Top Banner
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA RUMAH SAKIT SIMPANGAN DEPOK Tanda tangan Nama/NIM : Livia K. Saputra / 11-2013-163 …………………... Ahmad Azroei Bin Mohd Yusup @ Muallif / 11-2013-195 ………………….. Dr. Pembimbing : dr.Henny, Sp.A ............................ I. IDENTITAS PASIEN Nama lengkap :An. MW Jenis kelamin :Laki-laki Tempat/tanggal lahir: Jakarta, 10April 2013 Suku bangsa :Jawa Usia :1 tahun 8 bulan Agama : Islam Pendidikan: belum sekolah Alamat :Jatijajar, Depok Hubungan dengan orang tua : anak kandung IDENTITAS ORANG TUA Ayah : Tn. W Ibu : Ny.SH Usia : 40 tahun Usia :35 tahun Pendidikan :SMA Pendidikan : SMP 1
49

Case GEADB

Nov 16, 2015

Download

Documents

LiviaSaputra

Case diare dengan dehidrasi berat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

STATUS ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANARUMAH SAKIT SIMPANGAN DEPOK

Tanda tanganNama/NIM : Livia K. Saputra / 11-2013-163 ...Ahmad Azroei Bin Mohd Yusup @ Muallif / 11-2013-195 ..

Dr. Pembimbing : dr.Henny, Sp.A ............................

I. IDENTITAS PASIENNama lengkap :An. MWJenis kelamin :Laki-laki

Tempat/tanggal lahir: Jakarta, 10April 2013Suku bangsa :Jawa

Usia :1 tahun 8 bulanAgama : Islam

Pendidikan: belum sekolah Alamat :Jatijajar, Depok

Hubungan dengan orang tua : anak kandung

IDENTITAS ORANG TUAAyah : Tn. WIbu : Ny.SH

Usia : 40 tahunUsia :35 tahun

Pendidikan :SMAPendidikan : SMP

Pekerjaan :WiraswastaPekerjaan : ibu rumah tangga

A. ANAMNESISDiambil dari :Alloanamnesa (ibu pasien), pada tanggal 29-12-2014, jam: 11.00 WIB

Keluhan Utama : Diare sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakitKeluhan Tambahan : Pasien demam 2 hari sebelum masuk RS dan kejang sebanyak 1x

Riwayat Penyakit Sekarang :Tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien buang air besar dengan konsistensi cair kurang lebih 12x sehari. Tinja berwana kuning kehijauan berbau langu, terdapat ampas, tidak ada darah, tidak ada lendir. Sekali BAB kira- kira sebanyak setengah gelas air mineral. Pasien muntah 1x. Muntahan berisi sisa makanan, tidak terdapat darah, muntahan sebanyak seperempat gelas air mineral.Pasien tidak demam. Nafsu makan sedikit menurun. Pasien mau minum air putih dan ASI.Tidak ada demam, tidak ada batuk, tidak ada pilek.Dua hari sebelum masuk rumah sakit pasien BAB cair sebanyak 4- 5x dalam sehari. Setiap kali BAB kurang lebih setengah gelas air mineral. Tinja berwarna kuning kehijauan, tidak ada darah, tidak ada lendir.Pasien demam, namun tidak diukur suhu tubuhnya. Pasien dibawa ke dokter, diberi sirup penurun panas, obat untuk lambungnamun tidak ada perubahan.Satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien masih BAB cair. Sehari sebanyak 4- 5x.Pasien masih demam, kejang 1x, ketika kejang mata pasien mendelik keatas dan tubuhnya kaku. Setelah kejang pasien menangis lalu tertidur.Kejang berlangsung selama 1 menit dan tidak berulang lagi. BAK pasien jumlahnya lebih sedikit dari biasanya dan warnanya agak gelap, Pasien memiliki riwayat sering jajan sembarangan.

Riwayat Penyakit Dahulu( - ) Sepsis ( - ) Tuberculosis( - )Asma(+) Diare akut( - ) Disentri( - ) Tifus Abdominalis ( - ) Cacar Air( - )Batuk Rejan ( - ) Demam Rematik Akut( - ) Glomerulonefritis( - ) Meningoencephalitis( - ) Pneumonia( - ) Alergi Rhinitis( - ) Diare Kronis( - ) Kolera( - ) DHF( - ) Campak ( - ) Tetanus( - ) Penyakit Jantung Rematik( - ) Sindroma Nefrotik( - ) Kejang Demam ( - ) Alergi lainnya :( - ) Gastritis( - ) Amoebiasis( - ) Difteri ( - ) Polio( - ) Peny. Jantung Bawaan( - ) ISK( - ) Kecelakaan ( - ) Lain-lain

Riwayat Penyakit KeluargaPenyakitYaTidakHubungan

Alergi-+

Asma-+

Tuberkulosis-+

Hipertensi-+

Diabetes-+

Kejang Demam-+

Demam berdarah-+

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

KehamilanPerawatan antenatal:Di puskesmasPenyakit kehamilan:Tidak adaKelahiranTempat kelahiran:Rumah BersalinPenolong persalinan:BidanCara persalinan:NormalMasa gestasi:cukup bulanKeadaan bayi: Berat badan lahir: 3.300 gram Panjang badan lahir:52 cm Lingkar kepala:Ibu pasien lupa Langsung menangisTidak pucat, tidak biru, tidak kuning, tidak kejangKelainan bawaan:Tidak ada

Kesan: Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan

Riwayat perkembanganPertumbuhan gigi pertama: 4 bulanPsikomotor Tengkurap: 4 bulan Duduk: 8 bulan Berdiri: 9 bulan Berbicara: 12 bulan

Kesan: Tumbuh kembang anak sesuai usia

Riwayat Imunisasi

VAKSINDasar (Umur)

BCG+2 bulan+3 bulan

DPT+2 bulan+4 bulan+6 bulan

Polio+Saat lahir+2 bulan+4 bulan+6 bulan

Campak----

Hepatitis B+Saat lahir+1 bulan+6 bulan

Kesan : Imunisasi dasar tidak lengkap

Riwayat NutrisiSusu: ASI sejak lahirMakanan padat: 13 bulanMakanan sekarang: Pasien mau makanan padat berupa nasi lunak bersama sop daging atau sayuran. Ibu pasien jarang memberikan buah. Pasien masih minum ASI dan tidak mau minum susu formula.

B. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum : tampak sakit beratKesadaran : somnolen

Tanda-tanda vital:Tekanan darah: Tidak diukurDenyut nadi: 130 x/ menitSuhu (rectal): 39CLaju nafas: 32x/menit

AntropometiLingkar kepala: 46cmLingkar dada: 48 cmLingkar lengan atas: 16 cmBerat badan: 9,1 kgTinggi badan : 85 cm

Pemeriksaan SistematisKepala:Normocephalic, rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, ubun-ubun cekungMata: Kedudukan simetris,Mata cekung, Konjungtiva anemis -/- , sklera ikterik -/-Telinga: Bentuk normal, liang telinga lapang, tampak sedikit serumen, membran timpani utuh.Hidung: Bentuk normal, deviasi septum tidak ada. Sekret tidak ada. Pernapasan cuping hidung tidak ada.Bibir: tampak keringMulut: Bentuk normal, mukosa keringLidah: mukosa kering, tidak tremor, tidak deviasi, tidak kotorTonsil: T1 T1 tidak hiperemis, tidak ada detritusFaring:Tidak hiperemis, uvula letaknya di tengahLeher: KGB tidak teraba membesar, kel.tiroid tidak teraba membesar di leher.

ThoraxParu-paru :Inspeksi: Pernapasan abdominotorakal, bentuk dada normal, tidak ada retraksi sela iga, tidak tampak massaPalpasi:Permukaan dada simetris ada statis dan dinamis, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada retraksi, vocal fremitus kiri = kanan. Perkusi: Sonor di seluruh lapang paru, batas paru hati pada interkostalis ke- 6, peranjakan sebesar 2 cmAuskultasi:Suara nafas vesikuler di seluruh lapangan paru, ronkhi -/- wheezing-/-

Jantung :Inspeksi: pulsasi ictus cordis tidak terlihatPalpasi: teraba ictus cordis pada garis midklavikula kiri sela iga IVPerkusi: tidak dilakukanAuskultasi: BJI-II normal, murmur (-), gallop(-)

AbdomenInspeksi: datar, tidak tampak massa.Palpasi: supel, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada hepatomegali, tidak ada splenomegaliPerkusi: timpani pada seluruh lapang abdomenAuskultasi:Bising usus meningkat

Anus dan Rektum: tidak ada iritasi, tidak ada bekas garukanGenitalia: laki-laki, tidak ditemukan kelainanKulit: warna sawo matang, turgor kulit menurunExtremitas (lengan & tungkai):Tonus: normotonusAkral : akral dingin, CRT > 2 detik

Tulang Belakang: bentuk normal, tidak ada kifosisi, scoliosis, gibusKulit: Warna sawo matang, tidak ada ptechiae, tidak ada lesi, tidak ada bisul.KGB: Tidak teraba pembesaran

C. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Refleks Fisiologis: Refleks BicepsPositif

Refleks TricepsPositif

Refleks PatellaPositif

Refleks AchillesPositif

Kesan : tidak ada kelainan di UMN dan LMN

Refleks Patologis: ( - )Refleks BabinskyNegatif

Klonus Pergelangan kakiNegatif

Klonus PatellaNegatif

Kesan : tidak ada kelainan di UMN

Rangsang Meningeal: ( - )Kaku kudukNegatif

Brudzinski INegatif

Brudzinki IINegatif

KernigNegatif

Lasague Negatif

Kesan: tidak ada kelainan di meningen

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Lab tanggal 26-12-2014 jam 08.26HematologiHb: 9.9% g/dl (14 18 g/dl)Leukosit: 10.500/ uL (5.000-10.000)Ht: 31 % (42-52)Trombosit: 390000 / uL (150.000-450.000)

Elektrolit kalium:127 mmol/L (135-145)natrium: 1,9mmol/L (3,5-5,5)klorida: 94 mmol/L (93-110)glukosa sewaktu: 123 mg/dl ( 15 menit 2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum, didahului kejang parsial 3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam Pada pasien didapatkan kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum, tidak berulang dalam waktu 24 jam. Hal- hal tersebut sesuai dengan kriteria kejang demam sederhana.Pada kasus ini diagnosis banding untuk gastroenteritis adalah shigellosis dan amebiasis.Pada infeksi shigella terdapat gejala panas, mual muntah, perut terasa sangat sakit, terdapat sakit kepala. Lama sakit biasa 3 7 hari. Volume tinja sedikit, frekuensinya sering, konsistensinya lembek. Kadang- kadang dapat ada darah pada tinja. Tinja berwarna merah kehijauan Terdapat leukosit pada pemeriksaan tinja. Pada pasien ini terdapat diare, demam, muntah. Pasien telah sakit selama 3 hari, frekuensi tinja sering. Tetepi pada pemeriksaan makroskopik tidak terdapat leukosit dalam tinja, dan warna tinja bukan merah kehijauan. Amoebiasis dapat bersifat amsimtomatik dan kista ditemukan pada tinjanya. Gejala dimulai sedikit demi sedikit dengan nyeri kolik perut dan gerakan usus yang sering. Diare seringkali dengan tenesmus. Tinja bercampur darah dan mengandung cukup banyak lendir dengan sedikit leukosit. Disentri amuba akut terjadi berupa serangan yang berakhir beberapa hari sampai beberapa minggu, relaps sering pada individu yang tidak diobati. Kadang- kadang disentri amuba disertai dengan serangan demam mendadak, menggigil, dan diare berat yang dapat berakibat dehidrasi dan gangguan elektrolit. Pada pasien terdapat gejala diare, demam. Terdapat dehidrasi berat dan gangguan elektrolit. Akan teteapi tidak terdapat darah dan lendir pada tinja. Pada pemeriksaan mikroskopik tinja tidak ditemukan amoeba.

Untuk kejang demam sederhana diagnosis banding yang diambil adalah meningitis dan epilepsy Meningitis adalah infeksi serius yang paling umum pada SSP. Meningitis biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus. Meningitis sering terjadi akibat penyebaran indeksi dari tempat lain di tubuh, misalnya sinus, telinga atau saluran napas bagian atas. Gambaran klinis yang ditemukan antaralain; gejala peningkatan tekanan intracranial berupa sakit kepala, penurunan kesadaran, dan muntah.Papiledema dapat terjadi pada kasus yang berat, Demam akibat infeksi, fotofobia, kaku kuduk (akibat iritasi saraf spinal).Pada pasien didapatkan gejala demam, kejang, dan muntah Terdapat penurunan kesadaran yaitu menjadi somnolen.Pada pasien angsang meningeal negative, dan tidak ada fotofobia, Epilepsi didefinisikan sebagai munculnya kejang yang tanpa provokasi lebih dari 2x dalam setahun.Keadaan ini disebabkan oleh lepasnya listrik paroksismal dalam neuron serebral yang menyebabkan berbagai pola klinis berbeda. Penyebab tersering epilepsy adalah idiopatik.Kejang biasa diprovokasi oleh kurang tidur, stress, alkool, dan kadang- kadang stimuli cahaya. Pada pasien terdapat kejang yang bersifat umum (tonik klonik), namun kejang baru terjadi sebanyak 1x dan terdapat demam sebelum kejang.Anjuran pemeriksaan pada kasus ini adalah PCR yang digunakan untuk mendeteksi asam nukleat rotavirus, biakan tinja menyingkirkan diagnosis diferensial shigellosis, analisis gas darah unutk mengetahui apakah terjadi asidosis atau alkalosis akibat diare dan dehidrasi, dan EEG melihat jika ada kelainan pada otak akibat kejang. Berdasarkan IDAI terapi yang diberikan pada semua kasus diare yang diderita anak balita adalah :1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baruKetentuan pemberian oralit formula baru: Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk persediaan 24 jam. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan sebagai berikut : Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa larutan harus dibuang.2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut Anak di bawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari Defisiensi seng sering didapatkan pada anak-anak di negara berkembang dan dihubungkan dengan menurunnya fungsi imun dan meningkatnya kejadian penyakit infeksi yang serius.3. ASI dan makanan tetap diteruskan Sesuai umur anak dengan menu yang sama pada waktu anak ssehar untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang.

4. Antibiotik selektif

5. Nasihat kepada orang tuaKembali segera jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari.

Menurut IDAI pengobatan diare yang disertai dehidrasi berat adalah menggunakan TRP (terapi rehidrasi parenteral).Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis 100 ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk < 1 tahun 1 jam pertama 30 cc/kgBB, diLanjutkan 5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Diatas 1 tahun 12 jam pertama 30 cc/kgBB dilanjutkan 2 12 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Pada pasien ini dapat diberikan IVFD ringer laktat 270 cc dalam jam dan dilanjutkan dengan 630 cc dalam 2 jam berikutnya. KA-EN 3B merupakan larutan rumatan untuk memenuhi kebutuhan air dan elektrolit.Pada kasus ini pasien tiba di RS dengan keadaan tidak kejang maka menurut konsensus penatalaksanaan kejang demam IDAI denganpemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C.Jadi pasien ini dapat diberikan diazepam oral 2.7 mg (3x1) atau diazepam rektal 3.5 mg (3x1) jika suhu > 38,5 0C.Prognosis ad vitam adalah dubia ad bonam, karena pemberian terapi cairan secara dini akan menurunkan angka mortalitas. Ad fungsionam adalah dubia ad bonam karena didapatkan perbaikan klinis yang bermakna pada follow up. Ad sanationamnya adalah dubia ad bonam karena dengan edukasi yang tepat kepada orang tua pasien maka kemungkinan kejadian ulang diare dengan dehidrasi berat adalah kecil.Pada hari pertama tanggal 26 Desember 2014, pasien diobservasi di ruang HCU RSSD. Pasien demam tinggi pada waktu mulai masuk ruang perawatan, dan dalam 18 jam berikutnya, suhu tubuh pasien naik turun, dengan suhu tertinggi 390C dan suhu terendah 37,2 0C. Kesadaran pasien compos mentis, keadaan umum tampak sakit sedang, dengan tekanan darah antara 93/47 sehingga 106/64 mmHg. Bacaan nadi pula antara 121-146 kali permenit, frekuensi napas antara 27-38 kali permenit, dan suhu antara 37,2 39 0C. Input cairan selama 24 jam adalah 1658 cc sementara output pula sebanyak 1232 cc.Pada hari kedua tanggal 27 desember 2014, pasien mengeluh BAB cair 3x sehari, nafsu makan menurun dan tidak mau minum susu LLM. Pasien juga sempat mengalami demam. Kesadaran kompos mentis, keadaan umum tampak sakit sedang, dengan suhu : Suhu : 37.3 39.1 0C, Tekanan darah : 110/65 91/54 mmHg, Nadi : 121 145 x/menit, Frekuensi nafas : 28 35 x/menit dan balance cairan 1330 751,5 = 578,5 cc. Pasien diberikan pengobatan berupa Phenitoin 2x 25 mg drip IV dalam NaCl 25 cc sebagai pengobatan kejang, Ceftriaxone 2 x 500 IV (antibiotic), Metamizole 0.4 cc, KCl/ KSR 2 x 1 py, Nifuroxazide 3x cth dan Paracetamol syrrup 3 x cth sebagai obat demam.Pada hari ketiga tanggal 28 desember 2014, pasien memaklumkan BAB kali terakhir sedikit cair disertai ampas. Pasien juga menyangkal ada muncul demam, mual atau muntah dalam 24 jam terakhir. Keadaan umum pasien tampak sakit ringan, kesadaran compos mentis, Suhu direkodkan 36.90C, Nadi : 106x/mnt, frekuensi napas : 42x/mnt. Pada pemeriksaan fisik, pada inspeksi torak ditemukan keadaan datar, pernapasan abdominotorakal, retraksi (-). Pada palpasi ditemukan nyeri tekan (-), benjolan (-), VF kiri = kanan. Pada perkusi ditemukan sonor di seluruh lapangan paru. Auskultasi pula ditemukan suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-). Pada pemeriksaan jantung pula, inspeksi : ictus cordis tidak terlihat. Palpasi : ictus cordis pada linea midklavikularis interkostalis ke- 5, kuat angkat.. Perkusi : Tidak dapat dinilai. Auskultasi : BJ I, II normal. Murmur (-), gallop (-). Pada pemeriksaan abdomen, ditemukan pada inspeksi : datar, tidak tampak massa. Palpasi : nyeri tekan (-). Perkusi : Timpani di seluruh lapangan abdomen. Auskultasi : Bising usus (+). Pasien mendapat pengobatan berupa : Phenitoin 2 x 10 mg drip, Ceftriaxon 2 x 500 mg injeksi IV, Nifuroxazide 3x cth dan Paracetamol syrrup 3 x cth.

TINJAUAN PUSTAKA

Kejang Demam

DefinisiKejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tuuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.

PenjelasanKejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan- 5 tahun.Kejang disertai demam pada bayi berumur kurnag dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkian lain misalnya infeksi SSP atau epilepsy yang kebetulan terjadi bersama demam.

KlasifikasiC. Kejang Demam SederhanaKejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.D. Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini: 1. Kejang lama > 15 menit 2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum, didahului kejang parsial 3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam Pemeriksaan Penunjang

A. Pemerksaan laboratoriumPemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demam. Pemeriksaan labora- torium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah B. Pungsi lumbalPemeriksaan cairans erebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis.Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau meny- ingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada: 1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan 2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan 3. Bayi > 18 bulan tidak rutin Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

C. ElektroensefalografiPemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat mem prediksi berulangnya kejang, atau memperkirakan ke- mungkinan kejadian epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan

D. PencitraanFoto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan (CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti: 1. Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis) 2. Paresis nervus VI 3. Papiledema Prognosis Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan.Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan kelainan neu- rologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.

Kemungkinan mengalami kematianKematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan

Kemungkinan berulangnya kejang demamKejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah :1. Riwayat kejang demam dalam keluarga 2. Usia kurang dari 12 bulan3. Temperatur yang rendah saat kejang4. Cepatnya kejang setelah demam Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%, sedangkan bila tidak terdapat fak- tor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya 10%-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.Penatalaksanaan Saat KejangBiasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang kejang sudah berhenti.Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg. Atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau dosis 7.5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun.Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberi- kan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg.

Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.Pemberin Obat Pada saat Demam AntipiretikDosis parasetamol yang digunakan adalah 10 15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/ kg/kali ,3-4 kali sehari AntikonvulsanPemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30%- 60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/ kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 0C .

Edukasi Menyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik. Memberitahukan cara penanganan kejang. Memberikaninformasimengenaikemungkinan kejang kembali Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping.

Gastroenteritis Akut dengan Dehidrasi Berat

Definisi Diare akut atau gastroenteritis akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja mejadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu

PenjelasanMerupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian tersebut terjadi di negara berkembang.Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.

PenyebabBakteriVirus Parasit

Aeromonas Salmonella Bacillus cereus Shigella Campylobacter jejuni Staphylococcus aureus Clostridium perfringens Vibrio cholera Clostridium defficile Vibrio parahaemolyticus Escherichia coli Yersinia enterocolitica Plesiomonas shigeloides

Astrovirus Rotavirus Calcivirus (Norovirus, Sapovirus) Norwalk virus Enteric adenovirus Herpes simplex virus Coronavirus Cytomegalovirus

Balantidium coli Giardia lamblia Blastocystis homonis Isospora belli Cryptosporidium parvum Strongyloides stercoralis Entamoeba histolytica Trichuris trichiura

DiagnosisAnamnesisPada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada / tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah: volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6 8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: memberi oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan riwayat imunisasinya.

Pemeriksaan fisikPada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: tanda-tanda vital dan kondisi pertumbuhan anak seperti berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata : cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

Pemeriksaan penunjangPada pemeriksaan penunjang perlu diperiksa Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah. Tinja : makroskopis dan mikroskopis

Derajat dehidrasiDerajat dehidrasi menurut MMWR 1992 :Simptom Minimal atau tanpa dehidrasi kehilangan BB < 3%Dehidrasi Ringan - Sedang, Kehilangan BB 3 % - 9 % Dehidrasi Berat Kehilangan BB > 9%

Kesadaran BaikNormal, lelah, gelisah, irritable Apathis, letargi, tidak sadar

Denyut jantung NormalNormal - meningkat Takikardi, bradikardia pada kasus berat

Kualitas nadi NormalNormal melemah Lemah, kecil, tidak teraba

Pernapasan NormalNormal cepat Dalam

Mata NormalSedikit cowong Sangat cowong

Air mata AdaBerkurang Tidak ada

Mulut dan lidah BasahKering Sangat kering

Cubitan kulit Segera kembaliKembali < 2 detik Kembali > 2 detik

Capillary refill NormalMemanjang Memanjang, minimal

Extremitas HangatDingin Dingin, mottled, sianotik

Kencing NormalBerkurang Minimal

PengobatanNon medika mentosa1. Terapi rehidrasi

2. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolitHiponatremia (Na