Page 1
1
BUPATI NGANJUK
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK
NOMOR 02 TAHUN 2012
TENTANG
TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH,
RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH,
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH DAN RENCANA KERJA
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN NGANJUK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI NGANJUK,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, maka perlu mengatur Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana
Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, Rencana Kerja
Pemerintah Daerah dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah dalam Peraturan Daerah.
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan
Provinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor
9) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2730);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih Dan Bebas Dari
Korupsi, Kolusi Dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3851);
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
Page 2
2
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
kedua kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4438);
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4846);
11. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5043);
12. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4587);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang
Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4588);
Page 3
3
16. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4593);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 489);
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana
telah diubah kedua kali terakhir dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian,
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGANJUK
dan
BUPATI NGANJUK
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH,
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH,
RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH,
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH DAN RENCANA
KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN
NGANJUK
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Provinsi adalah Provinsi Jawa Timur.
2. Daerah adalah Daerah Kabupaten Nganjuk.
3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Nganjuk.
4. Bupati adalah Bupati Nganjuk.
Page 4
4
5. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Nganjuk.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk selanjutnya disingkat
SKPD adalah unit kerja Pemerintah Daerah Kabupaten
Nganjuk yang mempunyai tugas mengelola anggaran dan
barang daerah.
7. Bappeda adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Nganjuk.
8. Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat
daerah Kabupaten Nganjuk dalam wilayah kerja Pemerintah
Kabupaten Nganjuk
9. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat
daerah Kabupaten Nganjuk dalam wilayah kerja Kecamatan.
10. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul
dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
wilayah kerja Pemerintah Kabupaten Nganjuk.
11. Rencana Pembangunan Daerah adalah suatu proses untuk
menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui
urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang
tersedia yang dilaksanakan oleh semua komponen dalam
rangka mencapai visi, misi dan tujuan yang meliputi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan jangka Menegah Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat
Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, Rencana
Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah.
12. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang
selanjutnya disingkat RPJPD, adalah dokumen perencanaan
untuk periode 20 (dua puluh) tahun.
13. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang
selanjutnya disingkat RPJMD, adalah dokumen perencanaan
untuk periode 5 (lima) tahun.
14. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja
Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana
Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra-SKPD),
adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat
Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
15. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya
disebut dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang
selanjutnya disingkat RKPD, adalah dokumen perencanaan
daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
16. Forum SKPD adalah wadah bersama antar pelaku
pembangunan dan DPRD untuk membahas prioritas
pembangunan hasil musrenbang kecamatan dengan SKPD /
gabungan SKPD dalam rangka penyempurnaan rancangan
Renja SKPD yang selanjutnya digunakan sebagai bahan
rancangan awal RKPD.
Page 5
5
17. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya
disingkat Musrenbang adalah forum antar pelaku dalam
rangka menyusun rencana pembangunan daerah.
18. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang
Daerah yang selanjutnya disingkat Musrenbang Jangka
Panjang Daerah adalah forum antar pelaku dalam rangka
menyusun RPJPD.
19. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Jangka Menengah
Daerah yang selanjutnya disingkat Musrenbang Jangka
Menengah Daerah adalah forum antar pelaku dalam rangka
menyusun RPJMD.
20. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Tahunan Daerah
yang selanjutnya disingkat Musrenbang Tahunan Daerah
adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun RKPD.
21. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat
Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Satuan
Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen
perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode
1 (satu) tahun.
22. Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah, yang selanjutnya disebut RKA-SKPD, adalah
dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi
rencana pendapatan, rencana belanja, program dan kegiatan
SKPD serta rencana pembiayaan sebagai dasar penyusunan
APBD.
23. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang
diinginkan pada akhir periode perencanaan.
24. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang
akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
25. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program
indikatif untuk mewujudkan visi dan misi.
26. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh
Pemerintah Daerah untuk mencapai tujuan.
27. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau
lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja
Perangkat Daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta
memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat
yang dikoordinasikan oleh Bappeda.
28. Forum SKPD Kabupaten adalah wadah bersama antara
pelaku pembangunan dan DPRD untuk membahas prioritas
kegiatan pembangunan hasil musrenbang kecamatan
dengan SKPD atau gabungan SKPD sebagai upaya mengisi
rencana kerja SKPD yang tata cara penyelenggaraannya
difasilitasi oleh SKPD terkait.
29. Musrenbang tingkat Kecamatan adalah merupakan forum
musyawarah tahunan para pelaku pembangunan dan DPRD
ditingkat Kecamatan untuk mendapatkan masukan kegiatan
prioritas dari desa/kelurahan di kecamatan yang
bersangkutan sebagai dasar penyusunan rencana kerja
kecamatan dan rencana kerja SKPD kabupaten pada tahun
berikutnya.
Page 6
6
30. Penjaringan Aspirasi Masyarakat oleh DPRD adalah aspirasi
masyarakat yang dihasilkan dari kunjungan kerja secara
berkala anggota DPRD untuk bertemu dengan konstituennya
secara rutin pada setiap masa reses, yang hasil
pertemuannya dengan konstituen dilaporkan secara tertulis
kepada partai politik melalui fraksinya di DPR.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Pembangunan Daerah diselenggarakan berdasarkan asas
demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian
dengan menjaga keseimbangan dan keselarasan dengan
pembangunan provinsi dan kesatuan nasional.
(2) Perencanaan Pembangunan Daerah disusun secara
sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, aspiratif dan
tanggap terhadap perubahan.
Pasal 3
Tata Cara Penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra-SKPD, RKPD,
Renja-SKPD, dan Pelaksanaan Musrenbang Daerah bertujuan:
a. mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan dan
DPRD di daerah;
b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi
baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi
SKPD;
c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan;
d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan
e. menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara
efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.
BAB III
RUANG LINGKUP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 4
Perencanaan Pembangunan Daerah terdiri atas perencanaan
pembangunan yang disusun oleh Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya menghasilkan dokumen-dokumen
Dasar Perencanaan Pembangunan Daerah meliputi :
a. RPJPD;
b. RPJMD;
c. Renstra SKPD;
d. RKPD; dan
e. Renja SKPD.
Page 7
7
Pasal 5
(1) RPJPD memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah
yang mengacu pada RPJP Nasional dan Provinsi.
(2) RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program
Bupati yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah
dan memperhatikan RPJM Nasional dan Provinsi, memuat
arah kebijakan keuangan daerah strategi pembangunan
daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja
Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah
dan Program Kewilayahan disertai dengan rencana-rencana
kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan
yang bersifat indikatif.
(3) Renstra-SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi,
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang
disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD serta
berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.
(4) RKPD merupakan penjabaran dari RPJMD dan mengacu
pada RKP Pusat dan Provinsi, memuat rancangan kerangka
ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana
kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung
oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat.
(5) Renja-SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra-
SKPD dan mengacu pada RKPD, memuat kebijakan, program
dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan
langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh
dengan mendorong partisipasi masyarakat.
BAB IV
TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 6
(1) Rencana Pembangunan Daerah meliputi:
a. RPJPD;
b. RPJMD; dan
c. RKPD.
(2) Klasifikasi Rencana Pembangunan Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), yaitu:
a. RPJPD disusun dengan tahapan sebagai berikut :
1. persiapan penyusunan RPJPD;
2. penyusunan rancangan awal RPJPD;
3. pelaksanaan musrenbang RPJPD;
4. perumusan rancangan akhir RPJPD; dan
5. penetapan RPJPD.
b. RPJMD disusun dengan tahapan sebagai berikut :
1. persiapan penyusunan RPJMD;
2. penyusunan rancangan awal RPJMD;
Page 8
8
3. penyusunan rancangan RPJMD;
4. pelaksanaan musrenbang RPJMD;
5. perumusan rancangan akhir RPJMD; dan
6. penetapan Peraturan Daerah tentang RPJMD.
c. RKPD disusun dengan tahapan sebagai berikut :
1. persiapan penyusunan RKPD;
2. penyusunan rancangan awal RKPD;
3). penyusunan rancangan RKPD;
4. pelaksanaan musrenbang RKPD;
5. perumusan rancangan akhir RKPD; dan
6. penetapan RKPD.
Bagian Kedua
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Pasal 7
(1) Bappeda menyusun rancangan awal RPJPD.
(2) RPJPD memuat visi, misi dan arah pembangunan daerah
dengan mengacu pada RPJP Nasional dan RPJPD Provinsi
berpedoman pada RTRW Kabupaten/Kota, dan
memperhatikan RPJPD dan RTRW Kabupaten/Kota lainnya.
(3) Dalam menyusun rancangan awal RPJPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bappeda meminta masukan dari
SKPD, pelaku pembangunan dan DPRD serta hasil
penjaringan aspirasi masyarakat oleh DPRD.
Pasal 8
(1) Musrenbang dilaksanakan untuk membahas rancangan awal
RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1).
(2) Musrenbang dilaksanakan oleh Bappeda dengan
mengikutsertakan pelaku pembangunan dan DPRD.
(3) Musrenbang dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan
penyampaian, pembahasan dan penyepakatan rancangan
awal RPJPD.
(4) Petunjuk teknis pelaksanaan Musrenbang Jangka Panjang
Daerah ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 9
(1) Rancangan akhir RPJPD dirumuskan berdasarkan hasil
Musrenbang.
(2) Rancangan akhir RPJPD dirumuskan paling lama 1 (satu)
tahun sebelum berakhirnya RPJPD yang sedang berjalan.
(3) Rancangan akhir RPJPD disampaikan ke DPRD dalam
bentuk Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD paling
lama 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya RPJPD yang
sedang berjalan.
Page 9
9
Pasal 10
(1) DPRD bersama Bupati membahas Rancangan Peraturan
Daerah tentang RPJPD.
(2) RPJPD ditetapkan dengan Peraturan Daerah setelah
berkonsultasi kepada Gubernur.
Pasal 11
Bupati menyampaikan Peraturan Daerah tentang RPJPD paling
lama 1 (satu) bulan kepada gubernur dengan tembusan kepada
Menteri Dalam Negeri.
Pasal 12
Bupati menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJPD
kepada masyarakat.
Bagian Ketiga
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Pasal 13
(1) Bappeda menyusun rancangan awal RPJMD.
(2) RPJMD memuat visi, misi dan program bupati.
(3) Rancangan awal RPJMD berpedoman pada RPJPD dan
memperhatikan RPJM Nasional, kondisi lingkungan
strategis di daerah, serta hasil evaluasi terhadap
pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya.
Pasal 14
(1) Kepala SKPD menyusun Rancangan Renstra-SKPD sesuai
dengan rancangan awal RPJMD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (1).
(2) Rancangan Renstra-SKPD disampaikan oleh Kepala SKPD
kepada Bapppeda.
(3) Bappeda menyempurnakan rancangan awal RPJMD menjadi
rancangan RPJMD dengan menggunakan rancangan
Renstra-SKPD sebagai masukan.
Pasal 15
(1) Musrenbang dilaksanakan untuk membahas rancangan
RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3).
(2) Musrenbang dilaksanakan oleh Bappeda dengan
mengikutsertakan pelaku pembangunan dan DPRD.
(3) Musrenbang dilaksanakan dengan rangkaian kegiatan
penyampaian, pembahasan dan penyepakatan rancangan
RPJMD.
(4) Petunjuk teknis Pelaksanaan Musrenbang Jangka
Menengah Daerah ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 16
(1) Rancangan akhir RPJMD dirumuskan oleh Bappeda
berdasarkan hasil Musrenbang dan hasil penjaringan
Page 10
10
aspirasi masyarakat oleh DPRD.
(2) Pembahasan rumusan rancangan akhir RPJMD dipimpin
oleh bupati.
Pasal 17
(1) RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah setelah
berkonsultasi dengan Gubernur.
(2) Peraturan Daerah tentang RPJMD ditetapkan paling lama 6
(enam) bulan setelah bupati dilantik.
(3) Peraturan Daerah tentang RPJMD Kabupaten disampaikan
kepada gubernur dengan tembusan kepada Menteri Dalam
Negeri.
Pasal 18
Bupati menyebarluaskan Peraturan Daerah tentang RPJMD
Kabupaten kepada masyarakat.
Bagian Keempat
Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Pasal 19
1. Bappeda menyusun rancangan awal RKPD.
2. RKPD merupakan penjabaran dari RPJMD.
3. Kepala Bappeda mengkoordinasikan penyusunan rancangan
RKPD menggunakan rancangan Renja-SKPD dengan Kepala
SKPD.
4. Rancangan RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi
daerah, program prioritas pembangunan daerah, rencana
kerja dan pendanaannya serta prakiraan maju dengan
mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif,
baik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat.
5. Penetapan program prioritas berorientasi pada pemenuhan
hak-hak dasar masyarakat dan pencapaian keadilan yang
berkesinambungan dan berkelanjutan.
6. Rancangan RKPD menjadi bahan Musrenbang RKPD.
Pasal 20
(1) Musrenbang RKPD merupakan wahana partisipasi
masyarakat di daerah.
(2) Musrenbang RKPD dilaksanakan oleh Bappeda setiap tahun
dalam rangka membahas Rancangan RKPD tahun berikutnya
dengan pelaku pembangunan dan DPRD.
(3) Sebelum pelaksanaan musrenbang RKPD, dilaksanakan
Forum SKPD.
(4) Musrenbang RKPD kabupaten dilaksanakan untuk
keterpaduan Rancangan Renja antar-SKPD dan antar-
Rencana Pembangunan Kecamatan.
Page 11
11
Pasal 21
Pelaksanaan Musrenbang RKPD kabupaten difasilitasi oleh
pemerintah provinsi.
Pasal 22
(1) Musrenbang RKPD kabupaten dimulai dari Musrenbang
desa /kelurahan dan kecamatan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
Musrenbang Tahunan Daerah diatur dengan Peraturan
Bupati
Pasal 23
(1) Hasil Musrenbang RKPD menjadi dasar perumusan
rancangan akhir RKPD oleh Bappeda.
(2) Rancangan akhir RKPD disusun oleh Bappeda berdasarkan
hasil Musrenbang RKPD, dilengkapi dengan pendanaan yang
menunjukkan prakiraan maju.
Pasal 24
(1) RKPD Kabupaten ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
(2) Bupati menyampaikan Peraturan Bupati tentang RKPD
Kabupaten kepada gubernur dengan tembusan kepada
Menteri Dalam Negeri.
(3) Berdasarkan RKPD, SKPD menyusun Renja SKPD
(4) RKPD dijadikan dasar penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pasal 25
Bupati menyebarluaskan Peraturan Bupati tentang RKPD
Kabupaten kepada masyarakat.
Bagian Kelima
Renstra dan Renja SKPD
Pasal 26
(1) SKPD menyusun Renstra-SKPD.
(2) Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
(3) Penyusunan Renstra-SKPD berpedoman pada RPJMD dan
bersifat indikatif.
Pasal 27
Renstra-SKPD ditetapkan dengan keputusan kepala SKPD.
Pasal 28
(1) SKPD menyusun Renja-SKPD.
(2) Rancangan Renja-SKPD disusun dengan mengacu pada
rancangan awal RKPD, Renstra-SKPD, hasil evaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan periode sebelumnya,
Page 12
12
masalah yang dihadapi, dan usulan program serta kegiatan
yang berasal dari masyarakat.
(3) Rancangan Renja-SKPD memuat kebijakan, program, dan
kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung
oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat.
(4) Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
meliputi program dan kegiatan yang sedang berjalan,
kegiatan alternatif atau baru, indikator kinerja, dan kelompok
sasaran yang menjadi bahan utama RKPD, serta
menunjukkan prakiraan maju.
(5) Rancangan Renja-SKPD dibahas dalam forum SKPD yang
diselenggarakan bersama antarpemangku kepentingan untuk
menentukan prioritas kegiatan pembangunan.
Pasal 29
Renja SKPD ditetapkan dengan keputusan kepala SKPD.
Bagian Keenam
Sistematika Rencana Pembangunan Daerah
Pasal 30
(1) Sistematika penulisan RPJPD, paling sedikit mencakup :
a. pendahuluan;
b. gambaran umum kondisi daerah;
c. analisis isu-isu strategis;
d. visi dan misi daerah;
e. arah kebijakan; dan
f. kaidah pelaksanaan.
(2) Sistematika penulisan RPJMD, paling sedikit mencakup:
a. pendahuluan;
b. gambaran umum kondisi daerah;
c. gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka
pendanaan;
d. analisis isu-isu strategis;
e. visi, misi, tujuan dan sasaran;
f. strategi dan arah kebijakan;
g. kebijakan umum dan program pembangunan daerah;
h. indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan
pendanaan;
i. penetapan indikator kinerja daerah; dan
j. pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan.
(3) Sistematika RKPD paling sedikit mencakup :
a. pendahuluan;
b. evaluasi pelaksanaan RKPD tahun lalu;
c. rancangan kerangka ekonomi daerah beserta kerangka
pendanaan;
d. prioritas dan sasaran pembangunan; dan
e. rencana program dan kegiatan prioritas daerah.
Page 13
13
(4) Sistematika penulisan Renstra SKPD, paling sedikit
mencakup:
a. pendahuluan;
b. gambaran pelayanan SKPD;
c. isu-isu strategis berdasarkan tugas pokok dan fungsi;
d. visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi dan kebijakan;
e. rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok
sasaran dan pendanaan indikatif; dan
f. indikator kinerja SKPD yang mengacu pada tujuan dan
sasaran RPJMD.
(5) Sistematika penulisan Renja SKPD, paling sedikit mencakup:
a. pendahuluan;
b. evaluasi pelaksanaan Renja SKPD tahun lalu;
c. tujuan, sasaran, program dan kegiatan;
d. indikator kinerja dan kelompok sasaran yang
menggambarkan pencapaian Renstra SKPD;
e. dana indikatif beserta sumbernya serta prakiraan maju
berdasarkan pagu indikatif;
f. sumber dana yang dibutuhkan untuk menjalankan
program dan kegiatan; dan
g. penutup.
BAB V
PENGENDALIAN DAN EVALUASI
PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
Bagian Kesatu
Pengendalian
Pasal 31
Bupati melakukan pengendalian terhadap perencanaan
pembangunan daerah lingkup kabupaten.
Pasal 32
Pengendalian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 meliputi
pengendalian terhadap:
a. kebijakan perencanaan pembangunan daerah; dan
b. pelaksanaan rencana pembangunan daerah.
Pasal 33
(1) Pengendalian oleh bupati dalam pelaksanaannya dilakukan
oleh Bappeda untuk keseluruhan perencanaan pembangunan
daerah dan oleh Kepala SKPD untuk program dan/atau
kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
(2) Pengendalian oleh Bappeda meliputi pemantauan, supervisi
dan tindak lanjut penyimpangan terhadap pencapaian tujuan
agar program dan kegiatan sesuai dengan kebijakan
pembangunan daerah.
(3) Pemantauan pelaksanaan program dan/atau kegiatan oleh
SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi realisasi
pencapaian target, penyerapan dana, dan kendala yang
Page 14
14
dihadapi.
(4) Hasil pemantauan pelaksanaan program dan/atau kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun dalam bentuk
laporan triwulan untuk disampaikan kepada Bappeda.
(5) Kepala Bappeda melaporkan hasil pemantauan dan supervisi
rencana pembangunan kepada Bupati, disertai dengan
rekomendasi dan langkah-langkah yang diperlukan.
Bagian Kedua
Evaluasi
Pasal 34
Bupati melakukan evaluasi terhadap perencanaan
pembangunan daerah lingkup kabupaten.
Pasal 35
Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 meliputi
evaluasi terhadap:
a. kebijakan perencanaan pembangunan daerah;
b. pelaksanaan rencana pembangunan daerah; dan
c. hasil rencana pembangunan daerah.
Pasal 36
(1) Evaluasi oleh bupati dalam pelaksanaannya dilakukan oleh
Bappeda untuk keseluruhan perencanaan pembangunan
daerah dan oleh Kepala SKPD untuk capaian kinerja
pelaksanaan program dan kegiatan SKPD periode
sebelumnya.
(2) Evaluasi oleh Bappeda meliputi:
a. penilaian terhadap pelaksanaan proses perumusan
dokumen rencana pembangunan daerah, dan pelaksanaan
program dan kegiatan pembangunan daerah; dan
b. menghimpun, menganalisis dan menyusun hasil evaluasi
Kepala SKPD dalam rangka pencapaian rencana
pembangunan daerah.
(3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan
daerah untuk periode berikutnya.
Pasal 37
Bupati berkewajiban memberikan informasi mengenai hasil
evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah
kepada masyarakat.
Bagian Ketiga
Perubahan
Pasal 38
(1) Rencana pembangunan daerah dapat diubah dalam hal:
a. hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa
Page 15
15
proses perumusan dan substansi yang dirumuskan belum
sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan;
b. terjadi perubahan yang mendasar; atau
c. merugikan kepentingan nasional.
(2) Perubahan rencana pembangunan daerah ditetapkan dengan
peraturan daerah.
Pasal 39
Pedoman pengendalian dan evaluasi rencana pembangunan
daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keempat
Masyarakat
Pasal 40
(1) Masyarakat dapat melaporkan program dan kegiatan yang
dianggap tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disertai
dengan data dan informasi yang akurat.
(3) Pemerintah daerah menindaklanjuti laporan dari masyarakat
sebagaimana pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan Kepala
Bappeda dan Kepala SKPD.
(4) Mekanisme penyampaian dan tindak lanjut laporan dari
masyarakat diatur lebih lanjut oleh pemerintah daerah.
Pasal 41
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengendalian dan
evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB VI
DATA DAN INFORMASI
Pasal 42
Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi
yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 43
Sebelum RPJPD ditetapkan, penyusunan RPJMD tetap mengikuti
ketentuan Pasal 5 ayat (2) dengan mengesampingkan RPJPD
sebagai pedoman, kecuali ditentukan lain dalam peraturan
perundang-undangan.
Page 16
16
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 44
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang
mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak
Peraturan Daerah ini ditetapkan.
Pasal 45
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Nganjuk.
Ditetapkan di Nganjuk
pada tanggal 30 Januari 2012
BUPATI NGANJUK,
ttd
TAUFIQURRAHMAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2012 NOMOR 02 SERI E
Diundangkan di Nganjuk pada tanggal 03 April 2012
Plt. SEKRETARIS DAERAH Kepala Bappeda
ttd
Drs.H. BUDIONO, M.Ed Pembina Utama Muda
Nip. 19570419 198102 1 003
Salinan sesuai dengan aslinya ASISTEN PEMERINTAHAN DAN
KESRA
ttd
TRI WIJOSO PUTRO, SH, M.Si Pembina Utama Muda
NIP. 19561022 198303 1 004
Page 17
17
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK
NOMOR 02 TAHUN 2012
TENTANG
TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH,
RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH,
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH DAN RENCANA KERJA
SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN NGANJUK
I. UMUM
1. Dasar pemikiran
Dengan berlakunya amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, telah terjadi perubahan dalam pengelolaan
pembangunan yaitu:
a. penguatan kedudukan Lembaga Legislatif dalam penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah (APBN/APBD).
b. ditiadakannya Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai
pedoman penyusunan Rencana Pembangunan Nasional; dan
c. diperkuatnya otonomi daerah dan desentralisasi pemerintahan dalam
Negara Kesatuan republik Indonesia.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 antara lain yang mengatur bahwa Presiden dipilih secara
langsung oleh rakyat dan tidak adanya GBHN sebagai pedoman
Presiden untuk menyusun Rencana Pembangunan, maka dibutuhkan
pengaturan lebih lanjut bagi proses perencanaan Pembangunan
Nasional dan Daerah.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang lebih menekankan Otonomi Daerah, bahwa
pelaksanaan otonomi daerah dilaksanakan dengan memberikan
kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada Daerah.
Pemberian kewenangan yang luas pada Daerah memerlukan koordinasi
dan pengaturan untuk lebih mengharmoniskan dan menyelaraskan
pembangunan, baik Pembangunan Nasional, Pembangunan Daerah
maupun Pembangunan Antar Daerah. Berdasarkan pertimbangan diatas,
maka perlu dibentuk Peraturan Daerah tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah, Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat
Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, Rencana Kerja Satuan Kerja
Perangkat Daerah, dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Kabupaten Nganjuk.
2. Ruang lingkup
Peraturan Daerah ini mencakup landasan hukum di bidang tata cara
penyusunan perencanaan pembangunan daerah oleh Pemerintah Daerah.
Dalam Peraturan Daerah ini ditetapkan bahwa tata cara penyusunan
perencanaan pembangunan daerah merupakan Petunjuk Teknis
penyusunan perencanaan pembangunan daerah yang terdiri dari: RPJPD,
Page 18
18
RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, Renja SKPD dan Pelaksanaan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Nganjuk. Dalam
Peraturan Daerah ini ditetapkan bahwa Petunjuk Teknis Penyusunan
Perencanaan Pembangunan Daerah untuk menghasilkan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM), Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renstra SKPD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Rencana
Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) dan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara Pemerintah Daerah dan masyarakat.
3. Proses Perencanaan
Perencanaan Pembangunan Daerah ini terdiri dari 4 (empat) tahapan
yaitu:
a. Penyusunan Perencanaan dilaksanakan untuk menghasilkan
rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang
terdiri dari 4 (empat) langkah. Langkah pertama adalah penyiapan
rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik,
menyeluruh dan terukur. Langkah kedua, masing-masing Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) menyiapkan rancangan rencana kerja dengan
berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah
disiapkan. Langkah ketiga adalah melibatkan masyarakat
(Stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang
dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui Musrenbang.
Kemudian langkah keempat adalah penyusunan rancangan akhir
rencana pembangunan.
b. Penetapan Rencana yaitu penetapan rencana menjadi produk hukum,
sehingga mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut
Peraturan Daerah ini, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
ditetapkan dengan Peraturan Daerah, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah dan Rencana
Pembangunan Tahunan Daerah atau RKPD ditetapkan sebagai
Peraturan Bupati.
c. Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk
menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang
dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian
selama pelaksanaan rencana tersebut oleh Satuan Kerja Perangkat
Daerah.
d. Evaluasi Pelaksanaan Rencana adalah bagian dari kegiatan
perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan
menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran,
tujuan dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan
berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam
dokumen dasar rencana pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja
mencakup masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak. Dalam
rangka Perencanaan Pembangunan, setiap Pemerintah Daerah
berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang
merupakan dan atau terkait dengan fungsi dan tanggung jawabnya.
Dalam melaksanakan evaluasi kinerja kegiatan pembangunan
Pemerintah Daerah yang dilakukan oleh BAPPEDA, diharapkan
mengikuti pedoman dan petunjuk pelaksanaan evaluasi kinerja untuk
Page 19
19
menjamin keseragaman metode, materi dan ukuran yang sesuai untuk
masing-masing jangka waktu sebuah rencana.
4. Sistematika
Peraturan Daerah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
Ketentuan Umum, Azas dan Tujuan, Ruang Lingkup Perencanaan
Pembangunan Daerah, Tahapan Perencanaan Pembangunan Daerah, Tata
Cara Penyusunan RPJPD, RPJMD, Retra SKPD, RKPD, Renja SKPD dan
Pelaksanaan Musrenbang, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah, Data dan Informasi, Kelembagaan
Pembangunan Daerah, Ketentuan Peralihan dan Ketentuan Penutup.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Huruf a
Yang dimaksud dengan "pelaku pembangunan dan DPRD" adalah
pemerintah (Pusat, Provinsi, Kabupaten, dan Kota), dunia usaha,
masyarakat dan DPRD. Koordinasi pelaku pembangunan dan DPRD
di pemerintahan juga mencakup antara pelaksana dengan perencana
pembangunan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan "Daerah" adalah batas suatu wilayah yang
secara adminsitratif mempunyai batasan tertentu;
Yang dimaksud dengan "ruang" adalah wadah yang meliputi
bentangan daratan, lautan, dan udara sebagai suatu kesatuan
wilayah tempat manusia dan mahluk lainnya hidup dan melakukan
kegiatan serta memelihara kelangsungan hidup;
Yang dimaksud dengan "waktu" adalah periode pembangunan baik
tahunan, jangka menengah, maupun jangka panjang. Tujuan ini
menuntut rencana pembangunan disusun dengan menerapkan
prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten dari satu
periode pembangunan ke periode berikutnya.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Yang dimaksud dengan "masyarakat" adalah orang perseorangan,
kelompok orang termasuk masyarakat hukum adat atau badan
hukum yang berkepentingan dengan kegiatan dan hasil
pembangunan baik sebagai penanggung biaya, pelaku, penerima
manfaat maupun penanggung resiko.
Yang dimaksud dengan "partisipasi masyarakat" adalah keikutsertaan
masyarakat untuk mengakomodasikan kepentingan mereka dalam
proses penyusunan rencana pembangunan.
Page 20
20
Huruf e
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah)
dalarn ayat ini merupakan Rencana Strategis Daerah (Renstrada).
Yang dimaksud dengan "bersifat indikatif ' adalah bahwa informasi,
baik tentang sumber daya yang diperlukan maupun keluaran dan
dampak yang tercantum di dalam dokumen rencana ini, hanya
merupakan indikasi yang hendak dicapai dan bersifat tidak kaku.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Page 21
21
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan “rencana kerja” adalah dokumen rencana
yang memuat program dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai
sasaran pembangunan, dalam bentuk kerangka regulasi dan
kerangka anggaran.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan “program prioritas pembangunan daerah”
adalah program yang menjadi kebutuhan mendesak sesuai dengan
potensi, dana, tenaga, dan kemampuan manajerial yang dimiliki.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Yang dimaksud dengan “difasilitasi” adalah koordinasi yang
dilakukan oleh provinsi untuk mensinkronisasikan program dan
kegiatan antar-SKPD kabupaten/kota dan SKPD antarwilayah, serta
pemerintah.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Page 22
22
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “kerangka pendanaan“ adalah bagian dari
kerangka fiskal yang berhubungan dengan kemampuan untuk
membiayai belanja pemerintah.
Kerangka pendanaan disusun secara bersama-sama antara
Bappeda dengan Badan/Biro/Bagian Keuangan.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Pada masa transisi, untuk menghindari kekosongan, seperti
peralihan periode kepemimpinan maka RPJMD lama yang akan
berakhir menjadi pedoman sementara bagi pemerintahan kepala
daerah baru terpilih selama belum ada RPJMD baru.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Dalam gambaran pelayanan SKPD dijelaskan juga mengenai
gambaran umum kinerja SKPD yang telah dicapai.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Page 23
23
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Ayat (5)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “dana indikatif“ adalah rincian dana yang
dialokasikan untuk kegiatan tahunan.
Yang dimaksud dengan “pagu indikatif” adalah jumlah dana yang
tersedia untuk penyusunan program dan kegiatan tahunan.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “pencapaian target” adalah kemajuan
pelaksanaan kegiatan.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Page 24
24
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Yang dimaksud dengan “perubahan yang mendasar” adalah suatu
pekerjaan yang tidak dapat dikerjakan, terjadi bencana alam, atau
perubahan kebijakan nasional.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Yang dimaksud dengan "data" adalah keterangan objektif tentang suatu
fakta baik dalam bentuk kuantitatif, kualitatif, Maupun gambar visual
(images) yang diperoleh baik melalui observasi langsung maupun dari
yang sudah terkumpul dalam bentuk cetakan atau perangkat penyimpan
lainnya.
Sedangkan “informasi” adalah data yang sudah terolah yang digunakan
untuk mendapatkan interpretasi tentang suatu fakta.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
-------------