Top Banner
Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia Eva Natalia Br. Manullang LAPORAN KASUS A. IDENTITAS PASIEN Nama : By. Ny. I Lahir : 19 April 2015 Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : - Agama : Islam Suku : Jawa Alamat : Dinar Mas Tembalang, Semarang Nama Ayah : Tn. F Umur : 29 tahun Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : Dinar Mas Tembalang, Semarang Nama Ibu : Ny. I Umur : 27 tahun Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : Dinar Mas Tembalang, Semarang Bangsal : Perinatologi Tanggal Masuk RS : 19 April 2015 No. CM : 262953 Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti 1 Periode 16 Maret 2015 – 23 Mei 2015
89

case 3 anak

Sep 26, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Neonatus posterm dengan BBLR , Asfiksia Berat , NI dan Hiperbilirubinemia

Neonatus Preterm dengan BBLSR, Asfiksia Berat, Hiperbilirubinemia Eva Natalia Br. Manullang

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama

: By. Ny. ILahir

: 19 April 2015Jenis Kelamin

: Laki-lakiPendidikan

: -

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Alamat

: Dinar Mas Tembalang, SemarangNama Ayah

: Tn. FUmur

: 29 tahun

Pekerjaan

: WiraswastaPendidikan

: Dinar Mas Tembalang, SemarangNama Ibu

: Ny. IUmur

: 27 tahun

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Pendidikan

: Dinar Mas Tembalang, SemarangBangsal

: Perinatologi

Tanggal Masuk RS: 19 April 2015No. CM

: 262953B. DATA DASAR

1. Anamnesis (Alloanamnesis)

Aloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien di ruang Dewi Kunthi RSUD Kota Semarang pada tanggal 22 April 2015 pukul 20.00WIB dan dengan perawat Perinatologi di bangsal Perinatologi pada tanggal yang sama pukul 21.30WIB dan didukung dengan catatan medis

Keluhan Utama

: Bayi tidak menangis segera setelah lahirKeluhan Tambahan: Bayi kurang bulan, kecil dan lemas.Riwayat Penyakit SekarangSebelum Masuk RS

Ibu G3P2A0 usia 32 tahun, hamil 31 minggu, riwayat haid teratur, siklus 28 hari, lama haid sekitar 7 hari per siklus. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya ke dokter sebulan 1x dan mendapatkan suntikan vaksin Tetanus Toxoid sebanyak dua kali selama kehamilannya. Selama hamil ibu merasa mual kadang disertai muntah.Ibu mengaku sering pingsan selama kehamilannya. Ibu tidak mempunyai penyakit darah tinggi selama kehamilan. Selama masa kehamilan ibu tidak mengonsumsi obat-obatan apapun, hanya suplemen (sangobion) yang diberikan dokter. Riwayat trauma sebelum dan selama kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal , riwayat kencing manis disangkal , riwayat penyakit darah tinggi sebelum kehamilan disangkal, riwayat mengkonsumsi jamu-jamuan disangkal. Ibu mempunyai riwayat melahirkan bayi kurang bulan (anak pertama 28minggu, anak kedua 37minggu) dan bayi dengan berat badan lahir rendah (anak pertama 2000 gram). Riwayat keguguran (-) Pola makan selama hamil mengalami perubahan, ibu menjadi tidak nafsu makan dan susah makan. Ibu mengaku muntah hampir setiap makan mulai kehamilan 4 bulan.

6 hari sebelum masuk rumah sakit,ibu mengeluh keluar cairan dari jalan lahir. Jumlahnya ibu tidak tau persis, warnanya bening merembes. Kemudian ibu akhirnya dibawa ke RSUD Kota Semarang, tetapi karena menurut bidan belum waktunya untuk bersalin, maka ibu dirawat di ruang VK Srikandi.Setelah masuk RSSetelah 6 hari dirawat di ruang VK Srikandi, ibu tak kunjung merasakan perutnya mules/kontraksi, namun air ketuban terus merembes sedikit demi sedikit. Maka pada tanggal 19 April 2015, dokter memutuskan untuk mengakhiri persalinannya dengan sectio caesaria atas indikasi ketuban pecah dini (oligohidramnion).

Bayi jenis kelamin laki-laki lahir di ruang IBS RSUD Kota Semarang secara secio caesaria 19/8/2015 pukul 08.55wib dengan BBL: 1300 gram, PB: 41 cm, LK: 28 cm, LD: 24 cm, caput succadaneum (-) , cephal hematoma (-) , air ketuban jernih dan tidak berbau busuk.

Saat lahir bayi tidak menangis, pernapasan tidak teratur , HR < 100 x/menit , warna kulit kepala dan badan merah jambu, tetapi ekstremitas biru, bibir sianosis , tonus otot lemah. Setelah 5 menit diresusitasi, HR>100x/menit, pernafasan tidak teratur, tonus otot sedang, bayi meringis, dan warna kulit kepala dan badan merah jambu tetapi ekstremitas masih biru. Setelah 10 menit diresusitasi HR>100x/menit, pernafasan tidak teratur, tonus otot baik, bayi meringis, warna kuit merah jambu.

APGAR Score 3 6 8.Setelah masuk perinatologiTanggalKeteranganTTV

19 April 2015Usia : 0 hari

Berat : 1300 gram

Keadaan bayi :

Gerakan bayi aktif kurang Menangis keras (-)

Minum kuat (-)

Ikterik (-)

Terapi : Letakan dalam inkubator

O2 CPAP : PEEP 5, FiO2 50%, Flow 6L/menit

Infus D5% 5 tpm mikro

Injeksi Vit K1 1x1 mg IM

Injeksi ampisilin 3 x 70 mg iv Injeksi dexa 2x1/4amp Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,75cc ad aqua iv pelan Injeksi dopamin 3Meq

Tunda dietProgram :

Darah Rutin

Gula Darah Sewaktu

Elektrolit

HR : 160x/menitRR : 50x /menitT : 37,1CN : 1/t cukup

20 April 2015Usia: 1 hari

Berat: 1300 gramCairan 104cc/hari

Keadaan bayi :

Gerakan bayi aktif (-)

Menangis keras (-)

Minum kuat (-)

Ikterik (-)Terapi :

02 CPAP(PEEP=5cmH2O, FiO2 60% , 6L/menit) Infus D5% 5 tpm mikro

Injeksi ampisilin 3 x 70 mg iv(H.II)

Injeksi dexa 2x1/4amp(H.II)

Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,75cc ad aqua iv pelan

Injeksi dopamin 3Meq 0,5cc/jam

Aminofusin Paed 0,5gr/kgbb/hari

Tunda diet

HR: 120 x/menit

RR: 48 x/menitT: 37,0C

N: i/t cukup

21 April 2015Usia: 2 hari

Berat: 1300 gram

Cairan: 130 ccKeadaan bayi :

Gerakan bayi aktif kurang BAB (+)

BAK (+)

Menangis keras (+)

Minum kuat (-)

Ikterik (-) Bibir kering (+)

Terapi :

02 CPAP(PEEP=4cmH2O, FiO2 25% , 6L/menit) ( pukul 11.00 O2 Headbox 6L/m Infus D5% 5 tpm mikro

Injeksi ampisilin 3 x 70 mg iv(H.III)

Injeksi dexa 2x1/4amp(H.III)

Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,75cc ad aqua iv pelan

Injeksi dopamin 3Meq 0,5cc/jam

Aminofusin Paed 0,5gr/kgbb/hari

Diet (Susu Prenan) = 8x5cc HR: 130 x/menit

RR: 48 x/menit

T: 36.4C

N: i/t cukup

22 April 2015Usia: 3 hari

Berat: 1260 gram

Cairan: 151,2 ccKeadaan bayi :

Gerakan bayi aktif kurang BAB (+)

BAK (+)

Menangis keras (+)

Minum kuat (+)

Ikterik (+) Kramer IV

Terapi :

O2 Headbox 6L/m

Infus D5% 5 tpm mikro

Injeksi ampisilin 3 x 70 mg iv(H.IV)

Injeksi dexa 2x1/4amp(H.IV)

Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,75cc ad aqua iv pelan

Injeksi dopamin 3Meq 0,5cc/jam

Aminofusin Paed 0,5gr/kgbb/hari

Diet (Susu Prenan) = 8x5ccProgram : fototerapi 2x24jam

HR: 101x/menit

RR: 40 x/menit

T: 36,7C

N: i/t cukup

23 April 2015Usia: 4 hari

Berat: 1260 gram

Cairan: 176,4 ccKeadaan bayi :

Gerakan bayi aktif kurang BAB (+)

BAK (+)

Menangis keras (+)

Minum kuat (+)

Ikterik (+) Terapi :

O2 Nasal 3L/m

Infus D5% 5 tpm mikro

Injeksi ampisilin 3 x 70 mg iv(H.V)

Injeksi dexa 2x1/4amp(H.V)

Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,75cc ad aqua iv pelan

Injeksi dopamin 3Meq 0,5cc/jam

Aminofusin Paed 0,5gr/kgbb/hariDiet (Susu Prenan) = 8x5cc Program : Foto terapi 1 x 24 jam

Cek bilirubin post terapiHR: 109 x/menit

RR: 32 x/menit

T: 35,2C

N: i/t cukup

24 April 2015Usia 5hari

BB = 1180 gram

Cairan = 177ccKeadaan bayi :

Gerakan bayi aktif kurang

BAB (+)

BAK (+)

Menangis keras (+)

Minum kuat (+)

Ikterik (+)

Terapi :

O2 Nasal 3L/m

Infus D5% 5 tpm mikro

Injeksi ampisilin 3 x 70 mg iv(H.V)

Injeksi dexa 2x1/4amp(H.V)

Injeksi Ca Glukonas 2 x 0,75cc ad aqua iv pelan

Injeksi dopamin 3Meq 0,5cc/jam

Aminofusin Paed 0,5gr/kgbb/hari

Diet (Susu Prenan) = 8x5cc

Program : Foto terapi 1 x 24 jamHR : 109x/m

RR : 32x/m

T : 36C

N : i/t cukup

Riwayat Penyakit Ibu dan Ayah

Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, hipeertensi, asma, penyakit jantung, penyakit ginjal, alergi, anemia, serta kelainan darah sebelum hamil disangkal.

Riwayat ibu keputihan berbau busuk atau menderita penyakit menular seksual selama masa kehamilan atau saat proses kehamilan seperti gonorea, klamidia, trikomonasis, kandidiasis disangkal.

Riwayat ayah menderita penyakit menular seksual sebelum dan selama istrinya hamil disangkal.

Riwayat ibu mengidap batuk-batuk lama lebih dari 3 minggu, mendapat pengobatan paru selama 6 bulan dan membuat kencing berwarna merah disangkal.

Riwayat ibu demam tinggi selama proses kehamilan disangkal.

Riwayat ibu merokok diangkal.

Riwayat ayah merokok (+)Riwayat Pemeriksaan Prenatal

Ibu rutin memeriksakan kehamilannya sebulan 1x dan mendapat suntikan tetanus toxoid sebanyak 2 kali selama masa kehamilannya. Riwayat trauma sebelum kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal, riwayat penyakit darah tinggi dan kencing manis disangkal, riwayat minum jamu-jamu disangkal oleh ibu.

Kesan: Pemeliharaan prenatal baik.

Riwayat Persalinan dan Kehamilan

Bayi jenis kelamin laki-laki lahir di ruang IBS RSUD Kota Semarang secara secio caesaria 19/8/2013 pukul 08.55wib dengan BBL: 1300 gram, PB: 41 cm, LK: 28 cm, LD: 24 cm, caput succadaneum (-) , cephal hematoma (-) , air ketuban jernih dan tidak berbau busuk.

Saat lahir bayi tidak menangis, pernapasan tidak teratur , HR < 100 x/menit , warna kulit kepala dan badan merah jambu, tetapi ekstremitas biru, bibir sianosis , tonus otot lemah. Setelah 5 menit diresusitasi, HR>100x/menit, pernafasan tidak teratur, tonus otot sedang, bayi meringis, dan warna kulit kepala dan badan merah jambu tetapi ekstremitas masih biru. Setelah 10 menit diresusitasi HR>100x/menit, pernafasan tidak teratur, tonus otot baik, bayi meringis, warna kuit merah jambu.

APGAR Score 3 6 8.

Kesan: Neonates preterm, berat badan lahir sangat rendah, asfiksia berat, lahir secara secio caesaria atas indikasi ketuban pecah dini ( oligohidramnion )Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Pertumbuhan: Berat badan lahir

: 1300 gramPanjang badan lahir : 41 cm.Lingkar kepala

: 28 cm

Lingkar dada

: 24 cm

Perkembangan: belum dapat dinilai dan dievaluasi

Riwayat Makan dan Minum Anak

- Pada hari ke 0 dan 1 perawatan diet ditunda karena riwayat asfiksia berat. - Pada hari ke 2 perawatan mulai diberi diet (susu prenan) melalui Orogastrictube (OGT) 8 x 5cc. Riwayat Imunisasi

BCG: -

Polio: -Hep B: -Kesan: Imunisasi dasar belum dilakukanRiwayat Keluarga Berencana

Ibu pasien menggunakan KB Spiral (Intra Uterin Device-IUD) sejak anak ke 2 berumur 3bulan. KB spiral digunakan selama 4 tahun, lalu karena darah yang keluar setiap kali haid dirasakan lebih banyak dari biasanya setelah menggunakan KB spiral, maka ibu mulai beralih menggunakan KB suntik yang dilakukan setiap 3bulan 1x. KB suntik dilakukan selama 3 tahun.

Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah bekerja wiraswasta, ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan penghasilan ayah sekitar kurang lebih Rp 4.000.000,- per bulan. Menanggung 4 anak. Biaya pengobatan ditanggung sendiri oleh keluarga.Kesan: Sosial ekonomi cukupData Obstetri

Anak keTahunJenis, pembantu, tempat, penyulit persalinan, usia kehamilanJenis kelamin, BBL, PBLKeadaan anak sekarang

12005Spontan, bidan, 28 mingguPerempuan , 2000gr, 47cmBaik

22008Spontan, bidan, bidan, 37 mingguLaki-laki, 2800gr, 48cmBaik

32015Hamil ini

Data Keluarga

AyahIbu

Perkawina ke-II

Umur37 tahun32 tahun

Pendidikan terakhirD3SMA

AgamaIslamIslam

KesehatanSehatSehat

Data Perumahan

Kepemilikan rumah: Rumah kontrakanKeadaan rumah

: Dinding rumah terbuat dari tembok, 3 kamar tidur, kamar mandi di dalam rumah. Sumber air bersih

: Sumber air minum PAM, limbah buangan dialirkan ke saluran atau selokan yang ada di belakang rumah.

Keadaan lingkungan: Antar rumah berdekatan, tidak terlalu padat.2. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pada tanggal 22 April 2015Bayi laki-laki usia 3 hari, berat badan 1260 gram, panjang badan 41 cm.

Kesan umum: Compos mentis, cenderung rewel, tampak lemah, bayi berat lahir sangat rendah , sesuai masa kehamilan, ditemukan tanda-tanda neonatus preterm, tampak tidak aktif, nafas spontan adekuat, menangis kuat, minum kuat (+) ikterik (+) Kremer IVTanda vital: TD: Pemeriksaan tidak dilakukan

HR: 101 x/menit

RR: 40 x/menit

t: 36,7C (axilla)Status internus:

Kepala

Normocephalus , lingkar kepala 28 cm, ubun-ubun besar masih terbuka, tidak tegang, tidak menonjol, caput succedaneum (-), cephal hematom (-), rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan, muka tampak ikterik. Mata

Pupil bulat, isokhor, refleks cahaya (+/+) normal, kornea jernih, sclera ikterik (+/+), konjungtiva anemis (-/-). Hidung

Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), septum deviasi (-).

Telinga

Normoti, discharge (-/-), kembali setelah dilipat.

Mulut

Sianosis (-), trismus (-), stomatitis (-), labioschizis (-), palatoschizis (-)

Thorax

Tampak ikterik pada daerah dada

Paru

Inspeksi: Hemithorax dextra dan sinistra simetris pada keadaan inspirasi dan ekspirasi. Retraksi epigastrium(+).

Palpasi: Stem fremitus tidak dilakukan, areola mammae teraba, papilla mammae (+/+).

Perkusi: Tidak dilakukan.

Auskultasi: Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-), suara nafas tambahan (-/-).Jantung

Inspeksi: Pulsasi ictus cordis tidak terlihat

Palpasi: Ictus cordis tidak melebar

Perkusi: Batas jantung sulit dinilai

Auskultasi: Bunyi jantung I/II regular, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen

Inspeksi: Datar, ikterik. Auskultasi: Bising usus (+) normal

Palpasi: Supel, hepar, dan lien tidak teraba membesar

Perkusi: Timpani di seluruh kuadran abdomen

Tulang belakang

Tidak ada spina bifida, tidak ada meningocele

Genitalia dan anorektal

Jenis kelamin laki-laki, kedua testis telah mengisi scrotum, rugae scrotum telah terbentuk sedikitAnus (+) dalam batas normal.

Kulit

Lanugo (+), sianotik (-), pucat (-), ikterik (+) kremer IV, sklerema (-) Ekstremitas

SuperiorInferior

Deformitas-/--/-

Akral Dingin-/--/-

Akral Sianosis-/--/-

Ikterik+/++/+

CRT100x/menit, pernafasan tidak teratur, tonus otot baik, bayi meringis, warna kuit merah jambu.

APGAR Score 3 6 8.

.Kesan umumCompos mentis, cenderung rewel, tampak lemah, bayi berat lahir sangat rendah , sesuai masa kehamilan, ditemukan tanda-tanda neonatus preterm, tampak tidak aktif, nafas spontan adekuat, menangis kuat, minum kuat (+) ikterik (+) Kremer IV

Dari pemeriksaan fisik tanggal 22 April 2015 didapatkan:

Tanda vital

: TD: Pemeriksaan tidak dilakukan

HR: 101 x/menit

RR: 40 x/menit

t: 36,7C (axilla)Status internus:

Kepala: Ubun-ubun besar masih terbuka, tidak tegang, tidak menonjol, caput succedaneum (-), cephal hematom (-), muka ikterik.

Mata: Pupil bulat, isokhor, refleks cahaya (+/+) normal, ikterik (+/+).

Hidung: Nafas cuping hidung (-/-).

Telinga: Dalam batas normal.

Mulut: Dalam batas normal

Thorax: Pergerakan dada simetris, retraksi epigastrium (-) tampak ikterik pada daerah dada.

Paru: Suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-)

Jantung: Tidak teraba membesar, BJ I/II reguler, Murmur (-), Gallop (-).

Abdomen: Tampak ikterik, pangkal sekitar tali pusat tampak kemerahan dan sedikit membengkak.

T. blkng: Dalam batas normal.

Genitalia: Laki-laki dalam batas normal.

Anorektal: Dalam batas normal.

Kulit: Lanugo (+), sianotik (-), pucat (-), ikterik (+) kremer IV, sklerema (-). Ekstremitas

SuperiorInferior

Deformitas-/--/-

Akral Dingin-/--/-

Akral Sianosis-/--/-

Ikterik+/++/+

CRT38C

v. Tersedak atau mengeluarkan ASI dari hidung saat menyusuivi. Muntah atau BAB berlebihan (>3x/hari)vii. Mengeluarkan darah saat BAB dan BAK

viii. Kejang TINJAUAN PUSTAKA

USIA GESTASI DAN BERAT BADAN LAHIRPENDAHULUAN

Hubungan berat badan lahir dengan usia gestasi merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir yang mencerminkan pertubuhan intrauterin yang dapat mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas selanjutnya. Berawal dari fakta klinis bahwa bayi dengan masalah berat badan lahir dan atau usia gestasi memiliki masalah klinis yang serupa,yaitu gangguan perkembangan fisik , gangguan perkembangan mental dan kelainan kongenital maka American Academy of Pediatrics, Comitee on Fetus and Newborn menyarankan agar semua bayi baru lahir diklasifikasikan menurut berat badan lahir berdasarkan usia gestasi.Tidak semua bayi baru lahir yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram lahir kurang bulan dan tidak semua bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram adalah aterm. Hal ini ddokumentasikan oleh penelitian Guenwald (1960) yang menunjukan bahwa sepertiga bayi baru lahir dengan berat badan rendah sebenarnya adalah aterm. Oleh sebab itu diperlukan tinjauan lebih lanjut mengenai berat badan lahir dan usia gestasi.1,2DEFINISI DAN KLASIFIKASIBerat Badan LahirBerat bayi yang ditimbang dalam waktu 24 jam setelah lahir di fasilitas kesehatan (Rumah Sakit , Puskesmas dan Polindes) yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Dokter , Bidan dan Perawat)Klasifikasi :

1. Bayi Badan Lahir Rendah

Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram

2. Bayi Badan Lahir Cukup / Normal

Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir 2500 4000 gram

3. Bayi Badan Lahir Lebih

Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gramUsia GestasiMasa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid terakhir

Klasifikasi :

1. Bayi Kurang Bulan

Bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari)

2. Bayi Cukup Bulan

Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 42 minggu (259 293 hari)

3. Bayi Lebih Bulan

Bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (> 293 hari)Dari hubungan antara usia gestasi dengan berat badan lahir, bayi dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan

Bayi dilahirkan dengan berat lahir < 10 persentil menurut grafik Lubchenco

2. Bayi Besar Untuk Masa Kehamilan

Bayi dilahirkan dengan berat lahir > 10 persentil menurut grafik LubchencoDengan perngertian seperti yang telah di terangkan diatasm bayi BBLR dapat di bagi menjadi 2 golongam yaitu:

1. Prematuritas murni

Masa Gestasinya < 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasanya disebut Bayi Kurang Bulang Sesuai Masa Kehamilan (BKB-SMS)

2. Dismaturitas

Bayi lahir pada masa gestasi itu, dan mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi kecul untuk masa kehamilan.1,4PATOFISIOLOGI BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Terdapat banyak penyebab bayi berat lahir rendah tetapi yang paling utama adalah gangguan pertubuhan intrauterine (Intrauterine Growth Retardation). Gangguan pertumbuhan tiap bayi berbeda, ditentukan oleh onset terjadinya. Pada IUGR di awal kehamilan disebut juga gangguan pertumbuhan simetris sedangkan pada akhir kehamilan disebut juga gangguan pertumbuhan asimetris, dimana organ-organ besar seperti otak , jantung dan tulang rangka hanya sedikit terpengaruh secara klinis.Faktor-faktor yang berpengaruh dalam IUGR :

1. Plasenta

Pada pertumbuhan intrauterine normal, pertambahan berat plasenta sejalan dengan pertambahan berat janin, sehingga berat lahir memiliki hubungan berarrti dengan berat plasenta. Aliran darah ke uterus, juga transfer oksigen dan nutrisi plasenta dapat berubah pada berbagai penyakit vascular yang diderita ibu. Disfungsi plasenta dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin.25 30% kasus gangguan pertumbuhan janin dianggap sebagai hasil penurunan aliraan darah uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi penyakit vascular ibu.Keadaan klinis yang melibatkan aliran darah plasenta yang buruk meliputi kehamilan ganda , penyalahgunaan obat , penyakit vaskular , penyakit ginjal , penyakit infeksi (TORCH) , insersi plasenta umbilicus yang abnormal dan tumor vaskular.

2. Malnutrisi

Ada dua variabel bebas yang diketahui mempengaruhi pertumbuhan janin, yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat selama kehamilan. Ibu dengan berat badan kurang seringkali melahirkan bayi yang berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan dengan berat normal atau berlebihan. Selama embriogenesis status nutrisi ibu memiliki efek terhadap pertumbuhan janin.3. Infeksi

Infeksi tertentu berhubungan dengan gangguan pertumbuhan janin. Bayi yang menderita infeksi rubella congenital dan sitomegalovirus umumnya menimbulkan gangguan pertumbuhan janin.

4. Faktor Genetik

Diperkirakan 40% dari seluruh variasi berat lahir berkaitan dengan kontribusi genetic ibu dan janin. Wanita normal tertentu memiliki kecenderungan untuk berulangkali melahirkan memiliki kemungkinan tinggi untuk melahirkan bayi berat lahir kurang.1,3MASALAH BAYI BERAT LAHIR RENDAH DAN BAYI KURANG BULAN1. Ketidakstabilan Suhu

Peningkatan hilangnya panas

Kurangnya lemak subkutan

Rasio luas permukaan terhadap berat badan

Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadahi dan ketidakmampuan untuk menggigil

2. Kesulitan Pernafasan

Defisiensi surfaktan yang mengarah ke PMH (Penyakit Membran Hyalin)

Resiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya reflex batuk , menghisap dan menelan

Thoraks yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi lemah

Pernafasan yang periodic dan apnea

3. Kelainan Gastrointestinal dan Nutrisi Refleks isap dan telan yang buruk terutama sebelum 34 minggu

Motilitas usus yang menurun

Pengosongan lambung tertunda

Pencernaan dan absorbs vitamin yang larut dalam lemak berkurang

Defisiensi enzim lactase Menurunnya cadangan kalsium , fosfor , protein dan zat besi dalam tubuh

Meningkatnya resiko EKN (Enterokolitis Nekrotikans)

4. Imaturitas Hati

Konjugasi dan ekskresi billirubin yang terganggu

Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K

5. Imaturitas Ginjal

Ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar

Akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolic

Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia atau hipernatremia , hiperkalemia atau glikosuria ginjal

6. Imaturitas Imunologis

Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ke tiga

Fagositosis terganggu

Penurunan faktor komplemen

7. Kelainan Neurologis

Refleks isap dan telan imatur

Penurunan motilitas usus

Apnea dan bradikardia berulang

Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel

Pengaturan perfusi serebral yang buruk

Hypoxic Ischemic Enchepalopathy (HIE)

Retinopati prematuritas

Kejang

Hipotonia

8. Kelainan Kardiovaskular

Patent Ductus Arteriosus (PDA) merupakan hal yang umum ditemui pada bayi BKB Hipotensi atau hipertensi

9. Kelainan Hematologis

Anemia

Hiperbilirubinemia

Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)

10. Kelainan Metabolisme

Hipokalsemia

Hipoglikemia atau hiperglikemia. 1,2,4,5PENILAIAN USIA GESTASI

1. Penilaian Usia Gestasi Antenatal

Cara yang paling sederhana adalah dengan menentukan Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan kejadian-kejadian penting misalnya gerakan janin , munculnya denyut jantung janin dan tinggi fundus. Cara ini biasanya tidak jelas dan kejadian-kejadian selama kehamilan biasanya tidak spesifik atau tidak tercatat bila pasien tidak menjani perawatan antenatal (ANC).Selain itu pengukuran tinggi fundus uteri dan pemeriksaan ultrasonografi (USG) juga dapat memperikirakan umur kehamilan. 1,42. Penilaian Usia Gestasti Postnatal

Tiga teknik pasca persalinan yang paling sering digunakan adalah :

1. Penilaian ciri fisik luar

Farr et al dan Usher et al mengidentifikasi ciri-ciri fisik luar bayi baru lahir yang progresif dengan pola teratur selama kehamilan. Parameter ini berupa berbagai macam cirri fisik dan meliputi elemen-elemen seperti perubahan lipa telapak kaki dan perubahan bentuk serta kekakuan daun telinga.4,5Tanda Luar01234

EdemaEdema tangan dan kaki ; Pitting edema pada tibiaPitting edema pada tibiaTidak ada edema

Tekstur KulitSangat tipisTipis dan halusHalus ; ketebalan sedang , ruam dan pengelupasan superfisialSedikit menebal ; pecah-pecah dan ruam superficialTebal dan seperti perkamen ; pecah pecah dan ruam dalam

Warna KulitMerah tuaMerah muda menyeluruhMerah muda pucat pada tubuh bervariasiPucat ; hanya merah muda pada telinga , bibir , telapak tangan atau kaki

Opasitas KulitSejumlah besar vena dan venula terlihat jelas, terutama abdomenVena-vena dan cabangnya terlihatBeberapa vena besar nampak jelas pada abdomenBeberapa vena besar tampak tidak jelas pada abdomenTidak tampak pembuluh pembuluh darah

LanugoTidak ada lanugoBanyak sekali panjang dan tebal di seluruh punggungPenipisan rambut terutama bagian bawah punggungSedikit lanugo dan daerah tanpa rambutPaling tidak separuh punggung tanpa lanugo

Lipatan Telapak KakiTidak ada lipatan kulitGaris-garis merah tipis pada setengah bagian anterior kakiGaris-garis merah jelas pada lebih dari setengah bagian anterior identasi pada kurang dari sepertiga bagian anteriorIdentasi lebih dari sepertiga bagian anteriorIdentasi nyata dan dalam lebih dari sepertiga bagian anterior

Bentuk PutingPuting susu hamper tidak nampak ; tidak ada areolaPuting susu tampak jelas ; areola halus (diameter < 0,75 cm)Areola berbintik , pinggiran tdk terangkat , diameter < 0,75 cm Areola berbintik , pinggiran terangkat , diameter > 0,75 cm

Ukuran PayudaraJaringan payudara tidak terabaJaringan payudara pada satu atau kedua sisi, diameter < 0,5 cmJaringan payudara pada satu atau kedua sisi berukuran 0,5 1 cmJaringan payudara pada satu atau kedua sisi berukuran > 1 cm

Bentuk TelingaPinna datar dan tidak berbentuk , putaran pinggir sedikit atau tidak adaBagian pinna memutarPutaran sebagian pinna bagian atasPutaran penuh seluruh bagian atas pinna

Kekakuan TelingaPinna lunak , dapat dilipat dengan mudah (tidak ada recoil)Pinna lunak , dapat dilipat , dengan mudah , recoil lambatPada pinggir pinna terdapat kartilago tapi di beberapa tempat lunak , segera terjadi recoilPinna keras , berkartilago hingga ke pinggir , recoil cepat

Genitalia PriaDalam skrotum tidak terdapat testisPaling tidak ada satu testis yang terletak tinggi di dalam skrotumPaling tidak ada satu testis yang berada di bawah

Genitalia WanitaLabia mayora terpisah jauh , labio minora menutup keluarLabio mayora hampir menutupi labia minoraLabio mayora menutupi labio minora secara penuh

2. Evaluasi neurologis

Tidak seperti penilaian umur kehamilan berdasarkan criteria fisik yang dapat dilakukan segera setelah lahir, pemerksaan neurologis harus dilakukan saat bayi berada dalam keadaan tenang dan beristirahat. Dilema penilaian neurologis adalah ketidakpraktisan penilaian dan dalam beberapa keadaan seperti asfiksia , depresi atau infeksi dapat menyebabkan defisit neurologis, sehingga dapat terjadi bias penilaian. Hal menyebabkan beberapa peniliti lebih mempercayai criteria fisik daripada criteria neurologis dalam menilai usia gestasi. 1,43. Sistem nilai yang menggabungkan ciri fisik luar dan evaluasi neurologis

Dubowitz dan rekan menemukan sistem penilaian yang menggabungkan temua neurologis (Amiel Tison) dengan ciri-ciri fisik yang digambarkan farr. 1,4

PENILAIAN PERTUMBUHAN INTRAUTERINMenurut Kurva LubchencoNilai standard yang digunakan disusun untuk berat , panjang dan lingkar kepala lahir terhadap umur kehamilan. 1,2

ASFIKSIA DAN RESUSITASIPENDAHULUAN

Asfiksia pada baryi baru lahir menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian bayi baru lahir setiap tahun. Data mengungkapkan bahwa kira-kira 10% BBL membutuhkan bantuan untuk mulai bernapas dari bantuan ringan (langkah awal dan stimulasi untuk bernapas) hingga resusitasi lanjut yang ekstensif. Dari jumlah tersebut kira-kira hanya 1% saja yang membutuhkan resusitasi ekstensif. Antara 1% sanoau 10% bayi baru lahir di rumah sakit membutuhkan bantuan ventilasi dan sedikit saja yang membutuhkan intubasi dan kompresi dada.Kebutuhan resusitasi dapat diantisipasi pada sejumlah besar bayi baru lahir. Walaupun demikian, kadang-kadang kebutuhan resusitasi tidak dapat diduga. Oleh karena itu tempat dan peralatan untuk melakukan resustasi harus memadahi dan petugas yang sudah dilatih dan terampil harus tersedia setiap saat di semua tempat kelahiran bayi.3,5DEFINISI

Resusitasi adalah prosedur yang diaplikasikan pada BBL ang tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Asfiksia ditandai dengan keadaaan hipoksemia , hiperkarbia dan asidosis. Menurut APP dan ACOG (2004), berikut karakteristik asfiksia :

1. Asidemia metabolic atau campuran (metabolic dan respiratorik) yang jelas, yaitu pH < 7 , pada sampel darah yang diambil dari arteri umbilical

2. Nilai apgar 0 7 pada menit ke 13. Manifestasi nerologi pada periode BBL segera, termasuk kejang , hipotonia , koma atau ensefalopati hipoksik iskemik

4. Terjadi disfungsi sistem multiorgan segera pada periode bayi baru lahir.3FAKTOR RISIKO

1. Faktor Risiko Antepartum

Diabetes pada ibu

Hipertensi pada kehamilan

Hipertensi kronik

Anemia janin atau isoimunisasi

Riwayat kematian janin atau neonatus

Perdarahan pada trimester dua dan tiga

Infeksi ibu

Ibu dengan penyakit jantung , ginjal , paru , tiroid atau kelainan nerologi

Polihidroamnion

Oligohidroamnion

Ketuban pecah dini

Hidrops fetalis

Kehamilan lewat waktu

Kehamilan ganda

Berat janin tidak sesuai masa kehamilan

Terapi obat seperti magnesium karbonat , beta blocker

Ibu pengguna obat bius

Malformasi atau anomaly janin

Tanpa pemeriksaan antenatal

Usia < 16 tahun atau > 35 tahun

2. Faktor Risiko Intrapartum

Seksio sesaria darurat

Kelahira dengan ekstraksi forsep atau vakum

Letak sungsang atau persentasi abnormal

Kelahiran kurang bulan

Partus presipitatus

Korioamnionitis

Ketuban pecah lama (< 18 jam sebelum persalinan)

Partus lama (> 24 jam)

Kala dua lama (> 2 jam)

Makrosomia

Bradikardia janin persisten

Frekuensi jantung janin yang tidak beraturan

Penggunaan anestesi umum Hiperstimulus uterus

Penggunaan obat narkotika pada ibu dalam 4 jam sebelum persalinan

Air ketuban bercampur mekonium

Prolaps tali pusat

Solisio plasenta

Plasenta previa

Perdarahan intrapartum. 3,5PENILAIAN

PenilaianPenilaian awal dilakukan pada setiap BBL untuk menentukan apakah tindakan resusitasi harus segera dimulai. Segera setelah lahir, dilakukan penilaian dengan APGAR Score. 6

Pembacaan APGAR Score :1. Apgar score dinilai 3x pada menit ke 1 5 10

2. Menit pertama digunakan untuk menentukan diagnosis (sehat / asfiksia)

a. Nilai APGAR 8 10 : Vigorous baby

b. Nilai APGAR 7 : Asfiksia ringan

c. Nilai APGAR 4 6: Asfiksia sedang

d. Nilai APGAR 0 3: Asfiksia berat

3. Menit ke-5 dan 10 digunakan untuk menentukan prognosis perkebangan bayi baru lahir.5,6HIPERBILIRUBINEMIAPENDAHULUANHiperblirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat lebih kuning akibat akumulasi pigmen bilirubin yang berwarna ikterus pada sklera dan kulit. Pada masa transisi setelah lahir, hepar belum berfungsi secara optimal, sehingga proses glukoronidasi bilirubin tidak terjadi secara maksimal. Keadaan ini akan menyebabkan dominasi bilirubin tidak terkonjugasi di dalam darah. Pada kebanyakan byai lahir fenomena ini merupakan proses fisiologis tetapi pada beberapa bayi terjadi peningkatan bilirubin secara berlebihan sehingga bilirubin berpotensi menjadi toksik dan dapat menyebabkan kematian dan bila bayi tersebut dapat bertahan hidup pada jangka panjang akan menyebabkan sequele neurologis. Dengan demikian bayi yang mengalami kuning harus dibedakan apakah ikterus yang terjadi menrupakan keadaan fisiologis atau patologis serta dimonitor apakah mempunyai kecenderngan untuk berkembang menjadi hiperbilirubinemia yang berat.3

DEFINISI

Ikterus neonatorumKadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewrnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin yang tiak terkonjugasi yang berlebih.

Hiperbilirubinemia

Peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar yang ditentukan berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil 90

Ikterus fisiologis

Umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin tak terkonjugasi pada minggu pertama > 2 mg/dl. Pada bayi ckup ulan yan mendapat susu formula kadar bilirubinakan mencapai puncaknya sekitar 6-8 mg/dl pada hari ke-3 kehidupan dan kemudian akan menurun cepat selama 2 3 hari diikuti penurunan lambat sebesar 1 mg/dl selama 1 sampai 2 minggu.

Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI kadar bilirubin puncak dapat mencapai 7 14 mgdl dan penurunan terjadi dalam 2 4 minggu, bahkan ada yang mencapai 6 minggu. Pada bayi kurang bulan yang mendapat susu formula juga memiliki puncak yang lebih tinggi mencapai 10 12 mg/dl bahkan hingga 15mg/dl. Kadar fisiologis bilirubin neonatus berkisar antara 1,4 1,9 mg/dl

Ikterus non fisiologis

Ciri-ciri ikterus non-fisiologis :

1. Ikterus < 24 jam

2. Setiap peningkatan kadar bilirubin yang memerlukan fototerapi

3. Peningkatan bilirubin serum total > 0,5 mg/dl / jam

4. Adanya tandatanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi (muntah , letargis , malas menetek , penurunan berat badan yang cepat , apnea , takpnea atau suhu yang tidak stabil)

5. Ikterus berahan 8 hari pada bayi cukup bulan dan 14 hari pada bayi kurang bulan

Bilirubin ensefalopati dan kern ikterus

Bilirubin ensefalopati adalah kondisi klinis yang timbul akibat toksis bilirubin pada sistem saraf pusat yaitu ganglia basal dan berbagai nuklei batang otak. Keadaan ini tampak pada minggu pertama sesudah bayi lahir dan dipakai istilah akut bilirubin ensefalopati. Sedangkan istilah kern ikterus adalah perubahan neurpatologi yang ditandai oleh deposisi pigmen bilirubin pada beberapa daerah di otak terutama ganglia basalis , pons dan serebelum. Kern ikterus digunakan untuk keadaan klinis yang kronik dengan ekuele yang permanen karena toksik bilirubin.

Manifestasi bilirubin ensfalopati :

Fase Awal

: letargis , hipotonik , refleks hisap buruk

Fase Intermediate: moderate stupor , iritabilitas dan hipertoni

Fase Selanjutnya: high pitch crying , drowsiness dan hipotoni / hipertoni (rerocollis dan opistotonus)Manifestasi kern ikterus :

Kejang

Athetoid cerebral palsy

Gangguan pendengaran

Displasia dental-enamel

Paralisis upward gaze. 3,6FISIOLOGI BILIRUBINPembentukan bilirubin

Bilirubin adalah pigmen kristal berwarna jungga ikterus yang merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi. Langkah oksidasi yang pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase. Biliverdin kemudian akan direduksi menjadi blirubin oleh enzim biliverdin reduktase.Biliverdin bersifat larut dalam air dan secara cepat diubah menjadi bilirubin melalui reaksi bilirubin redukstase. Berbedadengan biliverdin, bilirubin I bersifat lipofilik, sehingga diperlukan mekanisme transport dan eliminasi bilirubin.Transportasi bilirubin

Setelah proses pembentukan bilirubin, selanjutnya akan dilepas ke sirkulasi melalui ikatan dengan albumin. Bayi baru lahir mempunyai kapasitas ikatan plasma yang rendah terhadap bilirubin karena konsentrasi albumin yang rendah dan kapasitasikat yang kurang, sehingga dapat terjadi peningkatan kadar bilirubin I bebas yang banyak dalam darah. Bilirubin yang terikat pada albumin akan ditransportasi ke sel hepar untuk selanjutnya mengalami konjugasi.

Asupan bilirubin

Saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit, albumin terikat ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin ditransfer melalui sel membran yang berikatan dengan ligandin. Penelitian menunjukan bahwa ikterus fisiologis pada bayi baru lahir juga berhubungan dengan defisiensi ligandin, tetapi hal itu tidak lebih penting daripada defisiensi konjugasi dan hambatan transfer bilirubin darah ke empedu pada hari ke 3 4.

Konjugasi bilirubinBilirubin tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi yang larut dalam ait di dalam retikulum endoplasma dengan bantuan enzim uridine diphosphate glocoronosyl transferase (UDPGT). Katalisa oleh enzim ini akan merubah formasi bilirubin monoglukoronida menjadi bilirubin diglukoronida. Bilirubin yang telah dikonjugasi kemudan ditransfer ke kanalikulus empedu, sedangkan yang belum dikonjugasi akan dikembalikan ke sirkulasi melalui sirkulasi enterohepatik.Penelitian menunjukan bayi baru lahir terdapat defisiensi kadar enzim UDPGT, tetapi menigkat melebihi kadar blirubin yang masuk ke dalam hati sehingga akan terjadi penurunan kadar bilirubin pada hari ke-4 kehidupan.

Eksresi biliruin

Setelah mengalamu konjugasi dan sekresi ke kanalikulis empedu, bilirubin memasukin saluran cerna dan diekskresikan melalui feses. Setelah berada di usus halus bilirubin yang terkonjugasi tidak langsung diresorbsi, kecuali jika konversikan kembali menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim beta glukorindase ang terdapat dalam usus. Resorbsi kembali bilirubin dari saluran cerna dan kembali ke hati untuk dikonjugasi disebut sirkulasi enterohepatik.7,8

Fisiologi Bilirubin

PATOFISIOLOGI HIPERBILIRUBINEMIA

Ikterus fisiologisIkterus fisiologis merupakan masalah yang terjadi pada bayi cukup ataupun kurang bulan selama minggu pertama kehidupan/ Peningkatan ketersediaan bilirubin merupakan hasil dari produksi bilirubin dan early bilirubin yang lebih besar serta penurunan usia sel darah merah. Resirkulasi aktif bilirubin di enterohepatik meningkatkan kadar serum bilirubin tidak terkonjugasi disebabkan oleh penurunan bakteri flora normal, aktifitas beta glukoronidase dan penurunan motilitas usus halus

Pada bayi yang diberi munum lebih awal atau diberi minum lebih sering dan bayi dengan aspirasi mekonium atau pengeluaran mekonium lebih awal cenderung mempunyai insiden yang rendah untuk terjadinya ikterus fisiologis. Pada bayi yang diberi susu formula cenderung mengeluarkan bilirubin lebih banyak pada mekonium pada 3 hari pertama dibandingkan dengan yang diberikan ASI. Pada bayi yang mendapat ASI terdapat 2 bentuk neonatal jaundice yaitu early onset dan late onset. Bentuk early onset diyakini berhubungan dengan pemberian minum yang kurang, sedangkan late onset dipengaruhi oleh kandungan ASI yang mempengaruhi proses konjugasi dan ekskresi (kadar 2 alpha-20 beta-pregnanediol yang mempengaruhi aktifitas UDPGT) 3,7Faktor yang mempengaruhi ikterik fisiologis

DasarPenyebab

Peningkatan bilirubin yang tersedia

Peningkatan produksi bilirubin1. Peningkatan sel darah merah

2. Penurunan umur sel darah merah

3. Peningkatan early bilirubin

Peningkatan resirkulasi enterohepatik1. Peningkatan aktifitas beta glukoronidase

2. Tidak adanya flora normal pada GIT

3. Pengeluaran konium yang terlambat

Penurunan biliruin clearance

Penurunan clearance plasmaDefisiensi protein karier (albumin)

Penurunan metabolisme hepatikDefisiensi aktifitas UDPGT

Ikterik non-fisiologisDasarPenyebab

1. Peningkatan produksi bilirubin Inkompabilitas darah fetomaternal

2. Peningkatan penghancuran hemoglobin Defisiensi enzim kongenital (G6PD , galaktosemia)

Perdarahan tertutup (sefalhematom , memar)

Sepsis

3. Peningkatan jumlah hemoglobin Polisitemia vera (twin-to-twin transfusion)

Keterlambatan klem tali pusat

4. Peningkatan sirkulasi enterohepatik Keterlambatan pasase mekoneum Ileus mekoneum

Meconium plug syndrome Puasa atau keterlambatan minum

Atresia ata stenosis intestinal

5. Perubahan clearance bilirubin hati Imaturitas

6. Perubahan produksi atau aktivitas UDPGT Gangguan metabolik / endokrin (Criglar-Najjar disease)

7. Perubahan fungsi dan perfusi hati (kemampuan konjugasi) Asfiksia Hipoksia

Hpotermi

Hipoglikemi

Sepsis

Obat dan hormon (novobiastin , pregnenadiol)

8. Obstruksi hepar (hiperbilirubin direk) Anomali kongenital (atersia biliaris , fibrosis kistis) Statis biliaris (hepatitis , sepsis)

Bilirubin load berlebih

DIAGNOSIS

Berbagai faktor risio dapat meningkatkan kejadian hiperbilirubinemia yang berat. Perlu penilaian pad abayi baru lahir terhadap berbagai risiko, terutama untuk bayi bayi yang pulang lebih awal. Selain itu juga perlu dilakukan penanganan medis bayi dan disosialisasikan pada dokter yang menangani bayi tersebut selanjutnya.Tampilan ikterus dapat ditentukan dengan memeriksa bayi dalam ruangan dengan pencahayaan baik dan menekan kulit dengan tekanan ringan untuk melihat warna kulit dan jaringan subkutan. Derajat ikterik kemudian ditentukan dengan menggunakan penilaian ikterik oleh Kramer. 8

Derajat ikterik menurut kramerPenatalaksanaan

1. Fototerapi

Fototerapi dilakukan dengan memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas tinggi sehingga diharapkan dapat menurunkan kadar bilirubin1. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan mengubah biliruubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan albumin dan dikirim ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan diekskresikan ke dalam duodenum untuk dibuang bersama fesces tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.

Indikasi dilaukan fototerapi:

Bilirubin indirek > 12 mg%

Bila terdapat ikterus pada hari I yang disertai hemolisis2. Transfusi tukar

Transfusi pengganti digunakan untuk:

Mengganti eritrosit yang hemolisis

Membuang antibody yg sebabkan hemolisis

Menurunkan kadar bilirubin1

Indikasi dilakukan transfuse tukar:

Kadar bilirubin total > 20 mg%

Bilirubin tali pusat > 4 mg% dengan Hb < 10

Kenaikan bilirubin 1 mg%/jam

Kadar bilirubin meningkat > 5 mg/dL/12 jam walau sudah mendapat fototerapi

Anemia berat dengan tanda dekomp kordis

Premature atau dismatur

Sepsis

3. Terapi obat

Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena sebabkan letargi.

Imunoglobulin intravena telah digunakan pada bayi-bayi dengan Rh yang bera dan inkompabilitas ABO untuk menekan hemolisis isoimun dan menurunkan tindakan transfusi ganti. Pencegahan hiperbilirubinemia dengan menggunakan metallopotoporphyrin juga telah di teliti, zat ini adalah analog sintesis heme. Protoporphyrin telah terbukti efektif sebagai inhibitor kompetitif terhadap heme oksigenase, yang deiperk\luakn untuk katabolisme heme menjadi biliverdin. Pemberian inhibitor B-Glukoronidase pada bayi sehat cukup[ bulan uang mendapat kan ASI seperti asam L-aspartik dan kasein hidrolisat dalam jumlah kecil da[at meningkatkan pengeluaran bilirubin feses dan ikterus menjadi berkurang dibandingkan dengan bayi kontrol. Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urin sehingga menurunkan siklus enterohepatika.3,7,8NEONATAL INFEKSI

DEFINISI

Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir dibagi dua yaitu early infection (diperoleh dari ibu saat masih berada di dalam kandungan) dan late infection (infeksi yg diperoleh dari lingkungan luar). 3PATOFISIOLOGI

Infeksi pada neonates dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:

1. Infeksi antenatal

Kuman mencapai janin melalui sirkulai ibu ke plasenta. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilicus dan masuk ke janin. Yang dapat masuk melalui cara ini antara lain:

a. Virus: rubella, poliomyelitis, coxakie, variola, varicella, CMV.

b. Spirochaeta: treponema palidum

c. Bakteri: E.Coli dan listeria monocytogenes

2. Infeksi intranatal

Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya ketuban dengan lahirnya bayi lebih dari 12 jam) memilik peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walau ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi melalui inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia congenital selain itu infeksi dapat sebabkan septisemia.infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan oral trush.

3. Infeksi pascanatal

Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting karena mortalitas pascanatal ini sangat tinggi.3,9DIAGNOSIS

Diagnosis infeksi perinatal tidak mudah. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti, dan dengan pemeriksaan fisik serta laboratorium.

Diagnosis dini dapat ditegakkan bila kita cukup waspada terhadap kelainan tingkah laku neonatus. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit maupun kelainan congenital tertentu, namun tiba-tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya selalu diingat bahwa kelainan tersebut disebabkan infeksi.Menegakkan kemungkinan infeksi bayi baru lahir sangat penting, terutama pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan menimbulkan angka kematian yang tinggi. Di samping itu, gejala klinis infeksi yang perlu mendapat perhatian yaitu 3,9: Bayi malas minum

Bayi tertidur

Tampak gelisah

Pernafasan cepat

Berat badan turun drastis

Terjadi muntah dan diare

Panas badan dengan pola bervariasi

Aktivitas bayi menurun

Pada pemeriksaan dapat ditemui: bayi berwarna kuning, pembesaran hepar, purpura, dan kejang-kejang

Terjadi edema

SkleremaAda 2 skoring yang digunakan untuk menemukan diagnosis neonatal infeksi yaitu Bell Squash Score dan Gupte Score: 9,10 Bell Squash Score:

1. Partus tindakan

2. Ketuban tidak normal

3. Kelainan bawaan

4. Asfiksia

5. Preterm

6. BBLR

7. Infeksi tali pusat

8. Riwayat penyakit ibu

9. Riwayat penyakit kehamilan

Hasil: < 4 ( Observasi NI; > 4 ( NI

Gupte Score:

Prematuritas3

Cairan amnion berbau busuk2

Ibu demam2

Asfiksia2

Partus lama1

Vagina tidak bersih2

KPD1

Hasil: 3-5 ( screening NI; > 5 ( NI

KLASIFIKASI

Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan.

Infeksi berat (major infection): sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus neonatorum.

Infeksi ringan (minor infection): infeksi pada kulit, oftalmia neonatorum, infeksi umbilicus, moniliasis.1. Sepsis Neonatorum

Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan sebelumnya seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatuss dengan gejala-gejala sistemik.

Faktor resiko:

Persalinan lama

Persalinan dengan tindakan

Infeksi / febris pada ibu

Air ketuban bau, keruh

KPD > 12 jam

Prematuritas & BBLR

Fetal distress

Tanda & gejala:

Refleks hisap lemah

Bayi tampak sakit, tidak aktif, tampak lemah

Hipotermia atau hipertermia

Merintih

Dapat disertai kejang, pucat, atau ikterusPrinsip pengobatan:

Penggunaan antibiotika

Pemeriksaan laboratorium urin

Biakan darah dan uji resistensi

2. Meningitis pada Neonatus

Tanda dan gejala:

Sering didahului atau bersamaan dengan sepsis

Kejang

UUB menonjol

Kaku kuduk

Pengobatan:

Gunakan antibiotic yang mampu menembus sawar darah otak diberikan minimal 3 minggu

Pungsi lumbal

3. Sindrom Aspirasi Mekonium

SAM terjadi di intrauterin akibat inhalasi mekonium dan sering sebabkan kematian terutama pada bayi BBLR karena refleks menelan dan batuk yang belum sempurna

Gejala:

Pada waktu lahir ditemukan meconium staining

Letargia

Malas minum

Apneu neonatal

Dicurigai bila ketuban keruh atau bau

Rhonki (+)

Pengobatan:

Laringoskop direct segera setelah lahir bila terdapat meconium staining dan lakukan suction bila terdapat mekonium pada jalan nafas

Bila setelah suction rhonki tetap ada, pasang ET

Bila setelah suction rhonki hilang, lakukan resusitasi

Terapi antibiotika

Cek darah rutin, BGA, GDS, foto baby gram

4. Tetanus Neonatorum

Etiologi:

Perwatan tali pusat yang tidak steril

Pembantu persalinan yang tidak steril

Gejala:

Bayi yang semula dapat menyusu menjadi kesulitan karena kejang otot rahang dan faring

Mulut mencucu seperti ikan (trismus)

Kekakuan otot menyeluruh (perut keras seperti papan) dan epistotonus

Tangan mengepal (boxer hand)

Kejang

Kadang disertai sesak dan wajah bayi membiru

Tindakan:

Berikan antikonvulsan dan bawa ke RS

Pasang O2 saat serangan atau bila ada tanda-tanda hipoksia

Pasang IV line dan OGT

Pemberian ATS 3000-6000 unit IM

Penisilin prokain G 200000 unit / KgBB / 24 jam IV selama 10 hari

Rawat tali pusat

Observasi dilakukan dengan mengurangi sekecil mungkin terjadinya rangsangan

5. Oftalmia neonatorum

Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae saat bayi melewati jalan lahir

Dibagi menjadi 3 stadium:

Stadium infiltratif

Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme, bisa terdapat pseudomembran.

Stadium supuratif

Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat sekret bercampur darah, yang khas sekret akan muncrat dengan mendadak saat palpebra dibuka.

Stadium konvalesen

Berlangsung 2-3 minggu. Sekret jauh berkurang, gejala lain tidak begitu hebat lagi.

Penatalaksanaan:

Bayi harus diisolasi

Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis setiap 15 menit disusul dengan pemberian salep mata penisilin, salep mata diberikan setiap jam selama 3 hari

Penisilin prokain 50000 unit/KgBB IM. 3PENCEGAHAN

Prinsip pencegahan infeksi antara lain:

Berikan perawatan rutin kepada bayi baru lahir

Cuci tangan atau gunakan pembersih tangan beralkohol

Gunakan teknik aseptic

Berhati-hati dengan instrument tajam dan bersihkan atau desinfeksi instrument dan peralatan

Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin

Pisahkan bayi infeksius untuk mencegah infeksi nosokomial.3,9ANALISA KASUS

1. Neonatus PretermPada pasien ini ditegakkan diagnosa neonatus posterm berdasarkan:

a. Anamnesa:

Pada anamnesa ditemukan Ibu G3P2A0 usia 32 tahun, hamil 31 minggu, Masa kehamilan ibu yang berusia 31 minggu merupakan kehamilan kurang bulan sehingga melahirkan bayi preterm.b. Pemeriksaan Fisik:

Pada pemeriksaan fisik dilakukan inspeksi yang didukung pemeriksaan Ballard Score, yaitu:

Maturitas NeuromuskulerScoreMaturitas FisikScore

Sikap Tubuh3Kulit1

Jendela siku-siku2Lanugo1

Rekoil lengan2Lipatan telapak kaki2

Sudut popliteal1Payudara2

Tanda selempang1Bentuk telinga1

Tumit ke kuping2Genitalia (laki-laki)2

Total11Total9

New Ballard Score: maturitas neuromuscular + maturitas fisik = 11 + 9 = 20Kesan: Kehamilan preterm 32 minggu2. BBLSR, Sesuai Masa KehamilanPada pasien ini ditegakan diagnosis BBLSR melalui berat badan lahir < 1500gram, tanpa memandang usia gestasi. Sedangkan menurut kurva lubchenco, bayi termasuk dalam Sesuai Masa Kehamilan

3. Asfiksia SedangPada pasien ini ditegakan diagnosis asfiksia berat dengan menggunakan APGAR score :

Klinis1 menit5 menit10 menit

Appearance112

Pulse122

Grimace011

Activity012

Respiratory Effort111

Score368

4. Neonatus InfeksiBerdasarkan keadaan klinis pasien, cenderung tidak bergerak aktif, cenderung rewel, malas minum, dan menangis tidak keras.

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, didapatkan hasil:

Pemeriksaan19 April 201524 April 2015

Hematologi

Hemoglobin18,016,7

Hematokrit51,7%44.0%

Leukosit14.80020.700

Trombosit271.000372.000

Berdasarkan Bell Squash Score dan Gupte Score.

a. Bell Squash Score

i. Partus tindakan

ii. Ketuban tidak normal

iii. Kelainan bawaan

iv. Asfiksia

v. Preterm

vi. BBLR

vii. Infeksi tali pusat

viii. Riwayat penyakit ibu

ix. Riwayat penyakit kehamilan

Hasil: 5 ( neonatal infeksib. Gupte Score

Prematuritas3

Cairan amnion berbau busuk2

Ibu demam2

Asfiksia2

Partus lama1

Vagina tidak bersih2

KPD1

Hasil: 5 ( Neonatal infeksi

Berdasarkan keadaan klinis, hasil laboratorium serta dengan menggunakan Bell Squash dan Gupte score dapat ditegakkan diagnosis Neonatus Infeksi.5. HiperbilirubinemiaPada pasien ini ditegakkan diagnosa Hiperbilirubinemia berdasarkan:

a. Pemeriksaan fisik

Berakan bayi kurang aktif, BAB (+), BAK (+), Ikterik (+) Kremer IVb. Pemeriksaan penunjang

TanggalBilirubin TotalBilirubin DirectBilirubin Indirect

24 April 20157,230,316,92

Berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang dapat ditegakkan diagnosis Hiperbilirubinemia.DAFTAR PUSTAKA1. Markum, H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Buku 3. FKUI, Jakarta.

2. Stell BJ. The-High Risk Infant. Nelson Textbook of Pediatrics 19th edition. Dalam Kliegman RM, editor. Philadelphia, USA: Saunders 2011.

3. IDAI. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010

4. Saifuddin,AB,Adrianz,G.Masalah Bayi Baru Lahir. Dalam:Buku AcuanNasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal; edisi ke-1. Jakarta :yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2000;376-8.5. Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-4. London:Arnold, 2002; 62-88.6. Aurora S, Snyder EY. Perinatal asphyxia. Dalam : Cloherty JP, Stark AR, eds. Manualof neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004; 536-54.7. Handoko, I.S. 2003. Hiperbilirubinemia. Klinikku.

8. Prawirohartono EP, Sunarto (ed), Ikterus dalam Pedoman Tata Laksana Medik Anak RSUP.Dr. Sardjito, Edisi 2, Cetakan 2, Medika FK UGM, Yogyakarta 2000, hal 37-43.9. Ann L, Ted R. Neonatal Sepsis.2011.Avalaible athttp://emedicine.medscape.com/article/964312 accessed at Oktober 10th, 201110. Aminullah A. Masalah Terkini Sepsis Neonatorum. Dalam : Update in Neonatal Infection. Pendidikan Berkelanjutan IKA XL VIII.Jakarta 2005:1-13Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

66Periode 16 Maret 2015 23 Mei 2015