Cara Kerja Antibiotik: Bagaimana Antibiotik Membunuh
Bakteri?Antibiotik termasuk dalam obat-obatan terapi,
diformulasikan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri
tanpa menyebabkan efek berbahaya bagi tubuh.Apa itu
Antibiotik?Penisilin (penicillin) merupakan antibiotik pertama yang
ditemukan pada tahun 1928 dari spesies jamur Penicillium oleh
pemenang Nobel, Sir Alexander Flemming.Namun, nama antibiotik baru
diusulkan pada tahun 1942 oleh Selman Waksman Abraham, seorang ahli
biokimia dan mikrobiologi asal Amerika.Kemajuan dalam bidang kimia
obat memungkinkan kita memperoleh senyawa antibiotik dari
mikroorganisme hidup maupun zat sintetis.Bagaimana Antibiotik
Membunuh Bakteri?Cara kerja antibiotik mengobati infeksi bakteri
bervariasi sesuai dengan jenis dari antibiotik itu
sendiri.Berdasarkan formulasi obat dan cara memerangi bakteri, ada
dua jenis antibiotik bakteriostatik (bacteriostatic) dan
bakterisida (bactericide).Antibiotik BakteriostatikSeperti namanya,
antibiotik bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri, alih-alih
membunuhnya secara langsung.Karena bakteri patogen terhambat
pertumbuhannya, sistem kekebalan tubuh dapat dengan mudah memerangi
infeksi.Mekanisme kerja antibiotik bakteriostatik adalah dengan
mengganggu sintesis protein pada bakteri penyebab penyakit.Contoh
antibiotik bakteriostatik populer adalah spectinomycin (mengobati
gonore), tetracycline (umum digunakan untuk infeksi),
chloramphenicol (untuk semua jenis infeksi bakteri), dan macrolide
(efektif untuk bakteri gram positif).Antibiotik
BakterisidaAntibiotik bakterisida mengandung senyawa aktif yang
secara langsung membunuh bakteri.Untuk membunuh bakteri, antibiotik
jenis ini menargetkan dinding sel luar, membran sel bagian dalam,
serta susunan kimia bakteri.Contoh umum antibiotik bakterisida
adalah penicillin (menyerang dinding sel luar), polymyxin
(menargetkan membran sel), dan quinolone (mengganggu jalur
enzim).Beberapa zat bakteriosida digunakan sebagai disinfektan,
sterilisasi, dan antiseptik.Antibiotik dengan Sasaran SpesifikSatu
jenis antibiotik tidak akan mampu membunuh semua baktreri.Dengan
demikian, selain klasifikasi menurut modus tindakan, antibiotik
juga diklasifikasikan berdasarkan kekhususan target.Itu sebab,
antibiotik juga bisa diklasifikasikan menjadi antibiotik spektrum
luas dan antibiotik spektrum sempit.Antibiotik spektrum luas
efektif membunuh jenis bakteri patogen (misalnya tetracycline,
tigecycline, dan chloramphenicol).Sedangkan antibiotik spektrum
sempit (misalnya oxazolidinone dan glycylcycline) direkomendasikan
untuk mengobati jenis tertentu dari bakteri penyebab
penyakit.Menghindari Resistensi AntibiotikPenggunaan jangka panjang
antibiotik atau terlalu sering menggunakan antibiotik dengan dosis
semakin meningkat akan menyebabkan resistensi (kekebalan)
antibiotik.Cara efektif menghindari resistensi antibiotik adalah
dengan mengkonsumsi antibiotik di bawah pengawasan dokter.
Macam-macam antibiotik, dosis penggunaan, mekanisme kerja dan
efek sampping.
Antimikroba yang Menghambat Sintesis Protein Mikroba
Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah golongan
aminoglikosid, makrolid, linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol.
Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein.
Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan
tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang
berdasarkan konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S
dan 50S. untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini
akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S.1.
AminoglikosidAminoglikosid adalah suatu golongan antibiotic
bakterisid yang asalnya didapat dari berbagai species Streptomyces
dan memiliki sifat-sifat kimiawi antimikroba, farmakologis, dan
toksik yang karakteristik.Golongan ini meliputi Streptomycin,
neomycin, kanamycin, amikacin, gentamycin, tobramycin, sisomycin,
netilmycin, dsba. Sifat Kimiawi dan FisikAminoglikosid mempunyai
cincin Hexose yaitu streptidine (pada streptomycin),atau
2-deoxystreptamine (pada aminoglikosid lain), dimana berbagai gula
amino dikaitkan oleh ikatan glikosid. Agen-agen ini larut air,
stabil dalam larutan dan lebih aktif pada pH alkali dibandingkan pH
asam.b. Mekanisme KerjaAminoglikosida merupakan penghambat sintesis
protein irreversible, namun mekanisme pasti bakteriosidnya tidak
jelas. Begitu memasuki sel, ia akan mengikat protein subunit-30S
yang spesifik (untuk streptomycin S12)Aminoglikosid menghambat
sintesis protein dengan 3 cara:1. Agen-agen ini mengganggu kompleks
awal pembentukan peptide2. Agen-agen ini menginduksi salah baca
mRNA, yang mengakibatkan penggabunganasam amino yang salah ke dalam
peptide, sehingga menyebabkan suatu keadaannonfungsi atau toksik
protein.3. Agen-agen ini menyebabkan terjadinya pemecahan polisom
menjadi monosom non-fungsional.c. Mekanisme ResistensiTelah
ditentukan 3 mekanisme prinsip yaitu1) Mikroorganisme memproduksi
suatu enzim transferase atau enzim-enzim yang menyebabkan
inaktivitas aminoglikosid, melalui adenilasi, asetilasi, atau
fosforilasi2) Menghalangi masuknya aminoglikosida ke dalam sel3)
Protein reseptor sub unit ribosom 30S kemungkinan hilang atau
berubah sebagai akibat dari mutasi.
d. FarmakokinetikaAminoglikosid diabsorbsi sangat buruk pada
saluran gastrointestinal yang utuh. Setelah suntikan intramuscular,
aminoglikosid diabsorbsi dengan baik dan mencapai konsentrasi
puncak dalam darah antara 30-90 menit. Aminoglikosid biasanya
diberikan secara intravena 30-60 menit. Secara tradisional
aminoglikosid diberikan dalam 2 atau 3 dosis terbagi perhari bagi
pasien-pasien dengan fungsi ginjal normalAminoglikosid merupakan
senyawa yang sangat polar dan tidak dapat langsung memasuki sel.
Sebagian besar aminoglikosid tidak dapat masuk ke mata dan SSP.
Aminoglikosid dibersihkan di ginjal, dan ekskresinya berbanding
langsung dengan klirens kreatinin. Waktu paruh normal dalam serum
adalah 2-3 jam, namun meningkat dalam 24-48 jam pada pasien dengan
kerusakan fungsi ginjal yang signifikan. Aminoglikosid hanya
mengalami klirens secara sebagian dan tidak beraturan melalui
hemodialisis (misalnya 40-60% untuk gentamicyn), dan lebih efektif
jika klirens melalui dialysis peritonealPenyesuaian dosis harus
dilakukan untuk menghindari akumulasi obat dan toksisitas pada
pasien-pasien dengan insufisiensi fungsi ginjal. Bisa jadi dosis
obat dibiarkan konstan dan interval antar dosis dinaikkan, atau
interval dibiarkan konstan sementara dosisnya dikurangi. Berbagai
monogram dan formula telah dikembangkan untuk menghubungkan kadar
serum kreatinin dalam dengan penyesuaian pada regimen
pengobatan.Dosis harian Aminoglikosid dihitung dengan cara
mengalikan dosi harian maksimum dengan rasio perbandingan klirens
kreatinin yang diperkirakan terhadap klirens normal yaitu 120
mg/min, yang merupakan nilai tipikal untuk pria dewasa normal
dengan bobot 70 kg. Untuk wanita berusia 60 tahun dengan bobot 60
kg dan serum kreatinin 3 mg/dL, dosis tepat untuk gentamicyn adalah
sekitar 50 mg/hariTerdapat variasi individual yang patut
dipertimbangkan dalam kadar serum Aminoglikosid diantara
pasien-pasien dengan nilai klirens kreatinin yang diperkirakan
sama. Oleh sebab itu, adalah wajib untuk mengukur kadar serum obat
untuk menghindari toksisitas berat khususnya apabila dosis tinggi
diberikan selama lebih dari beberapa hari atau jika fungsi ginjal
berubah dengan cepat. Untuk regimen tradisional dengan pemberian
dosis dua atau tiga kali sehari, konsentrasi serum puncak harus
ditentukan dari sampel darah yang diambil sekitar 30-60 menit
setelah pemberian satu dosis dan konsentrasi trough dari sampel
yang diambil sebelum pemberian dosi berikutnya
e. Efek-efek yang Tidak DiinginkanSemua Aminoglikosid bersafat
ototoksik dan nefrotoksik. Ototoksisitas dan nefrotoksisitas
cenderung ditemukan saat terapi dilanjutkan hingga lebih dari 5
hari, pada dosis yang lebih tinggi, pada orang-orang lanjut usia
dan dalam kondisi insufisiensi fungsi ginjal. Penggunaan bersama
diuretic loop (misalnya furosemid) atau agen antimikroba
nefrotoksik lain (missal vanomicyn atau amphotericyn) dapat
meningkatkan nefrotoksisitas dan sedapat mungkin dihindarkan.f.
Penggunaan KlinisAminoglikosid paling sering digunakan melawan
bakteri enteric gram-negatif, khusunya ketika isolatnya resisten
obat dan ketika dicurigai sepsis. hampir selalu digunakan dalam
kombinasi dengan antibiotic beta-laktam dalam upaya untuk
memperluas cakupan meliputi patogen-patogen gram positif yang
potensial dan untuk mendapatkan keuntungan sinergisme kedua klas
obat ini. Pemilihan aminoglikosid dan dosisnya sebaiknya tergantung
pada infeksi yang sedang dihadapi dan kerentanan dari isolate
tersebut.
2. MakrolidMacrolide merupakan suatu kelompok senyawa yang
berhubungan erat, dengan ciri suatu cincin lakton (biasanya terdiri
dari 14 atau 16 atom) di mana terkait gula-gula deoksi. Obat
prototipnya adalah Eritromycin, yang terdiri dari dua belahan gula
yang terkait pada cincin lakton 14-atom, diambil dari Streptomyces
erytheus pada tahun 1952. Clartromycin dan artitromycin merupakan
turunan semisintesis eritromycin.
1) EritromicynKimiaStruktur umum dari ertromycin ditunjukkan
diatas cincin makrolida dan gula-gula desosamin dan kladinose. Obat
ini sulit larut dalam air (0,1%) namun dapat langsung larut pada
zat-zat pelarut organik. Larutan ini cukup satabil pada suhu 4oC,
namun dapat kehilangan aktivitas dengan cepat pada suhu 20oC dan
pada suhu asam. Ertromycin biasanya tersedia dalam bentuk berbagai
ester dan garamAktivitas AntimikrobaEritromycin efektif terhadap
organisme-oragnisme gram positif, terutama pneumokokkus,
sterptokokkus, dan corynebacteria, dalam konsentrasi plasma sebesar
0,02 mg/mL. Selain itu mycoplasma, legionella, Chlamydia
trachomatis, C psittaci, C pneumonia, helicobacter, listeria, dan
mycobacteria tertentu, juga rentan terhadap ertromycin. Demikian
pula organism-organisme gram negative, seperti spesies neisseria,
Bordetella pertussis, Batonella henselae, dan B quintana (agen-agen
penyebab pada penyakit catscratch dan angiomatosis basiler),
beberapa spesies rickettise, Tropenome pallidum, serta spesies
campylobacter. Sekalipun demikian, Haemophilus influenza agak
kurang rentan. Hambatan sintesis protein terjadi melalui ikatan ke
RNA ribosom 50S. Sintesis protein terhambat karena reaksi-reaksi
translokasi aminoasil dan hambatan pembentuk
awal.ResistensiResistensi terhadap ertromycin biasanya dikode oleh
plasmid. Terdapat 3 mekanisme yang telah dikenal :1) Penurunan
permeabilitas membrane sel atau pengaliran keluar (efflux) yang
aktif2) Produksi esterase (oleh enterobacteriaceae) yang
menghidrolisi makrolida3) Modifikasi situs ikatan ribosom (disebut
juga preoteksi ribosom) oleh mutasi kromosom atau oleh metilase
pengganti atau penginduksi makrolida.FarmakokinetikaErtromycin basa
dihancurkan oleh asam lambung dan harus diberikan dengan salut
enteric. Stearat dan ester cukup tahan pada keadaan asam dan
diabsorbsi lebih baik. Garam lauryl dan ester propionil ertromycin
merupakan preprata oral yang paling baik diabsorbsi. Dosis oral
sebesar 2 g/hari menghasilkan konsentrasi basa ertromycin serum dan
konsentrasi ester sekitar 2 mg/mL. Akan tetapi, yang aktif secara
mikrobiologis adalah basanya, sementara konsentrasinya cenderung
sama tanpa memperhitungkan formulasi. Waktu paruh serum adalah 1,5
jam dalam kondisi normal dan 5 jam pada pasien dengan anuria.
Penyesuaian untuk gagal ginjal tidak diperlukan. Ertromycin tidak
dapat dibersihkan melalui dialysis. Jumlah besar dari dosis yang
diberikan diekskresikan dalam empedu dan hilang dalam fases, hanya
5% yang diekskresikan dalam urine. Obat yang telah diabsorbsi
didistribusikan secara luas, kecuali dalam otak dan cairan
serebrospinal. Ertromycin diangkut oleh leukosit polimorfonukleus
dan makrofag. Oabt ini melintasi sawar plasenta dan mencapai
janin.Penggunaan KlinisEritromycin merupakan obat pilihan dalam:a.
Infeksi-infeksi corynebacterial (diphtheria, corynebacterial
sepsis, erythasma)b. Infeksi kuman Chlamydia pada pernafasan,
neonates, okuler, atau genitalc. Mengobati pneumonia dalam
komunitas.d. Sebagai penggenti untuk individu yang alergi terhadap
Penisiln, dalam infeksi yang disebabkan oleh stapilokokkus,
streptokokkus, dan pneumokokkus.e. Sebagai profilaksis terhadap
endokarditis dalam prosedur-prosedur dental pada individu penyakit
jantung valvular, sekalipun Clindamycin yang ditoleransi dengan
baik telah banyak menggantikannya.
Efek Sampinga. Efek-efek gastrointestinal : Anoreksia, mual,
muntah dan diare sesekali menyertai pemberian oral. Intoleransi ini
disebabkan oleh stimulitas langsung pada motilitas usus.b.
Toksisitas hati : dapat menimbulkan hepatitis kolestasis akut
(demam, ikterus, kerusakan fungsi hati), kemungkinan sebagai reaksi
hepersensitivitas.c. Interaksi-interaksi obat : menghambat
enzim-enzim sitokrom P450 dan meningkatkan konsentarsi serum
sejumlah obat, termasuk teofilin, antikoagulan oral, siklosporin,
dan metilprednisolon. Meningkatkan konsentrasi serum digoxin oral
dengan jalan meningkatkan bioavailabilitas.2) Claritromycin
KimiaClaritromycin diturunkan dari eritromycin dengan penambahnsatu
kelompok methyl, serta memiliki satbilitas asam dan absorbi oral
yang lebih baik dibandingkan dengan eritromycin.
Aktivitas AntimikrobaMekanisme kerja claritromycin sama dengan
eritromycin, kecuali bahwa claritromycin lebih aktif terhadap
kompleks mycobacterium avium. Claritromycin juga mempunyai
aktivitas terhadap M leprae dan Toxoplasma gondii. Streptokokkus
dan stapilokokkus yang resisten terhadap eritromycin juga resisten
terhadap claritromycin. FarmakokinetikaDosis 500 mg menghasilkan
konsentrasi serum sebesar 2-3 mg/mL. Waktu paruh claritromycin (6
jam) yang lebih panjang dibandingkan dengan eritromycin
memungkinkan pemberian dosis 2 kali sehari. Claritromycin
dimetabolisme dalam hati. Metabolit utamanya adalah
14-hidroksiclaritromycin, yang juga mempunyai aktivitas
antibakteri. Sebagian dari obat aktif dan metabolit utama ini
dieliminsai dalam urine, dan pengurangan dosis dianjurkan bagi
pasien-pasien dengan klirens kreatinin dibawah 30 mL/menit.
Penggunaan KlinisKeuntungan claritromycin dibandingkan eritromycin
adalah lebih rendahnya frekuensi intoleransi gastrointestinal dan
lebih jarangnya frekuensi pemberian dosis.2) Azitromycin
KimiaAzitromycin merupakan senyawa dengan cincin makrolida lakton
15-atom yang diturunkan dari eritromycin dengan penambahan suatu
nitrogen yang dimetilasi ke dalam cincin laktone eritromycin.
Aktivitas Antimikroba dan Penggunaan KlinisSpektrum aktivitas dan
penggunaan klinis identik dengan claritromycin. Azitromycin aktif
terhadap kompleks M avium dan T gondii. Azitromycin sedikit kurang
aktif dibandingkan eritromycin dan claritromycin terhadap
satpilikokkus dan sterptokokkus, namun sedikit lebih aktif terhadap
H influenzae. Azitromycin sangat aktif terhadap klamidia.
FarmakokinetikaAzitromycin berbeda dengan eritromycin dan
claritromycin terutama dalam sifat farmakokinetika. Satu dosi
Azitromycin 500 mg dapat menghasilkan konsentrasi serum yang lebih
rendah, yaitu sekitar 0,4 g/mL. Akan tetapi Azitromycin dapat
melakukan penetrasi kesebagian besar jaringan dapat melebihi
konsentrasi serum sepuluh hingga seratus kali lipat. Obat dirilis
perlahan dalam jaringan-jaringan (waktu paruh jaringan adalah 2-4
hari) untuk menghasilkan waktu paruh eliminasi mendekati 3 hari.
Sifat-sifat yang unik ini memungkinkan pemberian dosis sekali
sehari dan pemendekan durasi pengobatan dalam banyak kasus.
Azitromycin diabsorbsi dengan cepat dan ditoleransi dengan baik
secara oral. Obat ini harus diberikan 1 jam sebelum makan atau 2
jam setelah makan. Antasida aluminium dan magnesium tidak mengubah
bioavaibilitas, namun memperlama absorbsi dan dengan 15 atom (bukan
14 atom), maka Azitromycin tidak menghentikan aktivitas enzim-enzim
sitokrom P450, dan oleh karena itu tidak mempunyai interaksi obat
seperti yang ditimbulkan oleh eritromycin dan claritmycin.
3. TetrasiklinAntibiotika golongan tetrasiklin yang pertama
ditemukan adalah klortetrasiklin kemudian ditemukan
oksitetrasiklin. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik
dari klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari species
Streptomyces lain. Demeklosiklin, doksisiklin dan minosiklin juga
termasuk antibiotic golongan tetrasiklin. Mekanisme kerjaGolongan
tetrasiklin menghambat sintesis protin bakteri pada ribosomnya.
Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotik ke dalam
ribosom bakteri gram negatif; pertam yang disebut difusi pasif
melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transport aktif.
Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S dan
menghalangi masuknya tRNA-asam amino pada lokasi asam amino. Efek
AntimikrobaPada umumnya spektrum golongan tetrasiklin sama (sebab
mekanismenya sama), namun terdapt perbedaan kuantitatif dan
aktivitas masing-masing drivat terhadap kuman tertentu. Hanya
mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi obat ini.Golongan
tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama bersifat
bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein
kuman.
Spektrum antimikrobaTetrasiklin memperlihatkan spektrum
antibakteri luas yang meliputi kuman gram-positif dan negatif,
aerobik dan anaerobik. Selain itu juga aktif terhadap spiroket,
mikoplasma, riketsia, klamidia, legionela dan protozoa
tertentu.Pada umunya tetrasiklin tidak digunakan untuk pengobatan
infeksi oleh streptokokus karena lebih efektif dengan penisilin G,
eritromisin, sefalosporin; kecuali doksisiklin yang digunakan untuk
pengobatn sinusitis pada orang dewasa yang disebabkan oleh Str.
pneumoniae dan Str.pyogenes. banyak strai S.aureus yang resisten
terhadap tetrasiklin.Tetrasiklin dapat digunakan sebagai pengganti
penisilin dalam pengobatan infeksi batang gram-positif seperti
B.anthracis, Erysipel, Iothrix rhusiopathiae, Clostridium tetani
dan Listeria monocytogenes.Kebanyakan strain N.gonorrhoeae sensitif
terhadap tetrasiklin, tetapi N.gonorrhoeae penghasil penisilinase
(PPNG) biasanya resisten terhadap tetrasiklin.Efektivitasnya tinggi
terhadap infeksi batang gram-negatif seperti Brucella, Francisella
tularensis, Pseudomonas mallei, Pseudomonas pseudomallei, Vibrio
cholorae, Campylobacter fetus, Haemophyllus ducreyi, dan
Calymmatobacterium granulomatis, Yersinia pestis, Pasteurella
multocida, Spirillum minor, Leptotrichia buccalis, Bordetella
pertusis, Acinetobacter dan Fusobacterium. Strain tertentu
H.influenza mungkin sensitif tetapi E.coli, Klebsella,
Enterobacter, Proteus indol positif dan Pseudomonas umumnya
resisten.
Tetrasiklin merupakan obat yang sangat efektif untuk infeksi
Mycoplasma pneumoniae, Ureaplasma urealyticum, Chlamydia
trachomatis, Chlamydia psittaci dan berbagai riketsia. Selain itu
juga aktif terhadap Borrelia recurrentis, Treponema pertenue,
Actinomyces israelii. dalam kadar tinggi aktif menghambat Entamoeba
histolytica.ResistensiBeberapa spesies kuman terutama streptokokus
beta hemolotikus, E.coli, Pseudomonas aeruginosa, Str.pneumoniae,
N.gonorrhoeae, Bacteroides, Shigella, dan S.aureus makin
meningkatkan resistensinya terhadap tetrasiklin. Reistensi terhadap
satu jenis tetrasiklin biasanya disertai resistensi terhadap semua
tetrasiklin lainnya, kecuali minosiklin pada resistensi S.aureus
dan doksiiklin pada resistensi B.fragilis.
FarmakokinetikAbsorpsiSekitar 30-80% tetrasiklin diserap dalam
salura cerna. Doksisiklin dan minosiklin iserap lebih dari 90%.
Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus.
Adanya makanan dalam lambung menghambat penyerapan, kecuali
minosiklin dan doksisiklin. Absorpsi dihambat dalam derajat
tertentu oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu kompleks
tetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti
aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya
terdapat dalam antasida, dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.
DistribusiDalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh
protein plasma dalam jumlah yang bervariasi. Dalam cairan
cerebrospinal (CSS) kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20% kadar
dalam serum. Penetrasi ke CSS ini tidak tergantung dari adanya
meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup
baik. Obat golongan ini ditimbun di hati, limpa dan sumssum tulang
serta di sentin dan email gigi yang belum bererupsi. Golongan
tetrasiklin menembus sawar uri dan terdapat dalam ASI dalam kadar
yang relatif tinggi. Dibandingkan dengan tetrasiklin lainnya,
doksisiklin dan minosiklin daya penetrasinya ke jaringan lebih
baik.EkskresiGolongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan
filtrasi glomerolus dan melalui empedu. Pemberiaan per oral
kira-kira 20-55% golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin.
Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu
mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang
diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi
enterohepatik; maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu
lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran
empedu atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami kumulasi
dalam darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja. Efek
sampingGangguan lambung. Penekanan epigastrik biasanya disebabkan
iritasi ari mukosa lambung dan sering kali terjadi pada penderita
yang tidak patuh yang diobati dengan obat ini.Efek terhadap
kalsifikasi jaringan. Deposit dalam tulang dan pada gigi timbul
selama kalsifikasi pada anak yang berkembang. Hal ini menyebabkan
pewarnaan dan hipoplasi pada gigibdan menganggu pertumbuhan
sementara.Hepatotoksisitas fatal. Efek samping ini telah diketahui
timbul bila obat ini diberikan pada perempuan hamil dengan dosis
tinggi terutama bila penderita tersebut juga pernah mengalami
pielonefritis.Fototoksisitas . Fototoksisitas, misalnya luka
terbakar matahari yang berat terjadi bila pasien menelan
tetrasiklin terpajan oleh sinar matahari atau UV. Toksisitas ini
sering dijumpai dengan pemberian tetrasiklin, doksisiklin dan
deklosiklin.Gangguan keseimbangan. Efek samping ini misalnya
pusing, mual, muntah terjadi bila mendapat minosiklin yang menumpuk
dalam endolimfe telinga dan mempengaruhi fungsinya.Pseudomotor
serebri. Hipertensi intrakranial benigna ditandai dengan sakit
kepala dan pandangn kabur yang dapat terjadi pad orang dewasa.
Meskipun penghentian meminum obat membalikkan kondisi, namun tidak
jelas apakah dapat terjadi sekuela permanen.Superinfeksi.
Pertumbuhan berlebihan dari kandida (misalnya dalam vagina) atau
stafilokokus resisten (dalam usus) dapat terjadi.
Penggunaan klinikPenyakit yang obat pilihannya golongan
tetrasiklin adalah:Riketsiosis. Perbaikan yangdramatik tampk
setelah penggunaan obat golongan ini. Demam mereda dalam 1-3 hari
dan ruam kulit hilang dalam 5 hari. Perbaikan klinis tampak 24 jam
setelah terapi.
Infeksi klamidia. Limfogranuloma venereum: Golongan tetrasiklin
merupakan obat pilihan utama penyakit ini. Terapi 3-4 minggu dan
1-2 bulan untuk keadaan kronik.Psitakosis: pemberiaan golongan
tetrasiklin selama beberapa hari mengatasi gejala klinis.Inclusion
conjunctivitis: pengobatannya dengan salep mata atau tetes mata
yangmengandung golongan tetrasiklin selama 2-3 minggu.Trakoma:
pengobatan dengan salep mata golongan tetrasiklin dikombinasikan
dengandoksisiklin oral selama 40 hari.Uretritis nonspesifik.
Pengobatan dengan tetrasiklin oral 4 kali sehari 500 mg selama 7
hari.Infeksi Mycoplasma pneumoniae. Dapat diatasi dengan obat
golongan tetrasiklin. Walaupun penyembuhan cepat dicapau, bakteri
ini mungkin tetap ada dalam sputum setelah obat dihentikan.Infeksi
basil Bruselosis: Pengobatan yang memuaskan didapat setelah 3
minggu dengan golongan tetrasiklin. Untuk kasus berat dikombinasi
dengan streptomisin. Tularemia: Terapi dengan tetrasiklin cukup
baik meskipun streptomisin adalah obat pilah utama penakit ini.
Kolera: tetrasiklin adalah antibiotik paling efektif untuk kasus i
ni. Dapat mengurangi kebutuhan cairan infus sebanyak 50 %dari yang
dibutuhkan.Sampar: stretomisin adalah pilihan utama untuk penyakit
ini . namun bila streptomisin tidak dapat digunakan maka dapat
dipakai golongan tetrasiklin.Infeksi kokus. Golongan tetrasiklin
tida lagi diindikasikan untuk infeksi staphylacoccus maupun
streptococcus karena seing dijumpai resistensi. Adanya resistensi
strain Str.pneumoniaemembatasi penggunaannya untk penumonieae
akibat kuman ini.
Infeksi venerik. Gonore: penisilin merupakan obat pilihan utama
namun bagi paseien yang alergi penisilin dapat diberikan
tetrasiklin oral 4 kali sehari 500 mg atau doksisiklin 2 kali
sehari 100 mg selama 7 hari. Tetrasiklin mempunyai masking effect
terhadap infeksi sifilis sehingga menyulitkn diagnosis. Sifilis:
tetrasiklin merupakan obat pilihan ke dua setelah penisilin untuk
sifilis dengan dosis 4 kali sehari 500 mg per oral selama 15 hari.
Juga efektif untuk chancroid dan granuloma inguinal. Akne vulgaris.
tetrasiklin dapat menghambat prouksi asam lemak dari sebum, dengan
dosis 2 kali sehari 250 mg selama 2-3 minggu hingga beberapa bulan
Infeksi lain.Actinomycosis: Golongan tetrsiklin dapat digunakan jik
penisilin G tidak dpat diberikan pada pasien. Frambusia: respon
penderita terhadapa golongan tetrasiklin berbeda-beda. Ada yang
hasilnya baik, dapula yang tidak memuaskan. Penisilin merupakan
pilihan utama untuk penyakit ini. Leptospirosis: walaupun
tetrasiklin dan penisilin G sering digunakan untuk penyakit ini,
efektivitasnya tidak terbukti secara mantap.Infeksi saluran cerna:
tetrasiklin merupakan ajuvan yang bermanfaat pada amubiasis
intestinal akut, dan infeksi Plasmodium falciparum. Selain itu
efektif untuk disentri oleh strain shigella yang peka. Penggunaan
topikalHanya dibatasi untuk infeksi mata saja. Salep mata golongan
tetrasiklin efektif untuk mengobati trakoma dan infeksi lain pada
mata oleh gram-positif dan gram negatif yang sensitif. Selain itu
juga untuk profilaksis oftalmianeonatorum pada neonatus.
Profilaksis pada penykit paru menahunBanyak penelitian yang
hasilnya kontroversial mengenai keamanan tetrasiklin 500 mg sehari
per oral pad pasien ini. Bahaya potensial pemberiaan jangka lama
ini ialah timbulnya superinfeksi bakteri atau jamur yang sulit
dikendalikan. interaksi obatBila tetrasiklin diberikan dengan
metoksifluoran maka dapat menyebabkan nefrotoksisk. Bila
dikombinasikan dengan penisilin maka aktivitas antimikrobanya
dihambat. Bila tetrasiklin digunakan bersamaan dengan produk susu
maka akan menurunkan absorpsinya karena membentuk khelat
tetrasiklin dengan ion kalsium yang tidak dapat diabsorpsi.
4. Kloramfenikol
Kloramfenikol diisolasi pertama kali dari Streptomyces
venezuelae. Karena daya anti mikrobanya yang kuat, maka
penggunaannya meluas hingga tahun 1950, dan diketahui obat ini dapt
menimbulkan anemia aplastik yang fatal. Karena toksisitasnya,
penggunaan obat ini dibatasi hanya untuk mengobati infeksi yang
mengancam kehidupan dan tidak ada alternatif lain.
a. Mekanisme kerjakloramfenikol bekerja dengan mengikat sub unit
50S ribosom bakteri dan menghambat sintesis protein kuman. Yang
dihambat ialah enzim peptidil trasferase yang merupakan katalisator
untuk pembentukan ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis
protein kuman. Karena kemiripan ribosom mitokondria mamalia dengan
bakteri, sintesis protein pada organela ini dihambat dengan kadar
klorafenikol tinggi yang dapat menimbulkan toksisitas sumsum
tulang. Efek toksiknya pada sel mamalia terutama terlihat pada
sistem hemopoetik dan diduga berhubungan dengan mekanisme kerja
obat ini.
b. Spektrum antibakteriSpektrum antibakterinya meliputi
D.pneumoniae, Streptomyces pyogenes, Streptomycesviridans,
Neiserria, Haemophilus, Bacillus sp, Listeria, Bartonella,
Brucella, P.multocida, C.diphtheriae, Chlamydia, Mycoplasma,
Rickettsia, Treponema, dan kebanyakan kuman anaerob.Bebrapa strain
D.pneumoniae, H.influenzae dan N.meningitidis brsifat resisten;
S.aureus umunya sensitif, sedang Enterobactericeae banyak yang
telah resisten.Obat ini juga efektif terhadap kebanyakan strain
E.coli, K.pneumoniae dan Pr.mirabilis . Kebanyakan strain Serratia,
Providencia, dan Proteus rettgerii resisten, juga kebanyakan strain
Pseudomonas aeruginosa danstrain tertentu Salmonella typhi.
c. FarmakokinetikSetelah pemberiaan oral, kloramfenikol diserap
dengan cepat. Kadar punck dalam darah tercapai dalam 2 jam. Untuk
anak diberikan ester kloramfenikol palmitat atau stearat yang tidak
pahit. Bentuk ester ini akan terhidrolisis di usus dan membebaskan
kloramfenikol. Masa paruh eliminasi pada orang dewasa kurang lebih
3 jam, pada bayi umur kurang 2 minggu sekitar 24 jam. Kira-kira 50%
kloramfenikol dalam darah terikat dengan albumin. Obat ini
diditribusikan secara baik ke berbagai jaringan tubuh, termasuk
otak, cairan cerebrospinal dan mata. Dalam hati kloramfenikol
mengalami konyugasi dengan asam glukoronat oleh enzim glukuronil
transferase. Dalam waktu 24 jam, 80-90% kloramfenikol yang
diberikan per oral telah diekskresi melalui urin, hany 5-10% dalam
bentuk aktif. Sisanya terdapat dalam bentuk glukuronat atau
hidrolisat lain yang tidak aktif. Bentuk aktif kloramfenikol
diekskresi terutam melalui filtrat glomerulus sedangkan
metabolitnya dengan sekresi tubulus.
d. Efek sampingReaksi hematologik. Terdapat dalam 2 bentuk.
Pertama yaitu reaksi toksik dengan manifestasi depresi sumsum
tulang. Kelainan darah yng terlihat yaitu anemia,
retikulositopenia, peningkatan serum ion dan iron binding capacity
serta vakuolisasi seri eritrosit bentuk muda. Bentuk kedua
prognosinya sangat buruk karena anemia yang timbul bersifat
irreversibel. Bentuk yang hebat bermanifestasi sebagai anemia
aplastik dengan pansitopenia.Reaksi alergiKloramfenikol dapat
menimbulkan kemerahan kulit, angioudem, urtikaria dan anafilaksis.
Kelainan menyerupai reaksi Herxheimer dapat terjadi pada pengobatan
demam tifoid walaupun jarang dijumpai.Reaksi saluran cerna.
Bermanifestasi dalam bentuk mual, muntah, glositis, diare dan
enterokolitis.
Gray baby sindrom. Efek ini terjadi pada neonatus bila regimen
dosis kloramfenikol tidak disesuaikan secara akurat. Neonatus
memiliki kapasitas rendah dalam mengglukuronidasi antibiotika dan
fungsi ginjalnya belum sempurna sehingga kemampuannya untuk
mengekskresi obat menurun, yang menumpuk sampai tingkat yang
mengganggu fungsi ribosom mitokondria. Hal ini menyebabkan masuknya
makanan terganggu, menekan pernafasan, kardiovaskular kolaps,
sianosis (karena itu disebut grey baby) dan kematian.Reaksi
neurologik. Terlihat dalam bentuk depresi, bingung, delirium, dan
sakit kepala. Neuritis perifer atau neuropati optik dapat juga
timbul terutama setelah pengobatan lama.e. Penggunaan klinikDemam
tifoid. Walaupun akhir-akhir ini sering dilaporkan adanya
resistensi S.typhi terhadap kloramfenikol, tapi masih tetap sebagai
pilhan utama untuk penyakit ini. Untuk pengobatannya, kloramfenikol
diberikan 4 kali sehari 500 mg selama 2-3 minggu. Untuk anak 50-100
mg/kgBB sehari selama 10 hari. Dapat pula digunakan tiamfenikol
dengan dosis 50 mg/kgBB sehari pada minggu pertama dan diteruskan
1-2 minggu lagi dengan dosis separuhya.Meningitis purulenta.
Kloramfenikol efektif untuk penyakit yang disebabkan H.influenzae
ini. Untuk terapi awal pada anak, kloramfenikol diberikan bersama
dengan suntikan penisilin G.Riketsiosis. Tetrasiklin merupakan obat
pilihan pertama untuk penyakit ini. Namun apabil tetrasiklin tidak
dapat diberikan, maka digunakan kloramfenikol dengan dosis awal 50
mg/kgBB dilanjutkan dengan pemberian 1 g tiap 8 jam. Untuk anak
kloramfenikol palmitat 100 mg/kgBB sehari. Dilanjutkan sampai 8 jam
bebas demam.Infeksi lain. Klorafenikol memliki efktivitas yang sama
dengan tetrasiklin dalam pengobatan lymphogranuloma venerum,
psittcosis, infeksi mycoplasma pneumoniae danP.pestis. namun untuk
kasus ini sebaiknya digunakan tetrasiklin yang toksisitasnya
relatif rendah. Kloramfenikol dapat digunakan untuk bruselosis
dengan dosis 0,75-1 gram tiap 6 jam bila tetrasiklin tidak dapat
diberikan. Kloramfenikol dapat pula digunakan untuk mengatasi
infeksi kuman anaerobik yang berasal dari lumen usus.f. Interaksi
obatKloramfenikol mampu menghambat fungsi penggabungan oksidase
hepatik sehingga dapat menghambat metabolisme obat seperti
warfarin, fenitoin, tolbutamid dan klopropamid, sehingga
meningkatkan konsentrasi dan efeknya.
5. Klindamisin
a. Mekanisme kerjaMekanisme kerja klindamisin sama dengan
eritromisin yaitu mengikat secara ireversibel pada tempat sub unit
50S ribosom bakteri, sehingga menghambat langkah translokasi
sintesis protein.
b. Spektrum antibakteriSpektrum antibakterinya menyeruapai
linkomisisn hanya in vitro klindamisin lebih aktif. Obat ini aktif
terhadap S.aureus, D.pneumoniae, Str.pyogenes, Str.anaerobic,
Str.viridans dan Actinomyces israelli. Obat ini juga aktif terhadap
Bacteroides fragilis dan kuman anaerob lainnya.c.
FarmakokinetikKlindamisin diserap hampir lengkap pada pemberiaan
oral. Adanya makanan dalam lambung tidak banyak mempengaruhi
absorpsi obat ini. Klindamisin palmitat yang digunakan sebagai
preparat oral pediiatrik, tidak aktif secara in vitro. Tetapi
setelah mengalami hidrolisis akan dibebakan klindamisin yang aktif.
Klindamisin didistribusi dengan baik, ke berbagai cairan tubuh,
jaringan dan tulang, kecuali CSS walaupun sedang terjadi
meningitis. Dapat menembus sawar uri dengan baik. Kira-kira 90%
klindamisin dalam serum terikat dengan albumin. Hanya sekitar 10%
klindamisin diekskresi dalam bentuk asal melalui urin. Sejumlah
kecil klindamisin ditemukan dalam feses. Sebagian besar obat
dimetabolisme menjadi N-demetilklindamisin dan klindamisin
sulfoksid untuk selanjutnya diekskresi melalui urin dan empedu.d.
Efek sampingselain kulit kemerahan, efek samping yang paling serius
yang dapat berakibat fatal yaitu kolitis pseudomembranosa yang
disebabkan pertumbuhan berlebihan Clostridium difficile yang
mengeloborasi toksin nekrotik. Reaksi lain yang jarang terjadi
ialah sindrom stevens-johnson, peningkatan SGPT dan SGOT sementara,
granulisitopenia, trombositopenia dan reaksi anfilaksis.
Tromboflebitis dapat terjadi karena pemberian iv.
e. Penggunaan klinikWalaupun beberapa infeksi kokus gram positif
dapat diobati dengan klindamisin, pengobatan ini harus
dipertimbangkan baik-baik karena mungkin menimbulkan kolitis.
Klindamisin terutam bermanfaat untuk infeksi kuman anaerobik,
terutama B.fragilis. untuk pengobatan abses paru, pemberiaan
klindamisin 3 kali 600 mg secara iv lebih efektif daripada
penisilin 1 juta unit tiap 4 jam. Peranan obat ini untuk pneumonia
aspirasi, pneumonia pasca obstruksi atau abses paru belum
dipastikan, tetapi didapat kesan bahwa klindamisin merupakan
alternatif yang baik untuk penisilin.
Antagonis Folat1) SulfonamidaSemua sulfonamida yang digunakan
dalam klinik adalah analog struktural p-aminobenzoat (PABA)
sintetik.Sulfadiazin perak, suksinilsulfatiazol, sulfasetamid,
sulfadiazin, sulfametoksazol, sulfasalazin, sulfisoksazol.
a. Mekanisme kerja Menjadi impermeabel terhadap asam folat,
banyak bakteri harus tergantung pada kemampuannya untuk mensintesis
asam folat dari PABA, pteridin dan glutamat. Sebaliknya, manusia
tidak dapat mensintesis asam folat dan folat didapat dari vitamin
dan makanannya. Karena strukturnya mirip PABA, sulfonamida
berkompetisi dengan substrat ini untuk sintetase enzim
dihidropteroat. Hal ini menghilangkan kofaktor esensial sel
terhadap purin, pirimidin dan sintesis asam amino.
b. Spektrum Bakteri Golongan sulfa termasuk kotrimoksasol
(sulfametoksasol plus trimetoprim) bersifat
bakteriostatik.Obat-obat ini aktif terhadap enterobakteria,
klamidia, pneumocytis dan nokardia.
c. ResistensiResistensi secara umum bersifat irreversibel dan
mungkin disebabkan oleh tiga kemungkinan.1. Perubahan enzim :
Dihidropteroat sintetasi bakteri dapat mengalami mutasi atau
ditransfer melalui plasmid yang menimbulkan penurunan afinitas
sulfa.2. Penueunan masukan : Permeabilitas terhadap sulfa mungkin
menurun pada beberapa starin yang resisten.3. Meningkatnya sintesis
PABAd. Farmakokinetik1. Pemberian: Kebanaykan obat sulfa diabsorpsi
secara baik setelah pemberian oral. Karena resiko sensitasi sulfa
biasanya tidak diberikan secara topikal.2. Distribusi: Gol. Sulfa
didistribusikan ke seluruh cairan tubuh dan penetrasinya baik ke
dalam cairan serebrospinal. Obat ini juga dapat melewati sawar
plasenta dan masuk ke dalam ASI. Sulfa berikatan dengan albumin
serum dalam sirkulasi.3. Metabolisme: Sulfa diasetilasi pada N4,
terutama di hati. Produknya tanpa aktivitas antimikroba, tetapi
masih bersifat potensial toksik pada PH netral atau asam yang
menyebabkan kristaluria dan karena itu, dapat menimbulkan kerusakan
ginjal.4. Ekskresi: Eliminasi sulfa yaitu melalui filtrasi
glomerulus.e. Efek Samping Kristaluria: Nefrotoksisitas berkembang
karena adanya kristaluria. Hidrasi dan alkalinasi urin yang adekuat
mencegah masalah tersebut dengan menurunkan konsentrasi obat dan
menimbulkan ionisasinya.sulfisoksazol dan sulfametoksazol >>
larut pada pH urin dibandingkan sulfa yang lama (mis:sulfadiazin)
shg