Top Banner
Business Continuity Management Sistem Pembayaran Edisi 2006.1 17 Oktober 2006 Business Continuity Management Sistem Pembayaran 1. PENDAHULUAN Business Continuity Management - Sistem Pembayaran (BCM-SP) merupakan proses pengelolaan secara menyeluruh dalam rangka identifikasi potensi kondisi darurat yang berdampak kepada kelangsungan penyelenggaraan sistem pembayaran serta berisi langkah-langkah secara rinci mengenai organisasi, tanggung jawab dan prosedur dalam upaya pencegahan dan pemulihan suatu sistem pembayaran pada saat terjadi gangguan yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Pengembangan BCM-SPN merupakan salah satu upaya merealisasikan visi misi Sistem Pembayaran Nasional yaitu mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional yang efsien, cepat, aman dan handal guna mendukung kestabilan moneter dan sistem keuangan. Sistem pembayaran memiliki fungsi yang sangat kritikal dalam menunjang kelangsungan stabilitas sistem keuangan nasional. Disisi lain, penggunaan teknologi tinggi dalam infrastruktur sistem pembayaran terutama pada sistem yang termasuk Systemically Important Payment Systems seperti sistem BI-RTGS dan sistem Kliring Nasional (BI-SKN), telah meningkatkan tingginya resiko dalam pengelolaan sistem pembayaran. Selain itu, faktor eksternal seperti kebakaran, kerususan, bencana alam dan serangan teroris yang sering terjadi di wilayah Indonesia juga telah menambah tingginya potensi terjadinya gangguan pada penyelenggaraan sistem pembayaran.
10

Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Jan 19, 2017

Download

Documents

vannhan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Edisi 2006.1 17 Oktober 2006

Business Continuity Management Sistem Pembayaran

1. PENDAHULUAN

Business Continuity Management - Sistem Pembayaran (BCM-SP)

merupakan proses pengelolaan secara menyeluruh dalam rangka identifikasi

potensi kondisi darurat yang berdampak kepada kelangsungan

penyelenggaraan sistem pembayaran serta berisi langkah-langkah secara rinci

mengenai organisasi, tanggung jawab dan prosedur dalam upaya pencegahan

dan pemulihan suatu sistem pembayaran pada saat terjadi gangguan yang

disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Pengembangan BCM-SPN

merupakan salah satu upaya merealisasikan visi misi Sistem Pembayaran

Nasional yaitu mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional

yang efsien, cepat, aman dan handal guna mendukung kestabilan moneter

dan sistem keuangan.

Sistem pembayaran memiliki fungsi yang sangat kritikal dalam

menunjang kelangsungan stabilitas sistem keuangan nasional. Disisi lain,

penggunaan teknologi tinggi dalam infrastruktur sistem pembayaran terutama

pada sistem yang termasuk Systemically Important Payment Systems seperti

sistem BI-RTGS dan sistem Kliring Nasional (BI-SKN), telah meningkatkan

tingginya resiko dalam pengelolaan sistem pembayaran. Selain itu, faktor

eksternal seperti kebakaran, kerususan, bencana alam dan serangan teroris

yang sering terjadi di wilayah Indonesia juga telah menambah tingginya

potensi terjadinya gangguan pada penyelenggaraan sistem pembayaran.

Page 2: Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Edisi 2006.1 17 Oktober 2006 Halaman

2

Pengembangan BCM-SP merupakan kebutuhan yang mendesak sebagai

upaya untuk meminimalisasi kerugian apabila terjadinya gangguan pada

sistem pembayaran. Selain itu, penyusunan BCM-SP merupakan upaya

pemenuhan Core Principle VII, Bank for International Settlements yang

merupakan pedoman dalam pengelolaan sistem pembayaran.

BCM-SP akan mencakup langkah-langkah kebijakan, identifikasi resiko

sistem pembayaran, pembentukan organisasi dan pembagian tanggung jawab,

mekanisme kerja serta prosedur operasional dalam upaya pemulihan suatu

sistem pembayaran apabila terjadinya suatu gangguan.

2. TUJUAN BCM – SISTEM PEMBAYARAN

Business Continuity Management – Sistem Pembayaran (BCM-SP) pada

dasarnya merupakan langkah-langkah antisipasi terhadap gangguan yang akan

berdampak terhadap fungsi dan proses kritikal dalam penyelenggaraan sistem

pembayaran serta memastikan penanggulangan yang dilakukan terencana dan teruji.

Adapun tujuan BCM Sistem Pembayaran adalah sebagai berikuit :

1. Meningkatkan kehandalan dan kesinambungan operasional sistem pembayaran

dalam menjaga reputasi Bank Indonesia sebagai otoritas sistem pembayaran.

2. Mencegah dan memulihkan infrastruktur dan peralatan pendukung operasional

sistem pembayaran serta mengurangi dampak kerugian keuangan apabila

terjadinya kondisi gangguan.

Page 3: Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Edisi 2006.1 17 Oktober 2006 Halaman

3

3. Memperjelas tanggung jawab dan mekansisme kerja pihak-pihak yang terlibat

dalam BCM-SP sehingga dapat mempercepat waktu proses pengambilan

keputusan dalam kondisi terjadinya gangguan.

4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan pemulihan operasional sistem

pembayaran serta kesiapan petugas operasional da lam upaya pemulihan sistem

pembayaran apabila terjadinya gangguan.

3. KONSEP DAN METODOLOGI BCM SISTEM PEMBAYARAN

Pengertian dan konsep Business Continuity telah mengalami

perkembangan yang cukup pesat sejalan dengan perhatian dan kejadian yang

dialami pelaku industri dalam menjamin kelangsungan business yang

dilakukan. Perkembangan konsep Business Continuity juga diikuti dengan

munculnya beberapa istilah Business Continuity yang terkadang masih

menjadi perdebatan dikalangan pelaku industri dan akademisi.

Dalam penyusunan BCM-SP, pengertian Business Continuity akan

mengacu kepada The Business Continuity Institute sebagai lembaga profesi

yang bergerak dalam sertifikasi Business Recovery dan standar yang

dikeluarkan oleh Committee on Payment and Settlement Systems, Bank for

International Settlements (BIS).

Menurut The Business Continuity Institute, 2002, definisi Business

Continuity Management (BCM) adalah :

A holistic management process that identifies potential impacts that threaten an organisation and provides a framework for building rililience with the capability for an effective response that safeguards the interests of its key stakeholders, reputation, brand and value creating activities.

Page 4: Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Edisi 2006.1 17 Oktober 2006 Halaman

4

Sedangkan Business Continuity Planning (BCP), sebagai bagian dari

BCM, dapat diartikan sebagai :

A clearly defined and documented plan for use at the time of business continuity emergency, event, incident and/or crisis. Typically a plan will cover all the key personnel, resources, services and actions required to manage the BCM process.

Dengan pengertian diatas maka dokumen BCP terdiri dari langkah-

langkah pemulihan business (Business Recovery atau Business Resumption),

langkah pemulihan infrastuktur teknologi informasi (Disaster Recovery) dan

langkah darurat (Contingency Plan). Sebagai gambaran, beberapa fokus dan

isi dari ketiga langkah pemulihan dalam dokumen BCP dapat disajikan dalam

tabel berikut :

BCP Business Recovery

Business Resumption

Disaster Recovery

Contingency Plan

Tujuan Pemulihan Business Proces kritikal

Pemulihan Business melalui proses restore

Pemulihan Aplikasi, Hardware, Software

Pemulihan business process melalui langkah darurat

Fokus process recovery Kembali ke proses normal

Data Recovery Make do

Teladan Penyerahan warkat terganggu

Tempat Penyerahan warkat terbakar

Tandem down Sistem BI-RTGS down

Solusi Perpanjangan penerimaan loket warkat

Alternatif tempat penyerahan warkat

Tandem Back up Operasinal di sistem/prosedur lain (manual)

Tabel 1. Dokumen Business Coninuity Planning

Page 5: Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Edisi 2006.1 17 Oktober 2006 Halaman

5

3.1. BUSINESS CONTINUITY MANAGEMENT SISTEM PEMBAYARAN

Sistem pembayaran memiliki fungsi yang krtikal dalam menunjang

kegiatan perekonomian nasional. Kesinambungan operasional sistem

pembayaran membantu terselenggaranya sistem keuangan yang stabil dan

kuat.

Dalam penyelenggaraan sistem pembayaran, Committee on Payment

and Settlement Systems, Bank for International Settlements (CPSS-BIS) telah

mengeluarkan panduan yang dikenal dengan nama Core Principles for

Systemically Important Payment Systems. Core Principles berisi 10 prinsip

penyelenggaran sistem pembayaran dengan tujuan agar pelaksanaan kegiatan

sistem pembayaran yang bersifat kritikal dan sistemik dapat berjalan dengan

aman dan efisien.

Sistem pembayaran yang termasuk kedalam Systemically Important

Payment Systems merupakan sistem yang bersifat kritikal dan robust dimana

terjadinya gangguan terhadap sistem tersebut akan menyebabkan shock dan

dapat berkontribusi terhadap terjadinya krisis di sistem keuangan. Dengan

melihat pengertian tersebut maka dalam penyelenggaraan sistem pembayaran

di Indonesia, Sistem Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement dan Sistem

Kliring Nasional (Clearing/Netting System) dapat dikategorikan sebagai

Systemically Important Payment Systems.

Dengan demikian, penyelenggaraan sistem BI-RTGS dan SKN harus

memenuhi (comply) terhadap CPSS Core Principles. Salah satu Core Principles

yang terkait dengan dengan kesinambungan operasional sistem pembayaran

adalah Core Principle VII, Bank for International Settlements yaitu :

Page 6: Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Edisi 2006.1 17 Oktober 2006 Halaman

6

The system should ensure a high degree of security and operational reliability and should have contingency arrangements for timely completion of daily processing.

Dengan demikian, Bank Indonesia sebagi operator perlu

memperhatikan aspek operational reliability dalam penyelengaraan sistem

BI-RTGS dan SKN-BI, diantaranya adalah :

1. Penyelenggara sistem harus memperhatikan potensi gangguan baik dari

sistem teknologi maupun gangguan yang disebabkan oleh infrastruktur

lain dan bencana alam.

2. Sistem memerlukan dokumen sistem dan prosedur operasional yang baik,

tegas dan menyeluruh.

3. Penyelengara sistem harus memiliki dokumen resmi business continuity

plan yang resmi mudah dan praktis.

4. Dokumen Business Continuity Plan harus terdokumentasi dengan baik dan

dilakukan testing secara berkala

Mengacu kepada standar penyelenggaraan sistem pembayaran yang

ditetapkan dalam Core Principles dalam maka penyusunan Business Continuity

Management Sistem Pembayaran ini menjadi suatu keharusan.

3.2. METODE TAHAP PENGEMBANGAN

Dalam penyusunan BCM Sistem Pembayaran akan menggunakan metode

pengembangan yang mengacu kepada Good Practice Guidelines, The Business

Continuity Institute. Metode yang digunakan merupakan Tahap-tahap pengembangan

Business Continuity Management (BCM-life cycle) yang dapat digambarkan sebagai

berikut :

Page 7: Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Edisi 2006.1 17 Oktober 2006 Halaman

7

The Business Continuity Management Programme

Sebagai tahap awal, diperlukannya keterlibatan manajemen puncak, penyusunan

struktur oragnisasi dan kebijakan yang akan diambil dalam pengembangan BCM

Sistem Pembayaran.

Tahap I : Understanding Your Business

Untuk menyusun BCM strategi yang tepat maka langkah awal yang perlu

dilakukan adalah memahami kegiatan usaha yang dijalankan. Beberapa teknik

akan dilakukan adalah melalui Business Impact Analysis dan Risk Assessment.

Tahap II : Business Continuity Management Strategies

Pada tahap ini dilakukan pemilihan strategi BCM yang tepat dari beberapa pilihan

yang didapat dari informasi kajian Business Impact Analysis dan Risk Assessment.

Tahap III : Developing a Business Continuity Management Response

Fokus pada tahap ini akan ditujukan untuk mengidentifikasi beberapa langkah

kegiatan yang dipandang perlu untuk dapat memulihkan gangguan yang terjadi

pada kondisi normal.

BCM

3

1

2

4

5

Page 8: Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Edisi 2006.1 17 Oktober 2006 Halaman

8

Tahap IV : Developing a Business Continuity Management Culture

Pada tahap ini akan digambarkan langkah-langkah untuk meningkatkan kesadaran

(awareness) akan BCM melalui desain komunikasi, training dan sosialisasi yang

terintegrasi dengan strategi organisasi.

Tahap V : Exercising, Maintenance and Audit

Fokus pada tahap ini adalah penyusunan strategi testing, upaya-upaya

pemeliharaan dan proses audit yang dilakukan dalam BCM Sistem Pembayaran.

4. BUSINESS IMPACT ANALYSIS DAN RISK ASSESSMENT SISTEM PEMBAYARAN

4.1. BUSINESS IMPACT ANALYSIS SISTEM PEMBAYARAN

Business Impact Analysis adalah landasan awal dalam proses penyusunan BCM

sistem pembayaran melalui proses identifikasi dampak bisnis, identifikasi

aktivitas yang kritikal, penentuan target waktu pemulihan, dan pengukuran

standar operasi minimal yang dibutuhkan.

Tujuan dari Business Impact Analysis adalah :

1. Memperoleh informasi yang menyeluruh mengenai fungsi oraganisasi

dan business prcess yang kritika serta tingkat prioritas dari proses

pemulihan setiap business process yang dilakukan.

2. Memberikan informasi kepada manajemen mengenai Maximum

Tolerable Outage untuk setiap business process

3. Menyediakan informasi kepada manajemen dalam proses pengambilan

keputusan/strategi yang akan ditentukan

Page 9: Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Edisi 2006.1 17 Oktober 2006 Halaman

9

Dalam penyusunan Business Impact Analysis Sistem Pembayaran

dilakukan metode sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi business process yang dilakukan dalam penyelenggaraan

sistem BI-RTGS dan SKNBI. Identifikasi ini disusun berdasarkan business

process yang dilakukan Bank Indonesia baik sebagai penyelengara sistem

(operator) meupun Bank Indonesia sebagai peserta sistem (user).

2. Melakukan analisa interdependensi antar business process untuk

mengidentifikasi dampak resiko yang akan dihadapi apabila suatu business

proses mengalami gangguan.

3. Melakukan identifikasi tingkat kritikal setiap business process dan

menentukan Maximum Tolarable Outage melalui metode Enterprise Risk

Management dan Business Impact Analysis Matrix

4.2. RISK ASSESSMENT SISTEM PEMBAYARAN

Risk assessment merupakan tahap lanjutan dalam proses identifikasi business

process dengan memfokuskan kepada business process yang bersifat sangat

kritikal atau beresiko besar (high level). Risk Assessment juga berfungsi

untuk mengidentifikasi business process yang bersifat “single points of

failure”.

Tujuan dilakukannya proses Risk Assessment adalah :

1. Mengidentifikasi ancaman/gangguan yang mungkin terjadi baik secara

internal maupun eksternal

2. Melakukan assessment terhadap ancaman/gangguan yang didasarkan

pada probability (kecenderungan) dan impact (dampak)

3. Menentukan prioritas tingkat ancaman/gangguan berdasarkan

pengukuran risk assessment

Page 10: Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Business Continuity Management Sistem Pembayaran

Edisi 2006.1 17 Oktober 2006 Halaman

10

4. Menyediakan informasi untuk penetapan strategi manajemen resiko

Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Risk Assessment adalah sebagai

berikut :

1. Melakukan identifikasi ancaman/gangguan terhadap business process

yang bersifat kritikal yang dihasilkan Business Impact Analysis.

2. Menentukan nilai (scoring) tingkat kecenderungan (probability)

terjadinya ancaman/gangguan berdasarkan data kejadian masa lalu.

3. Menentukan estimasi nilai (scoring) tingkat dampak (impact) dari

suatu ancaman/gangguan.

4. Menghitung resiko dari setiap ancaman/gangguan terhadap business

process dengan mengkobinasikan antara tingkat kecenderungan

(probability) dan tingkat dampak (impact) dari suatu

ancaman/gangguan.