

a. Kepala : Bentuk dan ukuran normal, simetris

b. Kulit : sianosis (-), ikterik (-), turgor menurun (-)

c. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

d. Jantung :

- Inspeksi : Ictus cordis tak terlihat, massa (-)

- Palpasi : Teraba di SIC V linea midclavicularis sinistra,

tidak kuat angkat.

- Perkusi : Redup → kesan tak tampak kardiomegali.

- Auskultasi : BJ 1-2 murni reguler, Bising (-), gallop (-),

murmur (-).

e. Paru :

- Inspeksi : Simetris, retraksi (-)

- Palpasi : ketinggalan gerak (-), fremitus kanan kiri sama

- Perkusi : Sonor

- Auskultasi : Vesikuler, wheezing (-), ronki basah (-), ronki

kering (-)

f. Abdomen :

- Inspeksi : distensi (-), darm contour (-), darmsteifung (-),

scar bekas operasi (-), penonjolan abnormal (-) dibawah pusat

- Auskultasi : peristaltic dalam batas normal

- Perkusi : hipertimpani (-), pekak beralih (-)

Page 6: case report

- Palpasi : nyeri tekan (-) Mcburney sign (-) Psoas sign (-)

kontra patrick (-), defense muskular (-)

g. Ekstremitas :

- Superior : akral hangat (+), edema (-/-).

- Inferior : akral hangat (+), edema (-/-)

2. Status Lokalis

a. Telinga

Inspeksi

Telinga kanan : Bentuk telinga normal, deformitas (-), bekas luka

(-), bengkak (-), hiperemis (-), sekret(-)

Telinga kiri : Bentuk telinga normal, deformitas (-), bekas

luka (-), bengkak (-), hiperemis (-), sekret(-)

Palpasi

AD : Tragus pain (-), manipulasi auricula tidak sakit

AS : Tragus pain (-), manipulasi auricula tidak sakit

Otoskopi:

Telinga kanan : serumen (+), membran timpani intake, CAE lapang,

hiperemis (-), discharge (-)

Telinga kiri : serumen (+), membran timpani intake, CAE berisi

lapang, hiperemis (-), discharge (-)

Test rinne : +

Test webber : tidak ada lateralisasi

b. Hidung

Inspeksi : Deformitas (-), bekas luka (-), sekret (+), edema (-)

Palpasi : Krepitasi (-), nyeri tekan (-)

Rinoskopi anterior :

Nasal Dextra : Mukosa hiperemis (-), concha media dan inferior

hipertrofi (concha hiperemis (-), secret (+), septum nasi

deviasi (-), udem (-), massa dirongga hidung (-)

Page 7: case report

Nasal Sinistra: Mukosa hiperemis (-), concha media dan inferior

hipertrofi (-), concha hiperemis (-), secret (+), septum nasi

deviasi (-), udem (-) massa dirongga hidung (-)

Pemeriksaan Rongga Mulut:

Inspeksi : Mukosa faring hiperemis (+), tonsil membesar (+) T4-T3,

tonsil hiperemis (+), kripte melebar (+), detritus (+),

perlengketan (-) uvula terletak di tengah tertutup oleh

tonsil, gigi caries (-), lidah kotor (-) Palpasi :

limfadenopati (-), nyeri tekan (-)

3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan laboratorium tanggal 20 juli 2015

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi

HEMATOLOGI

Hemoglobin 12,7 14,00-18,00 rendah

Hematokrit 36,2 42,00-48,00 rendah

Leukosit 13,40 5-10 tinggi

Trombosit 281 150-300 normal

Eritrosit 4,14 4,00-5,00 Normal

INDEX

MCV 86 82,0-92,0 normal

MCH 28,8 27,0-31,0 Normal

MCHC 33,5 32,0-37,0 Normal

Limfosit%

Monosit%

23,2

6,4

25,0-40,0

3,0-9,0

Normal

normal

Page 8: case report

Eosinofil%

Basofil%

0

0

0,5-5,0

0,0-1,0

rendah

Normal

Kesan: anemia, leukositosis

4. DAFTAR MASALAH

a. Amandel membesar

b. Nyeri tenggorokan

c. Tidur mendengkur

d. Pendegaran berkurang

5. Diagnosis Banding

Tonsilitis Kronik

Faringitis

Abses Peritonsil

6. DIAGNOSA

Tonsilitis Kronik

7. PENATALAKSANAAN

Operatif :

Tonsilektomi

Medikamentosa

Amoxcilin 3x1 500 mg

Paracetamol 3x1 500 mg(bila perlu)

Non medikamentosa :

Menjaga kebersihan mulut

8. PROGNOSIS

Dubia at bonam

Page 9: case report

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau

amandel. Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian

dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang

terdapat di dalam rongga mulut yaitu : tonsil faringeal ( adenoid ), tonsil

palatina ( tosil faucial), tonsil lingual ( tosil pangkal lidah ), tonsil tuba

Eustachius ( lateral band dinding faring / Gerlach’s tonsil ).

Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman

streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus

pyogenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, 2000)

Macam-macam tonsillitis menurut (Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk,2007 )

yaitu :

1. Tonsilitis Akut

a. Tonsiltis viral

Tonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold yang

disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering adalah virus

Epstein Barr. Hemofilus influenzae merupakan penyebab tonsilitis akut

supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan

rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang

sangat nyeri dirasakan pasien.

b. Tonsilitis bakterial

Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus, β

hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat, pneumokokus,

Streptokokus viridan, Streptokokus piogenes.

Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan

reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga

terbentuk detritus. Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas

Page 10: case report

disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi satu,

membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.

2. Tonsilitis Membranosa

a. Tonsilitis difteri

Tonsilitis diferi merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman Coryne

bacterium diphteriae. Tonsilitis difteri sering ditemukan pada anak-anak

berusia kurang dari 10 tahunan frekuensi tertinggi pada usia 2-5 tahun.

b. Tonsilitis septik

Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikus yang

terdapat dalam susu sapi.

c. Angina Plaut Vincent ( stomatitis ulsero membranosa )

Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atautriponema

yang didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan

defisiensi vitamin C.

d. Penyakit kelainan darah

Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi

mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu.

Gejala pertama sering berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut,

gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan.

3. Tonsilis Kronik

Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok,

beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,

kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.

B. Anatomi Fisiologi

Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak

mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tonsil

terletak pada kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan belakang mulut. Ia

juga bagian dari struktur yang disebut Ring of Waldeyer ( cincin waldeyer ).

Kedua tonsil terdiri juga atas jaringan limfe, letaknya di antara lengkung langit-

Page 11: case report

langit dan mendapat persediaan limfosit yang melimpah di dalam cairan yang

ada pada permukaan dalam sel-sel tonsil.

Tonsil berfungsi mencegah agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh

dengan cara menahan kuman memasuki tubuh melalui mulut, hidung, dan

kerongkongan, oleh karena itu tidak jarang tonsil mengalami peradangan.

Peradangan pada tonsil disebut dengan tonsilitis, penyakit ini merupakan salah

satu gangguan Telinga Hidung & Tenggorokan ( THT ). Kuman yang dimakan

oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap

bersarang disana serta menyebabkan infeksi amandel yang kronis dan berulang

(Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan

adenoid bekerja terus dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga

ukuran tonsil dan adenoid akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang

normal.

C. Etiologi

Tonsilitis terjadi dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kriptanya

secara aerogen yaitu droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung

kemudian nasofaring terus masuk ke tonsil maupun secara foodborn yaitu

melalui mulut masuk bersama makanan. Etiologi penyakit ini dapat disebabkan

oleh serangan ulangan dari Tonsilitis Akut yang mengakibatkan kerusakan

permanen pada tonsil, atau kerusakan ini dapat terjadi bila fase resolusi tidak

sempurna.

Pada pendería Tonsilitis Kronis jenis kuman yang sering adalah

Streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA). Selain itu terdapat

Streptokokus pyogenes, Streptokokus grup B, C, Adenovirus, Epstein Barr,

bahkan virus Herpes . Kuman patogen terbanyak di tonsil adalah Staphilokokus

aureus, Streptokokus beta hemolitikus grup A, E.coli dan Klebsiela.

D. Patofisiologi

Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Amandel

atau tonsil berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya

Page 12: case report

tersebut. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap

infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan

menahan infeksi atau virus. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel

terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat

pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini

secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut

detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang

terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis falikularis, bila

bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakunaris.

Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga menjadi

parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga berhenti

makan.

Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan

kelenjar getah bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada

sendi dan otot, kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit

pada telinga. Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan,

belakang tenggorokan akan terasa mengental. Hal hal yang tidak

menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam. Bila bercak melebar,

lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran),

sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka

epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses

penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan

mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi

oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya

timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses

ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.

E. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala Tonsilitis ialah sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan

kesulitan menelan. Tanda dan gejala yang sering timbul yaitu nyeri tenggorok,

Page 13: case report

tidak nafsu makan, nyeri menelan, kadang-kadang disertai otalgia, demam

tinggi, serta pembesaran kelenjar submandibuler dan nyeri tekan

F. Pemeriksaan

Dari pemeriksaan dapat dijumpai:

Tonsil dapat membesar bervariasi. Kadang-kadang tonsil dapat bertemu di

tengah.Standart untuk pemeriksaan tonsil berdasarkan pemeriksaan fisik

diagnostik diklasifikasikan berdasarkan ratio tonsil terhadap orofaring (dari

medial ke lateral) yang diukur antara pilar anterior kanan dan kiri. T0: Tonsil

terletak pada fosa tonsil, T1: <25%, T2: >25%<50%, T3:>50%<75%, T4:

>75%, Sedangkan menurut Thane dan Cody membagi pembesaran tonsil atas

T1: batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior

uvula. T2: batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai ½

jarak pilar anterior-uvula. T3: batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar

anterior-uvula sampai ¾ jarak pilar anterior-uvula. T4: batas medial tonsil

melewati ¾ jarak pilar anterior-uvula sampai uvula atau lebih.

4-17 tahun didapatkan data ukuran tonsil terbanyak yakni T1: 1.119 (62%),

T2: 507 (28,4%), T3: 58 (3,3%), T4: 2 (0,1%) (Akcay, 2006). Dapat terlihat

butiran pus kekuningan pada permukaan medial tonsil. Bila dilakukan

penekanan pada plika anterior dapat keluar pus atau material menyerupai keju.

Warna kemerahan pada plika anterior bila dibanding dengan mukosa faring,

merupakan tanda penting untuk menegakkan infeksi kronis pada tonsil.

Dari hasil penelitian yang melihat hubungan antara tanda klinis dengan hasil

pemeriksaan histopatologis dilaporkan bahwa tanda klinis pada Tonsilitis

Kronis yang sering muncul adalah kripta yang melebar, pembesaran kelenjar

limfe submandibula dan tonsil yang mengalami perlengketan. Tanda klinis

tidak harus ada seluruhnya, minimal ada kripta yang melebar dan pembesaran

kelenjar limfe submandibula. Disebutkan dalam penelitian lain bahwa adanya

keluhan rasa tidak nyaman di tenggorokan, kurangnya nafsu makan, berat

badan yang menurun, palpitasi mungkin dapat muncul. Bila keluhan-keluhan

ini disertai dengan adanya hiperemi pada plika anterior, pelebaran kripta tonsil

Page 14: case report

dengan atau tanpa debris dan pembesaran kelenjar limfe jugulodigastrik maka

diagnosa Tonsilitis Kronis dapat ditegakkan. Untuk menegakkan diagnosa

penyakit Tonsilitis Kronis terutama didapatkan berdasarkan hasil anamnesa

dan pemeriksaan fisik diagnostik yang didapatkan dari penderita.

G. Komplikasi

Komplikasi tonsilitis akut dan kronik yaitu :

1. Abses pertonsil

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole,

abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya

disebabkan oleh streptococcus group A.

2. Otitis media akut

Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius

(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah

pada ruptur spontan gendang telinga

3. Mastoiditis akut

Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke

dalam sel-sel mastoid.

4. Laringitis

Merupakan proses peradangan dari membran mukosa yang

membentuk larynx. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang

disebabkan bisa karena virus, bakter, lingkungan, maupun karena alergi.

5. Sinusitis

Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau

lebih dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau

ruangan berisi udara dari dinding yang terdiri dari membran mukosa.

6. Rhinitis

Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan

nasopharynx.

Page 15: case report

H. Prognosis

Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristrahat dan

pengobatan suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat

penderita Tonsilitis lebih nyaman. Bila antibiotika diberikan untuk mengatasi

infeksi, antibiotika tersebut harus dikonsumsi sesuai arahan demi

penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila penderita telah mengalami

perbaikan dalam waktu yang singkat. Gejala-gejala yang tetap ada dapat

menjadi indikasi bahwa penderita mengalami infeksi saluran nafas lainnya,

infeksi yang sering terjadi yaitu infeksi pada telinga dan sinus. Pada kasus-

kasus yang jarang, Tonsilitis dapat menjadi sumber dari infeksi serius seperti

demam rematik atau pneumonia.

Page 16: case report

BAB III

PEMBAHASAN

Pasien ini merupakan pasien tonsilitis kronis. Diagnosa tonsilitis kronis

ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis pasien ini di

dapatkan keluhan berupa nyeri tenggorokan, terasa mengganjal di tenggorokan,

dan apabila tidur mendengkur. Pemeriksaan fisik pada pasien ini di dapatkan

kripte yang melebar, detritus, dan tonsil yang mengalami pembesaran.

Pasien mengeluh nyeri tenggorokan. Nyeri tenggorokan pada pasien ini

disebabkan oleh proses inflamasi. Proses inflamasi dapat memicu terjadinya

respon imun pada tubuh. Respon imun pada tubuh akan mengeluarkan mediator

mediator inflamasi yaitu prostaglandin yang memberikan sensasi nyeri.

Pasien mengeluh mendengkur apabila tidur. Mendengkur terjadi akibat adanya

sumbatan jalan nafas dari tonsil yang membesar sehingga terjadi oklusi pada

lidah. Biasanya pada pasien ini apa bila tidurnya terlentang dapat menyebabkan

mendengkur lebih keras dan apabila terlentang tidak terlalu keras.

Pemeriksaan fisik pada pasien didapatkan kripta yang melebar. Kripta yang

melebar terjadi akibat proses radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan

limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti

jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok

melebar (kriptus)

Pasien ini perlu dilakukan tindakan operatif tonsilektomi. Indikasi tonsilektomi

pada pasien ini di dapat fokal infeksi pada tonsil, sering kambuh kambuhan dan

terdapat sumbatan jalan nafas. Salah satu gejala sumbatan jalan nafas yaitu

mendengkur. Gejala ini sesuai dengan kriteria operasi dari The American

Academy of Otalaryngology head and neck Surgery Clinical Indicator

Compendium tahun 1995.

Pengobatan pasien ini diberikan antibiotik amoxcilin. amoxcilin aktif terhadap

bakteri gram positif maupun bakteri gram negatif. Amoxicillin diserap secara baik

sekali oleh saluran pencernaan. Kadar bermakna didalam serum darah dicapai 1

jam setelah pemberian per-oral. Kadar puncak didalam serum darah 5,3 mg/ml

Page 17: case report

dicapai 1,5-2 jam setelah pemberian per-oral. Kurang lebih 60% pemberian per-

oral akan diekskresikan melalui urin dalam 6 jam.

Pengobatan pasien diberikan paracetamol. Paracetamol Parasetamol

merupakan penghambat COX-1 dan COX-2 yang lemah di jaringan perifer.

Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam ½-1 jam dan waktu paruh (t ½)

sekitar 2 jam. Obat tersebar ke seluruh cairan tubuh. Terikat 20-50% pada protein

plasma. Metabolisme paracetamol di hati. Ekskresi: ginjal dalam bentuk

terkonjugasi. Obat paracetamol diberikan peroral, absorpsi bergantung pada

kecepatan pengosongan lambung, dan kadar puncak dalam darah biasanya

tercapai dalam waktu 30-60 menit.

Page 18: case report

BAB IV

KESIMPULAN

Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin

Waldeyer. Tonsil terletak pada kerongkongan di belakang kedua ujung lipatan

belakang mulut. Ia juga bagian dari struktur yang disebut Ring of Waldeyer (

cincin waldeyer ). Kedua tonsil terdiri juga atas jaringan limfe, letaknya di antara

lengkung langit-langit dan mendapat persediaan limfosit yang melimpah di dalam

cairan yang ada pada permukaan dalam sel-sel tonsil.

Penyebab tonsilitis Streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA). Selain itu

terdapat Streptokokus pyogenes, Streptokokus grup B, C, Adenovirus, Epstein

Barr, bahkan virus Herpes. Penegakkan diagnosis tonsilitis dari pemeriksaan fisik

dan anamnesis

Tanda dan gejala Tonsilitis ialah sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan

kesulitan menelan. Tanda dan gejala yang sering timbul yaitu nyeri tenggorok,

tidak nafsu makan, nyeri menelan, kadang-kadang disertai otalgia, demam tinggi,

serta pembesaran kelenjar submandibuler dan nyeri tekan.

Progonosis tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristrahat

dan pengobatan suportif. Pada kasus-kasus yang jarang, Tonsilitis dapat menjadi

sumber dari infeksi serius seperti demam rematik atau pneumonia.

Page 19: case report

DAFTAR PUSTAKA

Arun Raj G., R Shailaja U Rao., Prasanna N Debnath Pariksh., 2013. CHRONIC

TONSILLITIS IN CHILDREN: AN AYURVEDIC BIRD VIEW . Int

Ayurvedic Med J. Page : 1-7

Babaiwa U.F., Onyeagwara N.C., Akerele J.O., 2013. Bacterial tonsillar

microbiota and antibiogram in recurrent tonsillitis. Bio med Res ; 24 (3):

298-302

Bohne,S., Siggel, R., Sachse, S., Kiehntopf,M., Bauer, M., 2013. Clinical

significance and diagnostic usefulness of serologic markers for

improvement of outcome of tonsillectomy in adults with chronic tonsillitis.

J of Neg in Bio Med , 12:11

Higler, A.B., 2007. BOEIES BUKU AJAR PENYAKIT THT : Edisi 6. EGC:

Jakarta

Mogoanta, C.A., Ionita, E., Prici, D., Mitro, M., 2008. Chronic tonsillitis:

histological and immunohistochemical aspects. Rom J of Morph and

Embryo, 49(3):381–386.

Soepradi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin J., Restuti, R.D., 2007. BUKU AJAR

ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN KEPALA &

LEHER: Edisi keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia:

Jakarta

Steinbichler, T., Bender, B., Blassnigg, E., Riechelmann , H., 2014. Evaluation of

a German version of the tonsil and adenoid health status instrument. J of

Otolaryngology - Head and Neck Surgery, 43:41