Top Banner
BULETIN JUM’AT http://kmi-s.ppisendai.org/ KELUARGA MUSLIM INDONESIA DI SENDAI Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang atas limpahan rahmat- Nya-lah Buletin Jum’at KMIS edisi ke-38 ini dapat hadir di hadapan pembaca, semoga penerbitannya bisa istiqomah. Banyak pelajaran yang dapat kita petik dari kisah-kisah para sahabat generasi pertama islam. Pelajaran dari pengalaman yang didapatkan oleh para sahabat yang bertemu langsung dengan Rasulullah . Pada edisi ini, disajikan sebuah kisah mengenai seorang sahabat Rasulullah , Mu’adz bin Jabal. Pada suatu hari di masa-masa akhir kehidupan Rasulullah , beliau berbicara dengan seorang pemuda yang hendak dikirim ke Yaman untuk menyebarkan dakwah islam. Dialog tersebut adalah mengenai salah satu dasar dalam penentuan tingkatan hukum islam yang berdasarkan pada Kitabullah Al- Quran , Sunnah Rasul dan Ijtihad Ulama Salafush-Shalih . Pemuda tersebut ialah Mu’adz Bin Jabal. Mu’adz Bin Jabal adalah seorang tokoh dari golongan anshar yang ikut serta dalam baiat aqabah kedua yang membuat beliau termasuk assabiqunal awwalun, golongan pertama yang masuk islam. Ia adalah orang yang paling baik membaca Al-Qur’an serta paling memahami syariat-syariat Allah. Oleh sebab itulah Rasulullah memujinya dengan bersabda, 2016/4/8 BULJUM KMIS 1 Pelajaran dari Mu’adz bin Jabal 8 April 2016 1 Rajab 1437
4

Buletin Jum'at KMI-S Edisi 8 April 2016

Jul 27, 2016

Download

Documents

 
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Buletin Jum'at KMI-S Edisi 8 April 2016

BULETIN JUM’AT http://kmi-s.ppisendai.org/ KELUARGA MUSLIM INDONESIA DI SENDAI

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah هلالج لج yang atas limpahan rahmat-Nya-lah Buletin Jum’at KMIS edisi ke-38 ini dapat hadir di hadapan pembaca, semoga penerbitannya bisa istiqomah. Banyak pelajaran yang dapat kita petik dari kisah-kisah para sahabat generasi pertama islam. Pelajaran dari pengalaman yang didapatkan oleh para sahabat yang bertemu langsung dengan Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص. Pada edisi ini, disajikan sebuah kisah mengenai seorang sahabat Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص, Mu’adz bin Jabal.

Pada suatu hari di masa-masa akhir kehidupan Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص, beliau ملسو هيلع هللا ىلص berbicara dengan seorang pemuda yang hendak dikirim ke Yaman untuk menyebarkan dakwah islam. Dialog tersebut adalah mengenai salah satu dasar dalam penentuan tingkatan hukum islam yang berdasarkan pada Kitabullah Al-Quran, Sunnah Rasul ملسو هيلع هللا ىلص dan Ijtihad Ulama Salafush-Shalih. Pemuda tersebut ialah Mu’adz Bin

Jabal. Mu’adz Bin Jabal adalah seorang tokoh dari golongan anshar yang ikut serta dalam baiat aqabah kedua yang membuat beliau termasuk assabiqunal awwalun, golongan pertama yang masuk islam. Ia adalah orang yang paling baik membaca Al-Qur’an serta paling memahami syariat-syariat Allah. Oleh sebab itulah Rasulullah ,memujinya dengan bersabda ملسو هيلع هللا ىلص

2016/4/8 BULJUM KMIS 1

Pelajaran dari Mu’adz bin Jabal

8 April 2016

1 Rajab 1437

Page 2: Buletin Jum'at KMI-S Edisi 8 April 2016

“Yang kumaksud umatku yang paling alim tentang halal dan haram ialah Muaz bin Jabal.” [HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah] Banyak pengakuan dari para sahabat generasi pertama akan keluasan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya. Mu’adz telah menyerahkan seluruh jiwa raga dan nasibnya kepada Allah هلالج لج. Ibnu Mas’ud mengambarkan kepribadian Mu’adz bin Jabal, “Mu’adz adalah seorang hamba yang tunduk kepada Allah dan berpegang teguh kepada agama-Nya. Dan kami menganggap Mu’adz serupa dengan Nabi Ibrahim alayhissalam … ”. Ada beberapa pelajaran yang ditinggalkan oleh Mu’adz bin Jabal, khususnya bagi para pencari ilmu. Beliau menyeru manusia untuk mencari ilmu, dan berdzikir kepada Allah. Diserunya para manusia untuk mencari ilmu yang benar lagi bermanfaat. Beliau berkata, “Waspadalah akan tergelincirnya orang yang berilmu! Dan kenalilah itu dengan kebenaran pula! Karena kebenaran itu mempunyai cahaya!” Saat ini banyak sekali orang-orang berilmu, namun keilmuan mereka

hanya sedikit memberikan manfaat bagi kemaslahatan umat. Dari mereka banyak yang tergelincir demi meraih kenikmatan hidup di dunia tanpa merasa malu berpaling dari kebenaran. Dengan kepintaran dan propaganda mereka, yang benar menjadi terlihat salah dan yang salah menjadi benar, sebagaimana yang dicontohkan para pembesar agama dan tukang-tukang sihir di zaman Fir’aun. Pembelajaran lain yang bisa kita petik adalah bahwa hendaknya ibadah dilakukan dengan cermat dan jangan berlebihan. Yang lebih penting dalam beribadah adalah konsistensi atau ke-istiqomah-annya. Setidaknya ada 5 hal berikut yang diajarkan beliau kepada umat. 1. Shaum dan berbukalah. 2. Lakukan sholat dan tidurlah.

Dalam artian janganlah berlebihan dalam beribadah. Tubuh manusia juga memerlukan istirahat yang berguna untuk beraktivitas dipagi dan siang harinya.

3. Berusahalah mencari nafkah dan janganlah berbuat dosa.

4. Janganlah kamu mati kecuali dalam beragama islam.

2016/4/8 BULJUM KMIS 2

Page 3: Buletin Jum'at KMI-S Edisi 8 April 2016

5. Serta jauhilah doa dari orang-orang yang teraniaya. Ini menganjurkan kepada kita untuk senantiasa berhati-hati, jangan sampai perkataan dan perbuatan kita menyakiti ataupun mendzalimi orang lain.

Terakhir, beliau juga berpesan, ”Ilmu itu ialah mengenal dan beramal. Pelajarilah segala ilmu yang kalian suka, tetapi Allah tidak akan memberi kalian manfaat dengan ilmu itu sebelum kalian mengamalkannya lebih dulu.” Ilmu dan amal adalah dua sisi yang saling berkaitan tanpa bisa dipisahkan. Ilmu tanpa amal laksana pohon tanpa buah. Dalam suatu hadits, Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص bersabda, “Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai dia akan ditanya tentang empat perkara, diantaranya adalah tentang ilmunya dan apa yang sudah diamalkannya.” [HR. Tirmidzi no. 2341] Adapun amal tanpa ilmu ialah laksana fatamorgana, atau seperti orang yang diliputi oleh kegelapan yang sangat, sebagaimana firman Allah هلالج لج:

ين كفروا أعاملهم كساب بقيعة والذ

ذا جاءه لم ا مآ ن ماء حتى به الظذ يس

عنده فوفىاه ده شيئا ووجد اللذ ي

سيع احلساب أو { ٣٩}حسابه واللذ

يغشاه موج من يى كظلامت يف بر لجى

فوقه موج من فوقه ساب ظلامت

ذا أخرج يده لم بعضها فوق بعض ا

ل نورا يكد يراها ومن لم يعل اللذ

٤٠}فام ل من نور “Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka laksana fatamorgana d i t a n a h y a n g d a t a r , y a n g disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabi la didatangi ‘a i r’ i tu, d ia tidak m e n d a p a t i a p a p u n . D a n didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya. Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-b e r t i n d i h . A p a b i l a d i a m e n g e l u a r k a n t a n g a n n y a ,

2016/4/8 BULJUM KMIS 3

Page 4: Buletin Jum'at KMI-S Edisi 8 April 2016

Buletin ini diterbitkan oleh:

Keluarga Muslim Indonesia di Sendai, Jepang

http://kmi-s.ppisendai.org/

tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah dia mempunyai

cahaya sedikit pun.” [QS. An-Nur: 39-40]

Penulis: Muttaqin

Gharar (1) Gharar minor Semua mazhab memperbolehkan transaksi yang mengandung gharar dalam kadar minor. Contoh transaksi ini misalnya: jual-beli kacang, beras, gandum, wijen, delima, dan semangka yang masih dalam kulitnya (Imam Hanafi mensyaratkan adanya kesempatan bagi pembeli untuk mengecek barang sebelum membeli). (2) Gharar substansial Jika sebuah transaksi mengandung unsur gharar yang substansial, maka transaksi jual beli tersebut dianggap tidak sah. Contoh transaksi yang tergabung dalam kategori ini sangat luas, misalnya:

jual-beli susu yang masih dikandung dalam sapi, jual-beli wol yang belum diternak (masih menempel di badan domba), jual-beli ikan yang belum ditangkap (masih di laut/sungai), dan jual-beli properti yang pada saat transaksi belum dimiliki oleh penjual. Terkait hal ini, transaksi atas hasil perburuan di masa depan juga tidak sah, misalnya dalam “saya menjual ikan apapun yang tertangkap dalam jaring pada saat saya melaut malam ini”, atau “saya menjual seberapapun banyaknya susu yang saya bisa perah besok pagi”. Kesemua transaksi tersebut memiliki karakteristik yang serupa, yaitu mengandung unsur ketidakpastian yang besar sehingga terlalu mirip dengan perjudian. (3) Gharar yang kadarnya sedang

Kolom Ekonomi Syari’ah