Tokoh Punakawan (Gareng - Petruk - Bagong) Tokoh Bulletin Cah Angon | 1 erbicara dasar Negara Kesatuan Re- publik Indonesia (NKRI), tentu tid- ak lain adalah Pancasila. Dimana Pancasila yang mengandung nilai- nilai universal dengan prinsip “Bhinneka Tunggal Ika”, itu digali dari bumi pertiwi dan disepakati sebagai konsensus nasional untuk menjadi dasar NKRI dan menjadi payung ke- hidupan bersama dalam berbagai perbedaan. Adapun dalam perkembangannya terjadi adanya konflik dan ketegangan di beberapa kawasan Republik Indonesia terutama pada era setelah reformasi membuktikan bahwa kurang hati-hatinya negara kita dalam mengelola kemajemukan bangsa ini. Hal ini kalau dibiarkan dapat membahayakan keutu- han bangsa itu sendiri. Apalagi sebagian ke- lompok berpandangan bahwa Pancasila se- bagai dasar negara itu sudah tidak relevan un- tuk mengatasi problem bangsa ini karena menurut kesimpulan mereka Pancasila tidak sesuai dengan ketentuan Tuhan (agama Is- lam). Dengan demikian yang menjadi tan- tangan bersama saat ini adalah bagaimana komponen bangsa ini tidak berfikir sempit dan dangkal serta tidak terbiasa membuat kesimpulan yang terburu-buru?. dan bagaimana dapat mewujudkan potensi dan simbol-simbol ke-bhineka-an dalam perspek- tif ketahanan sosial-budaya tanpa mengor- bankan cita-cita reformasi itu sendiri?. Pandangan tidak relevansinya pancasila untuk mengatasi problem bangsa ini karena tidak sesuai dengan ketentuan Tuhan (agama Islam), itu merupakan sebuah kesimpulan yang terburu-buru dan sebuah pemikiran yang sangat sempit dan dangkal. Karena Pan- casila sebagai dasar Negara Indonesia sebenarnya sudahlah sangat Islami (sesuai dengan tuntunan agama Islam) dan mampu menjadi payung kebersamaan dalam mewujudkan subtansi simbolisasi bhineka tunggal ika. Oleh karena itu, dalam kesem- patan ini, marilah kita lihat secara jernih bah- wa Pancasila itu adalah payung kebersamaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat kes- esuaian sila-sila atau butir-butir yang terkan- Islam dan Dasar Negara Indonesia (Pancasila) 2014 Edisi #2 Agustus Jendela Pemikiran
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Tokoh Punakawan (Gareng - Petruk - Bagong) Tokoh
Bulletin Cah Angon | 1
B erbicara dasar Negara Kesatuan Re-publik Indonesia (NKRI), tentu tid-ak lain adalah Pancasila. Dimana Pancasila yang mengandung nilai-
nilai universal dengan prinsip “Bhinneka Tunggal Ika”, itu digali dari bumi pertiwi dan disepakati sebagai konsensus nasional untuk menjadi dasar NKRI dan menjadi payung ke-hidupan bersama dalam berbagai perbedaan. Adapun dalam perkembangannya terjadi adanya konflik dan ketegangan di beberapa kawasan Republik Indonesia terutama pada era setelah reformasi membuktikan bahwa kurang hati-hatinya negara kita dalam mengelola kemajemukan bangsa ini. Hal ini kalau dibiarkan dapat membahayakan keutu-han bangsa itu sendiri. Apalagi sebagian ke-lompok berpandangan bahwa Pancasila se-bagai dasar negara itu sudah tidak relevan un-tuk mengatasi problem bangsa ini karena menurut kesimpulan mereka Pancasila tidak sesuai dengan ketentuan Tuhan (agama Is-lam). Dengan demikian yang menjadi tan-tangan bersama saat ini adalah bagaimana komponen bangsa ini tidak berfikir sempit dan dangkal serta tidak terbiasa membuat
kesimpulan yang terburu-buru?. dan bagaimana dapat mewujudkan potensi dan simbol-simbol ke-bhineka-an dalam perspek-tif ketahanan sosial-budaya tanpa mengor-bankan cita-cita reformasi itu sendiri?. Pandangan tidak relevansinya pancasila untuk mengatasi problem bangsa ini karena tidak sesuai dengan ketentuan Tuhan (agama Islam), itu merupakan sebuah kesimpulan yang terburu-buru dan sebuah pemikiran yang sangat sempit dan dangkal. Karena Pan-casila sebagai dasar Negara Indonesia sebenarnya sudahlah sangat Islami (sesuai dengan tuntunan agama Islam) dan mampu menjadi payung kebersamaan dalam mewujudkan subtansi simbolisasi bhineka tunggal ika. Oleh karena itu, dalam kesem-patan ini, marilah kita lihat secara jernih bah-wa Pancasila itu adalah payung kebersamaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat kes-esuaian sila-sila atau butir-butir yang terkan-
Islam dan Dasar Negara
Indonesia (Pancasila)
2014
Ed
isi #2
Ag
ustu
s
Jendela Pemikiran
2 | Bulletin Cah Angon
dung dalam Pancasila dengan Ayat-ayat Tu-han yang termaktub di dalam Kitab Suci-Nya yaitu al-Qur’an al-Karim. 1. Ketuhanan Yang Maha Esa Pada sila pertama ini mengandung ajaran ketauhidan dalam pengertian keimanan kepa-da Tuhan Yang Maha Esa, sebagaimana yang tercermin dalam kitab suci al-Qur’an Surat al-Nahl ayat 22, al-Baqarah ayat 163, al-Ankabut ayat 46 sebagai berikut:
إهلكم إله واحد فالذين ال يـؤمنـون بـاآلخـرة قــلـوبــهـم مـنـكـرة وهـم
)٢٢مستكربون (سورة النحل:
Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong. (QS. al-Nahl: 22).
وإهلكم إله واحد ال إله إال هو الرمحن الرحيم (سورة
)١٦٣البقرة:
Dan Tuhan-mu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” . (QS. al-Baqarah: 163)
...dan katakanlah; Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu, Tuhan kami dan Tuhan-mu adalah satu. (QS. al-Ankabut: 46)
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Sila kedua ini mencerminkan nilai ke-manusiaan yang menjunjung tinggi sikap adil dan beradab, hal ini juga dianjurkan dalam al-Qur’an surat al-Nahl ayat 90.
ـهـى عــن إن اهللا يـأمـر بـالـعـدل واإلحسـان وإيـتـاء ذي الـقـرىب ويــنـ
ـــرون ـــذك ـــلـــكـــم ت ـــع ـــظـــكـــم ل ـــع ـــي ي ـــغ ـــنـــكـــر والـــبـ ـــحـــشـــاء والـــم ـــف ال
)٩٠(سورة النحل:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan per-musuhan. Dia memberi pengajaran kepa-damu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. al-Nahl: 90)
3. Persatuan Indonesia Sila ketiga ini menggambarkan sebuah kehidupan yang rukun, damai, saling berdampingan dalam bingkai keane-karagaman bangsa-nya dengan dilandasi per-satuan serta kebersamaan, sebagaimana perintah Allah dalam surat Ali-Imron ayat 103.
يعا وال تـفرقوا واذكروا نعمت الله عليكم إذ واعتصموا حببل الله مج
الـلـه لـكـم ـهـا كـذلـك يــبــني على شفا حفرة من النار فأنقذكم مـنـ
)١٠٣آياته لعلكم تـهتدون (سورة آل عمران:
Dan berpeganglah kamu semuanya kepa-da tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Al-lah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Ja-hiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara. (QS. Ali ‘Imron: 103)
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
Sila yang memberi petunjuk dalam pelaksanaan kepemimpinan serta dalam mengambil sebuah keputusan itu harus secara bijak dengan tetap berdasarkan musyawarah. Hal ini digambarkan dalam al-Qur'an surat Shaad ayat 20 dan surat Ali ‘Imran ayat 159 sebagai berikut:
لني (سـورة عزمت فـتـوكل على الله إن الله حيب المتـوك
)١٥٩: آل عمران
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan ber-musyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. (QS. ali-Imron: 159) 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat In-
donesia Sila yang menggambarkan dan mencita-citakan terwujudnya kehidupan yang adil, makmur, bagi seluruh rakyatnya yang berane-ka ragam. Hal ini juga diperintahkan dalam surat al-Maa'idah ayat 8 dan al-Nisa’ ayat 135 sebagai berikut:
ياأيـها الذين آمنوا كونوا قـوامني لله شهداء بـالـقـسـط والجيـرمـنـكـم
رب للتـقوى واتـقوا الـلـه إن شنآن قـوم على أالتـعدلوا اعدلوا هو أقـ
)٨: الله خبري مبا تـعملون (سورة املآئدة
Hai orang-orang yang beriman, hen-daklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) kerena Allah, men-jadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa, dan bertakwalah kepada Al-lah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Maa’idah: 8)
يا أيـها الذين آمنوا كونوا قـوامني بـالـقـسـط شـهـداء لـلـه ولـو عـلـى
أنفسكم أو الوالدين واألقـربني إن يكن غـنـيـا أو فــقـريا فـالـلـه أوىل
�ما فال تـتبعوا اهلوى أن تـعدلوا وإن تـلووا أو تـعرضوا فإن الله كان
)١٣٥: مبا تـعملون خبريا (سورة النساء
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (QS. an-Nisa’: 135)
الم عليكم ورمحة اهللا وبـركاته الس
وا نـعـمـة اهللا ال مـاحلمد هللا الذي بنعمته اهتدى المهتدون وبرمحته احتد المسلمون وآتاكم مـن كـل ا سـألـتـمـوه وإن تــعـد
دا عبده ورسوله أرسله باهلدى ودي ـرا ونـذيــرا. الـلـهـم ن حتصوها. أشهد أن آل إله إال اهللا وأشهد أن حمم احلق ليكون للعالمني بشـيـ
رمحكم اهللا . أوصيكم ونـفسي بتـقوى اهللا ون صل على حممد رسول اهللا وعلى اله وأصحابه ومن وااله (أما بـعد) فـيا أيـها المسلم
وطاعته لعلكم تـفلحون.
Hadirin Jama’ah Jum’ah Yang Mulia
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, marilah kita senantiasa selalu meningkatkan keta-
qwaan dan keimanan kita kepada Allah SWT. Agar kita senantiasa mendapatkan keber-kahan
Memperingati Hari Kemerdekaan Berlandaskan
Nilai-nilai Luhur Pancasila dan UUD 1945 `Khotbah Jum ah
4 | Bulletin Cah Angon
Khotbah Jum’ah
dan keridhaan dari Allah SWT dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara ini.
Hadirin Jama’ah Jum’ah Yang Budiman
Perlu kita ketahui dan kita sadari bersama bahwa bangsa Indonesia ini merdeka atas per-
juangan keras para alim ulama dan beberapa komponen bangsa ini, selama kurang lebih 3,5
abad lamanya. Hal ini menunjukkan bahwa berdirinya bangsa Indonesia ini berdasarkan
kemajemukan bangsa yang berbeda-beda yang ikut serta membela bangsa ini dari penjajahan
kolonial Belanda, dengan jerih payah dan per-juangan yang keras sampai titik darah peng-
habisan, akhirnya terwujudlah sebuah bangsa yang merdeka dalam satu kesatuan NKRI. Se-
hingga pada akhir perjuangannya, para tokoh agama berkumpul untuk merumuskan dokumen
yang sangat penting yang dijadikan instrumen dasar negara kita yaitu UUD 1945, dan mem-
persiapkan hari kemerdekaan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Hadirin Yang Berbahagia
Berdirinya sebuah bangsa yang merdeka ini, menunjukkan bahwa negara Indonesia ini,
berdiri atas dasar negara kebangsaan bukan atas dasar negara agama, yang artinya bahwa,
negara Indonesia mengakui adanya berbagai agama, suku, dan ras yang berbeda-beda, hal ini
dilakukan dengan dasar menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yaitu Wijha Insaniyah.
Negara indonesia adalah negara kedaulatan bukan negara kekuasaan, yang artinya segala
sesuatu itu didasarkan atas kebutuhan dan permusyawaratan bersama, bukan hanya diputus-
kan oleh satu golongan saja yang menjadi penguasa di negeri ini, sehingga sebuah keputusan
dan ketetapan hukum yang diambil itu bertujuan untuk Limaslakhatil Ummah bukan untuk
satu golongan saja, dan ini juga dituangkan dalam Pancasila yang berbunyi kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Dengan inilah bisa
tercapai satu kesatuan bangsa dengan harapan “seng gede isok ngayomi seng cilik, sing cilik
gelem menghormati seng gede” kaum mayoritas bisa memberikan rasa aman bagi kaum mi-
noritas, sedangkan kaum minoritas bisa menghormati kaum mayoritas.
Hadirin Yang Dimuliakan Allah
Perlu disadari dan dipahami bahwa negara Indonesia adalah negara kedaulatan rakyat yang
berketuhanan bukan negara ketuhanan. Negara dan Agama harus dipisahkan, artinya; Bahwa
manusia bernegara dan berbangsa itu sudah menjadi kewajiban seorang warga negara untuk
taat dan patuh terhadap pemimpin dengan berbagai instrumen yang diberlakukan oleh negara
tersebut. Akan tetapi orang ber-agama merupakan kewajiban seorang hamba untuk taat dan
patuh kepada sang pencipta melalui syariat yang ditetapkan oleh Tuhannya. Seseorang beraga-
ma atau tidak, itu semua urusan individu seseorang dengan Tuhannya, begitu juga dalam
melaksanakan Syariat Islam tidak diperlukan/diwajibkan adanya sebuah negara Islam. hal ini
dengan sendirinya sudah menjadi kewajiban bagi para pemeluk agama itu sendiri, oleh karena
itu tidak seorangpun memiliki wewenang untuk memaksa seseorang agar melaksanakan syari-
at atau meyakini agama tertentu. Hal ini dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-Baqarah Ayat 256.
Bulletin Cah Angon | 5
Hukum Mengibarkan Bendera Setiap negara pasti mempunyai bendera sebagai lambang kebesaran dari negara tersebut,
misalnya negara Indonesia yang mempunyai bendera kebesaran Merah Putih. Pada setiap mo-men-momen tertentu, seperti halnya ketika memperingati HUT kemerdekaan NKRI, pemerintah mewajibkan setiap warga negara untuk mengibarkan bendera Merah Putih pada setiap rumah, perkantoran, pabrik dan lain sebagainya. Dari hal tersebut, bagaimanakah hukum mengibarkan bendera menurut Islam, adakah dalil yang menerangkannya?
Hukum mengibarkan bendera adalah boleh, karena Nabi juga pernah memerintahkan sa-habat Zubair untuk mengibarkan sebuah bendera pada suatu tempat, sebagaimana ket-erangan dalam kitab Shahih al-Bukhari:
ثـنا أبو أسامة، عن هشام بن عروة، عن أبيه عن نافع بن د بن العالء، حد ثـنا حمم عت العباس يـقول للزبـري، رضي جبـ حد ري قال: مس
هما هاهنا أمرك النيب صلى اهللا عليه وسلم أن تـركز الراية (صحيح البخارى، ج )٣٠٣ ص، ٢الله عنـ
Telah bercerita kepadaku Muhammad bin al-‘Allak, Abu Usamah telah bercerita kepadaku, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari Nafi’ bin Jubair, dia berkata; “Aku telah mendengar Ibnu Abbas berkata kepada Zubair, semoga Allah meridhai keduanya, di tempat ini nabi Muhammad Saw menyuruhmu untuk mengibarkan bendera”. (Sahih al-Bukhari, bab ma Qiila fi Liwaa’i an-Nabi, juz 2, hal. 303) Hukum Penghormatan Pada Bendera
Setiap merayakan hari kemerdekaan negara Indonesia, masyarakat diharuskan untuk mem-peringatinya, yang salah satunya dengan cara mengadakan upacara bendera. Dalam upacara tersebut tentunya tidak terlepas dari penghormatan pada bendera. Dari permasalahan tersebut, bolehkah kita sebagai warga negara, melakukan penghormatan pada bendera?
Tidak boleh, apabila penghormatan ter sebut dilakukan dengan cara ber sujud
)٥٥، ص ١والقسم الثاىن األفـعال كسجود لصنم أو مشس أو خملوق آخر (إسعاد الرفيق، ج
Pembagian yang kedua adalah kufur dari jenis perbuatan seperti sujud pada berhala atau matahari atau makhluk yang lain. (Is’ad ar-Rafiq, juz 1, hal. 55)
Boleh, apabila dalam member ikan penghor matan ter sebut tidak sampai menga-gungkan seperti mengagungkan Tuhan.
نـهما ىف الكفـر حـيـنـئـذ اه رح م ر وقــولـه، فـإن قصـد تــعـظـيـم ــ شـفإن قصد تـعظيم خملوق بالركوع كما يـعظم اهللا به فال فـرق بـيـ
) ١٢٤، ص ٥خملوق إخل أي فـلو مل يـقصد ذلك مل يكن كفرا بل ال يكون حراما أيضا (حاشية اجلمل، ج
Hukum Mengibarkan Bendera
Hukum Penghormatan pada Bendera Fiqh
Fiqh
الرشد من الغي ين قد تـبـني آل إكراه ىف الد
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat”.
Dan akhirnya semoga Allah SWT melim-pahkan rahmat dan ridha-Nya kepada kita semua
untuk kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara dalam mewujudkan keadilan dan kese-
jahteraan serta kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia. Dhohiron wa Bathinan, Amin Ya