BAB I PENDAHULUAN Setiap pasangan suami istri pada umumnya selalu mendambakan anak sebagai salah satu penunjang kebahagiaan rumah tangga. Oleh karena itulah pasangan suami istri yang kesulitan hamil harus mendapat perhatian dalam pelayanan medis demi kesejahteraan keluarganya. Berdasarkan data dari Klinik Yasmin Jakarta, ketidaksuburan pasangan suami-istri di Indonesia berkisar 10-15 persen. Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertil memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuhnya lagi terpaksa menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak, poligami, atau bercerai. 1 Penyebab infertilitas bisa berasal dari pihak suami maupun istri, atau keduanya. Infertilitas harus dikelola dalam satu kesatuan pasangan, karena keberhasilan kehamilan tidak dapat diandalkan hanya dari satu pihak saja. Infertilitas dapat disebabkan oleh berikut: 3 Gangguan sperma (35% dari pasangan) Penurunan cadangan ovarium atau disfungsi ovulasi (20%) Disfungsi tuba dan lesi pelvis (30%) Abnormalitas servikal mucus dan Kelainan uterus (≤ 5%) Faktor yang tidak teridentifikasi (10%) Penelitian menunjukkan lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan adalah 32,7% hamil dalam satu bulan pertama, 57% dalam 3 bulan, 72,1% dalam 6 bulan, 85,4% dalam 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap pasangan suami istri pada umumnya selalu mendambakan anak sebagai salah
satu penunjang kebahagiaan rumah tangga. Oleh karena itulah pasangan suami istri yang
kesulitan hamil harus mendapat perhatian dalam pelayanan medis demi kesejahteraan
keluarganya. Berdasarkan data dari Klinik Yasmin Jakarta, ketidaksuburan pasangan suami-
istri di Indonesia berkisar 10-15 persen.
Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertil
memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuhnya lagi terpaksa menempuh hidup
tanpa anak, mengangkat anak, poligami, atau bercerai.1 Penyebab infertilitas bisa berasal dari
pihak suami maupun istri, atau keduanya. Infertilitas harus dikelola dalam satu kesatuan
pasangan, karena keberhasilan kehamilan tidak dapat diandalkan hanya dari satu pihak saja.
Infertilitas dapat disebabkan oleh berikut:3
Gangguan sperma (35% dari pasangan)
Penurunan cadangan ovarium atau disfungsi ovulasi (20%)
Disfungsi tuba dan lesi pelvis (30%)
Abnormalitas servikal mucus dan Kelainan uterus (≤ 5%)
Faktor yang tidak teridentifikasi (10%)
Penelitian menunjukkan lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan
kehamilan adalah 32,7% hamil dalam satu bulan pertama, 57% dalam 3 bulan, 72,1% dalam
6 bulan, 85,4% dalam 12 bulan, dan 93,4% dalam 24 bulan. Makin lama pasangan kawin
tanpa kehamilan, makin turun kejadian kehamilannya.2,4
Pada kasus ini, terjadinya infertilitas disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu
(KET) yang berulang. Kehamilan ektopik didefinisikan sebagai setiap kehamilan yang terjadi
di luar kavum uteri5. Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi
penyebab kematian maternal selama kehamilan trimester pertama. Kasus ini memenuhi
definisi dari infertilitas primer, yaitu keadaan dimana suatu pasangan belum mendapatkan
anak hidup dalam satu tahun usia perkawinan. Selain itu kehamilan ektopik berulang
menyebabkan dilakukannya salfingektomi bilateral pada pasien ini yang jelas akan
menyebabkan pasien ini tidak dapat mendapatkan anak melalui proses alamiah.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.I INFERTILITAS
A. Definisi
Fertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak
hidup oleh suami yang mampu menghamilinya.1 Infertilitas adalah ketidakmampuan bagi
pasangan untuk mendapatkan kehamilan / anak setelah melakukan hubungan seks secara rutin, tanpa
memakai alat kontrasepsi setelah waktu 1 (satu) tahun.(1)
Infertilitas terjadi pada 10-15% pasangan usia reproduksi. Prevalensi ini bertahan
selama 50 tahun terakhir, namun pergeseran dalam usia, etiologi dan pasien telah terjadi.
Seiring dengan peningkatan umur wanita, angka kejadian ketidaksuburan juga meningkat.2
Dalam masyarakat dimana keluarga lebih memprioritaskan pengembangan karir,
beberapa wanita menunda subur sampai 30-an dan seterusnya. Akibatnya, wanita-wanita ini
mungkin memiliki lebih banyak kesulitan hamil dan memiliki peningkatan risiko keguguran.
Karena tingkat fecundability lebih tinggi pada wanita yang lebih muda dan lebih rendah pada
wanita yang lebih tua. Pada wanita yang lebih tua dari 35 tahun angka kemungkinan
mendapatkan anak maka akan semakin menurun. 2
Lamanya waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kehamilan menunjukkan bahwa
32,7% hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam 3 bulan, 72,1% dalam 6 bulan, 85,4%
dalam 12 bulan dan 93,4% dalam 24 bulan. Waktu median yang diperlukan untuk
menghasilkan kehamilan ialah 2,3 bulan sampai 2,8 bulan. Makin lama pasangan kawin tanpa
kehamilan, makin turun kejadian kehamilannya. 1
B. Etiologi
Reproduksi memerlukan interaksi dan integritas saluran reproduksi wanita dan laki-laki, yang melibatkan (1) pembebasan dari oosit preovulatory normal,
(2) produksi spermatozoa yang memadai, (3) pengangkutan normal gamet ke bagian ampullary dari tabung falopi (di mana pembuahan terjadi), dan (4)
pengangkutan selanjutnya embrio membelah ke rongga endometrium untuk implantasi dan pembangunan.2
Infertilitas dapat disebabkan oleh berikut:3
2
Sperma gangguan (35% dari pasangan)
Penurunan cadangan ovarium atau disfungsi ovulasi (20%)
Tubal disfungsi dan lesi pelvis (30%)
Abnormalitas servikal mukus(≤ 5%)
Faktor yang tidak teridentifikasi (10%)
Faktor gaya hidup lain yang dikaitkan dengan peningkatan risiko infertilitas termasuk faktor
lingkungan, dan pekerjaan; efek beracun yang terkait dengan tembakau, ganja, atau obat-
obatan lainnya, olahraga yang berlebihan, pola makan yang tidak memadai dikaitkan dengan
penurunan berat badan yang ekstrim, dan usia lanjut.2
C. Tatalaksana Pasangan Infertil
Pemeriksaan Pasangan Infertil
a. Sarat pemeriksan
Setiap pasangan harus diperlakukan sebagai kesatuan. Itu berarti jika istri saja yang
diperiksa, sedangkan suaminya tidak maka pasangan tersebut tidak diperiksa keduanya.
Adapun syarat – syarat pemeriksaan infertilitas adalah sebagai berikut: 1
1. Usia istri antara 20 – 30 tahun, baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapatkan
anak selama 12 bulan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan lebih dini apabila: pernah
mengalammi keguguran berlulang, diketahui mengidap kelainan endokrin, pernah
mengalami peradangan rongga panggul atau perut, dan pernah mengalami bedah
ginekologik. 1
2. Usia istri yang berusia 31 – 35 tahun, dapat diperiksa pada kesempatan pertama pasangan
itu datang kedokter. 1
3. Istri pasangan infertil berusia 36 – 40 tahn hanya dilakukan pemeriksaan infertilitas jika
belum mempunyai anak dari perawinan ini. 1
4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertil yang salah satu anggota
pasangannya dianggap mengidap penyakit yang dapat membahayakan kesehatan istri
atau anaknya. 1
b. Pemeriksaan masalah – masalah infertilitas
Pemeriksaan dasar infertilitas ialah pemeriksaan minimal yang masih dapat
memeriksa keenam faktor etiologi infertilitas yaitu :
1. Analisis mani untuk menilai faktor sperma.
3
2. Pemeriksaan ginekologi (periksa inspekulo dan periksa dalam) untuk menilai faktor
vagina dan faktor uterus.
3. Sitologi vagina untuk menilai faktor ovarium.
4. Histerosalpingografi untuk menilai faktor uterus, faktor tuba, dan bila tubanya paten juga
faktor peritoneum.
5. Laparoskopi untuk menilai faktor uterus (dalam arti terbatas), tuba,ovarium dan faktor
peritoneum.
c. Rencana dan jadwal pemeriksaan
Rencana dan jadual pemeriksaan infertilitas terhadap suami dan istri selama siklus
haid istri dapat dilukiskan seperti dalam tabel dibawah ini, yaitu: