Top Banner
KASUS III NEONATAL INFEKSI Oleh: Muhammad Wahyu Setiani Pembimbing: dr. Slamet Widi Saptadi, Sp. A dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A dr. Neni Sumarni, Sp.A KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI 1
39

CASE 3 Wacu(Anak)

Feb 17, 2016

Download

Documents

bjb
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: CASE 3 Wacu(Anak)

KASUS III

NEONATAL INFEKSI

Oleh:

Muhammad Wahyu Setiani

Pembimbing:

dr. Slamet Widi Saptadi, Sp. A

dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A

dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A

dr. Neni Sumarni, Sp.A

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

2015

1

Page 2: CASE 3 Wacu(Anak)

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : By. Ny. Rizki kusuma

Umur : 1 hari

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : Islam

Suku : Jawa

Alamat : Dadapan Tembalang

Nama ayah : Tn. Sulis Triono

Umur : 30 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama ibu : Ny. Rizki Kusuma

Umur : 26 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Bangsal : Perinatologi

No RM : 343689

Lahir : 27 November

II. DATA DASAR

Anamnesis

Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien dan perawat ruang

perinatologi RSUD Kota Semarang dilakukan pada tanggal 25 november

dan didukung catatan medis.

Keluhan utama : Aspirasi mekonium

Keluhan tambahan : -

2

Page 3: CASE 3 Wacu(Anak)

Riwayat Penyakit Sekarang

Sebelum masuk RS

Ibu G3P2A0, usia 26tahun, hamil 40 minggu, riwayat haid teratur,

siklus 30 hari, lama haid + 7 hari per siklus. Selama kehamilan Ibu

memeriksakan kehamilannya di bidan 10 kali dan di dokter Sp.OG 2 kali.

Ibu sudah mendapat suntikan tetanus toxoid 2 kali selama kehamilannya.

Selama hamil, ibu mengaku merasa mual kadang disertai

muntah. Selama hamil, ibu juga mengaku sering mengkonsumsi jamu-

jamuan. Riwayat trauma saat hamil, riwayat dipijat, riwayat kencing

manis juga disangkal. Pola makan sebelum dan selama hamil tidak

mengalami banyak perubahan, 3 kali sehari. Ibu tidak mengkonsumsi

obat-obatan tertentu.

Setelah masuk RS

Saat usia kehamilan 40 minggu pasien datang sendiri ke IGD RSUD

Kota Semarang akibat keluhan kencang-kencang dan keluar lendir darah

sejak ±3 jam SMRS.kemudian pasien inpartu kala II dan terjadi proses

persalinan. Saat lahir, keadaan bayi menangis dan ketuban keruh

bercampur mekonium. Skor APGAR 9-10-10

Lahir bayi laki-laki di IGD RSUD Kota Semarang secara spontan

pada tanggal 25 November 2015 pukul 06.15 WIB, dengan:

- Berat badan lahir 3300 gram, panjang badan 53 cm, lingkar kepala

35 cm, lingkar dada 35 cm, caput suksaedenum (-), cephal

hematom (-).

- Saat lahir bayi menangis, warna kulit merah jambu, pernafasan

teratur, tonus otot baik, dan HR 130 kali/menit.

- APGAR Score 9-10-10, retraksi dada (-), nafas cuping hidung (-).

- Plasenta lahir manual, kotiledon lengkap, tidak ada infark maupun

hematoma.

3

Page 4: CASE 3 Wacu(Anak)

- Bayi kemudian dirawat di ruang Dewi Kunti bersama ibu pasien.

Kemudian pasien diambil darahnya untuk diperiksa.

- Setelah hasil darah keluar didapatkan hasil leukosit 26.500,

kemudian pasien dipindahkan oleh dokter Sp.A untuk diobservasi

di ruang perinatologi RSUD kota Semarang.

Setelah masuk perinatologi

Tanggal Keterangan TTV

25 November 2015

Usia : 0 hari

BBL : 3300 gram

Keadaan bayi:

Gerakan bayi cukup aktif

Menangis keras (+)

Reflex hisap (+) lemah

Ikterik (-)

Terapi :

Jaga kehangatan

Rawat tali pusat

Inj.vit K 1x1mg

Chloramphenicol s.u.e ODS

Rawat perinatologi:

Pasang INT

Inj Ampisulbactam 2x250

mg

HR : 152x/mnt

RR : 56x/mnt

T : 36.5oC

N : i/t cukup

NCH (+)

Thorax:

simetris (+)

Retraksi dada (-)

Pulmo/ snv +/+ rh -/-

Cor/ bj I/II reg, m(-), g

(-)

Abd : supel, BU (+)

Ekstremitas

Akral sianosis (-)

Laboratorium:

Hemoglobin : 18.9g/dl

Hematokrit : 51.60%

Trombosit : 414

10^3/µl

4

Page 5: CASE 3 Wacu(Anak)

Leukosit : 26.5

10^3/µl

GDS : 107 g/dl

26 November 2015

Usia : 1 hari

BB : 3300 gram

Keadaan bayi

Gerak bayi cukup aktif

Menangis keras (+)

Reflex hisap (+) kuat

Ikterik (-)

Terapi :

Pasang INT

Ampisulbactam 2x250 mg

Diet ASI

Ass:

N. Aterm

BBLN

Neonatal infeksi

HR : 140x/mnt

RR : 44x/mnt

T : 37.1oC

N : i/t cukup

NCH (-)

Thorax:

simetris (+)

Retraksi dada (-)

Pulmo/ snv +/+ rh -/-

Cor/ bj I/II reg, m(-), g

(-)

Abd : supel, BU (+)

Ekstremitas

Akral sianosis (-)

27 November 2015

Usia : 2 hari

BB : 3300 gram

Keadaan bayi

Gerak bayi aktif (+)

Menangis keras (+)

Reflex hisap (+) kuat

Ikterik (-)

Terapi :

Ampisulbactam 2x250 mg

Ass:

N. Aterm

BBLN

HR : 144x/mnt

RR : 44x/mnt

T : 37.0oC

N : i/t cukup

5

Page 6: CASE 3 Wacu(Anak)

Neonatal infeksi

28 November 2015

Usia : 3 hari

BB : 3300 gram

Keadaan Bayi :

Gerak bayi aktif (+)

Menangis keras (+)

Reflex hisap (+) kuat

Ikterik (-)

Terapi :

Ampisulbactam 2x250 mg

Ass:

N. Aterm

BBLN

Neonatal infeksi

HR : 140x/m

RR : 40x/m

T: 36.8 oC

N: i/t cukup

Riwayat Penyakit Ibu

Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, asma, penyakit jantung,

penyakit ginjal, alergi, anemia dan penyakit kelainan darah sebelum hamil

disangkal.

Riwayat Pemeriksaan Prenatal

Ibu memeriksakan kehamilannya di bidan 10 kali dan di dokter

Sp.OG 2 kali. Ibu sudah mendapat suntikan tetanus toxoid 2 kali selama

kehamilannya.

Selama hamil, ibu mengaku merasa mual kadang disertai

muntah. Selama hamil, ibu juga mengaku sering mengkonsumsi jamu-

jamuan. Riwayat trauma saat hamil, riwayat dipijat, riwayat kencing

manis juga disangkal. Pola makan sebelum dan selama hamil tidak

6

Page 7: CASE 3 Wacu(Anak)

mengalami banyak perubahan, 3 kali sehari. Ibu tidak mengkonsumsi

obat-obatan tertentu.

Riwayat Persalinan dan Kehamilan

Saat usia kehamilan 40 minggu pasien datang sendiri ke IGD

RSUD Kota Semarang akibat keluhan kencang-kencang dan keluar lendir

darah sejak ±3 jam SMRS. Saat lahir, keadaan bayi langsung menangis

dan ketuban keruh bercampur mekonium. Skor APGAR 9-10-10

Lahir bayi laki-laki di IGD RSUD Kota Semarang secara spontan

pada tanggal 25 November 2015 pukul 06.15 WIB, dengan:

- Berat badan lahir 3300 gram, panjang badan 53 cm, lingkar kepala

35 cm, lingkar dada 35 cm, caput suksaedenum (-), cephal

hematom (-).

- Saat lahir bayi menangis, warna kulit merah jambu, pernafasan

teratur, tonus otot baik, dan HR 130 kali/menit.

- APGAR Score 9-10-10, retraksi dada (-), nafas cuping hidung (-).

- Plasenta lahir manual, kotiledon lengkap, tidak ada infark maupun

hematoma.

- Bayi kemudian dirawat di ruang Dewi Kunti bersama ibu pasien.

Kemudian pasien diambil darahnya untuk diperiksa.

Setelah hasil darah keluar didapatkan hasil leukosit 26.500, kemudian

pasien dipindahkan oleh dokter Sp.A untuk diobservasi di ruang

perinatologi RSUD kota Semarang

Kesan : Neonatus aterm, bayi berat lahir normal

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan:

Berat badan lahir : 3300 gram

Berat badan sekarang : 3300 gram

Panjang badan : 53 cm

7

Page 8: CASE 3 Wacu(Anak)

Lingkar kepala : 35 cm

Lingkar dada : 35 cm

Perkembangan:

Perkembangan anak belum dapat dinilai dan dievaluasi

Riwayat Makan dan Minum Anak

(-)

8

Page 9: CASE 3 Wacu(Anak)

Riwayat Imunisasi

(-)

Riwayat Keluarga Berencana

Ibu pasien KB Suntik

Riwayat Sosial Ekonomi

Biaya pengobatan ditanggung Sendiri

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 25 November 2015 Di

ruang perinatologi. Bayi Laki-laki usia 0 hari, berat badan lahir 3300 gram,

panjang badan 53 cm, lingkar kepala 35 cm, lingkar dada 35 cm.

Kesan umum

Bayi tampak cukup aktif, menangis kuat, dan refleks hisap kuat.

Tanda vital

Frekuensi nadi : 140 x/menit

Pernafasan : 44 x/menit

Suhu : 37.1oC

Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan

Status generalis

Kepala

Normocephali, ukuran lingkar kepala 35 cm, ubun-ubun besar masih terbuka,

tidak tegang dan tidak menonjol

Mata

9

Page 10: CASE 3 Wacu(Anak)

Pupil bulat , isokor, reflex cahaya +/+ normal, kornea jernih, konjungtiva anemis

-/-, sclera ikterik -/-

Hidung

Bentuk normal, nafas cuping hidung (-)

Telinga

Normotia, secret (-)

Mulut

Sianosis (-), trismus (-), labioschizis (-), palatoschizis (-)

Thorax

o Paru

Inspeksi : hemithorax dextra dan sinistra simetris dalam

keadaan inspirasi dan ekspirasi, retraksi suprasternal (-),

intercostal (-)

Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, rhonchi -/-, wheezing

-/-

Palpasi : areola mamae teraba, papilla mamae (+/+)

Perkusi : pemeriksaan tidak dilakukan

o Jantung

Inspeksi : pulsasi iktus kordis tampak

Palpasi : iktus cordis teraba

Perkusi : batas jantung sulit dinilai

Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop

(-)

Abdomen

Inspeksi : datar, insersi tali pusat di tengah

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba

membesar

Perkusi : timpani di seluruh abdomen

Vertebra

10

Page 11: CASE 3 Wacu(Anak)

Spina bifida (-), meningokel (-)

Genitalia : Laki-Laki

Anorektal

Anus (+) dalam batas normal

Ekstremitas

Superior Inferior

Deformitas -/- -/-

Akral dingin -/- -/-

Akral sianosis -/- -/-

Ikterik - -

CRT < 2” < 2”

Tonus Normotonus normotonus

Kulit

Lanugo (-), sianotik (-), pucat (-), ikterik (-), sklerema (-)

Refleks primitif

o Refleks hisap : (+) kuat

o Refleks rooting : (+) kuat

o Refleks moro : (+)

11

Page 12: CASE 3 Wacu(Anak)

APGAR score

Klinis 1 menit 5 menit 10menit

Appearance ( warna ) 2 2 2

Pulse ( denyut jantung ) 2 2 2

Grimace ( peka rangsang ) 2 2 2

Activity ( tonus otot ) 2 2 2

Respiratory effort ( pernafasan ) 1 2 2

Total 9 10 10

Kesan : tidak ada asfiksia

bell squash score

- Partus tindakan (SC, Vacum, Sungsang)

- Ketuban tidak normal 1

- Kelainan bawaan

- Asfiksia

- Preterm

- BBLR

- Infeksi tali pusat

- Riwayat penyakit ibu

- Riwayat penyakit kehamilan

III. RESUME

Lahir bayi laki-laki di IGD RSUD Kota Semarang dari ibu G3P2A0 hamil

40 minggu, secara spontan pada tanggal 25 November 2015 pukul 06.15 WIB,

dengan berat badan lahir 3300 gram, panjang badan 53 cm, lingkar kepala 35 cm,

lingkar dada 35 cm dan APGAR score 9-10-10. Bayi cukup aktif, HR 152x/mnt,

RR 56x/menit, nafas cuping hidung (-), retraksi dada (-), kemudian dirawat di

perinatologi. Hari pertama perawatan didapatkan bayi cukup aktif, nafas cuping

12

Hasil: 1

<4 : obs NI

>4 : NI

Page 13: CASE 3 Wacu(Anak)

hidung (-), retraksi (-). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis

(leukosit 26.500) dan diberikan terapi antibiotik. Hasil bell squash score +1.

IV. DIAGNOSIS BANDING

Neonatus aterm

o SMK ( Sesuai Masa Kehamilan )

o BMK ( Besar Masa Kehamilan )

o KMK ( Kecil Masa Kehamilan )

Berat badan lahir

o Bayi berat lahir cukup

o Bayi berat lahir rendah

o Bayi berat lahir sangat rendah

o Bayi berat lahir lebih

Neonatal infeksi

V. DIAGNOSIS SEMENTARA

Neonatus aterm, BBLN, dan neonatal infeksi.

13

Page 14: CASE 3 Wacu(Anak)

TERAPI

Non medikamentosa

- Jaga jalan nafas

- Jaga kehangatan

- Rawat tali pusat

Medikamentosa

- Ampisulbactam 2x250 mg

VI. PROGNOSIS

Quo Ad Vitam : ad bonam

Quo Ad Sanationam : ad bonam

Quo Ad Fungtionam : ad bonam

14

Page 15: CASE 3 Wacu(Anak)

TINJAUAN PUSTAKANEONATAL INFEKSI

A. .DEFINISI

Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early infection

(infeksi dini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena

infeksi diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan, sementara infeksi

lambat adalah infeksi yang diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau

tertular dari orang lain.7

B. PATOGENESIS

Infeksi pada bayi baru lahir sering ditemukan pada BBLR. Infeksi

lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan

bayi yang lahir di luar rumah sakit. Bayi baru lahir mendapat kekebalan atau

imunitas transplasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir,

bayi terpapar dengan kuman yang juga berasal dari orang lain dan terhadap

kuman dari orang lain.

Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya

dalam 3 golongan, yaitu :8

1. Infeksi Antenatal

Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini

kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya

infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat

menyerang janin melalui jalan ini ialah :7,8

a. Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia,

cytomegalic inclusion.

b. Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues ).

c. Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria

monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi

plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin

mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.

15

Page 16: CASE 3 Wacu(Anak)

2. Infeksi Intranatal

Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.

Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah

ketuban pecah. Ketuban pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban

dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam ), mempunyai peranan penting terhadap

timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walaupun

ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan

manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik

sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu infeksi dapat menyebabkan

septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan

kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ” oral trush ”.7,8

3. Infeksi Pascanatal

Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi

yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat

penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat

infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah.

Hal ini penting sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi.

Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah tahan terhadap

semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.9

C. PENEGAKKAN DIAGNOSIS

Diagnosa infeksi perinatal sangat penting, yaitu di samping untuk

kepentingan bayi itu sendiri, tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan

ruangan perawatan bayinya. Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah. Tanda khas

seperti yang terdapat bayi yang lebih tua seringkali tidak ditemukan. Biasanya

diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan,

persalinan yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisik dan laboratorium.1,2

Infeksi lokal pada neonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi

umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian

diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita cukup waspada terhadap kelainan

tingkah laku neonatus yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum.

16

Page 17: CASE 3 Wacu(Anak)

Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi

tersebut tidak menderita penyakit atau kelainan kongenital tertentu, namun tiba –

tiba tingkah lakunya berubah, atau ” Not Doing Well ”, hendaknya harus selalu

diingat bahwa kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi.4

Menegakkan kemungkinan infeksi pada bayi baru lahir sangat penting,

terutama pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan

menimbulkan angka kematian yang tinggi. Di samping itu, gejala klinis infeksi

pada bayi tidak khas. Adapun gejala yang perlu mendapat perhatian yaitu :

- Malas minum, bayi tertidur, tampak gelisah.

- Pernapasan cepat, pergerakan aktivitas bayi makin menurun.

- Terjadi muntah dan diare, berat badan turun drastis.

- Panas badan bervariasi yaitu dapat meningkat, menurun atau dalam batas

normal.

- Pada pemeriksaan mungkin dijumpai : bayi berwarna kuning, pembesaran

hepar, purpura (bercak darah di bawah kulit) dan kejang-kejang.

- Terjadi edema, sklerema.

Ada 2 skoring yang digunakan untuk menentukan diagnosis neonatal infeksi yaitu

:7,8

a. Bell Squash Score

1. Partus tindakan (SC, Forcep, Vacum, Sungsang)

2. Ketuban tidak normal

3. Kelainan bawaan

4. Asfiksia

5. Preterm

6. BBLR

7. Infeksi tali pusat

8. Riwayat penyakit ibu

9. Riwayat penyakit kehamilan

17

Hasil :

< 4 : Observasi NI

≥ 4 : NI

Page 18: CASE 3 Wacu(Anak)

b. Gupte Score

Prematuritas 3

Cairan amnion berbau busuk 2

Ibu demam 2

Asfiksia 2

Partus lama 1

Vagina tidak bersih 2

KPD 1

D. KLASIFIKASI

Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua

golongan besar, yaitu berat dan infeksi ringan.

a. Infeksi berat (major infection) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare

epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.

b. Infeksi ringan (minor infection) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum,

infeksi umbilikus (omfalitis), moniliasis.9

a. Infeksi Berat

1. Sepsis Neonatorum

Sepsis neonatorum atau meningitis sering didahului oleh keadaan

hamil dan persalinan sebelumnya seperti dan merupakan infeksi berat

pada neonatus dengan gejala-gejala sistemik.8,9

Faktor resiko :

o Persalinan (partus) lama

o Persalinan dengan tindakan

o Infeksi/febris pada ibu

o Air ketuban bau, warna hijau

o KPD lebih dari 24 jam

18

Hasil :

3-5 : Screening NI

≥ 5 : NI

Page 19: CASE 3 Wacu(Anak)

o Prematuritas dan BBLR

o Fetal distress

Tanda dan gejala :

Bayi tampak sakit, tidak aktif, dan sangat lemah

Reflek hisap lemah

Hipotermia atau hipertermia

Merintih, kesulitan bernapas

Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterus.

Prinsip pengobatan:

Metabolisme tubuh dipertahankan, kebutuhan nutrisi dipenuhi.

Pengobatan antibiotika secara empiris dan terapeutik.

Ampisilin 200 mg/kg/hr 3-4x pemberian & gentamisin 5

mg/kg/hr 2x pemberian.

Kloramfenikol 25 mg/kg /hr 3-4x pemberian.

Pemeriksaan laboratorium rutin.

Biakan darah dan uji resistensi.

Tindakan dan pengobatan lain diberikan atas indikasi.

2. Meningitis pada Neonatus

Tanda dan gejala :

o Sering didahului atau bersamaan dengan sepsis.

o Kejang, Ubun-ubun besar menonjol.

o Kaku kuduk (+).

Pengobatan :

Gunakan antibiotik yang dapat menembus sawar darah otak dan

diberikan dalam waktu minimal 3 minggu.

Pungsi lumbal (atas indikasi).9

3. Aspirasi pneumonia

Aspirasi pneumonia terjadi pada intrauterin karena inhalasi likuor

amnion yang septik dan menyebabkan kematian terutama bayi dengan

BBLR karena reflex menelan dan batuk yang belum sempurna.

19

Page 20: CASE 3 Wacu(Anak)

Gejala :

o Sering tidur atau letargia, berat badan turun drastis, kurang minum.

o Terjadi serangan apnea (Apneu neonatal).

o Dicurigai bila ketuban pecah lama, keruh, bau.

Pengobatan :

Resusitasi pada bayi baru lahir, pertahankan suhu tubuh.

Beri antibiotika spektrum luas.

Diagnosis pasti dilakukan dengan pemeriksaan rontgen atau konsultasi

dokter ahli anak.

4. Osteitis Akut

Merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus

aureus.

Gejala :

o Suhu tubuh tinggi, bayi tampak sakit berat.

o Terdapat pembengkakan dan bayi menangis saat bagian yang

terkena digerakkan, biasanya pada maksila dan pelvis.

Pengobatan :

Pemberian antibiotika kloksasilin 50 mg/kg BB/hr secara

parenteral.

Lokal ditemukan aspirasi pada pus.

5. Diare

Diare merupakan penyakit yang ditakuti masyarakat karena dengan

cepat dapat menimbulkan keadaan gawat dan diikuti kematian yang tinggi.

Bayi yang baru lahir sudah disiapkan untuk dapat langsung minum

kolostrum yang banyak mengandung protein, kasein, kalsium sehingga

dapat beradaptasi dengan ASI. Jika bayi aterm dan pemberian ASI benar,

sangat kecil kemungkinan terjadi penyakit diare. Kuman yang sering

menyebabkan diare yaitu E. coli yang mempunyai sifat pathogen dalam

tubuh manusia. Adapun gejala klinis diare yaitu : tinja/feses yang

jumlahnya banyak, cair, berwarna hijau/kuning dan berbau khas.

20

Page 21: CASE 3 Wacu(Anak)

Tubuh bayi terdiri dari sekitar 80% air sehingga penyakit diare dengan

cepat menyebabkan kehilangan air sehingga bayi akan jatuh dalam

keadaan dehidrasi, sianosis dan syok. Untuk dapat mengatasi dan

menurunkan angka kematian karena diare pada bayi dapat dilakukan

tindakan sebagai berikut :

- Minum bayi tidak perlu dikurangi.

- Berikan larutan garam gula/oralit sebanyak mungkin.

- Bila keadaan lebih membahayakan perlu dipasang infus.

- Konsultasi pada dokter.9

6. Tetanus neonatorum

Etiologi : - Perawatan tali pusat yang tidak steril.

- Pembantu persalinan yang tidak steril.

Gejala :

Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena

kejang otot rahang dan faring (tenggorok).

Mulut mencucu seperti mulut ikan (trismus).

Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan

epistotonus, tangan mengepal (boxer hand).

Kejang terutama apabila terkena rangsang cahaya, suara dan

sentuhan.

Kadang-kadang disertai sesak napas dan wajah bayi membiru.

Sering timbul komplikasi terutama bronco pneumonia, asfiksia,

dan sianosis akibat obstruksi jalan napas oleh lendir atau sekret

dan sepsis.

Tindakan :

o Segeran berikan antikonvulsan dan bawa ke rumah sakit (hindari

pemberian i.m karena dapat merangsang muscular spasm).

o Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia.

o Pasang IV line dan OGT.

21

Page 22: CASE 3 Wacu(Anak)

o Pemberian ATS 3000-6000 unit i.m.

o Beri penisilin prokain G 200.000 unit/kgbb/24 jam i.v selama 10

hari.

o Rawat tali pusat, observasi dilakukan untuk mengurangi sekecil

mungkin terjadinya rangsangan.9

b. Infeksi Ringan

1. Oftalmia Neonatorum

Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria

gonorrhoeae saat bayi lewat jalan lahir.

Dibagi menjadi 3 stadium yaitu :

1) Stadium infiltrative

- Berlangsung 1-3 hari.

- Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme, mungkin terdapat

pseudomembran.

2) Stadium supuratif

- Berlangsung 2-3 minggu.

- Gejala tidak begitu hebat, terdapat sekret bercampur darah, yang

khas sekret akan keluar dengan mendadak (muncrat) saat palpebra

dibuka.

3) Stadium konvalesen

- Berlangsung 2-3 minggu.

- Sekret jauh berkurang, gejala lain tidak begitu hebat lagi.9

Penatalaksanaan :

Bayi harus diisolasi

Cuci mata bayi dengan larutan garam fisiologis setiap ¼ jam

disusul dengan pemberian salep mata penisilin.

Berikan salep mata penisilin setiap jam selama 3 hari.

Penisilin prokain 50.000 unit/kgbb i.m.

Obati orang tua bayi dari gonorrhoeae.

22

Page 23: CASE 3 Wacu(Anak)

23

Page 24: CASE 3 Wacu(Anak)

2. Infeksi Umbilikus (Omfalitis)

Merupakan infeksi pada pangkal umbilikus yang disebabkan oleh

infeksi Staphylococcus aureu.

Gejala :

o Terdapat radang dan mengeluarkan nanah, merah, ada edema.

o Pada keadaan berat dapat menjalar ke hepar.

o Pada keadaan kronik terjadi granuloma.

Pengobatan :

Berikan salep yang mengandung neomisin dan basitrasin, serta

salep gentamisin.

Bila terdapat granuloma diberi Argentinitras 3%.

Pencegahan :

- Perawatan tali pusat yg baik

- Tali pusat ditutup dengan kasa steril dan diganti setiap hari.

3. Monialisis

Disebabkan jamur Candida albicans.

Tidak menimbulkan gejala

Pada kondisi tubuh yang menurun atau pada penggunaan

antibiotika / kortikosteroid yang lama dapat terjadi pertumbuhan

berlebihan jamur yang kemudian menyebabkan terjadinya

stomatitis pada neonatus dan pada akhirnya mengakibatkan

kematian.9

24

Page 25: CASE 3 Wacu(Anak)

E. PENCEGAHAN

Prinsip pencegahan infeksi antara lain :9

Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir.

Pertimbangkan setiap orang (termasuk bayi dan staf) berpotensi

menularkan infeksi.

Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol.

Pakai pakaian pelindung dan sarung tangan.

Gunakan teknik aseptik.

Pegang instrumen tajam dengan hati – hati dan bersihkan, jika perlu

sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan.

Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang

sampah.

Pisahkan bayi yang menderita infeksi untuk mencegah infeksi

nosokomial.

25

Page 26: CASE 3 Wacu(Anak)

DAFTAR PUSTAKA1. Aurora S, Snyder EY. Perinatal Asphyxia. Dalam : Cloherty JP, Stark AR, eds. Manual of

Neonatal Care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004; 536-54.

2. Kattwinkel J, Short J, Niermeyer S, Denson SE, Zaichkin J, Simon W. Neonatal

Resuscitation textbook; edisi ke-4. AAP & AHA, 2000; 1-1 – 2-25.

3. Lissauer T, Fanaroff AA. At a Glance: Neonatologi. In: Safitri, Amalia (editors). Jakarta:

Balai Penerbit Erlangga; 2009.p.96-9

4. Duke T, Kelly J, Weber M, English M, Campbell H. Hospital Care for Children in

Developing Country. Available at:

http://www.ichrc.org/sites/www.ichrc.org/files/Indonesia.pdf Accessed on: June 2014

5. Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. Buku acuan pelatihan pelayanan obstetri

Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI,2006; 69-79.

6. Stell BJ. The High-Risk Infant. Nelson Textbook of Pediatrics 17 th edition. Dalam Kliegman

RM, editor. Philadelphia, USA : Saunders 2004; hal 547-59.

7. Djaja, S. 2003. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir dan Sistem Pelayanan

Kesehatan yang berkaitan di Indonesia, http://www.litbang.depkes.go.id.

8. Monintja, HE. 1997. Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

26