Top Banner
KASUS ASTIGMATICUS MIOPIA COMPOSITUS ODS dan ASTENOPIA Pembimbing: dr. Margrette Paliyama F, Sp. M, M. Sc. Disusun oleh: Fransisca Hilda Carolina Pratiwi 11.2014.222 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA PERIODE 8 Juni s/d 11 Juli 1
29

Case 2 Dr Margrette

Dec 16, 2015

Download

Documents

siscahilda

kiugk
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

KASUS ASTIGMATICUS MIOPIA COMPOSITUS ODS dan ASTENOPIA

Pembimbing:

dr. Margrette Paliyama F, Sp. M, M. Sc.

Disusun oleh:

Fransisca Hilda Carolina Pratiwi11.2014.222KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

PERIODE 8 Juni s/d 11 JuliRS FAMILY MEDICAL CENTER (FMC), SENTUL

I. IDENTITAS

Nama

: Nn. NUmur

: 20 tahun

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Karyawan RS.FMC

Tanggal pemeriksaan: 16 Juni 2015

II. ANAMNESIS

Auto anamnesis pada tanggal 16 Juni 2015 jam 17.00 WIB

Keluhan utama

Kedua mata terasa tertarik dan berat sejak 1 minggu yang laluKeluhan tambahanSetiap hari pasien kedip-kedip karena mata yang terasa berat dan tertarik. Pasien juga merasa mata sebelah kiri seperti ada yang menghalangi. Pasien juga mengeluh pada saat melihat jauh terasa buram, hal ini sudah dirasakan pada pasien sejak kelas 5 SD, namun pasien tidak memakai kacamata.Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli klinik mata RS FMC dengan keluhan kedua mata terasa seperti tertarik dan terasa berat sejak 1 minggu yang lalu, setiap hari pasien kedip-kedip. OS juga merasa mata kiri seperti ada yang menghalangi. Pasien juga mengeluh pada saat melihat jauh terasa buram, hal ini sudah dirasakan pada pasien sejak kelas 5 SD, namun pasien tidak memakai kacamata. Mata berair tidak ada, mata nyeri tidak ada, melihat pelangi tidak ada, penglihatan berasap tidak ada. Riwayat diabetes dan hipertensi disangkal oleh pasien. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Umum Asthma

: tidak ada Hipertensi

: tidak ada Diabetes Melitus: tidak ada Stroke

: tidak ada Alergi

: tidak adab. Mata

Riwayat sakit mata sebelumnya: tidak ada

Riwayat penggunaan kaca mata : tidak ada

Riwayat operasi mata

: tidak ada

Riwayat trauma mata sebelumnya: tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit mata serupa: tidak adaPenyakit mata lainnya: tidak adaAsthma

: tidak adaDiabetes

: tidak ada

Alergi

: tidak adaHipertensi

: tidak adaRiwayat ayah pasien memakai kacamataIII. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan umum: Tampak sakit ringan.

Kesadaran

: Compos mentis

Tanda Vital: Tekanan Darah: 120/80 mmHg

Frekuensi Nadi: 80 kali/menit

Frekuensi Nafas: 20 kali/menit

STATUS OPHTALMOLOGIS

KETERANGAN

OD

OS

1. VISUS

Visus 0,8 ph 1,00,5 ph 0,7

KoreksiC-0,50 Ax 150 1.0S -0,75C-0,50 Ax 30 1.0

Addisi --

Distansi pupil62/6062/60

Kacamata Lama--

2. KEDUDUKAN BOLA MATA

EksoftalmosTidak adaTidak ada

EnoftalmosTidak adaTidak ada

DeviasiTidak adaTidak ada

Gerakan Bola MataBebas ke segala arah Bebas ke segala arah

Strabismus Tidak adaTidak ada

Nistagmus Tidak adaTidak ada

3. SUPERSILIA

WarnaHitamHitam

Simetris SimetrisSimetris

4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR

EdemaTidak adaTidak ada

Nyeri tekanTidak adaTidak ada

EktropionTidak adaTidak ada

EntropionTidak adaTidak ada

BlefarospasmeTidak adaTidak ada

TrikiasisTidak adaTidak ada

SikatriksTidak adaTidak ada

Ptosis Tidak adaTidak ada

5. KONJUNGTIVA SUPERIOR DAN INFERIOR

HematomaTidak adaTidak ada

HiperemisTidak adaTidak ada

KrepitasiTidak adaTidak ada

FolikelTidak adaTidak ada

PapilTidak adaTidak ada

SikatriksTidak adaTidak ada

AnemisTidak adaTidak ada

Lithiasis Tidak adaTidak ada

Korpus alienumTidak adaTidak ada

6. KONJUNGTIVA BULBI

Sekret Tidak adaTidak ada

Injeksi KonjungtivaTidak adaTidak ada

Injeksi SiliarTidak adaTidak ada

Pendarahan SubkonjungtivaTidak adaTidak ada

PterigiumTidak adaTidak ada

PinguekulaTidak adaTidak ada

Nevus PigmentosusTidak adaTidak ada

Kista DermoidTidak adaTidak ada

7. SKLERA

WarnaPutih Putih

Ikterik Tidak AdaTidak ada

8. KORNEA

KejernihanJernihJernih

PermukaanRata Rata

SensibilitasBaikBaik

InfiltratTidak adaTidak ada

Keratik PresipitatTidak adaTidak ada

SikatriksTidak adaTidak ada

UlkusTidak adaTidak ada

PerforasiTidak adaTidak ada

Arkus SenilisTidak adaTidak ada

EdemaTidak adaTidak ada

9. BILIK MATA DEPAN

KedalamanDalamDalam

KejernihanJernihJernih

HifemaTidak adaTidak ada

HipopionTidak adaTidak ada

10. IRIS

WarnaCoklatCoklat

Kripte--

SinekiaTidak adaTidak ada

KolobomaTidak adaTidak ada

11. PUPIL

LetakDitengahDitengah

BentukBulatBulat

Ukuran3 mm3 mm

Refleks Cahaya Langsung++

Refleks Cahaya Tak Langsung++

12. LENSA

KejernihanJernih Jernih

LetakDi tengahDi tengah

Shadow testNegatif Negatif

13. BADAN KACA

Kejernihan JernihJernih

14. FUNDUS OKULI

BatasTegasTegas

WarnaOrangeOrange

EkskavasioTidak adaTidak ada

Rasio Arteri :Vena2:32:3

C/D Ratio0,30,3

Reflex Makula++

EksudatTidak adaTidak ada

Perdarahan Tidak adaTidak ada

SikatriksTidak adaTidak ada

Ablasio Tidak adaTidak ada

15. PALPASI

Nyeri TekanTidak adaTidak ada

Massa TumorTidak adaTidak ada

Tensi OkuliN/palpasiN/palpasi

Tonometri Schiotz--

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGAutorefraktometerV. RESUME

Anamnesis Seorang perempuan berumur 20 tahun datang ke poli mata RS FMC dengan keluhan kedua mata terasa seperti tertarik dan terasa berat sejak 1 minggu yang lalu, setiap hari pasien kedip-kedip. OS juga merasa mata kiri seperti ada yang menghalangi. Pasien juga mengeluh pada saat melihat jauh terasa buram, hal ini sudah dirasakan pada pasien sejak kelas 5 SD, namun pasien tidak memakai kacamata.

Dari status oftalmologis didapatkan :

OD

OSVisus 0.8 ph 1.00.5 ph 0.7

KoreksiC -0,50 Ax 150 1.0S -0,75C-0,50 Ax 30 1.0

Distansi pupil62/60

VI. DIAGNOSIS KERJA

Astigmaticus Miopia Compositus ODS dan Astenopia .VII. PENATALAKSAANAstigmat miop kompositus : diberikan kaca mata dengan koreksi C-0,50 Ax 150 1.0 OD. S-0,75 C-0,50 Ax 30 1.0 OSMedika mentosa :

Artificial tears 6x ODS

Vitanorm tab 1x1

Edukasi

Kacamata harus selalu digunakan kecuali saat tidur dan aktivitas fisik lainnya seperti berenang. Membaca dalam cahaya yang cukup Kontrol untuk pemeriksaan visus setiap 1 tahun atau jika ada keluhan. Menghindari penggunaan mata yang berlebihan dalam waktu yang lamaVIII. PROGNOSIS

OD

OS

Ad Vitam

:Bonam

Bonam

Ad Fungsionam:Bonam

BonamAd Sanationam:Bonam

Bonam

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Astigmaticus Miopia Definisi

Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar aksis visual tanpa akomodasi difokuskan pada satu titik di depan retina.1Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu titik.1Klasifikasi Klasifikasi Miopia berdasarkan etiologi terbagi atas: 21. Axial myopia, yang terjadi akibat peningkatan panjang anteroposterior bola mata, merupakan bentuk yang paling umum.

2. Curvatural myopia, terjadi karena peningkatan kurvatur kornea, lensa, atau keduanya.

3. Positional myopia, terjadi karena posisi lensa yang lebih anterior.

4. Index myopia, terjadi karena peningkatan indeks bias lensa yang dapat dihubungkan dengan sklerosis nucleus lensa.

5. Miopia karena akomodasi berlebihan, terjadi pada pasien dengan akomodasi berlebihan, dapat terjadi karena kekejangan akomodasi.

Berdasarkan derajat beratnya, miopia dibagi atas : Miopia ringan : -0,25 D s/d -3,00 D

Miopia sedang : -3,25 D s/d -6,00 D

Miopia berat : -6,25 D atau lebih.

Gejala klinisBerdasarkan perjalan klinis, miopia dibagi sebagai berikut: 3a. Miopia stasioner : Miopia yang menetap setelah dewasa.b. Miopia progresif: Miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata.

c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.Astigmatisma

Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai berikut:

1) Astigmatisme Reguler

Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain. Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa silinder yang tepat, akan bisa menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika tidak disertai dengan adanya kelainan penglihatan yang lain.

Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: Astigmatisme With the Rule

Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang horizontal.

Astigmatisme Against the Rule

Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada bidang vertikal.

2) Astigmatisme Irreguler

Dimana titik bias didapatkan tidak teratur.

Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme dibagi sebagai berikut:

1. Astigmatisme Miopia Simpleks

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias terkuat sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah). Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph 0,00 Cyl -Y atau Sph -X Cyl +Y di mana X dan Y memiliki angka yang sama.

Gambar 1. Astigmatisme Miopia Simpleks

2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks

Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B berada di belakang retina.

Gambar 2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks3. Astigmatisme Miopia Kompositus

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di antara titik A dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph -X Cyl -Y.

Gambar 3. Astigmatisme Miopia Kompositus4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus

Astigmatisme jenis ini, titik B berada di belakang retina, sedangkan titik A berada di antara titik B dan retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl +Y.

Gambar 4. Astigmatisme Hiperopia Kompositus

5. Astigmatisme Mixtus

Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B berada di belakang retina. Pola ukuran lensa koreksi astigmatisme jenis ini adalah Sph +X Cyl -Y, atau Sph -X Cyl +Y, di mana ukuran tersebut tidak dapat ditransposisi hingga nilai X menjadi nol, atau notasi X dan Y menjadi sama - sama + atau -.

Gambar 7. Astigmatisme MixtusBerdasarkan tingkat kekuatan Dioptri :

1. Astigmatismus Rendah

Astigmatismus yang ukuran powernya < 0,50 Dioptri. Biasanya astigmatismus rendah tidak perlu menggunakan koreksi kacamata. Akan tetapi jika timbul keluhan pada penderita maka koreksi kacamata sangat perlu diberikan.

2. Astigmatismus Sedang

Astigmatismus yang ukuran powernya berada pada 0,75 Dioptri s/d 2,75 Dioptri. Pada astigmatismus ini pasien sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.

3. Astigmatismus Tinggi

Astigmatismus yang ukuran powernya > 3,00 Dioptri. Astigmatismus ini sangat mutlak diberikan kacamata koreksi.Gejala dan tanda

Seseorang dengan miopia pada umumnya mengeluhkan gejala-gejala berikut: 21. Penurunan penglihatan jarak jauh, merupakan keluhan utama pada miopia

2. Sering menyipitkan mata, hal ini biasanya disadari oleh orang tua anak, dimana anak berusaha menjernihkan penglihatan jarak jauhnya untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite.Pada umumnya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan gejala-gejala sebagai berikut : 2 Memiringkan kepala atau disebut dengan titling his head, pada umunya keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang tinggi.

Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.

Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti membaca.

Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.

Diagnosis 1) Pemeriksaan pin holeUji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien tersebut terdapat kelainan refraksi yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berarti pada pasien terdapat kekeruhan media penglihatan atau pun retina yang menggangu penglihatan.32) Uji refraksi

a. Subjektif

Optotipe dari Snellen & Trial lens

Metode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and error Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan lensa sferis positif, bila dengan lensa sferis positif tajam penglihatan membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien dikatakan menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis positif menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis negatif memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita Miopia. Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam penglihatan maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji pengaburan (fogging technique).3b. Objektif

Autorefraktometer

Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan menggunakan komputer. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.3 Keratometri

Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius kelengkungan kornea. Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat berharga namun mempunyai keterbatasan.33) Uji pengaburan

Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisi-kisi juring astigmat, dan ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat. Bila garis juring pada 90 yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau lensa silinder ditempatkan dengan sumbu 180. Perlahan-lahan kekuatan lensa silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi-kisi astigmat vertikal sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua juring sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang ditambahkan. Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan-lahan ditaruh lensa negatif sampai pasien melihat jelas.3

Gambar 11. Kipas Astigmat4) Keratoskop

Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme. Pemeriksa memerhatikan imej ring pada kornea pasien. Pada astigmatisme regular, ring tersebut berbentuk oval. Pada astigmatisme irregular, imej tersebut tidak terbentuk sempurna.3

5) Javal ophtalmometer

Boleh digunakan untuk mengukur kelengkungan sentral dari kornea, diaman akan menentukan kekuatan refraktif dari kornea.3Terapi 1) Koreksi lensa

Terapi pada Miopia dilakukan dengan penggunaan lensa konkaf yang sesuai, sehingga gambar yang jernih terbentuk di retina, dengan prinsip lensa minimum dengan penglihatan maksimum yang dapat diterima. 2Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder. Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan dapat membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan bertambah jelas.22) Terapi bedah

a. Radial keratotomy (RK), merupakan teknik dengan membuat insisi radial yang dalam pada daerah perifer kornea, dimana pada saat penyembuhan akan mendatarkan daerah sentral kornea dan menurunkan kekuatan biasnya. Prosedur ini baik digunakan untuk koreksi Miopia levior hingga moderate (2 sampai 6 D). Prosedur ini tidak disarankan karena dapat menyebabkan kelemahan kornea sehingga kemungkinan rupture saat terjadi benturan meningkat, dapat menyebabkan rasa silau pada malam hari, selain itu penyembuhan yang tidak merata dapat menyebabkan astigmatisme.2b. Photorefractive keratectomy (PRK), merupakan teknik untuk mengoreksi daerah sentral pada stroma anterior dengan menggunakan excimer laser untuk mendatarkan daerah sentral kornea. Prosedur ini baik digunakan pada koreksi myopia -2 sampai -6 D. Prosedur ini tidak disarankan karena penyembuhan pasca operasinya lambat dan mungkin menyebabkan nyeri, selain itu PRK lebih mahal daripada RK. 2c. Laser in-situ keratomileusis (LASIK), merupakan teknik pilihan dalam mengoreksi Miopia hingga -12 D, dan dapat juga digunakan pada astigmatisme.

Kriteria pasien LASIK antara lain: 2 Berumur diatas 20 tahun

Refraksi stabil dalam 12 bulan

Ketebalan kornea >450mm dan tidak ada kelainan patologis kornea

Keuntungan LASIK antara lain: 2 Nyeri post operatif minimal

Penyembuhan jauh lebih cepat dibanding PRK

Tidak ada risiko perforasi saat operasi dan rupture karena trauma disbanding RK

Efektif mengoreksi hingga -12 D

Kekurangan LASIK antara lain : 2 Biayanya sangat mahal

Membutuhkan keterampilan yang lebih tinggi dari RK dan PRK

Ada kemungkinan komplikasi seperti astigmatisme

d. Phakic intraocular lens / intraocular contact lens (ICL), merupakan terapi untuk Miopia >12 D. Pada teknik ini ditanamkan lensa natural intraocular spesial pada kamera anterior atau kameria posterior. 2e. Orthokeratology, cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih dari satu minggu atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan miopia hingga -5D. Teknik ini dapat digunakan pada pasien dibawah 18 tahun.2Astenopia

Definisi Astenopia menurut US National Research Council / WHO adalah keluhan atau kelelahan visual subjektif atau keluhan-keluhan yang dialami seseorang akibat menggunakan matanya. Astenopia atau kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman. Gejala-gejala yang ditimbulkan diakibatkan oleh adanya upaya berlebihan mata untuk memperoleh ketajaman binokuler yang sebaik-baiknya. Menurut Sumamur, kelelahan mata timbul sebagai stress intensif pada fungsi- fungsi mata seperti terhadap otot- otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina akibat ketidaktepatan kontras. Istilah lain dari astenopia adalah eye strain, visual discomfort, dan ocular fatigue4.Etiologi Keluhan astenopia dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang melibatkan faktor fisik, fisiologis, psikologis, bahkan faktor sosial. Antara lain,4,5

Menggunakan komputer dan alat elektronik lain yang terlalu lama

Membaca

Aktivitas yang membutuhkan fokus dan konsentrasi dalam waktu yang lama, misal berkendara

Terpapar cahaya terlalu terang atau silau

Berusaha untuk melihat dalam cahaya yang redup

Penggunaan computer dalam jangka waktu ya ng lama merupakan penyebab tersering eye strain atau disebut dengan computer vision syndrome.Faktor resiko

Faktor- faktor yang mempengaruhi kelelahan mata adalah, 6a. Usia

Menurut Guyton, menyebutkan bahwa daya akomodasi menurun pada usia 45- 50 tahun

b. Lamanya melihat

melihat dalam waktu lama berisiko terkena mata lelah atau astenopia. Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman.

c. Jarak pandang

Jarak pandang akan mempengaruhi akomodasi mata. melihat ke layar dengan jarak 20 inchi dirasakan terlalu dekat, jarak yang sesuai adalah 40 inchi.

d. Masa kerja

masa kerja yang lama akan mempengaruhi kelelahan mata yang muncul.

e. Bentuk dan ukuran objek kerjaPatofisiologi Astenopia terjadi karena gangguan yang komplek dan saling mempengaruhi pada proses sistem penglihatan seperti berikut:1.Cahaya yang masuk ke dalam mata dari benda yang dilihat tidak cukup.2.Pemusatan cahaya pada retina mata tidak sempurna.3.Mekanisme penggabungan bayangan (fusi) oleh sistem penglihatan yang lebih sentral (otak) dan upaya untuk mempertahankannya tidak memadai.

Kecukupan cahaya dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik, yaitu keadaan iluminasi dan obyek yang dilihat. Kuantitas, kualitas, dan distribusi iluminasi yang mengakibatkan cahaya terlalu terang atau redup, berfluktuasi, arah yang miring dan menyilaukan dapat mengurangi daya sensifitas retina. Obyek berukuran kecil, bentuk yang tidak teratur dan kurang kontras atau bergerak, ternyata juga memudahkan timbulnya astenopia.

Pemfokuskan cahaya terganggu bila terjadi kelelahan otot siliaris dan otot-otot luar bola mata (Faktor intristik). Kelelahan otot siliaris terjadi pada penggunaan kacamata yang tidak sesuai ukurannya yang menyebabkan kelemahan akomodasi dan konvergensi. Selain itu, gangguan oleh masalah fusi dapat terjadi bila bayangan pada kedua mata tidak sama besar akibat perbedaan ukuran kacamata kanan dan kiri terlalu besar (anisometropia).

Faktor intristik lainnya selain faktor okular (mata) adalah faktor konstitusi. Keadaan tersebut adalah kelelahan umum, kurang sehat, bekerja dibawah tekanan (under pressure), kurang tidur, pemakaian obat-obatan, kelainan emosi dan gangguan psikogenik lainnya. Selain orang yang berbakat neurotik, orang yang sehat pun (terorginisis baik kepribadiannya), terutama jika mereka bergerak di bidang kehidupan intelektual, dan selalu terus menerus meningkatkan dan memperbaiki diri, dapat kehilangan sebagian energi kehidupannya yang akhirnya dapat mengalami kondisi kelelahan.

Beberapa hasil penelitian memperlihatkan adanya perubahan temporer tonus akulomotorius dan meningkatnya tonus parasimpatis pada penderita astenopia. Hal tersebut menyokong adanya hubungan antara astenopia dengan gangguan-gangguan akomodasi dan konvergensi. Meningkatnya tonus parasimpatis terlihat dengan adanya diameter pupil yang lebih kecil pada penderita astenopia dan lebih lemahnya akomodasi dibandingkan dengan orang normal. Tonus parasimpatis yang meningkat merupakan dasar beberapa keluhan pada penderita astenopiaKelelahan mata disebabkan oleh stres yang terjadi pada fungsi penglihatan. Stres pada otot yang berfungsi untuk akomodasi dapat terjadi pada saat seseorang berupaya untuk melihat pada objek berukuran kecil dan pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi demikian, otot- otot mata akan bekerja secara terus menerus dan lebih dipaksakan. Ketegangan otot- otot pengakomodasi (korpus siliaris) makin besar sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata, stres pada retina dapat terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang cukup lama.Gejala klinis

Keluhan astenopia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1.Okular, misalnya mata terasa pegal, berat, cepat lelah, pedas, panas, tak nyaman atau sakit sekitar mata.

2.Visual, misalnya penglihatan menjadi kabur rangkap atau penglihatan warna berkurang.

3.Referal, misalnya sakit kepala, bahu dan punggung.

Keluhan-keluhan tersebut bersifat individual, dapat meningkatkan dan biasanya menghilang bila istirahat atau bangun tidur.Gejala- gejala kelelahan mata penyebab utamanya adalah penggunaan otot- otot di sekitar mata yang berlebihan, kelelahan mata dapat dikurangi dengan memberikan pencahayaan yang baik di tempat kerja. Sedangkan sidharta, menyebutkan bahwa gejala kelelahan mata antara lain:

1. Iritasi pada mata (mata pedih, merah berair)

2. Penglihatan ganda

3. Sakit sekitar mata

4. Berkurangnya kemampuan akomodasi

5. Menurunnya ketajaman penglihatan, kepekaan kontras dan kecepatam persepsi

Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan astenopia adalah dengan menghindari penggunaan mata yang berlebihan dalam waktu yang lama. Untuk mengatasi astenopia bisa digunakan obat tetes air mata (artificial tears), dan mengobati kelainan yang ada misal kelainan refraksi dengan menggunakan kaca mata. Astenopia dapat dicegah dengan cara memberikan penerangan yang cukup di ruang kerja, menggunakan prinsip 20-20-20 ketika bekeja, setiap bekerja 20 menit, lihat ke arah horizontal dengan jarak sekitar 20 kaki selama 20 detik, istirahat secara reguler ketika bekerja dengan komputer. Dapat pula diberikan kompres air hangat dengan mata tertutup, dan berikan artificial tears untuk menyegarkan mata. Bila gejala eye strain atau astenopia berlangsung terus menerus perlu dilakukan pemeriksaan mata lengkap untuk mengetahui adanya kelaian refraksi.

Komplikasi

Tidak ada komplikasi yang serius atau berdampak panjang pada astenopia, tetapi astenopia dapat mengganggu dan menyebabkan lelah sehingga kemampuan untuk berkonsentrasi berkurang.Daftar pustaka 1. Lang K Gerhard. Cornea. In: Ophtalmology A Pocket Textbook Atlas. New York. Thieme Stuttgart. 2000. h4442. A. K. Khurana, Comprehensive Ophtalmology edisi 4: Optics and Refraction, New Age International (P) limited Publishers. 2007. h.32-93. Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi Mata : Pemeriksaan anatomi dan fisiologi mata serta kelainan pada pemeriksaan mata. Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi keempat Jakarta FKUI 20074. Eye strain detection and diagnosis. http://optometrist.com.au/eye-strain-detection-diagnosis/ diakses tanggal 22 Juni 20155. Riordan-Eva P, Whitcher JP. 2007. Chapter 1: Anatomy and Embriology of the Eye, in:Vaughans and Asburys General Opthalmology.

6. Guyton AC. 2008. Fisiologi Kedokteran edisi 11 Diterjemahkan oleh Adji Dharma, Jakarta: EGC Buku Kedokteran21