Top Banner
Burn Injury DEFINISI Burns adalah definisi yang digunakan untuk menggambarkan cutaneous injur akibat dari thermal, chemical atau electrical. Sebagai tambahan cutaneous injury,burn sering dihubungkan dengan smoke inhalation injury atau traumatic injuries lainnya yang memperberat masalah local dan systemic pada burns. Cedera terhadap jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan panas kering (api), panas lembab (uap/cairan), kimiawi (bahan-bahan korosif), barang-baang elektrik (aliran listrik/lampu), friksi/energi elektromagnetik, dan radiasi. Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan cutaneous injury yang dihasilkan dari thermal, chemical, atau penyebab electrical environmental. Multisystem injury with the interaction of shock, inflammation, and immunocompromise. RESPON PHYSIOLOGY TUBUH TERHADAP PANAS Local respon Direct effect Ditandai dengan physical dislocation di dalam sel dan konsetrasi tinggi garam menyebabkan kristalisasi di intraseluler dan ekstraseluler. Indirect effect Perubahan sirkulasi, temperature drop, vasoconstriction of blood vessel: ischemic injury dan hypoxy dan increase viscosity.
45

Burn Injury

Jul 31, 2015

Download

Documents

Alfi Wakhianto
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Burn Injury

Burn Injury

DEFINISI

Burns adalah definisi yang digunakan untuk menggambarkan cutaneous injur akibat dari

thermal, chemical atau electrical. Sebagai tambahan cutaneous injury,burn sering dihubungkan

dengan smoke inhalation injury atau traumatic injuries lainnya yang memperberat masalah local dan

systemic pada burns.

Cedera terhadap jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan panas kering (api), panas

lembab (uap/cairan), kimiawi (bahan-bahan korosif), barang-baang elektrik (aliran listrik/lampu),

friksi/energi elektromagnetik, dan radiasi. Istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan

cutaneous injury yang dihasilkan dari thermal, chemical, atau penyebab electrical environmental.

Multisystem injury with the interaction of shock, inflammation, and immunocompromise.

RESPON PHYSIOLOGY TUBUH TERHADAP PANAS

Local respon

Direct effect

Ditandai dengan physical dislocation di dalam sel dan konsetrasi tinggi garam

menyebabkan kristalisasi di intraseluler dan ekstraseluler.

Indirect effect

Perubahan sirkulasi, temperature drop, vasoconstriction of blood vessel: ischemic injury

dan hypoxy dan increase viscosity.

Local respon

Hypertermia

a. Heat cramps

Kehilangan elektrolit (ca) akibat berkeringat

Kontraksi terus-terusan menyebabkan cramps

b. Heat exhaustion

Terjadinya cepat dan tiba-tiba

Lemas dan collapse: karena kegagalan jantung untuk kompensasi

hypovolemia.

Secondary: Karena kehabisa cairan

c. Heat stroke

Page 2: Burn Injury

Kegagalan thermoregulatory terhadap terhadap kelembaban dan suhu

ruangan.

Kehilangan keringat meningkat; suhu tubuh meningkat.

Vasodilatasi pheriper dengan pheripher blood pooling menurun. Penurunan

sirkulasi volume darah.

Necrosis myocardium, arrythmiac dn DIC

Hypothermia

Pada prolonged eksposur padapenurunan temperature: hypothermia.

Burn injury mengakibatkan perubahan dramatic dalam beberapa fungsi fisiologis dalam

beberapa menit setelah kejadian.

Efek burn tergantung pada 2 faktor luas permukaan tubuh

kedalaman cutaneous

Luas permukaan tubuh burn dapat digambarkan oleh presentasi dari TBSA injured. Burn > 20%

TBSA kebanyakan pada adult dipertimbangkan menjadi major burn injuries dan berhubungan dengan

massive evaporative water loosses, perubahan jumlah cairan dan elektrolit yang terus menerus di

jaringan → mengakibatkan generalized edema dan circulatory hypovolemia. Kedalaman

dikategorikan berdasarkan keparahan pada elemen epidermis dan dermis kulit dan apakah

perubahannya permanent/reversible injury.

EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI

Incidence burn diunited states turun dari 4,2/100.000 (tahun1961-1964) menjadi 1,5/100.00

(tahun 1993-1996)

Kematian karena fire dan burn injuries menurun 50%,diperkirakan 5500 burn mengalami

kematian (1991), dibanding 9000 burn yang disertai kematian (1971)

Penyebab burn injuries:

Nonthermal, seperti chemical,electrical atau radioactive; dan thermal,akibat dari thermal contact,

flame, atau scald.

Chemical injury akibat dari contact dengan substances yang secara langsung toxic terhadap skin atau

lapisan respiratiry atau alimentary tract.chemical yang sering adalah acid,alkali, atau organic agent

yang disebut vesicant, yang menyebabkan blister pada permukaan ephitelial.

Electrical burn akibat dari konduksi arus listrik melalui tubuh dan resultant panas pada jaringan atau

flash over the bod surface, berhubungan dengan electrical discharge.

Page 3: Burn Injury

PATHOPHYSIOLOGY DAN MANIFESTASI KLINIS

Burn injury mengakibatkan perubahan yang dramatis dalam fungsi fisiologi pada tubuh dalam

beberapa menit pertama dan bahkan setelahnya.

Efek dari burn injury tergantung kepada 2 faktor, diantaranya:

a. Luas permukaan tubuh yang terkena

b. Kedalaman dari cutaneous injury

Pasien degan persentasi TBSA melebihi 20% diperkirakan sebagai major burn injury dan

diasosiasikan dengan massive evaporative water loss serta pengeluaran dari sejumlah besar cairan

dan elektrolit dalam jaringan. Kondisi ini dimanifestasikan dengan generalized edema dan

circulatory hypovolemia

Kedalaman dari cutaneous injury telah dikatagorikan dengan banyak cara, akan tetapi seallu

tergantung kepada tingkat keparahan injury yang terjadi pada elemen epidermal dan dermal pada

kulit, serta apakah perubahan tersebut merupakan injury permanent atau reversible.

Pada pasien dengan major burn injury dapat mengalami burn shock. Burn shock merupakan

kondisi yang terdiri dari component hypovolemic cardiovascular dan komponen cellular.

Hypovolemia yang disebabkan karena kehilangan cairan yang parah dari volume darah yang

bersirkulasi. Kehilangan ini disebabkan karena peningkatan permeabilitas kapiler yang terus

berlangsung sampai 24 jam setelah burn injury.

Metabolism cellular terganggu ketika proses ‘burn wound’ mengakibatkan perubahan

permeabilitas sel membrane dan kehilangan homeostasis electrolyte normal. Kegagalan selular ini

merupakan proses patofisiologi yang bertanggung jawab terhadap pembentukan burn shock.

Cardiovascular and Systemic Response to Burn Injury

Peningkatan pulmonary vascular resistance atau myocardial contractility.

Perbaikan volume intravascular normal tidak dengan saline solution atau materi-materi colloid

( seperti: albumin, darah, atau dextrans) tidak memperbaiki pulmonary vascular resistance atau

myocardial contractility.

Terjadi penurunan cardiac out put yang disebabkan karena:

Perfusi dari kebanyakan jaringan yang tidak cukup kuat pada level kapiler.

Page 4: Burn Injury

Reactive oxygen radicals yang menyerang mebran sel dan organel-organel subcellular lainnya

sebagai hasil dari ischemic pertama, kemudian mengakibatkan reperfusi jaringan selama burn

shock dan resuscitasi

Level nitric oxide setelah burn injury, yang bisa memilii efek depresan terhadap myocardial

secara langsung.

Infus cairan tidak mengembalikan cardiac output sampai ke level sebelum terbakar.

Hypovolemic shock yang ditandai dengan penurunan atau penghentian urine output .

Pasien dewasa yang menerima cairan IV yang cukup ditandai dengan jumlah ekskresi urinyang

mencapai 30-50 mL/hari; sedangkan pada pasien anak-anak akan menghasilkan 1 mL/kg/hari.

Jika pasien tidak memiliki out put urine yang cukup, maka mengindikasikan resusitasi cairan yang

tidak cukup kuat.

Hal hang perlu diingat bahwa pasien akan mengalami kehilangan cairan secaa dramatis selama

periode resusitasi melalui perpindahan cairan ke interstitium, exudasi dan evaporasi.

Edema yang dapat menyebabkan obstruksi mechanical pada airway, serta memperparah

pulmonary edema (dihubungkan dengan inhalation Injury)

Celular Response to Burn Injury

Perubahan permeabilitas endothelial kapiler mengakibatkan kehilangan cairan vascular,

perubahan potensial transmembrane yang dirusak oleh panas secara tidak langsung.

Peubahan selular dapat dikategorikan menjadi (1) respon metabolic terhadap burn injury, dan (2)

respon imunologis terhadap burn injury.

a. Metabolic Response to Burn Injury

Pada kondisi ini terjadi penurunan resting membrane potensial, penurunan amplitude aksi

potensial, serta perpanjangan waktu depolarisasi dan repolarisasi. Dysfungsi cellular pada

burn injury meluas karena terjadi gannguan pada potensial transmembrane dan kerusakan

pompa Na-K yang menginduksi kehilangan magnesium intracellular dan fosfat serta

peningkatan level lactic dehydrogenase (LDH) serum.

Burn Injury menginduksi kondisi hypermetabolisme sampai terjadi penutupan luka. Kondisi

hypermetabolisme ini dapat disebabkan karena:

Peningkatan level catecholamine. Peningkatan jumlah catecholamine ditemukan pada

serum dan urinorang yang terbakar.

Peningkatan level cortisol, glucagon dan insulin.

Oleh karena itu terjadi peningkatan gluconeogenesis, lipolysis dan proteolysis.

Perubahan emetabolisme lipid direfleksikan dengan peningkatan Free Faatty Acid (FFA)

plasma dan penurunan kolesterol serta fosfolipid plasma.

Peningkatan serta pengaturan ulang dari thermal regulatory set-point

Page 5: Burn Injury

Produksi cytokine, Oxygen Radicals, Chemotactic substance dan eicosanoid yang

berkontribusi terhadap respon inflamasi sistemik dan keadaan hipermetabolik.

Perubahan fungsi hipotalamik mengakibatkan peningkatan dari hGH

Kondisi hipermetabolik ini tidak menurun pada selama masa istirahat, tidur atau kondisi

hangat.

Terjadi Inflammatory systemic sehingga menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah,

peningkatan permeabilitas kapiler dan edema yang bertujuan untk memfasilitasi perbaikan

untuk daerah local.

Terjadi evaporative water loss yang berlebihan yang merupakan proses heat-consuming, dan

energy untuk evaporasi dipersiapkan dari peningkatan produksi panas visceral.

Bukti dari response hepatic terhadap burn injury ditandai dengan perubahan dalam factor

pembekuan. Kondisi hypercogulable berkembang sebagai manifestasi dari peningkatan

konsentrasi fibrinogen plasma yang ditunjukkan dalam pemendekkan prothrombin time (PT)

dan aktivasi dari partial thromboplastin time (PTT)

Kesimpulannya burn injury yang luas menginisiasi perubahan metabolism tubuh paling

banyak yang dihubungkan dengan segala penyakit. Hal ini ditandai dengan adanya kondisi

tachycardia, hyperpnea, hyperpyrexia dan penurunan berat tubuh yang diakibatkan karena

peningkatan aktivitas metabolic dan akselerasi dari katabolieme tubuh.

Setelah keluar dari rumah sakit, pada pasien ini dapat berkembang penurunan densitas tulang.

b. Immunologic Response

Respon immunologis terhadap burn injury adalah segera, prolonged dan berat.

Terjadi kondisi immunosupresi sehingga meningkatkan kemungkinan untuk mengalami fatal

systemic burn wound sepsis.

Beberapa cytokine terdeteksi dalam serum pasien yang mengalami burn injury, diantaranya:

IL-1, level IL-1 yang lebih rendah dihubungkan dengan mortalitas yang lebih tinggi.

IL-2, kondisi fatal burn injury sering kali menunjukkan penurunan level IL-2, yang

mengakibatkan penurunan T helper 1 (Th 1). Th1 menghasilkan IL-2, interferon-γ dan

TNF yang membantu untuk mengawali imunitas selular dan produksi IgG.

IL-4, peningkatan IL-4 mengakibatkan pergantian produksi sel T-Helper dari Th1

menjadi Th2

IL-6, IL-6 bersama-sama dengan platelet activating factor, mengaktifkan

polymorphonuclear Neutrofil yang menyebabkan infiltrasi meutrofil pada jaringan yang

terbakar dan menempel pada permukaan endothel pembuluh darah.

IL-8, IL-8 meningkat secara signifikan pada seseorang dengan TBSA lebih dari 40%.

Aktifitas IL-8 berperan dalam kekuatan dan aktivasi neutrofil pada orang dengan luka

bakar yang besar.

Page 6: Burn Injury

Makrofag, platelet, neutrofil dan sel-sel vascular endothelial melepaskan prostaglandin dan

leukotrin yang menyebabkan terajdinya vasodilatasi perifer, pulmonary vasoconstriction,

peningkatan permeabilitas kapiler, dan ischemia jaringan local pada luka bakar.

Aktivasi system komplemen pada jaringan yang injuri mengakibatkan terjadinya respon

inflamasi karena pelepasan histamine dan serotonin oleh C3a dan C5a. Baik histamine

maupun serotonin merubah permeabilitas kapiler dan berpartisipasi dalam mekanisme burn

shock.

Burn shock bisa menginduksi perubahan integritas dinding intestinal, memfasilitasi bacterial

translocation dan endotexemia. Translokasi bakteri dari usus merupakan mekanisme dari

infeksi yang dapat mengakibatkan septic shok setelah burn injury dan trauma major lainnya.

Evaporatif Water Loss

Kemampuan kulit untuk meregulasi evaporative water loss sepenuhnya rusak

Terjadi peningkatan total evaporative loss, karena terjadi peningkatan melalui kulit dan paru-

paru.

Penilitian telah mengindikasikan bahwa kehilangan cairan yang tidak terasa pada kulit yang

terbakar bukan dari evaporasi air dari kelenjar keringat akan tetapi dari penguapan cairan

yang terbentuk dalam tubuh dan hilang melalui kulit..

Page 7: Burn Injury

BURN WOUND DEPTH

Klasifikasi burn wound depth biasanya berdasarkan tampailan phsical dan symptoms yang

berhubungan dengan kulit ang dipengaruhi. Diagnosis ditentukan oleh kedalaman hystologi jaringan

yang necrosis. Evaluasi histologi yang tidak berhasil, mengharuskan skin biopsy,. Penilaian klinis

kedalaman digunakan dan ditentukan final diagnosis.

Depth of burn Injury

Karakterisitk First degreeSecond degree

Third degreeSuperficial Deep

Morfologi

kerusakan

Hanya terkena

pada lapisan

epidermis

Epidermis dan

dermis

Epidermis dan

dermis

Epidermis,

dermis, dan

subcutaneous

Fungsional kulitIntact ( tidak

rusak )Absent Absent Absent

Tactile dan

sensasi nyeriIntact Intact

Intact tapi

sensasinya

berkurang

Absent

Blister

Muncul hanya

setelah 24 jam

pertama

Ada dalam

beberapa menit,

dengan dinding

tebal terisi

cairan, flat wall

Blister berisis

cairan (fluid-

filled blister)

Jarang

Setelah initial

debridement

Skin peels at

24-48 hr,

normal or

slightly red

underneath

Red to pale

ivory, moist

surface

Mottled with

areas of waxy

white, dry

surface

White, cheery

red/black, may

contain visible

throbosed veins,

dry, hard leathery

surface

Waktu perbaikan 2-5 days 21-28 days 30 days to many Will not heal,

Page 8: Burn Injury

kulit months

may close from

adges as

secondary

healing if wound

is small

Pembentukan

jaringan parutnone

May be present,

low incidence

influenced by

genetic

predisposition

Highest

incidence

because of slow

healing rate

promoting scar

tissue

development,

also influenced

by genetic

predisposition

Skin graft,

scarring

minimized by

early excision

and grafting,

influenced by

genetic

predisposition

First-degree burns

First-degree burns adalah partial-thickness injury hanya meliputi epidermis dan injury tidak

sampai kedalam dermal atau jaringan subcutaneous.

Kulit memperlihatkan water vapor dan bacterial barrier functions. Sunburns adalah first-

degree injuries disebabkan oleh terpaparnya kulit oleh radiasi UV dari matahari. Awalnya, local pain

dan erthema, tapi tidak terlihat blister sampai setelah 24 jam.

First-degree burns yang meluas menyebabkan respon systemic seperti chills, headache,

localized edema dan nausea atau vomiting.

Tidak ada treatment pada extensive first-degree burn yang dibutuhkan oleh orang dewasa atau

bayi, dalam kasus yang berat nausea dan vomiting menyebabkan inadequate fluid intake dan

dehydrasi. Therapy terdiri dari intravenous hydration sampai nausea dan vomiting berkurang 24-72

jam setelah burn injury.

Second-degree burns

Menggambarkan dua katagori ditandai dengan karakteristik berbeda

Page 9: Burn Injury

1. Superficial partial-thickness injury, terlihat thin walled, fluid-filled blister yang berkembang

hanya dalam beberapa menit setelah injur. Karakteristik dominan lainnya pada superficial injury

adalah pain.

2. Deep partial-thickness burn, meliputi dermis kecuali skin appendages seperti hair follicle dan

sweat glands. Burns sering terlihat waxy white dan dikelilingi oleh batas superficial partial-

thickness injury.

Third-degree burns, atau full-thickness injuries

Kerusakannya meliputi epidermis, dermis dan sering merusak pada jaringan subcutaneous.

Ketika, semua jaringan subkutan, dan otot dan tulang juga terkena full-thicness wound sering terlihat

tidak berbahaya, ketika warnanya putih dan batas antara kulit normal burn tidak ditandai dengan

perubahan warna. Elastisitas dermis tidak ada, wound dry dan terlihat mengelupas dan texture

terbentuk edema. Terdapat painless karena semua nerve ending rusak oleh injury.

SEVERITY BURN (RULES OF NINE)

Page 10: Burn Injury

Secara keseluruhan, keparahan luka bakar berdasarkan kedalaman dan ukuran burn tersebut.

Menghitung ukuran burn ini sulit karena tiap individu memiliki ukuran yang berbeda dalam bentuk,

sudut dan berat.

Untuk menghitung ukuran burned ini, digunakanlah persentasi total area tubuh. Patokan yang masih

dipakai dan diterima luas adalah mengikuti Rules of Nines dari Wallace.

Tubuh terbagi menjadi 11 bagian :

Head

Right arm

Left arm

Chest

Abdomen

Upper back

Lower back

Right thigh

Left thigh

Right leg (below the knee)

Left leg (below the knee)

Rules of nine digunakan untuk menghitung luka

yang mengakibatkan blister atau lebih parah (derajat 2 atau 3). Setiap burn injury dihitung

berdasarkan ketetapan persennya. Namun jika luka bakar hanya setengah, maka diberlakukan

setengahnya. Dan jika injury yang diimbulkan kecil, maka penghitungan

dilakukan berdasarkan telapak tangan. Luas satu telapak tangan pasien

ekuivalen dengan 1 persen luas permukaan tubuhnya.

Perhitungan Rules of nines ini berbeda pada anak-anak. Tiap anak yang

beranjak 1 tahun, maka pada bagian kepala dan trunknya dikurangi 1 per

tahunnya, namun pada bagian lower limb ditambah ½ per tahunnya.

Pertambahan ini terhenti ketika usia anak 10 tahun.

MANAGEMENT

FIRST AID FOR BURN

Untuk major burns (second and third degree burns)

Page 11: Burn Injury

1. Pindahkan korban dari lokasi pembakaran, pikirkan juga keselamatan diri sendiri.

2. Singkirkan semua bentuk burning material dari pasien.

3. Telpon 911 atau jalur emergensi lainnya jika dibutuhkan.

4. Ketika koban telah ada di tempat yang aman, jagalah pasien agar tetap hangat dan tenang.

Cobalah untuk membungkus area luka dengan kain bersih jika tersedia. Jangan gunakan air

dingin untuk membalut atau mengompres pasien karena hal ini dapat memnyebabkan suhu

tubuh pasien drop dan menyebabkan hypothermia.

Burn pada wajah, lengan dan kaki harus selalu diperhatikan secara signifikan.

Untuk minor burns (burn derajat satu atau derajat dua termasuk small area pada tubuh)

Cuci luka perlahan dengan air hangat suam-suam kuku.

Jangan gunakan mentega untuk mengobati luka.

Singkirkan benda yang berpotensi menjadi benda penkonstriksi seperti cincin, gelangdan

yang lainnya (edema atau swelling dari inflammasi mungkin saja terjadi, dan benda-benda ini

dapat saja merobek kulit).

Oleskan salep topical antibiotic meliputi luka bakar seperti Bacitracin or Neosporin.

Jika terdapat luka yang dalam dan mungkin saja burn tingkat kedua atau ketiga, medical care

harus dilakukan.

Imunisasi tetanus dapat dilakukan jika dibutuhkan.

KRITERIA UNTUK RUJUKAN RUMAH SAKIT & BURN CENTER

Dilihat dari keparahan symptoms dari smoke inhalation dan burn injury-nya.

Pasien dengan smoke inhalation, meski burn injury sedikit.

Pasien dengan luka baker > 15% TBSA

Jika tidak ada luka baker, tergantung dari :

ada symptom yang parah

penyakit-penyakit yang dimiliki

lingkungan sosial

Page 12: Burn Injury

Pasien sehat dengan symptom ringan (mild) yaitu sedikit sesak, ada sedikit produksi sputum, CO

level < 10, BGA normal.

Jika riwayat pasien ada penyakit jantung atau paru-paru, dan memiliki symptom smoke inhalation

Pasien dengan smoke inhalation sedang (moderate) yaitu sesak,ada sputum, CO level 5-10, BGA

normal.

Pasien dengan smoke inhalation berat (severe) yaitu air hunger, sesak parah, banyak sputum.

KRITERIA RUJUK KE BURN CENTER

Pasien yang butuh dibawa ke burn center setelah sebelumnya dilakukan penilaian awal dan stabilisasi

di ruang emergensi :

1. Luka bakar tingkat 2 dan 3, > 10% TBSA, usia pasien <10 thn atau > 50 thn.

2. Luka bakar tingkat 2 dan 3, > 20% TBSA, usia pasien 10-50 thn.

3. Luka bakar tingkat 2 dan 3, dan ada luka yang mengenai wajah, tangan, kaki, genitalia,

perineum dan sendi utama.

4. Luka bakar tingkat 3, > 5% TBSA

5. Electrical burn

6. Chemical burn

7. Inhalation burn

8. Pasien luka bakar yang memiliki riwayat penyakit, sehingga membutuhkan perlakuan,

managemen khusus, dan memiliki resiko kematian lebih besar.

9. Pasien disertai fraktur

10. Luka bakar pada anak yang dirujuk ke RS tanpa personel dan peralatan untuk pediatric.

11. Luka bakar yang melibatkan aspek social dan emosional.

KRITERIA MEDIS UNTUK OUTPATIENT

1. Tidak ada komplikasi dari thermal injury seperti inhalation injury

2. Resusitasi cairan sudah terpenuhi

3. Keadaan pada saat masih di RS sudah stabil

4. Intake nutrisi sudah mencukupi

5. Tidak ada rasa nyeri berlebihan

6. Tidak ada komplikasi sepsis

Pastikan pasien memiliki keluarga atau kerabat yang akan membantu dalam kegiatan sehari-hari

pasien (seperti makan, kebersihan diri) juga membantu dalam proses penyembuhan misal mengganti

wound dressing setiap hari, minum obat dan fisioterapi sederhana

Page 13: Burn Injury

ASSESMENT AND MANAGEMENT OF BURN INJURIES DI RUMAH SAKIT

Assesment

1. Mekanisme Injury

Burn yang terjadi pada ruangan yang tertutup, biasanya menghasilkan inhalasi injury.

Ledakan dapat menyebabkan barometric injury dari paru-paru dan juga menyebabkan

blunt trauma.

2. Associated Injuries

Mungkin dapat terjadi pada korban yang terbakar karena ledakan, meloncat atau jatuh

fractures, abdominal organ injury, pulmonary contusion, and pneumothorax.

3. Umur Pasien

Pemilihan management juga dipengaruhi oleh umur pasien.

4. Status Kesehatan

Status kesehatan pasien juga harus dilihat seperti alergi, pengobatan, hypertension, dan

diabetes mellitus. Karena dapat mempengaruhi management yang akan dilakukan.

5. Pemeriksaan Fisik

1. Airway

Merupakan prioritas utama.

Supraglottic tissue edema dapat terjadi setelah 12 jam pertama → akibatnya merusak

jalan napas dengan cepat

Larynx melindungi supraglottic dari thermal injury secara langsung tetapi tidak pada

injury akibat inhalasi gas beracun.

Physical sign :

Hoarseness

Stridor Facial burn Singed facial hair Adanya carbonaceous sputum

2. Breathing

Evaluasi untuk

Effort

Kedalaman respirasi

Ausculasi suara napas

Circumferential deep burn of the thorax → terhambatnya inspiras i→ diharuskan

untuk escharotomies pada anterior axillary lines bilateral.

Carboxyhemoglobin levels

Page 14: Burn Injury

> 10 % : mengindikasikan inhalasi injury (pada nonsmoker).

> 30 % : berhubungan dengan perubahan mental status.

> 60 % : harapan hidup kecil.

3. Circulation

Dinilai untuk mengetahui adanya shock (cepat, lemah atau tidak ada denyutnya) dan

perfusi jaringan.

Tanda-tanda kerusakan pada central perfusion : cyanosis, agitasi, reduced mentation.

Perpindahan intravascular volume ke interstitial compartment, ditambah dengan

exudative dan evaporative water loss dari burn injuri → sirkulasi volume darah

secara cepat.

4. Remove all clothing and jewelry

Melepaskan semua pakaian

Untuk mencegah terjadinya kebaran yang berlanjut dari bahan melted synthetic atau

kimia.

Untuk menilai sejauh mana permukaan tubuh yang terbakar.

Melepaskan perhiasan (khususnya cincin) → untuk mencegah injury yang dihasilkan dari

peningkatan tissue edema.

5. Depth of Burn

First-degree burn

Second-degree burn :

- Superficial partial-thickness

- Deep partial-thickness Full-thickness :

- Third-degree

- Fourth-degree6. Percentage of BSA estimation

a) Small areas : palmar dari tangan pasien = 1 % BSA (body surface area).

b) Large area : Rule of Nine

Management

A. Emergency Care

1. Resusitasia) Oksigen

Diberikan 100 % oksigen pada pasien inhalasi injuri.

b) Intravenous access

Untuk semua pasien dengan BSA > 20 % membutuhkan intravenous fluid.

c) Fluid

Page 15: Burn Injury

Diberikan secara intravena kepada semua pasien dengan BSA > 20 %.

permeabilitas kapiler edema dan evaporative looses.

Evaporative cooling heat loss dan hipotermia.

Acute metabolic acidosis biasanya terjadi secara sekunder akibat tidak

mencukupinya fluid resusitasi.

Resusitasi formula

d) A foley catheter

Digunakan untuk memonitor produksi urin tiap jam sebagai indek dari adequate

tissue perfusion.

Untuk meminimalisir edema, dengan cara menurunkan intravena hydrasi jika

urin output > 1,5 ml/kg per jam.

e) Nasogastric tube

Dilakukan pada pasien dengan nusea, vomiting, dan abdominal distensi.

1. Monitor

2. Laboratory exam

Meliputi :

Baseline complete blood cell count

Electrolytes and renal indices

Beta-HCG (pada wanita)

Arterial carboxyhemoglobin

Arterial blood gas

Urinalysis

3. Moist dressing

Digunakan untuk partial-thickness burn untuk mengurangi rasa askit akibat paparan

udara.

Cool water dapat digunakan pada small-partial-thickness burns yang dapat

mengurangi rasa sakit tapi harus dihindari pada pasien dengan major burns (> 25 %

BSA) dan khususnya pada bayi → hipotermia.

4. Analgesia

Page 16: Burn Injury

Dapat diberikan secara IV line setiap 1-2 jam sekali untuk mengatur rasa sakit tapi dalam

dosis yang kecil → untuk mencegah terjadinya hipotensi, oversedasi, respiratory

depression.

5. Early irrigation dan debridement

Dapat dilakukan dengan menggunakan normal saline dan alat-alat yang steril untuk

membersihkan semua lapisan epidermal yang lepas.

Setelah itu dapat dilanjutkan dengan pemberian topical antimicrobial agent dan steril

dressing.

Debridement diindikasikan untuk mencegah terjadinya infeksi.

6. Topical antimicrobial agent

Organisme yang umum sebagai komplikasi terhadap luka bakar staphylococcus aureus,

pseudomonas aeruginosa, enterococcus species, enterobacteriaceae, group A

streptococci,dan Candida albicans.

a) Silver sulfadiazine

Biasanya paling umum digunakan karena tidak iritasi dan efek samping yang

sedikit.

Ini merupakan suatu cream dimana untuk membantu meminimalisir

evaporative water dan heat loss.

Kontraindikasi untuk pasien dengan glukosa 6-phosphatase deficiency.

b) Mafenide acetate

Memiliki efek lebih baik terhadap gram negative (P. aurigenosa) dan anaerobic.

Dapat terjadi metabolic acidosis dengan cara menghambat carbonic anhydrase.

c) Polymyxin B sulfate

Biasa digunakan pada facial burn dan tidak menimbulkan discolor skin yang

kadang-kadang terjadi pada silver sulfadiazine.

d) Tetanus prophylaxis

Dapat diberikan sebagai tetanus toxoid, o,5 mL, i.m., jika dosis awal diberikan

lebih dari 5 tahun sebelum injury.

Jika immunisasi status tidak diketahui :tetanus immunoglobulin (hyper-te), 250-

500 unit, i.m.

e) Stress ulcer prophylaxis

Contoh : H2 blockers, antacids atau omeprazole.

1. Wound management

Page 17: Burn Injury

Kulit merupakan organ tubuh yang terbesar serta mempunyai luas permukaan yang paling besar.

Kerusakan yang luas pada kulit akan mempengaruhi fungsinya.

Tujuan utama pengobatan luka pada luka bakar adalah memberikan perlindungan baru agar

fungsi-fungsi kulit tidak hilang secara menyeluruh. Perlindungan ini, terutama terhadap infeksi

dan suhu dingin.

Pada luka bakar derajat I & II diharapkan regenerasi spontan dari epitel, maka yang terpenting

adalah menjaga kebersihan luka atau mencegah infeksi. Pada luka bakar derajat II yang terpenting

adalah membuang jaringan mati, menutup lukka dengan tandur kulit atau grafting skin disamping

pencegahan infeksi.

Luka bakar akibat panas api yang tidak kotor tidak perlu dibersihkan. Bulla dibiarkan utuh, cairan

didalamnya disedot atau insisi. Bila tertahan oleh bahan kimia maka luka dicuci dengan air bersih

sebersih-bersihnya. Hindarkan pemakai heksaklorofen karena bahan ini akan diserap melalui luka

sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan dapat menimbulkan gejala neurologis.

Pada luka bakar derajat III yang melingkari anggota gerak terdapat bahaya penekanan (efek

turniket) oleh eskar yang kurang elastis. Konstriksi ini akan menimbulkan statis aliran vena dan

bila edema berkembang lebih jauh dapat terjadi gangguan sirkulasi arteri.

2. Early Excision & Grafing (E&G)

Dilakukan untuk luka bakar yang dalam (deep partial-thickness & full thickness burn), eschar

diangkat dengan surgical dan lukanya ditutup dengan tehnik grafting. Dengan kecenderungan

untuk membuang eschar secepatnya maka luka terbuka yang dihasilkan sangat peka terhadap

infeksi, juga penguapan air dan kehilangan energi menjdai berlebihan, oleh karena itu penutupan

luka dengan tehnik grafting sangat diperlukan. Tetapi sering mendapatkan kesulitan dalam

mendapatkan autograf pada luka bakar luas.

Eksisi eschar sebaiknya sedini mungkin mumgkin sebelum eschar banyak ditumbuhi bakteri.

Kalau pasien telah melampaui masa kritis dalam fase akut, biasanya pada hari ke 2-5 pasca injury.

Tetapi ada juga bisa waktu yang baik untuk melakukan E&G dalam 3-7 hari sampai optimalnya

10 hari setelah injury. Penutupan luka dapat dikerjakanlangsung setelah eksisi atau beberapa hari

kemudian setelah pendarahan atau hematoma tidak akan menghambat skin graft.

Keuntungan :

keadaan umum cepat membaik.

jaringan nekrotik sebagai media tumbuh bakteri dihilangkan.

penyembuhan luka menjadi lebih pendek bila dilakukan tandur kulit.

imbulnya jaringan parut dan kontraktur dikurangi.

sensibilitas pulih lebih baik.

Page 18: Burn Injury

Prioritas E&G secara berurutan sangat diutamakan jari-jari, tangan, pergelangan tangan, siku, lutut,

pergelangan kaki, kaki, batang tubuh dan sisa anggota gerak lainnya.

Technical consideration

dilakukan eksisi dengan >10% TBSA.

Dalam pelaksanaanya dibutuhkan monitoring yang baik, perawatan yang baik, terapi fisik,

dukungan nutrisi, aneshthesi dan dokter 24 jam.

Prosedur eksisi dapat dilakukan setelah pasien stabil, biasanya dalam 1 minggu injury dan

lukanya harus cepat ditutup sebelum terjadi infeksi.

Prosedur yang bisa dilakukan : a. tangential (sequential) excision

b. fascial excision

a. Tangential (sequential) excision

Prinsip : mengeksisi lapisan luka pada sudut tangential di permukaan sampaidicapainya

jaringan yang masih bisa hidup.

Pengankatan luka bakar dapat dilakukan dengan berbagai instrument, biasanya hand

dermatomes.

Secara relative luka bakar dangkal dan moderate akan berdarah cepat dari ratusan kapiler

setelah teriris.

Jika tidak berdarah cepat di kedalaman yang sama, pengirisan dilakukan lebih dalam sampai

dasar dermis atau subcutaneous fat sampai berdarah cepat.

Jika inspeksi pada dasar dermis menampakkan abu-abu atau tumpul agak putih dan berkilau,

atau terlihat adanya trombosed vessel, eksisi harus lebih dalam lagi.

Pendarahan dikontrol dengan sponge yang direndam dalam 1:10000 larutan epineprine.

Pendarahan berlanjut dikontrol dengan judicous electrocautery.

b. Fascial Excision

Diberikan untuk pasien dengan deep full thickness burn atau luas/besar, seumur hidupnya

diberikan pengobatan full thickness burn.

Keuntungan :

Menghasilkan jaringan yang kemampuan hidupnya telah diketahui kepastiannya

Tourniquets bisa digunakan secara rutin untuk extrimitas

Page 19: Burn Injury

kehilangan darah saat operasi lebih sedikit dibanding tangential

Kerugian :

Waktunya lama

Insidensi distal edema lebih meningkat bila eksisinya berupa circumferential

Berbahaya jika kerusakan terjadi pada superficial neuromuscular structure.

Terjadinya pengangkatan saraf cutaneus

Early Reconstruction

E&G, penutupan luka sebelum respon inflammasi terjadi maksimal pada localizd intense

cutaneous dan subsequentiy systemic.

Pengerjaan prosedur dengan hati-hati menurunkan resiko.

Grafting harus menghindari joint, dan grafting dilakukan secara transvers.

Thick STSG (>0,0015inch) terlihat lebih bgus dari thin graft (<0,010inch)

Skin Substitutes

Langkah lanjut utama pada management luka bakar dengan artifisial skin.

Syarat :

siap tersedia

harus memiliki barier function (epidermis)

strukturnya memiliki daya tahan dan fleksibel (dermis)

permanent

affordable / menghasilkan

menahan hypertropik scarring

normal pigmentasi

☺ Dermal Substitutes

Kulit ini ada yang memproduksi sehingga dapat langsung digunakan pada pasien luka bakar. Kulit

ini, dengan prosedur skin graft akan membentuk neo-dermis. Ada 3 macam :

▪ Alloderm,

▪ Dermagraft, tersusun dari fibroblas neonatal manusia yang dikultur pada Biobrane

▪ Integra,

☺ Cultured Skin

SKIN GRAFTING

merupakan proses penutupan luka secara sederhana.

Page 20: Burn Injury

Area yang luka dan luruh sebelumnya telah di excise surgical, dan diberi wound dress setiap hari

hingga siap dilakukan skin graft

Mengambil skin graft dengan menggunakan pisau biasanya dipaha tapi bisa juga pada tempat lain.

Prioritaskan skin graft ini dilakukan pada tempat-tempat vital dahulu seperti di kelopak mata,

wajah, skull, leher, tangan dan genital.

Kriteria early excision & skin grafting :

1. Kasus deep burn injury yang diperkirakan akan mengalami penyembuhan lebih dari 3 minggu

2. Kondisi fisik memungkinkan untuk menjalani operasi besar

3. Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah

4. Tersedia donor yang cukup untuk menutup luka permukaan yang terbuka (raw surface)

Tujuan Skin Graft :

1. hentikan evaporative heat loss

2. agar proses penyembuhan diupayakan sesuai waktu

REHABILITASI

1. Pasien rawat inapTujuan utamanya yakni mempertahankan fungsi dan mencegah komplikasi karena imobilitas yang lama. Maka dilakukan evaluasi harian pergerakan dan fungsi otot untuk merencanakan dan memodifikasi perlakuan. Terapi okupasi dan fisik harus sesegera mungkin diberikan terutama dengan mengangkat ekstrimitas yang terbakar dan menggerakkan untuk meminimalkan edema dan untuk menurunkan indikasi escharotomy. Aktivitas seperti ini akan dapat mempertahankan masa otot dan kekuatan otot yang masih ada. Apabila pasien sudah stabil makan dapat diposisikan di kursi.

Latihan secara pasif harus diprogram dengan hati-hati karena latihan yang berlebihan dan tidak tepat akan menyebabkan distrupsi tendon, muscle tears, hypertropic ossification, traumatic release of scar contractures. Pada pasien yang mengalami luka bakar grade II akan ada jaringan parut yang permanen namun jaringan parut yang hipertropi dapat dilakukan dengan penekanan pada tempat tersebut.

2. Pasien rawat jalanPasien dapat menggunakan pakaian yang cukup melekat dengan tubuh. Pada orang dewasa digunakan selama 6 bulan sedangkan pada anak-anak selama 4 tahun. Biasanya akan tersisa rasa gatal dan nyeri gatal yang biasanya tidak mempan dengan pemberian antipruritik.

3. Dukungan psikologisAdanya kecemasan, depresi, penolakan, penarikan diri, dan regresi terhadap pasien yang mengalami luka bakar terutama trauma terhadap kondisi-kondisi yang menjadi pencetus musibah. Dukungan dari keluarga dan tim yang menangani akan sangat membantu menyokong kejiwaan pasien. Pasien dianjurkan untuk mengikuti komunitas yang pernah mengalami luka bakar lalu sembuh agar dapat memotivasi.

Page 21: Burn Injury

KOMPLIKASI

Neurologic

1. Transient delirium terjadi pada 30% pasien dan akan baik dengan terapi pendukung .2. Seizures kebanyakan terjadi karena hipinatremia atau benzodiazepine withdrawal.3. Peripheral nerve injuries terjadi pada thermal injury langsung.4. Delayed peripheral nerve and spinal cord deficits bekmbang dalam beberapa minggu setelah

cedera karena tegangan tinggi, sekunder dari cedera pembuluh darah kecil dan demyelinisasi.

Renal

1. Early acute renal failure karena adanya perfusi yang kurang ke renal saat resusitasi atau myoglobinuria.

2. Late renal failure komplikasi dari sepsis dan multiorga failure atau penggunaan agen nephrotoxic.

Adrenal

1. Acute adrenal insufficiency sekunder akibat pendarahan ke kelenjar yang muncul dengan hipotensi, demam, hiponatremia, dan hiperkalemia.

Cardiovascular

1. Endocarditis and suppurative thrombophebitis merupakan infeksi intravascular yang biasanya muncul dengan demam dan bakterimia..

2. Hypertension terjadi 20% pada anak-anak dan diterapi dengan b-adrenergic blocker.3. Venous thromboembolic complications sering pada pasien dengan luka baker yang besar.4. Iatrogenic catheter insertion complications.

Pulmonary

1. Carbon monoxide intoxication, dimana akan baik jika diterapi dengan ventilasi efektif dengan oksigen murni, berkaitan dengan gejala sisa neurologist.

2. Pneumonia dapat terjadi dengan maupun tanpa adanya injury inhalasi.3. Respiratory failure dapat terjadi karena menghirup bahan kimia berbahaya atau sekunder akibat

sepsis ataupun pneumonia.

Hematologic

1. Neutropenia and thrombocytopenia merupakan indicator dari akan terjadinya sepsis.2. Global immunologic deficits berhubungan dengan burn injury terhadap trjadinya komplikasi

infeksi.

Otologic

Page 22: Burn Injury

1. Auricular chondritis sekunder terhadap invasi bakteri ke kartilago akibatkan kehilangan jaringan dengan cepat, dan dapat dicegah dengan penggunaan mafenide topical pada telinga yang terbakar.

2. Sinusitis and otitis media dapat disebabkan alat-alat yang melewati transnasal. 3. Complications of endotrachael intubation termasuk nekrosis pada nasal alar dan septal, erosi

vocal cord dan ulcerasi, stenosis tracheal juga fistulae arteri tracheoeosophageal dan tracheoinominate, hal-hal tersebut diakibatkan alat-alat Bantu yang digunakan.

Enteric

1. Hepatic dysfunction, sekunder terhadap penurunan aliran darah hepatic transient, dengan manifestasi peningkatan transaminase.

2. Pancreatitis, dimulai dengan peningkatan amylase dan lipase yang akan menjadi hemorrhagic pancreatitis

3. Acalculous cholecystitis bisa terjadi karena sepsis .4. Gastroduodenal ulceration, akibat penurunan aliran darah splanchnic yang akan menurunkan

pertahanan mukosa .5. Intestinal ischemia, yang dapat berkembang menjadi infark, akibat aliran darah

splanchnicmenurun.

Ophthalmic

1. Ectropia, bisa terjadi pada daerah ocular adnexa yang terbakar sehingga bola mata akan terexpose.

2. Corneal ulceration, yang dapat terjadi pada saat epithelial injury3. Symblepharon, atau scar pada kelopak mata yang bisa terjadi karena luka bakr kimia.

Genitourinary

1. Urinary tract infections membutuhkan pemantauan dari kateter pada bladder dan dapat diterapi dengan antibiotic.

2. Candida cystitis bisa terjadi pada pasien yang menggunakan kateter bladder.

Musculoskeletal

1. Burned exposed bone 2. Fractured and burned extremities lakukan immobilisasi dengn fixator external.3. Heterotopic ossification terjadi setelah beberapa minggu trjadi luka bakar dan sering terjadi pada

luka bakar dalam di sendi-sendi utama .

Soft tissue

7. Hypertrophic scar formation merupakan salah satu penyebab utama dari deformitas pada fungsi maupun kosmetik pada pasien luka bakar.

PROGNOSIS dan MORTALITAS

Page 23: Burn Injury

Prognosis tergantung pada usia penderita, ukuran luka bakar, dan adanya cedera inhalasi. Prognosis

menjadi bias karena banyaknya variabel yang mempengaruhi seperti: cedera penyerta, penyakit

kronik, lama pasca terbakar sebelum dirawat di RS, dan kejadian-kejadian sekitar luka.

Page 24: Burn Injury

Inhalasi Injury

Injury yang disebabkan oleh terhirupnya udara / zat-zat kimia.

RISK FACTOR

biasanya terjadi pada korban kebakaran di gedung, dikarenakan minimnya ventilasi.

EPIDEMIOLOGI

0,29/1000 populasi/tahun. Biasanya terjadi pada usia dibawah 5 tahun , dan diatas 75 tahun. Dengan perbandingan pria dan wanita 2:1.

Inhalasi injury biasanya terjadi pada korban yang terperangkap di kebakaran gedung, sehingga terpapar efek langsung dari panas ke mulut, hidung, upper airways dan dari komponen toxic “asap”

KOMPONEN TOXIC

1. Water-soluble gas (clorine, sulfure oxide, amino) bereaksi dengan air membentuk asam/ alkali

Terhirup

Upper airway inflamasi

Swelling

Obstruksi upper airway

2. Lipid-soluble gas (nitrous oxidase)atau bahan bakaran dari plastic

Menembus ke permukaan terdalam dari paru-paru

Pneumonitis

Phatophysiologi inhalasi injury

1. Upper airway obstruction secondary to edema

Management : endotracheal tube

Page 25: Burn Injury

2. Gangguan pertukaran gas

Management : Mekanical ventilation.

3. End of the first post burn week “Pulmonary infection”

Management : pemberian antibiotic dan aggressive pulmonary tablet “toilet bronchoscopy”

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk memastikan korban inhalasi injury :

1. Terpapar panas lebih dari 10 menit pada area wajah

2. Black sputum

3. PO2 dibawah 8kPa (60mmHg) / metabolic acidocic

4. HbCO diatas 15 %

5. Arteriovenous O2 difference (100% O2) lebih besar dari 13,33 Pa

6. Bronchospasm

7. Membakar wajah

MANAGEMENT

Ada 3 proses injury yang umum. Yang diakibatkan dari paparan asap dari kebakaran atau hal lainnya.

1. Keracunan Carbon Monoxide yang gejalanya muncul dengan cepat

2. Luka pada jalur pernafasan bagian atas yang dapat menghalangi pernafasan dengan gejala

yang timbul dalam waktu satu jam atau lebih

3. Luka pada jalur pernafasan bagian bawah dengan disertai kegagalan dalam pertukaran gas

dengan gejala yang timbul dalam beberapa jam

Page 26: Burn Injury

1. Keracunan Carbon Monoxide

Patofisiologi

Carbon  Monoxide akan berikatan dengan molekul haemoglobin yang menggantikan posisi oksigen sehingga pasokan oksigen ke jaringan berkurang.

Faktor Resiko

Paparan dari Asap Paparan dari uap

Diagnosis

Kadar carboxyhemoglobin level melebihi 10% total metabolic acidosis yang tidak dapat dijelaskan

Hgb Level Keracunan Carbon Monoxide

CO High Gejala

0-5 Nilai normal

15-20 Sakit kepala dan Konfusi

20-40 Disorientasi, lemah, mual dan perubahan penglihatan

40-60 Halusinasi, coma, shock,

60 or above Meninggal

*CO Hgb - carboxyhemoglobin

Page 27: Burn Injury

Treatment untuk Paparan Carbon Monoxide

Awake Obtunded

High flow by mask oxygen (Fi02 100%) until COHgb<5%)

Intubate and provide 100% oxygen via a ventilator

Hyperbaric oxygen therapy (HBO) is used if patient not responding to 100% oxygen (specific indications for HBO remain undefined.

Treatment

Secepatnya gunakan high flow 100% oxygen untuk mengeluarkan carbon monoxide dari hemoglobin dan diganti dengan oxygen.

2. Keracunan Sianida

Cyanide dapat ditemuakan pada asap , khususnya pada pembakaran polyurethane. Umumnya pada keracunan sianida cardiopulmonary support biasa diberikan. Sodium nitrite digunakan sebanyak 300mg IV selama 5-10 menit dalam kasus yang berat. Dapat juga diberikan thiosulfate, yang akan merumah sianida menjadi thiocyanate.

Luka pada jalur nafas bagian atas

Risk Factors

Luka bakar oral: pembesaran yang cepat dari lidah dan mukosa yang menghalangi jalan nafas

Supraglottic Edema: proses menuju penghambatan jalan nafas

Cord and Infraglotti Edema: proses menuju penghambatan jalan nafas

 

Pemeriksaan Laryngoscopic

Diagnosis:

Riwayat dari paparan terkena asap atau paparan dari temperatur tingkat tinggi seperti ledakan

Gejala stridor, dyspnea

 

Edema dan erythema yang disertai penurunan lumen pernafasan dicatat di awal pemeriksaan.

Treatmen:

100% oxygen Bantuan pernafasan Intubasi secara dini mungkin dibutuhkan Pengiriman ke pusat luka bakar apabila dicurigai terdapat luka jalur pernafasan karena

asap

Page 28: Burn Injury

 

Pemeriksaan awal dan manajemen pernafasan

Penurunan pernafasan dan terdapat lukapada muka dan leher

|

↓¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯↓

Kalau ada Kalau tidak ada

*lakukan Intubasi

*gunakan ukuran selang yang sesuai

*Humidified oxygen

*angkat posisi kepala

*kirim ke pusat luka bakar

*berikan 100% Oxygen

*cari tanda dari luka jalan nafas

- Oropharyngeal erythema

    - susra serak

    -  status paru-paru

* lakukan laryngoscopy

* apabila terdapat edema lakukan intubasi

* Rujuk ke pusat luka bakar apabila dicurigai luka jalan nafas

3.Kerusakan paru-paru karena asap

Segera rujuk ke pusat luka bakar apabila dicurigai terjadi luka karena asap

Kerusakan paru-paru dari racun pada asap

Senyawa Sumber Efek Durasi

Ammonia Sulfur Dioxide Chlorine

pakaian, Furniture, Wool,

 

Iritasi mukosa membran, Bronchospasm, Bronchorrhea

Beberapa jam pertama

 

Hydrogen Chloride Phosgene

Polyvinyl, Chloride, Furniture (dinding)

Kerusakan mucosal yang parah; ulcers, pulmonary edema

Sekitar 1-2 hari

 

Acetylaldehyde Formaldehyde

Wallpaper, fernis, katun, Acrylic

Kerusakan mucosal yang parah

Sekitar 1-2 hari

 

Page 29: Burn Injury

Acroleinpulmonary edema

CyanidePolyurethane upholstery

Hypoxia jaringan

Cepat

Carbon MonoxideSubtansi yang mudah terbakar

Hypoxia jaringan

Cepat

CEDERA KIMIAWI

Luka bakar zat kimiawi disebabkan oleh panas yang terlepas saat asam atau basa kuat

bereaksi dengan jaringan. Melepaskan diri terhadap kontak dengan zat kimia tersebut harus segera

dilakukan untuk membetasi kerusakan dan intoksikasilebih lanjut. Luka bakar kimia menimbulkan

perubahan warna kulit yang khas suatu luka bakar superficial, namun sering kali seluruh ketebalan

kulit dan bahkan jaringan subkutan sudah rusak.

Prioritas utama dalam pengobatan luka bakar kimiawi adalah penghentian segera proses

terbakar. Semua pakaian perlu segera dilepas. Seluruh daerah tubuh yang terkena harus diirigasi

dengan air atau larutan garam.Untuk asam-asam biasa, maka pencucian perlu dilakukan sedikitna 30-

60 menit; pada luka bakar karena basa, pencucian perlu dilakukan selama beberapa jam. Pemakaian

larutan penetral spesifik sama sekali tidak diperbolehkan; panas dari proses netralisasi dapat

menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Debridement harus dilakukan dengan hati-hati. Obat

antimikroba topikal dioleskan pada luka bakar dan bila luka bakar cukup luas maka, perlu dilakukan

resusitasi cairan. Luka bakar dengan ketebalan penuh dieksisi dan dilakukan pencangkokan pada

waktu ang tepat.

LUKA BAKAR AKIBAT ASAM

Suatu asam kuat biasanya memiliki pH kurang dari2,0 dan menyebabkan nekrosis koagulasi

pada jaringan. Luka bakar akibat asam bersifat kurang dektruktif dibandingkan luka bakar akibat

basa.lamanya kontak memperberat dalamnya cedera. Jika keropeng yang terbentuk berwarna gelap

dengan tekstur seperti kulit sapi serta mengering, maka luka bakar tersebut jenis ketebalan penuh.

Asam hidroflourat

Asam hidroflourat merupakan asam yang bersifat korosif dan menyebabkan intoksikasi

melalui dua mekanisme yang berbeda. Ion hidrogen menyebabkan koagulasi protein dan kerusakan

Page 30: Burn Injury

jaringan yang hampir sama seperti asam kuat lainnya. Ion flour yang bebas menyebabkan pencairan

dan menembus lebih kedalam untuk membentuk garam dengan kalsium dan magnesium. Kerusakan

jaringan yang progresif disertai nyeri hebat pada bagian dalam, dan edema. Hipokalsemia dapat

terjadi. Pemberian kalsium glukonat pada daerah-daerah tubuh yang terbakar oleh asam hidrofluorat

untuk menghilangkan nyeri, maupun menghentikan kerusakan selanjutnya.

LUKA BAKAR AKIBAT BASA

Suatu basa kuat memiliki pH 11,5 atau lebih dan menyebabkan nekrosis pencairan. Karena

sawar koagulasi protein tidak pernah terbentuk, maka luka bakar akibat basa bersifat lebih invasif dan

memerlukan irigasi dengan air yang lebih lama(12 jam)

Fosfof putih

Fosfor putih lazim digunakan sebagai bahan pembakar dalam amunisi militer, kembang api,

dan produk-produk pertanian. Bila terpapar udar, fosfor putih akan teroksidasi secara spontan menjadi

fosfor pentoksida, yang akan mengalami hidrolisis dalam air menjadi asam fosfat kaustik. Cedera

panas langsung ditimbulkan oleh partikel-partikel fosfor yang membakar, dan karena sifat ekplosif

dari pembakaran spontan, partikel-partikel fosfor sering tertanam dibawah kulit.

TER

Bergantung suhu, maka ter yang panas dapat menyebabkan cedera panas langsung pada kulit.

SEMEN

Semen yang basah dapat menyebabkan luka bakar kimiawi. Biasanya pH semen diatas 12.

CEDERA LISTRIK

Di Amerika Serikat,>1.000 kematian disebabkan oleh sengatan listrik dan sambaran petir.

Pada orang dewasa, sengatan listrik biasanya merupakan kecelakaan kerja, pada anak-anak karena

tersengat listrik dari peralatan rumah tangga dan stop kontak yang tidak dijaga.

Page 31: Burn Injury

Manifestasi cedera listrik dapat berbentuk mulai dari henti kardiopulmonar dan kerusakan

jaringan minimal, hingga elektokusi ang merusak dan vaporasi bagian-bagian utama tubuh.arus bolak-

balik lebih berbahaya, karena dapat menyebabkan kontraksi otot tonik dan korban mungkin tidak

dapat melepaskan dirinya dari sumber listrik.

Kerusakan jaringan sehubungan dengan cedera listrik terjadi bila energi listrik diubah menjadi

energi panas. Setelah kontak listrik, kulit mengalami nekrosis koagulasi dan mengering. Kerusakan

jaringa yang dalam, berkaitan dengan densitas dan lamanya aliran listrik melalui jaringan. Pada

bagian-bagian tubuh dengan penampang melintang ang kecil, misalnya ektremitas, densitas arus

tinggi, dan kerusakan jaringan berat. Karena tulang memiliki resisten yang tinggi terhadap arus listrik,

maka tulang memiliki resistensi ang tinggi terhadap arus listrik, maka tulang suhunya akan menjadi

lebih tinggi dibanding jaringan sekitarnya.Akibatnya jaringan lunak yang mederita kerusakan akibat

panas yang paling parah biasanya adalah otot danm saraf ang melekat pada tulang.

Page 32: Burn Injury

REFERENSI

Freedberg EM, Eissen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, Fitzpatrick TB.

2003. Dermatology in General Medicine, 6thed. New York. Mc Graw Hill.

McCance and Huether Pathophysiology the Biologic Basis for Diseases in Children and

Adult, 5th edition.

Seymour I. Schwartz, M.D. 1999. Schwartz: Principles of Surgery, 7/e. The McGraw-Hill

Companies, Inc.