PENDAHULUAN Osteogenesis imperfecta (OI) atau brittle bone disease adalah kelainan kongenital umum pada pembentukan jaringan kolagen yang berfungsi sebagai jaringan ikat tubuh dan diturunkan secara autosomal dominan, umumnya ditandai dengan kerapuhan massa tulang serta kecendrungan mengalami fraktur multiple akibat trauma ringan. Kejadian osteogenesis imperfecta diperkirakan 1 per 20.000 kelahiran hidup. Tidak ada perbedaan menurut ras dan jenis kelamin. Usia penderita saat gejala muncul, terutama gejala mudah patahnya tulang, sangat bervariasi. Pada bentuk yang ringan, penderita bisa tidak mengalami patah tulang sampai masa dewasa. Sedangkan pada bentuk yang berat patah tulang dapat dialami sejak dalam uterus/ prenatal. Secara biomolekuler, osteogenesis imperfecta terjadi karena mutasi dominan gen COL1α1 (collagen 1 alpha 1) dan COL1α2 (collagen 1 alpha 2) yang mengkode sintesis kolagen tipe I serta yang lebih jarang terjadi melalui mutasi resesif gen LEPRE1 (leucine proline- enrich proteoglican 1) yang mengkode enzim pembentuk kolagen, prolil-3-hidroksilase, atau gen pengkode protein terasosiasi kolagen, CRTAP (cartilago associated protein). Mutasi genetik yang terjadi tidak hanya bermanifestasi sebagai kerapuhan tulang, tetapi juga berupa penipisan kulit, deviasi struktur tulang, hipermobilitas sendi, kehilangan pendengaran, kerapuhan gigi, dan sklera biru. Osteogenesis imperfecta dengan spektrum kelainan yang luas tersebut diklasifikasikan menjadi beberapa 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENDAHULUAN
Osteogenesis imperfecta (OI) atau brittle bone disease adalah kelainan kongenital umum
pada pembentukan jaringan kolagen yang berfungsi sebagai jaringan ikat tubuh dan
diturunkan secara autosomal dominan, umumnya ditandai dengan kerapuhan massa tulang
serta kecendrungan mengalami fraktur multiple akibat trauma ringan.
Kejadian osteogenesis imperfecta diperkirakan 1 per 20.000 kelahiran hidup. Tidak ada
perbedaan menurut ras dan jenis kelamin. Usia penderita saat gejala muncul, terutama gejala
mudah patahnya tulang, sangat bervariasi. Pada bentuk yang ringan, penderita bisa tidak
mengalami patah tulang sampai masa dewasa. Sedangkan pada bentuk yang berat patah
tulang dapat dialami sejak dalam uterus/ prenatal.
Secara biomolekuler, osteogenesis imperfecta terjadi karena mutasi dominan gen COL1α1
(collagen 1 alpha 1) dan COL1α2 (collagen 1 alpha 2) yang mengkode sintesis kolagen tipe I
serta yang lebih jarang terjadi melalui mutasi resesif gen LEPRE1 (leucine proline-enrich
proteoglican 1) yang mengkode enzim pembentuk kolagen, prolil-3-hidroksilase, atau gen
pengkode protein terasosiasi kolagen, CRTAP (cartilago associated protein). Mutasi genetik
yang terjadi tidak hanya bermanifestasi sebagai kerapuhan tulang, tetapi juga berupa
penipisan kulit, deviasi struktur tulang, hipermobilitas sendi, kehilangan pendengaran,
kerapuhan gigi, dan sklera biru. Osteogenesis imperfecta dengan spektrum kelainan yang luas
tersebut diklasifikasikan menjadi beberapa tipe berdasarkan manifestasi klinis dan histologis
yang ditemukan serta mekanisme pewarisan mutasi genetik, secara autosomal dominan atau
autosomal resesif.
Pemeriksaan penunjang yang berperan penting dalam menegakkan diagnosis osteogenesis
imperfecta diantaranya pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan foto rontgen dapat menilai
fraktur tulang kortikal, kompresi vertebra, dan kelainan osifikasi tulang pada osteogenesis
imperfecta. Pemeriksaan foto rontgen juga dapat menilai penyembuhan fraktur pasca terapi
medikamentosa. Ultrasonografi dapat mendeteksi osteogenesis imperfecta berat pada masa
intrauterin. Selain itu, pemeriksaan radiologi lain seperti computed tomography (CT Scan),
magnetic resonance imaging (MRI), dan bone mass densitometry (BMD) juga berperan
dalam mendiagnosis osteogenesis imperfecta.
Anak dengan osteogenesis imperfecta beserta keluarga yang membesarkannya akan
menghadapi berbagai masalah yang kompleks terkait kelainan ini, diantaranya masalah
1
anatomis, medis, keterbatasan gerak, dan sosial. Tidak semua masalah tersebut dapat
ditanggulangi dengan baik. Osteogenesis imperfecta tidak dapat disembuhkan, tetapi
beberapa modalitas terapi paliatif dapat diberikan untuk memperbaiki keadaan klinis
penderita. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengenalan dini manifestasi klinis osteogenesis
imperfecta serta pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis.
Tujuan presentasi kasus ini adalah untuk membahas diagnosis dan penatalaksanaan
osteogenesis imperfecta.
2
KASUS
I. DATA DASAR
IDENTITAS PENDERITA
Seorang anak laki-laki, usia 6 bulan, berat badan 4,3 kg, panjang badan 57 cm, LK 42 cm,
tempat tinggal luar kota. Dirawat di bagian IKA RSMH sejak tanggal 23 Desember 2013
pukul 11.12 WIB.
ANAMNESIS
Keluhan utama: sesak napas
Riwayat Perjalanan Penyakit
Satu minggu sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS) anak batuk berdahak, pilek, dan
demam tidak terlalu tinggi, tidak sesak napas, tidak mual, tidak muntah, tidak kejang,
BAB dan dan BAK biasa, penderita belum dibawa berobat, hanya diberi penurun panas
(paracetamol), anak masih demam.
Satu hari SMRS batuk penderita semakin sering, ada demam tinggi dan penderita
tampak sesak napas yang tidak dipengaruhi oleh aktifitas, cuaca dan posisi, tidak ada
biru-biru di sekitar mulut. Penderita di bawa berobat ke RS Lahat, dan dirujuk ke RS M
Hoesen karena sekalian untuk pemberian obat bifosfonat.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Penderita telah terdiagnosa Osteogenesis imperfecta sejak usia 3 bulan, telah
dilakukan bone survey saat usia 3 bulan dengan hasil kesan sesuai gambaran
osteogenesis imperfecta sugestif type III, dan direncanakan pemberian bifosfonat.
- Riwayat batuk lama disangkal
- Riwayat mengik disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
- Riwayat kontak TB di keluarga disangkal.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Penderita adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kehamilan merupakan kehamilan
yang diinginkan. Selama hamil ibu sehat, kontrol teratur ke bidan. Riwayat ibu
merokok, abortus, minum jamu, alkohol, obat-obatan selama kehamilan disangkal.
Asupan nutrisi selama kehamilan cukup. Penderita lahir cukup bulan, spontan, ditolong
3
bidan, lahir langsung menangis, A/S tidak diketahui, berat lahir 2100 gram, Injeksi vit
K (+). Riwayat ibu demam saat hamil (-), KPSW (-), ketuban kental hijau, bau (-).
Kesan : riwayat kehamilan dan kelahiran tidak ada kelainan.
Seorang anak laki-laki, usia 6 bulan dengan status gizi kurang, bertempat tinggal di luar kota,
datang ke bagian IKA RSMH dengan keluhan utama sesak nafas.
Satu minggu sebelum masuk Rumah Sakit (SMRS) anak batuk berdahak, pilek, dan demam
tidak terlalu tinggi, tidak sesak napas, tidak mual, tidak muntah, tidak kejang, BAB dan dan
BAK biasa, penderita belum dibawa berobat, hanya diberi penurun panas (paracetamol), anak
masih demam.
Satu hari SMRS batuk penderita semakin sering, ada demam tinggi dan penderita tampak
sesak napas yang tidak dipengaruhi oleh aktifitas, cuaca dan posisi, tidak ada biru-biru
disekitar mulut. Penderita di bawa berobat ke RS Lahat, dan dirujuk ke RS M Hoesen karena
sekalian untuk pemberian obat bifosfonat.
Penderita telah terdiagnosis osteogenesis imperfecta sejak usia 3 bulan, telah dilakukan
pemeriksaan bone survey saat usia 3 bulan dengan hasil kesan sesuai gambaran osteogenesis
imperfecta sugestif type III.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, Nadi 128 kali/menit (isi dan
tegangan cukup), respirasi 60 kali/menit (reguler), suhu 38,00 C. Tanda hemodinamik stabil.
Keadaan spesifik : kepala normocefali, muka berbentuk segi tiga, tidak dijumpai ubun-ubun
besar membonjol dan tegang, terdapat conjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, terdapat sklera
biru. Thoraks terdapat retraksi intercosta dan subcosta, jantung normal, paru terdapat suara
6
vesikuler meningkat di kedua lapangan paru, terdapat ronkhi basah halus nyaring, tidak ada
wheezing. Abdomen dalam batas normal. Ekstrimitas deformitas pada kedua tungkai bawah,
hangat, capillary refill time 2 detik. Status neurologis terdapat keterbatasan gerakan pada
kedua tungkai bawah, kekuatan pada kedua tungkai bawah yang sulit dinilai (oleh karena
deformitas pada kedua tungkai).
III. ANALISIS AWAL
Dari data dasar didapatkan seorang anak laki-laki berusia 6 Bulan, dengan keluhan utama
sesak napas yang telah berlangsung sejak 1 hari SMRS, sesak napas tidak dipengaruhi
aktifitas, cuaca dan posisi, dan disertai demam. Penderita telah terdiagnosis osteogenesis
imperfecta sejak usia 3 bulan dan direncanakan pemberian bifosfonat. Dari pemeriksaan fisik
dijumpai peningkatan respiratory rate, dan demam. Keadaan spesifik didapatkan
normocefali, muka berbentuk segi tiga, conjungtiva pucat, dan terdapat sklera biru. Thoraks
didapatkan retraksi intercosta dan subcosta, paru terdapat suara vesikuler meningkat di kedua
lapangan paru, terdapat ronkhi basah halus nyaring. Status neurologis terdapat keterbatasan
gerakan pada kedua tungkai bawah, kekuatan pada kedua tungkai bawah yang sulit dinilai
(oleh karena deformitas pada kedua tungkai). Penderita telah terdiagnosis osteogenesis
imperfecta sejak usia 3 bulan
DAFTAR MASALAH
1. Sesak napas
2. Demam
3. Osteogenesis imperfecta tipe III
4. Anemia
5. Gizi kurang
6. Imunisasi belum lengkap
DIAGNOSIS KERJA : Bronchopneumonia + Osteogenesisi imperfecta tipe III + Anemia ec suspek defisiensi Fe dd/ penyakit kronis + Gizi kurang + Imunisasi belum lengkap
Rp/ : menjelaskan kepada orang tua tentang penyakit penderita dan pemeriksaan yang
akan dilakukan untuk menegakkan diagnosa, kemungkinan keadaan dan komplikasi
yang akan terjadi.
3. Anemia ec suspek defisiensi Fe dd/ penyakit kronis
Rd/ : pemeriksaan darah perifer lengkap, SI, TIBC
Rt/ : R/ transfusi PRC 50 cc
Rp/ : penjelasan kepada orang tua mengenai penyebab timbulnya pucat, rencana
pemeriksaan, tatalaksananya, efek samping dan komplikasinya
4. Gizi kurang
Rd/ : analisa kebutuhan kalori
Rt/ : Diet 500 kkal, Protein 5 gr (dalam bentuk ASI sesuka anak + susu F100 6 x 30 cc),
diberikan via NGT/oral bila penderita tidak sesak napas
Rp/ : penjelasan kepada orang tua mengenai gizi anak, tatalaksananya, dan komplikasinya
5. Imunisasi belum lengkap
Rd/ : -
Rt/ : -
Rp/ : penjelasan kepada orang tua mengenai perlunya diberikan imunisasi dasar seperti Hepatitis B, DPT, Polio dan campak serta efek samping dan komplikasinya.
8
CATATAN PERAWATAN PENDERITA
23 Desember 2013 (hari rawat ke-1)M Bronchopneumonia
Osteogenesis imperfecta tipe 3Anemia Gizi kurangImunisasi belum lengkap
S Sesak napas (+), demam (+)O KU : Sens : CM, Nadi : 128 x/menit ( isi dan tegangan cukup), RR : 60 x/menit, T : 38 oC
KS :Kepala Normoocephali (LK : 42 cm), muka berbentuk segi tiga (+),
UUB membonjol (-), konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, skelra biru, pupil bulat isokor,diameter 3 mm/ 3 mm, refleks cahaya (+/+) normal, NCH (-/-), faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tidak hiperemis, pembesaran kelenjar limfe (-)
wheezing (-).Jantung Bunyi jantung I dan II normal, wheezing (-), gallop (-).Abdomen Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, BU (+) N.Genitalia Laki-laki belum disirkumsisi, kedua testis berada di skrotum,
rambut pubis tidak ada.Ekstremitas Kedua tungkai bawah deformitas (+), akral hangat, pucat, CRT
< 2 detik, ruam kulit (-).Status neurologis Fungsi motorik
Lengan kanan
Lengan kiri Tungkai kanan
Tungkai kiri
Gerakan KekuatanTonus KlonusR.fisiologisR.patologis
Luas+5Eutoni
(+)N
Luas+5Eutoni
(+)N
TerbatasSulit dinilaiEutoni(-)(+)N
Terbatas Sulit dinilaiEutoni(-)(+)N
Fungsi sensorik : sulit dinilaiFungsi otonom : sulit dinilaiN.craniales : tak ada kelainanGejala rangsang meningeal : belum dapat dinilaiRefleks moro, suspensi vertikal, suspensi horizontalsulit dinilai (kondisi multiple fraktur)
Laboratorium : Darah perifer lengkap :Hb : 9,1 gr/dl, Ht : 29 vol%, leukosit : 16.600/mm3, trombosit : 525.000/mm3, MCV : 66,1 fL, MCH : 20 pg, MCHC : 31 g/dl, LED : 6 mm/jam, DC : 0/2/1/20/66/10, CRP : <5 mg/L Kimia klinik :Natrium : 143 mEq/L, kalium : 5,5 mEq/L, calcium : 9,8 mg/d.lGambaran darah tepi :Eritrosit : normositik, normokrom, anisositosisLeukosit : jumlah normalTrombosit : jumlah normalKesan : anemia normositik normokrom Rontgen Thorax :Infiltrat di kedua lapangan paru.
9
Babinsky (+)
Kesan : BronchopneumoniaA Hasil laboratorium menunjukkan anemia dengan gambaran darah tepi anemia normositik
normokromik yang kemungkinan disebabkan oleh defisiensi Fe dengan diagnosis banding anemia infeksi kronis, direncanakan pemeriksaan laboratorium ferritin, Fe, TIBC.
P O2 Head box 5 L/menitIVFD D5 ¼ NS gtt 12 mikro/menit (retriksi ¾)Ampisilin 3x 140 mg (iv) (1)Gentamicin 2 x 10 mg (iv) (1)Paracetamol 3 x 60 mg (bila T > 38,50 C)Stop oral sementaraR/ - Transfusi PRC 50 cc - R/ pemberian Bifosfonat 1 mg/kgbb/hari (0,4 cc) dalam NaCl 0,9% 50 cc (bila sesak napas
teratasi)Rawat bersama sub divisi Respirologi dan Endokrinologi
24 Desember 2013 (hari rawat ke-2)M Bronchopneumonia
Osteogenesis imperfecta tipe 3AnemiaGizi kurangImunisasi belum lengkap
S Sesak napas (+), demam (+) sub febrisO KU : Sens : CM, Nadi : 128 x/menit ( isi dan tegangan cukup), RR : 50 x/menit, T : 37,5 oC
BB : 4,3 KgKS :Kepala Normoocephali (LK : 42 cm), muka berbentuk segi tiga (+),
UUB membonjol (-), konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, skelra biru, pupil bulat isokor,diameter 3 mm/ 3 mm, refleks cahaya (+/+) normal, NCH (-/-), faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tidak hiperemis, pembesaran kelenjar limfe (-)
wheezing (-).Jantung Bunyi jantung I dan II normal, wheezing (-), gallop (-).Abdomen Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, BU (+) N.Genitalia Laki-laki belum disirkumsisi, kedua testis berada di skrotum,
rambut pubis tidak ada.Ekstremitas Kedua tungkai bawah deformitas (+), akral hangat, pucat, CRT
< 2 detik.Status neurologis terdapat keterbatasan gerakan pada kedua tungkai bawah,
kekuatan pada kedua tungkai bawah yang sulit dinilai (oleh karena deformitas pada kedua tungkai)
A Post transfusi PRC 50 CCHasil laboratorium Fe >50 µg/dl, TIBC normal dan saturasi transferin >15% yang menandakan bahwa anemia pada penderita ini tidak disebabkan oleh defisiensi besi.
P O2 Head box 5 L/menitAmpisilin 3x 140 mg (iv) (2)Gentamicin 2 x 10 mg (iv) (2)Paracetamol 3 x 60 mg (bila T > 38,50 C)ASI on demand + F100 6 x 30 cc (NGT)R/ - Pemberian Bifosfonat(bila sesak teratasi)
10
1 Januari 2014 (hari rawat ke-10)M Bronchopneumonia
Osteogenesis imperfecta tipe 3AnemiaGizi kurangImunisasi belum lengkap
S Sesak napas (-), demam (-)O KU : Sens : CM, Nadi : 128 x/menit ( isi dan tegangan cukup), RR : 30 x/menit, T : 36,8 oC
KS :Kepala Normoocephali (LK : 42 cm), muka berbentuk segi tiga (+),
UUB membonjol (-), konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, skelra biru, pupil bulat isokor,diameter 3 mm/ 3 mm, refleks cahaya (+/+) normal, NCH (-/-), faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tidak hiperemis, pembesaran kelenjar limfe (-)
(-).Jantung Bunyi jantung I dan II normal, wheezing (-), gallop (-).Abdomen Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, BU (+) N.Genitalia Laki-laki belum disirkumsisi, kedua testis berada di skrotum,
rambut pubis tidak ada.Ekstremitas Kedua tungkai bawah deformitas (+), akral hangat, pucat, CRT
< 2 detik.Status neurologis terdapat keterbatasan gerakan pada kedua tungkai bawah,
kekuatan pada kedua tungkai bawah yang sulit dinilai (oleh karena deformitas pada kedua tungkai)
A Bronchopneumonia selesaiP Ampisilin 3x 140 mg (iv) (10)hari terakhir
Gentamicin 2 x 10 mg (iv) (10)hari terakhirBifosfonat 1 mg/kgbb/hari ( 0,4 cc) dalam NaCl 50 cc diberikan selama 4 jam (3 hari berturut-turut)Hari 1ASI on demand + F100 6 x 30 ccR/- Periksa darah rutin - Alih rawat sub divisi Endokrinologi
2 Januari 2014 (hari rawat ke-11)M Osteogenesis imperfecta tipe 3
AnemiaGizi kurangImunisasi belum lengkap
S -O KU : Sens : CM, Nadi : 128 x/menit ( isi dan tegangan cukup), RR : 30 x/menit, T : 36,8 oC
KS :Kepala Normoocephali (LK : 42 cm), muka berbentuk segi tiga (+),
UUB membonjol (-), konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, skelra biru, pupil bulat isokor,diameter 3 mm/ 3 mm, refleks cahaya (+/+) normal, NCH (-/-), faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tidak hiperemis, pembesaran kelenjar limfe (-)
(-).Jantung Bunyi jantung I dan II normal, wheezing (-), gallop (-).Abdomen Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, BU (+) N.Genitalia Laki-laki belum disirkumsisi, kedua testis berada di skrotum,
11
rambut pubis tidak ada.Ekstremitas Kedua tungkai bawah deformitas (+), akral hangat, pucat, CRT
(-).Jantung Bunyi jantung I dan II normal, wheezing (-), gallop (-).Abdomen Cembung, lemas, hepar dan lien tidak teraba, BU (+) N.Genitalia Laki-laki belum disirkumsisi, kedua testis berada di skrotum,
rambut pubis tidak ada.Ekstremitas Kedua tungkai bawah deformitas (+), akral hangat, pucat, CRT
< 2 detik.Status neurologis terdapat keterbatasan gerakan pada kedua tungkai bawah,
kekuatan pada kedua tungkai bawah yang sulit dinilai (oleh karena deformitas pada kedua tungkai)
A -P Bifosfonat 1 mg/kgbb/hari (0,4 cc) dalam NaCl 50 cc diberikan selama 4 jam Hari ke-3
ASI on demand + F100 6 x 30 ccRawat jalan dengan rencana : - Kontrol ke poliklinik orthopedi tgl 9/1/2014
12
TINJAUAN PUSTAKA
A. OSTEOGENESIS IMPERFECTA
1. Definisi
Osteogenesis imperfecta (OI) atau brittle bone disease adalah kelainan congenital umum
pada jaringan ikat, yaitu kolagen tipe 1, yang secara klasik ditandai dengan kerapuhan tulang
menyeluruh serta fraktur multiple tulang kortikal, dan kompresi vertebra akibat trauma
ringan. Osteogenesis imperfecta memiliki spektrum klinis yang luas, dari bentuk nonletal
dengan perawakan normal, tanpa deformitas, dan jarang mengalami fraktur sampai bentuk
letal yang teridentifikasi pada masa perinatal.1, 2
2. Insiden
Insiden osteogenesis imperfecta diperkirakan 1 : 20.000 kelahiran hidup. Tidak ada
perbedaan menurut ras dan jenis kelamin.1, 2
3. Etiologi
Osteogenesis imperfecta terjadi karena mutasi gen COL1α1 (collagen 1 alpha 1) dan
COL1α2 (collagen 1 alpha 2) yang mengkode sintesis kolagen tipe 1. Mutasi ini diturunkan
secara autosomal dominan. Sebagian kecil osteogenesis imperfecta diturunkan secara
autosomal resesif akibat mutasi gen LEPRE1 (leucine proline-enrich proteoglican 1) yang
mengkode enzim pembentuk kolagen, prolil-3-hidroksilase, atau protein terasosiasi kolagen,
CRTAP (cartilage associated protein)1, 2
4. Patogenesis
Prokolagen tipe I adalah struktur protein utama yang menyusun matriks tulang dan jaringan
fibrous lainnya, seperti kapsul organ, fasia, kornea, sklera, tendon, selaput otak dan dermis.
Sekitar 30% berat badan manusia terdiri dari prokolagen tipe I. Secara struktural, molekul
prokolagen tipe I berbentuk triple helix, terdiri dari 2 rantai proα1(I) (disebut COL1A1,
dikode pada kromosom 17) dan 1 rantai proα2(I) (disebut COL1A2, dikode pada kromosom.1,
4
Lebih dari 90% penderita osteogenesis imperfecta memiliki sejumlah mutasi dominan dalam
gen COL1α1 pada lengan panjang kromosom 17 posisi 21.3-22.1 dan COL1α2 pada lengan
13
panjang kromosom 7 posisi 22. Gen COL1α1 dan COL1α2 masing-masing mengkode
proα1(I) dan proα2(I). Mutasi yang paling banyak terjadi yaitu penghapusan gen parsial serta
duplikasinya. Mutasi lain yang terjadi mempengaruhi penyambungan RNA. Umumnya
mutasi akan mengakibatkan penurunan ekspresi kolagen atau rantai proα yang strukturnya
abnormal, membentuk fibril abnormal, sehingga melemahkan keseluruhan struktur tulang.
Jika terdapat satu rantai yang abnormal, rantai ini dapat berinteraksi dengan dua rantai yang
normal, tetapi pelipatan dapat dicegah, sehingga mengakibatkan penguraian enzimatik
seluruh rantai yang disebut procollagen suicide, yang bermanifestasi sebagai osteogenesis
imperfecta nonletal. Jika kedua rantai yang abnormal, kelainan akan muncul secara genotif
dan fenotif. Sementara itu, jika ketiga rantai yang abnormal, akan bermanifestasi sebagai
osteogenesis imperfecta letal.1, 4
Sementara itu, sebagian kecil osteogenesis imperfecta diturunkan secara autosomal resesif
akibat mutasi gen LEPRE1 (leucine proline-enrich proteoglican 1) yang mengkode enzim
pembentuk kolagen, prolil-3-hidroksilase, atau protein terasosiasi kolagen, CRTAP (cartilago
associated protein).1, 4
5. Manifestasi klinis
Osteogenesis imperfecta dibedakan menjadi osteogenesis imperfecta kongenital yang
dideteksi pada perinatal dan osteogenesis imperfecta tarda yang dideteksi lebih lambat pada
masa anak-anak. David Sillence pada tahun 1979 membagi osteogenesis imperfecta menjadi
empat tipe berdasarkan cara pewarisan gen, manifestasi klinis, dan kesan radiografi.
Beberapa tipe tambahan ditemukan berdasarkan perbedaan histologi.
Pembagian osteogenesis imperfecta adalah sebagai berikut:
1. Osteogenesis Imperfecta Tipe I
Osteogenesis imperfecta tipe I merupakan tipe paling ringan dan paling tinggi insidennya.
Identifikasi seringkali pada waktu yang lebih lambat. Pada tipe ini ditemukan fraktur ringan,
sedikit deformitas kaki, dan kompresi vertebra ringan. Dislokasi sendi bahu dan sendi
panggul bisa ditemukan. Fraktur terjadi karena trauma ringan sampai sedang dan berkurang
setelah pubertas. Sklera biasanya biru. Kehilangan pendengaran dini terjadi pada 30-60%
penderita. Tipe I bersama tipe IV dibagi menjadi subtipe A dan B, berdasarkan disertai (A)
atau tidak (B) dentinogenesis imperfecta. Kelainan jaringan ikat lain yang mungkin terjadi
14
yaitu kulit tipis dan mudah memar, kelenturan sendi, dan perawakan pendek yang
berhubungan dengan anggota keluarga lain.
Gambar 1. Dentinogenesis imperfecta.
2. Osteogenesis Imperfecta Tipe II
Tipe ini merupakan tipe dengan tikat keparahan tertinggi sehingga disebut dengan tipe letal
perinatal. Bayi sering mengalami kematian selama persalinan akibat perdarahan intakranial
yang disebabkan trauma multipel. Bayi lahir dengan panjang dan berat badan lahir sangat
kecil untuk masa kehamilan. Terdapat fraktur multipel tulang panjang intrauterin yang
terlihat sebagai crumpled appearance pada radiografi, serta kerapuhan hebat tulang dan
jaringan ikat lainnya. Ditemukan mikromelia dan kedua kaki abduksi seperti frog-leg
position. Terdapat multipel fraktur kosta membentuk gambaran manik-manik (beaded
appearance) dan ronggga toraks yang sempit sehingga terjadi insufisiensi pernafasan. Kepala
besar untuk ukuran tubuh dengan pelebaran fontanela anterior dan posterior. Sklera berwarna
biru atau kelabu gelap.
3. Osteogenesis Imperfecta Tipe III (Pembentukan Progresif)
Tipe ini merupakan tipe yang paling parah dari bentuk nonletal dan menyebabkan disabilitas
fisik yang berarti. Fraktur biasanya juga terjadi intrauterin. Bentuk muka relatif makrosefalus
dan berbentuk segitiga (triangular). Fraktur dapat terjadi akibat trauma ringan dan sembuh
dengan meninggalkan deformitas. Costa bagian basal sering rapuh dan bentuk dada
mengalami deformitas. Ditemukan juga skoliosis dan kompresi vertebra. Kurva pertumbuhan
di bawah normal dari satu tahun pertama kehidupan. Pasien memiliki perawakan pendek
yang ekstrim. Sklera berwarna putih sampai biru. Sering dijumpai dentinogenesis imperfecta
(80% pada anak usia < 10 tahun).
15
Gambar 2. Bayi osteogenesis imperfecta tipe III dengan ekstremitas pendek dan
bengkok,deformitas toraks, serta relatif makrosefalus
4. Osteogenesis Imperfecta Tipe IV (Cukup Berat)
Pasien lahir dengan fraktur intrauterin dan tulang panjang bawah yang bengkok. Fraktur
berkurang setelah pubertas. Pasien memiliki perawakan cukup pendek. Sklera bisa biru atau
putih.
5. Osteogenesis Imperfecta Tipe V (Hiperplasia Kallus), Tipe VI (Defek Mineralisasi), dan
Tipe VII (Autosomal Resesif)
Ketiga tipe ini didapatkan melalui biopsi tulang dari tipe IV. Ketiganya tidak mengalami
kelainan pada kolagen tipe I. Tipe V ditandai dengan hiperplasia kalus, kalsifikasi membran
interosesus humeri, dan radiodens garis metafisis. Tipe VII mengarahkan ke kromosom 3p22-
24 dan kelainan hipomorfik CRTAP.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis osteogenesis
imperfecta antara lain sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Foto Rontgen
Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan gambaran densitas tulang yang menurun yang
mengarah ke osteopenia, fraktur yang baru, subklinis, atau sudah sembuh, bengkok pada
tulang kortikal, kompresi vertebra, dan tulang Wormian pada sutura tulang kranial. Tulang
16
Wormian adalah gambaran tulang-tulang kecil pada tulang kranial yang pada bayi normal
tidak ada, ditemukan pada 60% penderita osteogenesis imperfecta.
Gambar 3. Bayi baru lahir dengan osteogenesis imperfecta. Tampakgambaran fraktur multipel dan deformitas pada seluruh tulang.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada penderita autosomal dominan maupun resesif,
terdiri dari:
a. Pemeriksaan molekuler kolagen, melalui analisis DNA pada gen COL1α1 dan COL1α2
yang diperoleh dari sampel darah atau saliva.
b. Pemeriksaan biokimia kolegen, melalui analisis protein yang dikultur dari fibroblas dari
biopsi tusuk kulit. Pada osteogenesis imperfecta tipe I, jumlah kolagen tipe I yang berkurang
menyebabkan peningkatan rasio kolagen tipe III terhadap kolagen tipe I. Mutasi pada rantai
ketiga kolagen tidak dapat dideteksi melalui studi biokimia kolagen karena tidak
menyebabkan over modifikasi rantai yang berarti.
Pada masa intrauterin, biopsi villi korion dapat digunakan untuk studi biokimia atau
molekular studi, sedangkan amniosintesis akan memberikan hasil positif palsu.
3. Pemeriksaan Densitas Massa Tulang
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan Dual-energy X-ray Absorptiometry (DEXA).
Pasien dengan osteogenesis imperfecta memiliki densitas massa tulang yang lebih rendah
dibandingkan normal.
4. Biopsi Tulang
17
Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi seluruh tipe. Prosedur pemeriksaan invasif,
memerlukan anestesi umum sebelum melalukan biopsy pada tulang iliaka, dan hanya boleh
dilakukan oleh dokter bedah.
7. Diagnosis
Diagnosis osteogenesis imperfecta ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis yang tampak,
riwayat keluarga, dan pemeriksaan penunjang, minimal pemeriksaan foto Rontgen dan
pemeriksaan laboratorium.
8. Diagnosis Banding
Beberapa keadaan klinis yang memiliki gejala mirip osteogenesis imperfecta yaitu Perlakuan
salah dan penelantaran pada anak (child abuse & neglect), achondroplasia, riketsia,
osteoporosis juvenil idiopatik, defek metabolism vitamin D, penyakit Cushing, serta
defisiensi dan malabsoprsi kalsium.
9. Penatalaksanaan
Oleh karena tidak ada pengobatan untuk osteogenesis imperfecta, penatalaksanaan
difokuskan untuk meminimalisasi fraktur, operasi bedah untuk mengkorekasi deformitas,
menurunkan kerapuhan tulang dengan meningkatkan densitas massa tulang, dan fungsi