APLIKASI CARBON NANOTUBE PADA MEMORY (CNT) Nama : Peri Wahyudi NPM : 140310070056 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
APLIKASI CARBON NANOTUBE PADA MEMORY(CNT)
Nama : Peri Wahyudi
NPM : 140310070056
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADAJRAN
2010
APLIKASI CARBON NANOTUBE PADA MEMORY
I. PENDAHULUAN
Teknologi nano membuka jalanbagi industry semikonduktor untuk dapat terus
mengikuti Hukum Moore. Teknologi ini dapat mewujudkan chip yang berukuran
lebih kecil dengan biaya produksi yang lebih rendah, namun memiliki kemampuan
yang lebih tinggi dibandingkan teknologi yang ada saat ini. Salah satu aplikasi
teknologi yang menarik adalah pada pembuatan memory.
Karakteristik memory yang diinginkan saat ini antara lain berukuran kecil,
kecepatan akses tinggi, dan kapasitas penyimpanan data yang besar. Sudah banyak
penelitian yang dilakukan terhadap beberapa material baru yang menarik. Salah satu
material baru yag cukup menjanjikan sebagai elemen perangkat memori adalah
carbon nanotube (CNT).
II. CCARBON NANOTUBE
Pada tahun 1985, Richard E Smalley, Robert F Curl, (Rice University,
Houston, Amerika Serikat) dan Sir Harold W Kroto (University of Sussex, Brighton,
Inggris) menemukan struktur karbon murni yang tersusun atas 60 atom carbon (C60).
Penemuan ini cukup menarik mengingat selama ini hanya ada dua bentuk unsure
carbon murni yang dikenal, yaitu grafit dan intan.
Struktur C60 tersebut diberi nama buckminsterfullerene atau disebut juga
bucky ball. Nama ini dipilih karena strukturnya menyerupai bangunan berkubah
seperti bola yang dirancang oleh seorang arsitek Amerika Serikat, Rbuckminster
Fuller untuk World Exhibition 1967 di montreal Kanada. Dalam perkembangan
berikutnya, molekul C60 ini lebih dikenal dengan nama fullerene dan digunakan pula
untuk CNT.
Struktur CNT mirip dengan fullerene. Bedanya atom-atom carbon pada
fullerene membentuk struktur seperti bola, sedangkan CNT berbentuk seperti tabung
yang tiap ujungnya ditutup oleh atom-atom carbon yang berbentuk setengah struktur
fullerene.
Struktur CNT pertama kali ditemukan oleh Sumio Ijima dari NEC
Laboratories di jepang. Berdasarkan jumlah cangkang yang dibentuknya, ada dua
golongan utama CNT, yaitu single waled carbon nanotube (SWCNT) yang hanya
membentuk satu cangkang dan multiwaled carbon nanotube (MWCNT) yang
berbentuk lebih dari satu cangkang atau berlapis.
Silinder CNT sering digambarkan sebagai lembaran-lembaran grapheme yang
digulung. Silinder yang dibentuk dikarakterisasi berdasarkan diameter dan sudut
kiralnya. Atau oleh nilai indeks (n,m). struktur CNT bernilai indeks (n,0) disebut
struktur zigzag. Jika nilai indeksnya (n,n) strukturnya disebut armchair. Struktur
lainnya adalah intermediate yaitu antara zigzag dan armchair.
Gambar 3 Lembaran graphene
Lembaran graphene digulung membentuk CNT (a). pada gambar 3b, a1 dan a2
menyatakan vector kisi, sedangkan Ch = na1 + ma2 adalah vector penggulung. Garis
putus-putus menandai susunan atom-atom carbon pada CNT yang mewakili indeks
(n,0) atau struktur zigzag, dan indeks (n,n) struktur armchair. T menyatakan vector
translasi. Bagian yang diberi warna menyatakan bagian yang akan digulung.
Molekul CNT sangat kuat, ulet, fleksibel, dan tidak mudah patah. Pada
tekanan tinggi, molekul-molekul CNT dapat bergabung membentuk struktur seperti
tali yang disebut nanorope. Ada dua macam nanorope, yang pertama terbentuk karena
adanya gaya Van Der Walls, kemudian yang terbentuk karena ikatan kovalen antar
molekul CNT.
Nilai indeks (n,m) SWCNT menentukan sifat listriknya. Struktur armchair
bersifat seperti logam, struktur zigzag dapat bersifat semilogam atau semikonduktor,
bergantung pada ukuran diameter spesifiknya, sedangkan struktur intermediate
bersifat semilogam dan semikonduktor. Pada MWCNT, meskipun terjadi interaksi
antar cangkang yang mempengaruhi sifat listriknya, iasanya pengaruhnya sangat kecil
dan suka diabaikan.
III. PEMBUATAN CARBON NANOTUBE
Beberapa metode dikembangkan untuk menghasilkan nanotube karbon
dengan kualitas yang unggul di antaranya electric arc discharge, laser ablation, dan
catalytic chemical vapour deposition (CCVD) [8]. Aplikasi CNT dalam Industri
memerlukan produksi CNT dalam skala besar sehingga sangat diharapkan CNT dapat
diproduksi dengan biaya murah. Pembuatan CNT dengan menggunakan metode arc
discharge dan laser ablation menghasilkan kualitas yang baik dan kemurnian yang
tinggi namun memerlukan biaya yang besar dalam proses produksinya sehingga tidak
efektif untuk diproduksi dalam jumlah besar dalam skala industri. Dari hasil beberapa
penelitian, dilaporkan bahwa pembuatan CNT dengan menggunakan metode CCVD
dapat menghasilkan nanotube karbon dengan kualitas yang baik dan biaya produksi
yang murah. Prinsip penumbuhan nanotube karbon dengan metode CCVD adalah
dekomposisi termal senyawa hidrokarbon dengan bantuan katalis partikel metal.
Spray pyrolysis merupakan salah satu tipe dalam metode CCVD dimana sumber
karbon dalam bentuk hidrokarbon cair berperan sebagai pelarut katalis yang
kemudian larutan tersebut diinjeksikan ke dalam tungku pemanas. Spray pyrolysis
merupakan metode yang sederhana dalam menghasilkan CNT dengan kualitas yang
baik, biaya produksi yang murah, dan dapat diproduksi dalam skala besar.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan system reactor Spray Pirolisis
seperti pada gambar di bawah.
Gambar 4. Sistem reaktor spray pyrolysis yang digunakan dalam eksperimen.
Reaktor terdiri dari tungku pemanas dengan panjang 39 cm yang dilengkapi dengan
lapisan keramik dengan diameter 6,5 cm, pipa stainless steel dengan panjang 143 cm
dan lebar 2 cm. Alat suntik digunakan sebagai pembuat droplet dengan kapasitas 10
ml. Dalam penumbuhan serbuk nanotube karbon, benzene (C6H6, BR-0220 TEDIA)
digunakan sebagai sumber karbon dan ferrocene (Fe(C5H5)2) dengan kemurnian
98% Aldrich) sebagai katalis. Benzene dipilih sebagai sumber karbon karena
memiliki struktur hexagonal sehingga memungkinkan nanotube karbon mudah
terbentuk. Sedangkan ferrocene dipilih sebagai katalis karena bersifat mudah larut
dalam senyawa hidrokarbon. Eksperimen dilakukan dengan memvariasikan massa
ferrocene dalam 10 ml benzene pada temperatur 850 °C dimana nilai temperatur
tersebut sesuai dengan rentang temperatur yang memungkinkan nanotube karbon
dapat terbentuk dengan menggunakan metode CCVD yaitu pada temperatur 550 –
1200 °C.
Larutan benzene-ferrocene disemprotkan ke dalam pipa pemanas dengan
menggunakan alat suntik tanpa bantuan gas pembawa pada saat temperatur telah
mencapai 850 °C. Diharapkan larutan terperangkap di daerah panas. Oleh karena itu
posisi pipa diatur sedemikian rupa sehingga droplet jatuh di tempat yang diharapkan.
Lebar pipa yang hanya memiliki diameter 2 cm menyisakan celah yang cukup lebar
dari lapisan keramik pemanas. Untuk itu digunakan lapisan isolator yang bertujuan
untuk menahan panas agar tidak merambat ke sisi pipa di luar tungku pemanas
sehingga terjadi pemanasan optimal di dalam pipa. Setelah larutan disemprotkan
kemudian temperatur diturunkan hingga mencapai temperatur ruang. Proses
penumbuhan serbuk nanotube karbon diulang dengan cara yang sama untuk
mengetahui pengaruh waktu pemanasan pada temperature yang sama dan dengan
massa ferrocene 0,6 gram dalam 10 ml benzene.
Dalam metode spray pyrolysis, nanotube karbon terbentuk dengan adanya
proses dekomposisi senyawa hidrokarbon sebagai sumber karbon dengan bantuan
metal transisi sebagai katalis. Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa yang paling
sering digunakan sebagai sumber karbon dalam pembuatan nanotube karbon dengan
menggunakan metode CCVD. Senyawa hidrokarbon pertama kali digunakan oleh
Endo dkk. dalam pembuatan nanotube karbon dengan metode CCVD dengan
menggunakan benzene sebagai sumber karbon. Benzene dengan struktur kimia
berbentuk heksagonal menjadikan senyawa ini menjadi senyawa yang sering
digunakan dalam membuat nanotube karbon dibandingkan dengan senyawa
hidrokarbon lainnya. Kumpulan heksagon-heksagon ini nantinya akan membentuk
lembaran grafit yang kemudian tergulung membentuk nanotube karbon.
Beberapa peneliti telah memodelkan mekanisme penumbuhan nanotube
karbon meskipun demikian mekanisme penumbuhan nanotube karbon masih belum
dapat dipahami secara mendalam meskipun sudah banyak kemajuan dalam penelitian
nanotube karbon.
Dalam spray pyrolysis, larutan benzene-ferrocene masuk ke dalam tungku pemanas
dalam fasa cair berupa droplet kemudian berubah menjadi fasa uap karena adanya
proses pemanasan di dalam tungku. Selama larutan benzene-ferrocene dipanaskan di
dalam tungku, molekul-molekul ferrocene dan benzene akan putus secara termal
kemudian akan terjadi beberapa reaksi diantaranya dehidrogenasi, kondensasi cincin
benzene dan cyclopentadiene, pembukaan cincin benzene dan cyclopentadiene,
agglomerasi atom Fe satu sama lain yang kemudian membentuk cluster yang
ukurannya dapat bertambah selama proses penumbuhan. Ion Fe+2 akan tereduksi
menjadi logam Fe dimana akan mengkatalisasi proses dehidrogenasi benzene.
Molekul-molekul benzene yang terdehidrogenasi tersebut akan berikatan dengan
molekul benzene terdehidrogenasi lainnya membentuk lapisan grafit di permukaan
cluster yang kemudian cluster akan bergerak membentuk formasi silinder dan
berakhir di ujung silinder sampai diameter silinder yang terbentuk sama dengan
dimeter cluster. Kondisi ini berlangsung pada fasa uap. Ketika temperatur diturunkan
terjadilah perubahan fasa menjadi padat dalam bentuk nanotube karbon. Mekanisme
penumbuhan nanotube karbon tersebut ditunjukkan pada Gbr. 6.
Gambar 6. Mekanisme pembentukan nanotube karbon.
Hasil serbuk yang didapat kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan
SEM (Scanning electron Microscope) (JEOL JSM-6360 LA) dan EDX (Energy
Dispersive X-Ray) analysis.
Karakterisasi CNT Dengan SEM
Hasil SEM pada variasi massa ferrocene dalam 10 ml benzene ditampilkan
pada Gbr. 5 di bawah.
Gambar 5. Hasil karakterisasi SEM pada massa ferrocene: (a) 0,2 gram, (b) 0,4 gram,
(c) 0,6 gram, (d) 0,8 gram, dan (e) 1 gram.
Gambar 2a dan 2b menampilkan hasil SEM untuk massa ferrocene 0,2 gram
dan 0,4 gram dalam 10 ml benzene. Dari gambar terlihat bahwa serbuk yang
terbentuk didominasi oleh kumpulan granula. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian sedikit massa ferrocene menyebabkan tidak terbentuknya nanotube
karbon. Serbuk nanotube karbon dengan diameter 40-90 nm diperoleh dengan
penambahan ferrocene dengan massa 0,6 gram dalam 10 ml benzene seperti yang
ditunjukkan pada Gbr. 5c. Diketahui bahwa partikel katalis memiliki peranan penting
dalam penumbuhan nanotube karbon. Ukuran partikel katalis sangat berpengaruh
pada diameter nanotube karbon yang terbentuk dimana diameter nanotube karbon
yang terbentuk semakin membesar seiring dengan penambahan konsentrasi ferrocene.
Hal ini dapat dilihat pada Gbr. 5d dan 5e. Dari gambar terlihat bahwa semakin besar
massa ferrocene yang ditambahkan pada 10 ml benzene, semakin besar pula diameter
nanotube karbon yang terbentuk hingga mencapai di atas 100 nm. Hasil yang didapat
menegaskan bahwa atom Fe dalam ferrocene adalah kunci yang memegang peranan
penting dalam proses pembentukan nanotube karbon.
Dalam pembentukan nanotube karbon dengan metode CCVD, katalis
memiliki peranan penting di antaranya mengkatalisasi proses dehidrogenasi molekul
benzene sehingga menghasilkan ikatan heksagonal yang terdiri dari atom C.
Ferrocene dengan sifatnya sebagai katalis diketahui dapat menambah jumlah
nanotube karbon yang terbentuk. Selain itu ferrocene larut dalam senyawa non polar
sehingga menjadikan ferrocene sebagai kandidat utama katalis dalam pembentukan
nanotube karbon. Ferrocene akan terdekomposisi menjadi nanopartikel Fe dimana
akan berperan sebagai awal mula membentuk struktur tubular pada nanotube karbon.
Karakterisasi CNT Dengan EDX
Tabel 1. Hasil karakterisasi EDX pada variasi massa ferrocene
Keberadaan atom Fe dalam cluster pada pembentukkan nanotube karbon
tersebut didukung oleh hasil karakterisasi EDX seperti yang ditampilkan pada Tabel I
dimana semua serbuk yang diperoleh mengandung atom Fe. Hasil EDX untuk
pemberian massa ferrocene yang rendah (0,2 gram dan 0,4 gram) menunjukkan
bahwa semua serbuk mengandung atom C di bawah 90% sedangkan untuk serbuk
dengan massa ferrocene 0,6 gram, 0,8 gram, dan 1 gram, persentase atom karbon
mencapai di atas 90%. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan massa ferrocene
berpengaruh pada kenaikan persentase atom C dan menunjukkan pula bahwa
ferrocene berpengaruh pada jumlah nanotube karbon yang terbentuk.
Untuk mengetahui pengaruh waktu pemanasan pada proses penumbuhan nanotube
karbon, eksperimen dilakukan dengan waktu pemanasan antara 0-150 menit dengan
menjaga parameter lain tetap bernilai konstan. Hasil SEM pada variasi waktu
pemanasan ditampilkan pada Gbr. 7.
Pada saat waktu pemanasan mencapai 30 menit (Gambar 7a) serbuk yang
terbentuk berupa kumpulan granula. Dari gambar terlihat bahwa penambahan waktu
pemanasan mempengaruhi perubahan morfologi serbuk yang terbentuk. Hal ini dapat
dilihat pada Gambar 7b-7e. Gejala penumbuhan nanotube karbon mulai terlihat walau
demikian diameter nanotube karbon yang diperoleh masih berkisar antara 80-140 nm
dengan struktur yang tidak homogen. Hasil ini masih kurang baik jika dibandingkan
dengan serbuk yang diperoleh pada waktu pemanasan selama 0 menit. Hal ini
menunjukkan bahwa dari hasil karakterisasi SEM, penambahan waktu pemanasan
tidak berpengaruh pada perbaikan struktur serbuk nanotube karbon yang terbentuk.
IV. Aplikasi Pada Memory
Perangkat Memory Bucky Shuttle
Perangkat memory Bucky Shuttle adalah perangkat memory berukuran nano
(nanomemory device, NMD) yang terdiri atas bucky ball yang dikurung dalam CNT
seperti contoh yang ditunjukan pada gambar 8. CNT yang ditunjukan pada gambar 8
tersebut adalah C240. Diameter bagian luar CNT tersebut kira-kira 1,4 nm dan
panjangnya 2,0 nm. Bucky ball yang digunakan berisi sebuah ion kalium (K+),
sehingga menjadikannya bermuatan.
Struktur yang dibentuk oleh ion K+ dalam C60 dalam C240 ini (secara singkat
dinyatakan sebagai K+@C60@C240) ini dianggap sebagai perangkat terkecil yang
dibuat. Disamping penggunaan struktur tersebut, ada beberapa alternative lain yang
juga dipertimbangkan, misalnya penggunaan CNT dengan ukuran yang lebih panjang,
atau penggunaan satu atau lebih CNT lain untuk menggantikan Bucky ball.
Status perangkat memory ditentukan oleh lokasi buckyball. Saat berada pada
satu sisi CNT, ia dianggap menyatakan bit 0, dan pada sisi lainnya menyatakan bit 1.
Stabilnya posisi buckyball pada kedua ujung CNT disebabkan oleh adanya gaya Van
Der Walls antara buckyball dengan bagian ujung CNT tersebut.
Gambar 8.
Status 0 dan 1 pada perangkat memory bucky shuttle
Gambar 9.
Potensial energy ion K@C60+ pada posisi yang berbeda dalam CNT. Garis
tegas menyatakan kondisi tanpa medan listrik. Garis putus-putus menyatakan
kondisi dibawah pengaruh medan listrik.
Gambar 10.
Skema high density memory board yang tersusun atas molekul-molekul CNT
dilihat dari atas (a) dan samping (b). saat tegangan listrik dialirkan antara
konduktor b dan C, informasi bit disimpan pada element memory bC (ditandai
warna abu-abu).
Untuk menyusun sel RAM yang besar, CNT dapat disusun membentuk
kumpulan yang rapat, dan ditempatkan diantara dua lapisan kawat penghantar seperti
yang ditunjukan pada gambar 11. Kawat pnghantar yang digunakan dapat berupa
logam, atau nanowire yang dibuat dari CNT. Jika kawat penghantar yang digunakan
juga dibuat dari CNT, hanya dibutuhkan satu CNT untuk ditempatkan diantara kawat-
kawat tersebut.
Gambar 11.
(a)NMD 4-bit. (b) 1 bit digambar secara rinci.
Perangkat Memory Berarsitektur Suspended Nanoube
CNT dapat digunakan sebagai kawat molekuler untuk menyusun nonvolatile
RAM. Sebagai elemen perangkat memory berarsitektur suspended nanotube, CNT
dipasang menggantung serta disusun saling bersilang dan bertumpuk di atas substrat.
Substrat yang digunakan terdiri atas lapisan penghantar (conducting layer), seperti
silicon dengan kadar ketidakmurnian yang tinggi yang diberi lapisan dielektrik tipis,
seperti silicon dioksida (SiO2) gambar 12. Posisi on dan off pada perangkat memory
ini ditunjukan pada gambar 14.
Gambar 12
Gambaran 3 dimensi suspended nanotube device arsitecture yang menunjukan
empat junction pada perangkat memory. Dua elemen pada keadaan on (saling
bersentuhan) dan dua elemen lagi pada keadaan off (terpisah).
Gambar 13
Gambaran perangkat memory suspended nanotube dipandang dari atas. CNT
digambarkan sebagai garis-garis hitam menyilang, dan blok pendukung CNT
digambarkan sebagai kotak-kotak kecil, sedangkan eektroda yang digunakan
digambarkan sebagai kotak-kotak berlabel 1,2,3,….m dan 1,2,3,….n.
Gambar 14
Gambaran struktur elemen perangkat memory suspended nanotube pada
keadaan off (atas) dan on (bawah).
Memory Nonvolatile Berbasis CNT dengan Lpisan Oksida-Nitrida
Oksida sebagai Charge Trap
CNT-field-effect transistor (CNTFET) dapat digunakan untuk membuat
memory nonvolatile dengan kerapatan sangat tinggi. CNT digunakan sebagai chanel
berukuran nano, sedangkan lapisan SiO2-Si3N4-SiO2 (ONO) digunakan sebagai node
penyimpan muatan. Struktur perangkat memory ini ditampilkan pada gambar 15.
Muatan disimpan pada lapisan ONO. Muatan yang disimpan akan
meningkatkan threshold voltage sebesar 60 mV (a quantized increment of 60 mV).
Hal ini menunjukan bahwa ONO memiliki trap dengan keadaan energy
terkuasikuantisasi. Keadaan ini berhubungan dengan medan listrik kuat terlokalisasi
pada CNT chanel.
Gambar 15
Memory nonvolatile berbasis CNT dengan ONO charge trap
Gambar 16
Medan listrik antara CNT dan gate
V. PERTANYAAN PERSENTASI
Fenfen :
Bagaimana mekanisme lebih lanjut karakterisasi EDX untuk sintesis CNT dengan
menggunakan teknik spraypirolisis?
Eko:
Bagaimana mekanisme berpindahnya kalium pada Buckyball pada aplikasi memory?
Mengapa harus memakai ferrocene?
Karena ferrocene larut dalam senyawa nonpolar, disini ferrocene bertindak sebagai
katalis dalam pembentukan CNT. Ferrocene ini akan terdekomposisi menjadi
nanopartikel Fe dimana akan berperan sebagai awal mula membentuk struktur tubular
pada nanotube karbon.
Tika:
Pengaruh temperature pada spray pirolisis?
Kenaikaan temperature berfungsi untuk pemutusan ikatan molekul ferrocene dan
benzene, sehingga semakin tinggi suhu maka pemutusan ikatan akan semakin cepat.
Mengapa pada proses pembuatan memory melibatkan bucky ball?
Friska:
Bagaimana proses pembuatan nanotube (fungsi cluster,benzene,dan bagaimana jenis
ikatannya)!
Dalam spray pyrolysis, larutan benzene-ferrocene masuk ke dalam tungku pemanas
dalam fasa cair berupa droplet kemudian berubah menjadi fasa uap karena adanya
proses pemanasan di dalam tungku. Selama larutan benzene-ferrocene dipanaskan di
dalam tungku, molekul-molekul ferrocene dan benzene akan putus secara termal
kemudian akan terjadi beberapa reaksi diantaranya dehidrogenasi, kondensasi cincin
benzene dan cyclopentadiene, pembukaan cincin benzene dan cyclopentadiene,
agglomerasi atom Fe satu sama lain yang kemudian membentuk cluster yang
ukurannya dapat bertambah selama proses penumbuhan. Ion Fe+2 akan tereduksi
menjadi logam Fe dimana akan mengkatalisasi proses dehidrogenasi benzene.
Molekul-molekul benzene yang terdehidrogenasi tersebut akan berikatan dengan
molekul benzene terdehidrogenasi lainnya membentuk lapisan grafit di permukaan
cluster yang kemudian cluster akan bergerak membentuk formasi silinder dan
berakhir di ujung silinder sampai diameter silinder yang terbentuk sama dengan
dimeter cluster. Kondisi ini berlangsung pada fasa uap. Ketika temperatur diturunkan
terjadilah perubahan fasa menjadi padat dalam bentuk nanotube karbon.
Anna:
Bagaimana proses pembuatan memorycard secara sistematik sebagai aplikasi dari
cnt?
Apa keunggulan memory cnt?
Monicc:
Bagaimana karakterisasi cnt, mengapa menggunakan EDX?
Jelaskan secara rinci tentag buckyball?