Top Banner
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 1 I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN OKTOBER 2017 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Oktober 2017 Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan/dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Oktober 2017: El Nino Southern Oscillation (ENSO) Selama Oktober 2017, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) menunjukkan kecenderungan normal. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat -0.29°C sedangkan nilai bulanan Oktober 2017 adalah -0.52 sehingga termasuk kategori La Nina Lemah. Hal ini juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface/ bawah laut Pasifik, dimana semuanya menunjukkan kondisi kecenderungan La Nina. Nilai SOI (Southern Oscillation Index) yang bernilai +7.3 juga menunjukkan trend menuju La Nina. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang mendingin maka diprediksi kondisi La Nina lemah akan berlangsung pada Nopember 2017 hingga Februari 2018. Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar Pasifik Ekuatorial sampai akhir Oktober 2017 (Sumber : BoM)
20

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Mar 15, 2019

Download

Documents

phunghuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

1

I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN OKTOBER 2017 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Oktober 2017

Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan/dipengaruhi oleh

fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Oktober 2017:

El Nino Southern Oscillation (ENSO)

Selama Oktober 2017, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) menunjukkan kecenderungan normal. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat -0.29°C sedangkan nilai bulanan Oktober 2017 adalah -0.52 sehingga termasuk kategori La Nina Lemah. Hal ini juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface/ bawah laut Pasifik, dimana semuanya menunjukkan kondisi kecenderungan La Nina. Nilai SOI (Southern Oscillation Index) yang bernilai +7.3 juga menunjukkan trend menuju La Nina. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang mendingin maka diprediksi kondisi La Nina lemah akan berlangsung pada Nopember 2017 hingga Februari 2018.

Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar

Pasifik Ekuatorial sampai akhir Oktober 2017 (Sumber : BoM)

Page 2: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

2

Dipole Mode

Dipole Mode Indeks (DMI) di Samudera Hindia dari awal tahun 2017 menunjukkan

kecenderungan normal setelah sebelumnya berada pada kisaran positif. Indeks minggu terakhir Oktober 2017 tercatat bernilai +0.09 (normal), hal ini menunjukkan tidak ada kontribusi penambahan massa udara dari Samudera Hindia ke sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi DMI normal ini diprediksi berlangsung hingga April 2018.

Gambar 2. Indeks Dipole Mode hingga awal Nopember 2017 (Sumber : BoM)

Madden-Jullan Oscillation (MJO) dan Outgoing Longwave Radiation (OLR)

Posisi aktifitas MJO selama Oktober 2017 sempat aktif di Benua Maritim Indonesia pada 8 – 19 Oktober, yang tentunya kurang berkontribusi pada kondisi liputan awan di wilayah Benua Maritim Indonesia. Dari anomali OLR terlihat wilayah Jawa didominasi warna putih dan ungu yang menunjukkan dominan netral / nomal hingga anomali negatif terkait liputan awan selama Oktober 2017. Pemusatan daerah tutupan awan terlihat masih di sekitar wilayah Ekuator.

Gambar 3. Siklus posisi MJO dan anomali OLR selama Oktober 2017, Warna ungu adalah OLR negatif,

warna coklat adalah OLR positif (Sumber : BoM & NOAA)

Page 3: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

3

Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Bulan Oktober 2017, monsun Timuran mulai tidak stabil dan sering bervariasi dari Tenggara - Baratdaya. Kondisi tersebut diprediksi mulai berubah memasuki Nopember 2017 dimana monsun timuran yang mulai melemah dan berdampak pada mulai meningkatnya kejadian hujan. Prediksi indeks AUSMI menunjukkan trend naik artinya timuran akan melemah. Fenomena La Nina lemah yang diprediksi terjadi mulai Nopember 2017 juga turut berperan menambah curah hujan, selain faktor lainnya.

Gambar 4. Grafik indeks Monsun Australia harian yang dihitung dari data angin zonal arah barat-timur

(komponen U) pada lapisan 850 mb (sumber: IPRC), dan normal streamline angin gradien Oktober (sumber: NOAA)

Gambar 5. Anomali angin zonal dan meridional Oktober 2017 lapisan 850 mb

(sumber: ESRL NOAA)

Pola aliran massa udara komponen zonal (timur – barat) di seluruh wilayah Jawa Timur selama Oktober 2017 (rata-rata bulanan) kondisinya lebih dominan massa udara dari Barat. Untuk komponen meridional (Utara – Selatan) di mayoritas Jawa Timur umumnya anomali positif artinya dominasi massa udara dari Selatan. Kondisi tersebut juga turut berperan dalam variabilitas hujan di Jawa Timur selama Oktober 2017.

Page 4: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

4

Suhu muka laut perairan Indonesia

Kondisi anomali suhu muka laut di perairan Indonesia pada Oktober 2017 berkisar antara -1.0 hingga +1.5º C, namun mayoritas wilayah perairan relatif normal (tidak ada

anomali) termasuk perairan sekitar Jawa sehingga kondisinya sama dengan kondisi normalnya. Namun secara harian kondisinya lebih berfluktuatif dimana masih sering terjadi anomali positif (hangat) di sekitar perairan Jawa sebelah Utara. Dengan suhu muka laut kisaran 26 – 30 °C di wilayah perairan Jawa, menunjukkan bertambahnya potensi penguapan dan pembentukan awan selama Oktober 2017. Di beberapa wilayah masih sesekali terjadi hujan ringan pada malam dan dini hari akibat kondisi lokal setempat dan didukung anomali positif suhu muka laut yang berfluktuatif harian dan bersifat lokal.

Gambar 6. Suhu Muka Laut Perairan Indonesia dan Anomalinya bulan Oktober 2017 (sumber: NOAA)

Gangguan Tropis

Selama Oktober 2017 tidak terdapat aktifitas gangguan tropis berupa badai tropis di wilayah Samudera Hindia selatan Indonesia. Sedangkan di Belahan Bumi Utara terdapat 3 kali badai tropis selama Oktober 2017 yaitu KHANUN (12 – 16 Oktober 2017), LAN (16 – 23 Oktober 2017), dan SAOLA (19-29 Oktober 2017). Secara langsung tentu saja tidak berdampak pada kondisi cuaca Indonesia. Namun secara tidak langsung turut membuat monsun timuran stabil dan meningkatkan kecepatan angin dan tinggi gelombang laut di beberapa wilayah Indonesia. Untuk wilayah Banyuwangi secara umum hanya terpengaruh berupa peningkatan kecepatan angin dan tinggi gelombang terutama perairan selatan Banyuwangi selama periode terjadinya siklon tropis tersebut.

Gambar 7. Lintasan Siklon Tropis hingga Oktober 2017.(sumber : unysis)

Page 5: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

5

Kelembaban udara

Kelembaban udara relatif selama Oktober 2017 di Jawa Timur umumnya lebih basah dibanding bulan sebelumnya dengan rata-rata kisaran 70 – 80%. Jawa Timur bagian timur kondisinya lebih kering dibanding bagian Barat. Dari peta anomali terlihat di Jawa Timur bagian Timur anomali positif 9 – 15 % dari rata-ratanya. Kondisi yang lebih basah terjadi untuk wilayah Jawa Timur sebelah Barat dengan anomali sebesar 15 – 18 % dari rata-ratanya, hal ini berkorelasi positif dengan kejadian hujan dan sebaran pertumbuhan awan selama Oktober 2017 dimana terjadi peningkatan kejadian hujan di wilayah Jawa Timur dibandingkan bulan sebelumnya.

.Gambar 8. Kelembaban Udara Relatif Oktober 2017 dan Anomalinya pada level 850 mb

(Sumber: ESRL NOAA)

Aktivitas Cuaca

Selama bulan Oktober 2017 mayoritas wilayah Banyuwangi mengalami curah hujan yang rendah. Pola cuaca musim kemarau sangat nyata terjadi selama bulan Oktober 2017. Hujan memang masih terjadi di beberapa wilayah namun dengan kategori rendah (0-50 mm), hanya beberapa wilayah dataran tinggi hujannya masuk kategori menengah (50-150 mm). Secara umum kondisi cuaca di wilayah Banyuwangi cerah hingga berawan, terkadang terjadi hujan namun dengan intensitas sangat ringan hingga ringan.

Hujan mayoritas terjadi mulai malam hingga pagi hari. Hal tersebut dipicu oleh suhu muka laut harian di perairan Jawa (khususnya Jawa Timur) yang masih hangat sebagai penyedia uap air yang merupakan bahan utama pembentukan awan dan hujan di Jawa Timur termasuk Banyuwangi. Memasuki akhir bulan hujan mulai terjadi lagi khususnya di wilayah Banyuwangi Tengah dan Barat. Berdasarkan pantauan citra radar dan data hujan Banyuwangi juga terlihat bahwa hujan mulai terjadi menjelang akhir bulan Oktober 2017.

Kondisi ini jika dibandingkan dengan kondisi normal/ rata-rata bulan Oktober tentunya secara spasial mayoritas hujan yang terjadi berada pada kondisi normal dan atas normal, peningkatan hujan yang terjadi dikarenakan sebagian besar wilayah Banyuwangi normalnya berada pada masa peralihan musim pada bulan Oktober 2017.

Pada bulan Nopember ini Wilayah Banyuwangi umumnya diprediksi akan memasuki Musim Hujan. Perlu diwaspadai terjadinya Hujan lebat, disertai Kilat dan Petir yang terkadang disertai dengan Angin Kencang sesaat.

Page 6: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

6

B. Pantauan kondisi cuaca bulan Oktober 2017 di Kota Banyuwangi

Dari rentetan peta synoptic selama bulan Oktober 2017, wilayah kota Banyuwangi, angin pada umumnya bertiup dari arah yang bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Baratdaya, dengan kecepatan 3 – 10 knots. Kondisi cuaca cerah, berawan, dan hujan intensitas sangat ringan hingga sedang. Angin maksimum terjadi pada 16 dan 26 Oktober 2017 yaitu dari arah Tenggara dan Selatan dengan kecepatan maximum 10 knots. Jumlah Hujan di Kota Banyuwangi dalam satu bulan sebanyak 113.2 mm (Normal). Suhu tertinggi 32.8 °C terjadi pada 16 Oktober 2017, suhu terendah sebesar 22.5 ºC terjadi pada 20 Oktober 2017.

Berikut adalah rekap data meteorologi yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi pada bulan Oktober 2017, di mana pada tabel ini ditampilkan parameter hasil observasi yang merupakan hasil pengamatan di lapangan dan data normal/ rata- rata yang merupakan keadaan normal pada bulan yang bersangkutan.

Tabel 1. Rekap Data Meteorologi Stasiun Meteorologi Banyuwangi Oktober 2017

NO PARAMETER HASIL OBSERVASI

OKTOBER 2017 NORMAL OKTOBER

(1981-2010)

1 Temperatur rata-rata 28.3 ⁰C 27.3 ⁰C

2 Temperatur maksimum 31.7 ⁰C 33.3 ⁰C

3 Temperatur minimum 24.8 ⁰C 22.2 ⁰C

4 Temp. maks. absolut 32.8 ⁰C 36.4 ⁰C

5 Temp. min. absolut 22.5 ⁰C 22.2 ⁰C

6 Tekanan udara rata-rata * 1011.2 mb 1010.9 mb

7 Kecepatan angin rata-rata 2.6 knots 3.4 knots

8 Arah angin terbanyak Baratdaya Tenggara

9 Kelembaban rata-rata 78 % 76 %

10 Curah hujan 113.2 mm 70.0 mm

11 Jumlah hari hujan 13 hari hujan 9 hari hujan

Page 7: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

7

Page 8: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

8

Gambar 10. Grafik parameter cuaca dan mawar angin di kota Banyuwangi hasil observasi Oktober 2017 (Sumber: BMKG)

Penguapan yang terjadi selama Oktober 2017 mencapai 169.2 mm dengan rata-rata harian 5.5 mm, penguapan tertinggi 7.0 mm terjadi pada 6 Oktober 2017.

Penyinaran matahari rata-rata Oktober 2017 mencapai 88 %, minimal 29 % terjadi pada 24 Oktober 2017 sedangkan maksimal 100% terjadi pada antara dasarian I, II, dan III bulan Oktober 2017.

Tekanan udara (QFF) tertinggi 1015.3 mb pada 18 O k t o b e r 2017 dan terendah 1010.4 mb pada 25 Oktober 2017.

Rata-rata kelembaban udara relative (RH) Oktober 2017 adalah 7 8 % dengan RH tertinggi 93 % pada 10 Oktober 2017, dan RH terendah 64 % pada 22, 30 dan 31 Oktober 2017.

Dari gambar mawar angin (windrose) terlihat arah angin bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Baratdaya, kecepatan angin 3 - 8 knots sebesar 37.8 %. Kecepatan angin tertinggi 10 knots dari arah Tenggara dan Selatan.

C. Evaluasi Kondisi Cuaca Bandara Blimbingsari.

Bandar Udara Blimbingsari (IATA: BWX, ICAO: WADY) terletak di Desa

Blimbingsari, Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada koordinat

8°18′38.16″ LS 114°20′24.64″ BT dengan elevasi 25.66 meter (84.19 feet). Bandara dengan landas pacu saat ini 2.250 meter tersebut dibuka pada 29 Nopember 2010. Hingga Oktober 2017 terdapat tiga maskapai penerbangan komersial yaitu Garuda Indonesia, Wings Air dan yang terbaru adalah NAM Air (Sriwijaya Group). Selain itu juga terdapat 3 sekolah penerbangan yaitu Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (BP3B), Bali International Flight Academy (BIFA), dan Mandiri Utama Flight Academy (MUFA).

Kondisi parameter cuaca selama Oktober 2017 di Bandara Blimbingsari dari data hasil

pengamatan BMKG pos meteorologi penerbangan bandara Blimbingsari dengan durasi

pengamatan 12 jam (00.00 – 11.00 UTC) adalah sebagai berikut :

Wilayah bandara Blimbingsari pada bulan Oktober 2017 normalnya berada pada masa

peralihan musim (kemarau ke hujan), kondisi cuaca Cerah, Berawan dan Hujan Ringan -

Sedang.

Curah hujan selama Oktober 2017 mencapai 93.1 mm, dengan kelembaban udara

relatif rata-rata 81 %. RH tertinggi 91 % tanggal 10 Oktober 2017, terendah 70 % tanggal 3 0 1

O k to be r 2017. Tekanan udara (QNH) rata-rata 1012.28 mb, tertinggi 1014.9 mb dan

Page 9: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

9

terendah 1009.1 mb. Suhu rata–rata 27.7 °C dengan suhu maksimum absolut 32.8 °C terjadi

pada 20 Oktober 2017, suhu minimum absolut 20.4 °C pada 20 dan 21 Oktober 2017. Arah

angin bervariasi, kecepatan angin 3 – 14 knots. Angin dominan bertiup dari arah Tenggara.

Mayoritas kecepatan angin mencapai 65.9 % berkisar antara 3 – 8 knots. Kecepatan angin

tertinggi 14 knots, terjadi pada 1 dan 11 Oktober 2017 dari arah Tenggara.

Gambar 11. Grafik parameter cuaca hasil observasi Oktober 2017

di Blimbingsari Airport (Sumber: BMKG)

Page 10: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

10

D. Evaluasi Kondisi Cuaca Penyeberangan Ketapang-Gilimanuk Berdasarkan pantauan data AWS maritim di pelabuhan penyeberangan Ketapang

Banyuwangi, menunjukkan selama bulan Oktober 2017 angin dominan dari arah Selatan-Baratdaya dengan kecepatan angin bervariasi 2.3 – 17.5 knots. Suhu berkisar antara 23.5 – 29.7 °C, Kelembaban Udara Relatif 70.6 – 100 %, dan tekanan udara berkisar 1005.3 – 1014.1 mb. Kondisi cuaca dominan Cerah Berawan. Berikut grafik parameter cuaca selat Bali :

Gambar 12. Grafik Parameter Cuaca Penyeberangan Selat Bali (Sumber : AWS BMKG)

Page 11: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

11

E. Analisis Hujan Oktober 2017 Kabupaten Banyuwangi

Berdasarkan data curah hujan bulan Oktober 2017 dari stasiun BMKG dan pos-pos

hujan kerjasama di Banyuwangi dapat disajikan evaluasinya sebagai berikut :

Curah hujan tertinggi 522 mm terjadi di Glenmore dengan 13 hari hujan. Sementara curah hujan terendah 0 mm hanya terjadi di Bajulmati (tidak ada hujan selama Oktober 2017).

Gambar 13. Peta Distribusi Curah Hujan Oktober 2017

dan Sifat Hujan Oktober 2017 di Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial mayoritas wilayah Banyuwangi pada Oktober 2017 sebagian besar sudah menerima hujan bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Besarannya curah hujan antara 0 - 522 mm. Hal tersebut merupakan dampak dari masa peralihan Musim (musim Kemarau ke musim Hujan) serta interaksi faktor - faktor skala global, regional dan lokal. Dari peta sifat hujan terlihat Bawah Normal – Atas Normal. Sifat Hujan Atas Normal sebagian besar terjadi di sebagian Banyuwangi bagian tengah dan Banyuwangi bagian barat. Hal ini berkorelasi dengan pantauan sebaran awan dan hujan selama Oktober 2017

.

Page 12: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

12

F. Monitoring Hari tanpa Hujan Berturut-turut

Gambar 14. Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut Oktober 2017 di Banyuwangi

(Sumber: BMKG Banyuwangi)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial hampir mayoritas wilayah Banyuwangi pada Oktober 2017 sebagian besar wilayah banyuwangi sudah terjadi hujan. Namun hingga akhir Oktober 2017 masih ada wilayah yang masih kurang hujan dan berpotensi untuk terjadinya Kekeringan Ektrim, yaitu Kecamatan Wongsorejo.. Pada masa menjelang Musim Hujan hal yang tetap perlu diwaspadai adalah terjadinya hujan lebat, petir dan terkadang disertai dengan angin kencang yang biasanya terjadi pada siang dan sore hari

Page 13: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

13

II. PROSPEK CUACA BULAN NOPEMBER 2017

A. Prediksi Dinamika Atmosfer Nopember 2017

Monitoring perkembangan ENSO dari BMKG menunjukkan bahwa periode Normal /

Netral mulai Desember 2016 hingga September 2017, sehingga tidak ada suplai massa udara dari Samudera Pasifik ke wilayah Indonesia. Pada Oktober 2017 terlihat pola trend La Nina lemah. Memasuki bulan Nopember 2017 diprediksi kondisi La Nina intensitas lemah akan terjadi dan akan berlangsung hingga Februari 2018. Sementara itu Dipole Mode Indeks (DMI) yang terpantau positif kuat (DM +) pada Agustus 2017, diprediksi akan kembali normal hingga April 2018, mengindikasikan tidak adanya penambahan massa uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia bagian Barat maupun sebaliknya, hingga awal tahun depan.

Suhu muka laut (Sea Surface Temperature/ SST) perairan Indonesia Nopember 2017

hingga Desember 2017 umumnya SST perairan Indonesia dan sekitarnya normal dan anomali positif (hangat). Anomali positif terdapat di perairan barat Sumatera dan Indonesia bag.timur. Wilayah Nino 3.4 terjadi anomali suhu negatif. Samudera Hindia dibagian utara anomali positif hingga netral, sedangkan dibagian tenggara anomali negatif. Memasuki bulan Januari 2018 hingga April 2018 perairan Indonesia bagian barat diprediksi mulai terdapat anomali

negatif dan berangsur menuju netral sedangkan di wilayah perairan Indonesia bag.timur diprediksi anomali positif hingga netral. Wilayah Nino 3.4, anomali negatif masih bertahan. Sedangkan Samudera Hindia diprediksi akan didominasi kondisi netral.

Madden Jullian Oscillation pada Oktober 2017 sempat aktif di Benua Maritim Indonesia (BMI), diprediksi akan aktif kembali di 3-4 November di phase 2 perairan Samudera Hindia Timur. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR, pada 1 November 2017 wilayah

Indonesia didominasi wilayah Subsiden/kering dan bertahan sampai pertengahan DAS I Nov. Memasuki pertengahan DAS I November 2017 wilayah Indonesia didominasi wilayah konvektif dan bertahan sampai pertengahan DAS II Nov 2017, terjadi hampir diseluruh wilayah perairan Indonesia yang mendukung terhadap tingginya tingkat penguapan untuk pembentukan awan hujan.

Pada skala regional secara normal pola tekanan udara rendah selama bulan Oktober 2017 sering muncul di Belahan Bumi Utara (BBU) bahkan beberapa kali menjadi Typhoon. Seiring pergerakan semu matahari memasuki Nopember 2017 potensi terjadinya gangguan tropis di BBS mulai terlihat yang tentunya akan membuat monsun timuran menjadi tidak stabil dan akan berdampak terhadap mulai terjadinya peningkatan curah hujan.

Melihat perkembangan dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kondisi cuaca iklim Jawa Timur dan Banyuwangi khususnya, dapat disimpulkan bahwa sebagian wilayah Banyuwangi pada bulan Nopember 2017 berada pada masa musim hujan sehingga perlu kewaspadaan menghadapi potensi terjadinya cuaca ekstrim. Didukung kondisi La Nina lemah maka akan dapat sedikit menambah curah hujan. Untuk prakiraan curah hujan bulanan, sebagai dampak La Nina lemah, dan hangatnya suhu muka laut perairan Jawa serta pola monsun timuran yang mulai tidak stabil maka diprediksi akumulasi curah hujan Nopember 2017 mayoritas wilayah diprediksi curah hujannya diatas kondisi normalnya. Hanya sebagian kecil wilayah yang masih sama dengan kondisi rata-rata / normalnya.

Page 14: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

14

Gambar 15. Prediksi ENSO dan anomali Suhu Permukaan Laut (Sumber : BMKG, NCEP - NOAA)

Page 15: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

15

B. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Banyuwangi bulan Nopember – Desember 2017

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan pantauan kondisi fisis dan dinamis atmosfer

di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya serta kondisi lokal masing-masing Zona Musim (ZOM) terutama topografi daerah Jawa Timur, maka curah hujan daerah Banyuwangi untuk bulan Nopember 2017 hingga Desember 2017 diprakirakan sebagai berikut :

Curah Hujan 50 – 400 mm Sifat Hujan dominan Normal – Atas Normal

Curah Hujan 150 – 500 mm Sifat Hujan dominan Normal – Atas Normal

Gambar 16. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan

Nopember dan Desember 2017 Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Page 16: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

16

C. Prakiraan Potensi Banjir Nopember 2017 Berikut adalah peta prakiraan potensi Banjir bulan Nopember 2017, dari peta terlihat

mayoritas wilayah di Banyuwangi diprediksi berpotensi banjir menengah hingga tinggi pada wilayah-wilayah yang rawan banjir.. Memasuki bulan Nopember 2017 sebagian wilayah Banyuwangi diprediksi mulai memasuki masa musim hujan, sehingga perlu diwaspadai potensi terjadinya cuaca ekstrim yang kerap terjadi selama masa peralihan musim.

.

Gambar 17. Prakiraan Daerah Potensi Banjir Nopember 2017 (Sumber:BMKG)

III. INFORMASI TERBIT-TERBENAM MATAHARI NOPEMBER 2017

Berikut adalah data terbit terbenamnya matahari, selama bulan Nopember 2017 di wilayah Kota Banyuwangi :

Page 17: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

17

IV. KEJADIAN GEMPABUMI DIRASAKAN SIGNIFIKAN DI WILAYAH BANYUWANGI

Gambar 18. Kejadian Gempabumi yang signifikan di Banyuwangi Oktober 2017 (Sumber:BMKG)

Kejadian Gempa Bumi yang signifikan dirasakan sampai di Wilayah Kabupaten Banyuwangi pada bulan Oktober 2017 adalah NIHIL/ tidak ada kejadian Gempabumi yang dirasakan signifikan sampai ke wilayah Kabupaten Banyuwangi.

V. KEJADIAN CUACA EKSTRIM OKTOBER 2017

Cuaca / Iklim Ekstrim adalah suatu kondisi meteorologi yang menyimpang dari nilai rata-ratanya atau menyimpang terhadap nilai batas ambang meteorologi di wilayah tersebut. Dampak pemanasan global yang berlanjut pada perubahan iklim diyakini sebagai salah satu pemicu munculnya cuaca/iklim ekstrim baik dari tingkat keseringan, cakupan luas wilayah maupun nilainya, dimana cuaca/iklim ekstrim tersebut berpotensi menimbulkan bencana dan kerugian bahkan korban jiwa.

Tabel 2. Cuaca/ Iklim Ekstrim Bulan Oktober 2017 Banyuwangi

KRITERIA KETERANGAN

Angin dengan kecepatan > 45 Km/jam -

Suhu udara > 35˚ C -

Suhu udara < 15˚ C -

Kelembaban udara < 30 % -

Curah Hujan >100 mm / hari

- Glenmore (116 & 183 mm, 7 dan 8 Oktober 2017) - Jatirono (173 mm, 7 Oktober 2017) - Kalibaru (120 mm, 8 Oktober 2017)

Tanah Longsor -

Banjir -

Puting beliung / Waterspout -

Page 18: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

18

DAFTAR ISTILAH INFORMASI CUACA, IKLIM DAN GEMPABUMI

ENSO adalah singkatan dari El-Nino Southern Oscillation. Secara umum para ahli

membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan ENSO dingin (La-Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai kondisi normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah NINO di Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur. Pada saat fenomena El Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata normalnya. Kondisi sebaliknya terjadi ketika fenomena La Nina berlangsung, dimana atmosfer wilayah Indonesia umumnya akan cenderung basah, sehingga bisa berpotensi menyebabkan intensitas curah hujan yang lebih banyak dibanding rata-rata normalnya.

Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia yang

dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut tersebut selanjutnya dikenal sebagai Dipole Mode Indeks (DMI), dimana DMI positif berdampak berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, DMI negatif berdampak meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

Asian Cold Surge atau seruakan dingin Asia digunakan untuk menggambarkan

penjalaran massa udara dari Asia akibat adanya tekanan tinggi di daerah tersebut dan menjalar ke arah selatan menuju ekuator dengan membawa massa udara dingin. Indeks yang digunakan untuk identifikasi aktivitas cold surge adalah dengan menghitung indeks monsun yaitu selisih nilai tekanan antara Titik 115° BT/ 30° LU (didekati dengan data dari stasiun Wuhan di daratan China) dengan tekanan di Hongkong (116° BT/ 22° LU). Threshold value yang digunakan untuk indeks monsun dari gradient tekanan adalah ≥10 mb sebagai indikator adanya cold surge.

MJO singkatan dari Madden Jullian Oscillation adalah suatu istilah yang digunakan untuk

menggambarkan fluktuasi antar musiman yang terjadi di sekitar wilayah tropis. Keberadaan MJO ditandai dengan adanya penjalaran pada arah timuran di wilayah tropis dimana terjadinya penambahan intensitas curah hujan pada daerah tersebut, terutama di atas Samudera Hindia dan Pasifik. Anomali curah hujan seringkali merupakan indikator pertama dalam mengindikasikan kejadian MJO, dimana pada mulanya intensitas curah hujan tinggi terjadi di Samudera Hindia dan kemudian menjalar ke arah timur melewati wilayah Indonesia menuju Samudera Pasifik barat dan tengah panjang siklus MJO diperkirakan sekitar 30-60 harian. Penemu dari fenomena MJO ini adalah Madden dan Jullian.

OLR singkatan dari Outgoing Longwave Radiation adalah istilah yang digunakan untuk

menyatakan intensitas atau banyaknya radiasi gelombang panjang dari bumi ke atmosfer. Anomali OLR yang bernilai negatif menunjukkan jumlah radiasi yang terukur di atmosfer sangat sedikit karena terhalang oleh intensitas perawanan yang cukup tinggi di atmosfer. Sedangkan anomali OLR positif menunjukkan jumlah radiasi dari bumi yang cukup banyak karena tidak terhalang oleh kondisi perawanan di atmosfer. Satuan OLR adalah weber/m-2.

Monsun adalah sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah secara periodik setiap

setengah tahun sekali. Sirkulasi angin Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.

Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ/ Inter Tropical Convergence Zone)

merupakan daerah tekanan udara rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi semu matahari ke arah utara dan selatan

Page 19: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

19

khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan.

Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan

pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter.

Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan

yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan. Wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas daerah administrasi pemerintahan. Dengan demikian satu kabupaten/ kota dapat saja terdiri dari beberapa ZOM dan sebaliknya satu ZOM dapat terdiri dari beberapa kabupaten.

Dasarian adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi

menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu : a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10 b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20 c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan

Sifat Hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang

ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971 - 2000). Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :

a. Atas Normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya b. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya c. Bawah Normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-

ratanya Gempa adalah getaran bumi yang terjadi sebagai akibat penjalaran gelombang

seimik/gempa yang terpancar dari sumbernya/sumber energi elastik

Gempa Tektonik adalah gempabumi yang disebabkan oleh adanya pergeseran atau pergerakan lempeng bumi

Magnitude adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan

gempa di sumbernya. Ada beberapa jenis magnitude, yaitu: magnitude lokal (ML), magnitude gelombang permukaan (Ms), magnitude gelombang badan (mb), magnitude momen (Mw), magnitude durasi (Md).

Intensitas gempa adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa

berdasarkan tingkat kerusakan dan reaksi manusia yang disebabkan oleh gempa tersebut.

Skala Richter Suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan magnitudenya,

dikemukan oleh Richter (1930).

Skala MMI (Modified Mercally Intensity) adalah suatu ukuran subyektif kekuatan gempa

dikaitkan dengan intensitasnya

Page 20: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016meteobanyuwangi.info/buletin/isi nop 2017.pdf · Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017 6 B. Pantauan

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Nopember 2017

20

Tabel Skala Intensitas Gempabumi BMKG dalam MMI

---ABCD : Act Beyond your Common Duties---