Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Hipertensi ditemukan pada ibu hamil baik pada penyakit sebelumnya (5-15% dari total ibu hamil) atau sebagai gangguan yang berhubungan dengan kehamilan, pre-eklamsia. Hipertensi dijuluki sebagai the silent killer karena biasanya tidak menunjukkan gejala dan hanya terdiagnosis melalui skrinning atau ketika penyakit tersebut bermanifestasi pada komplikasi gangguan tertentu. Hipertensi sangat signifikan berkontribusi terhadap angka kesakitan dan kematian ibu dan janin sehingga perlu dilakukan skrinning awal dan pemeriksaan lanjutan selama kehamilan. Perubahan Fisiologis Sistem Kardiovaskuler Dalam Kehamilan Sistem kardiovaskuler selama kehamilan harus memenuhi kebutuhan yang meningkat antara ibu dan janin. Peningkatan curah jantung selama kehamilan berkisar 40% pada trimester pertama dan kedua. Peningkatan curah jantung memungkinkan darah mengalir malalui sirkulasi tambahan yang terbentuk di uterus yang membesar dan dinding plasenta dan memenuhi kebutuhan tambahan pada organ lainnya di tubuh ibu. Jumlah dan panjang pembuluh darah yang dialirkan ke plasenta meningkat sehingga terjadi vasodilatasi sebagai akibat aktivitas hormon progesteron pada otot polos dinding pembuluh darah. Selama kehamilan terjadi peningkatan volume plasma darah hingga 50% dan 1
29

Case Report

Jan 28, 2016

Download

Documents

case obsgyn
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Case Report

BAB I

PENDAHULUAN

Hipertensi ditemukan pada ibu hamil baik pada penyakit sebelumnya (5-15% dari total

ibu hamil) atau sebagai gangguan yang berhubungan dengan kehamilan, pre-eklamsia.

Hipertensi dijuluki sebagai the silent killer karena biasanya tidak menunjukkan gejala dan hanya

terdiagnosis melalui skrinning atau ketika penyakit tersebut bermanifestasi pada komplikasi

gangguan tertentu. Hipertensi sangat signifikan berkontribusi terhadap angka kesakitan dan

kematian ibu dan janin sehingga perlu dilakukan skrinning awal dan pemeriksaan lanjutan

selama kehamilan.

Perubahan Fisiologis Sistem Kardiovaskuler Dalam Kehamilan Sistem kardiovaskuler

selama kehamilan harus memenuhi kebutuhan yang meningkat antara ibu dan janin.

Peningkatan curah jantung selama kehamilan berkisar 40% pada trimester pertama dan

kedua. Peningkatan curah jantung memungkinkan darah mengalir malalui sirkulasi tambahan

yang terbentuk di uterus yang membesar dan dinding plasenta dan memenuhi kebutuhan

tambahan pada organ lainnya di tubuh ibu.

Jumlah dan panjang pembuluh darah yang dialirkan ke plasenta meningkat sehingga

terjadi vasodilatasi sebagai akibat aktivitas hormon progesteron pada otot polos dinding

pembuluh darah. Selama kehamilan terjadi peningkatan volume plasma darah hingga 50% dan

jumlah sel darah meningkat hingga 18% untuk mengompensasi penurunan volume darah akibat

pembentukan darah ekstra dan vasodilatasi. Peningkatan volume plasma yang diimbangi dengan

jumlah sel darah dan protein dalam darah yang bersikulasi dapat menyebabkan penurunan

cairan pada kompartemen cairan interstisial dinding kapiler, sehingga mengakibatkan

edema pada wanita hamil

1

Page 2: Case Report

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. K

Umur : 39 Tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Suku Bangsa : Betawi - Indonesia

Alamat : Jati Kramat RT 001/001

Tanggal Masuk RS : 06 Desember 2015

Jam : 09.55 WIB

Asal Pasien : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi

Komprehensif (PONEK) RSUD Kota Bekasi

2.2 Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) RSUD Kota Bekasi

A. Subjektif

1. Keluhan Utama :

OS datang ke RSUD Bekasi Rujukan dari Bidan setempat dengan G4P2A1 H-37

Minggu sudah lewat Taksiran Persalinan.

2. Keluhan Tambahan :

Sakit di perut Bawah

3. Kronologis Keluhan / Penyakit Sekarang :

OS Menyatakan bahwa telah keluar air dari kemaluan 2 hari yang lalu dan pukul

09.00 WIB keluar darah dari kemaluan namun pasien tidak merasakan mulas.

2

Page 3: Case Report

4. Riwayat Haid :

Haid pertama umur : 14 Tahun

Siklus teratur : Teratur

Lamanya : 7 Hari

Banyaknya : 5 - 6 Pembalut

Hari pertama haid terakhir : Akhir Februari 2015

Sakit saat haid : (-)

5. Riwayat Perkawinan :

a. Status perkawinan : Menikah 1x

b. Lama perkawinan terakhir : 18 Tahun

c. Suami ke - 1

d. Istri ke - 1

6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan :

Anak ke-1 : ♂, Hamil aterm, Pervaginam 3300gr, 17 Tahun

Anak ke-2 : ♀, Hamil aterm, Pervaginam 3400gr, 14 Tahun

Anak ke-3 : Keguguran

Anak ke-4 : Hamil ini

7. Riwayat Penyakit Dahulu :

Pada kehamilan sebelumnya, tidak pernah mengalami keluhan yang sama seperti

ini

8. Riwayat Penyakit Keluarga :

Bapak : Hipertensi (-), DM (-), Alergi (-), Asma (-)

Ibu : Hipertensi (-), DM (-), Alergi (-), Asma (-)

9. Riwayat Operasi : -

10. Riwayat Metode KB : Suntik 3 tahun lalu

11. Riwayat Antenatal : Kontrol bidan

B. Objektif

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

3

Page 4: Case Report

Tanda Vital

Tekanan darah : 160/90 mmHg

Nadi : 120 x/menit, regular, kuat, isi cukup, ekual

Pernapasan : 24 x/menit, reguler

Suhu : 36,8 oC

C. Status Generalis

Kepala : Normosefali, rambut hitam distribusi merata, tidak mudah dicabut.

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL +/+.

Telinga : Normotia, serumen -/-, darah -/-.

Hidung : Normal, deviasi septum (-), discharge (-), pernapasan cuping hidung (-).

Mulut : Kandidiasis oral (-), sianosis (-), pucat (-), lidah tidak ada kelainan, uvula

tidak dapat dinilai, arcus faring tidak dapat dinilai, mukosa faring tidak

dapat dinilai, tonsil tidak dapat dinilai.

Leher : Trakea lurus tidak ada deviasi, pembesaran KGB (-), pembesaran

kelenjar tiroid (-)

Pergerakan dinding dada : Simetris kanan dan kiri

Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordus tidak teraba

Perkusi : Batas kanan ICS IV Linea Sternalis Dextra, batas kiri ICS V, 2

jarimedial linea Midclavikularis Sinistra.

Auskultasi : Bunyi jantung S1 – S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru:

Inspeksi : Thoraks simetris kanan dan kiri, gerak nafas simetris kanan dan

kiri.

Palpasi : Vocal fremitus teraba sama kuat di kedua hemithorax.

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.

Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-.

Abdomen : Lihat status obstetri

Ekstremitas : Akral teraba hangat, edema (-)/(-), CRT < 2 detik.

4

Page 5: Case Report

D. Status Obstetris

Inspeksi : Perut tampak buncit, striae gravidarum (+), linea nigra (+), luka bekas

SC (-)

Palpasi : Supel, NT (+)

Auskultasi : Bising Usus (+)

Anogenital

Inspeksi: fluor (-), fluksus (-)

E. PEMERIKSAAN LABORATORIUMPemeriksaan Laboratorium tanggal 06/12/2015, Pukul 10.50 WIB

5

Page 6: Case Report

F. Pemeriksaan Penunjang Hasil USG dari

dr. R. Pandji. S, Sp.OG :

DJJ (+)

EFW : 3014 gr

AFI cukup

Usia Kehamilan : 38 Minggu

6

Page 7: Case Report

Hasil CTG Pukul 14.00

Hasil CTG Pukul 18.00

2.3 DIAGNOSIS

HDK dalam G4P2A1

2.4 PROGNOSIS

Dubia ad Bonam

7

Page 8: Case Report

2.5 PENATALAKSANAAN

Nifedipine 4x10 mg

Observasi, apabila pembukaan tidak maju, rencana SC besok

2.6 FOLLOW-UP07 Desember 2015, Pukul 06.30 WIB S : Mulas (+) Jarang O :

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang Kesadaran : Compos MentisTekanan Darah : 160 / 80 mmHgNadi : 92 x / menitSuhu : 36,4 °CPernapasan : 21 x / menitStatus Generalis Kepala : Normosefali, rambut hitam distribusi merata, tidak mudah dicabut Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL +/+ Telinga : Normotia, serumen -/-, darah -/- Hidung : Normal, deviasi septum (-), discharge (-), pernapasan cuping

hidung (-) Mulut : Kandidiasis oral (-), sianosis (-), pucat (-), lidah tidak ada

kelainan, uvula tidak dapat dinilai, arcus faring tidak dapatdinilai, mukosa faring tidak dapat dinilai, tonsil tidak dapatdinilai

Leher : Trakea lurus tidak ada deviasi, pembersaran KGB (-),pembesaran kelenjar tiroid (-)

Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordus tidak teraba

Perkusi : Batas kanan ICS IV Linea Sternalis Dextra, batas kiri ICS V, 2

jari medial linea Midclavikularis Sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung S1 – S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru :

Inspeksi : Thoraks simetris kanan dan kiri, gerak nafas simetris kanan dan

kiri

Palpasi : Vocal fremitus teraba sama kuat di kedua hemithorax

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

8

Page 9: Case Report

Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : TFU : 30 cm, DJJ (+) 128 x/menit, HIS (-)Leopold I: Bokong Leopold III : Kepala Leopold II :Pu-Ka Leopold IV : Belum masuk PAP

Genital : Fluor (-), Fluksus (+) Ekstremitas : Akral teraba hangat, edema (-)/(-), CRT < 2 detik

A : P3A0 + Kista Ovarium P :

• Nifedipine 4x10 mg

• Rencana SC Hari Ini

LAPORAN SC

• Dilakukan Operasi Sectio Cesaria Tanggal 07/12/2015 pukul 09.00 WIB• Lahir Bayi Perempuan Berat 3400 gr, A/S 7/8, Panjang 54 cm, Ketuban Kering

08 Desember 2015, Pukul 06.00 WIB S : Nyeri Luka Operasi (+), Pusing, Tangan Kadang Kesemutan O :

Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan Kesadaran : Compos MentisTekanan Darah : 150 / 80 mmHgNadi : 78 x / menitSuhu : 36,8 °CPernapasan : 19 x / menit

Status Generalis Kepala : Normosefali, rambut hitam distribusi merata, tidak mudah dicabut Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL +/+ Telinga : Normotia, serumen -/-, darah -/- Hidung : Normal, deviasi septum (-), discharge (-), pernapasan cuping

hidung (-) Mulut : Kandidiasis oral (-), sianosis (-), pucat (-), lidah tidak ada

kelainan, uvula tidak dapat dinilai, arcus faring tidak dapatdinilai, mukosa faring tidak dapat dinilai, tonsil tidak dapatdinilai

Leher : Trakea lurus tidak ada deviasi, pembersaran KGB (-),pembesaran kelenjar tiroid (-)

Jantung :

9

Page 10: Case Report

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordus tidak teraba

Perkusi : Batas kanan ICS IV Linea Sternalis Dextra, batas kiri ICS V, 2

jari medial linea Midclavikularis Sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung S1 – S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru :

Inspeksi : Thoraks simetris kanan dan kiri, gerak nafas simetris kanan dan

kiri

Palpasi : Vocal fremitus teraba sama kuat di kedua hemithorax

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Nyeri Tekan (-), Bunyi Usus (+), Defense Muscular (-), Rembesan bekas operasi (-)

Genital : Fluor (-), Fluksus (+) Ekstremitas : Akral teraba hangat, edema (-)/(-), CRT < 2 detik

A : P3A1 Post SCTPP + MOW H+1 a.i. Oligohidroamnion + HDK + Cukup Anak P : Th/ Anbacim 3x500 mgMetronidazol 3x500 mgAsam Mefenamat 3x500 mgSF 2x1 tabNifedipine 3x10 mg Jika TD ≥ 140/90

09 Desember 2015, Pukul 06.00 WIB S : Nyeri Luka Operasi (+), Kesemutan di Tangan O :

Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan Kesadaran : Compos MentisTekanan Darah : 140 / 80 mmHgNadi : 82 x / menitSuhu : 36,6 °CPernapasan : 21 x / menit

Status Generalis Kepala : Normosefali, rambut hitam distribusi merata, tidak mudah dicabut Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL +/+ Telinga : Normotia, serumen -/-, darah -/-

10

Page 11: Case Report

Hidung : Normal, deviasi septum (-), discharge (-), pernapasan cuping hidung (-)

Mulut : Kandidiasis oral (-), sianosis (-), pucat (-), lidah tidak adakelainan, uvula tidak dapat dinilai, arcus faring tidak dapatdinilai, mukosa faring tidak dapat dinilai, tonsil tidak dapatdinilai

Leher : Trakea lurus tidak ada deviasi, pembersaran KGB (-),pembesaran kelenjar tiroid (-)

Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordus tidak teraba

Perkusi : Batas kanan ICS IV Linea Sternalis Dextra, batas kiri ICS V, 2

jari medial linea Midclavikularis Sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung S1 – S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru :

Inspeksi : Thoraks simetris kanan dan kiri, gerak nafas simetris kanan dan

kiri

Palpasi : Vocal fremitus teraba sama kuat di kedua hemithorax

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Nyeri Tekan (-), Bunyi Usus (+), Defense Muscular (-), Rembesan bekas operasi (-)

Genital : Fluor (-), Fluksus (+) Ekstremitas : Akral teraba hangat, edema (-)/(-), CRT < 2 detik

A : P3A1 Post SCTPP + MOW H+2 a.i. Oligohidroamnion + HDK + Cukup Anak P : Th/ Anbacim 3x500 mgMetronidazol 3x500 mgAsam Mefenamat 3x500 mgSF 2x1 tabNifedipine 3x10 mg Jika TD ≥ 140/90

11

Page 12: Case Report

10 Desember 2015, Pukul 06.00 WIB S : Nyeri Luka Operasi (+), Kesemutan di Tangan O :

Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan Kesadaran : Compos MentisTekanan Darah : 180 / 100 mmHgNadi : 84 x / menitSuhu : 36,4 °CPernapasan : 22 x / menit

Status Generalis Kepala : Normosefali, rambut hitam distribusi merata, tidak mudah dicabut Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, RCL +/+, RCTL +/+ Telinga : Normotia, serumen -/-, darah -/- Hidung : Normal, deviasi septum (-), discharge (-), pernapasan cuping

hidung (-) Mulut : Kandidiasis oral (-), sianosis (-), pucat (-), lidah tidak ada

kelainan, uvula tidak dapat dinilai, arcus faring tidak dapatdinilai, mukosa faring tidak dapat dinilai, tonsil tidak dapatdinilai

Leher : Trakea lurus tidak ada deviasi, pembersaran KGB (-),pembesaran kelenjar tiroid (-)

Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordus tidak teraba

Perkusi : Batas kanan ICS IV Linea Sternalis Dextra, batas kiri ICS V, 2

jari medial linea Midclavikularis Sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung S1 – S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru :

Inspeksi : Thoraks simetris kanan dan kiri, gerak nafas simetris kanan dan

kiri

Palpasi : Vocal fremitus teraba sama kuat di kedua hemithorax

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Nyeri Tekan (-), Bunyi Usus (+), Defense Muscular (-), Rembesan bekas operasi (-)

Genital : Fluor (-), Fluksus (+)

12

Page 13: Case Report

Ekstremitas : Akral teraba hangat, edema (-)/(-), CRT < 2 detik A : P3A1 Post SCTPP + MOW H+3 a.i. Oligohidroamnion + HDK + Cukup Anak P : Th/ Anbacim 3x500 mgMetronidazol 3x500 mgAsam Mefenamat 3x500 mgSF 2x1 tabNifedipine 3x10 mg Jika TD ≥ 140/90

BAB III

LAPORAN KASUS

13

Page 14: Case Report

Dari hasil anamnesis, didapatkan bahwa Ny. K, usia 39 tahun, datang dengan Rujukan

dari Bidan setempat dengan G4P2A1 H-37 Minggu sudah lewat Taksiran Persalinan dan keluhan

tambahan keluar air air dari kemaluan sejak dua hari lalu. Air keluar tiaba-tiba ketika OS sedang

tidur. Keluhan ini belum pernah terjadi pada riwayat kehamilan sebelumnya. Dari riwayat haid,

didapatkan bahwa OS dengan HPHT pada akhir Februari 2015, dan diperkirakan taksiran partus

pada awal desember 2015, dengan usia kehamilan diperkirakan sekitar 37-38 minggu.

Pada status obstetrik didapatkan tinggu fundus uteri 31 cm dengan taksiran kelahiran

awal Desember 2015, menunjukkan perkiraan usia kehamilan sekitar 32-33 minggu, denyut

jantung bayi irreguler.

Pada pemeriksaan laboratorium, didapatkan bahwa:

Pemeriksaan Hematologi (06 Desember 2015, Pukul 10.50 WIB)

Darah Rutin DHF

Leukosit ↑ (12.9 ribu/uL)

Leukosit meningkat (leukositosis) menandakan jumlah sel darah putih yang

meningkat dalam darah, hal ini diakibatkan karena adanya infeksi, peradangan atau alergi di

dalam tubuh

Hemoglobin ↓ (10.9 ribu/uL)

Hemoglobin (Hb) menurun merupakan bentuk dari kurangnya oksigen dalam darah,

hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya zat besi, dan kehilangan darah yang cukup banyak.

Jika hemoglobin (Hb) terus menurun, hal ini akan menyebabkan anemia, sehingga penderita

harus melakukan transfusi darah.

Hematokrit ↓ (32.8 %)

Hematokrit (Ht) menunjukkan presentase zat padat (kadar sel darah merah, dll)

dengan jumlah cairan dalam darah. Penurunan hematokrit (Ht) yang terjadi pada pasien

menandakan bahwa pasien mengalami kehilangan darah akut (kehilangan darah secara

mendadak), anemia, malnutrisi, dll.

14

Page 15: Case Report

Pemeriksaan Urine (06 Desember 2015, Pukul 10.50 WIB)

Mikroskopis Urine

Bakteri positif 1 (+)

Hal ini menunjukkan bahwa adanya proses infeksi yang terjadi padatraktus urinarius

pasien.

Diagnosis pasien berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang, yaitu HDK pada G4P2A1 dengan pertimbangan didapatkan hasil pemeriksaan

tekanan darah 160/90 tanpa disertai kerusakan organ maupun proteinuria.

Berdasarkan dari keadaan yang didapatkan pada persalinan SC, diagnosis dirubah

menjadi P3A1 post SC+MOW a.i HDK + Oligohidroamnion + Cukup anak.

BAB IV

TINJAUAN PUSTAKA

15

Page 16: Case Report

Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan

Menurut The International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy (ISSHP)

klasifikasi hipertensi pada wanita hamil dibagi menjadi :

1. Hipertensi gestasional dan/atau proteinuria selama kehamilan, persalinan, atau pada wanita

hamil yang sebelumnya normotensi dan non-proteinuri.

- Hipertensi gestasional (tanpa proteinuria)

- Proteinuria gestasional (tanpa hipertensi)

- Hipertensi gestasional dengan proteinuria (pre-eklamsi)

2. Chronic hypertension (sebelum kehamilan 20 minggu) dan penyakit ginjal kronis

(proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu)

- Hipertensi kronis (without proteinuria)

- Penyakit ginjal kronis (proteinuria dengan atau tanpa hipertensi)

- Hipertensi kronis dengn superimposed

- Pre-eklamsi (proteinuria)

3. Unclassified hypertension dan/atau proteinuria

4. Eklampsia.

Klasifikasi hipertensi pada kehamilan oleh Working Group of the NHBPEP (2000) dibagi

menjadi 5 tipe, yaitu :

1. Hipertensi gestasional

2. Preeklamsi

3. Eklamsi

4. Preeklamsi superimposed pada hipertensi kronis

5. Hipertensi kronis.

16

Page 17: Case Report

Hipertensi Gestasional

Hipertensi gestasional didiagnosis pada wanita dengan tekanan darah mencapai 140/90

mmHg atau lebih besar, untuk pertama kalinya selama kehamilan tetapi tidak terdapat

proteinuria. Hipertensi gestasional disebut juga transient hypertension jika preeklampsia tidak

berkembang dan tekanan darah telah kembali normal pada 12 minggu postpartum. Apabila

tekanan darah naik cukup tinggi selama setengah kehamilan terakhir, hal ini berbahaya

terutama untuk janin, walaupun proteinuria tidak pernah ditemukan. Seperti yang ditegaskan

oleh Chesley (1985), 10% eklamsi berkembang sebelum proteinuria yang nyata diidentifikasi.

Dengan demikian, jelas bahwa apabila tekanan darah mulai naik, ibu dan janin menghadapi

risiko yang meningkat. Proteinuria adalah suatu tanda dari penyakit hipertensi yang memburuk,

terutama preeklampsia. Proteinuria yang nyata dan terus-menerus meningkatkan risiko ibu dan

janin.

Kriteria Diagnosis pada hipertensi gestasional yaitu :

- TD 140/90 mmHg yang timbul pertama kali selama kehamilan.

- Tidak ada proteinuria.

- TD kembali normal < 12 minggu postpartum.

- Diagnosis akhir baru bisa ditegakkan postpartum.

- Mungkin ada gejala preeklampsia lain yang timbul, contohnya nyeri epigastrium atau

trombositopenia.

Preeklamsi

Proteinuria adalah tanda penting dari preeklampsia, dan Chesley (1985) menyimpulkan

secara tepat bahwa diagnosis diragukan dengan tidak adanya proteinuria. Proteinuria yaitu

protein dalam urin 24 jam melebihi 300mg per 24 jam, atau pada sampel urin secara acak

menunjukkan 30 mg/dL (1 + dipstick) secara persisten. Tingkat proteinuria dapat berubah-ubah

secara luas selama setiap periode 24 jam, bahkan pada kasus yang berat. Oleh karena itu, satu

sampel acak bisa saja tidak membuktikan adanya proteinuria yang berarti.

17

Page 18: Case Report

Dengan demikian, kriteria minimum untuk diagnosis preeklamsi adalah hipertensi

dengan proteinuria yang minimal. Temuan laboratorium yang abnormal dalam pemeriksaan

ginjal, hepar, dan fungsi hematologi meningkatkan kepastian diagnosis preeklamsi. Selain itu,

pemantauan secara terus-menerus gejala eklampsia, seperti sakit kepala dan nyeri epigastrium,

juga meningkatkan kepastian tersebut.

Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas merupakan akibat nekrosis

hepatocellular, iskemia, dan oedem yang merentangkan kapsul Glissoni. Nyeri ini sering disertai

dengan peningkatan serum hepatik transaminase yang tinggi dan biasanya merupakan tanda

untuk mengakhiri kehamilan.

Trombositopeni adalah karakteristik dari preeklamsi yang memburuk, dan hal tersebut

mungkin disebabkan oleh aktivasi dan agregasi platelet serta hemolisis mikroangiopati yang

disebabkan oleh vasospasme yang berat. Bukti adanya hemolisis yang luas dengan

ditemukannya hemoglobinemia, hemoglobinuria, atau hiperbilirubinemi dan merupakan

indikasi penyakit yang berat.

Faktor lain yang menunjukkan hipertensi berat meliputi gangguan fungsi jantung dengan

oedem pulmonal dan juga pembatasan pertumbuhan janin yang nyata.

Kriteria diagnosis pada preeklamsi terdiri dari :

Kriteria minimal, yaitu :

- TD 140/90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu.

- Proteinuria 300 mg/24 jam atau 1+ dipstick.

Kemungkinan terjadinya preeklamsi :

- TD 160/110 mmHg.

- Proteinuria 2.0 g/24 jam atau 2+ dipstick.

- Kreatinin serum > 1.2 mg/dL kecuali sebelumnya diketahui sudah meningkat.

- Trombosit <100.000/mm3.

- Hemolisis mikroangiopati (peningkatan LDH).

- peningkatan ALT atau AST.

- Nyeri kepala persisten atau gangguan penglihatan atau cerebral lain.

- Nyeri epigastrium persisten.

18

Page 19: Case Report

Beratnya preeklamsi dinilai dari frekuensi dan intensitas abnormalitas yang dapat dilihat

pada Tabel. Semakin banyak ditemukan penyimpangan tersebut, semakin besar kemungkinan

harus dilakukan terminasi kehamilan. Perbedaan antara preeklamsi ringan dan berat dapat sulit

dibedakan karena preeklamsi yang tampak ringan dapat berkembang dengan cepat menjadi

berat.

Meskipun hipertensi merupakan syarat mutlak dalam mendiagnosis preeklampsia,

tetapi tekanan darah bukan merupakan penentu absolut tingkat keparahan hipertensi dalam

kehamilan. Contohnya, pada wanita dewasa muda mungkin terdapat proteinuria +3 dan kejang

dengan tekanan darah 135/85 mmHg, sedangkan kebanyakan wanita dengan tekanan darah

mencapai 180/120 mmHg tidak mengalami kejang. Peningkatan tekanan darah yang cepat dan

diikuti dengan kejang biasanya didahului nyeri kepala berat yang persisten atau gangguan visual.

Gejala

Beratnya Hipertensi

Selama Kehamilan

Eklamsi

Serangan

konvulsi

pada wanita

dengan

preeklampsia yang tidak dapat dihubungkan dengan sebab lainnya disebut eklamsi. Konvulsi

19

Abnormalitas < 100 mmHg ≥ 110 mmHg

Tekanan darah diastolik Trace - 1+ Persisten ≥ 2+

Proteinuria Tidak ada Ada

Sakit kepala Tidak ada Ada

Nyeri perut bagian atas Tidak ada Ada

Oliguria Tidak ada Ada

Kejang (eklamsi) Tidak ada Ada

Serum Kreatinin Normal Meningkat

Trombositopeni Tidak ada Ada

Peningkatan enzim hati Minimal Nyata

Hambatan pertumbuhan janin Tidak ada Nyata

Oedem paru Tidak ada Ada

Page 20: Case Report

terjadi secara general dan dapat terlihat sebelum, selama, atau setelah melahirkan. Pada studi

terdahulu, sekitar 10% wanita eklamsi, terutama nulipara, serangan tidak muncul hingga 48 jam

setelah postpartum. Setelah perawatan prenatal bertambah baik, banyak kasus antepartum dan

intrapartum sekarang dapat dicegah, dan studi yang lebih baru melaporkan bahwa seperempat

serangan eklampsia terjadi di luar 48 jam postpartum.

Superimposed Preeclampsia

Kriteria diagnosis Superimposed Preeclampsia adalah :

- Proteinuria 300 mg/24 jam pada wanita dengan hipertensi yang belum ada sebelum

kehamilan 20 minggu.

- Peningkatan tiba-tiba proteinuria atau tekanan darah atau jumlah trombosit <100.000/mm3

pada wanita dengan hipertensi atau proteinuria sebelum kehamilan 20 minggu.

Hipertensi Kronis

Diagnosis hipertensi kronis yang mendasari dilakukan apabila:

- Hipertensi (≥ 140/90 mmHg) terbukti mendahului kehamilan.

- Hipertensi (≥ 140/90 mmHg) diketahui sebelum 20 minggu, kecuali bila ada penyakit

trofoblastik.

- Hipertensi berlangsung lama setelah kelahiran.

Hipertensi kronis dalam kehamilan sulit didiagnosis apalagi wanita hamil tidak

mengetahui tekanan darahnya sebelum kehamilan. Pada beberapa kasus, hipertensi kronis

didiagnosis sebelum kehamilan usia 20 minggu, tetapi pada beberapa wanita hamil, tekanan

darah yang meningkat sebelum usia kehamilan 20 minggu mungkin merupakan tanda awal

terjadinya preeklamsi.

Gejala dan Pengobatan

Gejala yang sering dirasakan oleh penderita adalah nyeri kepala, penglihatan kabur,

penglihatan ganda, nyeri di daerah lambung, mual atau muntah. Seringkali gejala subjektif

20

Page 21: Case Report

tersebut didapatkan pada preeklamsi berat, jarang ditemukan pada preeklamsi ringan.

Sedangkan perubahan yang didapatkan pada penderita antara lain (trias tanda utama):

pertambahan berat badan yang berlebihan, bengkak, hipertensi, dan akhirnya proteinuria

(ditemukannya protein dalam urin) serta kelainan lain dalam pemeriksaan lab.

Setelah mengenal lebih jauh mengenai definisi dan pembagiannya, selanjutnya yang tidak

kalah penting adalah pengobatannya sendiri. Pengobatan ini meliputi terapi primer yaitu

pencegahan yang sebenarnya tidak dapat mencegah penyakit ini sepenuhnya, namun dengan

diet yang benar (tinggi protein, rendah lemak, kaborhidrat dan garam, konsumsi

antioksidan/buah-buahan) dan istirahat yang baik serta pengawasan yang rutin pada kehamilan

diharapkan dapat menurunkan insidens penyakit ini.

Apabila penyakit ini telah ditemukan, maka terapi yang diberikan bertujuan untuk

mencegah terjadinya preeklamsia berat dan eklamsia dengan menggunakan obat-obatan

maupun perubahan pola hidup (diet, merokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang), serta

melahirkan janin hidup dengan trauma sekecil-kecilnya. Jika penyakit ini sudah ditemukan, maka

tujuan utama adalah mencegah kejang, mencegah kerusakan organ lebih lanjut, dan melahirkan

bayi sehat.

Mengenai sikap terhadap kehamilan jika penyakit masih pada stadium ringan, maka dapat

ditunggu (ekspetatif) hingga usia kehamilan mencukupi. Apabila penyakit berada pada stadium

berat, maka sikap pada kehamilan dapat konservatif maupun aktif tergantung ada tidak penyulit.

Jika terdapat penyulit, maka sikap aktif diambil dengan terminasi kehamilan. Tentu semua itu

dilakukan di pusat-pusat kesehatan ibu dan anak yang memadai serta kerja sama tim yang baik.

Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah salah satu masalah kesehatan yang harus kita

hadapi bersama-sama, tidak hanya oleh salah satu pihak saja misalnya tenaga kesehatan saja.

Semuanya harus berperan, dimulai dari pasien, keluarga, suami, orangtua pasien, bahwa

penyakit ini adalah penyakit yang serius dan harus ditangani dengan baik agar kehamilan dapat

berjalan dengan baik dengan ibu selamat dan janin sehat.

21