Top Banner
BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 1 SULUH 20 halaman Jimly Asshiddiqie IAIN Pontianak Edisi 11, Juni - Juli 2015 SARJANA BARU, HARUS PUNYA PERAN DALAM MEMBANGUN MORAL, MENTALITAS, DAN KARAKTER BANGSA
24

Buletin Suluh Edisi 11

Jul 23, 2016

Download

Documents

 
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Buletin Suluh Edisi 11

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 1

SULUH20

halaman

Jimly Asshiddiqie

IAIN Pontianak

Edisi 11, Juni - Juli 2015

SARJANA BARU, HARUS PUNYA PERAN DALAM MEMBANGUN MORAL, MENTALITAS, DAN KARAKTER BANGSA

Page 2: Buletin Suluh Edisi 11

2 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

Tanggal 1 Ramadhan 1436 H atau bertepa-tan 18 Juni 2015, Dipimpin oleh Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag., me-letakkan batu pertama pembangunan ge-dung kuliah baru, dihadiri Wakil Rektor, Dekan Fakultas dan Pejabat stuktural lainnya.

Sebelum meletakkan batu pertama, Rektor IAIN Pontianak, Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag dalam sambutannya, mengatakan, gedung yang akan dibangun setinggi lima setengah lantai ini bisa menjadi gedung kebanggaan IAIN dan umumnya untuk masyarakat Kalbar.

“Gedung ini akan menelan biaya sekitar 32 milyar, menjadi gedung utama untuk menam-pung aktivitas belajar mengajar di IAIN Pontia-nak, karena akan ada 62 ruang kelas baru yang akan dibangun gedung lima lantai ditambah dengan setengah lantai khusus untuk 2 ruang pertemuan ruang pertemuan berkapasitas 150 orang ebagai pengganti ruangan Teater, dan gedung ini akan menjadi gedung tertinggi di lingkungan IAIN Pontianak”, terang Hamka.

Hamka juga mengajak pada seluruh civitas akademik untuk mendukung pembangunan gedung ini dengan menjelaskan kepada siapa-pun yang bertanya tentang proyek ini dengan penjelasan yang membawa kemaslahatan bagi siapapun. Karena hambatan atau masa-lah yang mungkin ada akan bisa diminimalisir dengan usaha dan doa dari kita semua.

Melalui momentum awal bulan Ramadhan ini, pungkasnya, dipilih untuk memulai pemban-gunan gedung ini bisa menjadi barokah dari Allah untuk semuanya, baik itu saat penger-jaannya mudah-mudahan lancar dan selesai tepat pada waktu yang ditentukan.

Acara tersebut berlangsung singkat, dimulai dengan pembacaan do`a yang dipimpin oleh Drs. H. Dulhadi, M.Pd, kemudian sambutan Rektor IAIN Pontianak dan sesi peletakkan batu pertama oleh Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag dan dilanjutkan peninjauan lokasi pembangu-nan gedung.

REKTOR LETAKKAN BATU PERTAMA, PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAHSULUH

Buletin Civitas Akademika IAIN Pontianak

E d i s i 1 1 , J u n - J u l 2 0 1 5

PENANGGUNG JAWAB

Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag

EDITOR

Eka Hendry, Ar., M.Si

Aspari, S.Pd.I

REDAKTUR

Handes, M.I.Kom

KESEKRETARIATAN

Farninda, Aditya, S.Pd.I

LAYOUT

Setia Purwadi, S.EI

TIM PENYUSUN

Syamsul Kurniawan, M.S.I

Sharach Septiarni Dewi, SH.

Khairul Muttaqin

Ona Sutiono

ALAMAT REDAKSI

Kampus IAIN PontianakJalan Letjen Soeprapto No.19

Telp./Fax: 0561-734170, Pontianak 78121

Website: www.iainptk.ac.idemail: [email protected]

Page 3: Buletin Suluh Edisi 11

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 3

KONTEN

IAIN PONTIANAKMESTI PUNYAPERAN DALAMPERKEMBANGANMASYARAKATINTERNASIONAL

SARJANA BARU, HARUS PUNYA PERAN DALAM MEMBANGUN MORAL, MENTALITAS, DAN KARAKTER BANGSA

MAHASISWA KKLHARUS MENJADIDUTA IAIN PONTIANAK

KHAIRUNAS:Mengutamakan 5 Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama

hal. 10

LAILIAL MUHTIFAH:Guru Professional Adalah Guru yang Memiliki Kemampuan Mumpuni dalam Melaksanakan Tugas

hal. 08

Ilmu dalam Perspektif Epistimologi Barat dan Islam hal. 16

Membangun Kesadaran Budaya Mutu hal. 14

NASRI: PTKIN Unggul, Dengan Perencanaanyang Bermutu

hal. 18

“IAIN Pontianak tidak boleh berhenti berbenah. Kita semua paham, bahwa era globalisasi menuntut adanya kesiapan untuk menghadapi tantangandan persaingan yang semakin kompetitif, termasuk di bidang pendidikan dan dakwah Islam”

Melalui kegiatan wisuda ini seba-gai momentum untuk mulai be-lajar dari kenyataan hidup, dan mulai untuk bertindak sesuai dengan apa yang didapatkan selama di bangku kuliah

PENYALAHGUNAANWEWENANG JABATAN(ABUSE OF POWER)

“Seseorang akan cenderungmenyalahgunakan jabatan ataukekuasaannya untuk memper-kaya diri sendiri, orang lain atau korporasi apabila mempunyai kesempatan”

KKL Integratif menguatkankompetensi akademik maha-siswa, hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengembang kan dan mengkontekstualisasi-kan pengetahuan dan keteram-pilan yang mereka perolehselama dibangku perkuliahan.

HAL. 6

HAL. 12 HAL. 20

BERITA UTAMA

Page 4: Buletin Suluh Edisi 11

4 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

SARJANA BARU, HARUS PUNYA PERAN DALAM MEMBANGUN MORAL, MENTALITAS DAN KARAKTER BANGSA

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Ass-hiddiqie, mengucapkan selamat kepada para wisudawan IAIN Pontianak, mudah-mudahan

sesudah menjadi sarjana bisa melanjutkan tugas untuk belajar dari kehidupan nyata, jika sebelumnya belajar dari buku, ucapnya.“Sebagai umat Islam dan seluruh umat manusia, mari kita belajar sebagaimana Allah SWT memerintahkan kepa-da Rasulullah Saw, pertama kali mendapat wahyu yakni dengan perintah membaca (iqra), sedangkan Allah SWT mengetahui ketika pertama kali nabi Muhammad Saw tidak dapat membaca buku, maka perintah Iqra itu mak-nanya tidak lain, bukan membaca leterlek seperti yang

wisuda ini sebagai momentum untuk mulai belajar dari kenyataan hidup, dan

mulai untuk bertindak sesuai dengan apa yang didapatkan selama di bangku kuliah,

dan bekerja untuk kemajuan bangsa di bidang keahlian masing-masing.

Page 5: Buletin Suluh Edisi 11

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 5

kita pahami, membaca disitu adalah membaca kehidu-pan”, kata Jimly.Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum RI (DKPP-RI) 2012-2017 ini juga mengajak se-genap sarjana baru agar memulai membaca kehidupan, bukan sekedar lagi membaca buku. Buku oleh penulisnya menjelaskan dan menceritakan realitas masa lalu, sering kali buku ketinggalan zaman. Jadi, terangnya, kalau selama ini rajin membaca buku, jan-gan-jangan pengetahuan kita sudah ketinggalan, maka kita harus membaca dunia nyata sambil menjadikan buku sebagai referensi, karena itu membuat kita terus menerus bergaul dengan perkembangan informasi kehidupan dan terlibat dalam perkembangan teknologi.Kepada kedua orangtua wisudawan, Jimly, sekali lagi men-gucapkan selamat putra-putrinya telah menjadi sarjana, mudah-mudahan menambah kualitas kualifikasi genera-si muda bangsa yang menempati posisi intelektual yang dapat memberikan kecemerlangan, sinar bagi kemajuan umat.Bangsa Indonesia, menurut Jimly, adalah bangsa yang san-gat kaya raya, tetapi kekayaan alam yang dimiliki itu bisa dua kemungkinan yaitu bisa menjadi anugerah dan bisa menjadi sumber malapetaka. Pasalnya, semua Negeri Is-lam mulai dari Maroko sampai Marauke kaya akan sumber daya alam, itu sebabnya di jajah oleh bangsa Barat. Jimly, mengutip Joseph E. Stiglitz, dalam tesisnya, esca-ping from the curse of natural resources, kekayaan sum-ber daya alam itu bisa menjadi anugrah dan bisa menjadi sumber kutukan, gara-gara kaya bangsanya dijajah, ter-masuk Indonesia belum mengalami pencerahan, disebab kan rata-rata tingkat pendidikan masih rendah. Sarjana baru IAIN Pontianak hendaknya bisa menambah kualitas generasi baru Indonesia yang menduduki lapisan SDM yang dapat mengelola dan mengurusi Negara dan bangsa Indonesia ke depan.Jimly menyerukan, agar moment wisuda dijadikan seba-gai momentum untuk mulai belajar dari kenyataan hidup, dan mulai untuk bertindak sesuai dengan apa yang dida-patkan selama di bangku kuliah, dan bekerja untuk kema-juan bangsa di bidang keahlian masing-masing.Selain ahli dibidangnya juga punya peran dalam mem-bangun moral, mentalitas, dan karakter bangsa. Apa lagi

Jimly Asshiddiqie

“Setelah 15 tahun reformasi, justru mentalitas dan etika kehi-dupan berbangsa yang melorot dan memprihatinkan”.

pemerintah saat ini mencanangkan revolusi mental, atau gerakan nasional revolusi mental dengan maksud menja-dikan mentalitas dan moralitas menjadi korp bisnis pem-bangunan bangsa.Hal ini diakuinya, setelah 15 tahun reformasi, justru mo-ralitas dan etika kehidupan berbangsa jadi “melorot” dan “memprihatinkan”. “Hukum kita carut marut, politik mem-buat orang berburu kekuasaan dengan berbagai macam cara, demokrasi membuat orang bebas mencari nafkah untuk memperkaya diri sendiri”, tegasnya.Dampaknya adalah kehidupan liberalisme pasca refor-masi yang menyebabkan turunnya kualitas moral berba-gai lini sehingga kehidupan berbangsa mengalami keru-sakan. Karena itu, bangsa ini sangat memerlukan sarjana yang memenuhi aspek moralitas, etika dan karakter. Mu-dah-mudahan sarjana IAIN Pontianak dapat memanfaa-tkan peluang dan mengambil peran dalam membangun bangsa, ajak Jimly.Jimly menuturkan, kehidupan moral bangsa saat ini se-dang menghadapi masalah, tingkat kriminal sedang meningkat tajam, fakta menunjukkan penjara diseluruh wilayah Indonesia penuh dengan orang-orang yang ber-masalah.Hukum yang ditegakkan tidak mengurangi tingkat krimi-nalitas, tentu hal ini disebabkan moral bangsa ini sedang rusak, oleh sebab itu urusan moral harus dijadikan sasaran untuk berdakwah, dan perubahan, ini menjadi tantangan para sarjana IAIN Pontianak, pungkas Jimly.

Page 6: Buletin Suluh Edisi 11

6 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

Momentum alih status dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak ke Institut Agama Islam Nege-ri (IAIN) Pontianak saat ini telah dimanfaatkan secara maksimal.“IAIN Pontianak tidak bo-leh berhenti berbenah. Kita semua paham, bahwa era globalisasi menuntut adanya kesiapan untuk menghadapi tantangan dan persaingan yang se-makin kompetitif, termasuk di bidang pendidikan dan dakwah Islam”, kata Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag, saat menyampaikan pidato rek-tor pada wisuda IAIN Pon-tianak, Rabu, 3 Juni 2015. Sebagai Rektor IAIN Pon-tianak, Hamka, punya pan-dangan ke depan menja-dikan perguruan tinggi ini kelas dunia (world class uni-versity) dan perguruan tinggi percontohan (model univer-sity) dengan tata kelola yang baik (proper management), beridentitas kerakyatan (po-puly identity) serta berakar

pada sosio-kultur Indone-sia (Indonesian sociocultural based). Dia menegaskan, IAIN Pon-tianak mesti punya peran secara signifikan dalam perkembangan masyarakat internasional, sehingga diupayakan agar terus me-ningkatkan kualitas pada semua bidang dan menga-rahkannya untuk mencapai posisi strategis. Di bidang hubungan dan kerjasama luar negeri, te-rangnya, IAIN Pontianak sudah mengirimkan maha-siswa untuk kuliah dan kerja lapangan di luar negeri. Ta-hun ini adalah tahun kedua mengirimkan mahasiswa untuk KKL di Sarawak Ma-layasia berjumlah 30 orang, sebelumnya pada tahun lalu telah mengirimkan 20 mahasiswa. Ke depan, Hamka, berenca-na, akan jajaki Thaiand dan Brunei Darussalam untuk kuliah dan kerja lapangan bagi mahasiswa. Berbagai program ini tidak lantas

IAIN PONTIANAK MESTI PUNYA PERAN DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT INTERNASIONAL

Page 7: Buletin Suluh Edisi 11

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 7

Sekaranglah saatnya sau-dara-saudara menga-malkan ilmu tersebut di masyarakat. Buktikanlah bahwa gelar yang diperoleh menunjukkan kompeten-si yang dimiliki. Bentuknya adalah karya nyata. Ilmu yang didapat selama diban-gku perkuliahan ringkasnya hendaklah dimanfaatkan secara positif dan kreatif. Jadilah tokoh-tokoh pem-baharu di masyarakat. Ber-buatlah yang terbaik untuk umat dan bangsa di mana-pun kelak saudara/i bekerja.Para wisudawan adalah duta kampus IAIN Pontia-nak. Oleh karena itu, dia “menitipkan” nama baik kampus ini. Ketika sauda-ra-saudari berhasil di mas-yarakat, maka nama IAIN Pontianak akan terbawa baik juga. Sebaliknya dari itu, apabila saudara ga-gal dan terlibat dalam ka-sus-kasus yang merugikan Negara, nama IAIN Pon-tianak akan terbawa-bawa pula. Meskipun kita paham,

Ekspresi kegembiraan peserta wisuda

“apa yang dicapai pada hari ini, tidak lepas dari jerih payah kedua orangtua, bersimpuhlah ucapkan terima kasih”

Dr. H. Hamka Siregar, M.AgRektor IAIN Pontianak “IAIN Pontianak mesti punya pe-ran secara signifikan dalam per-kembangan masyarakat interna-sional, sehingga diupayakan agar terus meningkatkan kualitas pada semua bidang dan mengarahkan-nya untuk mencapai posisi strate-gis”.

tambahnya, bahwa tidak ada satu pun kampus yang mengajarkan hal-hal yang bertentangan dengan kai-dah-kaidah kebaikan. “Karena itu para lulusan ingat dan peganglah kuat nilai-nilai agama, nilai-nilai kejujuran, kebenaran dan keadilan. Sebagai pencer-minan dari keluhuran budi, kejujuran, kebenaran, dan keadilan apabila digabung dengan kemampuan ilmu pengetahuan serta seman-gat pengabdian, sebagai wujud nilai kepahlawanan pada masa kekinian, insya Allah akan menjadi amunisi yang besar untuk memban-gun Indonesia yang lebih baik lagi”, tegas Hamka se-belum mengakhiri pidaton-ya.Selain daripada itu, tutup Hamka, apa yang saudara capai pada hari ini, tidak le-pas dari jerih payah kedua orang tua. Setelah wisuda ini, segeralah bersimpuh untuk mengucapkan teri-makasih. Jadilah anak yang berbakti pada orangtua.

menampik ciri khas keIsla-man dan lokalitas. Wisuda sarjana dan pasca-sarjana IAIN Pontianak, 3 Juni 2015 yang diikuti se-banyak 300 wisudawan, yang terdiri dari wisudawan pascasarjana sejumlah 32 orang. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Pontianak 179 orang. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Jurusan Pendidikan baha-sa Arab IAIN Pontianak 13 orang. Fakultas Syariah dan Eko-nomi Islam (FSEI) Jurusan Ekonomi Islam 47 orang. Fakultas Syariah dan Eko-nomi Islam (FSEI) Jurusan Muamalah 7 orang. Fakul-tas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam sejumlah 8 orang. Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) juru-san Bimbingan dan Kon-seling Islam sejumlah 14 orang.Kepada wisudawan, Rektor IAIN Pontianak mengu-capkan selamat. Dia berpe-san, kita semua sependapat bahwa ilmu yang diperoleh, adalah alat, akan sangat ter-gantung pada, dan untuk apa, serta bagaimana ilmu tersebut digunakan. Nilai universal dari pemanfaatan ilmu, adalah untuk kemas-hlahatan umat dan bangsa secara keseluruhan.

Page 8: Buletin Suluh Edisi 11

8 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

LAILIAL MUHTIFAH:GURU PROFESSIONAL ADALAH GURU YANG MEMILIKI KEMAMPUAN MUMPUNI DALAM MELAKSANAKAN TUGAS

Dekan Fakultas Tar-biyah dan ilmu Ke-guruan (FTIK), Dr.

Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd., mengatakan Pada hari ini Selasa, 2 Juni 2015 peserta yudisium patut bersyukur kepada Allah SWT, karena FTIK kembali melakukan yudisium bagi putra putri kita yang telah menama-tkan studinya. FTIK meyudisium seban-yak 194 orang mahasiswa, yang terdiri dari 181 lulusan pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dan 13 lulusan pada Jurusan Pen-didikan Bahasa Arab. Mes-kipun FTIK telah memiliki 4 Jurusan, namun 2 Jurusan merupakan Jurusan baru yang belum melahirkan lu-lusan. Dari waktu ke waktu lulusan dari FTIK terus bertambah terutama dari segi jumlah

lulusannya. Dekan FTIK berharap, penambahan jumlah ini hendaknya ber-jalan seiring dengan penin-gkatan kualitas lulusan dari FTIK. Kami terus menerus beru-paya, ujarnya dalam pida-to yudisium, memperbaiki dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan layanan Pendidikan dan Penga-jaran di Lingkungan FTIK, agar lulusan yang dihasil dari lembaga pendidikan ini dapat mencapai seti-daknya 4 standar minimal sebagai seorang pendidik yaitu kompetensi pedago-gis, kompetensi profesio-nal, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Menurut Lailial yang akrab disapa Laili, guru yang pro-fesional memiliki kriteria: Pertama, kompetensi pe-dagogik merupakan kom-

petensi khas, yang akan membedakan guru dengan profesi lainnya. Kompe-tensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengikuti perkembangan ilmu terkini karena perkem-bangan ilmu selalu dinamis. Kedua, kompetensi profe-sional yang harus terus di-kembangkan guru dengan belajar dan tindakan reflek-tif. Kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai ma-teri pembelajaran secara luas dan mendalam. Ketiga, kompetensi sosial bisa dilihat apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan bekerja sama dengan peserta didik serta guru-guru lainnya dan civitas akademika di kampusnya untuk mengembangkan kampusnya.Keempat, kompetensi ke-

pribadian. Kompetensi ini terkait dengan guru sebagai teladan, beberapa aspek kompetensi ini misalnya: (1) dewasa, (2) stabil, (3) arif dan bijaksana, (4) berwi-bawa, (5) mantap, (6) be-rakhlak mulia, (7) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (8) men-gevaluasi kinerja sendiri, (9) mengembangkan diri secara berkelanjutan, dan (10) mampu berpikir secara strategis dan mengemban-gkan strategi-strategi yang efektif untuk mewujudkan visi dan misi hidup anda.Kami berharap ijazah ke-sarjanaan yang diterima nantinya terpatri dalam raga sarjana FTIK menja-di soft-skills untuk men-gokohkan dan menguatkan kepribadian Saudara-Sau-dara dalam bingkai Akhlak Al-Karimah dan Kepriba-

Page 9: Buletin Suluh Edisi 11

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 9

dian “Mukmin Ulul Albab” dalam lingkup visi FTIK IAIN Pontianak.“Menjadi pusat pengem-bangan pendidikan dan pengajaran yang ulung, ter-kemuka dan terbuka dalam riset keagamaan, keilmuan dan kebudayaan borneo”, di tengah era revolusi mental dan persaingan yang sangat ketat di era global ini. Revo-lusi Mental adalah peruba-han cepat dan kerja cepat, dan memiliki komitmen yang tinggi bekerja keras.Laili berpendapat, Revolu-si Mental ini “meniru” cara apa yang telah dilakukan Rasulullah Nabi Muham-mad SAW pada jaman jahi-liyah dahulu di negeri Arab. Mengapa Revolusi Mental ini sangat penting? Ternya-ta Mental/Akhlak ini mem-punyai kedudukan tertinggi. Berikut, urai Laili, bebe-rapa hadits Nabi tentang akhlak; (1) “Sesungguhnya aku diutus untuk menyem-purnakan akhlak mulia”; (2) “Sesungguhnya orang yang terbaik dari kalian adalah orang yang terbaik akhlakn-ya”; (3) “Kaum Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang pa-ling baik akhlaknya (di antara mereka)”; (4) “Pergaulilah manusia dengan akhlak yang mulia”; (5) “Tidak ada sesuatu yang lebih berat timbangannya (di Hari Kia-mat) dibanding Akhlak mu-lia”; (6) “Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat

tempatnya denganku pada hari kiamat adalah yang pa-ling mulia akhlaknya”. Guru yang professional adalah guru yang memili-ki kemampuan mumpuni dalam melaksanakan tugas jabatan guru. Laili menya-dari betul, di era globalisasi seperti sekarang ini, stan-dar Sumber Daya Manusia (SDM) yang diperlukan san-gat tinggi. Tuntutan persaingan antara berbagai lulusan Perguruan Tinggi yang ada juga sangat tinggi. Sementara di sisi lain ketersediaan lapangan pe-kerjaan semakin kompetitif, paparnya. Oleh karenan-ya, dia terus menerus ber-benah dan meningkatkan standar mutu yang ada, mulai dari standar kuriku-lum, standar proses, stan-dar mutu dosen dan tenaga kependidikannya, standar sarana prasarana hingga standar kelulusan. Laili menyebut, ini semua merupakan agenda besar, bukan pekerjaan seperti membalik telapak tangan. Diperlukan kerja keras, ker-ja cerdas dan kolaborasi semua pihak. Termasuk dukungan dan partisipasi dari orang tua mahasiswa. Oleh karenanya, kami se-nantiasa mendorong ker-jasama dari semua elemen yang ada, baik dosen, kar-yawan, mahasiswa, orang tua dan termasuk peme-rintah daerah untuk men-dorong peningkatan mutu layanan pendidikan di FTIK.

Dr. Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd.

“Kami terus menerus berupaya, memperbaiki dan meningkatkan

kualitas penyelenggaraan dan pelayanan Pendidikan dan Penga-

jaran di lingkungan FTIK”.

Page 10: Buletin Suluh Edisi 11

10 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

Sejak dilantik oleh Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin pada 23 September 2014, Khairunas, SH., MH., resmi menjadi Keluarga Besar Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Menjabat sebagai Kepala Biro Administrasi Umum, Akademik, dan Kemahasiswaan (AUAK) memberikan tantangan baru untuknya yang sela-ma ini memangku amanah sebagai Auditor Irjen Kemente-rian Agama sejak 1999 hingga 2014.Mengimplementasikan 5 Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama RI diutamakannya dalam menjalankan tugas ter-sebut. Bekerja sebagai Auditor maupun Kepala Biro AUAK tak harus membuatnya berbeda pandangan terhadap pe-kerjaanya. Kemana pun, kapan pun ia tetap bekerja secara Integritas, Profesionalitas, Inovasi, Tanggung Jawab, dan memberikan Keteladan. “Saya mempunyai prinsip bahwa saya harus bekerja seca-ra profesional dan maksimal. Apakah saya sebagai Auditor atau menjadi Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak, saya tetap bekerja secara Integritas, Profesional, dan memberikan keteladanan pada siapa pun, sebab itu adalah komitmen diri saya”, tegas mantan Ketua Kelompok Bidang Investigasi Inspektorat Jenderal Kementerian Agama ini.

Berhadapan dengan administrasi tentu bertolak belakang dengan pengalaman kerjanya yang berurusan dengan kasus dan mengandalkan keahlian khusus keauditoran. Perbedaan signifikan tersebut membuatnya harus bera-daptasi, untuk itu berpikir postif, arif, dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsinya merupakan aplikasi ni-lai budaya yang ia tanamkan pada dirinya.“Perbedaan yang sangat signifikan saya rasakan, dulu saya menjadi Auditor dan terakhir di investigasi, bekerja me

KHAIRUNASMengutamakan 5 Nilai Budaya Kerja Kementerian Agama

Page 11: Buletin Suluh Edisi 11

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 11

nyelesaikan kasus-kasus dimanapun dan kapan pun, men-gandalkan keahlian khusus keauditoran. Nah! sekarang saya jadi Kepala Biro harus bekerja di Administrasi Umum, Aka-demik, dan Kemahasiswaan, dan duduk di belakang meja ngurusin surat-surat dan semacamnya, karenanya saya perlu beradaptasi. Tetapi karena mempunyai semangat mengabdi, pekerjaan bagaimana dan dimana pun tidak menjadi kendala, sehingga walau pekerjaan itu asing akan berjalan lancar, semoga bermanfaat besar, insya Allah”, ka-tanya bersemangatBerkaitan dengan 5 nilai budaya kerja tersebut, Khairunas juga menjadikannya sebagai pola keteladanan kepada pe-gawai. Dia menunjukannya dengan kedisiplinan jam kerja, berdasarkan rekapitulasi kehadiran Khairunas selalu datang dibawah pukul 07.30 dan pulang lewat pukul 16.00. Se-lain sebagai tanggung jawab pada pekerjaannya, Khairunas sendiri mempunyai prinsip tidak meninggalkan pekerjaan untuk diselesaikan keeseokan harinya. Maka tidak heran jika mejanya selalu bersih dan rapi dari berkas dan surat-surat.“Saya selalu mengedepankan kedisiplinan dan memberi-kan contoh teladan kepada pegawai dengan datang lebih awal dan pulang di atas jam 4. Bahkan pulang pun sering malam karena mengerjakan pekerjaan kantor. Sebab saya tidak ingin meninggalkan pekerjaan untuk keesokan hari nya. Semua surat dan berkas saya tuntaskan hari itu juga”, cerita Khairunas di ruang kerjanya.“Saya ingin konsentrasi penuh untuk pengabdian diri saya demi peningkatan pengembangan IAIN Pontianak”, tegas-nya. Komitmen bukanlah sekadar pengakuan semata. Hal ini dapat dibuktikan dengan pembenahan yang telah di-lakukan. Beberapa di antaranya adalah terlaksananya peng hapusan gedung bangunan MAS dan Masjid Syarif Hidaya-tullah dan pembangunan kembali ruang perkuliahan.Selain itu, pengembangan kerjasama dengan Perguruan Tinggi Negara lain yang saat ini telah bekerja sama dengan Universitas Malaysia Sarawak (UNIMAS), Terlaksananya upaya sinergisitas dengan pimpinan daerah dalam bentuk MoU dengan Kejaksaan Tinggi Provinsi Kalimantan Barat, Kementerian Agama Kalimantan Barat, dan Pemerintahan Kota Pontianak, Pengembangan keterampilan dan profe-sionalisme Sumber Daya Manusia (SDM) melalui dorongan studi lanjut, dan partisipasi berbagai kegiatan penelitian dengan memberikan kesempatan pada dosen untuk me-lakukan penelitian dalam jumlah yang banyak serta meng anggarkan bantuan kepada 12 dosen untuk melanjutkan

studi S3. Khairunas mengaku bahwa berbagai pembenahan yang dilakukan, tak lain untuk pengembangan dan kemajuan IAIN Pontianak, maka berbagai agenda strategis untuk peningkatan kualitas layanan dan mutu telah dirancang. Agenda ini berkaitan dengan Peningkatan kuantitas dan kualitas penerimaan mahasiswa, mutu pelayanan bidang akademik dan non akademik, mutu kurikulum, kualitas mahasiswa dan alumni, hubungan kerjasama dengan ber-bagai instansi pemerintah maupun dan perguruan tinggi berkaitan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi serta bi-dang pengembangan unit usaha dan pemberdayaan aset. Peningkatan tersebut dilakukan melalui pengembangan di kegiatan akademik, kelembagaan, Sarana Prasarana, dan Sumber Daya Manusia baik dosen, tenaga kependidikan serta mahasiswa. “Ada beberapa dimensi yang patut diperhatikan dalam peningkatan kualitas dan kemajuan IAIN Pontianak; perta-ma, perbaikan mutu pelayanan. Kedua, Penetapan langkah antisipasi dalam menjawab kebutuhan nyata masyarakat. Ketiga, Perbaikan sistem kelembagaan yang lentur agar lebih mudah beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan,” jelas lulusan Magister Hukum Jurusan Pidana Universitas Islam Jakarta.Dimensi lain yang menjadi perhatian pemimpin yang lahir di Batusangkar, Sumatera Barat ini adalah Peningkatan efekti-vitas kerja sama kelompok dan optimalisasi tim kerja di anta-ra unit-unit yang terkait, penataan manajemen berdasarkan kepemimpinan yang efektif, serta pemberdayaan dan pen-gembangan sumber daya manusia. Secara gesit, program kerja yang disebutnya sebagai cita-cita itu sebagian besar sedang dalam pembenahan dan beberapa di antaranya te-lah masuk dalam list target untuk dilakukan segera. ”Ada beberapa yang sedang dan akan dilakukan, di anta-ranya adalah Pemutakhiran data mahasiswa IAIN Pontia-nak yang saat ini ada berbagai versi yang berbeda jumlah nya. Penataan analisa beban kerja dan analisa kebutuhan tenaga fungsional dosen, fungsional tertentu lainnya dan pegawai administrasi yang sudah dilakukan dalam bentuk E-Formasi. Kemudian evaluasi kedisiplinan PNS dengan menyurati atasan langsung dan pelanggaran disiplin de ngan memberikan sanksi hukuman dalam rangka pening katan disiplin. Finalisasi STATUTA IAIN Pontianak yang tinggal selangkah lagi yakni dalam penetapan pakaian al-mamater, senat dan toga akademik serta kondisi jaringan internet”, tutupnya.

Page 12: Buletin Suluh Edisi 11

12 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

PENYALAHGUNAAN WEWENANG JABATAN (ABUSE OF POWER)

Abuse of power adalah tindakan penyalahgunaan

wewenang yang dilakukan seorang pejabat untuk ke-pentingan tertentu, baik untuk kepentingan diri sendiri, orang lain atau kor-porasi. Kalau tindakan itu dapat merugikan keuangan atau perekonomian nega-ra, maka tindakan tersebut dapat dianggap sebagai tin-dakan korupsi. Ada adagium yang men-gatakan bahwa, kekuasaan itu dekat dengan korupsi. Kekuasaan yang tidak ter-kontrol akan menjadi sema-

kin besar, beralih menjadi sumber terjadinya berba-gai penyimpangan. Makin besar kekuasaan itu, makin besar pula kemungkinan untuk melakukan korupsi. Wewenang yang diberikan sebagai sarana untuk me-laksanakan tugas, dipan-dang sebagai kekuasaan pribadi. Karena itu dapat dipakai untuk kepentingan pribadi. Akibatnya, peja-bat yang menduduki po-sisi penting dalam sebuah lembaga negara merasa mempunyai hak untuk menggunakan wewenang yang diperuntukkan bagin-

ya secara bebas. Makin ting gi jabatannya, makin besar kewenangannya. Tindakan hukum terhadap orang-orang tersebut di-pandang sebagai tindakan yang tidak wajar. Kondisi demikian merupakan se-buah kesesatan publik yang dapat merugikan organisasi secara menyeluruh. Dalam keadaan di mana masya-rakat lemah karena miskin, buta hukum, buta adminis-trasi, korupsi berjalan seper-ti angin lewat. Pemerintah pada suatu ne-gara merupakan salah satu unsur atau komponen da-

lam pembentukan negara yang baik.Terwujudnya pe-merintahan yang baik ada-lah manakala terdapat se-buah sinergi antara swasta, rakyat dan pemerintah se-bagai fasilitator, yang dilak-sanakan secara transparan, partisipatif, akuntabel dan demokratis. Proses pencapaian nega-ra dengan pemerintahan yang baik memerlukan alat dalam membawa kompo-nen kebijakan-kebijakan atau peraturan-peraturan pemerintah guna terealis-asinya tujuan nasional. Alat pemerintahan tersebut

Oleh: Khairunas, SH. MH. (Kepala Biro AUAK IAIN Pontianak)

Page 13: Buletin Suluh Edisi 11

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 13

adalah aparatur pemerintah yang dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan seka-rang disebut dengan Apara-tur Sipil Negara (ASN) seba-gaimana ditetapkan dalam UU Nomor 5 Tahun 2014. Pembentukan disiplin, etika dan moral ditingkat peja-bat pengambil keputusan, sangat diperlukan untuk menangkal kebijakan yang diambil penuh dengan nuansa kepentingan pribadi dan golongan/kelompok. Kalau itu yang terjadi, tanpa disadari bahwa itu meru-pakan penyalahgunaan wewenang jabatan, yang disebut abuse of power. Perwujudan tindakan pen-yalahgunaan wewenang jabatan tersebut sebagian besar berdampak pada ter-jadinya Korupsi, Kolusi, Ne-potisme (KKN). Adakalanya tindakan pen-yalahgunaan wewenang jabatan tersebut diseba-bkan karena kebijakan pu-blik yang hanya dipandang sebagai kesalahan prosedur dan administratif, akan te-tapi apabila dilakukan den-gan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang beraki-bat pada kerugian pereko-nomian dan keuangan ne-gara, maka sesungguhnya itu adalah tindak pidana.Persolan korupsi yang terja-di dari penyalahgunaan ja-batan, terkait dengan kom-pleksitas masalah moral

atau sikap mental, masalah pola hidup, kebutuhan serta kebudayaan dan lingkun-gan sosial. Masalah kebutu-han atau tuntutan ekonomi dan kesejahteraan sosial ekonomi, masalah struktur atau sistem ekonomi, ma-salah sistem atau budaya politik, masalah mekanisme pembangunan dan lema-hnya birokrasi atau prose-dur administrasi (termasuk sistem pengawasan) di bi-dang keuangan dan pelaya-nan publik. Dengan demikian, kasus tindak pidana korupsi den-gan modus penyalahgu-

naan wewenang jabatan bersifat multidimensi dan kompleks. Sekalipun tin-dak pidana korupsi bersifat multidimensi dan komple-ks, akan tetapi ada satu hal yang merupakan penyebab utama terjadinya tindak pidana korupsi khususnya dalam birokrasi, yaitu kes-empatan dan jabatan atau kekuasaan. Seseorang akan cenderung menyalahgu-nakan jabatan atau kekua-saannya untuk memper-kaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, apabila mempunyai kesempatan.Penyalahgunaan jabatan

atau kekuasaan ini meru-pakan sebagai salah satu unsur penting dari tindak pidana korupsi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jun-to Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pi-dana Korupsi. Unsur penting yang dimak-sudkan adalah “penyalah-gunaan wewenang, yang dapat menyebabkan keru-gian keuangan atau pereko-nomian negara”. Penyalah-gunaan kekuasaan atau kewenangan khususnya dalam pengelolaan dan pe-

runtukkan keuangan negara oleh aparatur negara, se-sungguhnya itu merupakan tindak pidana korupsi oleh karena sifatnya merugikan perekonomian negara dan keuangan negara. Artinya bahwa sekalipun itu dipandang hanya sebagai kebijakan publik yang sifat-nya administratif, akan te-tapi apabila sudah berakibat pada merugikan perekono-mian negara dan keuangan negara, maka sesusnggu-hnya itu adalah merupakan tindak pidana.Mencermati apa yang di-kemukakan di atas, maka

penyalahgunaan kewe-nangan dalam kekuasaan atau jabatan dapat dipan-dang sebagai perbuatan melawan hukum. Hal ini dimaksudkan karena per-buatan penyalahgunaan wewenang merupakan per-buatan yang tercela, oleh karena orang cenderung melaksanakan sesuatu tidak sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi yang seharusnya dilaksanakan. Akan tetapi malahan se-baliknya, yaitu memanfa-atkan kesempatan yang ada dengan kewenangan atau kekuasaan yang dimi-liki untuk melakukan tindak pidana korupsi. Dalam ke-tentuan perundang-un-dangan mengatur tentang bagaimana perbuatan atau tindakan penyalahgunaan kewenangan itu harus bersi-fat merugikan keuangan ne-gara, maka tindakan ini ren-tan dan seringkali ditemui di kalangan aparatur negara atau pegawai negeri sipil. Mengingat peranan dan kedudukan pegawai ne-geri adalah aparatur nega-ra yang juga memegang kekuasaan, maka tidaklah berlebihan bahwa dalam diri pegawai negeri terdapat potensi untuk menyalah-gunakan kedudukan, kewe-nangan atau kekuasaannya.

Artikel ini versi lengkapnya dapat dibaca di situs: www.khairunas.iainptk.ac.id

“Seseorang akan cenderung menyalahgunakan jabatan atau

kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi

apabila mempunyai kesempatan”

Page 14: Buletin Suluh Edisi 11

14 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

MEMBANGUN KESADARAN BUDAYA MUTU

Sapendi, M.Pd.

Ketua LPM IAIN Pontianak, menyampaikan materi pada seminar Membangun Budaya Mutu, dia menyampaikan seminar ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap budaya mutu dan mengembangkan mutu pendidikan tinggi.

Salah satu bentuk pe-rubahan perguruan tinggi yang sedang

berlangsung adalah trans-formasi spirit corporate culture ke dalam institusi pendidikan tinggi. Artinya, menerapkan prinsip pe-natakelolaan yang baik ke lembaga pendidikan tin-ggi. Dengan menerapkan nilai-nilai good governan-ce yang esensial, yaitu; transparansi, akuntabilitas dan responsiveness terha-dap budaya akademik dan prakarsa, serta dampaknya terhadap mutu layanan.Ir. Abu Bakar Alwi, MT., Ph.D., mengatakan, mem-bangun mutu perguruan tinggi diperlukan sistem, standar, dan aturan-atu-ran untuk melaksanakan-nya dan dijadikan sebuah proses budaya dan budaya itu adalah kita, dimana kita membiasakan diri terhadap sistem, standar dan aturan tersebut.Menurutnya, kesadaran ter-hadap mutu adalah sesuatu

yang berbeda, jika hanya membicarakan mutu dalam aspek teoritik saja, maka kita hanya akan membuka dan berbicarakan soal apa, dan apa tentang mutu. Untuk itu diperlukan kesadaran dan ada proses gradual pada diri kita untuk menyesuaikan dengan mutu, dan tujuann-ya adalah kepuasan pelang-gan. Alwi menyebut, apapun yang dilakukan jika tidak memberikan kepuasan ter-hadap pelanggan maka sesungguhnya kita bukan apa dan tidak memberikan apa-apa. Terlebih, di tengah persaingan global, kita ingin keluar sebagai pemenang, dan yang perlu disadari di-tengah keinginan itu akan mengalami kegagalan ber-kali-kali, sehingga kegaga-lan itu adalah guru dalam memperbaiki kualitas. Mengelola mutu dapat diartikan kita selalu me-lakukan sesuatu yang benar diwaktu yang tepat, dan selalu berusaha untuk me-

lakukan perbaikan. Orang yang menjaga mutu tidak bisa diam dan selalu mem-buat perbaikan secara terus menerus sehingga kualitas semakin baik.Perguruan tinggi memiliki infra struktur mutu pen-didikan, sistem, standar, aturan-aturan, dan proses integrasi yang menjadi ba-gian penting. Mutu tidak bisa berjalan sendiri karena di dalam lembaga terdapat berbagai elemen. Mutu ada-lah lembaga, mutu bukan

masing-masing elemen da-lam lembaga, tegasnya se-bagai pembicara dalam se-minar Membangun Budaya Mutu yang diselenggarakan LPM IAIN Pontianak.Ketua LPM IAIN Pontia-nak, Sapendi, M.Pd, dalam kesempatan yang sama, mengungkapkan, seminar Membangun Budaya Mutu pada hari Selasa, 16 Juni 2015, Gedung Biro AUAK, bertujuan untuk membe-rikan pengetahuan dan pemahaman terhadap bu-

Page 15: Buletin Suluh Edisi 11

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 15

daya mutu dan mengem-bangkan mutu pendidikan tinggi baik pada tahapan input, proses, output dan outcam-nya. Membangun budaya mutu sudah diamanatkan oleh undang-undang, Sapendi berharap, seminar yang di-selenggarakan dapat mem-berikan tambahan wawa-san tentang mutu, sehingga seluruh komponen yang ada di IAIN Pontianak me-miliki kesadaran bersama dalam membangun buda-ya mutu. Menurut Sapendi, LPM se-bagai lembaga hanya mem-berikan penjaminan mutu, akan tetapi penjamin mutu terselenggaranya pendidi-kan di IAIN Pontianak me-lekat pada semua publik internal secara keseluruhan, mulai dari unsur pimpinan, dosen, tenaga administrasi dan mahasiswa.Wakil Rektor I bidang Aka-demik, Dr. H. Hermansyah, M.Ag, membuka secara resmi dalam sambutannya menekankan sikap disiplin sebagai bagian dari kesada-ran budaya mutu IAIN Pon-tianak, mutu harus memiliki standarisasi, dan harus di-mulai dari hal yang terkecil.Hermansyah, berkeinginan menjadikan IAIN Pontia-nak sebagai lembaga yang besar dan bermutu, saat ini semua jurusan sudah terakreditasi dan rata-rata dengan akreditasi B, se-mentara akreditasi lembaga masih dalam proses.

“Dari jumlah mahasiswa pun, IAIN Pontianak terus mengalami perkemban-gan dari sebelumnya han-ya menerima sekitar 300 mahasiswa menjadi 1000 mahasiswa baru setiap ta-hunnya”, terangnya. Dia, menegaskan, jumlah tersebut harus diimbangi dengan mutu pendidikan yang baik, jika tidak secara perlahan akan ditinggalkan atau jika itu berlanjut maka akan melahirkan orang-orang yang tidak bermutu dan menjadi masalah di tengah masyarakat, yaitu pengangguran yang terdi-dik.Namun begitu, Hermans-yah, mengingatkan ma-hasiswa yang hadir dalam acara tersebut, mutu bukan semata-mata urusan Re-ktor, ketua LPM, Kabiro AUAK, atau Dekan Fakul-tas, tetapi itu menjadi uru-san kita semua dalam hal menjaga dan meningkatkan mutu yang sudah ada.“Seminar ini terselengga-ra mudah-mudahan dapat memunculkan kesadaran kita semua, bahwa mutu dan budaya mutu di lin-gkungan pendidikan IAIN Pontianak itu penting. Kita boleh bangga dengan sta-tus lembaga sebagai Per-guruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri di Kalbar, te-tapi tidak cukup untuk ber-henti disitu, dan jauh lebih penting semua yang ada di-sini berkualitas”, tutup Her-mansyah.

TAHUN 2016 PROSPEK BARU BAGI CALON MAHASISWA JURUSAN PGRA

Jurusan Pendidikan Guru Raudhatul Atfal (PGRA) IAIN Pontianak merupakan destinasi pavorit bagi calon ma-hasiswa baru, Jurusan ini tidak hanya memberikan pros-

pek baru bagi kejuruan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan menyediakan program pendidikan Taman Kanak-ka-nak (TK), atau Raudhatul Atfal (RA) sebagai jalur pendidikan formal, jenjang pendidikan pertama ketika anak memasuki usia 4-6 tahun.Pasalnya, program pendidikan ini sedang berkembang di kota-kota sampai ke daerah terpencil, tentu, program ini menjadi perhatian bersama dan perlu disiapkan secara baik tenaga pendidik yang profesional. Hal ini dipandang serius, karena pendidikan pra sekolah bertujuan untuk membantu meletakkan dasar perkembangan sikap, pengetahuan, ke-terampilan, dan daya cipta yang diperlukan anak didik da-lam menyesuaikan diri dengan ling kungannya. Ketua Jurusan PGRA, Nur Hamzah, M.Pd, mengatakan, Pendidikan Guru Raudhatul Atfal FTIK IAIN Pontianak memberikan peluang agar anak-anak dapat berkembang dengan seluruh aspek kepribadian dan lingkungan melalui proses bermain, karena bermain merupakan prinsip yang melekat pada kodrat anak. Pada prinsipnya, lanjutnya, pen-didikan guru Raudhatul Atfal yang diselenggarakan, bertu-juan untuk memfasilitasi calon pendidik yang profesional dalam mendidik pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh.Saat ini, Jurusan PGRA FTIK IAIN Pontianak membuka kes-empatan bagi siswa-siswi yang akan atau telah menyeles-aikan studi tingkat atas untuk mendaftarkan diri ke Jurusan PGRA pada tahun 2016 sebagai mahasiswa baru, dan calon pendidik bagi anak-anak usia dini.Jurusan ini memberikan pelatihan-pelatihan khusus, dan pada tahun 2016 akan menyediakan laboratorium, serta alat peraga lainnya. Salah satunya Alat Permainan Edukatif (APE) sebagai Media Pembelajaran adalah untuk memper-dalam konsep dasar bagi calon tenaga Pendidik Raudhatul Atfal. Selain itu, Jurusan PGRA juga memberikan mata ku-liah keahlian seperti teori-teori pemkembangan anak dan lainnya guna menyiapkan calon pendidik yang memiliki ide kreatif, wawasan, dan pemahaman teoritik.

Page 16: Buletin Suluh Edisi 11

16 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

ILMU DALAM PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI BARAT DAN ISLAM

Pembicara dalam seminar interna-sional Pascasarjana IAIN Pontianak, Sabtu, 13 Juni 2015, Nirwan Syafrin,

Ph.D, mengatakan, Ilmu dibangun atas landasan epistemologi, dan dibentuk oleh worldview, karena itu konstruk epistemo-logi setiap peradaban akan berbeda antara satu dengan yang lain.Term Barat disini, menurutnya, tidak meru-juk pada letak geografis atau geo politik, te-tapi lebih pada worldview atau pandangan hidup. Secara umum, worldview bisa dimak-nai sebagai perangkat konsep-konsep pen-ting yang digunakan seseorang untuk me-mahami dan menginterpretasi fenomena yang ada disekitarnya.Walaupun terdapat titik singgung, terang

Nirwan, bangun epistemologi tidak bisa dikatakan sama, antara Barat dan Islam atau pun peradaban satu dengan lainnya, namun tetap terjadi perbedaan. Perbe-daan itu berasal dari worldview (pandan-gan) Perbedaan Barat dan Islam dalam berbagai aspek sesungguhnya muncul dari dalam Bahasa Namrib al-Attas disebut se-bagai konfrontasi permanen. Worldview, dalam perspektifnya, adalah seperangkat konsep yang dimiliki sesorang yang memahami dan menginterpreta-sikan objek-objek yang ada disekitarnya. Konsep-konsep disini adalah termasuk konsep penting, diantaranya mengenai tu-han, wahyu, agama, ilmu, pendidikan dan lain sebagainya.

Nirwan Syafrin, MA., Ph.D.sedang menyampaikan materi

“Kebenaran diukur sejauhmana ia bisa diterima akal manusia, atau

dibuktikan secara empiris, jika gagal dalam memenuhi kriteria akal dan empiris, maka dengan

sendirinya dinyatakan salah.”

Page 17: Buletin Suluh Edisi 11

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 17

Usman Syihab, MA, Ph.D.

menyampaikan materi menin-daklanjuti ide Islamisasi pengeta-huan al-Faruqi: Langkah-langkah strategis

Dia menyebut, Terbentuknya epistemologi Barat modern dapat dilacak dari rentetan episode yang dikenal dengan Renaissance, Enlighttenment, dan Modernity. Fase kebang-kitan (Renaissance) merupakan awal dari sejarah peradaban Barat modern pada abad 16. Istilah ini mengindikasikan bahwa Barat sebelum fase Renaissance berada pada abad “kematian” atau biasa dikenal dengan dark age.Pada fase ini, tambahnya, benar-benar sedang mengala-mi kebangkitan dalam bidang seni, kesusasteraan, filsafat, sains, teknologi, agama, sosial, dan ekonomi. Perubahan yang terjadi sangat luar biasa, memberikan efek besar da-lam kehidupan masyarakat barat, terutama yang paling menonjol adalah yang terjadi pada bidang sains dan filsafat.Dalam upaya untuk mengungkapkan dan menangkap ke-benaran tentang alam, tambahnya memberi contoh, mas-yarakat Barat modern hanya berpegang pada pengalaman (experience) dan penelitian (observation). Metode observasi dan eksperimen inilah yang kemudian dijadikan standar metodologi saintifik.Dalam perjalanannya, Nirwan mengungkapkan, konsep keilmuan seperti ini kemudian diperkokoh oleh mazhab positivisme yang digagas oleh Agus Comte dan diperkuat oleh lingkaran Wina (Vienna Circle) yang memunculkan mazhab pemikiran baru yang dikenal dengan positivisme logis. Jika metode ini digunakan hanya untuk ilmu alam, mungkin masih bisa dimengerti, tapi motode ini ternyata juga menjadi acuan dalam kajian keilmuan lain seperti ilmu sosial dan humaniora termasuk agama.Dia berpendapat, disinilah awal sekularisasi ilmu, yaitu ketika ilmu dijauhkan dan dilepaskan dari ikatan wahyu. Sains yang dulunya punya hubungan erat dengan dunia metafisis, namun sejak revolusi sains, hubungan keduan-ya diputus total. Sain jadinya dianggap sebagai produk akal inderawi manusia semata, kebenaran diukur sejauhmana ia

bisa diterima akal manusia, atau dibuktikan secara empiris, jika gagal dalam memenuhi kriteria akal dan empiris, maka dengan sendirinya dinyatakan salah.Sedangkan, ilmu dalam konstruk epistemologi Islam, Nirwan menjelaskan, tauhid adalah fondasi dalam ajaran Islam. Mustahil ada Islam tanpa tauhid, maka dengan de-mikian mustahil juga ada kebaikan bisa diterima disisi Allah tanpa ketauhidan (al-Zumar: 65). Tauhid-lah esensi ajaran dan peradaban Islam, konstruk epistemologi Islam juga juga tidak bisa dilepaskan dari prinsip tauhid.Nirwan mengatakan, setidaknya ada dua prinsip pokok epistemologi Islam yang bisa diderivasi dari tauhid. Perta-ma, berdasarkan tauhid, kebenaran bukanlah misteri yang sulit atau tidak bisa ditemukan. Kebenaran merupakan se-suatu yang bisa digapai oleh siapa saja, kapan saja, dan di-mana saja, selama orang berkenaan memiliki inderawi dan akal sehat. Kedua, prinsip yang bisa diderivasi dari konsep tauhid ini adalah bahwa kebenaran tidak semuanya relative, seba-gian kebenaran ada yang memiliki sifat kemutlakan dan manusia dapat mengetahui kebenaran mutlak tersebut. Jika tauhid adalah fondasi epistemologi Islam, maka syirik merupakan penyimpangan epistemologi dan kekeliruan ini sama sekali tidak bisa ditolerir (an-Nisa, 48). Allah dengan tegas menyatakan bahwa pelakunya (musyrik) adalah sesat (an-Nisa: 116) dan akan abadi di dalam neraka (al-Maidah: 72).Begitu besar kekeliruan musyrik, Rasulullah tidak mene-mukan padanannya dengan kesalahan besar apapun ter-masuk mencuri dan berzina. Dalam salah satu hadis, Rasu-lullah menyatakan bahwa orang yang mati dalam kondisi tauhid, masih punya harapan untuk masuk surga, meskipun dia pernah melakukan kejahatan lain seperti mencuri dan berzina (Bukhari: 5489 dan Muslim: 193).Kenapa Islam memperlakukan tauhid sedemikian penting. Kembali dia menyatakan, tauhid adalah dasar epistemologi berpikir dan bertindak seorang muslim. Kekeliruan dalam tauhid sama dengan kekeliruan epistemologis yang sudah pasti berdampak pada kekeliruan perbuatan. Bagaimana mungkin orang bisa mempersepsikan realitas dan berbuat benar jika gambarannya mengenai Allah sebagai al-Haqq (Realitas dan kebenaran mutlak) saja keliru.“Orang bisa saja salah dalam perbuatannya, tetapi jangan sampai salah dalam epistemologinya, karena orang yang salah dalam tataran epistemologi, sulit, bahkan tidak mu-gkin untuk melakukan perbaikan, selama framework tidak dibenarkan dahulu. Bagaimana seseorang mungkin mem-perbaiki perbuatannya jika dia sendiri tidak melihat per buatannya itu salah”, tutup Nirwan.

Page 18: Buletin Suluh Edisi 11

18 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

Nasri: PTKIN Unggul, dengan Perencanaan yang Bermutu

Dalam rangka persiapan pertemuan FGD Perenca-naan PTKIN se-Indonesia, Bagian Perencanaan dan Keuangan IAIN Pontianak menggelar perte-

muan Pra Kegiatan FGD (Focus Group Discussion) yang di-laksanakan pada 31 Juli sampai dengan 2 Agustus 2015 di Hotel Orchard Pontianak.Ketua panitia pra kegiatan FGD Perencanaan PTKIN, H. Dimyati, S.Sos. MM, mengatakan, kegiatan yang dilak-sanakan sekarang merupakan persiapan dan sekaligus perumusan untuk kegiatan FGD Perencanaan PTKIN se-Indonesia yang rencananya akan dilaksanakan di IAIN Pontianak.Dia menuturkan, kegiatan Pra FGD saat ini dihadiri tim ke-cil yang bekerja untuk merumuskan persiapan pertemuan besar, yakni kegiatan FGD Perencanaan PTKIN se-Indone-sia yang akan dilaksanakan pada bulan September 2015 mendatang, untuk itu dia berharap, apa yang didiskusikan dalam kesempatan itu, terlaksana sesuai dengan apa yang

Foto bersama Tim Kecil Pra Kegiatan FGD Perencanaan PTKIN dengan Rektor IAIN Pontianak bersama istri, dan Kepala Biro AUAK.Kegiatan FGD Perencanaan PTKIN se-Indonesia akan dilaksanakan pada tanggal 14-17 September 2015 di IAIN Pontianak

ditargetkan. Sementara itu, ketua FGD Perencanaan PTKIN se-Indone-sia, M. Ridwan, M.Pd.I, menyebut, apa yang dilakukan FGD Perencanaan pada tahun ini sudah menghasilkan beberapa output yang diinginkan terutama peningkatan kompetensi perencanaan PTKIN se-Indonesia, dan beberapa dokumen dan regulasi yang bisa dimunculkan dari tim ini. Beberapa output yang telah dihasilkan dari pertemuan sebelumnya, terkait dengan pengembangan perencanaan PTKIN se-In-donesia.M. Ridwan juga memaparkan beberapa pembahasan lain-nya yang dihasilkan dalam pertemuan sebelumnya diha-dapan peserta yang hadir, seperti juknis BOPTN yang pada hakekatnya bertujuan meningkatkan mutu lulusan, penin-gkatan mutu layanan perguruan tinggi serta mempelancar proses pembelajaran di PTKIN. Lebih lanjut, terkait dengan kegiatan FGD Perencanaan yang akan dilaksanakan 14-17 September 2015, Kasubbag

Page 19: Buletin Suluh Edisi 11

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 19

Perencanaan Dirjen Pendis, Drs. Nasri, MM., menyampaikan tema kegiatan tersebut, yaitu; PTKIN Unggul, dengan peren-canaan yang bermutu. Nasri, menilai, apa yang dilakukan tim perumus dalam kegia-tan Pra FGD Perencanaan, pembahasannya sudah kepada mutu Perencanaan lembaga. Walaupun, FGD Perencanaan sendiri, bekerja dilatarbelakangi banyak pemasalahan dalam bidang perencanaan, khususnya untuk penyusunan angga-ran, pengadaan barang dan jasa pemerintah. Dalam kesempatan tersebut, guna meningkatkan mutu pe-rencanaan tim kecil pada kegiatan Pra FGD memulai mem-buat grand desain mutu perencanaan perguruan tinggi. Nasri, mengaku, sebenarnya hal itu sudah disinyalemen dari Ba-ppenas sebelumnya, yakni target akhir dari PTKIN. Selain pemaparan berbagai pembahasan dalam pertemuan itu para peserta juga memberikan beberapa pertanyaan dan masukan mengenai kesamaan persepsi terhadap pen-yusunan anggara pada tahun 2016. Seperti diketahui, pada tahun 2016 dari sisi teknis di aplikasi akan ada perubahan nomenklatur kegiatan.Kemudian, menata ulang output perencanaan PTKIN se-belumnya, untuk disesuaikan dengan renstra yang ada saat ini. Pada pertemuan FGD di IAIN Pontianak nanti, Nasri berharap, peserta punya persepsi yang sama dalam berba-gai macam persoalan hukum yang muncul dan bagaimana menyelesaikannya tentang pengadaan barang dan jasa pe-merintah.Disamping itu, juga terdapat report lainnya yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut. Beberapa uraian-uraian output dari pertemuan sebelumnya dan telah disepakati bersa-ma, dan akan ditindaklanjuti terutama ada beberapa output yang harus disoundingkan dengan pendidikan tinggi, terkait dengan output pusat dan daerah, agar tidak terjadi tumpang tindih. Selain itu, tim juga telah mendiskusikan rencana per-temuan FGD Perencanaan se-Indonesia, rencananya digelar di IAIN Pontianak pada tanggal 14-17 September 2015. Pada akhir pertemuan ditutup dengan penyampaian lapo-ran yang diserahkan oleh Subbag Perencanaan Dirjen Pendis Kemenag RI dan diterima Kepala Biro AUAK, H. Khairunas, SH.,MH., diharapkan dapat menghasilkan sebuah formulasi terbaik. “Saat ini memang diperlukan satu pemahaman bersama untuk membangun Perencanaan Perguruan Tinggi yang bermutu, melalui rumusan grand desain ini, tim akan memi-liki kemampuan yang lebih baik lagi dalam hal perencanaan PTKIN”, tambah Nasri.

Drs. Nasri, MMKasubbag Perencanaan Dirjen

Pendis Kemenag RI

“Apa yang dilakukan tim dalam kegiatan Pra FGD Perencanaan

PTKIN se-Indonesia, pembaha-sannya sudah sampai pada mutu

Perencanaan dan Lembaga”

Page 20: Buletin Suluh Edisi 11

20 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

Mahasiswa KKL Harus Menjadi Duta IAIN Pontianak

Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag, didampingi ketua dan sekretaris panitia KKL Integratif dan Ketua LP2M IAIN Pontianak

KKL Integratif memberikan penekanan pada pengembangan aspek kemandirian, kemampuan pemecahan masalah (problem sol-ving), tanggung jawab sosial (social responsibility) dan keterampilan hidup (live skill).

Kegiatan KKL Integratif IAIN Pontianak yang sedang dilaksanakam di dua daerah menyedot antusiasme yang tinggi dari peserta. Dr. H. Hamka Siregar, M.Ag.,

mengatakan, mahasiswa KKL Integratif harus mewakili kampus dalam upaya mempromosikan potensi akademik, dan menjadi sosok mahasiswa yang kreatif, inovatif, dan unggul selama mengabdikan diri kepada masyarakat. Menurutnya, hal itu perlu ditunjang dengan penampilan yang simpatik, santun, dan berdedikasi dalam mensukses-kan KKL Integratif 2015. Penyelenggaraan KKL merupakan

bagian integral dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tin-ggi. Hal ini menyangkut perpaduan terbaik dari aspek-as-pek yang mencakup pengetahuan umum, pengetahuan akademik, pegabdian, wawasan bermasyarakat dan pen-gembangan diri.Melalui kegiatan KKL Integratif, Hamka menegaskan, ma-hasiswa harus menjadi duta IAIN Pontianak. mahasiswa harus meningkatkan disiplin, dedikasi, dan tanggung jawab yang tinggi untuk membantu dan mengabdi kepada mas-yarakat.

Page 21: Buletin Suluh Edisi 11

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 21

ten Sambas. Ketua panitia KKL Integratif, Drs. Marsih Muhammad, M.Ag, juga menegaskan kepada mahasiswa untuk melaksanakan KKL Integra-tif dengan sebaik-baiknya dan mempersiapkan diri baik fisik maupun mental serta persediaan dana yang cukup.Dia menuturkan, KKL In-tegratif akan menekankan pada penguatan kompe-tensi akademik mahasiswa, hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat men-gembangkan dan men-gkontekstualisasikan pen-getahuan dan keterampilan yang mereka peroleh sela-ma dibangku perkuliahan.“Mahasiswa harus men-

gembangkan kemampuan dan keterampilan akademik selama kegiatan KKL Inte-gratif, yakni dengan me-lakukan observasi dan dis-kusi tentang masalah yang ril dalam masyarakat, dan dapat menemukan solusi bagi persoalan kelompok”, lanjutnya.Selain itu, kepada peser-ta, dia mengingatkan, agar mahasiswa selama men-jalankan kegiatan KKL, hendaknya dapat menjaga nama baik, dengan sering melakukan koordinasi sesa-ma anggota maupun tokoh masyarakat setempat. Un-tuk itu, ketua kelompok berperan penting untuk menjaga kekompakan ang-gotanya.

Dengan bagitu, lanjut dia, sebagai duta, selain harus mampu mempromosikan IAIN Pontianak, juga harus mampu membantu mas-yarakat di daerah, menjadi inspirator dan motivator dalam menjalankan peran dan fungsinya di masya-rakat.Ada beberapa prinsip yang menjadi paradigma dari KKL Integratif, diantaranya; mengintegrasikan ketiga aspek tri dharma perguruan tinggi menjadi satu kesatuan yang utuh dan menopang satu sama lain; penguatan kompentensi masing-ma-sing jurusan dan prodi, di-mana mahasiswa berusaha menterjemahkan nilai kom-petensi studi dalam ben-tuk kegiatan dimasyarakat; bersifat interdisipliner-kola-boratif, kegiatan dilakukan dengan lintas jurusan dan program studi; kontekstual, implementasi KKL harus melihat persoalan dan ke-cenderungan sosial yang ril dihadapi masyarakat, ke-mampuan merespon dan mencermati kondisi ril di la-pangan menjadi pra syarat penting; dan tangible-me-asurable, dalam membuat pencapaian program dapat dilihat dan dirasakan mas-yarakat manfaatnya.Dalam mengaplikasikan pengabdian kepada mas-yarakat, KKL Integratif memberikan penekanan pada pengembangan as-pek kemandirian, kemam-puan pemecahan masalah

(problem solving), tanggung jawab sosial (social respon-sibility) dan keterampilan hidup (live skill).KKL Integratif menguatkan kompetensi akademik ma-hasiswa, hal ini dimaksud kan agar mahasiswa da-pat mengembangkan dan mengkontekstualisasikan pengetahuan dan keteram-pilan yang mereka peroleh selama dibangku perkulia-han.Mahasiswa harus mengem-bangkan kemampuan dan keterampilan akademik se-lama kegiatan KKL Integra-tif, yakni dengan melakukan observasi dan diskusi ten-tang masalah yang ril da-lam masyarakat, dan dapat menemukan solusi bagi persoalan kelompok. Den-gan demikian, mahasiswa dapat menginventarisir se-gala keluhan dan keinginan masyarakat. Selanjutnya di-formulasikan dalam bentuk berbagai kegiatan. Sebanyak 425 Mahasiswa IAIN Pontianak yang me-laksanakan Kuliah Kerja La-pangan (KKL) tahun 2015 di dua lokasi yaitu, Kabupaten Sambas dan Bengkayang. Kegiatan ini berlangsung selama 40 hari dimulai pada tanggal 31 Juli sampai dengan 7 September 2015. Peserta KKL Integratif diba-gi sebanyak 30 kelompok, 7 kelompok ditempatkan di kecamatan Sei Raya Kepu-lauan Kabupaten Bengka-yang, dan 23 Kelompok di Kecamatan Paloh Kabupa-

Page 22: Buletin Suluh Edisi 11

22 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK

PRESTASI MAHASISWA PERBANKAN SYARIAH

Melalui perjuangan panjang dan persaingan ketat, akhirnya IAIN Pontianak kembali menunjukkan prestasinya setelah tiga mahasiswanya terpilih

menjadi Duta Genre Kalbar 2015 setelah Faisal Wahyudi dan Wardatul Fadhilah sebagai runner up 1 putra-putri, Isna Ayu Lestari duta Persahabatan, ketiganya merupakan ma-hasiswa FSEI Jurusan Perbankan Syariah.Pada awalnya, Faisal dan Fadhilah menceritakan, ada in-formasi di kampus tentang pemilihan Duta Genre Kalbar 2015, sebanyak 22 mahasiswa mengikuti audisi di kampus yang dilakukan oleh Angga yang juga merupakan peme-nang Duta Genre Kalbar 2013.Dalam seleksi kampus dipilih delapan besar PIK-M (Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa) untuk mengikuti tes tingkat provinsi tahap pertama mewakili IAIN Pontianak. pada tahap ini mahasiswa diseleksi untuk mencari pigur fasilitator dalam rangka meningkatkan sosialisasi dan pro-mosi program genre, khususnya pengembangan PIK-Ma-hasiswa sebagai wadah pelayanan informasi dan konseling bagi mahasiswa.Dari situ, lanjut Faisal, terpilih empat mahasiswa untuk ma-suk seleksi tahap Road Show to Dumas Mahasiswa Genre melakukan kegiatan aksi, kunjungan, dan bulan bakti ma-hasiswa Genre. Kegiatan ini diisi dengan melakukan kun-jungan ke panti jompo, lapas anak, kantor walikota, sekolah autis, sekolah-sekolah dan juga dalam kegiatan Car Free Day di jalan A. Yani Pontianak untuk mengkampanyekan tiga permasalahan remaja HIV, NAPZA, Free Sex dan lain-nya seputar tentang KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja).Setelah proses tersebut, secara bergantian, Wardatul Fad-

hilah yang akrap disapa dengan Dela, menjelaskan, peserta menjalani karantina dan proses penjurian, selanjutnya baru akan dilakukan Grand Final Tingkat Provinsi Kalbar. Pada fase ini berlangsung selama 4 hari 3 malam.“Pada hari pertama dari pagi hingga malam mendengar-kan sosialisasi dari pemateri. Lanjut dihari berikutnya ada-lah proses penentuan duta untuk persiapan penilaian pada acara Grand Final”, tutur Dela yang juga aktivis UKM KSR IAIN Pontianak.Pada tahap ini, ungkap dia, peserta diwawancara dan dinilai langsung oleh juri sebanyak 5 orang yang menilai tentang pengetahuan umum, public speaking, informasi PIK, sepu-tar BKKBN, dan etika kepribadian. Selain itu peserta juga mempresentasikan program unggulan yang telah dibuat oleh setiap peserta untuk dijelaskan dalam waktu 2 menit. Setelah melalui proses penjurian, pada Jumat, 3 Juli 2015 digelar malam penganugerahan Duta Mahasiswa GenRe Tingkat Provinsi Kalbar di gedung Pontianak Convention Centre (PCC). Pada tersebut menjadi detik-detik yang me-negangkan, karena semua finalis akan mempresentasikan secara acak berdasarkan tema yang diundi dihadapan juri dan penonton yang memenuhi gedung.Selama proses kegiatan pemilihan, Dela, mengaku, mera-sakan pengalaman luar biasa dan kerja keras. Selain merasa senang dan bangga bisa meraih hasil yang baik, tentunya perjuangan dia dan rekan-rekannya tidak sia-sia, dan men-jadi bekal untuk hal yang lebih baik lagi. Pemenang dalam ajang ini akan mewakili Kalbar dalam pe-milihan Duta Mahasiswa Genre tingkat nasional 2015 pada bulan September, akan memperebutkan Piala Ibu Negara.

PRESTASI MAHASISWA PERBANKAN SYARIAH

Page 23: Buletin Suluh Edisi 11

BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK | 23

Page 24: Buletin Suluh Edisi 11

24 | BULETIN SULUH IAIN PONTIANAK