CASE REPORT ULKUS DIABETIKUM
Disusun Oleh:Muthia Fadhilah1102010191
PEMBIMBING :dr. Henry Moesfairil, Sp.B
Fakultas Kedokteran Universitas YarsiKepanitraan Bedah RSUD
Soreang Desember 2014
BAB IPAPARAN KASUSI. Identitas pasienNama: Ny.YUmur: 62
tahunJenis Kelamin: PerempuanPendidikan terakhir: SDPekerjaan: Ibu
Rumah TanggaAgama : IslamAlamat: Lembang 5/4 Kiangroke Kab.
BandungNo.RM: 494018Tanggal masuk RS : 02 Desember 2014Tanggal
pemeriksaan: 04 Desember 2014
I. AnamnesisKeluhan utama : Luka yang tidak sembuh-sembuhRiwayat
Penyakit Sekarang :Pasien datang ke RSUD Soreang dengan keluhan
luka di kaki yang tidak kunjung sembuh.Luka muncul sejak 6 hari
SMRS. Luka pertama kali muncul saat pasien menggunakan sandal
rematik yang bergerigi. Kemudian pasien tidak sadar pada jempol
kakinya terjadi luka setelah memakai sandal tersebut. Pasien
awalnya tidak sadar disebabkan karena kakinya yang sering terasa
baal. Setelah pasien mengetahui terdapat luka pada jempol kakinya,
pasien mengorek-ngorek luka tersebut dan luka tidak dirawat.
Setelah 2 hari kemudian luka meluas ke punggung kaki dan terlihat
membengkak, 4 hari kemudian jempol kaki menjadi warna kehitaman,dan
baal, sementara bagian punggung kaki semakin membengkak, bau dan
terlihat berwarna kekuninganPasien mengaku memiliki riwayat
diabetes mellitus sejak 1 tahun yang lalu. Namun sejak 5 bulan SMRS
pasien tidak pernah kontrol dan tidak pernah meminum obatanti
diabetesnya.Riwayat Penyakit Dahulu :Pasien terdiagnosa Diabetes
Mellitus sejak 1 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga :Keluarga pasien ada yang mengidap
Diabetes Mellitus yaitu kakak pasien
II. Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos mentis Kesan: Tampak
Sakit Sedang Tanda vital : TD: 130/80 mmHg Nadi: 88 kali/menit,
regular, isi cukup Respirasi: 22 kali/menit Suhu: 36,6 0C
Status Generalis Kepala : Normocephal
Mata :Konjungtiva: Tidak anemisSklera : Tidak ikterik
Mulut:Tonsil: T1-T1 Pharing : Hiperemis (-)
Leher: JVP tidak meningkat 5+2 cmH2OKGB tidak teraba
Thorak:Cor Inspeksi :Iktus kordis tidak terlihatPalpasi :Iktus
kordis terabaPerkusi :Redup, batas jantung normalAuskultasi :BJ
I-II reguler, murmur (-), Gallop (-)PulmoInspeksi : Simetris, dalam
keadaan statis dan dinamis Palpasi: Fremitus vokal pada hemitoraks
kanan- kiri teraba simetrisPerkusi : Sonor pada kedua
hemitoraksAuskultasi : Vesikuler +/+ N, Rhonki -/-, Wheezing
-/-
Abdomen : Inspeksi : Datar Palpasi :Supel, NT -, hepar dan lien
tidak teraba Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomenAuskultasi
: BU (+) normal Ekstremitas: Eks.atas : akral hangat +/+, CRT 5.
ABPI = 0.2 berarti ischemic kaki kritis.
Dalam penentuan nilai ABPI kadang ditemukan tekanan darah
sistolik false tinggi ditemukan pada pasien diabetic. Hal ini
disebabkan tekanan manset tidak mampu menekan pembuluh darah distal
yang mengalami kalsifikasi.
Pasien diabetes melitus dan hemodialisis yang mempunyai lesi
pada arteri kaki bagian bawah, (karena kalsifikasi pembuluh darah),
maka ABI menunjukkan lebih dari 1,2 sehingga angka ABI tersebut
tidak menjadi petunjuk diagnosis. Pasien dengan ABI kurang dari 0,5
dianjurkan operasi (misalnya amputasi) karena prognosis buruk. Jika
ABI >0,6 dapat diharapkan adanya manfaat dari terapi obat dan
latihan.
3.3. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang yang bisa
dilakukan untuk menegakkan diagnosis secara pasti adalah dengan
melakukan pemeriksaan lengkap yakni pemeriksaan CBC (Complete Blood
Count), pemeriksaan gula darah, fungsi ginjal, fungsi hepar,
elektrolit.Untuk menentukan patensi vaskuler dapat digunakan
beberapa pemeriksaan non invasif seperti; (ankle brachial index/
ABI) yang sudah dijelaskan pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
lainnya ialah transcutaneous oxygen tension(TcP02), USGcolor
Doppleratau menggunakan pemeriksaan invasif seperti;digital
subtraction angiography(DSA),magnetic resonance angiography(MRA)
ataucomputed tomography angoigraphy(CTA ).Apabila diagnosis adanya
penyakit obstruksi vaskuler perifer masih diragukan, atau apabila
direncanakan akan dilakukan tindakan revaskularisasi maka
pemeriksaandigital subtraction angiography, CTA atau MRA perlu
dikerjakan.Gold standarduntuk diagnosis dan evaluasi obstruksi
vaskuler perifer adalah DSA. Pemeriksaan DSA perlu dilakukan bila
intervensi endovascular menjadi pilihan terapi.Pemeriksaan foto
polos radiologis pada pedis juga penting untuk mengetahui ada
tidaknya komplikasi osteomielitis. Pada foto tampak
gambarandestruksi tulang dan osteolitik.
4. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko terjadi ulkus diabetika pada penderita Diabetes
mellitus menurut Lipsky dengan modifikasi dikutip oleh Riyanto dkk.
terdiri atas :
a. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah :1) Umur 60
tahun.2) Lama DM 10 tahun.
b. Faktor-Faktor Risiko yang dapat diubah : (termasuk kebiasaan
dan gaya hidup)1) Neuropati (sensorik, motorik, perifer).2)
Obesitas.3) Hipertensi.4) Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) tidak
terkontrol.5) Kadar glukosa darah tidak terkontrol.6) Insusifiensi
Vaskuler karena adanya Aterosklerosis yang disebabkan :a)
Kolesterol Total tidak terkontrol.b) Kolesterol HDL tidak
terkontrol.c) Trigliserida tidak terkontrol.7) Kebiasaan merokok.8)
Ketidakpatuhan Diet DM.9) Kurangnya aktivitas Fisik.10) Pengobatan
tidak teratur.11) Perawatan kaki tidak teratur.12) Penggunaan alas
kaki tidak tepat
Faktor-faktor risiko terjadinya ulkus diabetika lebih lanjut
dijelaskan sebagai berikut :
a. Umur 60 tahun.Umur 60 tahun berkaitan dengan terjadinya ulkus
diabetika karena pada usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis
menurun karena proses aging terjadi penurunan sekresi atau
resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap
pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal. Selain itu
pada usia > 60 tahun, biasanya mengalami gangguan pada
aterosklerosis, makroangiopati, yang faktor - faktor tersebut akan
mempengaruhi penurunan sirkulasi darah salah satunya pembuluh darah
besar atau sedang di tungkai yang lebih mudah terjadi ulkus
diabetika.
b. Lama DM 10 tahun.Ulkus diabetika terutama terjadi pada
penderita Diabetes mellitus yang telah menderita 10 tahun atau
lebih, apabila kadar glukosa darah tidak terkendali, karena akan
muncul komplikasi yang berhubungan dengan vaskuler sehingga
mengalami makroangiopati-mikroangiopati yang akan terjadi
vaskulopati dan neuropati yang mengakibatkan menurunnya sirkulasi
darah dan adanya robekan/luka pada kaki penderita diabetik yang
sering tidak dirasakan.
5. MANIFESTASI KLINIS1.Neuropathic Foot yang terdiri dari: Ulkus
neuropatik, Artropati neuropatik (Artropati Charcot ), Edema
neuropatik2.Neuro-ischemic-foot Neuropathic foot5.1.1 Ulkus
NeuropatikNeuropati perifer diabetik dapat memberikan small
fibreneuropathy yang berakibat gangguan somatik dan otonom.
Manifestasinya berupa hilangnya sensasi panas dan nyeri sebelum
rabaan dan fibrasi terganggu. Juga saraf simpatik mengalami
denervasi yang mengganggu aliran darah disebabkan karena terjadi
aliran yang berlebih dengan arteriovenous shunting disekitar
kapiler-serta dilatasi arteri perifer. Aliran darah yang miskin
makanan ini mengurangi efektivitas dari perfusi jaringan yang
memang sudah berkurang. Disamping ini neuropati merusak serabut C
saraf sensorik sehingga terjadi gangguan nosiseptor. Jadi ulkus
pada kaki diabetik ini akibat iskemia, sering terlihat adanya
gambaran gas. Penyebabnya dapat karena Clostridium , E coli,
Streptococus anaerob, dan Bacteroides sp. Untuk melakukan
identifikasi kasus yang rentan ulkus, kini digunakan alat sederhana
untuk screening, yaitu TCD (Tactile Circumferential Discriminator)
pada hallux yang korelasinya dengan menggunakan filament dan ambang
fibrasi yang cukup tinggi. Dalam menilai ulkus perlu dipastikan
dalam serta luasnya ulkus. Sering kita terkecoh karena kita anggap
enteng, padahal lesi ini merupakan puncak dari gunung es.Secara
klinis terlihat melebar pada kaki dan tungkai bawah pada sikap
berbaring. Kaki ada aliran lebih cepat dan vaskularitas lebih.
Apabila ada ulkus maka perlu diperhatikan kuman penyebab
infeksinya. Kirim sample untuk biakan bakteri.
Gambar 4. Ulkus Neuropati5.1.2 Artropati NeuropatikKerusakan
serabut motorik, sensorik dan autonom memudahkan terjadinya
atropati Charcot. Keadaan ini diduga akibat disfungsi saraf otonom
yang berakibat terjadi perfusi yang abnormal pada tulang-tulang
kaki, sehingga terjadi fragmentasi tulang dan kolaps arkus.
Atropati Charcot atau dengan nama lain Rocker-bottom foot ini
rentan terhadap kerusakan jaringan dan ulserasi. Gangguan vaskuler
perifer baik akibat makrovaskuler (aterosklerosis) maupun karena
gangguan yang bersifat mikrovaskular menyebabkan terjadinya iskemia
kaki. Keadaan tersebut di samping menjadi penyebab terjadinya ulkus
juga mempersulit proses penyembuhan ulkus kaki.Deformitas kaki
sering berakibat pada ulcerasi. Penderita diabetes cenderung
mempunyai jari bengkok yang menekan jari tersebut, yang berhubungan
dengan menipis dan menggesernya timbunan lemak bawah caput
metatarsal pertama. Akibatnya daerah ini rawan ulserasi dan
infeksi. Bentuk yang ekstrim dari deformitas kaki ini, yaitu kaki
Charcot. Sebab terjadinya fraktur dan reabsorbsi tulang pada kaki
Charcot ini belum jelas, tetapi diduga akibat neuropati otonom
(akibat gagalnya tonus vaskular ini akan meningkatkan aliran darah,
pembentukan shunt arteriovenosa dan resorbsi tulang padahal
penderita diabetes densitas tulang rendah) dan neuropati perifer
(hilang rasa, sehingga pasien masih aktif berjalan dan sebagainya
meskipun tulang fraktur). Akibatnya ada fraktur, kolaps sendi, dan
deformitas kaki. Awalnya kaki Charcot ini akut: panas, merah,
dengan nadi yang keras, dengan atau tanpa trauma (perlu di DD
dengan selulitis). Pada stadium 4 mudah sekali terjadi ulkus dan
infeksi dan gangren yang dapat berakibatamputasi.
Gambar 5. Perbedaan charcot foot dengan normal foot Gambar 6.
Lokasi-lokasi tempat terjadinya ulkus DM neuropati5.1.3 Edema
NeuropatikMerupakan komplikasi terjarang dari kaki diabetik, dimana
terdapat edema (pitting) kaki dan tungkai bawah yang berhubungan
dengan kerusakan saraf tepi (kesampingkan dulu sebab kardial dan
renal). Gangguan saraf simpatis berakibat edema dan venous pooling
yang abnormal, juga vasomotor refleks hilang pada sikap
berdiri.
Neuro ischemic footGambaran tungkai ini gabungan antara kelainan
arterosklerosis yang dipercepat pada diabetes dan neuropathic foot.
Keluhan klaudikasio intermitten, nyeri tungkai waktu istirahat,
dengan ulserasi dan gangren. Umumnya rest pain diwaktu malam, dan
berkurang pada sikap kaki yang tergantung. Untuk membedakan dengan
ulkus neuropatik, disini ulkusnya nyeri, satu nekrosis, dilingkari
pinggiran eritemateus dan tidak disertai callus. Predileksi di ibu
jari, tepi medial metatarsal I, atau tepilateral metatarsal V,
serta tumit. Perlu diperiksa pembuluh darah arteri, kalau perlu
dengan arteriografi.
6. KLASIFIKASI Klasifikasi ulkus diabetik berguna untuk
menyamaratakan bahasa dalam deskripsi dan kondisi ulkus, serta
untuk kepentingan manajemen/ terapi. Ada beberapa sistem
klasifikasi untuk menilai gradasi lesi, salah satunya yang banyak
digunakan adalah klasifikasi ulkus DM berdasarkan University of
Texas Classification System. Sistem klasifikasi ini menilai lesi
bukan hanya faktor dalamnya lesi, tetapi juga menilai ada tidaknya
faktor infeksi dan iskemia. (tabel 1).
Tabel 1 : Klasifikasi ulkus DM berdasarkan University of Texas
Classification System
Berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi dan derajat gangren
,maka dibuat klasifikasi derajat lesi pada kaki diabetik menurut
Wagner.
TingkatKarakteristik kaki
Derajat 0Kulit utuh. Kaki neurotaik: pes planovalgus, paralisis
otot kecil dalam kaki, jari palu, jari sikap cakar, hiperemia,
pembuluh vena melebar
Derajat IUlkus neuropatik/superfisial: telapak kaki, dikelilingi
kalus, hiperemia
Derajat IIUlkus superficial dorsum dan lateral kaki, ulkus
neuroiskemik, meluas ke subkutan, selulitis sekitarnya, ganggren di
pinggir
Derajat IIIUlkus dalam (neuroiskemik), sampai tulang tumit,
osteomyelitis
Derajat IVIskemia: Gangren terbatas yaitu hanya 2 jari dan
sebagian kaki depan, hiperemia.
Derajat VGangren seluruh kaki Biasanya oleh karena sumbatan
arteri besar, tetapi juga ada kelainanneuropati dan infeksi.
Tabel 2. Klasifikasi Wagner untuk kaki diabetic
7. DIAGNOSIS BANDINGInfeksi skeletal dan jaringan lunak kaki
tidak terbatas hanya disebabkan oleh diabetes mellitus. Oleh sebab
itu, perlu dipertimbangkan beberapa kondisi yang dapat menjadi
diagnosis banding, sehubungan dengan infeksi dan struktur yang
mengenainya.a. Buerger Disease (Thromboangiitis Obliterans)b.
Trombophlebitis superficial selulitisc. Sarcoid arthritis OM akutd.
Ca sel skuamosa OM kronis
8. TATALAKSANAGrade 1 dan 2 Sebaiknya pasien dirawat di rumah
sakitLangkah-langkah yang perlu dilakukan adalah : Kultur pus
dengan swab, kuretage, debridement dan irigasi. Disebutkan dengan
kultur pus dapat mengkonfirmasi infeksi mencapai 95% Debridement
ulkus merupakan hal yang sangat penting yang bertujuan untuk
menghilangkan benda asingm jaringan nekrosis, menurunkan bacterial
load, membersihkan luka dan meningkatkan thrombosis atau growth
factor dipinggir luka yang berguna sebagai langkah awal dari
penyembuhan luka. Penderita dianjurkan untuk membersihkan untuk
membersihkan luka di rumah minimal 2 kali perhari, pertahankan kaki
lebih tinggi dan cegah berjalan yang tidak perlu. Luka yang terbuka
ditutupi dengan pembalut steril, tidak lengket dan kering Pasien
dikontrol oleh perawat setiap 3-7 hari, untuk evaluasi luka. Pada
umumnya ulkus 75% akan menutup selama 2 minggu dan hanya sekitar
15% yang memerlukan tambahan pengobatan.
Grade 3 Pasien harus dirawat dirumah sakit, dilakukan
debridement, kultur pus, penting evaluasi keterlibatan pembuluh
darah perifer dan biopsy tulang membantu pemilihan
pengobatan.Terapi standar dengan pemberian antibiotic iv selama
10-12 minggu. Intervensi bedah dilakukan bila infeksi telah
mengenai tulang dan tidak terjadi penyembuhan luka.
Grade 4 dan 5 Pada grade ini pasien harus dirawat di rumah
sakit, dilakukan tindakan bedah ataupun amputasi.
B. Pencegahan dan Pengelolaan Ulkus diabeticPencegahan dan
pengelolaan ulkus diabetik untuk mencegah komplikasi lebih lanjut
adalah :a. Memperbaiki kelainan vaskuler.b. Memperbaiki
sirkulasi.c. Pengelolaan pada masalah yang timbul ( infeksi,
dll).d. Edukasi perawatan kaki.e. Pemberian obat-obat yang tepat
untuk infeksi (menurut hasil laboratorium lengkap) dan obat
vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah maupun menghilangkan
keluhan/gejala dan penyulit DM.f. Olah raga teratur dan menjaga
berat badan ideal.g. Merawat kaki secara teratur setiap hari,
dengan cara : Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih.
Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air, suam-suam
kuku dengan memakai sabun lembut dan mengeringkan dengan sempurna
dan hati-hati terutama diantara jari-jari kaki. Memakai krem kaki
yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang retak-retak,
supaya kulit tetap mulus, dan jangan menggosok antara jari-jari
kaki (contoh: krem sorbolene). Tidak memakai bedak, sebab ini akan
menyebabkan kulit menjadi kering dan retak-retak. Menggunting kuku
hanya boleh digunakan untuk memotong kuku kaki secara lurus dan
kemudian mengikir agar licin. Memotong kuku lebih mudah dilakukan
sesudah mandi, sewaktu kuku lembut. Kuku kaki yang menusuk daging
dan kalus, hendaknya diobati oleh podiatrist. Jangan menggunakan
pisau cukur atau pisau biasa, yang bias tergelincir; dan ini dapat
menyebabkan luka pada kaki. Jangan menggunakan penutup
kornus/corns. Kornus-kornus ini seharusnya diobati hanya oleh
podiatrist. Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah
terdapat kalus, bula, luka dan lecet. Menghindari penggunaan air
panas atau bantal panas.
h. Penggunaan alas kaki tepat, dengan cara :1. Tidak boleh
berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir.2. Memakai sepatu yang
sesuai atau sepatu khusus untuk kaki dan nyaman dipakai.3. Sebelum
memakai sepatu, memerika sepatu terlebih dahulu, kalau ada batu dan
lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi/gangguan dan luka
terhadap kulit.4. Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup
ruang untuk ibu jari kaki) dan tidak boleh dipakai tanpa kaus
kaki.5. Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur dan
hati-hati.6. Memakai kaus kaki yang bersih dan mengganti setiap
hari.7. Kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan memakai
bahan sintetis, karena bahan ini menyebabkan kaki berkeringat.8.
Memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin.9. Menghindari trauma
berulang, trauma dapat berupa fisik, kimia dan termis, yang
biasanya berkaitan dengan aktivitas atau jenis pekerjaan.i.
Menghindari pemakaian obat yang bersifat vasokonstriktor misalnya
adrenalin, nikotin.j. Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan
memeriksa kaki setiap control walaupun ulkus diabetik sudah
sembuh.
C. Manajemen perawatan luka diabetic
a. Pencucian lukaPencucian bertujuan untuk membuang jaringan
nekrosis, cairan luka yang bersih, sisa balutan yang digunakan dan
sisa metabolic tubuh pada cairan luka. Mencuci dapat meningkatkan,
memperbaiki, dan mempercepat proses penyembuhan luka dan
menghindari kemungkinan terjadinya infeksi.Pencucian luka merupakan
aspek yang paling penting mendasar dalam manajemen luka. Merupakan
basis untuk proses penyembuhan luka yang baik, karena luka akan
sembuh dengan baik jika luka dalam kondisi bersih. Teknik pencucian
pada luka.Teknik pencucian pada luka antara lain dengan swabbing,
scrubbing, showering, hydrotherapi, whirlpool, dan bathing. Mencuci
dengan teknik swabbing dan scrubbing tidak terlalu dianjurkan pada
pencucian luka, karena dapat menyebabkan trauma pada jaringan
granulasi dan epithelium, juga membuat bakteri terdistribusi bukan
mengangkat bakteri. pada saat scrubbing atau menggosok dapat
menyebabkan luka menjadi terluka sehingga dapat meningkatkan
inflamasi ( persisten inflamasi). teknik showering (irigasi),
whirpool, dan bathing adalah teknik yang paling sering digunakan
dan banyak riset yang mendukung teknik ini. keuntungan dari teknik
ini adalah dengan teknik tekanan yang cukup dapat mengangkat
bakteri yang terkolonisasi, mengurangi terjadinya trauma dan
mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak menyebabkan luka
mengalami trauma.
b. DebridementNekrotik adalah perubahan morfologi yang
diindikasikan oleh adanya sel mati yang disebabkan oleh degradasi
enzim secara progresif, ini merupakan respon yang normal dari tubuh
terhadap jaringan yang rusak.
Jaringan nekrotik dapat dibedakan menjadi 2 bentuk :a) Eschar
yang berwarna hitam, keras, serta dehidrasi impermeable dan lengket
pada permukaan luka.b) Slough-basah, kuning, berupa cairan dan
tidak lengket pada luka.Jaringan nekrotik dapat menghalangi proses
penyembuhan luka dengan menyediakan tempat untuk pertumbuhan
bakteri, untuk menolong penyembuhan luka, tindakan debridement
sangat dibutuhkan.Debridement dapat dilakukan dengan beberapa
metode seperti mekanikal, surgical, enzimatik, autolysis, dan
biochemical.
Debridemen mekanik dilakukan menggunakan irigasi luka cairan
fisiologis, Ultrasonic laser, dan sebagainya, dalam rangka untuk
membersihkan jaringan nekrotik.
Debridemen secara enzimatik dilakukan dengan pemberian enzim
eksogen secara topikal pada permukaan lesi. Enzim tersebut akan
menghancurkan residu-residu protein. Contohnya, kolagenasi akan
melisikan kolagen dan elastin. Beberapa jenis debridement yang
sering dipakai adalah papin, DNAse dan fibrinolisin.
Debridemen autolitik terjadi secara alami apabila seseorang
terkena luka. Proses ini melibatkan makrofag dan enzim proteolitik
endogen yang secara alami akan melisiskan jaringan nekrotik. Secara
sintetis preparat hidrogel dan hydrocolloid dapat menciptakan
kondisi lingkungan yang optimal bagi fagosit tubuh dan bertindak
sebagai agent yang melisiskan jaringan nekrotik serta memacu proses
granulasi. Belatung (Lucilla serricata) yang disterilkan sering
digunakan untuk debridemen biologi. Belatung menghasilkan enzim
yang dapat menghancurkan jaringan nekrotik. Debridemen bedah
merupakan jenis debridemen yang paling cepat dan efisien.
Tujuan debridemen bedah adalah untuk:a) mengevakuasi bakteri
kontaminasi,b) mengangkat jaringan nekrotik sehingga dapat
mempercepat penyembuhan,c) Menghilangkan jaringan kalus,d)
mengurangi risiko infeksi lokal.
Cara yang paling efektif dalam membuat dasar luka yang baik
adalah dengan metode autolysis debridement. Autolysis debridement
adalah suatu cara peluruhan jaringan nekrotik yang dilakukan oleh
tubuh sendiri dengan syarat utama lingkungan luka harus dalam
keadaan lembab. Pada keadaan lembab, proteolytic enzim secara
selektif akan melepas jaringan nekrosis dari tubuh. Pada keadaan
melunak jaringan nekrosis akan mudah lepas dengan sendirinya
ataupun dibantu dengan surgical atau mechanical debridement.
Tindakan debridement lain yang biasa digunakan adalah dengan cara
biomechanical menggunakan magots atau larva. Larva akan dengan
sendirinya secara selektif memakan jaringan nekrosis sehingga dasar
luka menjadi merah.
c. DressingMemilih balutan merupakan suatu kebutuhan suatu
keputusan yang harus dilakukan untuk memperbaiki kerusakan jaringan
integument. Berhasil tidaknya luka membaik, tergantung pada
kemampuan perawat dalam memilih balutan yang tepat, efektif dan
efisien.Tujuan Memilih Balutana) Balutan dapat mengontrol kejadian
infeksi / Melindungi luka dari trauma dan invasi bakteri b) Mampu
Mempertahankan Kelembaban'c) Mempercepat Prosespenyembuhan Luka,d)
Absorbs Cairan Lukae) Nyaman Digunakan,Steril Dan Cost
Effective.
Tehnik dressing pada luka diabetes yang terkini menekankan
metode moist wound healing atau menjaga agar luka dalam keadaan
lembab. Luka akan menjadi cepat sembuh apabila eksudat dapat
dikontrol, menjaga agar luka dalam keadaan lembab, luka tidak
lengket dengan bahan kompres, terhindar dari infeksi dan permeable
terhadap gas. Tindakan dressing merupakan salah satu komponen
penting dalam mempercepat penyembuhan lesi. Prinsip dressing adalah
bagaimana menciptakan suasana dalam keadaan lembab sehingga dapat
meminimalisasi trauma dan risiko operasi.Berikut ini akan
dikenalkan beberapa jenis bahan topical terapi yang dapat digunakan
untuk penatalaksanaan perawatan luka diabetic, diantaranya adalah
calcium alginate, hydrokoloid, hydroaktif gel, metcovazin, gamgee,
polyurethane foam, silver dressing.
Calcium AlginateBerasal dari rumput laut, dapat berubah menjadi
gel jika bercampur dengan luka. Berupa jenis balutan yang dapat
menyerap jumlah cairan luka yang berlebihan. Dan keunggulannya
adalah kemampuannya menstimulasi proses pembekuan darah jika
terjadi perdarahan minorserta barier terjadi kontaminasi oleh
psedomonas.HydrokoloidJenis topikal terapi yang berfungsi untuk
mempertahankan luka dalam keadaan lembab, melindungi luka dari
trauma, dan menghindari dari resiko infeksi, mampumenyerap eksudat
minimal. Baik digunakan pada luka yang berwarna merah, abses tau
luka yang terinfeksi. Bentuknya ada berupa lembaran tipis serta
pasta. Keunggulannya adalah berbentuk lembaran, tidak memerlukan
balutan lain diatasnya sebagai penutup, cukup ditempel dan ganti
jika sudah bocor.Contoh produk hydrocoloidHydroaktif gel Jenis
topikal terapi yang mampu melakukan peluruhan jaringan nekrotik
oleh tubuh sendiri. Banyak mengandung air, akan membuat suasana
luka yang kering karena jaringan nekrosis menjadi lembab. Air yang
berbentuk gel akan masuk kesela-sela jaringan yang mati dan
kemudian akan menggembung jaringan nekrosis seperti lebam mayat
yang kemudian akan memisahkan antara jaringan yang sehat dan
jaringan mati. Pada keadaan lunak inilah biasanya akan lebih mudah
melakukan surgical debridemang atau biarkan tubuh sendiri yang
melakukannya.Polyurethane Foam Jenis balutan dengan daya serap yang
tinggi, sehingga sering digunakan pada keadaan luka yang cukup
banyak mengeluarkan eksudat/cairan tang berlebihan dan pada dasar
luka yang berwarna merajh sajka. Kemampuannya menampung cairan
dapat memperpanjang waktu penggantian balutan. Selain itu balutan
ini juga tidak memerlukan balutan tambahan, langsung dapat ditempel
pada luka, dan membuat dasar luka menjadi rata, terutama pada
hypergranulasiGamgee, balutan anti mikrobial dan pengikat
bakteriGamgee adalah jenis topikal terapi berupa tumpukan bahan
balutan yang tebal dengan daya serap cukup tinggi dan diklaim jika
bercampur dengan cairan luka dapat mengikat bakteri.palingh sering
digunakan sebagain balutan tambahan setelah balutan utama yang
menempel pada luka. Beberapa balutan pada jenis ini ada yang
mengandung antimikrobial dan hydrophobic atau mengikat bakteri.
MetcovazinJenis topical terapi dengan paten wocare klinik. Sangat
mudah digunakan karena hanya tinggal mengoles saja. Bentuk salep,
berwarna putih dan kemasan. Berfungsi untuk support autolisis
debridement (meluruhkan jaringan nekrosis / mempersiapkan dasar
luka berwarna merah) menghindari trauma saat membuka balutan,
mengurangi bau tidak sedap, mempertahankan suasana lembab dan
suport granulasi. Keunggulannya dapat digunakan untuk semua warna
dasar luka dan mempersiapkan dasar luka menjadi sehat.Silver
dressing Kondisi infeksi yang ssulit ditangani, luka mengalami fase
statis, dasar luka menebal seperti membentuk agar-agar atau yang
dikenal dengan biofilm, penggunaan silver dressing merupakan
pilihan paling tepat. Pada keadaan ini luka mengalami sakit yang
berat, eksudat dapat menjadi purulen dan mengeluarkan bau yang
tidak sedap. Dressing ini digunakan dalam jumlah pemakaian 4 x
ganti balutan dimana silver menempel pada luka sekurangnya 5-7 hari
saja. dengan daya.Edukasi pasien dan keluargaEdukasi bagi pasien
dan keluarga dengan diabetes sangat penting. Hal ini disebabkan
penyakit diabetes adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol dengan pola hidup sehat (makan sesuai
kebutuhan dan olahraga teratur) dan menggunakan oral maupun
insulin.Lima Pilar Menuju Sehat
1. DietSyarat diet DM hendaknya dapat:1) Memperbaiki kesehatan
umum penderita2) Mengarahkan pada berat badan normal3) Menormalkan
pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda4) Mempertahankan kadar KGD
normal5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati
diabetik6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan
penderita.7) Menarik dan mudah diberikan2. LatihanBeberapa kegunaan
latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:a.
Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan
setiap 1 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin
resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah
reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan
reseptornya.b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan
sorec. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigend.
Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoproteine. Kadar
glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baruf. Menurunkan kolesterol
(total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak
menjadi lebih baik3. PendidikanMerupakan salah satu bentuk
penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam
cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi
kelompok, dan sebagainya.4. Kontrol Gula DarahKadar glukosa darah
tidak terkontrol ( GDP > 100 mg/dl dan GD2JPP > 144 mg/dl)
akan mengakibatkan komplikasi kronik jangka panjang, baik
makrovaskuler maupun mikrovaskuler salah satunya yaitu ulkus
diabetika. Sehingga penting dalam kepatuhan pasien dengan DM
terhadap diet.5. Kontrol Tekanan DarahPada penderita Diabetes
mellitus karena adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat
menurunnya aliran darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler
sehingga klien dengan diabetes perlu melakukan pemeriksaan tekanan
darah secara rutin.
D. PROGNOSISBanyak dari seluruh penderita diabetes melitus
dengan komplikasi ulkus atau bentuk infeksi lainnya, memeriksakan
diri sudah dalam keadaan lanjut,sehingga penatalaksanaannya lebih
rumit dan prognosisnya lebih buruk ( contohnya amputasi atau sepsis
).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Edisi : 8. Vol : 3 Jakarta:EGCDarmono, 2002. Status Glikemi
dan Komplikasi Vaskuler Diabetes Mellitus dalam Naskah lengkap
Kongres Nasional V PersatuanDiabetes Indonesia (Persadia) dan
Pertemuan Ilmiah PerkumpulanEndokrinologi Indonesia (Perkeni),
Badan Penerbit UniversitasDiponegoro, Semarang; 57 68.
Gitarja, Widasari Sri. 2008. Perawatan luka diabetes. Bogor :
Wocare Indonesia
Jong De & Sjamjuhidajat, 2002. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi:3, Jakarta: EGC
Pemayun T G D, 2002 .Gambaran Makro dan Mikroangiopati Diabetik
di Poliklinik Endokrin, dalam Naskah lengkap Kongres Nasional
VPersatuan Diabetes Indonesia (Persadia) dan Pertemuan
IlmiahPerkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Badan
PenerbitUniversitas Diponegoro, Semarang,; 87 97.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta:EGC
Waspadji S , 1997. Kaki Diabetik,Kaitannya Dengan Neuropati
Diabetik dalam 1 Makalah Kaki Diabetik Patogenesis dan
Penatalaksanaan,Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang,;
E1-16.
24