Top Banner
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 1 I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN MEI 2019 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Mei 2019 Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Mei 2019: El Nino Southern Oscillation (ENSO) Selama Mei 2019, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) cenderung tetap hangat. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat +0.87°C dan nilai bulanan Mei 2019 adalah +0.8 sehingga termasuk kategori El Nino lemah. Hal lainnya juga terlihat dari anomali angin pasat yang cenderung Normal serta temperatur subsurface / bawah laut Pasifik yang menunjukkan kondisi hangat khas El Nino. Dan nilai SOI (Southern Oscillation Index) pada April tercatat -9.0 yang menunjukkan kondisi El Nino. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang masih hangat diprediksi kondisi El Nino Lemah masih bertahan pada Juni hingga Agustus 2019. Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar Pasifik Ekuatorial sampai akhir Mei 2019 (Sumber : BoM)
20

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Sep 11, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

1

I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN MEI 2019 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Mei 2019

Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Mei 2019:

El Nino Southern Oscillation (ENSO)

Selama Mei 2019, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) cenderung tetap hangat. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat +0.87°C dan nilai bulanan Mei 2019 adalah +0.8 sehingga termasuk kategori El Nino lemah. Hal lainnya juga terlihat dari anomali angin pasat yang cenderung Normal serta temperatur subsurface / bawah laut Pasifik yang menunjukkan kondisi hangat khas El Nino. Dan nilai SOI (Southern Oscillation Index) pada April tercatat -9.0 yang menunjukkan kondisi El Nino. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang masih hangat diprediksi kondisi El Nino Lemah masih bertahan pada Juni hingga Agustus 2019.

Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar

Pasifik Ekuatorial sampai akhir Mei 2019 (Sumber : BoM)

Page 2: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

2

Dipole Mode

Dipole Mode Indeks (DMI) di Samudera Hindia selama bulan Mei 2019 menunjukkan

nilai Positif. Indeks minggu terakhir Mei 2019 tercatat +0.77, hal ini menunjukkan tidak adanya kontribusi penambahan massa udara dari Samudera Hindia ke sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi DMI Positif ini diprediksi kembali Netral pada Juni hingga September 2019.

Gambar 2. Indeks Dipole Mode hingga akhir Mei 2019 (Sumber : BoM)

Madden-Jullan Oscillation (MJO) dan Outgoing Longwave Radiation (OLR)

Posisi aktifitas MJO tidak aktif selama Mei 2019 di Benua Maritim Indonesia (BMI), yang tentunya tidak berkontribusi pada peningkatan kondisi liputan awan di wilayah Benua Maritim Indonesia bagian barat. Dari anomali OLR wilayah Indonesia, terlihat warna kuning mendominasi di hampir semua wilayah Indonesia bagian barat, namun wilayah Nusa Tenggara Timur cenderung berwarna biru terkait adanya siklon tropis Lili. Hal ini menunjukkan wilayah Indonesia umumnya cenderung lebih kering disebabkan stabilnya angin timuran yang menandakan telah masuknya musim kemarau dan khusus wilayah Banyuwangi menunjukkan Positif (kering).

Gambar 3. Siklus posisi MJO dan anomali OLR selama Mei 2019, Warna biru tua adalah OLR negatif, warna coklat tua adalah OLR positif (Sumber : BoM & NOAA)

Page 3: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

3

Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Pada Mei 2019, monsun Timuran mendominasi hampir di keseluruhan wilayah Indonesia. Prediksi indeks AUSMI menunjukkan trend menguat artinya timuran dominan yang menyebabkan berkurangnya pembentukan awan hujan. Gangguan tropis yang terlihat dari pola tekanan udara mulai sering terjadi di utara ekuator selama Mei 2019 yang menyebabkan monsun Timuran stabil. Kondisi tersebut menyebabkan berkurangnya pembentukan awan hujan yang membawa udara basah. Pada bulan Juni diprediksi monsun Timuran tetap stabil dan berdampak pada berkurangnya kejadian hujan.

Gambar 4. Grafik indeks Monsun Australia harian yang dihitung dari data angin zonal arah barat-timur (komponen U) pada lapisan 850 mb (sumber: BMKG), dan normal streamline angin gradien

Mei (sumber: NOAA)

Gambar 5. Anomali angin zonal dan meridional Mei 2019 lapisan 850 mb (sumber: ESRL NOAA)

Pola aliran massa udara komponen zonal (timur – barat) di wilayah Jawa Timur khususnya Banyuwangi selama Mei 2019 (rata-rata bulanan) kondisinya Netral / tidak terjadi anomali yang mengindikasikan dominasi massa udara bervariasi. Untuk komponen meridional (Utara – Selatan) di mayoritas Jawa Timur kondisinya terjadi anomali positif artinya massa udara dominan dari Selatan. Kondisi tersebut juga turut berperan dalam variabilitas hujan di Jawa Timur selama Mei 2019

Page 4: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

4

Suhu muka laut perairan Indonesia

Kondisi anomali suhu muka laut di perairan Indonesia pada Mei 2019 berkisar antara -1.0 hingga +0.5º C, namun mayoritas wilayah perairan relatif normal (tidak ada anomali).

termasuk perairan sekitar Jawa sehingga kondisinya sama dengan kondisi normalnya. Dengan suhu muka laut kisaran 27 – 30 °C di wilayah perairan Jawa, menunjukkan potensi penguapan masih cukup tinggi dalam pembentukan awan. Hangatnya suhu perairan menjadi salah satu faktor dalam membentuk hujan selama Mei 2019, ditambah faktor lainnya.

Gambar 6. Suhu Muka Laut Perairan Indonesia dan Anomalinya bulan Mei 2019 (sumber: NOAA)

Gangguan Tropis

Selama Mei 2019 terdapat 2 aktifitas siklon tropis di Selatan ekuator yaitu Siklon Lili pada 9-11 Mei 2019 di wilayah Indonesia dan Siklon Ann pada 11-14 Mei 2019. Sedangkan di Utara ekuator yaitu Siklon FANI pada 27 April – 4 Mei 2019. Lokasi siklon yang cukup dekat dengan wilayah Indonesia menyebabkan banyaknya daerah pertemuan massa udara yang berdampak terhadap peningkatan kejadian hujan didaerah pertemuan massa udara tersebut. Adanya daerah tekanan rendah di Utara ekuator menyebabkan pola angin didominasi dari timuran yang bergerak menuju tekanan rendah yang menghasilkan belokan dan pertemuan massa udara di ekuator. Di wilayah Banyuwangi kejadian hujan secara umum dipengaruhi oleh masih hangatnya suhu muka laut dan sirkulasi Madden Jullian Oscillation.

Gambar 8. Lintasan Siklon Tropis selama bulan Mei 2019 (sumber: JAXA/EORC)

Page 5: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

5

Kelembaban udara

Kelembaban udara relatif selama Mei 2019 di Jawa Timur umumnya cukup kering dengan rata-rata kisaran 60 – 70%. Dari peta anomali terlihat merata di seluruh wilayah Jawa Timur dengan tidak adanya anomali / sama dengan kondisi rata-rata bulanannya, dimana hal ini berkorelasi positif dengan berkurangnya kejadian hujan dan sedikitnya sebaran pertumbuhan awan selama Mei 2019 di wilayah Jawa Timur khususnya Banyuwangi.

Gambar 9. Kelembaban Udara Relatif Mei 2019 dan Anomalinya pada level 850 mb

(Sumber: ESRL NOAA)

Aktivitas Cuaca

Selama bulan Mei 2019 sebagian besar wilayah Banyuwangi terjadi hujan dengan kategori Rendah dan Menengah. Hujan kategori Rendah (0-100 mm/bulan) terjadi di hampir seluruh wilayah yang ada di kabupaten Banyuwangi yaitu, Bajulmati, Selogiri, Banyuwangi Kota, Licin, Jambu, Dadapan, Alasmalang, Genteng, Glenmore, Kebondalam, Sukonatar, Tegal Dlimo, Purwoharjo, Karangdoro, Kalibaru, Jambewangi, Blambangan dan Pesanggaran. Hujan kategori Menengah (100-300 mm/bulan) hanya terjadi di Bayu Lor dan Songgon. Pada Juni 2019 sebagian wilayah Banyuwangi diprediksi akan memasuki masa Musim Kemarau. Potensi kekeringan pada Juni 2019 diprediksi masih kecil kemungkinannya terjadi.

Kondisi hujan pada Mei 2019 ini jika dibandingkan dengan kondisi normal/ rata-rata bulan Mei secara spasial hujan yang terjadi di wilayah Banyuwangi dalam kondisi bervariasi dengan sifat hujan seluruhnya di Bawah Normal.

Kondisi cuaca untuk wilayah perairan selatan Banyuwangi pada Mei hingga Juni 2019 cuaca cenderung cerah berawan. Hal perlu diwaspadai adalah terjadinya gelombang tinggi serta tingginya kecepatan angin yang dapat mengakibatkan terjadinya bencana. Hal tersebut disebabkan karena saat ini Angin Timuran (Monsun Australia) telah aktif dan kuat. Selain itu daerah perairan selatan merupakan lautan lepas .

Page 6: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

6

B. Pantauan Kondisi Cuaca Bulan Mei 2019 di Kota Banyuwangi

Dari rentetan peta synoptic selama bulan Mei 2019 menunjukan bahwa wilayah Banyuwangi Kota berada pada masa Musim Kemarau ( dari musim hujan ke musim kemarau), hal tersebut di tandai oleh jumlah curah hujan <150 mm/ bulan. Angin pada umumnya bertiup dari arah yang bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Selatan, dengan kecepatan 2 – 10 knots. Kondisi cuaca cerah, berawan, dan hujan dengan intensitas ringan (0.1 - 20 mm/hari). Angin maksimum terjadi pada 10, 11, 21, 24, 30 dan 31 Mei 2019 yaitu dari arah Selatan dengan kecepatan maximum 10 knots. Jumlah Hujan di Kota Banyuwangi dalam satu bulan sebanyak 26.1 mm (Bawah Normal). Suhu tertinggi 32.7 °C terjadi pada 07 Mei 2019, suhu terendah sebesar 23.2 ºC terjadi pada 17 Mei 2019.

Berikut adalah rekap data meteorologi yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi pada bulan M e i 2 0 1 9 , di mana pada tabel ini ditampilkan parameter hasil observasi yang merupakan hasil pengamatan di lapangan dan data normal/ rata- rata yang merupakan keadaan normal pada bulan yang bersangkutan.

Tabel 1. Rekap Data Meteorologi Stasiun Meteorologi Banyuwangi Mei 2019

NO PARAMETER HASIL OBSERVASI MEI

2019 NORMAL MEI (1981-2010)

1 Temperatur rata-rata 28.1 ⁰C 27.0 ⁰C

2 Temperatur maksimum 31.3 ⁰C 32.5 ⁰C

3 Temperatur minimum 25.1 ⁰C 21.6 ⁰C

4 Temp. maks. absolut 32.7 ⁰C 33.5 ⁰C

5 Temp. min. absolut 23.2 ⁰C 19.0 ⁰C

6 Tekanan udara rata-rata * 1011.9 mb 1009.1 mb

7 Kecepatan angin rata-rata 3.5 knots 2.5 knots

8 Arah angin terbanyak Selatan Selatan

9 Kelembaban rata-rata 77 % 79 %

10 Curah hujan 26.1 mm 93.0 mm

11 Jumlah hari hujan 14 hari hujan 11 hari hujan

Page 7: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

7

Page 8: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

8

Gambar 9. Grafik parameter cuaca dan mawar angin di kota Banyuwangi hasil observasi Mei 2019 (Sumber: BMKG)

Penguapan yang terjadi selama Mei 2019 mencapai 151.6 mm dengan rata-rata harian 4.9 mm, penguapan tertinggi 8.6 mm terjadi pada 22 Mei 2019.

Penyinaran matahari rata-rata Mei 2019 ada lah 93 %. Peny ina ran Ma taha r i te r t ingg i mencapai 100 % terjadi pada dasarian pertama, kedua dan dasarian ketiga.

Tekanan udara (QFF) r a t a - r a t a 1 0 1 1 . 9 m b , tertinggi 1013.8 mb pada 11 Mei 2019 dan terendah 1010.0 mb pada 1, 7, 8 dan 29 Mei 2019.

Rata-rata kelembaban udara relative (RH) Mei 2019 adalah 7 7 % dengan RH tertinggi 84 % pada 02 Mei 2019, dan RH terendah 69 % pada 08 Mei 2019.

Dari gambar mawar angin (windrose) terlihat arah angin bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Selatan, kecepatan angin 3 - 8 knots sebesar 60.9 %. Kecepatan angin tertinggi 10 knots dari arah Selatan.

C. Evaluasi Kondisi Cuaca Bandara Banyuwangi.

Bandar Udara Banyuwangi (IATA: BWX, ICAO: WADY) terletak di Desa

Blimbingsari, Kec. Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada

koordinat 8°18′38.16″ LS 114°20′24.64″ BT dengan elevasi 25.66 meter (84.19 feet). Bandara dengan landas pacu saat ini 2.250 meter tersebut dibuka pada 29 Juni 2010. Hingga Mei 2019 terdapat tiga maskapai penerbangan komersial yaitu Garuda Indonesia, Wings Air, NAM Air (Sriwijaya Group) dan yang terbaru adalah Citilink (Garuda Indonesia Group). Selain itu juga terdapat 3 sekolah penerbangan yaitu Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (BP3B), Bali International Flight Academy (BIFA), dan Nusa Flying.

Kondisi parameter cuaca selama Mei 2019 di Bandara Banyuwangi dari data hasil

pengamatan BMKG pos meteorologi penerb angan bandara Banyuwangi dengan durasi

pengamatan 24 jam (00.00 – 23.00 UTC) adalah sebagai berikut :

Wilayah Bandara Banyuwangi pada bulan Mei 2019 normalnya berada pada masa musim

hujan. Pada Mei 2019 di Bandara Banyuwangi jumlah hujan 127.9 mm/ bulan dan

merupakan masa transisi memasuki musim kemarau.

Curah hujan tertinggi yang terjadi pada Mei 2019 sebesar 10.3 mm pada tanggal 01

Mei 2019. Kelembaban udara relatif rata-rata 78 %. RH tertinggi 97 % tanggal 01 Mei 2019,

terendah 53 % tanggal 17 Me i 2019. Tekanan udara (QNH) rata-rata 1010.9 mb, tertinggi

1013.9 mb dan terendah 1006.4 mb. Suhu rata–rata 27.2 °C dengan suhu maksimum absolut

Page 9: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

9

32.3 °C terjadi pada 05 Mei 2019, suhu minimum absolut 21.3 °C pada 18 Mei 2019. Arah

angin bervariasi, kecepatan angin 3 – 8 knots. Angin dominan bertiup dari arah Tenggara.

Mayoritas kecepatan angin mencapai 64.7 % berkisar antara 3 – 8 knots. Kecepatan angin

tertinggi 20 knots, terjadi pada 29 Mei 2019 dari arah Tenggara.

Gambar 10. Grafik parameter cuaca hasil observasi Mei 2019 di

Banyuwangi Airport (Sumber: BMKG)

Page 10: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

10

D. Evaluasi Kondisi Cuaca Penyeberangan Selat Bali Berdasarkan pantauan data AWS maritim di pelabuhan penyeberangan Ketapang

Banyuwangi, menunjukkan selama bulan Mei 2019 angin dominan dari arah Selatan dengan kecepatan angin bervariasi 1.2 – 13.4 knots. Suhu berkisar antara 23.3 – 30.1 °C, Kelembaban Udara Relatif 68.5 – 100 %, dan tekanan udara berkisar 1006.6 – 1014 mb. Kondisi cuaca dominan Berawan. Berikut grafik parameter cuaca selat Bali :

Gambar 11. Grafik Parameter Cuaca Penyeberangan Selat Bali (Sumber : AWS BMKG)

Page 11: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

11

E. Analisa Hujan Mei 2019 daerah Banyuwangi Berdasarkan data curah hujan bulan Mei 2019 dari stasiun BMKG dan pos-pos hujan

kerjasama di Banyuwangi dapat disajikan evaluasinya sebagai berikut :

Jumlah Curah hujan tertinggi 352 mm/bulan terjadi di Bayulor (18 hari hujan) dengan sifat hujan Bawah Normal. Sementara curah hujan terendah 0 mm/bulan yang terjadi di Sukonatar, Bajulmati dan Blambangan.

Gambar 12. Peta Distribusi Curah Hujan Mei 2019

dan Sifat Hujan Mei 2019 di Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial mayoritas wilayah Banyuwangi pada Mei 2019 masih terjadi hujan dengan kategori curah hujan yang bervariasi yaitu Rendah dan Menengah. Curah Hujan kategori Menengah terjadi di Bayu Lor dan Songgon. Sifat hujan yang terjadi di wilayah Banyuwangi pada Mei 2019 seluruhnya bersifat di Bawah Normal. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar wilayah banyuwangi telah berada pada Musim Kemarau, kecuali Bayu Lor dan Songgon.

Page 12: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

12

F. Monitoring Hari tanpa Hujan Berturut-turut

Gambar 13. Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut Mei 2019 di Banyuwangi

(Sumber: BMKG Banyuwangi)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial sebagian besar wilayah Banyuwangi pada Mei 2019 masih terjadi hujan walau sudah mulai berkurang jumlahnya. Bila dibandingkan dengan April 2019 keseringan hujan yang terjadi mulai berkurang kecuali untuk sebagian wilayah Banyuwangi bagian Tengah dan bagian Barat yang saat ini masih berada pada musim hujan (Bayu Lor dan Songgon). Berdasarkan hasil monitoring hari tanpa hujan pada Mei 2019 wilayah Banyuwangi masuk dalam klasifikasi sangat pendek hingga sangat panjang (Srono dan Muncar). Jumlah hujan yang terjadi selama Mei 2019 bervariasi dari kategori rendah dan

menengah. Curah hujan Kategori Rendah (0-100 mm/ bulan) pada Mei 2019 terjadi di sebagian besar wilayah Banyuwangi di antaranya: di Bajulmati, Selogiri, Banyuwangi Kota, Licin, Jambu, Dadapan, Alasmalang, Genteng, Glenmore, Kebondalam, Sukonatar, Tegal Dlimo, Purwoharjo, Karangdoro, Kalibaru, Jambewangi, Blambangan dan Pesanggaran. Sedangkan curah hujan kategori Menengah (100-300 mm/ bulan) hanya terjadi di Bayu Lor dan Songgon.

Page 13: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

13

II. PROSPEK CUACA BULAN JUNI 2019

A. Prediksi Dinamika Atmosfer Juni 2019

Monitoring perkembangan ENSO dari BMKG menunjukkan bahwa periode El Nino

Lemah masih bertahan pada Juni 2019 dan diprediksi hingga Agustus 2019, sehingga tidak ada suplai massa udara dari Samudera Pasifik ke wilayah Indonesia. Sementara itu Dipole Mode Indeks (DMI) yang terpantau Positif pada Mei 2019, diprediksi akan kembali netral pada Juni hingga September 2019, mengindikasikan tidak adanya penambahan massa uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia bagian Barat maupun sebaliknya.

Suhu muka laut (Sea Surface Temperature/ SST) perairan Indonesia dan sekitarnya pada Juni 2019 diprediksi sebagian besar dalam kondisi normal atau tidak ada anomali. Namun suhu muka laut positif (menghangat) diprediksi di wilayah perairan Samudera Hindia sedangkan suhu muka laut negatif (mendingin) diprediksi di wilayah perairan selatan Nusa Tenggara Timur. Suhu muka laut wilayah Samudera Hindia dan Nino 3.4 Samudera Pasifik Tengah pada kondisi yang masih hangat. Pola kondisi El Nino akan masih berlangsung pada Juni hingga Agustus 2019.

Madden Jullian Oscillation pada bulan Mei 2019 tidak aktif di Benua Maritim Indonesia (BMI), dan diprediksi aktif pada awal Juni 2019. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR pada Juni 2019 sebagian besar wilayah Indonesia bagian selatan ekuator cenderung berkurang pertumbuhan awan konvektif.

Pada skala regional secara normal pola tekanan udara rendah selama bulan Juni 2019 akan sering muncul di Belahan Bumi Utara (BBU). Seiring pergerakan semu matahari memasuki bulan Juni 2019 potensi terjadinya gangguan tropis di BBS akan berkurang yang membuat monsun Timuran stabil dan akan berdampak terhadap berkurangnya kejadian hujan terutama di selatan ekuator.

Melihat perkembangan dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kondisi cuaca iklim Jawa Timur dan Banyuwangi khususnya, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar wilayah Banyuwangi pada awal bulan Juni 2019 akan mengalami peningkatan pertumbuhan awan hujan dikarenakan sirkulasi MJO (Madden Jullian Oscillation). Pada bulan Juni 2019 keseluruhan wilayah Banyuwangi sudah memasuki musim kemarau. Tetap perlu kewaspadaan menghadapi potensi cuaca ekstrim yang terjadi selama musim kemarau. Untuk prakiraan curah hujan bulanan, sebagai dampak pola monsun Timuran yang stabil maka diprediksi akumulasi curah hujan bulan Juni 2019 sebagian besar wilayah diprediksi curah hujannya berada pada kondisi bawah normalnya, dan sebagian kecil wilayah lainnya berada pada kondisi rata-rata / normalnya.

Page 14: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

14

Gambar 15. Prediksi ENSO dan anomali Suhu Permukaan Laut (Sumber : BMKG, NMME)

Page 15: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

15

B. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Banyuwangi Bulan Juni 2019 Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan pantauan kondisi fisis dan dinamis atmosfer

di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya serta kondisi lokal masing-masing wilayah terutama topografi daerah Jawa Timur, maka curah hujan daerah Banyuwangi untuk bulan Juni 2019 diprakirakan sebagai berikut :

Curah Hujan wilayah Banyuwangi berkisar 51 mm hingga 200 mm

Sifat Hujan wilayah Banyuwangi dominan Bawah Normal

Gambar 15. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Juni 2019 (Sumber : BMKG Staklim Malang)

Page 16: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

16

C. Prakiraan Potensi Banjir Juni 2019 Berikut adalah peta prakiraan potensi Banjir bulan Juni 2019. Dari peta terlihat wilayah

di Banyuwangi potensi banjir diprediksi masuk kategori Aman. Memasuki bulan Juni 2019 wilayah Banyuwangi dominan berada pada periode musim kemarau.

Gambar 16. Prakiraan Daerah Potensi Banjir Juni 2019 (Sumber:BMKG)

III. INFORMASI TERBIT-TERBENAM MATAHARI JUNI 2019

Berikut adalah data terbit terbenamnya matahari, selama bulan Juni 2019 di wilayah Kota Banyuwangi :

Page 17: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

17

IV. KEJADIAN GEMPABUMI DIRASAKAN SIGNIFIKAN DI WILAYAH BANYUWANGI

Gambar 17. Kejadian Gempabumi yang signifikan di Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Kejadian Gempa Bumi yang signifikan yang dirasakan sampai di wilayah Banyuwangi selama Mei 2019 tidak ada kejadian Gempa Bumi/ NIHIL.

V. KEJADIAN CUACA EKSTRIM MEI 2019

Cuaca / Iklim Ekstrim adalah suatu kondisi meteorologi yang menyimpang dari nilai rata-ratanya atau menyimpang terhadap nilai batas ambang meteorologi di wilayah tersebut. Dampak pemanasan global yang berlanjut pada perubahan iklim di yakini sebagai salah satu pemicu munculnya cuaca/ iklim ekstrim baik dari tingkat keseringan, cakupan luas wilayah maupun nilainya, dimana cuaca/iklim ekstrim tersebut berpotensi menimbulkan bencana dan kerugian bahkan korban jiwa.

Tabel 2. Cuaca/ Iklim Ekstrim Bulan Mei 2019 Banyuwangi

KRITERIA KETERANGAN

Angin dengan kecepatan > 45 Km/jam -

Suhu udara > 35˚ C -

Suhu udara < 15˚ C -

Kelembaban udara < 30 % -

Curah Hujan >100 mm / hari -

Tanah Longsor -

Banjir Bandang -

Waterspout -

Page 18: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

18

DAFTAR ISTILAH INFORMASI CUACA, IKLIM DAN GEMPABUMI

ENSO adalah singkatan dari El-Nino Southern Oscillation. Secara umum para ahli membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan ENSO dingin (La-Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai kondisi normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah NINO di Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur. Pada saat fenomena El Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata normalnya. Kondisi sebaliknya terjadi ketika fenomena La Nina berlangsung, dimana atmosfer wilayah Indonesia umumnya akan cenderung basah, sehingga bisa berpotensi menyebabkan intensitas curah hujan yang lebih banyak dibanding rata-rata normalnya.

Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia yang

dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut tersebut selanjutnya dikenal sebagai Dipole Mode Indeks (DMI), dimana DMI positif berdampak berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, DMI negatif berdampak meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

Asian Cold Surge atau seruakan dingin Asia digunakan untuk menggambarkan

penjalaran massa udara dari Asia akibat adanya tekanan tinggi di daerah tersebut dan menjalar ke arah selatan menuju ekuator dengan membawa massa udara dingin. Indeks yang digunakan untuk identifikasi aktivitas cold surge adalah dengan menghitung indeks monsun yaitu selisih nilai tekanan antara Titik 115° BT/ 30° LU (didekati dengan data dari stasiun Wuhan di daratan China) dengan tekanan di Hongkong (116° BT/ 22° LU). Threshold value yang digunakan untuk indeks monsun dari gradient tekanan adalah ≥10 mb sebagai indikator adanya cold surge.

MJO singkatan dari Madden Jullian Oscillation adalah suatu istilah yang digunakan untuk

menggambarkan fluktuasi antar musiman yang terjadi di sekitar wilayah tropis. Keberadaan MJO ditandai dengan adanya penjalaran pada arah timuran di wilayah tropis dimana terjadinya penambahan intensitas curah hujan pada daerah tersebut, terutama di atas Samudera Hindia dan Pasifik. Anomali curah hujan seringkali merupakan indikator pertama dalam mengindikasikan kejadian MJO, dimana pada mulanya intensitas curah hujan tinggi terjadi di Samudera Hindia dan kemudian menjalar ke arah timur melewati wilayah Indonesia menuju Samudera Pasifik barat dan tengah panjang siklus MJO diperkirakan sekitar 30-60 harian. Penemu dari fenomena MJO ini adalah Madden dan Jullian.

OLR singkatan dari Outgoing Longwave Radiation adalah istilah yang digunakan untuk

menyatakan intensitas atau banyaknya radiasi gelombang panjang dari bumi ke atmosfer. Anomali OLR yang bernilai negatif menunjukkan jumlah radiasi yang terukur di atmosfer sangat sedikit karena terhalang oleh intensitas perawanan yang cukup tinggi di atmosfer. Sedangkan anomali OLR positif menunjukkan jumlah radiasi dari bumi yang cukup banyak karena tidak terhalang oleh kondisi perawanan di atmosfer. Satuan OLR adalah weber/m-2.

Monsun adalah sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah secara periodik setiap

setengah tahun sekali. Sirkulasi angin Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.

Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ/ Inter Tropical Convergence Zone)

merupakan daerah tekanan udara rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi semu matahari ke arah utara dan selatan

Page 19: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

19

khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan.

Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan

pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter.

Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan

yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan. Wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas daerah administrasi pemerintahan. Dengan demikian satu kabupaten/ kota dapat saja terdiri dari beberapa ZOM dan sebaliknya satu ZOM dapat terdiri dari beberapa kabupaten.

Dasarian adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi

menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu : a.Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10 b.Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20 c.Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan

Sifat Hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang

ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971 - 2000). Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :

a. Atas Normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya b. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya c. Bawah Normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-

ratanya Gempa adalah getaran bumi yang terjadi sebagai akibat penjalaran gelombang

seimik/gempa yang terpancar dari sumbernya/sumber energi elastik

Gempa Tektonik adalah gempabumi yang disebabkan oleh adanya pergeseran atau pergerakan lempeng bumi.

Magnitude adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan

gempa di sumbernya. Ada beberapa jenis magnitude, yaitu: magnitude lokal (ML), magnitude gelombang permukaan (Ms), magnitude gelombang badan (mb), magnitude momen (Mw), magnitude durasi (Md).

Intensitas gempa adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa

berdasarkan tingkat kerusakan dan reaksi manusia yang disebabkan oleh gempa tersebut.

Skala Richter Suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan magnitudenya, dikemukan oleh Richter (1930).

Skala MMI (Modified Mercally Intensity) adalah suatu ukuran subyektif kekuatan gempa

dikaitkan dengan intensitasnya.

Page 20: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 JUN 2019.pdfBuletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019 4 Suhu muka laut perairan Indonesia Kondisi anomali

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi Juni 2019

20

Tabel Skala Intensitas Gempabumi BMKG dalam MMI

---ABCD : Act Beyond your Common Duties---