Top Banner
Pandahuluan Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di Negara berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan olehvirus, bakteri atau parasit, akan tetapi berbagai berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma malsbsorbsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan pertumbuhan akibat diare. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis metabolic karena kehilangan basa. Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi di sektor kesehatan karena rata – rata sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit ditempati oleh bayi dan anak dengan penyakit diare, selain itu juga di pelayanan kesehatan primer, diare masih menenpeti urutan kedua dalam urutan 10 penyakit terbanyak di populasi. Diare juga erat hubunganya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode diare dapat menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dddan berkurangnya kemapuan menyrap
34

Case Diare Akut

Jun 25, 2015

Download

Documents

masykura
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Case Diare Akut

Pandahuluan

Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di Negara

berkembang. Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus

penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan olehvirus, bakteri atau

parasit, akan tetapi berbagai berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut,

termasuk sindroma malsbsorbsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting,

sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi

yang menjadi penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah

gangguan pertumbuhan akibat diare. Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air

dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis metabolic karena kehilangan basa.

Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi di sektor kesehatan

karena rata – rata sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit ditempati

oleh bayi dan anak dengan penyakit diare, selain itu juga di pelayanan kesehatan primer,

diare masih menenpeti urutan kedua dalam urutan 10 penyakit terbanyak di populasi.

Diare juga erat hubunganya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode diare dapat

menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dddan berkurangnya

kemapuan menyrap sari makanan, sehingga apabila episodnya berkepanjangan akan

berdampak terhadap pertumbuhan dan kesehatan anak.

Definisi

Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali per hari, disertai

dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lender dan darah yang

berlangsung kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang

air besarnya lebih dari 3-4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi

masih bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi mningkat normal, hal

tersebut tidak tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara kibat

belum sempurnanya perkembangan saluran cerna.

Page 2: Case Diare Akut

Epidemiologi

Diare masih menjadi masalah kesehtan masyarakat di Negara berkembang termasuk di

Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi pada

anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal tiap

tahunnya karena diare dan sebagian besra kejadian tersebut terjadi di Negara

berkembang. Sebagai gambaran 17% kematian anak di dunia disebabkan oleh diare,

sedangkan di Indonesia hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa diare masih merupakan

penyebab kematian bayi yang terbanyak yaitu 42% disbanding pneumonia 24%, untuk

golongan 1-4 tahun penyebab kematian karena diare 25,2% disbanding pneumonia

15,5%.

Cara Penularan dan Faktor Resiko

Cara penularan diare umumnya melalui cara fekal – oral yaitu melalui makanan atau

minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan

penderita atau barabg – barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung

melalui lalat. ( melalui 4 F = finger, flies, fluid, field ).

Factor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antra lain : tidak

memberikan ASI secara penuh untuk 4 – 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak

memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana

keberihan ( MCK ), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan

penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain

hal- hal tersebut, beberapa factor pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan

untuk terjangkit diare antara lain : gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman

lambu ng, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan

factor genetic.

1. Faktor umur

Sebagian besar episode diare terjadi pada2 tahun pertama kehidupan. Insideen

tetinggi terjadi pada kelompok umur 6 – 11 bulan pada saat diberikan makanan

pendamping ASI. Pola ini menggambarakan kombinasi efek penurunan kadar

antibodi ibu, kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin

Page 3: Case Diare Akut

terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang

pada saat bayi mulai merangkak. Kebanyakan enteropatogen merangsang paling tidak

sebagian kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang, yang membantu

menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak yang lebih besar dan pada

orang dewasa.

2. Infeksi asimtomatik

Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan proporsi asimtomatik ini

meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan pembentukan imunisasi aktif. Pada

infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung pada beberapa hari atau minggu, tinja

penderita mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang

dengan infeksi asimtomatik berparan penting dalam peyebaran banyak enteropaogen

terutama bila mereka tidak menyadari adanya infeksi, tidak menjaga kebersihan, dan

berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat lain.

3. Faktor musim

Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak geografis. Di daerah sub

tropik diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan diare

karena virus terutama rotavirus puncaknya terjadi pada musim dingin. Di daerah

tropik ( termasuk Indonesia ), diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi

sepanjang tahun dengan peningkatn sepanjang musim kemarau, sedangkan diare

karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan.

4. Epidemi dan pandemic

Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat menyababkan epidemic dan

pandemic yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua

golongan usia. Sejak tahun 1961, kolera yang disebabkan vibrio cholera 0.1 biotipe

Eltor telah menyebar ke Negara – Negara di Afrika, Amerika latin, Asia, Timur

Tengah, dan di beberapa daerah di amerika Utara dan Eropa. Dalam kurun waktu

yang sama Shigella dysentriae tipe 1 menjadi penyebab wabah yang besar di Amerika

Tengah dan terakhir di Afrika tengah dan Asia Selatan. Pada akhir tahun 1992,

dikenal strain baru Vibrio cholera 0139 yang menyababkan pandemic di Asia dan

lebih dari 1 negara mengalami wabah.

Page 4: Case Diare Akut

Etiologi

Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium kuman – kuam pathogen

telah dapat diidentifikasi dari penderita diare sekitar 80% pada kasus yang datang di

sarana kesehatandan sekitar 50% kasus ringan di masyarakat. Penyebab infeksi utama

timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe dasar dari

diare akut karena infeksi adalah non inflammatory dan inflammatory.

Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui produksi enterotoksin oleh

bakteri, destruksi sel permukaan vili oleh virus, perlekatan oleh parasit, perlekatan

dan/atau translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory diare biasanya disebabkan

oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung atau memproduksi sititoksin.

Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia adalah

sebagai berikut :

Golongan Bakteri

1. Aeromonas 8. Salmonella

2. Bacillus cereus 9. Shigella

3. Campilobacter jejuni 10. Staphylococcus aureus

4. Clostridium perfringens 11. Vibrio cholera

5. clostridium defficile 12. Vibrio enterocolitica

6. Eschericia coli 13. Yersinia enterocolitica

7. Plesimonas shigeloides

Golongan Virus

1. Astrovirus 5. rotavirus

2. Calcivirus 6. Norwalk virus

3. Enteric adenovirus 7. Herpes simplek virus

4. Coronavirus 8. Cytomegalovirus

Golongan Parasit

1. Balantidium coli 5. Giardia lambia

2. Blastocystis homonis 6. Isospora belli

3. Cryptosporodium parvum 7. Strongyloides stercoralis

4. Entamoeba histolytica 8. Trichuris trichiura

Page 5: Case Diare Akut

Di Negara berkembang kuman pathogen penyebab penting diare akut pada anak – anak

yaitu : Rotavirus,Eschericia coli enterotoksigenik, Shigella, Campilobacter jejuni dan

Cryptosporodium.

Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan oleh virus yaiut virus yang menyebabkan

diare pada manusia secara selektif menginfeksi dan menghancurkan sel-sel ujung-ujung

villus pada usus halus. Biopsy usus menunjukkan berbagai tingkat penumpulan villus dan

infiltarsi sel bundar pada lamina propria. Perubahan – perubahan patologis yang diamati

tidak berkorelasi dengan keparahan gejala – gejala klinis dan biasanya sembuh sebelum

penyembuhan diare.

Virus akan menginfeksi lapisan epithelium di usus halus dan menyerang villus di usus

halus. Hal ini menyebabkan fungsi absorbsi usus halus terganggu. Sel –sel epitel usus

halus yang rusak diganti oleh enterosit baru, berbentuk kuboid, yang belum matang

sehingga fungsinya belum baik. Villus mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorbsi

cairan dan makanan secra baik. Selanjutnya cairan dan makanan yang tidak terserap /

tercerna akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus

sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus,

menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan nutrien yang tidak sempurna.

Pada usus halus, enterosit villus sebelah atas adalah sel-sel yang terdiferensiasi, yang

mempunyai fungsi pencernaan seperti hidrolisis disakarida dan fungsi penyerapan seperti

transpor air dan elektrolit melalui pengangkutan bersama ( kotranspor ) glukosa dan asam

amino. Enterosit kripta merupakan sel yang tidak terdiferensiasi, yang tidak

mempunyaienzim hidrofilik tepi bersilia dan merupakan pensekresi ( sekretor ) air dan

elektrolit. Dengan demikian infeksi virus selektif sel – sel ujung villus menyebabkan (1)

ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan usus terhadap sekresi, (2) malabsorbsi

karbohidrat kompleks, terutama laktosa.

Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan

pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP, cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis

terjadinya diare olehsalmonella, shigella E. Coli agak berbeda dengan patogenesis diare

oleh virus,tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya, bakteri ini dapat menembus ( invasi )

sel mukosa usus halus sehingga dapat menyebabkan reaksi sistemik. Toksin shigella juga

Page 6: Case Diare Akut

dapat masuk ke sarabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua

bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.

Disamping itu penyebab diare non infeksi yang dapat menyebabkan diare pada anak antar

lain :

Kesulitan makan

Defek Anatomis

Malrotasi

Penyakit Hirschprung

Short Bowel Syndrome

Atrofi mikrovilli

Malabsorbsi

Defisiensi disakaridase

Malabsorbsi glukosa-galaktosa

Endokrinopati

Thyrotoksikosis

Penyakit Addison

Syndroma andrenogenital

Keracunan makanan

Logam berat

Mushrooms

Neoplasma

Neuroblastoma

Phaechromaocytoma

Lain - lain

Infeksi non gastrointestinal

Alergi susu sapi

Pengakit Chron

Defisiensi imun

Colitis ulserosa

Gangguan motilitas usus

Pellagra

Page 7: Case Diare Akut

Patofisiologi Diare

Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses absorbsi atau seksresi.

Terdapat beberapa pembagian diare:

1. Pembagian diare menurut etiologi

2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan

a. Absorbsi

b. Gangguan sekresi

3. Pembagian diare menurut lamanya diare

a. Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari

b. Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-

infeksi

c. Diare persisten yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi

infeksi.

Diare akibat gangguan absorbsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar

daripada kapasitas absorbsi. Disini diare dapat terjadi akibat kelainan di usus halus,

mengakibatkan absorbsi menurun atau sekresi yang bartambah. Apabila fungsi usus halus

normal, diare dapat terjadi akibat absorbsi di kolon menurun atau sekresi di kolon

meningkat. Diare dapat juga tdikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan

imunologi.

1. Gangguan Absorbsi atau Diare Osmotik

Secara u8mumterjadi penurunan fungsi absorbsi oleh berbagai sebab seperti celiac

sprue, atau karena :

a. Mengkonsumsi magnesium hidroksida

b. Defisiensi sukrase – isomaltase adanya laktase defisien pada anak yang lebih

besar

c. Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus

halus bagian proksimal tersebut bersifat hipertonis dan menyebabkan

hiperosmolaritas. Akibat perbedaan tekanan osmose antara lumen usus dan

darahmaka pada segmen usus jejunum yang bersifat permeabel,air akan mengalir

ke arah lumen jejunum, sehingga air akan banyak terkumpul dalam lumen usus.

Page 8: Case Diare Akut

Na akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul

cairan intraluminal yang besar dengan kadar Na yang normal. Sebagian kecil

cairan ini akan diabsorbsi kembali, akan tetapi lainnya akan tetap tinggal di lumen

oleh karena ada bahan yang tidak dapat diserap seperti Mg, glukose, sukrose,

laktose, maltose di segmen ileum dan ,elebihi kemampuan absorbsi kolon,

sehingga terjadi diare. Bahan – bahan seperti karbohidrat dari jus buah atau bahan

yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlebihan akan memberikan dampak

yang sama.

2. Malabsorbsi Umum

Kadanaan seperti short bowel sindrom, celiac, protein, peptida, tepung, asam amino

dan monosakarida mempunyai peran pada gerakan osmotik pada lumen usus.

Kerusakan sel ( yang secara normal akan menyerap Na dan air ) dapat disebabkan

virus atau kuman, seperti salmonella, Shigella, atau Campylobacter. Sel tersebut juga

dapat rusak karena inflammatory dowel disease idiopatil, akibat toksin atau obat-

obatan tertentu. Gambaran karakteristik penyakit ini yang menyebabkan malabsorbsi

usus adalah atropi villi. Lebih lanjut, mikroorganisme tertentu menyebabkan

malabsorbsi nutrient dengan merubah faal membrane brush border tanpa merusak

susunan anatomi mukosa. Maldigesti protein lengkap, karbohidrat dan trigliserida

disebabkan oleh insufisiensi eksokrin pancreas yang menyebabkan malabsorbsi yang

signifikan dan mengakibatkan diare osmotic.

3. Gangguan Sekresi atau diare sekretorik

Hiperplasia kripta

Teoritis adanya hiperplasia kripta akibat penyakit apapun dapat menyababkan sekresi

intestinal dan diare. Pada umumnya penyakit ini menyebabkan atrofi villi.

Luminal Scretagogues

Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan

bahan kimia yang dapat mensimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk

dihydroxy, serta asam lemak rantai panjang.

Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengancara meningkatkan konsentrasi

intrasel cAMP, cGMP atau Ca++ yang selamjutnya akan mengaktifkan rotein kinase.

Pengaktifan protein kinase akan menyebabkan fosforilasi membran protein sehingga

Page 9: Case Diare Akut

mengakibatkan perubahan saluran ion, akan menyebabkan Cl- di kripta keluar. Di sisi

lain terjadi peningkatan pompa natrium, dan natrium masuk ke dalam lumen usus

bersama Cl-

Bahan laksatif dapat menyebabkan bervariasi efek pada aktivitas NaK-ATPase.

Beberapa diantaranya memacu peningkatan kadar cAMP intraseluler, meningkatkan

permeabilitas intestinal dan sebagian menyebabkan kerusakan sel mukosa.

4. Diare akibat gangguan peristaltik

Meskipun motilitas jarag menjadi penyebab utama malabsorbsi, tetapi perubahan

motolitasbmempunyai pengaruh terhadap absorbsi, baik peningkatan maupun

penurunan, keduanya dapat menyebabkan diare. Penurunan motalitas dapat

mengakibatkan bakteri tumbuh ampau yang menyebabkan diare. Perlambatan transit

obat-obatan atau nutrisi akan meningkatka absorbsi. Kegagalan motilitas usus yang

berat akan menyebabkan stasis intestinal berakibat inflamasi, dekonjugasi garam

empedu, dan malabsorbsi. Diare akibat hiperperistaltik pada anak jarang terjadi

5. Diare Infalamsi

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada beberapa keadaan.

Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tigh junction, tekanan hidrostatik dalam

pembuluh darah dari limfatik menyebabkan air, elektrolit, mukus, protein dan

seringkali sel darah merah dan sel darah putih menumpuk dalam lumen. Biasanya

diare akibat nflamasi ini erhubungan dengan tipe diare ain seperti diare smotik dan

diare sekretorik.

6. Diare terkait imunologi

Diare terkait imunologi dihubungkan dengan reksi hipersensitivitas tipe I,III dan IV.

Reaksi tipe I yaiu terjadi reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen makanan.

Reaksi tipe III msalnya pada penyakit gastroenteropati, sadangkan reaksi tipe IV

terdapat pada Coeliacdisease dan protei loss enteropaties.

Berbagai mediator yang lepas pada reaksi hipersensitivitas diatas akan menyebabkan

luas permukaan mukosa berkurang akibat kerusakan jaringan, merangsang sekresi

kloridayang diikuti oleh natrium dan air.

Manifestasi Klinis.

Page 10: Case Diare Akut

Infeksi usus menimbulkan tanda dan gejala gastrointestinal serta gejala ainnya bila terjadi

komplikasi ekstra intestinal erasuk manifestasi neurologik. Gejala gastrointestinal bisa

berupa diare, kram perut dan muntah. Sedangkan manifestasi klinik sistemik bervarisi

tergantung dari penyebabnya.

Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,

klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah, dan

kehilangan air juaga menngkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi,

asidosis metabolik dan hipokalemia. Dehidarsi merupakan keadan yang paling berbahaya

karena dapat menyebabkan hipovolemi, kolaps kardiovaskuler, dan kematian bila tidak

diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma berupa dehidrasi

isotonik, dehidrasi hipertonik ( hipernatremik ), atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat

dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, sedang atau dehidras berat.

Diagnosis

1. Aamnesis

Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut : lama diare, frekuensi,

volume, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai

muntah : volume dan frekuensinya. Kencing: biasa, berkurang, atau tidak kencing

dalam 6-8 jam terkhir. Makanan dan minuman yang diberian selama diare.

Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai sepert batuk, pilek, otitis media,

campak. Tindakan yang telah dilakukan ibu selama aank diare: memberi oralit,

membawa berobat ke puskemas atau rumah sakit dan obat – obatan yang

diberikan serta riwayat imuisasinya.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa : berat badan, suhu tubuh, frekuensi

denyut jantung dan pernafasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari

tanda-tanda utama dehidrasi : kesadara, rasa haus dan turgor kulitabdomen dan

tanda-tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata :

cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir, mukosa mulut dan dan

lidah kering atau basah.

Page 11: Case Diare Akut

Pernafasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus

yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemerksaan ekstrimitas perlu

karena perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi

Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003

Simtom Minimal atau tanpa

dehidrasi ( Kehilangan BB <

3 % )

Dehidrasi ringan-sedang

( Kehilangan BB 3%-

9% )

Dehidrasi berat

Kehilangan BB> 9%

Kesadaran Baik Normal,lelah, gelisah,

irritable

Apatis, lethargi, tidak

sadar

Deyut jantung Normal Normal-meningkat Takikardi, bradikardi

pada kasus berat

Kualitas nadi Normal Normal-melemah Lemah, kecil, tidak

teraba

Pernafasan Normal Normal-cepat Dalam

Air mata Ada Berkurang Tidak ada

Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Cubitan kulit Segera kembali Kembali<2 detik Kembali>2 detik

Capillary refill Normal memanjang Memanjang, miimal

Ekstrimitas Hangat Dingin Dingin, sianotik

Kencing Normal Berkurang Minimal

3. Laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut:

Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan

tes kepekaan terhadap antibiotika

Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika

Tinja:

Pemeriksaan Makroskopik : Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada

semua penderita dengan diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan.

Tinja yang watry tanpa mukus atau darahbiasanya disebabkan oleh enterotoksin

virus, protozoa atau disebabkan oleh infeksi di luar saluran gastrointestinal

Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi bakteri yang

menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabka peradangan mukosa

Page 12: Case Diare Akut

atau parasit usus seperti : E.hystolitica, B coli, dan T trichiura. Apabila terdapat darah

biasanya bercampur dengan tinja kecuali pada infeksi dengan e.hystolitica darah

sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis-garis

darah pada tinja. Tinja berbau busuk didapatkan padainfeksi dengan Salmonella,

giardia, Cryptosporidium dan Strongiloides.

Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya leukosit dapat memberikan

informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya proses peradangan

mukosa. Leukosit di dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang

menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif pada pemeriksaan tinja menunjukkan

adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitotoksin seperti Shigella,

Salmonella, C. Jejuni dan sebagainya.

Kultur tinja harus segera dilakukan bla dicurigai terdapat Hemolytic Uremic

Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat leukosit pada tinja, KLB diare,

dan pada penderita imunocompromaised.

Terapi

1. Pengobatan Diare tanpa dehidrasi

TRO ( Terapi Rehidrasi Oral )

Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga untuk

mencegah dehidrasi seperti larutan gula garam, kuah sayr-sayuran dan

sebagainya. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga penderita.

Jumlah cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia <1 tahun

50-100 ml, 1-5 tahun dalah 100-200 ml, 5-12 tahun adalah 200-300 ml dan

dewasa adalah 300-400 ml setiap BAB.

Untuk anak dibawah umur 2 thun cairan harus diberikan dengan sendok setiap 1-2

menit. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dengan gelas dengan

tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian

mulai lagi perlahan – lahan misalnya 1 sendok setia 2-3 menit. Pemberian cairan

dilanjutka sampai diare berhenti. Selain cairan rumah tangga ASI dan makanan

Page 13: Case Diare Akut

yang biasa tetap harus diberikan. Makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering

( lebih kurang 6 kali sehari ) serta rendah serat.

2. Pengobatan Diare dehidrasi Ringan-sedang

TRO ( Terapi Rehidrasi Oral )

Penderita diare degan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana kesehatan

dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit yang

diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB.

Apabila oleh karena satu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan per oral, oralit

dapat diberikan nelalui nsogasterik deng an volume yang sama dengan kecepatan

20ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan penderita dievaluasi, apakah membaik,

tetap atau memburuk. Bila keadaan membaikdan dehidrasi teratasi pengobatan

dapat dilanjutkan di rumah dengan memberikan oralit dan makanan dengan cara

seperti pada pengobatan diare tanpa dehidrasi.

3. Pengobatan diare dehidrasi berat

TRP ( Terap Rehidrasi Parenteral )

Pasien yang masih dapat minum meskipun sedikit harus diberi oralit sampai

cairan infus terpasang. Selain itu semua anak harus diberi oralit selama pemberian

cairan intravena ( 5 ml/kgBB/jam), apbila anak dapat minum dengan baik

biasanya dalam 3-4 jam ( untuk bayi ) atau 1-2 jam (untuk anak yang lebih

besar ). Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat dengan dosis

100ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk <1tahun 1 jam pertama 30cc/kgBB,

dilanjutkan 5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Di atas 1 tahun ½ jam pertama

30cc/kgBB dilanjutkan 2 ½ jam berikutnya 70 cc/kgBB.

Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat

dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan

evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yaitu : pengobatan diare dengan dehidrasi

ringan-sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi

4. Seng ( Zinc )

Seng merupakan mikronutrien komponen berbagai enzim dalam tubuh yang

penting antara lain untuk sinreis DNA. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF

telah merekomendasikan penggunaan seng pada anak dengan diare dengan dosis

Page 14: Case Diare Akut

20 mg per hari selama 10-14 hari, dan pada bayi<6 bulan dengan dosis 10 mg per

hari selama 10-14 hari

5. Pemberian makanan selama dan setelah diare

Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah

sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak anak

mampu menerima. Meneruskan pemberian makanan aan mempercepat

kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan

mengabsorbsi berbagai nutrien, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah

atau paling tidak dikurangi. Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering

mungkin dan selama anak mau. Bayi yang tidak mium ASI harus diberi susu yang

biasa diminum paling tidak setiap 3 jam.

Bila anak umur 4 bulan atau lebih dan sudah mendapatkan makanan lunak atau

padat, makanan ini harus diteruskan. Diberikan dalam porsi kecil atau sering ( 6

kali ataulebih ).

6. Terapi Medikamentosa

Antibiotika

Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karen

sebagian besra diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self limited dan

tidak dapat dibunuh dengan antibiotika.

Antibiotika pilihan pada diare antara lain erythromycin 12,5 mg/kgBB 4x

sehari selama 3 hari, ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3hari.

Metronidazole 10 mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.

Obat Antidiare

Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis

dan tidak diindikasikan untuk mengobati diare akut pad anak, beberapa

dianteranya:

Adsorben

Contoh : kaolin, attapulgite. Obat-oat ini dipromosikan untuk mengikat dan

menginaktivasi toksin bakteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta

dikatakan mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus.

Antimotilitas

Page 15: Case Diare Akut

Contoh : loperamide hydrochloride. Obat ini dapat mengurangi frekuensi diare

pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak.

Probiotik

Probiotik merupakan mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi

yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora

intestinal yang lebih baik. Mekanisme efek probiotik melalui perubahan

lingkungan mikro lumen usus ( pH , O2 ), produksi bahan anti mikroba terhadap

beberapa patogen usus,kompetisi nutrien, mencegah adhesi kuman patogen pada

enterosit, modifikasi toksin/ reeptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus

melalui penyediaan nutrien dan imunomodulator. Contohnya : Lacto B.

Prebiotik

Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme, tetapi bahan makanan umumnya

komplks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang pertumbuhan flora

intestinal yng menguntungkan kesehatan. Oligosakarida di ASI merupakan

prototipe prebiotik karena dapat merangsang lactobacilli dan Bifidobacteria di

colon bayi yang minum ASI

Page 16: Case Diare Akut

BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : X

Jenis Kelamin : Laki-laki

Anak ke : 2 dari 2 bersaudara

Umur : 1 tahun 5 bulan

Suku Bangsa : Minangkabau

Alamat : kuranji

Alloanamnesis

Diberikan oleh ibu kandung

Seorang pasien laki – laki umur 1 tahu 5 bulan dirawat di bangsal anak dengan keluhan

utama : berak – berak encer sejak 2 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

Demam sejak 5 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil, tidak berkeringat dan

tidak disertai kejang.

Muntah sejak 3 hari yang lalu banyaknya 2 sendok makkan, frekuensi 2-3 x sehari,

isi apa yang di makan dan diminum, muntah tidak menyemprot

Page 17: Case Diare Akut

Berak- berak encer sejak 2 hari yang lalu, frekuensi 3-4 kali sehari, banyaknya ¼

gelas, tidak berlendir dan tidak berdarah.

Batuk pilek tidak ada

Sesak nafas tidak ada

Anak mau minum dan menyusu

Riwayat ganti susu formula tidak ada

Buang air kecil terakhir 4 jam yang lalu, tidak pekat dan jumlah biasa

Nak sudah dibawa berobat ke dokter umum 2 kali dan sudah mendapat obat, tapi

karena tidak ada perbaikan pasien dirujuk ke RSUP Dr M Djamil

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada pernah menderita berak-berak encer sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga dirumah pasien yang menderita sakit dengan keluhan seperti

diatas

Riwayat Kehamilan

Ibu kontrol sekali sebulan secara teratur ke bidan.

Riwayat Kelahiran

Lahir spontan, ditolong idan , langsung menangis kuat, BB lahir 2900 gram, panjang lahir

47 cm.

Riwayat minum dan makan

ASI : sejak lahir – sampai sekarang

PASI : buah,biskuit, nasi tim,nasi lunak

Riwayat Imunisasi :

Page 18: Case Diare Akut

BCG umur 2 bulan ( scar + )

DPT : umur 2,3,4 bulan

Polio : 2,3 4 bulan

Hepaitis B : umue 3,4,5 bulan

Campak : umur 9 bulan

Kesan : Pasien sudah mendapat imunisasi dasar lengkap

Riwayat Sosial Ekonomi dan Keluarga

Pasien anak ke dua dari 2 bersaudara, ayah bekareja sebagai security di Pertamina dan

ibu adalah ibu rumah tangga, tinggal di Perumnas, sumber air minum berasal dari sumur

gali, buang air besar di jamban, pekarangan cukup luas, sampah rumah tangga di buang

ke tempat pembuangan sampah.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : sakit sedang

Kesadaran : sadar

Tekanan Darah : 90/60 mmHg

Frekuensi nadi : 128 x / menit

Frekuensi nafas : 42 x / menit

Suhu : 37,8º C

Berat badan : 7,5 kg

Tinggi badan : 76 cm

BB rehidrasi : 7, 9 kg

BB/U : 7,9/ 11,5 x 100% = 68,69 %

TB/U : 76/81 x 100% = 93,82 %

Page 19: Case Diare Akut

BB/TB : 7,9/ 10,5 x 100% = 75,23%

Kesan : gizi kurang

PEMERIKSAAN SISTEMIK

Kulit : Teraba hangat, turgor lambat , sianosis (-), ikterik (-), pucat (-)

Kepala : Bentuk simetris, rambut hitam, tidak mudah dicabut, ubun-ubun tidak

cekung.

Mata : mata terlihat cekung

Pupil isokor, Reflek cahaya +/+ normal

Telinga : Tidak ada kelainan

Hidung : Nafas cuping hidung (-)

Mulut : Mukosa mulut dan lidah basah, lidah kotor (-), sianosis (-)

Thorak

Paru Inspeksi : normochest, retraksi epigastrium (-)

Perkusi : sonor kiri = kanan

Auskultasi : bronkial, ronkhi (-), wheezing (-)

Jantung Inspeksi : iktus tidak terlihat

Auskultasi : irama teratur, bising tidak ada.

Abdomen

Inspeksi : perut tidak membuncit, distensi tidak ada

Palpasi : hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kuli perut lambat.

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Page 20: Case Diare Akut

Alat kelamin : tidak ada kelainan

Extremitas : akral teraba hangat, refilling kapiler baik,

reflek patella +/+ N, achilles +/+ N. Reflek patologis -/-

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Darah

Hb : 14,1 gr%

Leukosit : 11/mm3

Hitung Jenis : 0 / 0 / 1 / 57 / 38 / 4

Urine : warna kuning, protein (-), bilirubin (-),

Feses :

makroskopis ; warna kuning, konsistensi encer, darah (-), lendir (-), sisa masanan(+)

mikroskopis ; eritrosit (-), leukosit(-), amuba(-), telur cacing (-),parasit lain(-)

Diagnosis Kerja

Diare akut dehidrasi sedang

Terapi

1. IGFD oralit 75 mg/kgBB (habis dalam 3 jam ) : (( 75x7,9) x 15)/ (3x60) =

49tetes/menit

2. 100-200 cc oralit setiap muntah atau mencret

3. Lacto B 2x 1

4. Zinked 1x 20 mg

5. ASI OD

6. Kebutuhan Kalori : 7,9 kg x 100 kal = 790 kkal

Cara pemberian ( 1 sdm =22 kkal=30cc)

Page 21: Case Diare Akut

BB :7,9 x 100 =790 kkal

790/22 = 36 sendok takar = 1080 cc ( diet : 8 x 135 cc )

Follow Up

26 agustus 2010

S/ berak berak encer maih ada 1x banyaknya 3 sdm, ampas ada

Muntah tidak ada

Kejang tidak ada

Sesak nafas tidak ada

Intake masuk per oral

BAK jumlah dan warna biasa

O/

Keadaan umum : sakit sedang, anak sadar dan aktif

HR :90 x/ menit

T : 36,70C

RR : 32x/ menit

BB : 7,8 kg

Kulit : turgor baik

Mata : tidak cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik

Thorak : cor dan pulmo dalam batas normal

Abdomen : distensi tidak ada, bising usus (+) N

Kesan : Diare Akut dehidrasi sedang ( dalam perbaikan )

Terapi

Page 22: Case Diare Akut

1. 100-200 cc oralit setiap muntah atau mencret

2. Lacto B 2x 1

3. Zinked 1x 20 mg

4. ASI OD

5. Kebutuhan Kalori : 7,9 kg x 100 kal = 790 kkal

Cara pemberian ( 1 sdm =22 kkal=30cc)

BB :7,9 x 100 =790 kkal

790/22 = 36 sendok takar = 1080 cc ( diet : 8 x 135 cc )

26 agustus 2010

S/ berak berak encer tidak ada

Muntah tidak ada

Kejang tidak ada

Sesak nafas tidak ada

Intake masuk per oral

BAK jumlah dan warna biasa

O/

Keadaan umum : sakit sedang, anak sadar dan aktif

HR : 102 x/ menit

T : 36,50C

RR : 30x/ menit

BB : 8 kg

Kulit : turgor baik

Page 23: Case Diare Akut

Mata : tidak cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik

Thorak : cor dan pulmo dalam batas normal

Abdomen : distensi tidak ada, bising usus (+) N

Kesan : Diare Akut dehidrasi sedang ( stabil )

Terapi

1. Zinked 1x 20 mg

2. ASI OD

3. Kebutuhan kalori Cara pemberian ( 1 sdm =22 kkal=30cc)

BB :8 x 100 =800 kkal

800/22 = 36,5 sendok takar = 1090 cc ( diet : 8 x 136 cc )