Top Banner
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 02823/A/SK/XI/90 TENTANG KRITERIA TERPERINCI, KELENGKAPAN PERMOHON DAN TATA LAKSANA P ENDAFTARAN OBAT JADI MENTERI KESEHATAN Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri Kesehatan No. 242/Men.Kes/SK/V/,1990 tanggal 28 Mei 1990 tentang Wajib Daftar Obat Jadi, perlu ditetapkan Kriteria Terperinci, Kelengkapan Permohonan dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Jadi. Mengingat : 1. Undang-undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok kesehatan (Lembaran Negara No. 131 Tahun 1960); 2. Undang-undang No. 7 Tahun 1963 tentang Farmasi (Lembaran Negara No. 81 Tahun 1963); 3. Ordonansi Obat Berbahaya Stbl. 1949 No. 377); 4. Ordonansi Obat Keras (Stbl 1937 No. 541); 5. Undang-undang No. 9 Tahun 1976 tentang Narkotika; 6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 242/Men.Kes/SK/V/1990 tanggal 28 Mei 1990 tentang Wajib Daftar Obat Jadi. Mencabut : Keputusan Menteri Kesehatan No. 3433/A/SK/80 tanggal 11 Nopember 1980 tentang Kriteria Terperinci, Kelengkapan Permohonan dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Jadi. M E M U T U S K A N ; Menetapkan : Pertama : KRITERIA TERPERINCI, KELENGKAPAN PERMOHONAN DAN TATA LAKSANA PENDAFTARAN OBAT JADI SEBAGAIMANA TERLAMPIR.
82

Cara Pendaftaran Obat Jadi

Dec 01, 2015

Download

Documents

Riak Waktu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Cara Pendaftaran Obat Jadi

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN Nomor : 02823/A/SK/XI/90

TENTANG

KRITERIA TERPERINCI, KELENGKAPAN PERMOHON

DAN TATA LAKSANA P ENDAFTARAN OBAT JADI

MENTERI KESEHATAN Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri

Kesehatan No. 242/Men.Kes/SK/V/,1990 tanggal 28 Mei 1990 tentang Wajib Daftar Obat Jadi, perlu ditetapkan Kriteria Terperinci, Kelengkapan Permohonan dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Jadi.

Mengingat : 1. Undang-undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok kesehatan (Lembaran Negara No. 131 Tahun 1960);

2. Undang-undang No. 7 Tahun 1963 tentang Farmasi (Lembaran Negara No. 81 Tahun 1963);

3. Ordonansi Obat Berbahaya Stbl. 1949 No. 377); 4. Ordonansi Obat Keras (Stbl 1937 No. 541); 5. Undang-undang No. 9 Tahun 1976 tentang

Narkotika; 6. Peraturan Menteri Kesehatan No.

242/Men.Kes/SK/V/1990 tanggal 28 Mei 1990 tentang Wajib Daftar Obat Jadi.

Mencabut : Keputusan Menteri Kesehatan No. 3433/A/SK/80

tanggal 11 Nopember 1980 tentang Kriteria Terperinci, Kelengkapan Permohonan dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Jadi.

M E M U T U S K A N ;

Menetapkan : Pertama : KRITERIA TERPERINCI, KELENGKAPAN

PERMOHONAN DAN TATA LAKSANA PENDAFTARAN OBAT JADI SEBAGAIMANA TERLAMPIR.

Page 2: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Kedua : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 20 Nopember 1990

a.n. Menteri Kesehatan RI Direktur Jenderal

Pengawasan Obat dan Makanan

( DRS. SLAMET SOESILO ) NIP: 140051341

Page 3: Cara Pendaftaran Obat Jadi

DAFTAR LAMPIRAN ISI SURAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NO. : 02823/A/SK//XI/90

TENTANG KRITERIA TERPERINCI KELENGKAPAN PERMOHONAN

DAN TATA LAKSANA PENDAFTARAN OBAT JADI BAB I BATASAN................................................................... 1 BAB II. OBAT JADI YANG DIDAFTARKAN....................... 2 BAB III. KETENTUAN PENDAFTARAN............................... 3 BAB IV FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN ..... 7

1.Keterangan Formulir Permohonan Pendaftaran........... 7 2.Contoh Formulir Permohonan Pendaftaran Obat Jadi 9

BAB V KATEGORI OBAT JADI DAN KELENGKAPAN PERMOHONAN PENDAFTARAN UNTUK MASING-MASING KATEGORI .............................................................. 29

1.Kategori Obat Jadi ...................................................... 29 2.Kelengkapan Permohonan Pendaftaran untuk masing-

masing kategori ........................................................ 30 BAB VI. PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR DAN KELENGKAPAN PENDAFTARAN ........................................ 35

1. Petunjuk Umum .............................................................. 35 2. Formulir A ...................................................................... 49 3. Formulir B....................................................................... 51 4. Formulir C1..................................................................... 58 5. Formulir C2..................................................................... 66 6. Formulir C3..................................................................... 76 7. Formulir C4..................................................................... 78 8. Formulir C5..................................................................... 80 9. Formulir D1 .................................................................... 80 10. Formulir D2 .................................................................... 81 11. Formulir D3 .................................................................... 81 12. Formulir D4 .................................................................... 82 13. Formulir D5 .................................................................... 82 14. Formulir E ...................................................................... 82

Page 4: Cara Pendaftaran Obat Jadi

BAB I B A T A S A N

Batasan beberapa istilah yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

1. Formulir adalah formulir pendaftaran obat jadi. 2. Formula adalah susunan beserta kadar zat berkhasiat dan zat

tambahan dalam obat jadi. 3. Kekuatan sediaan adalah kadar zat, berkhasiat dalam obat jadi. 4. Komposisi adalah susunan kualitatif dan kuantitatif zat

berkhasiat dalam obat jadi. 5. Obat jadi inovasi baru adalah obat jadi yang berisi zat

berkhasiat inovasi baru yang sebelumnya belum pernah terdaftar di Departemen Kesehatan RI.

6. Obat kuasi adalah sediaan yang mengandung obat yang kerjanya ringan dan biasa dipergunakan masyarakat untuk mengatasi keluhan ringan dengan cara penggunaan yang sederhana misalnya minyak angin.

7. Obat jadi "me too" adalah obat jadi dengan zat berkhasiat sama dengan obat jadi inovasi.

8. Pendaftar adalah industri farmasi atau pedagang besar farmasi yang telah mendapat izin usaha dari Menteri Kesehatan.

9. Persetujuan dengan persyaratan adalah persetujuan dengan persyaratan tertentu yang harus dipenuhi pendaftar seperti misalnya kewajiban melaporkan hasil monitoring mengenai efek samping.

10. Satuan kemasan adalah kemasan terkecil dengan penandaan yang lengkap sesuai peraturan tentang pembungkusan dan penandaan yang berlaku.

11. Takaran pemberian adalah takaran untuk tiap kali pemberian. 12. Uji klinis adalah pengujian dan pengamatan terhadap

pemakaian suatu obat yang dilakukan pada manusia. 13. Uji preklinis adalah pengujian dan pengamatan suatu obat

yang dilakukan sebelum digunakan atau dicoba pada manusia. 14. Zat berkhasiat adalah komponen dari obat jadi yang

mempunyai efek farmakologis. 15. Zat berkhasiat baru adalah zat berkhasiat yang belum pernah

dinilai dalam rangka pendaftaran. 16. Zat berkhasiat lama adalah zat berkhasiat yang telah dinilai

dalam angka pendaftaran dan telah disetujui untuk beredar. 17. Zat tambahan adalah komponen obat jadi yang dimaksudkan

sebagai zat pengisi, pelarut, pelapis, pembantu, propelan dan zat yang dimaksudkan untuk mempertinggi Kegunaan,

Page 5: Cara Pendaftaran Obat Jadi

kemantapan, keawetan atau sebagai zat warna dan tidak mempunyai efek farmakologis.

18. Zat tambahan baru adalah zat tambahan yang belum dikenal atau dipergunakan di Indonesia.

19. Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, psikotropika dan narkotika.

BAB II

OBAT JADI YANG DIDAFTARKAN 1. OBATJADI YANG DAPAT DIDAFTARKAN UNTUK

DIEDARKAN: 1.1. Obat jadi hasil produksi industri farmasi dalam negeri

yang telah memiliki izin usaha dari Menteri Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.2. Obat psikotropika baru yang terbukti lebih unggul dari obat psikotropika yang telah disetujui beredar.

1.3. Obat jadi impor yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1.3.1. Diproduksi oleh industri farmasi di luar negeri

yang sudah memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang diakui Departemen Kesehatan RI.

1.3.2. Untuk dapat mengetahui pakai industri farmasi dimaksud dalam butir 1.3.1. telah memenuhi persyaratan CPOB, harus dilakukan pemeriksaan setempat oleh petugas Departemen Kesehatan Rl atau oleh pejabat berwenang dari Negara yang bersangkutan yang telah mempunyai kerjasama bilateral dengan Indonesia menyangkut persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

1.4. Obat jadi untuk hewan. 1.4.1. Obat jadi untuk hewan wajib didaftarkan sebelum

diedarkan. 1.4.2. Penandaan obat jadi untuk hewan harus jelas

dibedakan dengan obat jadi untuk manusia. 1.4.3. Obat jadi untuk hewan yang dimaksudkan untuk

digunakan pada hewan potong tidak boleh

Page 6: Cara Pendaftaran Obat Jadi

meninggalkan sisa pada tubuh atau bagian tubuh pada saat hewan dipotong yang dapat membahayakan kesehatan manusia atau lingkungan.

2. OBAT JADI YANG DIDAFTARKAN UNTUK UJI KLINIK

2.1. Obat jadi baru atau obat jadi dengan indikasi baru yang telah disetujui beredar di Negara lain dan perlu dilakukan uji klinis di Indonesia untuk menyesuaikan dengan kondisi setempat.

2.2. Obat jadi baru atau obat jadi dengan indikasi baru yang belum disetujui beredar di Negara lain tetapi oleh Menteri dianggap sangat dibutuhkan.

2.3. Obat jadi yang dimaksud dalam butir 2 .1. dan 2.2. harus dapat dibuktikan bahwa obat jadi tersebut berkhasiat dan aman penggunaannya pada manusia subyek, dan memenuhi ketentuan dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 242/Men.Kes/SK/V/1990 tanggal 28 Mei 1990 tentang Wajib Daftar Obat Jadi.

BAB III

KETENTUAN PENDAFTARAN

1. PERMOHONAN PENDAFTARAN 1.1. Untuk obat jadi produksi dalam negeri permohonan

pendaftaran harus diajukan oleh industri farmasi yang memproduksinya dan telah memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang ditetapkan Menteri Kesehatan.

1.2. Untuk obat jadi impor, permohonan pendaftaran harus diajukan oleh industri farmasi atau pedagang besar farmasi yang ditunjuk produsennya di luar negeri dimana produsen tersebut telah memenuhi persyaratan Cara Produksi Obat Yang Baik (CPOB) yang diakui di Indonesia.

2. KELENGKAPAN PERMOHONAN

2.1. Kelengkapan permohonan pendaftaran meliputi; 2.1.1. Formulir permohonan pendaftaran yang telah diisi

lengkap. 2.1.2. Dokumen-dokumen yang harus dilampirkan.

Page 7: Cara Pendaftaran Obat Jadi

2.1.3. Contoh obat jadi untuk diserahkan dalam jumlah yang cukup untuk tiga kali pengujian.

2.2. Kelengkapan permohonan pendaftaran dimaksud dalam butir 2.1. disesuaikan dengan kategori obat jadi yang didaftarkan, seperti tercantum dalam Bab V.

2.3. Pengisian formulir dan kelengkapan pendaftaran sesuai petunjuk dalam Bab VI.

2.4. Formulir dan dokumen harus diserahkan dalam rangkap 2 (dua).

3. PENGAJUAN PERMOHONAN

3.1. Permohonan pendaftaran diajukan kepada Direktur Jenderal pengawasan obat dan Makanan Departemen Kesehatan.

3.2. Kepada pendaftaran berkas permohonan belum lengkap akan diberitahu secara tertulis.

3.3. Kepada pendaftar dimaksud pada butir 3.2. diberikan kesempatan untuk melengkapi berkas permohonannya dalam jangka waktu selambat-lambatnya empat bulan terhitung mulai tanggal pemberitahuan.

3.4. Bila batas waktu tersebut telah dilampaui dan pendaftar masih belum melengkapi berkas permohonannya, permohonan di tolak.

4. PENILAIAN

4.1. Penilaian dilakukan sesuai dengan kriteria sebagaimana disebutkan dalam Pasal 4, 7 dan 8 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 242/Men.Kes/sK/V/1990 tanggal 28 Mei 1990 tentang Wajib Daftar Obat Jadi.

4.2. Bila pada waktu penilaian di perlukan tambahan data, pendaftaran dan diberitahu secara tertulis.

4.3. Kepada pendaftar dimaksud pada butir 4.2. diberikan kesempatan untuk menyerahkan tambahan data yang diperlukan dalam jangka waktu selambat-lambatnya empat bulan terhitung mulai tanggal pemberitahuan.

4.4. Bila batas waktu tersebut telah dilampaui dan pendaftaran masih belum menyerahkan tambahan data yang diperlukan, maka akan diambil keputusan berdasarkan data yang telah diserahkan.

Page 8: Cara Pendaftaran Obat Jadi

5. KEPUTUSAN TERHADAP PERMOHONAN 5.1. Berdasarkan hasil penilaian, Direktur Jenderal

pengawasan Obat dan Makanan mengambil keputusan atas nama Menteri Kesehatan.

5.2. Keputusan dapat berupa persetujuan-persetujuan dengan persyaratan atau penolakan

5.3. Bagi permohonan yang disetujui atau disetujui dengan persyaratan akan diberikan surat persetujuan pendaftaran yang berisi ketentuan yang mengikat.

5.4. Penyimpangan dari ketentuan yang tertera dalam surat persetujuan pendaftaran mengakibatkan pembatalan persetujuan yang telah diberikan.

5.5. Bagi permohonan yang ditolak akan diberikan pemberitahuan tertulis menyebutkan alasan penolakan.

5.6. Dalam persetujuan dimaksud dalam butir 5.2. ditetapkan pula penggolongan obat jadi yang bersangkutan.

6. PELAKSANAAN PRODUKSI

6.1. Selambat-lambatnya bulan setelah tanggal surat persetujuan pendaftaran, pendaftar harus melaporkan pelaksanaan atau persiapan pelaksanaan produksi obat jadi yang bersangkutan Kepada Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI.

6.2. Selambat-lambatnya satu tahun setelah tanggal surat persetujuan pendaftaran, pendaftar harus sudah melakukan produksi dan mengedarkan obat jadi yang bersangkutan Pelaksanaan kegiatan produksi tersebut harus dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI disertai penyerahan contoh obat jadi dalam kemasan lengkap.

6.3. Apabila hal dimaksud dalam butir 6.1. dan 6.2. tidak dipenuhi, Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan atas nama Menteri Kesehatan dapat membatalkan persetujuan pendaftaran yang telah diberikan.

7. PELAKSANAAN IMPOR

7.1. Obat yang diimpor harus bersumber dari industri farmasi di luar negeri yang tercantum pada persetujuan pendaftarannya.

Page 9: Cara Pendaftaran Obat Jadi

7.2. Pelaksanaan impor dan penyaluran obat jadi impor harus dilakukan oleh pedagang besar farmasi importir yang mendaftarkan obat jadi impor yang bersangkutan.

7.3. Pelaksanaan impor dan penyaluran obat jadi impor yang didaftarkan oleh industri farmasi dilakukan oleh pedagang besar farmasi importir yang ditunjuk oleh pendaftar.

8. PENILAIAN KEMBALI

8.1. Penilaian kembali terhadap obat jadi yang pendaftaran telah disetujui dapat dilakukan setiap waktu berdasarkan data baru mengenai khasiat, keamanan dan mutu obat jadi yang bersangkutan yang berbeda dari data yang digunakan sebagai bahan penilaian pada waktu pendaftaran.

8.2. Atas dasar penilaian dimaksud dalam butir 8.1. Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan atas nama Menteri Kesehatan mengambil keputusan yang dapat berupa pembatalan persetujuan, atau perubahan persetujuan yang telah diberikan dengan persyaratan atau perubahan penggolongan obat.

8.3. Sementara menunggu hasil penilaian kembali dimaksud pada butir 8.1. Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan dapat mengambil tindakan pengamanan untuk melindungi masyarakat dari kemungkinan bahaya atau kerugian yang dapat ditimbulkan oleh penggunaan obat tersebut.

BAB I V FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN

1. KETERANGAN FORMULIR PERMOHONAN

PENDAFTARAN FORMULIR PERMOHONAN TERDIRI DARI FORMULIR A, B, C, D, DAN E

1.1. Formulir A

Formulir A berisi keterangan mengenai nama dan alamat pendaftar dan industri farmasi pembuat obat jadi impor serta keterangan umum mengenai obat jadi yang didaftarkan.

Page 10: Cara Pendaftaran Obat Jadi

1.2. Formulir B Formulir B berisi keterangan yang lengkap dan singkat mengenai obat jadi yang didaftarkan dan bersifat mengikat.

1.3. Formulir C\ Formulir C berisi uraian dan kesimpulan yang didasarkan pada dokumen yang harus dilampirkan yang daftarnya dicantumkan dalam formulir D dan harus mendukung keterangan yang tercantum dalam formulir B. 1.3.1. Formulir C 1 berisi uraian dan kesimpulan mutu

dan teknologi. 1.3.2. Formulir C 2 berisi uraian dan kesimpulan hasil uji

preklinis. 1.3.3. Formulir C 3 berisi uraian dan kesimpulan hasil uji

klinis. 1.3.4. Formulir C 4 berisi kesimpulan hasil uji preklinis

& uji klinis. 1.3.5. Formulir C 5 berisi uraian dan kesimpulan hasil uji

biofarmasi. 1.4. Formulir D Formulir D berisi daftar dokumen yang

dilampirkan. 1.4.1. Formulir D 1 berisi daftar dokumen administratif. 1.4.2. Formulir D 2 berisi daftar dokumen mutu dan

teknologi. 1.4.3. Formulir D 3 berisi daftar dokumen hasil uji

preklinis. 1.4.4. Formulir D 4 berisi daftar dokumen hasil uji klinis. 1.4.5. Formulir D 5 berisi daftar dokumen hasil uji

biofarmasi. 1.5. Formulir E

Formulir E berisi daftar nama dan jumlah contoh obat jadi yang diserahkan.

Page 11: Cara Pendaftaran Obat Jadi

2. CONTOH FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL

PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN

FORMULIR PERMOHONAN PENDAFTARAN OBAT JADI

Sebagai pelaksana Peraturan Menteri Kesehatan tentang Wajib Daftar Obat Jadi

(Per. Men. Kes. RI. No.24/Men.Kes/V/1990 Tgl. 28 Mei 1990)

Page 12: Cara Pendaftaran Obat Jadi

FORMULIR A

Nomor Pendaftaran ---------------------------------------*) Tanggal Disetujui/ Ditolak

Nomor Penerimaan KELAS ---------------------------------------*) Tanggal Penerimaan

Nama Obat Jadi : Tipe Bentuk Sediaan : Kode Kelas Terapeutik : ATC Kategori DDD Esensial Status/Gol Tunggal Kombinasi -------------------------------------------------- Jenis Kemasan _______________ Besar Harga Rp. Unit Bentuk Kemasan Lain : Yang Terdaftar : NOMOR PENDAFTARAN ----------------------------------------------------------------------------------------------------- Nama Industri Farmasi/ : PBF Pendaftar : Alamat : Alamat Surat Menyurat : ------------------------------------------------------------------------------------------------------ Nama Industri Farmasi Luar : Pemberi Lisensi/ khusus : Untuk Impor & Lisensi ) Alamat : Lokal Industri --------------------------------------------------------------------------------------------------*) LICS/IMPT Industri Asing LICS/AGT

*) tidak diisi oleh pemohon

Page 13: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Nama Obat Jadi : Nama Industri Farmasi :

FORMULIR B

1. Nama Obat Jadi

2. Bentuk Sediaan

3. Penerimaan

4. Formula, spesifikasi dan metoda pemeriksaan

5. Cara pembuatan singkat

6. Cara kerja obat

7. Indikasi

8. Posologi

9. Peringatan dan perhatian

10. Efek samping

11. Kontra indikasi

12. Interaksi obat

13. Cara penyimpanan

14. Rancangan penandaan

15. Isi periklanan

16. Nomor batch

17. Harga Jual Apotik

18. Informasi tambahan khusus untuk obat hewan:

Tujuan penggunaan

Waku tunggu untuk dipotong

Cara pemberian

Jenis makanan yang dapat dicampur dengan obat

( khusus untuk premix )

Page 14: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Nama Obat Jadi : Nama Industri Farmasi :

FORMULIR B

Lembar ke :

Page 15: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Nama Obat Jadi : Nama Industri Farmasi :

FORMULIR C1

Uraian dan kesimpulan data mutu

dan teknologi

Letak data dalam

dokumen

1. Formula No. Dokumen Hal

……………… …...

2. Prosedur Pembuatan No. Dokumen Hal

……………… …...

3. Spesifikasi dan metoda pengujian zat berkhasiat No. Dokumen Hal

……………… …...

4. Spesifikasi dan metoda pengujian zat tambahan No. Dokumen Hal

……………… …...

5. Spesifikasi dan metoda pengujian obat jadi No. Dokumen Hal

……………… …...

6. Spesifikasi dan metoda pengujian bahan

kemasan

No. Dokumen Hal

……………… …...

7. Metoda dan hasil pengujian stabilitas No. Dokumen Hal

……………… …...

8. Uraian singkat zat berkhasiat No. Dokumen Hal

……………… …...

Page 16: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Nama Obat Jadi : Nama Industri Farmasi :

FORMULIR C1

Lembar ke :

Uraian kesimpulan data mutu dan teknologi

Page 17: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Nama Obat Jadi : Nama Industri Farmasi :

FORMULIR C2

Uraian dan kesimpulan hasil uji preklinis

Letak data dalam

dokumen

1. FARMAKODINAMIK 1.1. Efek Obat terhadap berbagai organ

Susunan syaraf pusat Susunan syaraf otonom System kardiovaskuler System pernafasan System pencernaan Fungsi ginjal/ urogenital Fungsi hati System hematopoietik Pancaindera Kulit System hormonal Lain-lain………….

No. Dokumen Hal

……………… …...

1.2. Mula kerja, feel puncak dan masa kerja obat

No. Dokumen Hal

……………… …... 1.3. Hubungan dosis intensitas efek obat No. Dokumen Hal

……………… …...

1.4. Spesifikasi dari efek yang ditimbulkan No. Dokumen Hal

……………… …... 1.5. Tempat dan cara kerja obat No. Dokumen Hal

……………… …...

1.6. Toleransi/ ketergantungan No. Dokumen Hal

……………… …... 1.7. Interaksi obat No. Dokumen Hal

……………… …...

1.8. Hasil penelitian efek obat secara No. Dokumen Hal

Page 18: Cara Pendaftaran Obat Jadi

histologik dan biokimia ……………… …... 1.9. Efek terhadap parasit atau

mikroorganisme No. Dokumen Hal

……………… …...

1.10. Efek terapi obat pada hewan percobaan No. Dokumen Hal

……………… …... 2. FARMOKOKINETIK No. Dokumen Hal

……………… …...

2.1. Absorpsi obat No. Dokumen Hal

……………… …... 2.2. Distribusi obat No. Dokumen Hal

……………… …...

2.3. Metabolisme (biotransformasi) obat No. Dokumen Hal

……………… …... 2.4. Ekskresi obat No. Dokumen Hal

……………… …...

2.5. Waktu paruh eliminasi No. Dokumen Hal

……………… …...

2.6. Prosentase yang menembus sawar darah otak (Blood Brain Barrier)

No. Dokumen Hal

……………… …... 2.7. Prosentase yang menembus sawar uri

(Placental Barrier) No. Dokumen Hal

……………… …...

3. TOKSOLOGI No. Dokumen Hal

……………… …... 3.1. Toksisitas Akut No. Dokumen Hal

Page 19: Cara Pendaftaran Obat Jadi

LD. 50 Gejala-gejala dan kelainan yang timbul pada fungsi-fungsi penting Sebab kematinan pada hewan percobaan

……………… …...

3.2. Toksisitas subakut/ kronik Potensi toksit obat pada pemberian berulang kali sistem fisiologik, tingkah laku, reaksi biokimia dan organ-organ batas dosis aman Reversibilitas efek yang ditimbulkan Evek kumulatif Sebab kematian pada hewan percobaan

No. Dokumen Hal

……………… …...

3.3. efek teratogenik No. Dokumen Hal

……………… …...

3.4. efek karsinogenik No. Dokumen Hal

……………… …... 3.5. efek mutagenik No. Dokumen Hal

……………… …...

4. DATA LAIN YANG RELEVAN No. Dokumen Hal

……………… …... Catatan : Singkatan t berarti tunggal, singkatan k berarti kombinasi

Nama Obat Jadi : Nama Industri Farmasi :

FORMULIR C2

Uraian dan kesimpulan hasil

preklinis

Lembar ke :

Uraian kesimpulan data mutu dan teknologi

Page 20: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Nama Obat Jadi : Nama Industri Farmasi :

FORMULIR C3

Uraian dan kesimpulan hasil uji preklinis

Letak data dalam

dokumen

1. FARMAKODINAMIK 1.1.Efek Obat terhadap berbagai organ tubuh

manusia, in vitro maupun in vivo

No. Dokumen Hal

……………… …...

1.2.mula kerja, efek puncak dan masa kerja obat No. Dokumen Hal

……………… …... 1.3.hubungan dosis intensitas efek obat No. Dokumen Hal

……………… …...

1.4.spesifikasi dari efek yang ditimbulkan No. Dokumen Hal

……………… …... 1.5.tempat dan cara kerja obat No. Dokumen Hal

……………… …...

1.6.toleransi/ ketergantungan No. Dokumen Hal

……………… …... 1.7.interaksi obat No. Dokumen Hal

……………… …...

1.8.hasil penelitian efek obat secara histologik dan biokimia

No. Dokumen Hal

……………… …... 1.9.efek terhadap parasit atau mikroorganisme No. Dokumen Hal

……………… …...

1.10. efek terapi obat pada hewan percobaan No. Dokumen Hal

……………… …...

Page 21: Cara Pendaftaran Obat Jadi

2. FARMOKOKINETIK No. Dokumen Hal

……………… …...

2.1.absorpsi obat No. Dokumen Hal

……………… …... 2.2.Distribusi obat No. Dokumen Hal

……………… …...

2.3.Metabolisme (biotransformasi) obat No. Dokumen Hal

……………… …... 2.4.ekskresi obat No. Dokumen Hal

……………… …...

2.5.Waktu paruh eliminasi No. Dokumen Hal

……………… …...

3. UJI KHASIAT OBAT No. Dokumen Hal

……………… …... 4. UJI KEAMANAN OBAT No. Dokumen Hal

……………… …...

5. DATA LAIN YANG RELEVAN No. Dokumen Hal

……………… …... Catatan : singkatan t berarti tunggal, singkatan k berarti kombinasi

Page 22: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Nama Obat Jadi : Nama Industri Farmasi :

FORMULIR C3

Uraian dan kesimpulan hasil uji klinis

Lembar ke :

Uraian kesimpulan data mutu dan teknologi

Page 23: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Nama Obat Jadi : Nama Industri Farmasi :

FORMULIR C4

Uraian dan kesimpulan hasil

preklinis dan klinis

Lembar ke :

Uraian kesimpulan data mutu dan teknologi

Page 24: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Nama Obat Jadi : Nama Industri Farmasi :

FORMULIR C5

Uraian dan hasil uji biofarmasi

Lembar ke :

Uraian kesimpulan data mutu dan teknologi

Page 25: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Nama Obat Jadi : Nama Industri Farmasi :

FORMULIR D1

Daftar dokumen yang dilampirkan

Dokumen

Halaman

Data Administratif

Page 26: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Nama Obat Jadi : Nama Industri Farmasi :

FORMULIR D2

Daftar dokumen yang dilampirkan

Nomor Dokumen

Jumlah Halaman

Data Mutu dan Teknologi

Page 27: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Nama Obat Jadi : Nama Industri Farmasi :

FORMULIR D3

Daftar dokumen yang dilampirkan

Nomor Dokumen

Jumlah Halaman

Data hasil uji klinis

Page 28: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Nama Obat Jadi : Nama Industri Farmasi :

FORMULIR D4

Daftar dokumen yang dilampirkan

Nomor Dokumen

Jumlah Halaman

Data hasil uji klinis

Page 29: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Nama Obat Jadi : Nama Industri Farmasi :

FORMULIR D5

Daftar dokumen yang dilampirkan

Nomor Dokumen

Jumlah Halaman

Data hasil uji biofarmasi

Page 30: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Nama Obat Jadi : Nama Industri Farmasi :

FORMULIR E

Daftar contoh yang diserahkan

No Nama Bahan Jumlah Satuan

Page 31: Cara Pendaftaran Obat Jadi

B A B V

KATEGORI OBAT JADI DAN KELENGKAPAN PERMOHONAN PENDAFTARAN

UNTUK MASING-MASING KATEGORI

1. KATEGORI OBAT JADI. Obat jadi dikelompokkan dalam kategori sebagai berikut :

Kategori 1 : adalah obat jadi yang mengandung: 1.1. zat berkhasiat baru atau derivat baru dari zat

berkhasiat lama. 1.2. kombinasi baru dari zat berkhasiat baru dan zat

berkhasiat lama atau zat berkhasiat lama dan zat berkhasiat lama.

1.3. komposisi lama dalam bentuk sediaan baru. Kategori 2 : adalah obat jadi yang mengandung komposisi lama

dengan perubahan dosis pemberian dan perubahan kekuatan sediaan, atau dengan perubahan dosis pemberian tanpa perubahan kekuatan sediaan.

Kategori 3 : adalah obat jadi yang mengandung :

3.1. komposisi lama dengan perubahan atau penambahan indikasi.

3.2. komposisi lama dengan perubahan penandaan.

Kategori 4 : adalah obat jadi "me too”. Kategori 5 : adalah obat jadi yang mengandung komposisi lama

dengan zat tambahan baru yang belum dikenal dan belum pernah dipergunakan di Indonesia.

Kategori 6 : adalah obat jadi yang mengandung obat anti infeksi,

kontrasepsi oral, obat suntik serta obat jadi tertentu yang telah terdaftar dengan perubahan kemasan atau penambahan kemasan.

Kategori 7 : adalah obat jadi yang telah terdaftar dengan perubahan formula.

Kategori 8 : adalah obat kuasi

Page 32: Cara Pendaftaran Obat Jadi

2. KELENGKAPAN PERMOHONAN PENDAFTARAN UNTUK MASING-MASING KATEGORI. Kelengkapan permohonan untuk masing-masing kategori mengikuti ketentuan yang tercantum dalam daftar berikut.

Kategori Obat Jadi

FORMULIR A. FORMULIR B. FORMULIR C. C1. Uraian dan kesimpulan Data Mutu dan Teknologi.

1. Formula. 2. Prosedur pembuatan. 3. Spesifikasi dan metoda

pengujian zat berkhasiat. 4. Spesifikasi dan metoda

pengujian zat tambahan. 5. Spesifikasi dan metoda

pengujian obat jadi. 6. Spesifikasi dan metoda

pengujian bahan kemasan. 7. Metoda dan hasil pengujian

stabilita. 8. Uraian singkat sintesa zat

berkhasiat. C2. Uraian dan kesimpulan hasil preklinis. 1. Farmakodinamik.

1.1. Efek obat terhadap berbagai organ. Kategori Obat Jadi

1 2 3 4 5 6 7 8

1 2 3 4 5 6 7 8

Page 33: Cara Pendaftaran Obat Jadi

1.2. Mula kerja, efek puncak dan masa kerja obat.

1.3. Hubungan dosis-intensitas efek obat.

1.4. Spesifikasi dari efek yang ditimbulkan.

1.5. Tempat dan cara kerja obat. 1.6. Toleransi/ketergantungan. 1.7. Interaksi obat. 1.8. Hasil penelitian efek obat

secara histologik dan biokimia.

1.9. Efek terhadap parasit atau mikro-organisme

1.10. Efek terapi obat pada hewan percobaan yang sakit/ dibuat sakit

2. Farmakokinetik. 2.1. Absorpsi obat. 2.2. Distribusi obat. 2.3. Metabolisme

(Biotransformasi) obat. 2.4. Ekskresi obat. 2.5. Waktu paruh eliminasi. 2.6. Prosentase yang menembus

sawar darah otak (Blood Braun Barrier).

2.7. Prosentase yang menembus sawar uri (Placental Barrier).

3. Toksikologi.

3.1. Toksisitas akut. 3.2. Toksisitas sub-akut/kronik. 3.3. Efek teratogenik. 3.4. Efek karsinogenik. 3.5. Efek mutagenik.

4. Data lain yang relevan. C3. Uraian dan kesimpulan hasil uji klinis. Kategori Obat Jadi

1 2 3 4 5 6 7 8

Page 34: Cara Pendaftaran Obat Jadi

1. Farmakodinamik. 1.1. Pengaruh obat terhadap

berbagai tubuh manusia, in vitro maupun in vivo.

1.2. Mula kerja, efek puncak dan masa kerja obat.

1.3. Hubungan dosis-intensitas efek obat.

1.4. Spesifikasi dari efek yang ditimbulkan.

1.5. Tempat dan cara kerja obat. 1.6. Toleransi/ketergantungan. 1.7. Interaksi obat.

2. Farmakokinetik.

2.1. Absorpsi obat. 2.2. Distribusi obat. 2.3. Metabolisme

(Biotransformasi) obat. 2.4. Ekskresi obat. 2.5. Waktu paruh obat.

3. Uji khasiat obat. 4. Uji keamanan obat. 5. Data lain yang relevan. C4. Kesimpulan hasil uji preklinis dan klinis.

(disesuaikan dengan C2 dan C3 ) . C5. Uraian dan kesimpulan hasil uji biofarmasi. 1. Farmakokinetik.

1.1. Absorpsi obat. 1.2. Distribusi obat. 1.3. Metabolisme obat 1.4. Eliminasi obat

K

Page 35: Cara Pendaftaran Obat Jadi

kategori Obat Jadi 1 2 3 4 5 6 7 8

2. Ketersediaan/kesetaraan hayati. 3. Uji in vitro

3.1. Tes disolusi. 3.2. Ikatan protein.

FORMULIR D : D1. Dokumen administratif.

1. Obat jadi produksi dalam negeri: ijin industri farmasi.

2. Obat jadi impor. 2.1.Ijin industri

farmasi/pedagang besar farmasi.

2.2.Surat penunjukan dari produsen.

2.3. Sertifikat CPOB dari industri farmasi di luar negeri yang diakui oleh Departemen Kesehatan RI.

3. Obat jadi yang penemuan dan pengembangannya dilakukan di luar negeri : Surat keterangan dari yang berwenang bahwa telah terdaftar dan disetujui beredar di negara tempat penemuan dan pengembangannya.

4. Obat jadi yang diproduksi atas dasar lisensi:

Surat penunjukan pemberian lisensi dan perjanjian lisensi. 5. Sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). D2. Data Mutu dan Teknologi.

(Kelengkapannya sesuai dengan formulir C1).

Page 36: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Kategori Obat Jadi D3. Dokumen hasil uji preklinis. 1 2 3 4 5 6 7 8

(Kelengkapannya seusai dengan formulir C2).

1. Farmakodinamik. 2. Farmakokinetik. 3. Toksikologi.

D4. Dokumen hasil uji klinis.

(Kelengkapannya sesuai dengan formulir C3).

1. Farmakodinamik. 2. Farmakokinetik. 3. Uji khasiat obat. 4. Uji keamanan obat.

FORMULIR E : Contoh obat jadi dalam kemasan lengkap. Tanda

Berarti data dan dokumen yang bersangkutan harus dilampirkan

Tanda Berarti data dokumen yang bersangkutan harus dilampirkan hanya untuk zat berkhasiat baru.

Page 37: Cara Pendaftaran Obat Jadi

B A B VI

PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR DAN KELENGKAPAN

PENDAFTARAN

1. PETUNJUK UMUM. 1.1. Nama Generik :

Nama generic yang dimaksud dalam nama generik sesuai International Non Proprietary Name (INN), Farmakope Indonesia, Farmakope lain atau yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal pengawasan obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI sebagai nama generik.

1.2. Nama Dagang: 1.2.1. Nama dagang harus cukup jelas dan sebaiknya

tidak lebih dari satu kata. 1.2.2. Nama dagang harus berbeda jelas dengan nama

obat jadi lain dan tidak boleh sama atau mirip dengan nama generic zat berkhasiat yang dikandungnya maupun yang tidak dikandungnya, menggunakan kata-kata yang berlebihan atau berbau promosi, menggunakan kata-kata yang melanggar norma-norma kesusilaan, menggunakan satu nama untuk dua atau lebih bentuk sediaan dengan komposisi yang berbeda, Menggunakan lebih dari satu nama untuk suatu bentuk sediaan dengan komposisi yang sama.

1.3. Klasifikasi Terapeutik :

obat jadi dikelompokkan dalam kelas terapeutik sesuai dengan ketentuan mengenai klasifikasi Anatomical Therapeutical Chemical” (ATC) dan masing-masing kelas diberi nomor kode sebagai berikut : A. Saluran Pencernaan dan Metabolisme.

A01. Sediaan untuk mulut, stomatologi A. Sediaan untuk mulut, stomatologi

A02. Antasid, Antiflatulen dan Anti Ulkus peptik A. Antasid dan Antiflatulen B. Anti Ulkus peptik C. Lain-lain

Page 38: Cara Pendaftaran Obat Jadi

A03. Antispasmodik Saluran pencernaan dan

Antikolinergik A. Sintetik, termasuk papaverin B. Belladona dan derivatnva C. Kombinasi Antispasmodik dengan

Psikoleptik D. Kombinasi Antispasmodik dengan

Analgesik E. Kombinasi lainnya

A04 Antiemetik dan Antinausea A. Antiemetik dan Antinausea

A05 Kolagogum dan obat yang mempengaruhi hati A. Koleretik dan obat yang mempengaruhi

empedu B. Lipotropik dan obat yang mempengaruhi hati C. Kolagogum dan Lipotropik dalam kombinasi

A06. Pencahar

A. Pencahar A07 Antidiare, Anti inflamasi Intestin/Antiinfeksi

A. Antiinfeksi Intestin B. Adsorben Intestin C. Kombinasi Elektrolit dan Karbohidrat D. Antipropulsip E. Antiinflamasi Intestin

A08 Antiobesitas tidak termasuk obat untuk diet

A. Antiobesitas tidak termasuk obat untuk diet

A09. Digestan, termasuk Enzim Pencernaan A. Digestan, termasuk Enzim pencernaan

A10. Antidiabetik

A. Insulin dan sediaan Parenteral lainnva B. Antidiabetik Oral

A11. Vitamin

Page 39: Cara Pendaftaran Obat Jadi

A. Preparat multivitamin kombinasi dengan mineral

B. Preparat multivitamin tanpa mineral C. Vitamin A dan D, termasuk kombinasi

keduanya D. Vitamin B 1 tunggal dan kombinasi dengan

vitamin B6 dan B12 E. Vitamin B kompleks, kombinasi F. Vitamin C, termasuk kombinasi G. Vitamin lain-lain H. Vitamin lain-lain, kombinasi

A12 Sediaan suplemen mineral

A. Kalsium B. Kalium C. Sediaan suplemen mineral lain

A13 Tonikum

A. Tonikum

A14 Anabolik A. Anabolik steroid B. Anabolik lain-lain

A15 Stimulan apetit A16 Obat saluran pencernaan dan metabolisme

lainnya

B. Darah dan Hemopoietik. B01 Antikoagulan

A. Antikoagulan

B02 Antihemoroid B. Antifibrinolitik C. Vitamin K dan Lain-lain.

B03 Antianemi

A. Hematinik, besi dan kombinasi B. Vitamin B12 dan asam folat

B04 Sediaan antiateroma, menurunkan kolesterol

Page 40: Cara Pendaftaran Obat Jadi

A. Sediaan Antiateroma menurunkan kolesterol

B05 Substituen darah dan larutan infuse A. Darah, Fraksi darah B. Sediaan intravena (larutan) C. Larutan untuk irigasi D. Dialisa peritoneal E. Sediaan intravena tambahan (larutan) F. Hemodialisa

C. Sistem Kardiovaskuler.

C01 Terapi Jantung A. Glikosida jantung B. Antiaritmia C. Stimulan jantung dan pernafasan D. Terapi miokardial E. Sediaan jantung lain

C02 Hipotensif

A. Antiadrenergik, kerja sentral B. Antiadrenergik, penghambat ganglion C. Antiadrenergik, kerja perifer D. Obat yang bekerja pada otot polos arteriolar E. Obat yang bekerja pada sistem renin-

angiotensin F. Hipotensif lain G. Hipotensif dan diuretik dalam kombinasi

C03 Diuretik

A. "Low-ceiling diuretics”, tiazid B. "Low-ceiling diuretics”, tidak termasuk

tiazid C. "High-ceiling diuretics” D. "Sparing potassium” E. Kombinasi diuretic dan “sparing potassium”

C04 Vasodilator perifer

A. Vasodilator perifer

C06 Vasoprotektif A. Sediaan Antihemoroid topical B. Terapi Antivarikosis

Page 41: Cara Pendaftaran Obat Jadi

C. Obat untuk keseimbangan kapiler

C07 Penghambat reseptor beta A. Penghambat reseptor beta

D. Obat Kulit.

D01 Obat kulit, antifungi A. Sediaan tropikal, anti fungi B. Sediaan sistemik, anti fungi

D03 Sikatrisan, tidak termasuk plester obat ("medicated dressings")

A. Sikatrisan, tidak termasuk plester obat

D04 Antipruritis, termasuk antihistamin, anestetik, dll A. Antipruritis termasuk antihistamin anestetik,

dll

D05 "Coal tar", sulfur dan resorsinol A. "Coal tar", sulfur, dan resorsinol

D06 Obat kulit, antibiotic dan kemoterapetik A. Sediaan antibiotik topikal B. Sediaan kemoterapetik topikal

D07 Obat kulit, kortikosteroid

A. Kortikosteroid, tunggal B. Kortikosteroid, kombinasi dengan antibiotik

D08 Antiseptik dan desinfektan A. Antiseptik dan desinfektan

D09 Plester obat A. Plester obat

D10 Sediaan obat anti akne A. Sediaan anti akne

D11 Sediaan kulit lainnya A. Sediaan kulit lainnya

Page 42: Cara Pendaftaran Obat Jadi

G. Sistem Saluran Urin dan Hormon Genital.

G01 Antiinfeksi dan antiseptic ginekologi A. Antiinfeksi, tidak termasuk kombinasi

dengan kortikosteroid

G02 Obat ginekologi lain A. Oksitoksik B. Kontraseptik, tropical C. Obat ginekologi lain

G03 Hormon genital dan stimulan sistim genital

A. Hormon kontraseptik, sistemik B. Androgen, kombinasi C. Estrogen, kombinasi D. Progesteron, kombinasi E. Kombinasi androgen dan hormon genital

wanita F. Kombinasi progesteron dan estrogen G. Gonadotropin dan stimulan ovulasi lainnya H. Antiandrogen dan kombinasi X. Hormon genital lainnya

G04 Urologi

A. Antiseptik dan antiinfeksi saluran urin B. Obat urologi lain, termasuk antispasmodic

H. Sediaan Hormon Sistemik, Tidak Termasuk

Hormon Genital. H01 Hormon Pituitari

A. Hormon pituitari anterior B. Hormon pituitari posterior

H02 Kortikosteroid, sistemik

A. Kortikosteroid sistemik, tunggal B. Kortikosteroid sistemik, kombinasi C. Sediaan antiadrenal

H03 Terapi tiroid

A. Sediaan tiroid B. Sediaan antitiroid

Page 43: Cara Pendaftaran Obat Jadi

C. Terapi iodine

H04 Hormon pancreas A. Hormon glikogenolitik

H05 Kalsium homeostasis

A. Hormon paratiroid B. Hormon anti-paratiroid

J. Antiinfeksi Umum, Sistemik.

J01 Antibiotik, sistemik A. Tetrasiklin B. Kloramfenikol C. Penisilin, dengan efek peningkatan pada

gram-negati bacilli (misalnya ampisilin, amoksisilin, dll)

D. Sefalosporin E. Trimetoprim, tidak termasuk kombinasi

dengan sulfonamide F. Makrolid G. Streotomisin H. Penisilin (misalnya benzylpenisilin) I. Antibiotik lain

J02 Antimikotik sistemik, tidak termasuk griseofulvin

A. Antimikotik sistematik, tidak termasuk griseofulvin

J03 Kemoterapetiksistemik A. Sulfonamid B. Kemoterapetik lainnya

J04 Antituberkulosis, tidak termasuk streptomisin

A. Antituberkulosis, tidak termasuk streptomisin

J05 Antivirus, sistemik A. Obat yang mempengaruhi langsung pada

virus B. Obat imunostimulan C. Obat imunostimulan dan antivirus

J06 Imunosera dan immunoglobulin

A. Imunosera

Page 44: Cara Pendaftaran Obat Jadi

B. Imunoglobulin

J07 Vaksin A. Vaksin

J08 Antiinfeksi lain, termasuk antilepra

A. Antiinteksi lain, termasuk antilepra

L. Obat-obat Antineoplastik dan lmunosupresan.

L01 Obat-obat sitostatik A. Bahan pengalkilasi B. Antimetabolit C. Alkaloid tanaman dan bahan alam lainnya D. Antibiotik sitotoksik X. Sitostatik lainnya

M. Sistem Muskulo Skeletal.

M01 Obat-obat antiinflamasi dan anti-rematik A. Obat-obat antiinflamasi dan antirematik non

steroid

M02 Obat-obat topikal untuk nyeri persendian dan nyeri otot A. Obat-obat topikal untuk nyeri persendian dan

nyeri otot

M03 Relaksan otot A. Relaksan otot yang bekerja pada saraf perifer B. Relaksan otot yang bekerja pada saraf pusat C. Relaksan otot yang bekerja langsung

M04 Sediaan antigout

A. Sediaan antigout

M05 Obat-obat lain untuk kelainan sistim muskulo skeletal

N. Susunan Saraf Pusat.

N01 Anestetik

Page 45: Cara Pendaftaran Obat Jadi

A. Anestetik umum B. Anestetik lokal, tidak termasuk dermatologi

N02 Analgesik

A. Narkotik B. Analgesik dan antipiretik lainnya C. Sediaan antimigren

N03 Antiepilepsi

A. Antiepilepsi

N04 Obat-obat anti-Parkinsonisme A. Obat-obat anti-Parkinsonisme

N05 Psikoleptik

A. Neuroleptik B. Tranquilizer C. Hipnotik-sedatif

N06 Psikoanaleptik

A. Antidepresan B. Psikostimulan C. Kombinasi antara psikoleptik dengan

psikoanaleptik

N07 Obat-obat susunan saraf pusat lain termasuk parasimpatomimetik A. Parasimpatomimetik

P. Obat obat antiparasit.

P01 Antiprotozoa A. Anti amuba dan sejenisnya B. Anti malaria X. Anti protozoa lainnya

P02 Antelmintik

A. Anti sistosoma (Schistosomicides) X. Antelmintik lainnya

P03 Anti ektoparasit termasuk skabisid

(ectoparasiticides) A. Anti ektoparasit termasuk skabisid

Page 46: Cara Pendaftaran Obat Jadi

R. Sistem saluran pernafasan.

R01 Sediaan Nasal A. Sediaan Dekongestan Nasal topical

R02 Sediaan Tenggorokan

A. Sediaan tenggorokan

R03 Antiasma A. Bronkhodilator dan antiasma lainnya

termasuk R03B B. Stimulan saluran pernafasan

R04 Obat Kuasi

A. Obat Kuasi

R05 Sediaan obat batuk dan influenza A. Obat influenza tanpa antiinfeksi B. Ekspektoran C. Antitusif D. Dekongestan nasal sistemik E. Kombinasi antitusif dan ekspektoran

R06 Antihistamin sistemik

A. Antihistamin sistemik

R07 Obat-obat sistim saluran pernafasan lainnya A. Obat-obat sistim saluran pernafasan lainnya

S. Organ-organ sensorik.

S01 Obat mata A. Antiinfeksi B. Kortikosteroid C. Kombinasi Kortikosteroid dan antiinfeksi D. Obat mata lainnya

S02 Obat telinga

A. Antiinfeks B. Kortikosteroid C. Kombinasi antiinfeksi dan kortikosteroid D. Obat telinga lainnya

Page 47: Cara Pendaftaran Obat Jadi

S03 Sediaan obat mata dan telinga A. Antiinfeksi B. Kortikosteroid C. Kombinasi kortikosteroid dan antiinfeksi D. Sediaan obat mata dan telinga lainnya

V. Obat lain-lain.

V01 Alergen A. Alergen

V02 Obat-obat imunosupresan

C. Obat-obat imunosupresan

V03 Sediaan terapetik lainnya A. Sediaan terapetik lainnya

V04 Diagnostik

A. Media kontras B. Tes urin C. Diagnostik lainnya

V05 Antiseptik untuk pembedahan A. Antiseptik untuk Pembedahan

V06 Nutrisi umum

B. Penambah protein D. Nutrisi lainnya

V07 Sediaan non terapetik lainnya

A. Sediaan non terapetik lainnya

1.4. Kekuatan Sediaan :

Kekuatan sediaan dapat dinyatakan dengan bobot, volume atau potensi untuk: a. tiap satu satuan bentuk sediaan bagi tablet, kapsul, pil,

supositoria dan ovula; b. tiap gram atau % b/b bagi salep atau krem; c. tiap ml bagi larutan injeksi/serbuk injeksi; d. tiap 5 ml atau 15 ml bagi sirup, suspensi, emulsi,

eliksir, obat kumur; e. tiap ml atau % b/v bagi obat tetes; f. tiap bungkus bagi serbuk pemakaian oral;

Page 48: Cara Pendaftaran Obat Jadi

g. tiap gram bagi serbuk pemakaian luar; h. tiap wadah bagi aerosol dan sebagainya; i. tiap satuan luas permukaan atau tiap satuan bobot bagi

kasa atau plester; j. tiap liter bagi larutan infus.

1.5. Satuan Ukuran:

Kadar zat berkhasiat dan zat tambahan dinyatakan dengan satuan ukuran sebagai berikut : a. kilogram disingkat kg b. gram disingkat g c. miligram disingkat mg d. microgram disingkat mcg e. liter disingkat l f. milliliter disingkat ml g. meter disingkat m h. sentimeter disingkat cm i. gram ekivalen disingkat grek j. milligram ekivalen disingkat mgrek k. satuan internasional disingkat s.i.

1.6. Penulisan Zat Berkhasiat :

1.6.1 Zat berkhasiat dituliskan dalam nama generik sesuai dengan International Non Propriatary Name (lNN). Apabila tidak tercantum dalam INN digunakan nama sesuai dengan nama latin yang tercantum dalam Farmakope Indonesia. Bila nama generik belum ada, dituliskan nama kimianya sesuai dengan nomenklatur dari International Union of Pure and Applied chemistry (IUPAC) atau International Union of Biochemistry (lUB).Bila suatu zat mengikuti persyaratan salah satu Farmakope agar dicantumkan singkatan nama Farmakope yang bersangkutan, dengan nomor edisinya diantara tanda kurung di belakang namanya. Contoh : Asam Asetilsatisilat (FI .Ed.III).

1.6.2 zat berkhasiat dalam bentuk ester atau garam

dituliskan bentuk ester atau garamnya.

Page 49: Cara Pendaftaran Obat Jadi

1.6.3 Rumus kimia semua zat berkhasiat termasuk garam anorganik yang mengandung air kristal harus dituliskan ke cara tepat termasuk air kristal yang dikandungnya.

1.6.4 Sesepora logam (trace element) dituliskan rumus kimia garamnya yang tepat termasuk air kristal yang dikandungnya disamping logamnya.

1.7. Penulisan Zat Tambahan :

Zat tambahan dituliskan sesuai dengan nama yang tercantum dalam FI dan EFI. Bila zat tersebut tidak terdapat dalam FI dan FI, dituliskan nama sesuai dengan judul dalam Merck Index. Bila zat tersebut tidak terdapat dalam Merck Index, dituliskan nama kimianya sesuai dengan nomenklatur dari IUPAC, IUB. Zat tambahan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan Menteri Kesehatan tentang bahan tambahan makanan yanq diizinkan.

1.8. Penulisan Zat Warna :

Zat warna dituliskan dengan nama sederhana yang umum dan harus dituliskan pula nomor indeks warnanya (CI number). Zat warna yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan Menteri Kesehatan tentang bahan tambahan makanan yang diizinkan

1.9. Bahasa Yang Dipergunakan

Naskah dan informasi yang diberikan pada pendaftaran obat jadi diberikan dalam bahasa Indonesia. Tetapi bila terdapat kesulitan dalam penterjemahan dapat diberikan dalam bahasa Inggris.

2. FORMULIR A

Data yang diminta dituliskan di atas formulir pada tempat yang disediakan.

Page 50: Cara Pendaftaran Obat Jadi

2.1. Nama Obat Jadi :

Nama obat jadi yang didaftarkan papa tempat berupa nama generic atau nama dagang sesuai dengan ketentuan mengenai nama generik dan nama dagang. Bilamana obat jadi mengandung kekuatan sediaan harus dituliskan pula secara lengkap. Misalnya : Klordiazepoksid 5 mg.

2.2. Bentuk Sediaan :

Bentuk sediaan harus dinyatakan secara terperinci seperti tablet salut gula; tablet salut enterik; tablet salut selaput dan sebagainya.

2.3. Kelas Terapeutik:

Kelas terapetik dinyatakan sesuai dengan ketentuan mengenai klasifikasi “Anatomical Chemical: (ATC). Bila suatu obat jadi termasuk dalam dua atau lebih kelas terapi harus dinyatakan semuanya dengan menunjukkan kelas terapi utamanya.

2.4. Jenis dan besar Kemasan:

Jenis kemasan harus dinyatakan secara terperinci seperti kaleng, botol gelas coklat, botol plastik, dus. Besar dan unit kemasan harus dinyatakan secara terperinci, seperti : - 1000 tablet : BESAR 1000

UNIT TABLET - 10 alufoil @10 tablet : BESAR 10 X 10

UNIT TABLET - 20 mililiter : BESAR 20

UNIT ML Jumlah obat jadi dalam satuan kemasan harus minimum rasional yaitu disesuaikan dengan dosis dan lama pengobatan yang lazim serta memperhitungkan efisiensi distribusi.

2.5. Harga :

Harga yang dicantumkan adalah harga jual Apotik persatuan kemasan yang berlaku untuk seluruh Indonesia.

Page 51: Cara Pendaftaran Obat Jadi

2.6. Bentuk Kemasan lain yang terdaftar dan Nomor

Pendaftaran:

Hanya diisi untuk kemasan lain yang nama dan bentuk sediaan obat jadinya sama dan telah terdaftar. Bentuk kemasan harus dinyatakan secara terperinci seperti pada 2.4.

2.7. Nama Industri Farmasi atau Pedagang Besar Farmasi

Pendaftar:

Nama industri farmasi atau pedagang besar farmasi pendaftar dituliskan sesuai dengan nama yang tercantum dalam surat ijin industri farmasi atau pedagang besar farmasi pendaftar. Untuk obat jadi impor atau lisensi, dituliskan nama industri farmasi luar negeri yang memproduksi obat jadi yang bersangkutan atau industri farmasi pembeli lisensi.

2.8. Alamat :

Untuk industri farmasi atau pedagang besar farmasi pendaftar, dituliskan alamat sesuai dengan yang tercantum dalam surat ijin industri farmasi atau pedagang besar farmasi pendaftar. Untuk obat jadi impor atau lisensi, dituliskan alamat industri farmasi luar negeri yang memproduksi obat jadi yang bersangkutan atau industri farmasi pemberi lisensi.

2.9. Penanggung jawab:

Adalah apoteker penanggung jawab pengawasan mutu dari industri farmasi pendaftar atau apoteker penanggung jawab pedagang besar farmasi importir pendaftar.

3. FORMULIR B.

Informasi yang diminta dituliskan pada lembar khusus yang disediakan bersama formulir B , dengan urutan sesuai nomor urut di sebelah kiri formulir . Pendaftar harus membubuhkan tanda

Page 52: Cara Pendaftaran Obat Jadi

silang pada kotak yang tersedia bila informasi yang dimintakan dapat diberikan. 3.1. Nama Obat Jadi :

Sesuai dengan yang dituliskan pada formulir A. 3.2. Bentuk Sediaan :

Sesuai dengan yang dituliskan pada formulir A. 3.3. Pemerian :

Harus dijelaskan bentuk warna, ukuran berat dan tanda-tanda khusus yang terdapat pada obat jadi tersebut.

3.4. Formula, Spesifikasi dan Metoda pemeriksaan:

3.4.1. Formula: Semua zat berkhasiat dan zat tambahan yang terkandung dalam obat jadi dituliskan sesuai dengan ketentuan mengenai cara penulisan zat berkhasiat, zat tambahan an zat warna.2at berkhasiat dan zat tambahan dituliskan dalam dua kelompok terpisah. Kadar masing-masing zat dituliskan sesuai dengan ketentuan mengenai kekuatan sediaan dan satuan ukuran. Kadar zat harus dituliskan dengan jelas dan tidak dengan kata "secukupnya” (q.s.). Untuk zat berkhasiat dalam bentuk garam/ester harus dituliskan kesetaraan terhadap zat aktifnya.

3.4.2. Spesifikasi dan Metoda pengujian : Spesifikasi dan metoda pengujian masing-masing zat berkhasiat dan zat tambahan yang digunakan harus dinyatakan, termasuk zat yang hilang atau bereaksi selama proses pembuatan. Bila spesifikasi-dan metoda pengujian mengikuti salah satu Farmakope cukup dituliskan dengan menunjuk Farmakope yang bersangkutan yang

Page 53: Cara Pendaftaran Obat Jadi

dilengkapi dengan nomor edisi dan nomor halamannya. Bila tidak mengikuti salah satu Farmakope dituliskan: "Sesuai dengan uraian pada formulir C1". Spesifikasi obat jadi dinyatakan dengan menguraikan pemerian (termasuk tanda pengenal pada tablet, kapsul dan lain-lain), bobot/volume obat jadi, tetapan fisika dan kimia, batas kadar atau potensi dan persyaratan-persyaratan lainnya (sterilitas, pirogenitas dan lain-lain). Metoda pengujian obat jadi cukup diterangkan prinsipnya saja. Bila mengikuti salah satu Farmakope cukup dituliskan Farmakope yang bersangkutan yang dilengkapi dengan nomor edisi dan nomor halamannya. Metoda pengujian yang perlu diterangkan meliputi metoda identifikasi, penetapan kadar atau potensi dan metoda pengujian khusus (sterilitas, pirogenitas, dan sebagainya).

3.5. Cara Pembuatan Singkat :

Harus diuraikan garis besar cara pembuatan secara skematis, meliputi hal yang prinsip seperti Na-sterilisasi, aseptis, dengan "laminar airflow", granulasi basah, granulasi kering dan sebagainya.

3.6. Cara Kerja Obat :

Harus disebutkan efek yang ditimbulkan oleh obat dan bagaimana efek tersebut dapat dicapai. Untuk obat seperti Antibiotik harus diuraikan cara kerjanya, bakterisid atau bakteriostatik, spektrum antibakterinya dan golongan kimianya.

3.7. Indikasi

Merupakan anjuran pemakaian obat dalam terapi. Harus dicantumkan jenis-jenis penyakit yang diindikasikan dan harus dinyatakan apakah obat tersebut untuk penyembuhan atau untuk pencegahan

Page 54: Cara Pendaftaran Obat Jadi

3.8. Posologi :

Disebutkan cara pemakaian, jumlah pemakaian, frekuensi pemakaian dan lama pemakaian. Cara pemakaian harus disebutkan dengan jelas. Misalnya: injeksi, intravena, intramuskuler atau yang lain. Untuk jumlah pemakaian harus dinyatakan dalam takaran yang lazim dan batas-batas untuk orang dewasa maupun anak. Yang dimaksud dengan frekuensi pemakaian ialah jumlah pemberian dalam satu hari atau tiap berapa jam obat itu diberikan. Lama pemakaian diuraikan dengan menyebutkan berapa lama obat itu harus/boleh diberikan berapa lama pemakaian harus dihentikan sebelum dipakai kembali atau berapa lama obati itu minimal harus digunakan.

3.9. Peringatan dan Perhatian :

Dijelaskan akibat-akibat yang mungkin terjadi dan harus diperhatikan pada pemakaian obat, terutama pada keadaan-keadaan tertentu, serta anjuran untuk tidak menggunakan obat tersebut pada keadaan-keadaan tertentu untuk menghindarkan efek-efek yang tidak dikehendaki.

3.10. Efek Samping :

Macam-macam efek yang tidak dikehendaki yang mungkin dapat timbul pada pemberian obat. Disebutkan juga frekuensinya (bila ada), bahayanya, tindakan-tindakan yang perlu diambil bila efek samping tersebut benar-benar terjadi.

3.11. Kontra Indikasi :

Dijelaskan keadaan-keadaan tertentu dimana obat tidak boleh diberikan, misalnya pada wanita hamil atau menyusui, pada penderita dengan penyakit tertentu.

]

Page 55: Cara Pendaftaran Obat Jadi

3.12. Interaksi Obat :

Dijelaskan interaksi dengan obat lain atau makanan, dan anjuran untuk menyesuaikan skema dosis dalam hal mempergunakan obat lain yang dapat berinteraksi.

3.13. Cara Penyimpanan :

obat jadi yang memerlukan cara penyimpanan khusus agar dijelaskan kondisi penyimpanannya.

3.14. Rancangan Penandaan:

Yang dimaksud dengan rancangan penandaan yang lengkap adalah rancangan (“art work") dari etiket, brosur dan bungkus luar sesuai dengan peraturan tentang pembungkusan dan penandaan yang berlaku. Informasi minimal yang harus dicantumkan pada penandaan seperti tercantum dalam Tabel 1.

3.15. lsi Periklanan :

Yang dimaksud dengan isi periklanan adalah segala informasi direncanakan untuk dicantumkan dalam iklan baik untuk umum maupun untuk tenaga kesehatan. Isi periklanan harus didasarkan pada informasi yang disetujui pada Pendataran.

3.16. Nomor Batch :

Penandaan yang terdiri dari angka atau huruf atau gabungan keduanya yang merupakan tanda pengenal suatu batch, yang memungkinkan penelusuran kembali riwayat lengkap pembuatan batch tersebut, termasuk tahap-tahap produksi, pengawasan dan distribusi.

3.17. Harga Jual Apotik :

Harga yang dicantumkan adalah harga jual Apotik persatuan kemasan yang berlaku untuk seluruh Indonesia.

Page 56: Cara Pendaftaran Obat Jadi

3.18. Informasi Tambahan Khusus untuk Obat Hewan :

3.18.1. Tujuan penggunaan : Tuliskan hewan yang dapat diobati dengan obat jadi yang bersangkutan. Hewan yang dapat diobati dengan obat jadi tersebut tidak cukup hanya ditulis secara garis besar seperti binatang besar, binatang kecil, unggas, ikan dan lain sebagainya tetapi harus dituliskan spesiesnya. perlu diambil bila efek samping tersebut benar-benar terjadi.

Page 57: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Tabel 1 Informasi yang harus dicantumkan pada penandaan obat jadi

Informasi yang harus

dicantumkan Etiket Bungkus

luar Brosur Strip/

Blister Catch Cover

Ampul/ Vial

1. Nama obat jadi 2. Bobot neto/volume/isi 3. Komposisi Obat 4. Nama Industri Farmasi 5. alamat Industri Farmasi 6. Nomor Pendaftaran 7. Nomor Batch 8. Tanggal Kadaluarsa

(Jika Perlu) 9. Dosis 10. Cara Penggunaan 11. Cara kerja/farmakologi 12. Indikasi 13. Kontra indikasi 14. Efek samping 15. Interaksi obat 16. Peringatan/Perhatian 17. Cara penyimpanan 18. Tanda peringatan

OBT (untuk obat BT) 19. Harus dengan resep

dokter (untuk obat keras) 20. Lingkaran tanda khusus

obat keras/obat bebas/OBT

V V V V V V V V * - - * * - - * V V

V

V

V V V V V V V V * - - * * * - * V V

V

V

V V V V V V - -

V V V V V V V V V V

V -

V - - V - V V V - - - - - - - - - -

V -

V V V V V V V -

V V - V V V V V V V

V

V

V V V V V V V V - - - - - - - - V -

V -

Keterangan : Tanda V berarti informasi Harus dicantumkan. Tanda * berarti informasi boleh menunjuk pada brosur

3.18.2. Waktu tunggu untuk dipotong : Bila obat ditujukan untuk dipergunakan pada hewan potong, harus diberikan waktu tunggunya. Yang dimaksud dengan waktu tunggu adalah waktu minimal yang diperlukan mulai dari obat

Page 58: Cara Pendaftaran Obat Jadi

dipakaikan pada hewan sampai hewan boleh dipotong.

3.18.3. Cara pemberian :

Harus dijelaskan apakah obat jadi dapat diberikan dengan dicampur makanan atau harus diberikan langsung, secara disuntikkan, peroral dan lain sebagainya.

3.18.4. Jenis makanan yang dapat dicampur dengan obat

(khusus untuk premix) : Bila obat jadi dapat dicampur dengan makanan hewan, harus dijelaskan jenis makanan yang dapat dicampur sehingga didapatkan campuran yang merata dan stabil. Di samping itu harus dijelaskan berapa lama campuran obat dengan makanan tersebut dapat disimpan.

4. FORMULIR C1.

(Uraian dan kesimpulan Data Mutu dan Teknologi). Informasi yang dimintakan dituliskan pada lembar khusus yang disediakan bersama formulir C1 dengan urutan sesuai nomor urut di sebelah kiri formulir. Pemohon harus membubuhkan tanda silang pada kotak yang tersedia bila informasi yang dimintakan dapat diberikan. Pada kolom yang disediakan ditunjukkan letak data yang disimpulkan dalam dokumen yang dilampirkan pada formulir D2 dengan menuliskan nomor dokumen serta nomor halamannya dalam dokumen tersebut. Formulir C1 berisi uraian lengkap dan singkat mengenai data mutu dan teknologi. Harus dijelaskan juga dasar alasan penggunaan zat, alat, prosedur pembuatan maupun buku standar bila tidak dipakai Farmakope Indonesia atau Ekstra Farmakope Indonesia. Dasar alasan dapat diambil dari pustaka ilmiah, textbook maupun informasi dari produsen bahan baku. Sumber informasi harus dituliskan secara lengkap sebagaimana lazimnya bila menunjuk suatu naskah ilmiah.

4.1. Formula :

Page 59: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Dalam formula harus dituliskan semua zat berkhasiat dan zat tambahan yang digunakan, termasuk zat yang digunakan, termasuk zat yang hilang atau bereaksi selama proses pembuatan. Penulisan masing-masing zat mengikuti ketentuan cara penulisan zat berkhasiat, zat tambahan dan zat warna. Penulisan jumlah masing-masing zat mengikuti ketentuan mengenai satuan ukuran. Dalam beberapa hal perlu dijelaskan fungsi masing-masing zat tambahan beserta dasar pemilihannya dengan mempertimbangkan segi mutu, stabilitas, bioavailabilitas dan interaksi.

4.2. Prosedur Pembuatan :

Prosedur pembuatan harus diuraikan tahap demi tahap mulai penimbangan bahan baku sampai dengan pengemasan terakhir. Uraian tersebut meliputi pula pengujian yang dilakukan selama proses pembuatan ("inprocess control"). Dalam beberapa hal harus dijelaskan alasan pemilihan prosedur pembuatan, pemilihan alat serta pengujian yang dilakukan. Untuk setiap bentuk sediaan, kelengkapan uraian prosedur pembuatan termasuk "inprocess control" hendaknya mengikuti petunjuk di bawah ini. 4.2.1. Tablet.

Dalam prosedur pembuatan perlu diterangkan mengenai lama waktu tiap pengaduan pada pencampuran bahan-bahan obat, kepekatan mucilage yang digunakan, serta cara mencampurkan atau melarutkan pengawet ke dalam masa obat; ayakan (nomor "mesh") untuk granulat basah dan kering, lama pengeringan ke serta suhu pengeringan granulat basah; suhu dan kelembaban udara dalam ruangan mesin tablet serta ruangan pengepakan pada pembuatan tablet tertentu, dan apakah pada waktu mengemas ditambah zat penyerap air atau" air dryer". Selain hal tersebut di atas, khusus pada pembuatan tablet bersalut gula atau selaput perlu ditambahkan keterangan mengenai suhu dan

Page 60: Cara Pendaftaran Obat Jadi

banyak larutan penyalut serta interval waktu tiap penambahan ; suhu dan waktu tiap tingkatan yakni tingkatan lapisan dasar ( "undercoating"), lapisan "subcoating^, pewarna (" translucent") lapisan terakhir ("polishing" ), suhu dan waktu mengaliri udara panas/kering tiap dilakukan: khusus untuk " spray coating", harus diterangkan tekanan udara/compresor untuk spray tersebut ; penyimpanan dan pengepakan dalam wadah akhir apakah ditambah zat penyerap air/"air dryer", dalam " in-process control" sebelum dicetak jadi tablet perlu diterangkan persyaratan mengenai berat granulat kering yang diperoleh; kadar air dalam granulat kering; kadar zat berkhasiat dan bila ada kualitas granulat. Dalam" inprocess control" selama dicetak jadi tablet perlu diterangkan persyaratan mengenai bobot rata-rata tiap tablet; kekerasan dan daya hancur tiap tablet dan frekuensi pengontrolan. Dalam " inprocess control" setelah selesai dicetak atau disalut perlu diterangkan persyaratan mengenai keseragaman bobot; kekerasan; daya hancur; mutu kualitatif dan kuantitatif zat berkhasiat; isi tiap wadah akhir; kebocoran aluminiumfoil atau blister dan lain-lain.

4.2.2. Obat suntik, tetes mata dan larutan steril lain.

Dalam prosedur pembuatan perlu diterangkan mengenai cara dan urutan melarutkan bahan termasuk penggunaan gas inert(jenis gas inert) dan cara membebaskan air dari gas CO2 dan/atau 02; penyaringan larutan yang meliputi jenis dan "pore size" saringan, berapa kali penyaringan dilakukan dan apakah penyaringan di Bantu dengan penghisapan atau tekanan udara,derajat halus dari tiap-tiap bahan untuk suspensi steril; Cara sterilisasi secara terperinci; bila diperlukan kerja aseptis agar diterangkan cara mensterilkan ruangan tempat penyaringan dan pengisian cairan , mesin pengisi dan alat perlengkapan lainnya, bahan baku, wadah dan perlengkapan pekerja (masker, topi,jas kerja).

Page 61: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Bila pekerjaan (penyaringan/pengisian) dilakukan dalam "laminar flow cabinet" agar diterangkan. Dalam " inprocess control" sebelum disaring perlu diterangkan persyaratan mengenai pH dan mutu zat berkhasiat. Dalam "inprocess control" setelah disaring dan sebelum pengisian ke dalam wadah perlu diterangkan persyaratan mengenai pH, kadar zat berkhasiat dan sterilitas dari larutan dan wadah akhir (untuk sediaan yang dikerjakan secara aseptik). Dalam "inprocess control" secara pengisian ke dalam wadah perlu diterangkan persyaratan mengenai "inprocess control" setelah selesai pengujian ke dalam wadah perlu diterangkan persyaratan mengenai kebocoran ampul/vial, jumlah ampul/vial yang dihasilkan. Dalam “inprocess control” setelah selesai sterilisasi perlu diterangkan persyaratan mengenai kebocoran, kejernihan, keseragaman volume, pH, mutu zat berkhasiat, kadar zat berkhasiat, sterilitas, batas pirogen (untuk larutan injeksi yang volumenya lebih dari 10 ml per satuan dosis), tes histamine, batas keracunan untuk sediaan tertentu isotomi dan lain-lain.

4.2.3. Kapsul.

Dalam prosedur pembuatan perlu diterangkan mengenai suhu dan kelembaban udara dalam ruangan pengisi kapsul; bobot rata-rata tiap kapsul; apakah pada pengepakan ke dalam wadah akhir ditambah zat penyerap lembab/air dryer". Dalam "inprocess control" sebelum pengisian kapsul perlu diterangkan persyaratan mengenai kadar zat berkhasiat; homogenitas; dan kadar air (bila perlu). D alam "inprocess control" selama pengisian kapsul perlu diterangkan persyaratan mengenai bobot rata-rata isi tiap kapsul; daya hancur; dan interval waktu pengontrolan tersebut. Dalam "inprocess control" setelah selesai pengisian kapsul perlu diterangkan persyaratan mengenai keseragaman bobot rata-rata kapsul; daya hancur; mutu zat berkhasiat, kadar zat berkhasiat,

Page 62: Cara Pendaftaran Obat Jadi

kebocoran aluminium foil atau blister dan lain-lain.

4.2.4. Cairan dan larutan.

Dalam prosedur pembuatan perlu diterangkan mengenai cara-cara melarutkan bahan; cara mereaksikan bahan-bahan (bila diperlukan); penyaringan larutan; bobot/volume tiap wadah. Dalam "inprocess control” sebelum pengisian ke dalam wadah dan setelah penyaringan perlu diterangkan persyaratan mengenai pH, bobot spesifik, kekentalan, mutu zat berkhasiat, kadar zat berkhasiat, kebocoran wadah, jumlah hasil jadi yang diperoleh dan lain-lain.

4.2.5. Emulsi, Suspensi dan Krem.

Dalam prosedur pembuatan perlu diterangkan mengenai derajat halus dari bahan baku; cara pengisian ke dalam wadah; bobot/volume tiap wadah. Dalam "inprocess control" sebelum pengisian kedalam wadah perlu diterangkan persyaratan mengenai jumlah emulsi atau suspensi atau krem yang diperoleh setelah selesai pengadukan atau pencampuran, homogenitas, bobot spesifik, kekentalan, mutu zat berkhasiat, kadar zat berkhasiat. Dalam "inprocess control" selama pengisian ke dalam wadah perlu diterangkan persyaratan mengenai keseragaman bobot, frekuensi pengontrolan. Dalam "inprocess control” setelah selesai pengisian ke dalam wadah perlu diterangkan persyaratan mengenai mutu zat berkhasiat , kadar zat berkhasiat, bobot spesifik, kekentalan, besar partikel, homogenitas, keseragaman volume atau bobot, kebocoran wadah, jumlah hasil yang diperoleh dan lain-lain.

4.2.6. Salep kulit dan Supositoria.

Dalam prosedur pembuatan perlu diterangkan mengenai derajat halus dari bahan baku; suhu dan waktu pemanasan atau pendinginan; cara dan waktu pencampuran, bobot atau volume tiap wadah atau tiap supositoria. Dalam "inprocess

Page 63: Cara Pendaftaran Obat Jadi

control" sebelum pengisian ke dalam wadah perlu diterangkan persyaratan mengenai mutu zat berkhasiat, Kadar zat berkhasiat, homogenitas besar partikel. Dalam "inprocess control" selama pengisian ke dalam wadah atau pencetakan supositoria perlu diterangkan persyaratan mengenai keseragaman bobot atau volume, frekuensi pengontrolan .dalam" inprocess control" setelah selesai pengisian ke dalam wadah atau pencetakan perlu diterangkan persyaratan mengenai keseragaman bobot atau volume, mutu zat berkhasiat, kadar zat berkhasiat, besar partikel, waktu hancur, titik leleh atau titik cair. Kebocoran wadah dan lain-lain. Khusus untuk supositoria diterangkan persyaratan mengenai kerenyahan atau kekerasan.

4.2.7. Salep mata.

Dalam prosedur pembuatan perlu diterangkan mengenai cara kerja secara aseptik yang meliputi cara mensterilkan ruangan penyaringan atau pengisian cairan, mesin pengisian dalam perlengkapan lainnya, bahan baku, wadah serta perlengkapan pekerja jenis saringan yang digunakan bila basis salep perlu dicairkan dan disaring lebih dahulu; hal-hal lain seperti pada salep kulit. Dalam "inprocess control" sebelum pengisian ke dalam tube atau wadah perlu diterangkan persyaratan mengenai homogenitas, besar partikel, sterilitas dari masa salep dan wadah akhir, kadar zat berkhasiat. Dalam "inprocess control" selama pengisian ke dalam tube atau wadah perlu diterangkan persyaratan "inprocess control” setelah selesai, ke dalam tube atau wadah akhir perlu diterangkan persyaratan mengenai keseragaman bobot, homogenitas, besar partikel, sterilitas, mutu zat berkhasiat, kadar zat berkhasiat, kebocoran wadah dan lain-lain

4.2.8. Tetes hidung dan telinga.

Kedua sediaan ini dapat dikategorikan pada cairan atau suspensi, maka “inprocess control” yang perlu

Page 64: Cara Pendaftaran Obat Jadi

diterangkan disesuaikan dengan hal-hal yang diuraikan dalam sediaan cairan dan suspensi.

4.3. Spesifikasi dan Metoda Pengujian Zat Berkhasiat ;

Spesifikasi dan metoda pengujian zat berkhasiat meliputi nama bahan (sesuai dengan ketentuan mengenai cara penulisan zat berkhasiat), rumus molekul; rumus bangun; bobot molekul; pemerian; uraian tentang tetapan fisika dan kimia; identifikasi; kemurnian serta cara pengujiannya; dan persyaratan serta metoda penetapan kadar atau potensi; pengujian khusus seperti pengujian sterilitas, pirogenitas, batas keracunan, antihistamin dan lain-lain, cara penyimpanannya. Bila tidak mengikuti Farmakope Indonesia atau Ekstra Farmakope lndonesia harus disebutkan Farmakope lain atau publikasi yang digunakan serta dasar pertimbangan penggunaannya. Bila mungkin dikemukakan perbandingan metoda pengujian yang digunakan dengan metoda dari Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia, Farmakope Lainnya atau metoda lainnya. Hal-hal yang harus dikemukakan dalam uraian pengujian khusus sekurangnya mengikuti petunjuk berikut : 4.3.1. Penetapan kadar atau potensi secara mikrobiologi.

Dalam penetapan kadar atau potensi secara mikrobiologi perlu diterangkan mengenai metoda yang digunakan; materi yang digunakan; perbenihan yang digunakan; masa inkubasi; cara perhitungan potensi atau kadar; batas ralat yang digunakan; baku pembanding dan sumber Pustaka.

4.3.2. Pengujian sterilitas. Dalam pengujian sterilitas perlu diterangkan mengenai metoda yang digunakan; perbenihan yang digunakan, jumlah hari pengamatan; bakteri pembanding untuk perbenihan; cara meniadakan daya pengawet dan antibiotic yang menghambat pertumbuhan mikroba dan sumber pustaka.

4.3.3. Pemeriksaan batas jasad renik. Dalam pengujian batas jasad renik perlu diterangkan mengenai metoda yang digunakan;

Page 65: Cara Pendaftaran Obat Jadi

perbenihan yang digunakan; masa inkubasi; cara pengamatan; cara meniadakan daya antibiotik dan pengawet yang menghambat pertumbuhan bakteri dan sumber pustaka.

4.3.4. Pengujian pirogenitas. Dalam pengujian pirogen perlu diterangkan mengenai metoda yang digunakan; hewan percobaan dan jumlah yang digunakan; alat pengukur suhu yang digunakan; cara penilaian hasil percobaan dan sumber pustaka.

4.3.5. Pengujian batas keracunan. Dalam pengujian batas keracunan perlu diterangkan mengenai metoda yang digunakan; hewan percobaan yang digunakan dan jumlahnya; cara pengamatan; cara perhitungan dan sumber pustaka.

4.3.6. Pengujian Histamin dan zat mirip Histamin. Dalam pengujian Histamin dan zat mirip Histamin perlu diterangkan mengenai metoda yang digunakan; baku pembanding yang digunakan; hewan percobaan dan jumlah yang digunakan; cara penilaian dan sumber pustaka.

4.4. Spesifikasi dan Metoda Pengujian Zat Tambahan: Kelengkapan yang diperlukan sama dengan spesifikasi dan metoda pengujian zat berkhasiat.

4.5. Spesifikasi dan Metoda Pengujian Obat Jadi : Spesifikasi dan metoda pengujian obat jadi meliputi pemerian; bobot atau volume; uraian tentang tetapan fisika dan kimia; identifikasi zat berkhasiat dalam obat jadi; persyaratan serta metoda penentuan kadar atau potensi; pengujian khusus antara lain pengujian sterilitas; pirogenitas; batas keracunan; zat Histamin dan mirip Histamin dan lain-lain serta cara penyimpanan. Harus dikemukakan dasar pertimbangan pemilihan spesifikasi dan metoda pengujian yang digunakan. Bila mungkin dikemukakan perbandingan metoda pengujian yang digunakan dengan metoda lain. Kelengkapan yang

Page 66: Cara Pendaftaran Obat Jadi

diperlukan untuk pengujian sterilitas, pengujian batas jasad renik, pengujian pirogen, pengujian batas keracunan serta pengujian Histamin dan zat mirip Histamin dapat dilihat pada petunjuk spesifikasi dan metoda pengujian zat berkhasiat. Beberapa pengujian khusus sekurang-kurangnya mengikuti petunjuk berikut : 4.5.1. Penetapan potensi/kadar secara biologic obat

suntik tertentu. Informasi yang harus diberikan meliputi metoda penentuan; spesies dan jumlah hewan percobaan; gejala yang diamati; jumlah hari pengamatan; cara penilaian/perhitungan; batas ralat yang digunakan; baku pembanding dan sumber pustaka.

4.5.2. Penetapan kadar khusus seperti aktivitas enzime. Informasi yang harus diberikan meliputi metoda penetapan secara. lengkap; baku pembanding yang digunakan dan sumber pustaka.

4.5.3. Pengujian keracunan khas untuk vaksin. Informasi yang harus diberikan meliputi metoda yang digunakan; hewan percobaan dan jumlah yang digunakan; gejala yang diamati; jumlah hari pengamatan dan sumber pustaka.

4.5.4. Pengujian keracunan abnormal untuk serum anti. Informasi yang harus diberikan meliputi metoda yang digunakan; hewan percobaan dan jumlah yang digunakan; cara pengamatan; cara perhitungan dan sumber pustaka.

4.6. Spesifikasi dan Metoda Pengujian Bahan Kemasan: Spesifikasi dan metoda pengujian bahan kemasan meliputi nama bahan; identitas yang khas; persyaratan; prosedur pengujian dan syarat batas. Bila mungkin dikemukakan pula dasar pertimbangan pemilihan spesifikasi dan metoda pengujian yang digunakan.

4.7. Metoda pengujian stabilitas: Harus diberikan keterangan mengenai hal-hal yang diamati dalam menguji stabilitas obat jadi (misalnya dalam obat suntik, selain kadar zat berkhasiat persyaratan lain yang digunakan adalah sterilitas, pH, kejernihan dan

Page 67: Cara Pendaftaran Obat Jadi

sebagainya); metoda pengujian yang digunakan; kondisi (suhu, kelembaban udara dan lain-lain) yang dipergunakan untuk pengujian; lama percobaan; peralatan yang dipergunakan dalam stabilitas. Harus dijelaskan pula dasar pertimbangan atau pustaka yang dipakai sebagai dasar penyusunan metoda pengujian serta pemilihan metoda pengujian. Hasil pengujian stabilitas: Berikan semua hasil percobaan stabilitas tersebut di atas yang meliputi hasil urai yang terjadi serta apakah hasil urai ini mempengaruhi khasiat dan atau keamanan obat; hilangnya efektivitas pengawet; data lain yang relevan dengan stabilitas obat jadi; shelf-life (jangka waktu stabilitas) obat jadi serta perhitungannya. Apabila mungkin dapat percobaan stabilitas ini diberikan dalam bentuk tabel.

4.8. Uraian singkat sintesa Zat Berkhasiat : Uraian ini hanya diperlukan untuk zat berkhasiat yang belum tercantum dalam Farmakope-Farmakope. Uraian diberikan secara skematis dengan menggambarkan bahan asal, reaksi dalam setiap tahap sintesa, pemurniannya termasuk hasil antara, pelarut dan bahan tambahan lainnya, yang memungkinkan untuk menilai kemurnian, batas kemurnian serta metoda pengujian kemurniannya.

5. FORMULIR C2.

( Uraian dan kesimpulan hasil uji preklinis). Uraian dan kesimpulan hasil uji preklinis merupakan uraian lengkap dan ringkas serta kesimpulan hasil uji preklinis. 5.1. Farmakodinamik:

Uraian farmakodinamik harus meliputi metoda penelitian dan keterangan tentang hewan percobaan seperti jenis hewan percobaan yang digunakan ; umur dan jenis kelamin; dosis, banyaknya pemberian perhari, lama pemberian dan cara pemberian, parameter yang diukur.

Page 68: Cara Pendaftaran Obat Jadi

5.1.1. Efek obat terhadap berbagai organ.

Harus dijelaskan jenis organ yang dipengaruhi obat, efek yang ditimbulkan serta reversibilitas dari efek tersebut. Harus dijelaskan apakah percobaan dilakukan pada organ yang diisolasi, binatang yang dibius atau tidak dibius. Semua efek yang ditimbulkan harus dikemukakan baik yang menguntungkan maupun yang merugikan dan harus dijelaskan alasan parameter yang dipakai.

5.1.2. Mula kerja, efek puncak dan masa kerja obat. Harus disajikan dalam bentuk kurva yang menggambarkan hubungan antara efek obat dan waktu.

5.1.3. Hubungan dosis-intensitas efek obat. Harus disajikan dalam bentuk kurva sehingga dapat menggambarkan potensi, efek maksimum, variabilitas dan kecuraman efek obat. Bila mungkin data hasil penelitian di bandingkan dengan data obat lain yang dikenal dengan kerja serupa.

5.1.4. Spesifitas dari efek yang ditimbulkan. Misalnya apakah efek relaksasi suatu obat terhadap otot polos terbatas pada suatu organ tertentu atau tidak. Ini berarti bahwa screening terhadap efek farmakodinamik harus dikerjakan pada berbagai organ, sehingga diketahui spesifitas dari efek yang ditimbulkan.

5.1.5. Tempat dan cara kerja obat. Cukup jelas.

5.1.6. Toleransi/ketergantungan.

Bila obat digunakan untuk jangka lama, perlu ada data penelitian mengenai kemungkinan timbulnya toleransi/ketergantungan karena adanya perbedaan respons di antara berbagai spesies.

5.1.7. Interaksi obat.

Page 69: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Informasi ini terutama diperlukan bila diketahui senyawa induk( "parent compound") memperlihatkan interaksi . Bila perlu dijelaskan penyesuaian dosisnya untuk mendapatkan efek yang diinginkan.

5.1.8. Hasil penelitian efek obat secara histologik dan biokimia. Harus dijelaskan hasil penelitian histologik dan biokimia yang menyangkut efek yang diinginkan serta reversibilitasnya. Parameter yang diukur harus jelas dan cara pengukurannya harus dijelaskan.

5.1.9. Efek terhadap parasit atau mikroorganisme. Khusus untuk obat-obat Kemoterapi harus dijelaskan mengenai spectrum kerjanya dan batas-batas konsentrasi yang menimbulkan efek.

5.1.10. Efek terapi pada hewan percobaan yang sakit atau dibuat sakit. Data hanya diberikan bila percobaan mungkin dilakukan.

5.2. Farmakokinetik:

5.2.1. Absorpsi obat. Mencakup tempat absorpsi, jumlah yang diabsorpsi dan kecepatan absorpsi.

5.2.2. Distribusi obat. Mencakup kadar puncak dan waktu mencapainya, ikatan dengan protein plasma, dan kadar obat dalam berbagai jaringan.

5.2.3. Metabolisme (Biotransformasi) obat. Mencakup tempat terjadinya metabolisme, proses metabolisme, prosentase obat yang mengalami metabolisme dan adanya metabolit yang aktif atau toksik.

5.2.4. Ekskresi obat.

Page 70: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Mencakup tempat ekskresi, mekanisme ekskresi, kecepatan ekskresi, bentuk-bentuk dan prosentase masing-masing bentuk obat yang diekskresi, terutama bentuk yang aktif atau toksik.

5.2.5. Waktu paruh eliminasi. Waktu paruh eliminasi bentuk yang aktif dan yang toksik.

5.2.6. Prosentase yang menembus sawar darah otak( "Blood Brain Barrier'). Cukup jelas.

5.2.7. Prosentase yang menembus sawar uri

("Placental Barrier"). Harus dijelaskan pula ada banyak kemungkinan obat ditransfer ke air susu ibu.

5.3. Toksikologi:

5.3.1. Toksisitas akut.

a. Harus diberikan kesimpulan percobaan yang meliputi dosis letal 50% (LD 50) setelah pemberian tunggal, hasil pengamatan gejala-gejala dan kelainan yang timbul pada fungsi-fungsi penting dan sebab kematian hewan percobaan (dari hasil autopsy dan pengujian histologik).

b. Hewan percobaan: sekurang-kurangnya dua

roden dan satu non-roden, baik jantan maupun betina.

c. Cara pemberian obat: harus sesuai dengan cara

pemberian yang direncanakan pada manusia, misalnya bila obat direncanakan akan diberikan secara intravena, maka data pemberian dengan cara tersebut harus disertakan.

Page 71: Cara Pendaftaran Obat Jadi

d. Metoda: cara menentukan dosis letak 50% ( LD 50) harus menurut metoda yang lazim digunakan.

e. Observasi: harus dilakukan observasi yang

terperinci mengenai efek obat terhadap fungsi-fungsi penting, seperti gerak dan tingkah laku, pernapasan, dan timbulnya gejala-gejala yang jelas, seperti kejang dan muntah. Tanda-tanda ini seringkali menunjukkan sebab kematian; tanda-tanda ini harus dilengkapi dengan autopsi serta pengujian histologik . Observasi harus dilakukan sekurang-kurangnya selama dua minggu setelah pemberian obat, atau lebih lama bila tanda-tanda yang jelas bertahan atau terjadi kematian yang terlambat.

5.3.2. Toksisitas subakut/kronis.

a. Hasil percobaan harus menunjukkan potensi toksik obat pada pemberian berulang kali terhadap system fisiologik, tingkah laku reaksi biokimia (darah dan urin) dan organ-organ, batas dosis aman, reversibilitas efek yang ditimbulkan, efek kumulatif dan sebab kematian hewan percobaan (dari hasil autopsy dan pengujian histologik).

DATA TOKSISITAS JANGKA PANJANG PERLU DILAMPIRKAN APABILA OBAT DIGUNAKAN BERULANGKALI.

b. Hewan percobaan : sekurang-kurangnya dilakukan pada 2 spesies hewan, satu roden dan satu non-roden. Sedapat mungkin dipilih satu spesies yang responnya terhadap obat yang diselidiki paling mirip dengan respon pada manusia. Hewan percobaan harus sehat dan sudah dewasa, jantan maupun betina, dan bukan kelinci.

c. Lama pemberian obat: patokan lama

pemberian obat adalah sebagai berikut :

Page 72: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Lama penggunaan pada manusia

Anjuran lama pemberian obat pada hewan percobaan

- beberapa hari sampai 4 minggu - lebih dari 4 minggu

3 bulan 6 bulan (termasuk penelitian karsinogenik)

d. Cara pemberian obat: harus sesuai dengan cara

pemberian yang direncanakan akan diberikan pada manusia. Misalnya, untuk obat oral, maka data juga harus mengenai toksisitas jangka panjang dengan pemberian oral. Obat yang akan diberikan tiap hari pada manusia harus diberikan pada hewan percobaan 7 hari perminggu.

e. Dosis: sekurang-kurangnya tiga singkatan

dosis, sehingga terlihat hubungan dosis efek. Dosis tertinggi harus memperlihatkan efek toksik yang jelas. Tetapi hanya mematikan sebagian kecil hewan percobaan. Dosis terendah harus memperlihatkan efek farmakologi dengan efek samping yang minimal. Dosis menengah memperlihatkan efek toksik minimal.

f. Kontrol : kelompok kontrol yaitu kelompok

hewan percobaan yang tidak diberi obat, tetapi mendapat perlakuan yang sama seperti hewan yang mendapat obat, Kelompok ini diperlukan untuk dapat menyimpulkan apakah suatu kelainan disebabkan oleh obat atau oleh hal lain (terjadi spontan).

g. Observasi : pada interval waktu yang sesuai,

harus dilakukan observasi terhadap perubahan rupa, keadaan dan tingkah laku hewan percobaan, setiap pengujian terhadap darah, urin, mata, sistem kardiovaskuler dan lain-lain.

Page 73: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Pada semua hewan yang mati atau dibunuh harus dilakukan pemeriksaan berat organ, pengujian patologik mikroskopik terhadap semua jaringan utama, dan pengujian mikroskopik terhadap organ yang tampak mengalami kelainan. Beberapa hewan dari kelompok dosis tertinggi dan kelompok kontrol masih terus diobservasi setelah obat dihentikan, untuk melihat apakah kelainan organ reversible atau tidak. Kelainan yang tidak dapat dijelaskan harus diteliti lebih lanjut.

5.3.3. Efek teratogenik.

a. Hasil percobaan harus menunjukkan potensi obat untuk menimbulkan kelainan/cacat bawaan pada janin.

DATA TERATOGENIK PERLU DILAMPIRKAN BILA ADA KEMUNGKINAN OBAT DIGUNAKAN PADA WANITA DALAM MASA REPRODUKSI.

b. Hewan percobaan : paling sedikit harus 2 spesies, roden dan non-roden.

c. Dosis : 3 tingkatan dosis. Dosis tertinggi harus

subtoksis (dosis maksimal yang dapat ditoleransi induk hewan) atau hanya menimbulkan toksisitas minimal. Dosis terendah harus di bawah dosis toksik dan dekat dengan dosis efektif pada hewan atau dosis terapi yang direncanakan.

d. Cara pemberian obat : Obat diberikan selama

kehamilan dengan cara pemberian yang sama dengan cara pemberian yang digunakan dalam klinik. Untuk obat yang akan digunakan secara topikal dalam klinik, dan telah terbukti tidak

Page 74: Cara Pendaftaran Obat Jadi

mengalami absorpsi sistemik tidak diperlukan data teratogenik.

e. Kontrol : Kelompok kontrol, yang

diperlakukan sama tetapi tanpa obat, harus selalu digunakan.

f. Observasi : dilakukan pada induk selama obat

diberikan, dan pada janin yang didapat dengan seksio sesaria dan yang dilahirkan. Pengujian patologik janin dengan kelainan luar dan janin yang tampak normal harus dilakukan untuk mengetahui kelainan pada organ dalam dan pada rangka. Bila ditemukan efek teratogenik, harus dilampirkan data mengenai hubungan antara dosis dan timbulnya efek teratogenik.

5.3.4. Efek karsinogenik,

a. Hasil percobaan harus menunjukkan potensi obat untuk menimbulkan efek karsinogenik.

b. Prioritas : Pada dasarnya semua obat perlu

dilengkapi data karsinogenik. Data tersebut diprioritaskan untuk obat-obat yang mempunyai ciri-ciri berikut : 1. Secara kimia dan farmakologi mirip

dengan suatu zat yang dikenal sebagai karsinogen atau yang diduga merupakan karsinogen.

2. Menghasilkan metabolit yang mirip dengan suatu karsinogen.

3. Mempengaruhi mitosis atau mengganggu jaringan yang tumbuh cepat (seperti system hematopoietik, mukosa usus halus) dalam waktu yang relatif singkat.

4. Tinggal dalam jaringan tubuh untuk jangka waktu yang lama.

5. Dimaksudkan untuk pengobatan jangka panjang.

6. Dimaksudkan untuk diberikan pada penderita-penderita tertentu, seperti bayi, wanita hamil/menyusui.

Page 75: Cara Pendaftaran Obat Jadi

DATA KARSINOGENIK OBAT-OBAT DI LUAR KETENTUAN INI PERLU DISUSULKAN BILA TELAH ADA.

c. Hewan percobaan : Paling sedikit digunakan 2 spesies, roden dan non-roden. Roden yang digunakan umumnya tikus, mencit atau hamster. Pada kebanyakan uji karsinogenisitas, strain "outbred" memberikan hasil yang memuaskan, tetapi efek karsinogenik kadang-kadang lebih mudah diketahui train "inbred". Sedapat mungkin digunakan hewan percobaan yang sehat, "pathogen-controlled" dan dijauhkan dari zat-zat yang bersifat karsinogen. Uji karsinogenisitas sebaiknya dilakukan pada hewan jantan dan betina, dan juga harus dilakukan pada kelompok control.

d. Lama penyelidikan : Selama masa hidup hewan percobaan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk tikus dan hamster, dan 18 bulan untuk mencit.

e. Dosis : Sekurang-kurangnya digunakan 3

tingkatan dosis. Dosis tertinggi dalam batas-batas toksik, tetapi sebagian besar hewan percobaan tetap hidup lama. Dosis menengah ialah dosis yang memungkinkan hewan percobaan tetap hidup sehat, dan tidak memperpendek masa hidupnya. Dosis terendah sekurang-kurangnya digunakan dosis terapi.

f. Cara pemberian obat : Harus menjamin adanya

absorpsi obat, yang mencapai kadar sama tinggi dengan yang dicapai pada manusia. Pemberian obat harus dilakukan setiap hari, sekurang-kurangnya 5 hari per minggu.

g. Observasi : Nekropsi dilakukan pada semua

hewan. Pengujian makroskopik dilakukan pada

Page 76: Cara Pendaftaran Obat Jadi

semua jaringan, dan pemeriksaan mikroskopik pada jaringan yang timbul kelainan dan organ-organ standar seperti paru-paru, hati, limpa, kandung kemih dan ginjal.

5.3.5. Efek mutagenik.

5.4. Data lain yang relevan :

Pemohon hendaknya melengkapi permohonannya dengan uraian dan kesimpulan yang menyangkut hal-hal lain yang tidak tercantum dalam formulir C3, tetapi diperlukan untuk menunjang penilaian mengenai kemanfaatan atau khasiat dan keamanan.

6. FORMULIR C3.

(Uraian dan kesimpulan hasil uji klinis). 6.1. Farmakodinamik:

Hasil percobaan sedapat mungkin disajikan dalam bentuk tabel atau kurva disertai kesimpulannya Informasi harus dilengkapi dengan keterangan mengenai manusia yang menjalani uji klinis. Cara pemberian harus sama dengan yang direncanakan pada pengobatan. 6.1.1. Pengaruh obat terhadap berbagai organ tubuh

manusia, in vitro maupun in vivo. 6.1.2. Mula kerja, efek puncak dan masa kerja obat. 6.1.3. Hubungan dosis-intensitas efek obat. 6.1.4. Spesifitas dari efek yang ditimbulkan. 6.1.5. Tempat dan cara kerja obat. 6.1.6. Toleransi/ketergantungan. 6.1.7. Interaksi obat.

6.2. Farmakokinetik :

6.2.1. Absorpsi obat, Untuk obat yang digunakan secara lokal, bila jumlah yang diabsorpsi cukup berarti (mungkin

Page 77: Cara Pendaftaran Obat Jadi

setelah penggunaan pada permukaan tubuh yang luas) harus diberikan data yang lengkap.

6.2.2. Distribusi obat. 6.2.3. Metabolisme obat. 6.2.4. Ekskresi obat. 6.2.5. Waktu paruh eliminasi. (Uraian untuk 6.1.1.

sampai dengan 6.2.5. sama dengan uraian pada hasil uji preklinis 5.2.).

6.3. Uji khasiat("efficacy") obat :

Harus dijelaskan mengenai pembuktian khasiat obat terhadap penyakit/keadaan yang dicantumkan dalam indikasi. Data ini harus berasal dari uji klinis ("Clinical Trial") yang memenuhi syarat-syarat dibawah ini. 6.3.1. Disain penelitian : Untuk dapat mengevaluasi hasil

pengobatan dengan baik harus dilakukan "randomized controlled clinical trial". Dalam beberapa hal diperlukan "cross-over design". Harus diusahakan sedikit mungkin bias dalam memilih subyek, prosedur observasi dan cara analisis data.

6.3.2. Subyek : perlu ditentukan criteria dalam

menentukan diagnosis. Jumlah subyek yang diikut sertakan harus memenuhi persyaratan “sample size" yang adekuat.

6.3.3. Pengobatan : harus dilakukan dengan obat jadi

yang didaftarkan. Dosis, cara pemberian, frekuensi dan lama pengobatan harus sesuai dengan rencana dalam pengobatan. Bila ada pengobatan yang dilakukan sebelumnya, bersama-sama atau sesudahnya, harus juga dijelaskan.

6.3.4. Observasi : dilakukan per kasus dan secara

menyeluruh.

6.3.5. Analisa data : harus dikerjakan dengan metoda statistik yang sesuai.

Page 78: Cara Pendaftaran Obat Jadi

6.4. Uji keamanan obat :

Harus dapat menunjukkan batas-batas dosis yang aman yang digunakan pada manusia; efek-efek yang merugikan pada manusia, baik mengenai macamnya, kapan terjadinya, frekuensinya dan beratnya. Dalam hal ini termasuk efek samping hipersensitivitas pada dosis terapi, serta reaksi akibat dosis berlebih.

6.5. Data lain yang relevan :

Pemohon hendaknya melengkapi permohonannya dengan uraian dan kesimpulan yang menyangkut hal-hal lain yang tidak tercantum dalam formulir C3, tetapi diperlukan untuk menunjang penilaian mengenai kemanfaataan atau khasiat dan keamanan. Misalnya data farmakokinetik yang lain seperti fenomena satu rasi, induksi atau inhibisi enzim metabolisme, yang mungkin diperlukan untuk obat-obat tertentu. Informasi tersebut di atas harus dievaluasi secara statistik hingga didapatkan kesimpulan mengenai efektivitas obat pada penggunaan yang diindikasikan; toleransi pasien ketepatan Pemilihan dosis; kontradiksi serta efek samping. Kesimpulan harus diberikan mulai dari evaluasi data hingga evaluasi mengenai rasio Khasiat/keamanannya. Evaluasi secara statistic yang dilakukan harus diuraikan secara lengkap.

7. FORMULIRC 4. ( Uraian hasil uji preklinis dan klinis) . Sedapat mungkin diberikan kesimpulan hasil uji preklinis dan klinis yang tergantung dari pada jenis obatnya dapat meliputi hal-hal sebagai berikut: 7.1. Efektisitas klinis untuk indikasinya. 7.2. Efek samping yang timbul pada dosis terapi, jenis dan

insidennya. 7.3. Gejala yang timbul pada dosis berlebih dan

penanggulangannya. 7.4. Dosis maksimal.

Page 79: Cara Pendaftaran Obat Jadi

7.5. Bahaya keracunan subakut/kronik. Diberikan kemungkinan bahaya pada pemakaian Secara terus menerus atau berulang kali.Dijelaskan macam bahayanya dan pembatasan Penggunaan yang perlu diperhatikan. Bila mungkinD iberikan pula cara mengatasinya.

7.6. Kemungkinan terjadinya akumulasi, takifilaksis, toleransi dan ketergantungan (fisik maupun psikis) pada manusia. Informasi ini berkaitan dengan informasi mengenai Bahaya keracunan subakut/kronik. Bila disimpulkan bahwa bahaya tersebut di atas tidak ada, maka kesimpulan tersebut harus disertai data yang meyakinkan.

7.7. Bukti ketepatan pemilihan spesies. Pemilihan spesies hewan percobaan pada uji preklinis harus dibuktikan ketepatannya dengan Membandingkan data farmakokinetik hewan percobaan tersebut dengan manusia, dengan titik berat pada metabolisme obat. Terutama harus diberikan hasil evaluasi spesies hewan percobaan pada penelitian toksisitas.

7.8. Kemungkinan efek teratogenik, karsinogenik mutagenic pada manusia. Harus dijelaskan sampai dimana bukti yang telah terkumpul ada saat obat didaftarkan.Misalnya efek teratogenik telah ditemukan pada marmot, tapi belum pernah ditemukan pada manusia.

7.9. Pengaruh kelainan ginjal pada eliminasi. Harus diutarakan bila kelainan ginjal merupakan kontraindiksi. Arus dijelaskan pula bila diperlukan penyesuaian dosis dalam penggunaan pada pasien dengan kelainan ginjal. Kelainan ginjal yang dikontra-indikasikan atau yang memerlukan penyesuaian dosis dalam penggunaan perlu dispesifikasikan.

7.10. Pengaruh kelainan hati pada eliminasi. Harus diutarakan bila kelainan hati merupakan kontraindikasi. Harus dijelaskan pula bila diperlukan penyesuaian dosis dalam penggunaan pada pasien dengan kelainan hati. Kelainan hati yang dikontraindikasikan atau yang memerlukan penyesuaian dosis dalam penggunaan perlu dispesifikasikan.

Page 80: Cara Pendaftaran Obat Jadi

8. FORMULIRC 5.

(Uraian dan kesimpulan hasil uji biofarmasi). 8.1. Farmakokinetik.

8.1.1. Absorpsi obat. 8.1.2. Distribusi obat. 8.1.3. Metabolisme obat. 8.1.4. Eliminasi obat.

(Uraian untuk 8 .1.1.sampai dengan 8 .1,4. Sama dengan uraian pada hasil uji preklinis 5.2.)

8.2. Ketersediaan/kesetaraan hayati: Mencakup kecepatan dan jumlah zat aktif atau zat terapeutik yang diabsorpsi dari produk obat jadinya yang mencapai tempat kerjanya atau sirkulasi sistemik.

8.3. Uji in vitro :

8.3.1. Test disolusi. Mencakup kecepatan pelepasan suatu zat dari bentuk sediaannya. Uji ini juga dimaksud untuk mengetahui karakteristik bentuk sediaan dan menjamin sifat yang tetap batch per batch.

8.3.2. Ikatan protein. Untuk dapat mengetahui karakteristik obat lebih lanjut.

9. FORMULIR D1. (Data Administrasi). 9.1. Dokumen administratif untuk permohonan pendaftaran

obat jadi produksi dalam negeri terdiri dari : a. Izin industri farmasi. b. Sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk bentuk sediaan yang bersangkutan.

9.2. Dokumen administratif untuk permohonan pendaftaran

obat jadi impor terdiri dari :

Page 81: Cara Pendaftaran Obat Jadi

b. Izin pedagang besar farmasi importir atau industri farmasi.

c. Surat penunjukan dari produsen di luar negeri. d. Certificate of Free Sale (CFS) dari Negara asal. e. Certificate CPOB dari produsen di luar negeri yang

diakui Departemen Kesehatan RI.

9.3. Khusus untuk obat jadi yang penemuan dan pengembangannya dilakukan di luar negeri, disamping dokumen tersebut di atas harus disertakan pula salinan surat keterangan yang berwenang yang menyatakan bahwa obat jadi tersebut telah disetujui beredar di negara tempat penemuan dan pengembangannya dan di negara-negara lain ("Certificate of free sale"). Harus dijelaskan untuk indikasi apa obat tersebut disetujui beredar di masing-masing negara itu.

9.4. Khusus untuk obat yang diproduksi atas dasar lisensi, disamping dokumen tersebut di atas harus disertakan pula salinan surat penunjukan pemberi lisensi dan dokumen perjanjian lisensi.

10. FORMULIR D2.

(Dokumen data Mutu dan Teknologi). Semua dokumen yang relevan dengan data mutu dan teknologi harus disertakan, paling sedikit harus dapat memberikan informasi mengenai uraian yang tertera pada Formulir C1. Terutama harus disertakan semua dokumen yang ditunjuk dalam uraian yang tertera pada Formulir C1 yang dapat berasal dari buku atau publikasi.

11. FORMULIR D3.

(Dokumen hasil uji preklinis). Semua dokumen yang relevan dengan uji preklinis harus disertakan, paling sedikit harus dapat memberikan informasi mengenai uraian yang tertera pada Formulir C2.

Page 82: Cara Pendaftaran Obat Jadi

Terutama harus disertakan semua dokumen yang ditunjuk dalam uraian yang tertera pada Formulir C2.

12. FORMULIR D4. (Dokumen hasil uji klinis). Semua dokumen yang relevan dengan uji klinis harus disertakan, paling sedikit harus dapat memberikan informasi mengenai uraian yang tertera pada Formulir C3. Terutama harus disertakan semua dokumen yang ditunjuk dalam uraian yang tertera pada Formulir C3.

13. FORMULIR D5. (Dokumen hasil uji biofarmasi). Semua dokumen yang relevan dengan uji biofarmasi harus disertakan, paling sedikit harus dapat memberikan informasi mengenai uraian yang tertera pada Formulir C5. Terutama harus disertakan semua dokumen yang ditunjuk dalam uraian yang tertera pada Formulir C5.

14. FORMULIR E. (Contoh). Contoh Obat Jadi dalam Kemasan Lengkap : contoh obat jadi dalam kemasan lengkap seperti yang akan diedarkan harus diserahkan dalam jumlah satu kemasan bersama-sama dengan laporan pelaksanaan produksi. contoh ini terutama diperlukan untuk pemeriksaan penandaan sehingga jumlah obat jadi dalam satu satuan kemasan tersebut dapat dari jumlah obat jadi dalam satu satuan kemasan seperti yang diedarkan.