Top Banner
LAPORAN KASUS KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA RSPI PROF DR SULIANTI SAROSO IDENTITAS MAHASISWA Nama Lengkap : Angelina Shinta Aprilia NIM : 406138105 Periode : 13 April– 20 Juni 2015 Pembimbing : Dr.dr. I Made Setiawan, Sp.A Topik : Morbili dengan Bronkopneumonia
56

Case Anak - Copy

Feb 19, 2016

Download

Documents

Tirzalia Lian

knn
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Case Anak - Copy

LAPORAN KASUS

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA

RSPI PROF DR SULIANTI SAROSO

IDENTITAS MAHASISWA

Nama Lengkap : Angelina Shinta Aprilia

NIM : 406138105

Periode : 13 April– 20 Juni 2015

Pembimbing : Dr.dr. I Made Setiawan, Sp.A

Topik : Morbili dengan Bronkopneumonia

Page 2: Case Anak - Copy

IDENTITAS PASIENNama : An. R

Tanggal lahir (umur) : 25 Maret 2005 (10 tahun)

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl.Baru Ancol Selatan 003/005 no.38

Suku bangsa : Batak

Agama : Kristen

Pendidikan : SD

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Tn. PS

Tanggal lahir (umur) : 30 Agustus 1969 (46 tahun)

Suku Bangsa : Batak

Alamat : Jl. Baru Ancol Selatan 003/005 no.38

Agama : Kristen

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan

Nama Ibu : Ny. RS

Tanggal lahir (umur) : 20 Juli 1970 (45 tahun)

Suku Bangsa : Batak

Alamat : Jl.Baru Ancol Selatan 003/005 no.38

Agama : Kristen

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Karyawan

Hubungan dengan pasien : orang tuan kandung.

Page 3: Case Anak - Copy

ANAMNESA

Tanggal masuk Rumah Sakit : 06 Mei 2015

Tanggal Pemeriksaan : 08 Mei 2015, pk. 07.00

Diambil dari : Autoanamnesis dan Alloanamnesis dari Ayah dan Ibu

pasien

Keluhan Utama : Demam

Keluhan Tambahan : Bercak kemerahan di badan, Muntah, Batuk, Nyeri

menelan, Sakit kepala

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang diantar oleh orang tuanya ke Poli Anak RSPI Sulianti Saroso

dengan keluhan demam sejak 2 hari SMRS. Demam muncul mendadak tinggi dan

naik turun. Demam hanya turun sebentar setelah pemberian obat penurun panas tapi

tidak pernah sampai ke suhu normal. Pasien tidak menggigil dan tidak pernah keluar

kota dalam 1 bulan terakhir.

Pasien juga mengalami mual dan muntah setiap sehabis makan semenjak

demam. Muntah isi sisa makanan, lendir (-), darah (-), kurang lebih setengah gelas

aqua setiap kali muntah. Pasien juga mengeluh nyeri saat menelan, sakit kepala dan

mata terasa perih dan berair bersamaan dengan timbulnya demam.

Sebelumnya pasien mengeluh batuk sejak 3 hari SMRS. Batuk dengan dahak,

warna bening, sedikit kental, tidak ada darah.

Saat 1 hari SMRS (Rabu dini hari), muncul bercak kemerahan di badan pasien.

Bercak kemerahan timbul dimulai dari leher bagian belakang lalu menyebar ke dada,

perut, wajah, tangan dan kaki. Bercak sedikit menonjol, tidak gatal. Pada saat bercak

kemerahan muncul, demam dirasakan semakin tinggi dan tidak turun sampai pasien

dibawa ke RSPI.

Page 4: Case Anak - Copy

Pasien tidak ada keluhan pilek, sesak, mimisan, gusi berdarah ataupun nyeri

sendi. Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya.

Nafsu makan dan minum pasien menurun semenjak sakit. Biasanya pasien

makan 4-5x/hari dengan porsi sedang. Saat sakit, pasien hanya makan setengah porsi

dan sering muntah serta malas minum. Buang air besar dan buang air kecil tidak ada

keluhan.

Ayah pasien sudah membawa pasien ke klinik saat pasien demam dan

mendapat obat penurun panas, antibiotik serta vitamin, tetapi tidak ada perbaikan.

Riwayat kontak dengan orang di sekitar pasien (baik keluarga, tetangga maupun

teman pasien) yang mengalami keluhan serupa disangkal.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien pernah mendapat pengobatan flek paru saat usia 1 tahun selama 6 bulan

lalu dinyatakan sembuh oleh dokter.

Riwayat penyakit jantung, alergi obat dan makanan, asma, kejang disangkal.

RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN

Kehamilan

Ibu pasien rajin memeriksakan kehamilannya ke puskesmas, tidak mengalami

kelainan atau gangguan selama kehamilan. Ibu pasien juga tidak mengkonsumsi obat,

rokok ataupun minuman keras.

Kelahiran

Tempat kelahiran : Rumah Sakit Koja

Penolong persalinan : Dokter

Cara persalinan : Spontan

Masa gestasi : Cukup bulan

Page 5: Case Anak - Copy

Keadaan bayi

Berat badan lahir : 3100 gram

Panjang badan lahir : 50 cm

Lingkar kepala : Ibu pasien tidak tahu

Langsung menangis : Langsung menangis

Pucat/Biru/Kuning/Kejang : Disangkal

Nilai APGAR : Ibu pasien tidak tahu

Kelainan bawaan : Disangkal

RIWAYAT IMUNISASI

Pasien telah mendapatkan imunisasi :

Imunisasi Dasar

BCG +

DPT + + +

Polio + + + +

Campak +

Hepatitis B + + + +

Ibu pasien mengaku imunisasi dasar di Puskesmas dekat rumah, namun tidak ingat

usia pasien saat dilakukan imunisasi. Kadang imunisasi tidak sesuai jadwal karena

pasien sedang demam tapi ibu tidak ingat dengan lengkap.

Page 6: Case Anak - Copy

RIWAYAT PERKEMBANGAN

Pertumbuhan gigi pertama : ayah dan ibu pasien tidak ingat

Gangguan perkembangan mental dan emosi (-)

Psikomotor :

Tengkurap : ibu dan ayah pasien tidak ingat

Duduk : ibu dan ayah pasien tidak ingat

Berdiri sendiri : 2 tahun

Berjalan : 2 tahun lebih

Berbicara : 3 tahun (belum lancar)

Membaca dan menulis : 5 tahun (belum lancar)

RIWAYAT MAKANAN Pasien mengkonsumsi ASI sejak lahir hingga usia 8 bulan, dibarengi dengan

susu formula saat usia 4 bulan (tidak ASI eksklusif)

Sejak usia 6 bulan pasien mulai mengkonsumsi bubur, buah/ bis k uit

Umur

(bln)

ASI / PASI Buah/Biskuit Bubur bayi Nasi Tim

0-2 √

2-4 √

4-6 √ + Susu

formula

6-8 √ + Susu

formula

√ √

8-10 Susu formula √ √

10-12 Susu formula √

12-24 Susu formula √

Page 7: Case Anak - Copy

Umur lebih dari 1 tahun

Jenis makanan Frekuensi

Nasi 4-5x/hari, 1 piring penuh

Sayur Hampir setiap hari, 1 porsi

Daging Hampir setiap hari, 1 porsi

Ikan Jarang, 1-2x/minggu

Telur 2x/minggu

Tempe Jarang, 2x/minggu

Tahu Jarang, 2x/minggu

Susu 1x/hari, susu kotak/kental manis

RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA

Penyakit Umur Penyakit Umur

Diare 7-8 tahun Morbili -

Otitis - Parotitis -

Radang Paru - Demam

berdarah

-

Tuberkulosis

(Flek)

1 tahun Demam tifoid -

Kejang - Cacingan -

Ginjal - Alergi

makanan &

obat

-

Jantung - Kecelakaan -

Darah - Operasi -

Difteri -

Page 8: Case Anak - Copy

RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA

Asma disangkal

Flek paru disangkal

Kejang disangkal

Alergi obat & makanan disangkal

RIWAYAT PENYAKIT PADA ANGGOTA KELUARGA

LAIN/ORANG LAIN SERUMAH

Tidak ada

DATA PERUMAHAN

Kepemilikan rumah : kontrakan

Keadaan rumah : padat, ukuran 3 x 5 m2. Berisi 3 orang anggota keluarga.

Keadaan lingkungan : tetangga belakang rumah pasien sedang membangun rumah.

Ayah pasien merokok hingga 2 bungkus/hari. Ibu tidak merokok.

Page 9: Case Anak - Copy

P EMERIKSAAN FISIK

Jumat, 8 Mei 2015, jam 07.30

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tinggi badan : 144 cm

Berat badan : 37 kg

IMT : 17,8 kg/m2

Plotting Status Gizi menggunakan Z score

Kesan : Normal

Page 10: Case Anak - Copy

Kesan : Normal

Kesan : Normal

Page 11: Case Anak - Copy

Suhu : 37,4 °C

Nadi : 96 x/mnt

Pernafasan : 28 x/mnt

Pemeriksaan Fisik

Kepala

Bentuk normal, ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam, distribusi

merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.

Mata

Kelopak mata tidak ada kelainan, konjungtiva tidak anemis, konjungtiva

bulbi hiperemis (+/+), epifora -/-, sklera tidak ikterik, pupil bulat, isokor diameter 3

mm, Reflek cahaya +/+

Telinga

Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak terlihat sekret, tidak terlihat

serumen, tidak terlihat luka pasca trauma, tidak ada nyeri tekan tragus, tidak ada nyeri

tarik aurikuler, kelenjar getah bening pre dan retroaurikular tidak teraba membesar.

Hidung

Bentuk normal, sekret (-), septum deviasi (-), pernapasan cuping hidung (-).

Mulut

Mukosa bibir kering (+), tampak perioral sianosis (-), lidah kotor (+).

Bercak Koplik (-)

Tenggorokan

Tonsil T2-T2 hiperemis, kripta melebar, detritus (-). Faring posterior

hiperemis. Bercak eritema di palatum molle (+).

Page 12: Case Anak - Copy

Leher

Trachea di tengah, kelenjar thyroid tidak teraba membesar, . Kelenjar getah

bening submandibula dextra teraba membesar, 1 buah, diameter 2 cm, nyeri

tekan (-). Kelenjar getah bening submental, submandibular sinistra, cervical, supra

clavicular tidak teraba membesar.

Dada

Bentuk normal, retraksi otot-otot intercostalis, supraclavicula, subcostal (-).

Paru - paru

Inspeksi : simetris dalam diam dan pergerakan nafas

Palpasi : stem fremitus kanan kiri, depan belakang sama kuat

Perkusi : Sonor, batas paru – hepar ICS VI midclavicular line dextra

Auskultasi : Vesikuler +/+, Ronkhi +/+, wheezing -/-

Jantung

o Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis

o Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba di ICS IV midclavicula line sinistra

o Perkusi Redup , batas jantung atas ICS III midclavicula line sinistra.

Batas jantung kanan midsternum ICS IV

Batas jantung kiri ICS IV midclavicula line sinistra

o Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni, murmur (-), gallop (-).

Perut

I: datar, scar (-), striae (-), dilatasi vena (-)

P: hati dan lien tidak teraba membesar

P: Timpani , tanda cairan bebas (-)

A: Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat

Tulang belakang : bentuk normal, tidak skoliosis, tidak lordosis, tidak kifosis

Page 13: Case Anak - Copy

Kulit : Ruam makulopapular, coklat kemerahan, berbatas tegas,

tidak gatal. Tersebar pada wajah, leher, dada, perut,

tangan dan kaki.

Pemeriksaan Neurologis

•Rangsang meningeal

Kaku kuduk (-)

Brudzinski I dan II (-)

Kerniq (-)

Laseque (-)

•Refleks fisiologis

Biceps : Tidak dilakukan pemeriksaan

Triceps : Tidak dilakukan pemeriksaan

Lutut : +/+ normal

Tumit : +/+ normal

•Refleks patologis

Babinski : -/-

Klonus Paha & Kaki : -/-

Parese : (-)

Page 14: Case Anak - Copy

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tabel Pemeriksaan Laboratorium Darah (06 Mei 2015) pk. 14.38

Hematologi Hasil Nilai normal

Leukosit 5,5 4,5 – 13,5 ribu/µL

Eritrosit 4,64 3,80 – 5,80 juta/µL

Hb 13,1 10,8 – 15,6 g/dL

Ht 39 33 – 45 %

Trombosit 163 181 – 521 ribu/µL

MCV 84 80 – 100 fL

MCH 28 22 –34 pq

MCHC 34 32– 36 g/dL

Page 15: Case Anak - Copy

RESUME

Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 10 tahun, datang dengan

keluhan demam sejak 2 hari SMRS. Demam muncul mendadak tinggi dan naik turun.

Demam hanya turun sebentar setelah pemberian obat penurun panas tapi tidak pernah

sampai ke suhu normal. Pasien juga mengalami mual dan muntah setiap kali makan.

Pasien juga mengeluh nyeri saat menelan, sakit kepala dan mata terasa perih dan

berair bersamaan dengan timbulnya demam. Sebelumnya pasien mengeluh batuk

sejak 3 hari SMRS.

Saat 1 hari SMRS muncul bercak kemerahan di badan pasien. Bercak

kemerahan timbul dari leher bagian belakang lalu menyebar ke dada, perut, wajah,

tangan dan kaki. Bercak sedikit menonjol, tidak gatal.

Pemeriksaan Fisik Umum (saat datang ke Poli Anak RSPI)

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tinggi badan : 144 cm

Berat badan : 37 kg

Suhu : 39,4 °C

Nadi : 120 x/mnt

Pernafasan : 36 x/mnt

Pemeriksaan Fisik Sistem (saat datang ke Poli Anak RSPI)

Mata : konjungtiva bulbi hiperemis +/+

Mulut : bibir kering (+), lidah kotor (+), bercak eritema palatum molle (+)

Tenggorokan : T2-T2 hiperemis, kripta melebar, faring posterior hiperemis

Leher : Kelenjar getah bening submandibula dextra teraba membesar, 1 buah, diameter 2 cm, nyeri tekan (-).

Paru : auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi +/+

Kulit : Ruam makulopapular, coklat kemerahan, berbatas tegas,

tidak gatal. Tersebar pada di wajah, leher, dada, perut, tangan

dan kaki

Page 16: Case Anak - Copy

Pemeriksaan Penunjang

Trombosit : 163

DIAGNOSA

Diagnosa : Morbili

Bronkopneumonia

Diagnosa Banding : Rubella

PENGOBATAN

Non Medikamentosa :

Tirah baring

Asupan makanan dan minuman yang adekuat

Medikamentosa :

IVFD KaEn 3B 15 tpm

Pulv Isprinol 3 x 500mg

Lapisiv syr 3 x 1 cth

Inhalasi Combivent 1 amp & NaCl 2ml, 2 x 1

Vitamin A 200.000 IU

Vitacur 2 x 1 cth

PROGNOSA

Ad vitam : ad bonam

Ad functionam : ad bonam

Ad sanationam : ad bonam

Page 17: Case Anak - Copy

RIWAYAT RAWAT INAP

Rabu, 6 Mei 2015 (perawatan hari ke-1)

S : Demam (+) naik turun. Sakit kepala (+). Batuk (+). Mual dan muntah setiap kali

makan. Timbul bercak kemerahan di seluruh badan.

O : KU : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Suhu : 39,4o C

Nadi : 110x/menit

RR : 36x/menit

Mata : CA(-/-) , SI (-/-), konjungtiva bulbi hiperemis (+/+), kelopak

mata cekung (-/-)

Hidung : sekret -/-, napas cuping hidung -/-

Mulut : Mukosa bibir kering, lidah kotor (+). Bercak koplik (-).

Tenggorokan : Tonsil T2-T2 hiperemis, kripta melebar, detritus (-), faring

posterior hiperemis, bercak eritema di palatum molle

Leher : pembesaran KGB di submandibula dextra, 1 buah, diameter 2

cm, nyeri tekan (-)

Pulmo : Vesikular (+/+), Rh (+/+), Wh (-/-)

Cor : BJ I dan II normal, Gallop (-), Murmur (-)

Abdomen : Datar, supel, timpani, bising usus (+) normal, hepar dan lien

tidak teraba membesar, nyeri (-), turgor kulit baik

Extremitas : Akral hangat, sianosis (-)

Kulit : Ruam makulopapular eritema pada wajah, badan dan

ekstremitas.

Page 18: Case Anak - Copy

A : Susp.Morbili, Bronkopneumonia

P : IVFD KaEn 3b 15 tpm

Pulv. Isprinol 3 x 500mg

Lapisiv syr 3 x 1 cth

Inhalasi Combivent 1 amp & NaCl 2 ml, 2x/hari

Kamis, 7 Mei 2015 (perawatan hari ke-2)

S : Demam (+) naik turun, sakit kepala (+). Mual setiap kali makan. Batuk berdahak

(+). Pagi ini BAB cair 2x, warna kekuningan, cair, ampas sedikit, lendir(-), darah (-).

Nafsu makan dan minum menurun.

O : KU : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Suhu : 39o c

Nadi : 104x/menit

RR : 40x/menit

Mata : CA(-/-) , SI (-/-), konjungtiva bulbi hiperemis (+/+), kelopak

mata cekung (-/-)

Hidung : sekret -/-, napas cuping hidung -/-

Mulut : Mukosa bibir kering, lidah kotor (+), Bercak Koplik (-).

Tenggorokan : Tonsil T2-T2 hiperemis, kripta melebar, detritus (-), faring

posterior hiperemis, bercak eritema di palatum molle

Leher : pembesaran KGB di submandibula dextra, 1 buah, diameter

2cm, nyeri tekan (-)

Pulmo : Vesikular (+/+), Rh (+/+), Wh (-/-)

Cor : BJ I dan II normal, Gallop (-), Murmur (-)

Page 19: Case Anak - Copy

Abdomen : Datar, supel, timpani, bising usus (+) normal, hepar dan lien

tidak teraba membesar, nyeri tekan (+) pada epigastrium, turgor kulit baik

Extremitas : Akral hangat, sianosis (-)

Kulit : Ruam makulopapular eritema pada wajah, badan dan

ekstremitas.

A : Susp. Morbili, Bronkopneumonia

P : IVFD KaEn 3b 15 tpm

Pulv. Isprinol 3 x 500mg

Lapisiv syr 3 x 1 cth

Inhalasi Combivent 1 amp & NaCl 2 ml, 2x/hari

Vitamin A 200.000 IU

Vitacur 2 x 1 cth

Jumat, 8 Mei 2015 (perawatan hari ke-3)

S : Demam (-), nyeri menelan (+), Batuk berdahak bening. Sedikit sesak. Sakit kepala

(-). Mual (-). Muntah (-). Mata perih (-). Nafsu makan dan minum menurun.

O : KU : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Suhu : 37,4o C

Nadi : 96x/menit

RR : 28x/menit

Mata : CA(-/-) , SI (-/-), konjungtiva bulbi hiperemis (+/+), kelopak

mata cekung (-/-)

Hidung : sekret -/-, napas cuping hidung -/-

Page 20: Case Anak - Copy

Mulut : Mukosa bibir kering, lidah kotor (+), Bercak Koplik (-).

Tenggorokan : Tonsil T2-T2 hiperemis, kripta melebar, detritus (-), faring

posterior hiperemis, bercak eritema di palatum molle

Leher : pembesaran KGB +/- di submandibula dextra, 1 buah,

diameter 2 cm, nyeri tekan (-)

Pulmo : Vesikular (+/+), Rh (+/+), Wh (-/-),

Cor : BJ I dan II normal, Gallop (-), Murmur (-)

Abdomen : Datar, supel, timpani, bising usus (+) normal, hepar dan lien

tidak teraba membesar, nyeri (-), turgor kulit baik

Extremitas : Akral hangat, sianosis (-)

Kulit : Ruam makulopapular eritema pada wajah, badan dan

ekstremitas.

A : Susp. Morbili, Bronkopneumonia

P : IVFD KaEn 3b 15 tpm

Pulv. Isprinol 3 x 500mg

Lapisiv syr 3 x 1 cth

Inhalasi Combivent 1 amp & NaCl 2 ml, 2x/hari

Vitacur 2 x 1 cth

Sabtu, 9 Mei 2015 (perawatan hari ke-4)

S : Demam (-), batuk berdahak, warna bening. Nyeri tenggorokan (+). Pasien mual

dan muntah setiap kali makan. Sakit kepala (-). Sesak (-). Nafsu makan dan minum

mulai meningkat. BAB dan BAK tidak ada keluhan.

O : KU : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Page 21: Case Anak - Copy

Suhu : 36,5o C

Nadi : 88x/menit

RR : 27x/menit

Mata : CA(-/-) , SI (-/-), konjungtiva bulbi hiperemis (-/-), kelopak

mata cekung (-/-)

Hidung : sekret -/-, napas cuping hidung -/-

Mulut : Mukosa bibir kering, mukosa merah muda, lidah kotor (+)

Tenggorokan : Tonsil T2-T2 hiperemis, kripta melebar, detritus (-), faring

posterior hiperemis, bercak eritema di palatum molle

Leher : pembesaran KGB di submandibula dextra, 1 buah, diameter

2cm, nyeri tekan (-)

Pulmo : Vesikular (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)

Cor : BJ I dan II normal, Gallop (-), Murmur (-)

Abdomen : Datar, supel, timpani, bising usus (+) normal, hepar dan lien

tidak teraba membesar, nyeri (-), turgor kulit baik

Extremitas : Akral hangat, sianosis (-)

Kulit : Ruam makulopapular eritema pada wajah, badan dan

ekstremitas.

A : Susp. Morbili, Bronkopneumonia

P : IVFD KaEn 3b 15 tpm

Pulv. Isprinol 3 x 500mg

Lapisiv syr 3 x 1 cth

Inhalasi Combiv ent 1 amp & NaCl 2 ml, 2x/hari

Vitacur 2 x 1 cth

Page 22: Case Anak - Copy

Minggu, 10 Mei 2015 (perawatan hari ke-4)

S : Demam (-), batuk berdahak, warna bening. Nyeri menelan (+). Pasien sudah tidak

muntah sejak kemarin sore. Sesak (-). Nafsu makan dan minum mulai meningkat.

BAB dan BAK tidak ada keluhan.

O : KU : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Suhu : 36,9o C

Nadi : 90x/menit

RR : 29x/menit

Mata : CA(-/-) , SI (-/-), konjungtiva bulbi hiperemis (-/-), kelopak

mata cekung (-/-)

Hidung : sekret -/-, napas cuping hidung -/-

Mulut : Mukosa bibir kering, mukosa merah muda, lidah kotor (+)

Tenggorokan : Tonsil T2-T2 hiperemis, kripta melebar, detritus (-). Faring

posterior hiperemis (-)

Leher : pembesaran KGB di submandibula dextra, 1 buah, diameter

2cm, nyeri tekan (-)

Pulmo : Vesikular (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)

Cor : BJ I dan II normal, Gallop (-), Murmur (-)

Abdomen : Datar, supel, timpani, bising usus (+) normal, hepar dan lien

tidak teraba membesar, nyeri (-), turgor kulit baik

Extremitas : Akral hangat, sianosis (-)

Kulit : Ruam makulopapular pada wajah, badan dan ekstremitas

menghitam.

Page 23: Case Anak - Copy

A : Susp.Morbili, Bronkopneumonia (perbaikan)

P : IVFD KaEn 3b 15 tpm

Pulv. Isprinol 3 x 500mg

Lapisiv syr 3 x 1 cth

Inhalasi Combivent 1 amp & NaCl 2 ml, 2x/hari

Vitacur 2 x 1 cth

Senin, 11 Mei 2015 (perawatan hari ke-5)

S : Demam (-), batuk berdahak kadang-kadang, warna bening. Nyeri menelan (-).

Mual (-) Muntah (-). Sesak (-). Bercak kemerahan mulai memudar. Nafsu makan dan

minum mulai meningkat. BAB dan BAK tidak ada keluhan.

O : KU : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Suhu : 36,9o C

Nadi : 90x/menit

RR : 29x/menit

Mata : CA(-/-) , SI (-/-), konjungtiva bulbi hiperemis (-/-), kelopak

mata cekung (-/-)

Hidung : sekret -/-, napas cuping hidung -/-

Mulut : Mukosa bibir kering, mukosa merah muda, lidah kotor (+)

Tenggorokan : Tonsil T2-T2 hiperemis, kripta melebar, detritus (-)

Leher : pembesaran KGB +/- di submandibula dextra, 1 buah,

diameter 2 cm, nyeri tekan (-)

Pulmo : Vesikular (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)

Page 24: Case Anak - Copy

Cor : BJ I dan II normal, Gallop (-), Murmur (-)

Abdomen : Datar, supel, timpani, bising usus (+) normal, hepar dan lien

tidak teraba membesar, nyeri (-), turgor kulit baik

Extremitas : Akral hangat, sianosis (-)

Kulit : Ruam makulopapular pada wajah, badan dan ekstremitas

menghitam.

A : Susp.Morbili, Bronkopneumonia (perbaikan)

P : IVFD KaEn 3b 15 tpm

Pulv. Isprinol 3 x 500mg

Lapisiv syr 3 x 1 cth

Inhalasi Combivent 1 amp & NaCl 2 ml, 2x/hari

Vitacur 2 x 1 cth

Boleh pulang

Page 25: Case Anak - Copy

ANALISIS KASUS

1. ANAMNESISRiwayat Penyakit Sekarang

Pasien anak laki-laki berusia 10 tahun datang dengan keluhan:

Demam sejak 2 hari SMRS, demam muncul mendadak tinggi dan naik turun.

Demam hanya turun sebentar setelah pemberian obat penurun panas tapi tidak

pernah ke suhu normal.

Batuk sejak 3 hari SMRS, berdahak, warna bening, sedikit kental, darah (-)

Mual dan muntah setiap sehabis makan semenjak demam. Muntah isi sisa

makanan, lendir (-), darah (-), kurang lebih setengah gelas aqua setiap kali

muntah.

Nyeri saat menelan, sakit kepala dan mata terasa perih serta berair bersamaan

dengan timbulnya demam.

Bercak kemerahan yang muncul dimulai dari leher bagian belakang lalu

menyebar ke dada, perut, wajah, tangan dan kaki. Bercak sedikit menonjol,

tidak gatal. Pada saat bercak kemerahan muncul, demam dirasakan semakin

tinggi

Nafsu makan dan minum menurun semenjak sakit

Berdasarkan data yang diperoleh dari anamnesis, berupa keluhan yang dimiliki

pasien, karakteristik gejala batuk yang diikuti dengan demam dan disertai

mual, muntah, nyeri menelan, sakit kepala, mata terasa perih dan berair serta

nafsu makan dan minum yang menurun dapat merupakan gejala prodromal

dari suatu infeksi. Timbulnya ruam kemerahan pada tubuh pasien dapat

menunjukkan adanya penyakit eksantema akut akibat infeksi virus.

Page 26: Case Anak - Copy

Teori Kasus

Penyakit eksantema akut adalah

suatu penyakit yang bermanifestasi

sebagai erupsi difus pada kulit yang

berhubungan dengan penyakit

sistemik .

Biasanya disebabkan oleh infeksi

virus

Timbul ruam kemerahan di seluruh

tubuh pasien yang didahului oleh

gejala prodormal.

Sumber : Gambaran Klinis Penyakit Eksantema Akut – Sari Pediatri, Vol.4,

No.3, Desember 2002 : 104-113

Berdasarkan gambaran masa prodormal, karakteristik ruam kemerahan yang

timbul, diagnosis banding dapat berupa campak dan rubella.

Rubella Kasus Campak

Penyakit menular yang

disebabkan virus

Rubella. Dapat terjadi

pada anak dan dewasa

muda.

Pasien anak berusia 10

tahun.

Penyakit akut sangat

menular disebabkan

infeksi virus campak.

Umumnya menyerang

anak

Penularan melalui

droplet

Tidak diketahui adanya

riwayat kontak dengan

orang di sekitar yang

menderita keluhan

sama.

Pasien tinggal di

lingkungan yang cukup

padat.

Penularan melalui

droplet

Sumber : Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis, Edisi kedua, 2010.

Page 27: Case Anak - Copy

Gejala prodormal yang mungkin timbul pada penyakit campak dan rubella

adalah

Rubella Kasus Campak

Demam ringan

(subfebris) 38-38,7

º C

Konjungtivitis

ringan

Batuk

Koriza

Nyeri tenggorokan

Malaise

Anoreksia

Limfadenopati

Demam

mendadak

tinggi

Batuk

Mual, muntah

Nyeri

menelan

Sakit kepala

Mata perih

dan berair

Anoreksia

Demam 38,4-40,6º C

Konjungtivitis

Batuk

Koriza

Nyeri menelan

Bercak Koplik

Berlangsung 1-5 hari Berlangsung 3 hari Berlangsung 2-4 hari

Sumber : Gambaran Klinis Penyakit Eksantema Akut – Sari Pediatri, Vol.4,

No.3, Desember 2002 : 104-113

Karakteristik saat stadium erupsi dapat berupa

Rubella Kasus Campak

Ruam makulopapular

mulai timbul dari leher

dan wajah, menyebar

dengan cepat ke seluruh

tubuh (24-48 jam).

Ruam timbul dimulai

dari leher bagian

belakang lalu menyebar

ke dada, perut, wajah,

tangan dan kaki.

Ruam makulopapular

dimulai dari leher,

belakang telinga dan

wajah lalu meluas ke

dada, perut, punggung,

dan ekstremitas pada

hari ke 3 eksantema.

Gejala prodormal dengan

cepat menurun saat

erupsi timbul

Demam dirasakan

semakin tinggi saat

erupsi timbul dan

gejala masih tetap ada

setelah erupsi.

Demam sangat tinggi

saat erupsi merata dan

menurun dengan cepat

setelah 2-3 hari

timbulnya eksantema.

Page 28: Case Anak - Copy

Demam mulai turun

pada hari ke 3 setelah

timbul ruam.

Sumber : Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis, Edisi kedua, 2010.

Stadium konvalesens pada rubella dan campak ditandai dengan

Rubella Kasus Campak

Eksantema memudar

pada hari ke-3, dimulai

dari wajah, badan &

ektremitas. Menghilang

tanpa deskuamasi.

Eksantema mulai

memudar pada hari ke-

4, disertai dengan

hiperpigmentasi dan

deskuamasi ringan.

Eksantema memudar

pada hari ke 5-6, diikuti

dengan hiperpigmentasi

kecoklatan dan

deskuamasi.

Menghilang setelah 7-

10 hari.

Sumber : Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis, Edisi kedua, 2010.

Gambaran Klinis Penyakit Eksantema Akut – Sari Pediatri, Vol.4, No.3,

Desember 2002 : 104-113

Analisis

Penularan infeksi virus pada pasien ini tidak diketahui dengan jelas karena

riwayat kontak dengan orang sekitar yang memiliki keluhan serupa disangkal.

Tetapi pasien tinggal di lingkungan rumah yang cukup padat, jadi

kemungkinan penularan infeksi virus melalui droplet cukup tinggi.

Gejala yang dialami pasien lebih mengarah pada diagnosis campak dilihat

dari gejala prodormal, dimana demam muncul mendadak tinggi, gejala yang

lain sama baik pada campak maupun rubella. Ruam kemerahan yang timbul

juga mengarah pada diagnosis campak. Rubella mungkin dapat disingkirkan

karena saat ruam muncul, demam dirasakan semakin tinggi dan gejala masih

tetap ada saat ruam muncul. Selain itu pada pasien, ruam menghitam dan

terjadi deskuamasi ringan pada hari ke-4 yang merupakan tanda khas ruam

pada campak.

Page 29: Case Anak - Copy

2. PEMERIKSAAN FISIKDari hasil pemeriksaan fisik, didapatkan :

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tinggi badan : 144 cm

Berat badan : 37 kg

Status gizi berdasarkan Z-score : Gizi cukup

Suhu : 37,4 °C

Nadi : 96 x/mnt

Pernafasan : 28 x/mnt

Mata : konjungtiva bulbi hiperemis (+/+)

Hidung : dalam batas normal

Mulut : Mukosa bibir kering (+), lidah kotor (+).

Tenggorokan: Tonsil T2-T2 hiperemis, kripta melebar, detritus (-). Faring posterior

hiperemis. Bercak eritema di palatum molle (+).

Leher : Kelenjar getah bening submandibula dextra teraba membesar, 1 buah,

diameter 2 cm, nyeri tekan (-).

Paru - paru

Auskultasi : Vesikuler +/+, Ronkhi +/+

Jantung : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas : dalam batas normal

Kulit : Ruam makulopapular kemerahan, berbatas tegas, tidak gatal. Tersebar pada

wajah, leher, dada, perut, tangan dan kaki.

Page 30: Case Anak - Copy

Berdasarkan hasil dari pemeriksaan fisik, tanda yang didapatkan mengarah

kepada infeksi virus pada penyakit eksantema akut.

Tanda-tanda yang dapat ditemukan pada penyakit campak dan rubella antara

lain

Rubella Kasus Campak

Kemerahan pada

konjungtiva

Pembesaran KGB

khusunya pada

suboksipital,

postaurikular,

servikal disertai

nyeri tekan

Forscheimer

spot : makula /

petekie di palatum

molle

Konjungtiva bulbi hiperemis

Tonsil T2-T2 hiperemis

Faring posterior hiperemis.

Bercak eritema di palatum molle (+).

Kelenjar getah bening submandibula dextra teraba membesar, 1 buah, diameter 2 cm, nyeri tekan (-).

Kemerahan pada

konjungtiva

Faring

hiperemis

Bercak Koplik

(tanda

patognomonik) :

ulsera kecil di

mukosa pipi

Ruam makulopapular,

eritematosa, warna merah

muda, jarang bergabung,

bintik2 merah kecil

Ruam makulopapular,

warna coklat

kemerahan, berbatas

tegas, tidak gatal.

Ruam berupa papul

eritematosa, warna

coklat kemerahan,

berbatas jelas, lalu

konfluensi menjadi

bercak yang lebih

besar, tidak gatal

Sumber : Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis, Edisi kedua, 2010.

Analisis

Pada pasien ini tidak didapatkan tanda patognomonik infeksi virus

campak yaitu bercak koplik. Hal ini dapat dikarenakan pasien datang setelah

melewati masa prodormal, sedangkan bercak koplik sering timbul pada masa

prodormal yaitu dua sampai tiga hari sebelum timbul ruam.

Page 31: Case Anak - Copy

Bercak eritema di palatum molle memang salah satu tanda dari penyakit

rubella. Sekitar 20% pasien Rubella, selama masa prodormal atau hari pertama

erupsi timbul suatu enantema, Forschheimer spot. Akan tetapi hal ini bukan

merupakan tanda patognomonik dari infeksi rubella. Petekie ini juga dapat

ditemukan pada penyakit eksantema akibat virus yang lainnya yaitu campak

dan scarlet fever.

Pembesaran KGB submandibula juga dapat ditemukan pada semua kasus

infeksi.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan tangga 06 Mei 2015 pk.

14.38

Hematologi Hasil Nilai normal

Leukosit 5,5 4,5 – 13,5 ribu/µL

Eritrosit 4,64 3,80 – 5,80 juta/µL

Hb 13,1 10,8 – 15,6 g/dL

Ht 39 33 – 45 %

Trombosit 163 181 – 521 ribu/µL

MCV 84 80 – 100 fL

MCH 28 22 –34 pq

MCHC 34 32– 36 g/dL

Berdasarkan hasil laboratorium, pada pasien ini tidak ditemukan kelainan yang

berarti. Pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan infeksi campak atau

rubela pun tidak khas.Mungkin dapat ditemukan :

Rubella Kasus Campak

Leukopenia Didapatkan trombositopenia

Leukosit dapat

normal atau

Page 32: Case Anak - Copy

Limfositosis relatif

Trombositopenia

ringan

ringan meningkat jika

ada infeksi

sekunder

Sumber : Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis, Edisi kedua, 2010.

4. KOMPLIKASI

Penyulit yang mungkin timbul dari infeksi virus rubella dan campak adalah

Rubella Kasus Campak

Pada anak

jarang terjadi

komplikasi

Pada remaja

dan dewasa

dapat terjadi

artritis,

atralgia,

purpura

trombositopeni

( 7 hari post

erupsi)

Gejala bronkopneumonia: o Batuko Peningkatan

frekuensi napas (hari ke-1 : 36x/menit, hari ke-2 : 40x/menit)

o Adanya ronki (hari ke 1-3 perawatan)

Laringitis akut

Bronkopneumonia

Kejang demam

Ensefalitis

SSPE

Otitis media

Sumber : Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis, Edisi kedua, 2010.

Analisis

Gejala batuk, peningkatan frekuensi nafas dan adanya ronki pada pasien

dapat merupakan gejala penyulit pada infeksi campak yaitu bronkopneumonia.

Bronkopneumonia yang terjadi dapat disebabkan oleh virus campak maupun

akibat invasi bakteri. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus,

gejala bronkopneumonia akan hilang, kecuali batuk yang masih dapat

berlanjut sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pada saat

yang diharapkan dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung dapat

Page 33: Case Anak - Copy

diduga adanya pneumonia akibat bakteri yang telah mengadakan invasi pada

sel epitel yang dirusak oleh virus.

Pada pasien ini, saat suhu mulai turun yaitu pada hari perawatan ke 4,

tanda bronkopneumonia mulai hilang ditandai dengan penurunan frekuensi

nafas dan hilangnya ronki, meskipun gejala batuk masih tetap ada.

5. TATALAKSANA

Tatalaksana pada penyakit infeksi rubella dan campak adalah

Rubella Kasus Campak

Suportif :

cairan cukup,

suplemen

nutrisi

Simptomatik :

Antipiretik

dan analgetik

IVFD KaEn 3B 15 tpm

Pulv Isprinol 3 x 500mg

Lapisiv syr 3 x 1 cth

Inhalasi Combivent 1 amp & NaCl 2ml, 2 x 1

Vitamin A 200.000 IU

Vitacur 2 x 1 cth

Suportif: cairan yg

cukup, nutrisi cukup

Simptomatik :

antipiretik,

ekspektoran

Vitamin A 50.000 IU

(untuk anak <6

bulan), 100.000 IU

(6-11 bulan), atau

200.000 IU (12

bulan-5 tahun).

Tatalaksana yang diberikan pada pasien sudah sesuai. Terapi suportif berupa

pemberian cairan yang cukup dan nutrisi adekuat. Disertai pengobatan

simptomatik dan pemberian vitamin A sesuai dosis.

Page 34: Case Anak - Copy

TINJAUAN PUSTAKA

1. Campak

1.1 Definisi

Campak adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh

infeksi virus campak yang umumnya menyerang anak.

1.2 Epidemiologi

Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

campak menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada

bayi (0,7%) dan tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada

anak usia 1-4 tahun (0,77%)

Hampir semua anak Indonesia yang mencapai usia 5 tahun pernah

terserang penyakit campak.

Kejadian luar biasa campak lebih sering terjadi di daerah pedesaan

terutama daerah yang sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan, khususnya

dalam program imunisasi. Di daerah perkotaan khusus, kasus campak tidak

terlihat, kecuali dari laporan rumah sakit. Daerah urban yang padat dan kumuh

merupakan daerah rawan terhadap penyakit yang sangat menular seperti

campak.

1.3 Etiologi

Virus campak termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat

dengan tepi yang kasar dan bergaris tengah 140 nm, dibungkus oleh selubung

luar yang terdiri dari lemak dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid

yang berbentuk bulat lonjong, terdiri dari bagian protein yang mengelilingi

asam nukleat (RNA).

Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi.

Apabila berada di luar tubuh manusia, keberadaannya tidak kekal. Virus ini

mampu bertahan dalam keadaaan dingin.

Virus campak berada di sekret nasofaring dan di dalam darah, minimal

selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam.

Page 35: Case Anak - Copy

Imunoglobulin kelas IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak,

muncul bersama-sama diperkirakan 12 hari setelah infeksi dan mencapai titer

tertinggi setelah 21 hari. Kemudian IgM menghilang dengan cepat sedangkan

IgG tinggal tidak terbatas dan jumlahnya terus terukur.

1.4 Patogenesis

Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara, sejak 1-2 hari

sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Virus masuk

ke dalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear,

kemudian mencapai kelenjar getah bening regional. Di sini virus

memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel

jaringan limforetikular seperti limpa. Sel mononuklear yang terinfeksi

menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti banyak (sel Warthin),

sedangkan limfosit T yang rentan terhadap infeksi, turut aktif membelah.

Lima sampai enam hari setelah infeksi awal, terbentuk fokus infeksi

yaitu ketika virus masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke permukaan

epitel orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.

Pada hari ke-9 dan 10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas

dan konjungtiva, akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada sel. Pada saat

itu, virus masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan manifestasi

klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk, pilek disertai

selaput konjungtiva yang merah. Respon imun yang terjadi ialah proses

peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi

klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat dan tampak suatu ulsera

kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak Koplik (tanda pasti untuk

menegakkan diagnosis).

Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Sebagai akibat respon delayed

hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari

ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi

pda kulit.

Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan

memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia,

otitis media, dan lain-lain.

Page 36: Case Anak - Copy

1.5 Manifestasi Klinis dan Diagnosis

Diagnosis campak biasanya dapat dibuat berdasarkan kelompok gejala

klinis yang sangat berkaitan yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan

demam tinggi dalam beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri

khas, yaitu diawali dari belakang telinga kemudian menyebar ke muka, dada

tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan

selanjutnya mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas.

Pada stadium prodromal dapat ditemukan enantema di mukosa pipi

yang merupakan tanda patognomik campak (bercak Koplik).

Diagnosis campak dapat ditegakkan secara klinis sedangkan

pemeriksaan penunjang sekedar membantu. Seperti pada pemeriksaan

sitologik ditemukan sel raksasa pada lapisan mukosa hidung dan pipi. Pada

pemeriksaan serologi didapatkan IgM spesifik.

1.6 Diagnosis Banding

Diagnosis banding penyakit campak adalah rubela, demam skarlatina,

ruam akibat obat-obatan, eksantema subitum dan infeksi Stafilokokus.

1.7 Penyulit

a. Laringitis Akut

Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran

nafas, yang bertambah parah pada saat demam mencapai

puncaknya. Ditandai dengan distres pernafasan, sesak, sianosis dan

stridor. Ketika demam turun keadaan akan membaik dan gejala akn

menghilang.

b. Bronkopneumonia

Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri.

Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi napas, dan adanya

ronki basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh

virus, gejala pneumonia akan menghilang, kecuali batuk yang

masih dapat berlanjut sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu

tidak juga turun pada saat yang diharapkan dan gejala saluran nafas

masih terus berlangsung dapat diduga adanya pneumonia karena

Page 37: Case Anak - Copy

bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel yang telah

dirusak oleh virus.

c. Kejang Demam

Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak

demam saat ruam keluar.

d. Ensefalitis

Merupakan penyakit neurologik yang sering terjadi, biasanya

terjadi pada hari ke-4-7 setelah timbulnya ruam. Kejadian

ensefalitis sekitar 1 dalam 1000 kasus campak, dengan mortalitas

antara 30-40%. Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme

imunologik maupun melalui invasi langsung virus campak ke

dalam otak.

e. Otitis Media

Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada

campak. Gendang telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal

dan stadium erupsi. Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel

mukosa yang rusak karena invasi virus akan terjadi otitis media

purulenta. Dapat terjadi pula mastoiditis.

1.8 Pengobatan

Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus

diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat

simptomatik. Sedangkan pada campak dengan penyulit, pasien perlu rawat

inap. Di rumah sakit pasien campak dirawat di bangsal isolasi sistem

pernafasan, diperlukan peraikan keadaan umum dengan memperbaiki

kebutuhan cairan dan diet yang memadai. Vitamin A 50.000 IU (untuk anak

<6 bulan), 100.000 IU (6-11 bulan), atau 200.000 IU (12 bulan-5 tahun) per

oral diberikan satu kali.

1.9 Pencegahan

Pemberian imunisasi untuk campak diberikan 2 kali, yaitu pada umur 9

bulan sebagai imunisasi dasar dan pada umur 2 tahun sebagai imunisasi

lanjutan. Kemudian pada anak usia sekolah dasar, diberikan imunisasi campak

yang ketiga pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

Page 38: Case Anak - Copy

Pada tahun 1963 telah dibuat dua macam vaksin campak, yaitu (1)

vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan dan (2)

vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan. Sejak tahun 1967

vaksin yang berasal dari virus campak yang telah dimatikan tidak digunakan

lagi oleh karena efek proteksinya hanya bersifat sementara dan dapat

menimbulkan gejala atypical measles yang hebat.

Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak adalah 0,5 mL.

Pemberian secara subkutan walaupun dapat diberikan secara intramuskular.

Reaksi KIPI imunisasi campak yang banyak dijumpai terjadi pada

imunisasi ulang pada seseorang yang telah memiliki imunitas. Gejala KIPI

berupa demam > 39,5ºC yang terjadi pada 5-15% kasus, demam mulai

dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 5 hari.

Imunisasi tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan

imunodefisiensi primer, pasien TB yang tidak diobati, pasien keganasan atau

transplantasi organ, mereka yang mendapat pengobatan imunosupresif janka

panjang atau anak imunokompromais yang terinfeksi HIV.

Page 39: Case Anak - Copy

DAFTAR PUSTAKA

1. Soedarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI. Buku Ajar Infeksi &

Pediatri Tropis, edisi ke-2. Jakarta : Badan Penerbit IDAI, 2010 : 259-74.

2. Rahayu T, Tumbelaka AR. Gambaran Klinis Penyakit Eksantema Akut.

Dalam : Sari Pediatri, Vol.4, No.3. Jakarta : Badan Penerbit IDAI, 2002 : 104-

113.

3. Ranuh IG, Suyitno H, Hadinegoro SR, Kartasasmita CB, Ismoedijanto,

Soedjamitko. Pedoman Imunisasi di Indonesia, edisi ke-5. Jakarta : Badan

penerbit IDAI, 2014.

4. Kliegman RM, Stanton BF, Schor NF, Geme JWS, Behrman RE. Nelson

Textbook of Pediatrics. 19th edition. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011.