Top Banner
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA RUMAH SAKIT HUSADA Hari, Tanggal Presentasi Kasus: Sabtu, 8 November 2014 I. IDENTITAS PASIEN Nama lengkap : An. TAR Tanggal Lahir : 27 May 2013 Umur : 1 tahun 5 bulan Jenis kelamin : Laki-laki Alamat : Jl. Tanah Sereal No.40 Rt/Rw 009/009, Kelurahan Tanah Sereal, Jakarta Barat Agama : Islam Suku bangsa : Jawa Tanggal masuk RS : 28 Oktober 2014 IDENTITAS ORANG TUA Ayah Nama lengkap : Tn. B Umur : 38 tahun Suku bangsa : Jawa Alamat : Jl. Tanah Sereal No.40 Rt/Rw 009/009, Kelurahan Tanah Sereal, Jakarta Barat
46

Case Dr Roes

Jan 17, 2016

Download

Documents

Erwin Tanady

case
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Case Dr Roes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

RUMAH SAKIT HUSADA

Hari, Tanggal Presentasi Kasus: Sabtu, 8 November 2014

I. IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : An. TAR

Tanggal Lahir : 27 May 2013

Umur : 1 tahun 5 bulan

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Tanah Sereal No.40 Rt/Rw 009/009, Kelurahan Tanah Sereal, Jakarta Barat

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa

Tanggal masuk RS : 28 Oktober 2014

IDENTITAS ORANG TUA

Ayah

Nama lengkap : Tn. B

Umur : 38 tahun

Suku bangsa : Jawa

Alamat : Jl. Tanah Sereal No.40 Rt/Rw 009/009, Kelurahan Tanah

Sereal, Jakarta Barat

Agama : Islam

Pendidikan : Tamat SMA

Pekerjaan : Karyawan swasta

Penghasilan : ± Rp 4.400.000

Page 2: Case Dr Roes

Ibu

Nama lengkap : Ny. D

Umur : 34 tahun

Suku bangsa : Jawa

Alamat : Jl. Tanah Sereal No.40 Rt/Rw 009/009, Kelurahan Tanah

Sereal, Jakarta Barat

Agama : Islam

Pendidikan : Tamat SMA

Pekerjaan : Karyawan swasta

Penghasilan : ± Rp 3.000.000

Hubungan dengan orang tua : Anak kandung

II. ANAMNESIS

Alloanamnesis : Orang tua pasien, pada tanggal 29 Oktober 2014, pukul 11.00

WIB

Keluhan utama : BAB cair sejak 11 jam SMRS

Keluhan tambahan : Demam, batuk

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

5 hari SMRS pasien dirawat di RS Sumber Waras atas keluhan demam, batuk dan

pilek. Pasien pulang 3 hari kemudian tanpa keluhan. 12 jam SMRS pasien mula panas

kembali disertai mencret, muntah, dan batuk jarang-jarang. Pasien di bawa ke klinik dan

diberi obat penurun panas dan puyer namun tiada perbaikan. Pasien mencret 7 kali dalam 12

jam terakhir. Warna kekuningan tanpa ampas. Isinya cuma air, lendir tidak ada, darah tidak

ada. Sewaktu di rumah suhu diukur 39.5oC dan diberi obat penurun panas. Riwayat kejang

disangkal oleh ibu pasien. BAK lancar dan warnanya agak pekat. Pasien masih mau minum

tetapi lebih suka minum air putih berbanding susu. Nafsu makan pasien menurun. Pasien juga

batuk, tidak sering, tiada dahak, tanpa pilek. Pasien disangkal mengalami sesak nafas.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Page 3: Case Dr Roes

5 hari SMRS pasien dirawat di RS Sumber Waras dan didiagnosa menderita bronkopneumonia. Sebelumnya, pasien tidak pernah dirawat inap di rumah sakit.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang serupa.

SILSILAH KELUARGA (FAMILY’S TREE)

Ayah Ibu

Pasien adalah anak tunggal dan merupakan anak kandung dari kedua orang tuanya. Ibu pasien

sedang mengandung anak kedua. Usia kehamilan 7 bulan.

DATA KELUARGA

AYAH/WALI IBU/WALI

Umur (thn) 38 tahun 34 tahun

Perkawinan ke 1 1

Kosanguinitas Tidak Ada Tidak ada

Keadaan Kesehatan/ Penyakit bila ada Sehat Sehat

RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

Kehamilan

Perawatan antenatal : Teratur di dokter sebulan sekali sampai kehamilan 7 bulan, dan

sebulan 2 kali pada kehamilan 7-8 bulan.

Penyakit kehamilan : Preeklampsia berat

Kelahiran

34 tahun38 tahun

1 th 5 bulan

Page 4: Case Dr Roes

Tempat kelahiran : Rumah Sakit Bersalin

Penolong persalinan : Dokter Sp OG

Cara persalinan : Section Cesarean

Masa gestasi : Kurang bulan (35 minggu)

Keadaan bayi : Berat badan lahir : 3100 gram

Panjang badan lahir : 47 cm

Lingkar kepala : 33 cm

Sianosis : ( - )

Ikterik : ( - )

Kejang : ( - )

Kelainan bawaan : Tidak ada

Nilai APGAR : Ibu pasien mengatakan bayinya langsung

menangis, suara nyaring, kulit kemerahan,

dan bergerak aktif. APGAR Score

diperkirakan 8

Kurva Lubchenko

Kesan : Neonatus kurang bulan besar masa kehamilan (NKB-BMK)

Berat Badan Lahir diatas persentil 90

Page 5: Case Dr Roes

RIWAYAT PERTUMBUHAN

Umur Berat Badan

0 tahun 3100 gram

1 tahun 5 bulan 10,3 kg

Kesan: Riwayat pertumbuhan pasien saat ini, BB pasien sekarang sesuai dengan usianya.

RIWAYAT PERKEMBANGAN

Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan

Motor Kasar Bicara

Mengangkat kepala : 2 bulan Mengoceh : 3 bulan

Miring : 3 bulan Ucap 1 kata : 5 bulan

Tengkurap : 4 bulan Menyusun kalimat : 14 bulan

Duduk : 6 bulan

Merangkak : 6 bulan

Berdiri : 10-11 bulan

Berjalan : 13 bulan

Berlari : 15-16 bulan

Motor Halus Adaptif Sosial

Memegang benda : 4 bulan Mengenal orang lain : 3 bulan

Memindah benda : 6 bulan Bermain tepuk tangan : 5 bulan

Kesan: Riwayat perkembangan pasien sesuai dengan usia (Skala Denver II)

RIWAYAT IMUNISASI

Program Pengembangan Imunisasi (PPI) / Diwajibkan

Imunisasi Waktu Pemberian

Bulan Booster (tahun)

0 1 2 3 4 5 6 9 12 18 5 6 12

Page 6: Case Dr Roes

BCG I

DTP I II III

Polio I II III IV

Hepatitis B I II III

Campak I

Non-PPI / Dianjurkan :

Vaksin Usia

Hepatitis A - - - -

HiB - - - -

Typhim - - - -

MMR - - - -

Varicela - - - -

Pneumokokus - - - -

Kesan: Riwayat Imunisasi dasar lengkap, belum melakukan booster.

Imunisasi non-PPI tidak dilakukan.

Riwayat Makanan

Usia (bulan) ASI / PASI Buah / BiskuitBubur Susu Nasi Tim

0 – 6 ASI ad libitum on demand

6 – 8

ASI ad libitum

PASI (SGM) 4x80cc Milna (1x) 1x Nasi tim saring

mangkok kecil 1x

8 – 10

ASI ad libitum

PASI (SGM) 6x80ccBuah (1x) , Milna

(1x) 2x

 Nasi tim saring cincangan

wortel/hati/ikan/daging mangkok kecil 2x

10 – 12 ASI ad libitum

PASI (SGM) 6x100cc

Buah (1x) , Milna (1x)

1 x  Nasi tim saring cincangan

wortel/hati/ikan/daging mangkok sedang

Page 7: Case Dr Roes

2x

12 - sekarang PASI (SGM) 6x100cc Buah (2x) -

Nasi tim kasar cincangan

wortel/hati/ikan/daging mangkok sedang

2x

Dilatih makan menu keluarga

Kesan : kualitas dan kuantitas makanan cukup baik.

DATA PERUMAHAN

Kepemilikan Rumah : Milik orang tua pasien

Keadaan Rumah : 1 rumah ditinggali 3 orang (ayah, ibu, dan pasien), terdiri diri 2

kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang tamu yang

juga berfungsi sebagai ruang keluarga.

Ventilasi : Terdapat jendela di masing-masing kamar, 1 jendela di ruang

tamu sehingga sinar matahari dapat masuk ke rumah, 2 jendela

di dapur. Terdapat lubang udara di atas tiap pintu sebagi tempat

pertukaran udara.

Cahaya : Sinar matahari dapat masuk ke ruang tamu dan kamar. Terdapat

lampu dengan sinar putih di setiap ruangan (kamar tidur, kamar

mandi, ruang tamu, dapur).

Keadaan Lingkungan : Sanitasi lingkungan cukup baik, selokan depan rumah lancar,

rumah berdempetan dengan rumah tetangga.

Kesan : Kondisi rumah, ventilasi, pencahayaan, dan kondisi lingkungan rumah cukup baik.

Page 8: Case Dr Roes

III. PEMERIKSAAN FISIK

Tanggal : 29 Oktober 2014 Jam : 11.00 WIB

PEMERIKSAAN UMUM

Keadaan umum : Tampak sakit sedang, gelisah, rewel.

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda vital :

Frekuensi nadi : 132 x/menit

Frekuensi napas : 30 x/menit

Suhu : 37,8oC

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Data Antropometri

- Berat badan : 10,3 kg (berdasarkan kurva NCHS, perbandingan usia dengan

Berat badan terletak di antara persentil 10 dan 25)

- Panjang badan : 80 cm (berdasarkan kurva NCHS, perbandingan usia dengan

panjang badan terletak di antara persentil 25 dan 50)

Page 9: Case Dr Roes

Kurva berat badan menurut tinggi badan umur 0-5 tahun, laki-laki maupun perempuan.

Kesan : status gizi baik

PEMERIKSAAN SISTEMATIS

Kepala : Bentuk dan ukuran normocephali, rambut hitam, distribusi merata, tidak

mudah dicabut, ubun-ubun belum menutup dan agak cekung.

Mata : Bentuk simetris, palpebra superior tidak tampak cekung, palpebra inferior

tampak cekung. Kedudukan kedua bola mata dan alis mata simetris,

konjungtiva agak anemis +/+, sklera ikterik -/-, kornea kanan dan kiri jernih,

pupil kanan dan kiri bulat simetris (2 mm/ 2mm), refleks cahaya +/+, air mata

+/+.

Telinga : Bentuk normotia, MAE kiri dan kanan lapang, kedua membran timpani utuh,

hiperemis -/-, bulging -/-, reflex cahaya +/+, serumen -/-.

Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-.

Page 10: Case Dr Roes

Bibir : Mukosa bibir agak pucat dan sedikit kering, sianosis (-).

Mulut : Bentuk normal, mukosa pipi tidak pucat dan tidak kotor

Lidah : Bentuk dan ukuran normal, tidak kotor

Tonsil : T1-T1

Faring : hiperemis (+), uvula di tengah

Leher : Bentuk tidak ada kelainan, KGB tidak teraba membesar.

Toraks :

Paru :

Inspeksi : Bentuk normal, simetris dalam keadaan statis dan dinamis, tidak ada retraksi

sela iga.

Palpasi : Pengembangan dada kanan dan kiri simetris.

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.

Auskultasi : Rhonki (+/+), wheezing (-/-).

Jantung :

Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis.

Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di sela iga ke V garis midclavicula sinistra.

Perkusi : Tidak dilakukan.

Auskultasi :Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-).

Abdomen :

Inspeksi : Datar, tidak tampak gambaran vena, tidak tampak gerakan peristaltik usus.

Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-).

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen.

Auskultasi : Bising usus (+) meningkat

Genitalia eksterna : Laki-laki, sirkumsisi belum, anus lesi (-).

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), deformitas (-), sianosis (-) perfusi

perifer baik, nadi penuh.

Kulit : Sawo matang, sianosis (-), pucat (+), turgor kulit agak

menurun.

Page 11: Case Dr Roes

IV. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Laboratorium tanggal 28 Oktober 2014.

Darah rutin Hasil Satuan Nilai Normal

HEMATOLOGI

Laju Endap Darah 5 mm/jam 0 - 10

Hemoglobin 10.7 g/dL 10.7 - 14.7

Hematokrit 30 % 31 – 43

Jumlah Leukosit 8.2 10^3/µL 5.5 – 15.5

jumlahTrombosit 187 ribu/µL 150 – 450

MCV 73 fL 73 – 101

MCH 25 pg/mL 23 - 31

MCHC 34 g/dL 26 – 34

HITUNG JENIS

Basofil 0 % 0 – 1

Eosinofil

Neutrofil Batang

3

1

%

%

1 - 5

0 - 8

Neutrofil Segmen 68 % 25 – 60

Limfosit 25 % 25 – 50

Monosit 3 % 1 – 6

Eritrosit 4.06 juta/µL 3.60 – 5.20

Retikulosit 0.77 % 0.5 – 2.0

Analisa feses tanggal 29 Oktober 2014 jam 16.26

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

Page 12: Case Dr Roes

Analisa feses

Makroskopik

Warna

Konsistensi

Pus

Lendir

Darah

Mikroskopik

Leukosit

Eritrosit

E.coli

E.hystolytica

Telur cacing Ascaris

Telur cacing Ankylostoma

Telur cacing Oxyuris

Telur cacing Trichiuris

Sisa pencernaan

Serat otot

Serat tumbuhan

Amilum

Lemak

Kuning muda

Seperti bubur

Negatif

Negatif

Negatif

12

0

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

-

-

-

-

-

/lpb

/lpb

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Negatif

Negatif

Negatif

0-1

0-1

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

V. RESUME

Pasien anak laki-laki berusia 1 tahun 5 bulan, dengan keluhan bab mencret kurang

lebih 7 kali 12 jam SMRS. Mencret disertai demam dan batuk jarang-jarang. Warna bab

kekuningan tanpa ampas. Isinya cuma air, lendir tidak ada, darah tidak ada. 5 hari SMRS

pasien dirawat di RS Sumber Waras dan didiagnosa bronkopneumonia.

Riwayat kehamilan dan persalinan: Neonatus kurang bulan – besar masa kehamilan

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan: Sesuai dengan usia

Page 13: Case Dr Roes

Riwayat imunisasi: Imunisasi dasar lengkap

Riwayat makan: Kualitas dan kuantitas cukup baik

Data antropometri: Kesan status gizi baik

Tanda-tanda vital :

Frekuensi nadi : 132 x/menit

Frekuensi napas : 30 x/menit

Suhu : 37,8oC

Tekanan darah : 100/70 mmHg

PF :

Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, anak gelisah, rewel, suhu 37,8oC.

Ubun-ubun dan palpebral inferior agak cekung

Konjungtiva agak anemis. Air mata (+)

Turgor kulit menurun

Mukosa bibir tampak pucat dan sedikit kering

Faring hiperemis

Ronkhi (+/+)

Bising usus meningkat

VI. DIAGNOSIS KERJA

Gastroenteritis akut et causa infeksi bakteri dengan dehidrasi ringan-sedang

VII. DIAGNOSIS BANDING

- Bronkopneumonia

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN

- cek elektrolit

- foto rontgen thoraks

IX. PENATALAKSANAAN

Non medika mentosa

Page 14: Case Dr Roes

- Tirah baring

- Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

- Kompres bila perlu

Medika mentosa

- IVFD Kaen 3B 135mL/kgBB/hari (1107 mL/hari), nilai status hidrasi, balans

cairan, dan urin output (0,5-1mL/kgBB/jam).

- Inj. Ceftriaxon 1 x 500 mg

- Amikasin IV 1 x 125 mg

- Farmadol 4 x 125 mg

- Orezinc syr 1x1cth selama 10-14 hari

- Probiotik (Lacto B) 2 x 1 sachet

- Oralit ad libitum

- Diit lunak

Edukasi

- Kebersihan diri dan lingkungan sekitar dijaga. Sering membersihkan tangan anak

dengan tissue basah ataupun cuci tangan, bersihkan pula mainannya sebelum

digunakan.

- Tempat botol susu maupun tempat makan dijaga kebersihannya dan menggunakan

air matang.

- Makan makanan yang bergizi, bersih, dan matang

- Setelah mengganti popok jangan lupa mencuci tangan sebelum memegang anak.

X. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam.

Ad functionam : dubia ad bonam.

Ad sanationam : dubia ad bonam.

FOLLOW UP

29 Oktober 2014

S Pasien BAB cair 5 kali, warna kuning, ampas (-), darah (-), lendir (-), muntah (-),

Page 15: Case Dr Roes

demam(+), batuk (+), BAK (+) nafsu makan/minum berkurang

O KU : tampak sakit sedang, irritable

Kesadaran : compos mentis.

Frekuensi nadi : 110 x/menit.

Frekuensi napas : 28 x/menit.

Suhu : 38,0oC.

Pemeriksaan fisik:

Ubun-ubun cekung (+), mata cekung (+), bibir pucat (-), turgor kulit membaik.

Harsh breath sound

A - Gastroenteritis akut dalam perbaikan

P - Terapi dilanjutkan, observasi input dan output cairan

- Ventolin Nebules 5 mg

- Oksigen 3 L/menit

30 Oktober 2014

S BAB 3 kali, ampas (+) warna kuning, darah (-), lender (-), mual (-), demam(-), BAK

(+), panas sudah turun. Kurang mau minum susu.

O KU : tampak sakit ringan, bayi tampak aktif

Kesadaran : compos mentis.

Frekuensi nadi : 102 x/menit.

Frekuensi napas : 28 x/menit.

Suhu : 37,4oC.

Ubun-ubun cekung (-), mata cekung (-), bibir pucat (-), turgor kulit membaik.

A - Gastroenteritis akut dalam perbaikan.

P - Terapi dilanjutkan

- Ventolin Nebules 5 mg stop

31 Oktober 2014

S BAB 1 kali, ampas (+) semakin banyak. warna kuning, darah (-), lender (-),

demam(-), BAK (+). Makan/minum mau. Ibu pasien minta pulang.

O KU : tampak sakit ringan, bayi tampak aktif

Page 16: Case Dr Roes

Kesadaran : compos mentis.

Frekuensi nadi : 110 x/menit.

Frekuensi napas : 28 x/menit.

Suhu : 37,1oC.

Ubun-ubun cekung (-), mata cekung (-), bibir pucat (-), turgor kulit membaik.

A - Gastroenteritis akut dalam perbaikan.

P - Pasien pulang hari ini

- Control selasa siang

- Resep obat pulang:

- Bactricid 240mg/ml 2x5ml untuk 5 hari

- Lacto B dan orezinc dilanjutkan untuk 10 hari

TINJAUAN PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

Diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak yang

merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di Negara berkembang. Diperkirakan episode

diare di Indonesia masih berkisar sekitar 60 juta dengan kematiannya sebanyak 200.000 – 250.000.

Sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan.

Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan

Page 17: Case Dr Roes

elektrolit melalui tinjanya. Di Negara berkembang prevalensi yang tinggi dari penyakit diare

merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, kurang kalori protein yang menyebabkan

turunnya daya tahan badan.

Hasil survey SKRT ( Survei Kesehatan Rumah tangga ) tahun 1986 angka kematian karena

diare merupakan 12% di antara seluruh angka kematian kasar yang besarnya 7 / 1000 penduduk.

Angka ini merupakan angka tertinggi di antara semua penyebab kematian.

Dari hasil morbiditas oleh DepKes di 8 propinsi pada tahun 1989, 1990 dan 1995 berturut –

turut morbiditas diare menunjukan 78,5%, 103% dan 100%, apalagi dengan terjadinya krisis

ekonomi, angka kejadian diare menunjukkan kenaikan. Bahkan gangguan kesehatan maupun

penyakit yang terkait dengan diare seperti gangguan gizi dan ISPA juga menunjukkan kenaikan yang

nyata.

Diare merupakan penyebab penting kekurangan gizi . Hal ini disebabkan karena adanya

anoreksia pada penderita diare sehingga ia makan lebih sedikit daripada biasanya dan kemampuan

menyerap sari makanan juga berkurang padahal kebutuhan sari makanan meningkat akibat adanya

infeksi. Setiap episode diare menyebabkan kekurangan gizi , sehingga bila berkepanjangan akan

berdampak terhadap pertumbuhan. Namun pada saat ini sudah tersedia cara pengobatan yang

mudah dan efektif yang dapat menurunkan secara bermakna jumlah kematian karena diare sehingga

penderita tidak perlu dirawat di RS serta mencegah efek buruk diare pada status gizi anak.

BAB II

I S I

BATASAN

Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan , bertambahnya cairan atau

bertambah banyaknnya tinja yang dikeluarkan dan tidak lebih dari 1 minggu. Apabila diare

berlansung antara 1 sampai 2 minggu maka dikatakan sebagai diare yang berkepanjangan.

Page 18: Case Dr Roes

Diare dikatakan sebagai keluar tinja berbentuk cair sebanyak 3x atau lebih dalam 24 jam

pertama dengan temperature rectal > 38° C, kolik dan muntah. Menurut Cohen MB ( 1996 ) diare

akut didefinisikan sebagai keluarnya BAB sekali atau lebih yang berbentuk cair dalam 1 hari dan

berlangsung < 14 hari. Shahid NS mengemukakan bahwa diare sebagi episode keluarnya tinja cair

sebanyak 3x atau lebih dari sekali keluarnya tinja cair yang berlendir atau berdarah dalam sehari

EPIDEMIOLOGI

Di Negara berkembang, diare akut maupun kronik masih tetap merupakan masalah

kesehatan utama. Penelitian WHO mendapatkan bahwa episode diare pada bayi dan balita berkisar

antara 2 – 8x / tahun. Sebagian besar diare berlangsung antara 2 – 5 hari, namun sekitar 3 – 20%

berlangsung > 5 hari, bahkan dapat > 2 minggu dan menjadi diare kronik.

Misnadiarly menyebutkan bahwa diare dapat terjadi pada anak-anak, dewasa turis atau

wisatawan asing maupun domestic. Diare pada turis dan anak sekolah tentunya sangat erat

kaitannya dengan pencemaran air dan makanan di restoran, kantin maupun makanan yang dijajakan

di jalanan.

Di Indonesia, kematian karena diare sekitar 200.000 – 250.000 setahun, 20% diantaranya

disebabkan oleh diare kronik. Selain menyebabkan kesakitan dan kematian, diare akut dan kronik

juga merupakan penyebab utama malnutrisi dan penghuni terbanyak rawat mondok di RS.

Berbagai factor mempengaruhi kejadian diare, diantaranya karena factor lingkungan, usia,

gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan social ekonomi dan perilaku masyarakat.

Berdasarkan cara penyebaran kuman. Cara penularan umumnya adalah orofecal :

1. makanan dan minuman yang terkontaminasi enteropatogen

2. kontak langsung dengan penderita atau barang-barang yang tercemar tinja penderita

melalui lalat ( 4F=Food, Feces, Finger, Fly )

Berdasarkan faktor resiko . Faktor resiko yang menaikkan transmisi enteropatogen adalah:

1. tidak tersedia air bersih

2. tercemarnya air oleh tinja

3. kurangnya sarana MCK

4. higiene perorangan dan lingkungan yang buruk

5. penyimpanan makanan yang tidak gigienis

6. cara penyapihan bayi yang tidak baik

Page 19: Case Dr Roes

Berdasarkan faktor pejamu . Beberapa faktor resiko pada pejamu yang menaikkan kerentanan

terhadap enteropatogen antara lain : malnutrisi, BBLR, imunodefisiensi atau imunodepresi serta

faktor genetik.

Berdasarkan umur . Kebanyakan episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden

paling tinggi pada golongan umur 6 – 11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping.

Berdasarkan pengaruh iklim . Di Indonesia, diare yang disebabkan oleh Rotavirus dapat terjadi

sepanjang tahun, frekuensinya menaik pada musim kemarau ( Juli – Agustus ), sedangkan puncak

diare karena bakteri ada pada musim hujan ( Januari – Februari )

Berdasarkan epidemi dan pandemi . Vibro cholerae 0,1 dan Shigella dysentriae tipe 1 merupakan 2

jenis enteropatogen yang dapat menyebabkan epidemi dan pandemi.

ETIOLOGI

Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa factor, yaitu :

1. Faktor infeksi

a) Infeksi enteral = infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare

pada anak, meliputi :

- Infeksi bakteri : Aeromonas hidrophilia, Bacillus cereus, Campylobacter

jejuni, Clostridium Sp, E-coli, Salmonella spp, Shigella spp, Staphylococcus

aureus, Vibria cholera, Yersinia enterocolitica, dsb.

- Infeksi virus : Adenovirus, Rotavirus, Virus Norwalk, Astrovirus, Calicivirus,

Coronavirus, Enterovirus ( virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelities ), dll.

- Infeksi parasit : Cacing ( Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,

Strongyloides stercoralis ), Protozoa ( Entamoeba histolytica, Giardia

Lamblia, Trichomonas hominis ), Jamur ( Candida albicans ), dll.

b) Infeksi parenteral = infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti OMA,

tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dsb.

2. Faktor malabsorpsi

a. Malabsorpsi karbohidrat : yang terpenting dan tersering untuk intoleransi laktosa

b. Malabsorpsi lemak

c. Malabsorpsi protein

3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.

Page 20: Case Dr Roes

PATOFISIOLOGI

Berdasarkan patofisiologinya maka penyebab diare dibagi menjadi :

1. Diare sekretorik, yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, kuman pathogen dan a

pathogen,hiperperistaltik usus, gangguan psikis, hawa dingin, alergi dan imunodefisiensi

SIgA.

Mekanisme : sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus meningkat akibat rangsangan

oleh toksin pada mikosa usus atau dinding usus.

2. Diare osmotic, yang dapat disebabkan oleh malabsorpsi makanan, kekurangan kalori protein

( KKP ) atau bagi BBLR dan bayi baru lahir.

Mekanisme : makanan atau zat yang tidak dapat diserap menyebabkan tekanan osmotic

dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit

ke dalam rongga usus yang merangsang usus untuk mengeluarkannya . Jika

berupa larutan isotonic, air dan bahan yang larut di dalamnya akan lewat

tanpa diabsorpsi.

Mekanisme Patogenesis berdasarkan penyebab

Virus

Virus terbanyak penyebab diare adalah rotavirus ( 30-40% ). Virus masuk ke dalam traktus digestivus

bersama makanan dan minuman kemudian berkembang biak dalam usus. Lalu virus masuk dalam

epitel vili usus halus dan menyebabkan kerusakan apical vili usus halus dan pemendekan vili . Sel

epitel usus halus bagian apical akan diganti oleh sel dari bagian kripta yang belum matang yang

berbentuk kuboid atau gepeng, sehingga tidak dapat berfungsi untuk menyerap air dan makanan

dengan baik. Akibatnya terjadi diare osmotic karena usus mensekresi air dan elektrolit. Biasanya

diare karena virus tidak berlangsung lama dan dapat sembuh tanpa pengobatan . Penyembuhan

terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel vilinya menjadi matang.

Bakteri

Bakteri penyebab diare dibagi menjadi bakteri non infasif ( Vibrio cholerae, E-coli pathogen ) dan

bakteri infasif ( Salmonella spp, Shigella spp, EIEC,EHEC, Campylobacter spp ).

Bakteri masuk kedalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak dan mengeluarkan toksin

yang merangsang epitel usus sehingga terjadi peningkatan aktifitas enzim adenil siklase ( Labile toxin

= LT ) atau enzim guanil siklasel ( Stable toxin = ST ). Akibatnya terjadi peningkatan AMP atau GMP

Page 21: Case Dr Roes

yang merangsang sekresi Cl, Na dan H20 dari dalam sel ke lumen usus serta menghambat absorpsi

Na, Cl dan H20 dari lumen usus ke dalam sel , sehingga terjadi hiperistaltik akibat hiperosmoler.

Protozoa

Giandia lamblia dan chryptosporidium menempel pada epitel usus halus dan menyebabkan

pemendekan vili.

Entamoeba histolitica menginvasi epitel mukosa di kolon atau ileum yang menyebabkan mikroabses

dan ulkus.

JENIS – JENIS DIARE

DIARE AKUT

Definisi = diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi

dan anak yang sebelumnya sehat dengan frekuensi 3x / lebih per hari disertai perubahan

tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah. Penyebab terpenting diare cair akut

di Negara berkembang adalah : rotavirus, ETEC ( Enterotoxigenic E-coli ), Shigella,

Campylobacter jejuni dan Cryptosporidium. Di beberapa tempat Vibrio cholerae 01,

Salmonella dan EPEC ( enteropatogenik E-coli ) juga merupakan penyebab penting.

Akibat-akibat diare cair akut

- Dehidrasi isotonic : - kehilangan air & Na dalam proporsi sama dengan

keadaan normal dalam cairan ekstraseluler

- konsentrasi Na serum normal (130-150 mmol/L)

- osmolaritas serum normal (275-295 mOsmol/L)

- hypovolemia

- gambaran klinik : extremitas dingin & berkeringat

kesadaran menurun, shock hipovolemik

- Dehidrasi hipertonik: - kekurangan air & Na tetapi proporsi

( hipernatremik ) kekurangan air lebih banyak

- konsentrasi Na serum meningkat (>150 m

Osmol/L)

Page 22: Case Dr Roes

- osmolaritas serum meningkat (>295 m

Osmol/L)

- gambaran klinik: anak sangat irritable

- Dehidrasi hipotonik: - kekurangan Na secara relatif lebih banyak

- konsentrasi Na serum rendah (<130 mmol/L)

- osmolaritas serum rendah (275 mOsmol/L)

- gambaran klinik: anak letargi, kadang-kadang

kejang.

- Asidosis metabolic: - konsentrasi bikarbonat serum berkurang

( <10 mmol/L )

- pH arteri menurun

- nafas cepat & dalam ( pernafasan kussmaul )

- muntah

- Hipokalemia : - kelemahan otot

- aritmia jantung

- illeus paralitik

- Hipoglikemi: - apatis

- tremor

- berkeringat dan pucat

- kejang sampai koma

- Gangguan gizi

- Gangguan sirkulasi berupa shock hipovolemik.

Penilaian derajat dehidrasi dan tata laksana diare akut

Page 23: Case Dr Roes

Derajat

Dehidrasi;

% defisit

Keadaan

umum

Rasa

haus

Kelopak/

Air mata

Mulut Kulit Urin Rehidrasi Penggantian

cairan

Tanpa

Dehidrasi

<5%BB

Baik,

Kompos

mentis

Minum

normal

Normal Basah Normal Normal 10mg/kg/

setiap diare

2-5 ml/kg

setiap

muntah

Ringan

Sedang

(5-10%BB)

Rewel,

gelisah

Minum

Seperti

kehausan

Cekung,

Produksi

kurang

Kering Pucat,

Capillary

Refill<2

detik

Berkurang CRO

75ml/kg/

3 jam

Idem

Berat

(>10%BB)

Letargi,

Lemah,

Kesadaran

menurun,

Nadi&nafas

cepat

Malas

minum/

Tidak

dapat

minum

Sangat

cekung,

Tidak ada

Sangat

kering

Pucat,

Capillary

Refill<2

detik

Tidak

ada

Cairan

Intra vena,

<12 bulan:

30ml/kg/1

jam

70ml/kg/5

jam

>12 bulan:

30ml/kg/½-1

jam

70ml/kg/2½-

3 jam

idem

Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan tinja

b. Pemeriksaan darah

c. Duodenal intubation

Pengobatan

a. Pengobatan kausal

Pada penderita diare, antibiotika hanya boleh diberikan bila:

- Ditemukan bakteri pathogen pada pemeriksaan mikroskopik / biakan

- Pada pemeriksaan makroskopik ditemukan darah pada tinja

Page 24: Case Dr Roes

b. Pengobatan simtomatik

- Anti spasmodik atau opium ( papaverin,loperamid,dsb) memperburuk keadaan

- Adsorbents ( kaolin,pectin) tidak ada manfaatnya

- Antiemetik seperti chlorpromazine (largactil ) mencegah muntah dan mengurangi

sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja. Dosis adekuat ( 1 mg/kg BB/hari ) cukup

bermanfaat

- Antipiretik seperti salisilat ( asetosal, aspirin ) dalam dosis rendah ( 25 mg/tahun/x )

selain menurunkan panas juga mengurangi sekresi cairan.

c. Pengobatan cairan

Ada 2 jenis cairan :

Cairan rehidrasi oral ( CRO ) : oralit, larutan gula garam ( LGG ), air tajin, dll.

Cairan rehidrasi parenteral ( CRP ) : cairan Ringer Laktat

Pada diare dengan penyakit penyerta ( KKP, jantung, ginjal ), cairan yang dianjurkan

adalah Half Strength Darrow Glukose

Pencegahan

1. Pemberian ASI eksklusif 4-6 bulan

2. Sterilisasi botol susu

3. Air bersih & matang untuk minum

4. Mencuci tangan sebelum memberi makan

5. Membung tinja di jamban

6. Imunisasi campak

7. Pemberian makanan seimbang untuk menjaga status gizi yang baik

DIARE KRONIK

Definisi :

Episod diare yang mula-mula bersifat akut namun karena sesuatu sebab melanjut 14 hari

atau lebih.

Page 25: Case Dr Roes

Faktor resiko Faktor penyebab tersering

- umur < 18 bulan - intoleransi laktosa

- tidak mendapat ASI - alergi terhadap protein susu sapi

- lahir premature - sindrom malabsorpsi

- malnutrisi - bakteri tumbuh lampau

- diare karena antibiotic

- infeksi persisten

Klasifikasi

a. Tinja berair ( watery stools )

- Gastroenteropati alergi ( CMPA / CMPSE )

- Defisiensi disakarida dan malabsorpsi glukosa

- Infeksi usus oleh virus, bakteri dan parasit

b. Tinja berlemak ( fatty stools )

- MEP, BBLR

- Short bowel syndrome

c. Tinja berdarah ( bloody stools )

- Salmonella, Shigella, Disentri amoeba

- Diare sehubungan dengan lesi anal

Manifestasi klinis

- Bila diare hebat dapat terlihat dehidrasi ringan sampai berat, asidosis dan gangguan

elektrolit seperti lemah, kembung, muntah.

- Status gizi anak biasanya kurang atau buruk

Pemeriksaan fisik

Perhatian khusus perlu diberikan pada keadaan umum pasien, status hidrasi,kehilangan

berat badan,pemeriksaan abdomen,ekskoriasi pantat,finger cubbing,edema perifer dan

manifestasi kulit.

Page 26: Case Dr Roes

Pemeriksaan laboratorium

- Pemeriksaan tinja

- Pemeriksan darah

- Foto rontgen abdomen

Penatalaksaan

- Atasi dehidrasi, kelainan asam basa & gangguan elektrolit

- Berikan diet sesuai dengan usia & status gizi pasien

- Terapi sesuai dengan penyebabnya

Pencegahan

- Galakkan penggunaan ASI

- Terapi nutrisi yang adekuat pada tiap anak dengan diare akut untuk mencegah

terjadinya gangguan gizi untuk memutus lingkaran setan diare – malnutrisi – diare.

BAB III

DIARE PADA MALNUTRISI KRONIK

Hubungan timbal balik antar diare dan Malnutrisi Energi Protein ( MEP ) telah lama dikenal.

Disatu pihak, diare dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi dan di lain pihak malnutrisi dapat

menyebabkan diare.

Page 27: Case Dr Roes

Berikut ini akan dibahas perubahan morfologis dan fsiologis pada MEP sebagai penyebab diare.

PENYEBAB DIARE PADA MEP

Patogenesis diare pada MEP adalah kompleks & saling berkaitan.

1. infeksi mukosa usus oleh Salmonella, Shigella, E-coli, E-histolytica dan Giardia

lamblia

2. intoleransi laktosa dan disakarida

3. bakteri tumbuh lampau pada usus halus

4. atrofi intestinal

5. atrofi pankreas

6. malnutrisi epitel usus dan kolon

AKHLORHIDRIA

Pada MEP terdapat gangguan sekresi HCL sebagai akibat atrofi mukosa lambung. Gangguan sekresi

asam bersama dengan peubahan sistem imunitas dan tingginya paparan terhadap kuman pathogen

menyebabkan tingginya angka kejadian infeksi usus pada MEP.

ATROFI PANKREAS

Secara mikroskopis terdapat perubahan berupa atrofi sel asinar, kandungan granul zymogen

berkurang.Vakuolisasi dan metaplasia epitel, dilatasi duktus pnkreatikus. Perubahan morfologis

tersebut menyebabkan sekresi enzim seperti tripsin, kimotripsin, amylase dan lipase menurun

sehingga terjadi mal digesti makanan.

ATROFI MUKOSA USUS HALUS

Pada biopsy usus, tampak atrofi vili dan menurunkan indeks mitosis. Terdapat infiltrasi limfosit dan

sel plasma pada mukosa dan sub mukosa.

INTOLERANSI LAKTOSA

Sebagian besar anak dengan MEP menunjukkan defisiensi lactase, namun dapat pula terjadi

defisiensi sucrose dan maltase.

Patogenesis terjadinya defisiensi disakandase :

a) produksi berkurang akibat defisiensi protein

Page 28: Case Dr Roes

b) kerusakan mukosa usus halus

ABSORPSI LEMAK

Malabsorpsi lemak pada MEP disebabkan oleh :

1)berkurangnya sekresi lipase pankreas → mengganggu proses digesti infraluminal.

2)infestasi Giardia lamblia mencegah absorpsi lemak

3)atrofi mukosa usus halus → mengurangi luas permukaan absorpsi

4)menurunkan kadar asam empedu terkonyugasi

ABSORPSI PROTEIN

Pelepasan asam amino terganggu akibat berkurangnya aktifitas oligo peptidase pada membrane

mukosa usus.

KOLON

Terdapat gangguan fungsi berupa menurunnya kapasitas reabsorpsi air dan elektrolit akibat adanya

atrofi mukosa kolon dengan infiltrsi sel plasma.

MALNUTRISI LOKAL EPITEL GIT

Kurangnya bahan makanan dalam lumen menyebabkan malnutrisis epitel usus halus dan kolon

sehingga tidak dapat melakukan absorpsi nutrient.

BAKTERI TUMBUH LAMPAU

Kelainan pada mekanisme pertahanan tubuh yang terjadi pada MEP merupakan predisposisi

terjadinya Contaminated Small Bowel Syndrome ( CSBS ). Menurunkan produksi asam lambung pd

MEP, menyebabkan meningkatnya jumlah bakteri dan jamur dalam lambung dan duodenum.

ASAM EMPEDU

Sebagian besar asam empedu yang diperlukan dalam lumen usus halus berada dalam bentuk tidak

terkonjugasi yang mempunyai efek merusak epitel mukosa usus halus dan menghambat absorpsi air

dan elektrolit oleh epitel kolon.

Page 29: Case Dr Roes

BAB IV

PENILAIAN STATUS GIZI

Penilaian gizi harus dilakukan pada setiap anak diare untuk mengindentifikasi anak yang

mempunyai masalah gizi dan mendapatkan keterangan penting dalam membuat anjuran diet.

Tujuannya meliputi (1) menentukan apakah pola makan yang biasa diberikan tepat untuk anak

tersebut berdasarkan umurnya, (2) mendeteksi gizi buruk bila ada. Keadaan ini dapat berupa

marasmus, kwashiorkor atau keduanya ( marasmik – kwashiorkor ).

Malnutrisi Energi Protein ( MEP , Gizi buruk )

A. Marasmus

Kebutuhan energi tidak terpenuhi pada masukan yang kurang, karena itu digunakan

cadangan protein sebagai sumber energi. Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori

tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi tetapi juga memungkinkan sintesis

glukosa dan berbagai asam amino. Masukan kalori yang kurang dapat terjadi akibat

kesalahan pemberian makan, penyakit metabolic, kelainan congenital, infeksi kronik.

Gejala klinis :

Tampak sangat kurus kering hingga tulang terbungkus kulit

Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit

Wajah seperti orang tua

Perut dapat membuncit atau mencekung

Metabolisme basal menurun sehingga akral dingin dan tampak sianosis

Sering disertai penyakit kronik, diare kronik

B. Kwashiorkor

Bayi dan anak dalam masa pertumbuhan memerlukan protein lebih banyak

dibandingkan orang dewasa. Pada anak bila keseimbangan nitrogen yang positif tidak

terpenuhi maka setelah beberapa saat akan menderita malnutrisi protein yang

berlanjut dengan kwashiorkor. Keseimbangan nitrogen yang negative disebabkan oleh

diare kronik, malabsorpsi protein. Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi

kekurangan berbagai asam amino esensial yang diperlukan untuk sintesis dan

metabolisme. Makin berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan

kurangnya produksi albumin oleh hepar yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan

hati terjadi karena transfer lemak dari hati ke depot terganggu.

Page 30: Case Dr Roes

Gejala klinis

Edema, umumnya seluruh tubuh terutama pada kaki

Wajah membulat dan sembab

Apatis, cengeng dan rewel

Pandangan mata sayu

Rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa

sakit

Pembesaran hati

Kelainan kulit tahap awal berupa kulit kering dan bersisik, tahap lanjut berupa

bercak merah muda meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan

terkelupas ( Crazy pavement dermatosis )

Sering disertai infeksi, anemia, diare

PENGOBATAN

Dalam aplikasinya penanganan MEP berat pada tahap awal adalah mengatasi

kelainan akut seperti diare, bronkopneumonia atau penyakit infeksi lainnya, gangguan

elektrolit dan keseimbangan asam basa.

Dalam keadaan dehidrasi dan asidosis, pedoman pemberian cairan parentral adalah

sebagai berikut :

1) Jumlah cairan adalah 200 ml/kgBB/hari untuk kwashiorkor atau marasmik-

kwashiorkor, 250 ml/kgBB/hari untuk marasmus

2) Jenis cairan yang dipilih adalah Darrow-glukosa aa dengan kadar glukosa dinaikkan

menjadi 10% bila terdapat hipoglikemia

3) Cara pemberian adalah sebanyak 60 ml/kgBB diberikan dalam 4 – 8 jam pertama,

sisanya diberikan dalam waktu 16 – 20 jam berikutnya.

Terapi nutrisi

- Makanan tinggi kalori tinggi protein ( TKTP ) dengan kandungan protein yang

dianjurkan adalah 3 – 5 gr/kgBB dan jumlah kalori 150 – 200 kkal/kgBB/hari

- Penambahan vitamin dan mineral khususnya vit A, B komplek dan vit C, asam

folat, mineral, kalium,magnesium dan besi

Terapi dietetik

Page 31: Case Dr Roes

1. Tahap Penyesuaian

BB kurang dari 7 kg

- jenis makanan adalah makanan bayi

- pada awal perawatan makanan utamanya adalah susu yang diencerkan

atau susu rendah laktosa

- untuk tambahan kalori diberikan glukosa 2-5% dan tepung 2%

- secara berangsur dapat diberikan buah + biskuit, makanan lunak dan

lembek

BB lebih dari 7 kg

- jenis makanan adalah makanan untuk anak berumur > 1 tahun

- dimulai dengan pemberian kalori 50 kkal/kgBB, protein 1 gr/kgBB, cairan

200 ml/kgBB/hari

- bentuk makanan yang diberikan dimulai dengan makanan cair / susu

yang diencerkan kemudian secara bertahap dikentalkan

- sebagai tambahan kalori diberikan glukosa 5%

- pada tahap awal makanan cair diberikan lebih sering dengan porsi lebih

kecil

- setelah toleransi anak terhadap makanan membaik, dapat dimulai

dengan makanan lunak disusul dengan makanan biasa

2. Tahap Penyembuhan

Bila keadaan umum anak, toleransi terhadap makanan dan nafsu makan

membaik, pemberian makanan dapat ditingkatkan secara berangsur setiap 1 – 2

hari hingga tercapai konsumsi kalori sebanyak 150 – 200 kkal/kgBB dan protein 3

- 5 gr/kgBB/hari

3. Tahap Lanjutan

Setelah tercapai penyembuhan, pemberian makanan dikembalikan dari jenis

makanan TKTP ke makanan dengan kebutuhan nutrient yang baku.

C. Marasmik – kwashiorkor

Kelainan gizi yang menunjukkan gejala klinis campuran antara marasmus dan

kwashiorkor dengan gagal tumbuh kembang sebagai gejala klinis umum.

Gambaran klinik :

Page 32: Case Dr Roes

- Edema yang tidak mencolok - hipotrofi otot

- Dermatosis - jaringan lemak subkutan

berkurang

- Perubahan rambut - kerdil

- Hepatomegali - anemia

- Perubahan mental - defisiensi vitamin

PENATALAKSANAAN

1) Terapi nutrisi

- Pemberian makanan TKTP

- Energi 150 kkal/kgBB/hari dan protein 3-5 gr/kgBB/hari ( keduanya diberikan

secara bertahap )

- Sebagai tambahan berikan KCl 75.100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis,

M9SO4 50% 0,25 ml/kgBB/hari IM dan roboransia

- BIla ditemukan tanda defisiensi vitamin A berikan dosis teraupetik 50.000

SI/kgBB dengan maksimal 400.000 SI

- Senyawa besi atau asam folat bila dijumpai anemia defisiensi besi atau

megaloblastik

2) Atasi penyakit penyerta seperti ISPA, Bronkopneumonia, Tuberkulosis, OMA, ISK

atau diare

3) Penyuluhan gizi

Scoring System menurut Mc Laren 1967

Gejala klinik Skor

Edema 3

Page 33: Case Dr Roes

Dermatosis 2

Edema + dermatosis 6

Hair chance 1

Hepatomegali 1

Serumalbumin/total protein

<1,00 / <3,25 7

1,00 – 1,49 / 3,23 – 3,99 6

1,5 – 1,99 / 4 – 4,74 5

4,75 – 2,49 / 4,75- 5,49 4

2,50 – 2,99/ 5,50 – 6,24 3

3 – 3,49/ 6,25 – 6,99 2

3,50 – 3,99 / 7,00 – 7,74 1

> 4,00 / 7,75 0

Penilaian : Skor 0 – 3 : Marasmus

Skor 4 – 8 : Marasmik – kwashiorkor

Skor 9 – 15 : Kwashiorkor

Klasifikasi KEP menurut the Welcome Trust Party, 1970

Derajat malnutrition BB % terhadap BB/u

Page 34: Case Dr Roes

Edema ( - )

Edema ( + )

80 – 60 %

Undernutrition

Kwashiorkor

< 60%

Marasmus

Marasmik - kwashiorkor

Pemberian makanan selama diare pada MEP

Seperti diketahui MEP dapat menyebabkan diare karena adanya malabsorpsi

makanan dan infeksi alat pencernaan, sebaliknya diare menyebabkan bartambah beratnya

derajat MEP penderita.

Diare yang terjadi pada penderita MEP bersifat lebih lama, lebih berat dan lebih

sering. Tidak dibenarkan memantang makanan selama diare dan keadaan anoreksia dapat

diperbaiki dengan formula oralt lengkap.

UMUR Jumlah oralit yang diberikan tiap b.a.b

< 1 tahun

1 – 4 tahun

> 5 tahun

dewasa

50 – 100 ml ( ½ gelas )

100 – 200 ml ( 1 gelas )

300 – 400 ml ( 2 gelas )

400 – 600 ml ( 3 gelas )

Makanan yang diberikan harus mengandung cukup kalori, protein, mineral, vitamin dan tidak

menimbulkan diare kembali atau malabsorpsi, harus bersih dan terjangkau. Bahan – bahan makanan

yang dapat deberi antara lain : ASI, susu formula khusus, buah – buahan, biji – bijian, kacang –

kacangan, sayuran.

Page 35: Case Dr Roes

Pada MEP, pemberian rehidrasi oral yang mengandung kadar Na tinggi ( 90 mEq/l)

menyebabkan beratnya edema, sebaliknya keadaan K yang rendah ( 20 mEq/l) memperberat

hipokalemi dan dapat berakibat buruk pada jantung ( bradikardi )

Secara teoritis makanan yang mengandung kalori tinggi, susu rendah laktosa dan minuman

atau cairan rehidrasi oral yang mengandung rendah natrium dan tinggi kalium akan memberi hasil

yang lebih baik.

BAB V

KESIMPULAN

1. Diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit pada bayi dan anak yang

merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di Negara berkembang

2. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan

dan elektrolit melalui tinja

3. Di Negara berkembang, prevalensi yang tinggi dari penyakit diare merupakan

kombinasi dari sumber air yang tercemar, kekurangan kalori dan protein yang

menyebabkan turunnya daya tahan

4. Diare merupakan penyebab penting kekurangan gizi sehingga bila berkepanjangan

berdampak terhadap pertumbuhan

5. Diare dapat disebabkan oleh karena factor infeksi ( bakteri, virus, parasit ), factor

malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan sebab – sebab lain

6. Menurut waktunya diare dapat dibagi menjadi diare akut dan diare kronik

7. Penatalaksanaan diare akut disesuaikan menurut derajat dehidrasi, pada diare

kronik atasi dehidrasi dan terapi sesuai dengan penyebabnya

8. Diare sangat berkaitan dengan MEP karena mempunyai hubungan timbal balik, yaitu

MEP dapat menyebabkan diare karena adanya malabsorpsi makanan dan infeksi alat

pencernaan. Sebaliknya diare menyebabkan bertambah beratnya derajat MEP

9. Pemberian makanan yang mengandung kalori tinggi, susu rendah laktosa dan

minuman / cairan rehidrasi oral yang mengandung rendah natrium dan tinggi kalium

memberikan hasil yang baik untuk penatalaksanaan diare pada MEP.

DAFTAR PUSTAKA

1. Staf Pengajar Ilmu Kesehata Anak Fakultas Kedokteran UI, Buku kuliah Ilmu

Kesehatan Anak, cetaka ke – 10 volume 1, Percetakan Infomedika, Jakarta, 2002

Page 36: Case Dr Roes

2. AH. Markum, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, jilid 1, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta, 1991

3. Suharyono, Gastroenterologi Anak Praktis, cetakan ke -4, Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran UI, Jakarta 2003

4. Arief Mansjoer, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke -3 jilid 2, Penerbit Media

Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta 2003