Top Banner
CASE REPORT I.IDENTITAS PASIEN Nama : Sdr. EPD Kelamin : Wanita Umur : 16 tahun Alamat : Mangunsuman, Sukoo Agama : Islam Pekerjaan : Pelajar Tanggal masuk RS : 09/02/2014 Tanggal pemeriksaan :10/02/2014 II. Anamnesa A. Keluhan utama : Nyeri paha kiri. B. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke RSUD Ponorogo dengan keluhan nyeri pada paha kiri dan sakit bila digerakkan. Sebelumnya pasien mengakui ditabrak dari samping saat mengendarai sepeda motor. Nyeri terasa menusuk, dan terasa di dalam, Nyeri dirasakan sangat menggangu sampai tidak
37

Case CF Femur Sn

Oct 20, 2015

Download

Documents

close frakture
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

CASE REPORT FR FEMUR

CASE REPORTI. IDENTITAS PASIEN

Nama

: Sdr. EPD Kelamin

: Wanita Umur

: 16 tahun

Alamat

: Mangunsuman, Sukoo Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pelajar Tanggal masuk RS

: 09/02/2014 Tanggal pemeriksaan:10/02/2014II. Anamnesa

A. Keluhan utama :

Nyeri paha kiri.B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke RSUD Ponorogo dengan keluhan nyeri pada paha kiri dan sakit bila digerakkan. Sebelumnya pasien mengakui ditabrak dari samping saat mengendarai sepeda motor. Nyeri terasa menusuk, dan terasa di dalam, Nyeri dirasakan sangat menggangu sampai tidak bisa diabaikan. Nyeri meningkat bila paha digerakkan dan berkurang bila istirahat dan diberi obat penghilang rasa sakit. Pasien menyatakan saat itu kecepatan motor pasien kurang lebih 30 km/jam dan sedang menyeberang jalan raya, sedangkan kecepatan motor yang menabrak kurang lebih 50km/jam, saat kejadian pasien mengenakan helm. Pasien tidak detail mengingat saat kejadian, akan tetapi berdasarkan pengakuan, saat ditabrak pasien jatuh kesisi sebelah kiri dengan tumpuan paha kiri, posisi akhir tengkurap dan tidak terpental. Pada saat kejadian pasien tidak pingsan, tidak muntah, tidak ada darah keluar dari hidung dan mulut, tidak mengompol serta tidak ada luka terbuka pada daerah kaki yang nyeri, pusing (-), sakit kepala (-), demam (-), mual (-), muntah (-), sesak nafas (-), nyeri dada (-), nyeri perut (-), BAB normal.Ada luka lecet pada beberapa bagian punggung kaki kanan dan kiri serta menyangkal adanya nyeri ditempat lain. Pasien tidak mengakui adanya penjalaran rasa nyeri tersebut ke lokasi lain. Nyeri juga tidak berdenyut dan tidak demam sebelum dan setelah jatuh. Pasien juga tidak merasakan nyeri pada pagi dan malam hari sebelumnya. Pasien tidak mengeluh adanya kesemutan. Pasien juga mengatakan tidak ada benjolan sebelum jatuh. Pasien juga mengaku tidak berkeringat di malam hari, penurunan berat badan sebelum kecelakaan.

Sebelum jatuh, paha kiri pasien dapat bergerak bebas dan tidak merasa nyeri. Sebelumnya pasien juga tidak mengakui adanya kelemahan pada paha kiri, tidak merasakan kesemutan dan ketika diangkat tidak merasa berat, kaki ataupun anggota tubuh lainnya. Pasien juga mengaku sebelumnya tidak pernah opname dan menjalani operasi tulang.C. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat Alergi

: disangkal

Riwayat Hipertensi

: disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat Diabetes Melitus: disangkal

Riwayat Sakit Ginjal

: disangkal

Riwayat Trauma

: disangkal

D. Riwayat Penyakit keluarga

Riwayat Alergi

: disangkal

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat hipertensi

: disangkal

Riwayat Diabetes Melitus

: disangkal

III. PEMERIKSAAN FISIKA. Status Generalis

Keadaan Umum

: Baik

Gizi

: Cukup, Berat: 60 kg

Tinggi : 158 cm Kesadaran

: Compos Mentis E4V5M6

Vital Sign

Tekanan Darah

: 120/70Nadi

: 96 x/ menit

RR

: 24 x/ menit

Suhu

: 37,5oper axillaB. Pemeriksaan fisik

a) Kepala/Leher

Jejas (-), ekskoriasi (-), nyeri tekan (-), hematoma (-), rhinorea(-), otorhea(-), cyanosis (-), dispneu (-)b) Mata Konjungtiva

: Anemis (-/-)

Sklera

: Ikterus (-/-) Pupil

: Reflek cahaya (+/+), isokor 3mmc) Thoraks Dinding torax

: jejas (-)

Paru

Inspeksi

: simetris, ketinggalan gerak (-/-)

Palpasi

: fremitus normal Perkusi

: sonor diseluruh lapang paru

Auskultasi: suara dasar vesikular, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi

: iktus cordis tidak terlihat

Palpasi

: iktus cordis teraba

Perkusi

: batas jantung tidak membesar

Auskultasi: SI-II regular, murmur (-)

d) Abdomen

Inspeksi

: jejas (-), distensi (-), masa (-) Auskultasi: peristaltik (+) normal

Palpasi

: supel, NT (-), defans muskular (-)

Perkusi

: timpani, hepar pekake) Ekstemitas

Atas

: edema (-/-), jejas (-/-), akral hangat

(+/+), deformitas (-/-) CRT < 2detik Bawah

: edema (-/-), jejas (+/+), akral

hangat (+/+), deformitas pada regio

femoralis sinistra (+) CRT < 2detikStatus lokalis

a) Lokasi trauma

: regio femoralis sinistrab) Look

Edema

: + Luka

: VE (-) Deformitas: + True Length

: 80/77

Appearance Length : 87/84 Anatomical Length : 46/44c) Feel Hangat: +

Nyeri tekan: + Capilarry refill time: < 2 detik Pulsasi : Arteri dorsalis pedis (+), arteri peroneus profundus (+) Krepitasi

: sde Fungsi sensorik: n. Tibialis (+), n. Peroneus Superficialis (+), n. Peroneus Profundus (+)d) Move False movement

: (+) Krepitasi

: (+) Nyeri gerak

: (+) Fungsi Motorik

: n. Tibialis (+), n. Peroneus Superficialis (+), n. Peroneus Profundus (+)

ROM

: terbatas karena nyeri

VI. CLINICAL ASSESMENT Closed fracture femur sinistraVII . PLANNINGa. Diagnosa

Foto rontgen femur sinistra AP dan Lateral

b. Terapi

Reposisi dan Immoblisasi

Konservatif

Skletal traksi

Operatif

ORIF

Medikamentosa Ceftriaxone 2x1g Ketorolac 3x1amp

c. Monitoring

Klinis, Vital Sign

d.Edukasi

Diet, stretching distal frakturTINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI FRAKTURFraktur adalah gangguan pada kontinuitas tulang dengan atau tanpa letak perubahan letak fragmen tulang. Menurut Lane and Cooper, fraktur atau patah tulang adalah kerusakan jaringan atau tulang baik komplet maupun inkomplete yang berakibat tulang yang menderita tersebut kehilangan kontinuitasnya dengan atau tanpa adanya jarak yang menyebabkan fragmen.Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. Secara garis besar, fraktur dapat diklasifikasikan menjadi fraktur komplit dan inkomplit. Pada fraktur komplit, tulang benar-benar patah menjadi dua fragmen atau lebih. Fraktur inkomplit adalah patahnya tulang hanya pada satu sisi saja. Fraktur komplit dapat dibagi lagi menjadi fraktur transversa, oblik/spiral, impaksi, kominutif, dan intra-artikular. Fraktur inkomplit dapat dibagi menjadi greenstick fracture, yang khas pada anak-anak, dan fraktur kompresi, yang biasanya ditemukan pada orang dewasa. Fraktur avulsi terjadi bila suatu fragmen tulang terputus dari bagian tulang sisanya yang disebabkan oleh tarikan ligamentum atau pelekatan tendon yang kuat dan biasanya terjadi akibat dari kontraksi otot secara paksa.

Jenis-jenis fraktur :

Greenstick : tulang anak bersifat fleksibel, sehingga fraktur dapat berupa bengkokan tulang di satu sisi dan patahan korteks di sisi lainnya. Tulang juga dapat melengkung tanpa disertai patahan yang nyata (fraktur torus).

Comminuted : fraktur dengan fragmen multiple.

Avulsi : sebuah fragmen tulang terlepas dari lokasi ligamen atau insersi tendon.

Patologis : fraktur yang terjadi pada tulang yang memang telah memiliki kelainan, seringkali terjadi setelah trauma trivial, misalnya penyakit Paget, osteoporosis, atau tumor.

Fraktur stres atau lelah : akibat trauma minor berulang dan kronis. Daerah yang rentan antara lain metatarsal kedua atau ketiga (fraktur march), batang tibia proksimal, fibula, dan batang femoral (pada pelari jarak jauh dan penari balet).

Fraktur impaksi : fragmen-fragmen saling tertekan satu sama lain, tanpa adanya garis fraktur yang jelas.

Fraktur lempeng epifisis pada anak di bawah usia 16 tahun. Fraktur ini dapat dikelompokkan menjadi tipe 1 sampai 5 berdasarkan klasifikasi Salter Harris.

Gambar 1. Beberapa tipe frakturII. ETIOLOGIFraktur tidak selalu disebabkan oleh trauma yang berat; kadang-kadang trauma ringan saja dapat menimbulkan fraktur bila tulangnya sendiri terkena penyakit tertentu. Jika trauma ringan yang terus menerus dapat menimbulkan fraktur. Berdasarkan ini, maka dikenal berbagai jenis fraktur :

Fraktur disebabkan trauma yang berat

Fraktur spontan/patologik

Fraktur stress/fatigue

Trauma dapat bersifat:

Eksternal : tertabrak, jatuh dan sebagainya.

Internal : kontraksi otot yang kuat dan memdadak seperti pada serangan epilepsi, tetanus, renjatan listrik, keracunan strinkin.

Trauma ringan tetapi terus menerus.

Fraktur patologik adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami proses patologik, misalnya tumor tulang primer atau sekunder, myeloma multiple, kista tulang, osteomyelitis, dan sebagainya. Fraktur stress disebabkan oleh trauma ringan tetapi terus menerus, misalnya fraktur march pada metatarsal, fraktur tibia pada penari balet, fraktur fibula pada pelari jarak jauh, dan sebagainya.III. ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG

Anatomi Tulang

Tulang dalam garis besarnya dibagi atas:

1. Tulang panjang

Yang termasuk tulang panjang misalnya femur, tibia, ulna dan humerus, dimana daerah batas disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis disebut metafisis. Daerah ini merupakan suatu daerah yang sangat sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit, oleh karena daerah ini merupakan daerah metabolik yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan berkembang pada daerah lempeng efifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang.2. Tulang pendek

Contoh dari tulang pendek antara lain tulang vertebra dan tulang-tulang karpal.

3. Tulang pipih

Yang termasuk tulang pipih antara lain tulang iga, tulang scapula dan tulang pelvis.Secara makroskop terdiri dari : (1) substantia compacta dan (2) substantia spongiosa.Pada os Longum substantia compacta berada di bagian tengah dan makin ke ujung tulang menjadi semakin tipis. Pada ujung tulang terdapat substantia spongiosa, yang pada pertumbuhan memanjang tulang membentuk cavitis medullaris. Lapisan superficialis tulang disebut periosteum dan lapisan profunda disebut endosteum. Bagian tengah os longum disebut corpus, ujung tulang berbentuk konveks atau konkaf, membesar, membentuk persendiaan dengan tulang lainnya.

Dari aspek pertumbuhan, bagian tengah tulang disebut diaphysis, ujung tulang disebut epiphysis dibentuk oleh cartilago, dan bagian diantara keduanya disebut metaphysis, tempat peartumbuhan memanjang dari tulang (peralihan antara cartilago menjadi osseum). Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut korteks dan bagian dalam yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan diluarnya dilapisi oleh periostenum. Pada anak lebih tebal daripada orang dewasa, yang ,memungkingkan penyembuhan tulang pada anak lebih cepat dibandingkan orang dewasa. Anatomi Femura. Anatomi dan Fisiologi Tulang FemurFemur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dantrochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasidengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput terdapatlekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput.Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasukitulang pada fovea.

Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke bawah,belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 (pada wanita sedikit lebihkecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapatdirubah oleh penyakit.Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang. Yangmenghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan cristaintertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum quadratum. Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin dan bulat pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat rabung, linea aspera.Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.Tepian medial berlanjut kebawah sebagaicrista supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylusmedialis. Tepian lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada permukaan posterior batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis,yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distal dan membentuk daerah segitiga datarpada permukaan posteriornya, disebut fascia poplitea. Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk articulatio genu. Di atascondylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium berhubungan langsung dengan epicondylus medialis.Otot-otot femur terdiri dari 3kelompok.

1. Kelompok anterior (ekstensor)

a) m. rectus femoris

b) m. vastus lateralis

c) m. vastus medialis

d) m. vastus intermedius genu

e) m. Sartorius

2. Kelompok medial (adduktor)a) m. pectineus

b) m.gracilis

c) m. adductor longus

d) m. adductor brevis

e) m. adductor magnus

3. Kelompok posterior (fleksor)a) m. biscep femoris

b) m. semitendinosus

c) m.semimembranosus

d) m. psoas majore) m. iliacus

f) m. tensor fascia lataVaskularisasi femur: arteri femoralis superficial, a obturator, vena saphena magna, venaobturator, vena femoralis.Fisiologi

Tulang adalah adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel : osteoblast, osteosit, dan osteoklas. Osteoblast membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblast mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang.

Osteoblas merupakan salah satu jenis sel hasil diferensiasi mesenkim yang sangat penting dalam proses osteogenesis atau osifikasi. Sebagai sel, osteoblas dapat memproduksi substansi organic intraseluler matriks, dimana klasifikasi terjadi di kemudian hari. Jaringan yang tidak mengandung kalsium disebut osteoid dan apabila klasifikasi terjadi pada matriks maka jaringan disebut tulang. Sesaat setelah osteoblas dikelilingi oleh substansi organic intraseluler, disebut osteosit dimana keadaaan ini terjadi dalam lakuna.Sel yang bersifat multinukleus, tidak ditutupi oleh permukaan tulang dengan sifat dan fungsi resopsi serta mengeluarkan tulang yang disebut osteoklas. Kalsium hanya dapat dikeluarkan oleh tulang melalui proses aktivitas osteoklasin yang menghilangkan matriks organic dan kalsium secara bersamaan dan disebut deosifikasi.Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode pertumbuhan tulang berakhir. Setelah fase ini tulang lebih banyak terjadi dalam bentuk perubahan mikroskopik akibat aktifitas fisiologi tulang sebagai suatu organ biokimia utama tulang.Komposisi tulang terdiri atas:Substansi organic: 35%

Substansi Inorganic: 45%

Air

: 20%

Substansi organik terdiri atas sel-sel tulang serta substansi organic intraseluler atau matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar dari matriks (90%), sedangkan adalah asam hialuronat dan kondroitin asam sulfur. Substansi inorganic terutama terdiri atas kalsium dan fosfor dan sisanya oleh magnesium, sodium, hidroksil, karbonat dan fluoride. Enzim tulang adalah alkali fosfatase yang diproduksi oleh osteoblas yang kemungkinan besar mempunyai peranan yang paling penting dalam produksi organic matriks sebelum terjadi kalsifikasi.Pada keadaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak ketika terjadi lebih banyak pembentukan daripada absorpsi tulang. Pergantian yang berlangsung terus-menerus ini penting untuk fungsi normal tulang dan membuat tulang dapat berespon terhadap tekanan yang meningkat dan untuk mencegah terjadi patah tulang. Betuk tulang dapat disesuaikan dalam menanggung kekuatan mekanis yang semakin meningkat. Perubahan tersebut juga membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matriks organik yang sudah tua berdegenerasi, sehingga membuat tulang secara relative menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang yang baru memerlukan matriks organik baru, sehingga memberi tambahan kekuatan pada tulang. IV. DIAGNOSISFilm polos tetap merupakan pemeriksaan penunjang radiologis yang utama pada sistem skeletal. Gambar harus selalu diambil dalam dua proyeksi. Film polos merupakan metode penilaian awal utama pada pasien dengan kecurigaan trauma skeletal. Setiap tulang dapat mengalami fraktur walaupun beberapa diantaranya sangat rentan.Tanda dan gambaran yang khas pada fraktur adalah :

Garis fraktur : garis fraktur dapat melintang di seluruh diameter tulang atau menimbulkan keretakan pada tepi kortikal luar yang normal pada fraktur minor.

Pembengkakan jaringan lunak : biasanya terjadi setelah terjadi fraktur.

Iregularis kortikal : sedikit penonjolan atau berupa anak tangga pada korteksFraktur Femur

Fraktur femur adalah terputusnya kontuinitas batang femur yang bias terjadi akibat trauma langsung ( kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok.Klasifikasi Fraktur FemurAda 2 type dari fraktur femur, yaitu :

1. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi didalam kapsul sendi panggul :

Fraktur kapital: pada kaput femur Fraktur subkapital: fraktur yang terletak dibawah kaput femur Fraktur transervikal: fraktur pada kolum femur

2. Fraktur Ekstrakapsuler, terjadi di luar kapsul sendi panggul:

Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minor Fraktur intertrokanter

Fraktur subtrokanterFraktur Kolum Femur

Fraktur kolum femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal femur. Yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter. Fraktur kolum femur dapatdisebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan olehtrauma tidak langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkaibawah.Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkandeformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpapergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseranfrakturyang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan ,nyeri tekan di inguinal dan nyeribila pinggul digerakkan.Standar pemeriksaan radiologi untuk fraktur kolum femur adalah rontgen pinggul dan pelvis anteroposterior dan cross-table lateral.

Klasifikasi fraktur kolum femur menurut Gardens adalah sebagai berikut :Grade I : Fraktur inkomplit (abduksi dan terimpaksi).

Grade II :Fraktur lengkap tanpa pergeseran.

Grade III :Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment).

Grade IV : Frakturdengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen yang bersinggungan.

tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minortipe 2 : garis patah berada 1 -2inch di bawah dari batas atas trochanter minortipe 3 : garis patah berada 2 -3inch di distal dari batas atas trochanterminor

Fraktur Batang Femur/ Diafisis femurFraktur batang femur biasanya terjadi karena trauma langsung akibat kecelakaan lalulintas dikota kota besar atau jatuh dari ketinggian. patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam shock. Klasifikasi fraktur batang femurBerdasarkan adanya lukayang berhubungan dengan daerah yang patah, dibagi menjadi :1. Tertutup

2. Terbukaketentuan fraktur femur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar dibagi dalam tiga derajat,yaitu :

a. Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar timbul luka kecil, biasanya diakibatkan tusukan fragmen tulang dari dalam menembus keluar.

b. Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm) luka ini disebabkan karena benturan dari luar.

c. Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor, jaringan lunak banyakyang ikut rusak (otot, saraf,pembuluh darah).V. PENATALAKSANAAN

Terapi fraktur diperlukan konsep empat R yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi, terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.

1. Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.

2. Reduksi atau reposisi adalah tindakan mengembalikan fragmen-fragmen fraktur semirip mungkin dengan keadaan atau kedudukan semula atau keadaan letak normal.3. Retensi atau fiksasi atau imobilisasi adalah tindakan mempertahankan atau menahan fragmen fraktur tersebut selama penyembuhan.4. Rehabilitasi adalah tindakan dengan maksud agar bagian yang menderita fraktur tersebut dapat kembali normal.Secara rinci proses penyembuhan fraktur dapat dibagi dalam beberapa tahap sebagai berikut :1. Fase hematoma

Pada mulanya terjadi hematoma dan disertai pembengkakan jaringan lunak, kemudian terjadi organisasi (proliferasi jaringan penyambung muda dalam daerah radang) dan hematoma akan mengempis. Tiap fraktur biasanya disertai putusnya pembuluh darah sehingga terdapat penimbunan darah di sekitar fraktur. Pada ujung tulang yang patah terjadi ischemia sampai beberapa milimeter dari garis patahan yang mengakibatkan matinya osteocyt pada daerah fraktur tersebut.2. Fase proliferatif

Proliferasi sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah proliferasi sel-sel lapisan dalam periosteal dekat daerah fraktur. Hematoma terdesak oleh proliferasi ini dan diabsorbsi oleh tubuh. Bersamaan dengan aktivitas sel-sel sub periosteal maka terjadi aktifitas sel-sel dari kanalis medularis dari lapisan endosteum dan dari bone marrow masing-masing fragmen. Proses dari periosteum dan kanalis medularis dari masing-masing fragmen bertemu dalam satu preses yang sama, proses terus berlangsung kedalam dan keluar dari tulang tersebut sehingga menjembatani permukaan fraktur satu sama lain. Pada saat ini mungkin tampak di beberapa tempat pulau-pulau kartilago, yang mungkin banyak sekali,walaupun adanya kartilago ini tidak mutlak dalam penyembuhan tulang. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan kalsium.3. Fase proliferasi (pembentukan callus)Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi osteoporotik akibat resorbsi kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel osteoblas mengeluarkan matriks intra selluler yang terdiri dari kolagen dan polisakarida, yang segera bersatu dengan garam-garam kalsium, membentuk tulang immature atau young callus, karena proses pembauran tersebut, maka pada akhir stadium ter dapat dua macam callus yaitu didalam disebut internal callus dan diluar disebut external callus.4. Fase konsolidasi

Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturisasi lebih lanjut oleh aktivitas osteoblas, callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan pembentukan lamela-lamela). Pada stadium ini sebenarnya proses penyembuhan sedah lengkap. Pada fase ini terjadi pergantian fibrous callus menjadi primary callus.Pada saat ini sudah mulai diletakkan sehingga sudah tampak jaringan yang radioopaque. Fase ini terjadi sesudah 4 (empat) minggu, namun pada umur-umur lebih mudah lebih cepat. Secara berangsur-angsur primary bone callus diresorbsi dan diganti dengan second bone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang yang normal.5. Fase remodeling

Pada fase ini secondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsium yang banyak dan tulang sedah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan kembali dari medula tulang. Apabila union sudah lengkap, tulang baru yang terbentuk pada umumnya berlebihan, mengelilingi daerah fraktur di luar maupun didalam kanal, sehingga dapat membentuk kanal medularis. Dengan mengikuti stress/tekanan dan tarik mekanis, misalnya gerakan, kontraksi otot dan sebagainya, maka callus yang sudah mature secara pelan-pelan terhisap kembali dengan kecepatan yang konstan sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan aslinya.

VI. KOMPLIKASI

Komplikasi dapat berupa komplikasi umum, lokal atau sistemik meliputi komplikasi dini atau lambat, oleh trauma atau akibat pengobatan. Komplikasi umum meliputi crush syndrome, deep venous thrombosis, gas gangrene dan emboli lemak. Crush syndrome terjadi karena trauma keras yang menyebabkan otot hancur. Penderita yang terkena crush syndrome dapat menderita kontinensia urin akibat dari otot yang hancur mengeluarkan acid myohaetamin yang akan menyebabkan kebuntuan pada tubulus sehingga penderita dapat menderita acute tubular necrosis. Untuk terapi kita harus melakukan amputasi atau rena dialysis untuk menyelamatkan nyawa penderita. Gas gangrene dapat terjadi karena infeksi dari clostridium perfringens yang terpaksa bagian tubuh orang yang terkena infeksi ini harus diamputasi. Berikutnya emboli lemak yang timbul setelah patah tulang, terutama tulang panjang. Embolus lemak dapat timbul akibat pajanan sumsum tulang, atau dapat terjadi akibat aktivasi sistem saraf simpatis yang menimbulkan stimulasi mobilisasi asam lemak bebas setelah trauma. Embolus lemak yang timbul setelah patah tulang panjang sering tersangkut disirkulasi paru karena ada robekan dari pembuluh balik yang mempunyai daya tarik kembali terhadap darah-darah kotor yang keluar dari pembuluh balik yang juga mengikut serertakan lemak yang dapat menimbulkan gawat napas dan gagal napas. Berikutnya, komplikasi lokal yang meliputi komplikasi dini dan lambat. Komplikasi dini meliputi komplikasi dini tulang, dini jaringan lunak dan dini sendi. Komplikasi dini tulang misalnya dapat terjadi infeksi pada tulang. Komplikasi dini jaringan lunak misalnya adanya kelepuhan pada kulit, luka akibat plester, terjadi robekan pada otot serta tendon dan sindrom kompartemen yang ditandai oleh kerusakan atau destruksi saraf dan pembuluh darah yang disebabkan oleh pembengkakan dan edema di daerah fraktur. Komplikasi dini sendi misalnya terjadi haemarthrosis dan infeksi. Sedangkan komplikasi lambat meliputi lambat tulang, lambat jaringan lunak dan lambat sendi. Komplikasi lambat tulang misalnya terjadi avaskular nekrosis, non-union, delayed union, atau mal-union yang menimbulkan deformitas atau hilangnya fungsi. Komplikasi lambat jaringan lunak misalnya terjadi bed sores karena tidur lama yang menyebabkan luka ulkus pada bagian gluteus, myositis ossifikasi dimana otot mengalami perkapuran, tendinitis (iritasi dan pembengkakan) serta juga ruptur tendon (tendon pecah). Komplikasi lambat yang tersering adalah salah-taut dan apabila salah-tautnya berupa angulasi. Perlu diketahui bahwa kalus merupakan hiperkeratosis setempat yang umumnya berbentuk kurang lebih bundar akibat gesekan kronik. Biasanya kelainan ini timbul di atas penonjolan tulang dan akan hilang sendiri bila gesekan kronik tadi dihentikan. Pada anak, dengan timbulnya kalus ini akan disertai proses pengaturan kembali pertumbuhan epifisis sehingga sudut patahan akan pulih sampai derajat tertentu.VII. KESIMPULANProses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan terjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter pada patahan tulang tersebut. Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahan tulang, yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost yang disebut dengan fase hematoma, kemudian berubah menjadi fase jaringan fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada akhirnya fase konsolidasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Carter Michel A., Fraktur dan Dislokasi dalam: Price Sylvia A, Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal 1365-1371.

2. Puts R and Pabst R.. Ekstremitas Atas dalam: Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Edisi 5. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jilid 1.Jakarta.2006. Hal 158, 166, 167, dan 169.

3. Carter Michel A., Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi dalam: Price Sylvia A, Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal 1357-1359.

4. Eiff et. al., Radius and Ulna Fractures in : Fracture Management For Primary Care. Second Edition. Publisher Saunders. UK. 2004. Page 116-119.

5. Helmes Erakinc. J and Misra Rakesh.R. in: A-Z Emergency Radiology. from GMM. Cambridge. Page 94-101.

6. Rujito S. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Fraktur Dengan Pemasangan illizarov. Diunduh dari:http://www.rujito-fisioterapi.com/category/fisioterapi -pada-fraktur/.

7. Sjamsuhidayat R., dan de Jong Wim. Patah Tuland dan Dislokasi dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. Hal 840-854.

8. Bone Healing, Komlpikasi dan Prognosis Fraktur. Diunduh dari:

http://www.wrongdiagnosis.com/f/fracture/prognosis.htm

9. Fracture assesment and surgical strategy illustrative case. Diunduh dari :https://www2.aofoundation.org/wps/portal/Distal radius - Reduction & Fixation - Bridge plating - AO Surgery Reference

6