Top Banner
Malam1 Muharram atau 1 Sura dalam kalender Jawa merupakan ajang bagi umatIslam untuk merayakan peringatan tahun baru Islam. Berbeda dengan tahun Masehi yang berpedoman pada perputaran matahari, tahun Hijriyah merupakan tahun yang berpedoman pada hitungan perputaran bulan dan sekaligus dijadikan pegangan oleh umat Islam untukmenentukan waktu pelaksanaan berbagairitual agama. Di Indonesia, malam pergantian tahun Hijriyah dirayakan dalam berbagai bentuk ritual dan tradisi. Di daerah Alun-Alun Utara Yogyakarta,misalnya,masyarakat mengadakan ritual Topo Bisu Mubeng Benteng. Ritual ini dilakukan setiap pukul 24.00 tepat saat pergantian tahun Jawa dengan cara mengelilingi bentengkeratontanpa alas kaki sebanyak tujuh kalidantidak berbicara. Hal tersebut dilakukan sebagai simbol penghayatan atas perjuangan Nabi dan para sahabatnya ketika berhijrah dari Mekkah ke Madinah. Sejarah pun menceritakansebuah cerita epik penuh perjuangan Edisi Buletin Jum’at - 31 Oktober 2014 01 Edisi Buletin Jum’at - 31 Oktober 2014 01 01 Edisi Buletin Jum’at Reaktualisasi Spirit 1 Muharram di Era Kekinian*
4

Buletin Jum'at 21 okt 2014 (digital version)

Apr 06, 2016

Download

Documents

Majalah Sarung

Buletin jum'at 21 Oktober 2014: Reaktualisasi Spirit 1 Muharram di Era Kekinian
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Buletin Jum'at 21 okt 2014 (digital version)

Malam1 Muharram atau 1 S u ra d a l a m ka l e n d e r J awa merupakan ajang bagi umatIslam untuk merayakan peringatan tahun baru Islam. Berbeda dengan tahun Masehi yang berpedoman pada perputaran matahari , tahun Hijriyah merupakan tahun yang berpedoman pada hitungan perputaran bulan dan sekaligus dijadikan pegangan oleh umat Islam u n t u k m e n e n t u k a n w a k t u pelaksanaan berbagairitual agama.

D i I n d o n e s i a , m a l a m pergantian tahun Hijriyah dirayakan dalam berbagai bentuk ritual dan tradisi. Di daerah Alun-Alun Utara Yogyakarta,misalnya,masyarakat mengadakan ritual Topo Bisu Mubeng Benteng. Ritual ini dilakukan setiap pukul 24.00 tepat saat pergantian tahun Jawa dengan cara mengelilingi bentengkeratontanpa alas kaki sebanyak tujuh kalidantidak berbicara. Hal tersebut dilakukan sebagai simbol penghayatan atas perjuangan Nabi dan para sahabatnya ketika berhijrah dari Mekkah ke Madinah.

Sejarah pun menceritakansebuah cerita epik penuh perjuangan

Edisi Buletin Jum’at - 31 Oktober 2014 01Edisi Buletin Jum’at - 31 Oktober 2014 0101

Edisi Buletin Jum’at

Reaktualisasi Spirit 1 Muharram di Era Kekinian*

Page 2: Buletin Jum'at 21 okt 2014 (digital version)

tentangperjalanan Nabi dan para sahabatnya ketika berhijrah dari Mekkah yang berlatar kosmopolitan ke Madinah yang berlatar agraris. Kaum Muhajirin dengan sukarela meninggalkan segala hal yang dimilikinya, seperti harta, istri, rumah dan lain sebagainya di Makkah atas dasar keimanan mereka, mengikuti Nabi pindah ke tempat yang belum dikenal. Begitu juga dengan keimanan kaum Anshar yang rela memberikan segala hal yang dimilikinya kepada kaum Muhajirin, sampai dengan mempersaudarakan kaum Muhajirin yang bukan saudara,serta menikahkannya.

Belum lagi adanya sindrom masa lalu yang masih menemani kaum Muhajirin,ketika mereka tidak dapat melupakan tradisi shalat menghadap ke Baitul Maqdis, sedangkan di Madinah mereka diperintahkan untuk menghadap ke Ka'bah. Semua itu menggambarkan perjuangan Nabi dan para sahabat untuk berhijrah dari Mekkah yang tidak memberikan kenyamanandalamber-Islam,menuju Madinah yang dapat memberikan keadaan yang lebih menjanjikan dalam melaksanakan perintah Allah.

Maka,pergantian tahun Hijriah adalah waktu bagi kita selaku penerus Nabi dan para sahabat untuk meneruskan perjuangan hijrah mereka. Bukan berarti kita harus berpindah dari tempat asal kita ke Madinah. Akan tetapi berpindah dari satu hal kepada kepada hal yang lebih baik dalam aspek apapun,dengan catatan bahwa perpindahan tersebutdilakukan semata-mata karena kebaikan dankeimanan kepada Allah. Ketika kita berada di zaman modern,era informasi dan teknologi yang sangat maju,yang lebih kompleks dari zaman yang dialami oleh Nabi dan para sahabatnya,ini pun menjadi tantangan,sehingga hal tersebut memberikan peluang kepada kita untuk memperbaiki diri ke arah yang lebih baik atau justru sebaliknya. Dengan demikian, perlu adanya kejelasan tujuan dan niat dalam pribadi seseorang sebagai dasar karakter orang yang melakukan hijrah, sebagaimana disebutkan bahwa:

الھجرة یفرق بین الحق والباطل

Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa setiap hijrah atau perpindahan yang dilakukan adalah pembeda antara yang haq dan batil. Ketika seseorang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, yang akan membedakan haq dan batilnya ialah terletak pada tujuan dan niatnya dalam melakukan hijrahnya tersebut. Dalam cerita perjalanan hijrah Nabi ke Madinahpun telah disebutkan berbagai macam tujuan dan niat para sahabat

Edisi Buletin Jum’at - 31 Oktober 201402

ikut bersama Nabi. Terdapat hadis yang diriwayatkan Bukhari :

إنما األعمال بالنیات، وإنما لكل امرئ ما نوى، فمن كانت هجرته إلى دنیا یصیبھا، أو إلى امرأة ینكحھا، فھجرته إلى ما هاجر إلیه»

Hadis di atas menjelaskan bahwa keadaan para sahabat––yang ikut hijrah bersama Nabi ke Madinah––tidak semua mempunyai niat yang sama karena keimanan kepada nabinya, Muhammad. Diantaranya ada yang berhijrah karena ingin menemui seseorang yang ingin ia nikahi, ada juga yang berhijrah karena urusan bisnis serta urusan keduniawian lainnya, sedangkan hal itu dijawab oleh Nabi bahwa apapun yang mereka tuju dan niatkan pada hijrah tersebut, maka hasil yang didapatkan pun sesuai dengan apa yang mereka tuju.

Begitu juga dengan kita.Ketika kita memutuskan untuk melakukan hijrah dari apapun dan kapanpun, maka hal utama yang harus dijaga adalah tujuan dan niat untuk keimanan kepada Allah dan Rasulnya. Mengenali karakter pribadi adalah cara yang harus ditempuh untuk dapat mengetahui dan meluruskan niat dan tujuan serta menghindari diri dari latah dengan keadaan atau godaan nafsu. Sebagaimana tiga hal yang terkandungdalam do'a awal tahun yang biasa dilafalkan:Pertama, al-'ishmah, yaitu perlindungan dari bahaya, gangguan dan godaan;Kedua, al-'aunu 'an al-hawā,yang berarti pertolongan dari hawa nafsu;Ketiga, al-isytighāl bi mā yuqarribunī ilaika, yaknikesibukan dengan hal-hal yang mendekatkan diri pada Allah.

Ketiga hal tersebut adalah hal penting yang harus dimintakan kepada Allah untuk dijaga dan dipertahankan dalam setiap pribadi supaya mampu menjalani kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru, serta sebagai pijakan awal untuk memasuki tahun berikutnya.

*Disarikan dari ceramah KH Jadul MaulaPada acara peringatan 1 Muharram

di Laboratorium Agama Masjid UIN Sunan Kalijaga

Edisi Buletin Jum’at - 31 Oktober 2014 03

Page 3: Buletin Jum'at 21 okt 2014 (digital version)

tentangperjalanan Nabi dan para sahabatnya ketika berhijrah dari Mekkah yang berlatar kosmopolitan ke Madinah yang berlatar agraris. Kaum Muhajirin dengan sukarela meninggalkan segala hal yang dimilikinya, seperti harta, istri, rumah dan lain sebagainya di Makkah atas dasar keimanan mereka, mengikuti Nabi pindah ke tempat yang belum dikenal. Begitu juga dengan keimanan kaum Anshar yang rela memberikan segala hal yang dimilikinya kepada kaum Muhajirin, sampai dengan mempersaudarakan kaum Muhajirin yang bukan saudara,serta menikahkannya.

Belum lagi adanya sindrom masa lalu yang masih menemani kaum Muhajirin,ketika mereka tidak dapat melupakan tradisi shalat menghadap ke Baitul Maqdis, sedangkan di Madinah mereka diperintahkan untuk menghadap ke Ka'bah. Semua itu menggambarkan perjuangan Nabi dan para sahabat untuk berhijrah dari Mekkah yang tidak memberikan kenyamanandalamber-Islam,menuju Madinah yang dapat memberikan keadaan yang lebih menjanjikan dalam melaksanakan perintah Allah.

Maka,pergantian tahun Hijriah adalah waktu bagi kita selaku penerus Nabi dan para sahabat untuk meneruskan perjuangan hijrah mereka. Bukan berarti kita harus berpindah dari tempat asal kita ke Madinah. Akan tetapi berpindah dari satu hal kepada kepada hal yang lebih baik dalam aspek apapun,dengan catatan bahwa perpindahan tersebutdilakukan semata-mata karena kebaikan dankeimanan kepada Allah. Ketika kita berada di zaman modern,era informasi dan teknologi yang sangat maju,yang lebih kompleks dari zaman yang dialami oleh Nabi dan para sahabatnya,ini pun menjadi tantangan,sehingga hal tersebut memberikan peluang kepada kita untuk memperbaiki diri ke arah yang lebih baik atau justru sebaliknya. Dengan demikian, perlu adanya kejelasan tujuan dan niat dalam pribadi seseorang sebagai dasar karakter orang yang melakukan hijrah, sebagaimana disebutkan bahwa:

الھجرة یفرق بین الحق والباطل

Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa setiap hijrah atau perpindahan yang dilakukan adalah pembeda antara yang haq dan batil. Ketika seseorang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, yang akan membedakan haq dan batilnya ialah terletak pada tujuan dan niatnya dalam melakukan hijrahnya tersebut. Dalam cerita perjalanan hijrah Nabi ke Madinahpun telah disebutkan berbagai macam tujuan dan niat para sahabat

Edisi Buletin Jum’at - 31 Oktober 201402

ikut bersama Nabi. Terdapat hadis yang diriwayatkan Bukhari :

إنما األعمال بالنیات، وإنما لكل امرئ ما نوى، فمن كانت هجرته إلى دنیا یصیبھا، أو إلى امرأة ینكحھا، فھجرته إلى ما هاجر إلیه»

Hadis di atas menjelaskan bahwa keadaan para sahabat––yang ikut hijrah bersama Nabi ke Madinah––tidak semua mempunyai niat yang sama karena keimanan kepada nabinya, Muhammad. Diantaranya ada yang berhijrah karena ingin menemui seseorang yang ingin ia nikahi, ada juga yang berhijrah karena urusan bisnis serta urusan keduniawian lainnya, sedangkan hal itu dijawab oleh Nabi bahwa apapun yang mereka tuju dan niatkan pada hijrah tersebut, maka hasil yang didapatkan pun sesuai dengan apa yang mereka tuju.

Begitu juga dengan kita.Ketika kita memutuskan untuk melakukan hijrah dari apapun dan kapanpun, maka hal utama yang harus dijaga adalah tujuan dan niat untuk keimanan kepada Allah dan Rasulnya. Mengenali karakter pribadi adalah cara yang harus ditempuh untuk dapat mengetahui dan meluruskan niat dan tujuan serta menghindari diri dari latah dengan keadaan atau godaan nafsu. Sebagaimana tiga hal yang terkandungdalam do'a awal tahun yang biasa dilafalkan:Pertama, al-'ishmah, yaitu perlindungan dari bahaya, gangguan dan godaan;Kedua, al-'aunu 'an al-hawā,yang berarti pertolongan dari hawa nafsu;Ketiga, al-isytighāl bi mā yuqarribunī ilaika, yaknikesibukan dengan hal-hal yang mendekatkan diri pada Allah.

Ketiga hal tersebut adalah hal penting yang harus dimintakan kepada Allah untuk dijaga dan dipertahankan dalam setiap pribadi supaya mampu menjalani kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru, serta sebagai pijakan awal untuk memasuki tahun berikutnya.

*Disarikan dari ceramah KH Jadul MaulaPada acara peringatan 1 Muharram

di Laboratorium Agama Masjid UIN Sunan Kalijaga

Edisi Buletin Jum’at - 31 Oktober 2014 03

Page 4: Buletin Jum'at 21 okt 2014 (digital version)

Edisi Buletin Jum’at - 31 Oktober 201404

Tim Redaksi - Penanggung Jawab: Ketua CSS MoRA UIN Sunan Kalijaga; Ketua

Redaksi: Kamalul Fikri; Sekretaris: Rona Rosyidatur; Bendahara: Maftuchah; Staff

Redaksi: Tari, Juli, Laili, Kina, Maulida, Reza, Fafa, Fatih, Akil; Editor: Saiful; Layout:

Imam, Galang

Contact Person - Telf. 085742413701. E-mail: [email protected]

Jalan Imogiri KM 8, Dusun Glagah, Tamanan, Bantul, Yogyakarta

CSS MoRA merupakan singkatan dari Community of Santri Scholars of

Ministry of Religious Affairs, yang berarti Komunitas Santri Penerima

Beasiswa Kementrian Agama. CSS MoRA merupakan organisasi yang

dibentuk oleh komunitas santri penerima beasiswa Program Beasiswa Santri

Berprestasi (PBSB) Kementrian Agama RI. Program ini bertujuan untuk

memberikan kesempatan kepada para santri dari berbagai Pondok Pesantren

yang tersebar di seluruh Indonesia untuk mengenyam pendidikan di tiga

belas Perguruan Tinggi Negeri ternama di Indonesia. Ketiga belas perguruan

tersebut adalah UI, UGM, ITB, ITS, IPB, UNAIR, UIN Syarif Hidayatullah, UIN

Sunan Kalijaga, UIN Maulana Malik Ibrahim, IAIN Walisongo, UIN Sunan

Ampel, Universitas Mataram, dan UPI Bandung.

Presented by: