Top Banner
Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019 1 I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN MARET 2019 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Maret 2019 Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Maret 2019: El Nino Southern Oscillation (ENSO) Selama Maret 2019, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) cenderung tetap menghangat. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat +0.78°C dan nilai bulanan Maret 2019 adalah +0.8 sehingga termasuk kategori El Nino lemah. Hal lainnya juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface / bawah laut Pasifik dimana menunjukkan kondisi hangat khas El Nino. Dan nilai SOI (Southern Oscillation Index) pada Maret tercatat -6.8 yang menunjukkan kondisi El Nino. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang masih hangat diprediksi kondisi El Nino Lemah berlangsung pada April hingga Agustus 2019. Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar Pasifik Ekuatorial sampai akhir Maret 2019 (Sumber : BoM)
21

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Jul 03, 2019

Download

Documents

dokhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

1

I. EVALUASI KONDISI CUACA BULAN MARET 2019 A. Monitoring Dinamika Atmosfer Maret 2019

Kondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer berskala global, regional hingga lokal yang saling berinteraksi dan membentuk pola serta variabilitas cuaca - iklim di Banyuwangi. Berikut adalah monitoring kondisi fenomena-fenomena tersebut selama bulan Maret 2019:

El Nino Southern Oscillation (ENSO)

Selama Maret 2019, anomali suhu muka laut wilayah Samudera Pasifik Ekuatorial bagian tengah (Nino 3.4) cenderung tetap menghangat. Anomali suhu muka laut mingguan terakhir tercatat +0.78°C dan nilai bulanan Maret 2019 adalah +0.8 sehingga termasuk kategori El Nino lemah. Hal lainnya juga terlihat dari anomali angin pasat serta temperatur subsurface / bawah laut Pasifik dimana menunjukkan kondisi hangat khas El Nino. Dan nilai SOI (Southern Oscillation Index) pada Maret tercatat -6.8 yang menunjukkan kondisi El Nino. Dengan kecenderungan suhu muka laut Nino 3.4 yang masih hangat diprediksi kondisi El Nino Lemah berlangsung pada April hingga Agustus 2019.

Gambar 1. Kondisi anomali suhu muka laut dan suhu bawah laut Pasifik, serta angin pasat di sekitar

Pasifik Ekuatorial sampai akhir Maret 2019 (Sumber : BoM)

Page 2: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

2

Dipole Mode

Dipole Mode Indeks (DMI) di Samudera Hindia selama bulan Maret 2019

menunjukkan nilai yang kembali pada kisaran Netral. Indeks minggu terakhir Maret 2019 tercatat -0.32, hal ini menunjukkan tidak adanya kontribusi penambahan massa udara dari Samudera Hindia ke sebagian wilayah Indonesia bagian barat. Kondisi DMI Netral ini diprediksi bertahan pada April hingga Agustus 2019.

Gambar 2. Indeks Dipole Mode hingga akhir Maret 2019 (Sumber : BoM)

Madden-Jullan Oscillation (MJO) dan Outgoing Longwave Radiation (OLR)

Posisi aktifitas MJO sempat aktif pada bulan Maret 2019 di Benua Maritim Indonesia (BMI), yang tentunya berkontribusi pada peningkatan kondisi liputan awan di wilayah Benua Maritim Indonesia bagian barat. Dari anomali OLR wilayah Indonesia, terlihat warna kuning hingga coklat mendominasi di hampir semua wilayah Sumatera dan sebagian Kalimantan, namun wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi, Papua dan sebagian Jawa cenderung berwarna biru hingga ungu. Hal ini menunjukkan wilayah Indonesia bagian tengah hingga timur cenderung lebih basah terkait meningkatnya daerah liputan awan pada Maret 2019 dan khusus wilayah Banyuwangi menunjukkan Netral.

Gambar 3. Siklus posisi MJO dan anomali OLR selama Maret 2019, Warna biru tua adalah OLR negatif, warna coklat tua adalah OLR positif (Sumber : BoM & NOAA)

Page 3: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

3

Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Pada Maret 2019, normalnya sebagian besar wilayah Indonesia masih didominasi monsun Baratan akibat tumbuhnya daerah tekanan rendah di selatan ekuator. Namun berkurangnya daerah tekanan rendah di selatan ekuator menyebabkan sebagian aliran massa udara didominasi timuran. Kondisi yang diprediksi pada bulan April 2019 dimana monsun baratan tetap stabil di selatan ekuator dan berdampak pada masih berpeluang terjadinya hujan. Prediksi indeks AUSMI menunjukkan trend lemah artinya timuran lemah dan Baratan stabil yang menyebabkan masih berpeluangya pembentukan awan hujan. Dengan stabilnya angin Baratan di sebagian besar wilayah Indonesia dan banyaknya pertemuan angin dapat mendukung pembentukan awan hujan, serta perlu diwaspadai terhadap kejadian angin kencang (puting beliung) dan petir pada kondisi ini.

Gambar 4. Grafik indeks Monsun Australia harian yang dihitung dari data angin zonal arah barat-timur (komponen U) pada lapisan 850 mb (sumber: BMKG), dan normal streamline angin gradien

Maret (sumber: NOAA)

Gambar 5. Anomali angin zonal dan meridional Maret 2019 lapisan 850 mb

(sumber: ESRL NOAA)

Pola aliran massa udara komponen zonal (timur – barat) di hampir seluruh wilayah Indonesia dan khusus Jawa Timur selama Maret 2019 kondisinya terjadi anomali positif yang mengindikasikan adanya dominasi massa udara dari Barat. Untuk komponen meridional (Utara – Selatan) di sebagian besar Jawa Timur khususnya Banyuwangi tidak terjadi anomali atau netral yang artinya tidak adanya dominasi massa udara dari Selatan ataupun Utara. Kondisi tersebut juga turut berperan dalam variabilitas hujan di Jawa Timur selama Maret 2019.

Page 4: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

4

Suhu muka laut perairan Indonesia

Kondisi anomali suhu muka laut di perairan Indonesia pada Maret 2019 berkisar antara -1.0 hingga +1.0º C, namun mayoritas wilayah perairan relatif normal (tidak ada

anomali). termasuk perairan sekitar Jawa sehingga kondisinya sama dengan kondisi normalnya. Namun secara harian kondisi suhu muka laut cenderung hangat di sekitar perairan Jawa bagian Utara. Dengan suhu muka laut kisaran 28 – 31 °C di wilayah perairan Jawa, menunjukkan potensi penguapan cukup tinggi dalam pembentukan awan. Hangatnya suhu perairan menjadi salah satu faktor dalam membentuk hujan selama Maret 2019, ditambah faktor lainnya.

II. Gambar 6. Suhu Muka Laut Perairan Indonesia dan Anomalinya bulan Maret 2019 (sumber: NOAA)

Seruakan Dingin Asia (Cold Surge)

Analisis kejadian fenomena seruakan dingin (cold surge) dari Asia yang di identifikasikan dari nilai gradien atau perbedaan tekanan antara Gushi-Hongkong disajikan pada grafik di bawah ini. Aktifitas aliran massa udara dingin dari Asia ini bisa dilihat dari seberapa besar nilai indeksnya. Ketika nilai indeksnya ≥10 mb, dan suhu di Hongkong turun 5ºC maka massa udara dingin dari Asia berpeluang mempengaruhi kondisi cuaca di sekitar

wilayah Indonesia selatan ekuator dengan asumsi tidak adanya gangguan tropis di sekitar Laut Cina Selatan (LCS) yang cukup kuat menghambat proses cross equatorial flow. Hal ini dapat dilihat dari peta analisa garis arus angin / streamline.

Gambar 7. Grafik indeks seruakan dingin (Selisih Tekanan Udara Gushi–Hongkong) dan peta streamline

(Sumber data; Ogimet.com dan BMKG)

Indikasi kejadian seruakan dingin dengan indeks ≥10 mb terjadi pada awal dasarian

pertama, dan dasarian ketiga bulan Maret 2019. Di Hongkong terjadi penurunan suhu hingga

Page 5: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

5

5ºC. Dilihat dari peta arus angin terlihat angin dari Laut China Selatan masuk hingga ke Selatan Ekuator sehingga seruakan dingin Asia telah terjadi.

Kondisi ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap kondisi cuaca di Jawa. Apabila diasumsikan penjalaran massa udara dingin dari Asia membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari untuk sampai ke wilayah tengah Indonesia di selatan ekuator, maka efek dari seruakan dingin tersebut juga diasumsikan bisa dirasakan di wilayah Jawa Timur sekitar 2-3 hari berikutnya dari kejadian indeks ≥10 mb. Bahwa pada tanggal 13 dan 22 Maret 2019 curah hujan di Banyuwangi meningkat. Namun hal ini hanya salah satu faktor dari sekian banyak faktor lainnya dalam membentuk hujan di wilayah Jawa Timur.

Gangguan Tropis

Selama Maret 2019 terdapat 3 aktifitas siklon tropis di Selatan ekuator di wilayah Selatan Indonesia yaitu Siklon SAVANNAH pada 13-19 Maret 2019, Siklon TREVOR pada 17-23 Maret 2019 dan Siklon VERONICA pada 19-25 Maret 2019. Lokasi siklon yang cukup dekat dengan wilayah Indonesia menyebabkan banyaknya daerah pertemuan massa udara yang berdampak terhadap peningkatan kejadian hujan didaerah pertemuan massa udara tersebut. Adanya daerah tekanan rendah di Selatan Indonesia menyebabkan pola angin didominasi dari baratan yang bergerak menuju tekanan rendah yang menghasilkan belokan dan pertemuan massa udara di ekuator. Di wilayah Banyuwangi kejadian hujan secara umum dipengaruhi oleh menguatnya monsun baratan yang menyebabkan pertemuan massa udara, masih hangatnya suhu muka laut, dan aktifnya sirkulasi Madden Jullian Oscillation.

Gambar 8. Lintasan Siklon Tropis selama bulan Maret 2019 (sumber: MSS)

Kelembaban udara

Kelembaban udara relatif selama Maret 2019 di Jawa Timur umumnya basah dengan rata-rata kisaran 76 – 80%. Dari peta anomali terlihat merata di seluruh wilayah Jawa Timur dengan anomali positif 5 – 8 % dari rata-ratanya, dimana hal ini berkorelasi positif dengan kejadian hujan dan sebaran pertumbuhan awan selama Maret 2019 yaitu masih tingginya kejadian hujan di wilayah Jawa Timur khususnya Banyuwangi.

TC VERONICA

TC SAVANNAH TC TREVOR

Page 6: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

6

Gambar 9. Kelembaban Udara Relatif Maret 2019 dan Anomalinya pada level 850 mb

(Sumber: ESRL NOAA)

Aktivitas Cuaca

Selama bulan Maret 2019 sebagian besar wilayah Banyuwangi telah terjadi hujan dengan kategori Rendah, Menengah, Tinggi hingga Sangat Tinggi. Hujan kategori Rendah (0-100 mm/bulan) terjadi di Kebondalem. Hujan kategori Sangat Tinggi (>500 mm/bulan) terjadi di Bayulor, Songgon dan Kalibaru. Untuk Banyuwangi Kota hujan masuk kategori Menengah (100-300 mm/bulan) yaitu sebanyak 161.9 mm/ bulan. Pada Maret 2019 sebagian besar wilayah Banyuwangi masih berada pada masa musim hujan Sedangkan pada April 2019 sebagian wilayah Banyuwangi diprediksi akan memasuki masa peralihan Musim yaitu dari musim hujan menuju ke musim kemarau (Pancaroba) kecuali untuk Banyuwangi bagian Tengah dan Banyuwangi bagian Barat, masih berada musim hujan. Hal yang perlu diwaspadai saat peralihan musim (Pancaroba) yaitu terjadinya hujan lebat (skala lokal), petir dan terkadang disertai dengan angin kencang. Waspadai terjadinya banjir (akibat luapan sungai, genangan), pohon tumbang dan longsor (daerah dataran tinggi).

Kondisi hujan pada Maret 2019 ini jika dibandingkan dengan kondisi normal/ rata-rata bulan Maret secara spasial hujan yang terjadi di wilayah Banyuwangi dalam kondisi bervariasi dengan sifat hujan Bawah Normal, Normal dan Atas Normal. Sifat hujan Bawah Normal terjadi di Bajulmati, Banyuwangi Kota, Genteng, Glenmore, Kebun Dalem, Purwoharjo dan Blambangan. Untuk sifat hujan Atas Normal terjadi di Licin, Dadapan, Jambu, Alas Malang, Bayu Lor, Tegaldlimo, Kalibaru, Jambewangi dan Pesanggaran.

Kondisi cuaca untuk wilayah perairan selatan Banyuwangi pada Maret hingga April 2019 cuaca cenderung berawan dan hujan. Hal perlu diwaspadai adalah terjadinya gelombang tinggi serta tingginya kecepatan angin yang dapat mengakibatkan terjadinya bencana. Hal tersebut disebabkan karena daerah perairan selatan merupakan lautan lepas dan dampak dari tekanan udara rendah yang masih berpotensi terjadi di Bumi Belahan Selatan.

Page 7: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

7

B. Pantauan Kondisi Cuaca Bulan Maret 2019 di Kota Banyuwangi

Dari rentetan peta synoptic selama bulan Maret 2019 menunjukan bahwa wilayah Banyuwangi Kota masih berada pada masa Musim Hujan, hal tersebut di tandai oleh jumlah curah hujan ≥ 150 mm/ bulan. Angin pada umumnya bertiup dari arah yang bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah Timur Laut, dengan kecepatan 3 – 9 knots. Kondisi cuaca cerah, berawan, dan hujan dengan intensitas ringan (2-20 mm/hari), sedang (20-50 mm/hari). Angin maksimum terjadi pada 26 Maret 2019 yaitu dari arah Timur Laut dengan kecepatan maximum 16 knots. Jumlah Hujan di Kota Banyuwangi dalam satu bulan sebanyak 210.8 mm (Atas Normal). Suhu tertinggi 34.8 °C terjadi pada 01 Maret 2019, suhu terendah sebesar 22.6 ºC terjadi pada 14 Maret 2019.

Berikut adalah rekap data meteorologi yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Banyuwangi pada bulan M a r e t 2 0 1 9 , di mana pada tabel ini ditampilkan parameter hasil observasi yang merupakan hasil pengamatan di lapangan dan data normal/ rata- rata yang merupakan keadaan normal pada bulan yang bersangkutan.

Tabel 1. Rekap Data Meteorologi Stasiun Meteorologi Banyuwangi Maret 2019

NO PARAMETER HASIL OBSERVASI

MARET 2019 NORMAL MARET

(1981-2010)

1 Temperatur rata-rata 27.9 ⁰C 27.2 ⁰C

2 Temperatur maksimum 32.0 ⁰C 33.4 ⁰C

3 Temperatur minimum 24.5 ⁰C 22.2 ⁰C

4 Temp. maks. absolut 34.8 ⁰C 35.2 ⁰C

5 Temp. min. absolut 22.6 ⁰C 19.5 ⁰C

6 Tekanan udara rata-rata * 1010.0 mb 1008.8 mb

7 Kecepatan angin rata-rata 3.5 knots 2.5 knots

8 Arah angin terbanyak TimurLaut Selatan

9 Kelembaban rata-rata 79 % 80 %

10 Curah hujan 210.8 mm 176 mm

11 Jumlah hari hujan 20 hari hujan 17 hari hujan

Page 8: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

8

Page 9: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

9

Gambar 10. Grafik parameter cuaca dan mawar angin di kota Banyuwangi hasil observasi Maret 2019 (Sumber: BMKG)

Penguapan yang terjadi selama Maret 2019 mencapai 150.1 mm dengan rata-rata harian 4.8 mm, penguapan tertinggi 11.0 mm terjadi pada 08 Maret 2019.

Penyinaran matahari rata-rata Maret 2019 ada lah 56 %. Peny ina ran Ma taha r i te r t ingg i mencapai 100 % terjadi pada awal dasarian kedua dan akhir dasarian ketiga.

Tekanan udara (QFF) r a t a - r a t a 1 0 1 0 . 0 m b , tertinggi 1012.6 mb pada 15 Maret 2019 dan terendah 1007.9 mb pada 21 Maret 2019.

Rata-rata kelembaban udara relative (RH) Maret 2019 adalah 7 9 % dengan RH tertinggi 90% pada 15 Maret 2019, dan RH terendah 62% pada 30 Maret 2019.

Dari gambar mawar angin (windrose) terlihat arah angin bervariasi. Angin dominan bertiup dari arah TimurLaut, kecepatan angin 3 - 8 knots sebesar 54.6 %. Kecepatan angin tertinggi 16 knots dari arah TimurLaut.

C. Evaluasi Kondisi Cuaca Bandara Banyuwangi.

Bandar Udara Banyuwangi (IATA: BWX, ICAO: WADY) terletak di Desa

Blimbingsari, Kec. Blimbingsari, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur pada

koordinat 8°18′38.16″ LS 114°20′24.64″ BT dengan elevasi 25.66 meter (84.19 feet). Bandara dengan landas pacu saat ini 2.250 meter tersebut dibuka pada 29 April 2010. Hingga Maret 2019 terdapat tiga maskapai penerbangan komersial yaitu Garuda Indonesia, Wings Air, NAM Air (Sriwijaya Group) dan yang terbaru adalah Citilink (Garuda Indonesia Group). Selain itu juga terdapat 3 sekolah penerbangan yaitu Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Banyuwangi (BP3B), Bali International Flight Academy (BIFA), dan Nusa Flying.

Kondisi parameter cuaca selama Maret 2019 di Bandara Banyuwangi dari data hasil

pengamatan BMKG pos meteorologi penerbangan bandara Banyuwangi dengan durasi

pengamatan 24 jam (00.00 – 23.00 UTC) adalah sebagai berikut :

Wilayah Bandara Banyuwangi pada bulan Maret 2019 normalnya berada pada masa musim

hujan. Pada Maret 2019 di Bandara Banyuwangi jumlah hujan 302.2 mm/ bulan dan masih

masuk musim hujan.

Curah hujan tertinggi yang terjadi pada Maret 2019 sebesar 23.2 mm pada tanggal 03

Maret 2019. Kelembaban udara relatif rata-rata 85 %. RH tertinggi 96 % tanggal 15 Maret

Page 10: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

10

2019, terendah 69 % tanggal 30 Ma re t 2019. Tekanan udara (QNH) rata-rata 1010.9 mb,

tertinggi 1013.6 mb dan terendah 1008.7 mb. Suhu rata–rata 27.2 °C dengan suhu

maksimum absolut 32.8 °C terjadi pada 01 Maret 2019, suhu minimum absolut 21.2 °C pada

08 Maret 2019. Arah angin bervariasi, kecepatan angin 2 – 16 knots. Angin dominan bertiup

dari arah Barat. Mayoritas kecepatan angin mencapai 55.2 % berkisar antara 3 – 8 knots.

Kecepatan angin tertinggi 16 knots, terjadi pada 08 Maret 2019 dari arah BaratDaya.

Gambar 11. Grafik parameter cuaca hasil observasi Maret 2019 di

Banyuwangi Airport (Sumber: BMKG)

Page 11: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

11

D. Evaluasi Kondisi Cuaca Penyeberangan Selat Bali Berdasarkan pantauan data AWS maritim di pelabuhan penyeberangan Ketapang

Banyuwangi, menunjukkan selama bulan Maret 2019 angin dominan dari arah Timurlaut dengan kecepatan angin bervariasi 0 – 21 knots. Suhu berkisar antara 22.3 – 31.0 °C, Kelembaban Udara Relatif 61.1 – 100 %, dan tekanan udara berkisar 1004.7 – 1013.5 mb. Kondisi cuaca dominan Berawan - Hujan Ringan. Berikut grafik parameter cuaca selat Bali :

Gambar 12. Grafik Parameter Cuaca Penyeberangan Selat Bali (Sumber : AWS BMKG)

Page 12: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

12

E. Analisa Hujan Maret 2019 daerah Banyuwangi Berdasarkan data curah hujan bulan Maret 2019 dari stasiun BMKG dan pos-pos hujan

kerjasama di Banyuwangi dapat disajikan evaluasinya sebagai berikut :

Jumlah Curah hujan tertinggi 637 mm/bulan terjadi di Bayulor (22 hari hujan) dengan sifat hujan Atas Normal. Sementara curah hujan terendah 95 mm/bulan dengan 9 hari hujan terjadi di Kebodalem.

Gambar 13. Peta Distribusi Curah Hujan Maret 2019

dan Sifat Hujan Maret 2019 di Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial mayoritas wilayah Banyuwangi pada Maret 2019 masih terjadi hujan dengan kategori curah hujan yang bervariasi yaitu Rendah, Menengah, Tinggi hingga Sangat Tinggi. Kondisi hujan yang terjadi di wilayah Banyuwangi pada Maret 2019 bersifat di Atas Normal, Normal dan Bawah Normal. Curah hujan Atas Normal terjadi di Licin, Dadapan, Jambu, Alas Malang, Bayu Lor, Banyuwangi Kota, Tegaldlimo, Kalibaru, Jambewangi dan Pesanggaran. Sedangkan curah hujan Bawah Normal terjadi di Bajulmati, Genteng, Glenmore, Kebun Dalem, Purwoharjo dan Blambangan.

Page 13: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

13

F. Monitoring Hari tanpa Hujan Berturut-turut

Gambar 14. Peta Monitoring Hari Tanpa Hujan berturut-turut Maret 2019 di Banyuwangi

(Sumber: BMKG Banyuwangi)

Dari peta terlihat bahwa secara spasial sebagian besar wilayah Banyuwangi pada Maret 2019 masih sering terjadi hujan. Bila dibandingkan dengan Februari 2019 keseringan hujan yang terjadi mulai berkurang kecuali untuk wilayah Banyuwangi bagian Tengah dan bagian Barat yang saat ini masih berada pada musim hujan. Berdasarkan hasil monitoring hari tanpa hujan pada Maret 2019 wilayah Banyuwangi masuk dalam klasifikasi sangat pendek hingga pendek. Jumlah hujannya pun bervariasi dari kategori rendah, menengah, tinggi hingga sangat tinggi. Curah hujan terendah (0-100 mm/ bulan) pada Maret 2019 terjadi di Kebon Dalem. Sedangkan curah hujan kategori sangat tinggi (>500 mm/ bulan) terjadi di Songgon dan Kalibaru. Untuk bulan April 2019 dapat disimpulkan bahwa potensi terjadinya kekeringan Ekstrim di wilayah Banyuwangi sangat rendah. Terkait dengan tingkat ketersediaan air tanah untuk April 2019 di wilayah Banyuwangi masih dalam kondisi Cukup.

Page 14: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

14

III. PROSPEK CUACA BULAN APRIL 2019

A. Prediksi Dinamika Atmosfer April 2019

Monitoring perkembangan ENSO dari BMKG menunjukkan bahwa periode El Nino

Lemah akan berlangsung pada April 2019 dan diprediksi hingga Agustus 2019, sehingga tidak ada suplai massa udara dari Samudera Pasifik ke wilayah Indonesia. Sementara itu Dipole Mode Indeks (DMI) yang terpantau Netral pada Maret 2019, diprediksi akan tetap netral hingga Agustus 2019, mengindikasikan tidak adanya penambahan massa uap air dari Samudera Hindia menuju wilayah Indonesia bagian Barat maupun sebaliknya.

Suhu muka laut (Sea Surface Temperature/ SST) perairan Indonesia dan sekitarnya pada April 2019 diprediksi sebagian besar dalam kondisi normal atau tidak ada anomali. Namun suhu muka laut negatif (mendingin) diprediksi di wilayah perairan Nusa Tenggara hingga selatan Papua sedangkan suhu muka laut positif (menghangat) diprediksi di wilayah perairan Laut Cina Selatan hingga selat Karimata. Suhu muka laut wilayah Samudera Hindia dan Nino 3.4 Samudera Pasifik Tengah pada kondisi normal. Pola kondisi El Nino akan masih berlangsung pada April hingga Agustus 2019.

Madden Jullian Oscillation pada bulan Maret 2019 sempat aktif di Benua Maritim Indonesia (BMI), dan diprediksi tidak aktif pada April 2019. Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR pada April 2019 wilayah Jawa, Nusa Tenggara, dan Papua cenderung terjadi pertumbuhan awan konvektif.

Pada skala regional secara normal pola tekanan udara rendah selama bulan April 2019 sering muncul di Belahan Bumi Selatan (BBS). Seiring pergerakan semu matahari memasuki bulan April 2019 potensi terjadinya gangguan tropis di BBS akan masih sering terjadi yang membuat monsun baratan stabil dan akan berdampak terhadap kejadian hujan di berbagai wilayah.

Melihat perkembangan dinamika atmosfer dan dampaknya terhadap kondisi cuaca iklim di Jawa Timur dan Banyuwangi khususnya, dapat disimpulkan bahwa wilayah Banyuwangi pada bulan April 2019 berada pada musim peralihan. Tetap perlu kewaspadaan menghadapi potensi terjadinya cuaca ekstrim khususnya pada musim peralihan, terutama hujan lebat disertai angin kencang (puting beliung) dan petir. Untuk prakiraan curah hujan bulanan, sebagai dampak pola monsun baratan yang stabil maka diprediksi akumulasi curah hujan bulan April 2019 sebagian wilayah diprediksi curah hujannya berada pada kondisi normalnya, sebagian diatas normalnya dan sebagian wilayah lainnya berada dibawah kondisi rata-rata / normalnya.

Page 15: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

15

Gambar 15. Prediksi ENSO dan anomali Suhu Permukaan Laut (Sumber : BMKG, NMME)

Page 16: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

16

B. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Banyuwangi Bulan April 2019 Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan pantauan kondisi fisis dan dinamis atmosfer

di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya serta kondisi lokal masing-masing wilayah terutama topografi daerah Jawa Timur, maka curah hujan daerah Banyuwangi untuk bulan April 2019 diprakirakan sebagai berikut :

Curah Hujan wilayah Banyuwangi berkisar 100 mm hingga 300 mm

Sifat Hujan wilayah Banyuwangi dominan Normal

Gambar 16. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan April 2019 (Sumber : BMKG Staklim Malang)

Page 17: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

17

C. Prakiraan Potensi Banjir April 2019 Berikut adalah peta prakiraan potensi Banjir bulan April 2019. Dari peta terlihat wilayah

di Banyuwangi potensi banjir diprediksi masuk kategori Aman. Memasuki bulan April 2019 wilayah Banyuwangi dominan berada pada periode peralihan musim.

Gambar 17. Prakiraan Daerah Potensi Banjir April 2019 (Sumber:BMKG)

IV. INFORMASI TERBIT-TERBENAM MATAHARI APRIL 2019

Berikut adalah data terbit terbenamnya matahari, selama bulan April 2019 di wilayah Kota Banyuwangi :

Page 18: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

18

V. KEJADIAN GEMPABUMI DIRASAKAN SIGNIFIKAN DI WILAYAH BANYUWANGI

Gambar 18. Kejadian Gempabumi yang signifikan di Banyuwangi (Sumber:BMKG)

Kejadian Gempa Bumi yang signifikan yang dirasakan sampai di wilayah Banyuwangi selama Maret 2019, tidak ada kejadian gempa bumi yang signifikan/ NIHIL.

VI. KEJADIAN CUACA EKSTRIM MARET 2019

Cuaca / Iklim Ekstrim adalah suatu kondisi meteorologi yang menyimpang dari nilai rata-ratanya atau menyimpang terhadap nilai batas ambang meteorologi di wilayah tersebut. Dampak pemanasan global yang berlanjut pada perubahan iklim di yakini sebagai salah satu pemicu munculnya cuaca/ iklim ekstrim baik dari tingkat keseringan, cakupan luas wilayah maupun nilainya, dimana cuaca/iklim ekstrim tersebut berpotensi menimbulkan bencana dan kerugian bahkan korban jiwa.

Tabel 2. Cuaca/ Iklim Ekstrim Bulan Maret 2019 Banyuwangi

KRITERIA KETERANGAN

Angin dengan kecepatan > 45 Km/jam -

Suhu udara > 35˚ C -

Suhu udara < 15˚ C -

Kelembaban udara < 30 % -

Curah Hujan >100 mm / hari terjadi di Karang Tambak 06 Maret 2019

Tanah Longsor -

Banjir Bandang -

Waterspout -

Page 19: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

19

DAFTAR ISTILAH INFORMASI CUACA, IKLIM DAN GEMPABUMI

ENSO adalah singkatan dari El-Nino Southern Oscillation. Secara umum para ahli membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan ENSO dingin (La-Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai kondisi normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah NINO di Samudera Pasifik dekat ekuator bagian tengah dan timur. Pada saat fenomena El Nino berlangsung, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia cenderung kering, sehingga potensi kondisi curah hujannya berkurang atau lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata normalnya. Kondisi sebaliknya terjadi ketika fenomena La Nina berlangsung, dimana atmosfer wilayah Indonesia umumnya akan cenderung basah, sehingga bisa berpotensi menyebabkan intensitas curah hujan yang lebih banyak dibanding rata-rata normalnya.

Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia yang

dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut tersebut selanjutnya dikenal sebagai Dipole Mode Indeks (DMI), dimana DMI positif berdampak berkurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, DMI negatif berdampak meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

Asian Cold Surge atau seruakan dingin Asia digunakan untuk menggambarkan

penjalaran massa udara dari Asia akibat adanya tekanan tinggi di daerah tersebut dan menjalar ke arah selatan menuju ekuator dengan membawa massa udara dingin. Indeks yang digunakan untuk identifikasi aktivitas cold surge adalah dengan menghitung indeks monsun yaitu selisih nilai tekanan antara Titik 115° BT/ 30° LU (didekati dengan data dari stasiun Wuhan di daratan China) dengan tekanan di Hongkong (116° BT/ 22° LU). Threshold value yang digunakan untuk indeks monsun dari gradient tekanan adalah ≥10 mb sebagai indikator adanya cold surge.

MJO singkatan dari Madden Jullian Oscillation adalah suatu istilah yang digunakan untuk

menggambarkan fluktuasi antar musiman yang terjadi di sekitar wilayah tropis. Keberadaan MJO ditandai dengan adanya penjalaran pada arah timuran di wilayah tropis dimana terjadinya penambahan intensitas curah hujan pada daerah tersebut, terutama di atas Samudera Hindia dan Pasifik. Anomali curah hujan seringkali merupakan indikator pertama dalam mengindikasikan kejadian MJO, dimana pada mulanya intensitas curah hujan tinggi terjadi di Samudera Hindia dan kemudian menjalar ke arah timur melewati wilayah Indonesia menuju Samudera Pasifik barat dan tengah panjang siklus MJO diperkirakan sekitar 30-60 harian. Penemu dari fenomena MJO ini adalah Madden dan Jullian.

OLR singkatan dari Outgoing Longwave Radiation adalah istilah yang digunakan untuk

menyatakan intensitas atau banyaknya radiasi gelombang panjang dari bumi ke atmosfer. Anomali OLR yang bernilai negatif menunjukkan jumlah radiasi yang terukur di atmosfer sangat sedikit karena terhalang oleh intensitas perawanan yang cukup tinggi di atmosfer. Sedangkan anomali OLR positif menunjukkan jumlah radiasi dari bumi yang cukup banyak karena tidak terhalang oleh kondisi perawanan di atmosfer. Satuan OLR adalah weber/m-2.

Monsun adalah sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah secara periodik setiap

setengah tahun sekali. Sirkulasi angin Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan udara tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.

Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (ITCZ/ Inter Tropical Convergence Zone)

merupakan daerah tekanan udara rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi semu matahari ke arah utara dan selatan

Page 20: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

20

khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan.

Curah Hujan (mm) adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam penakar hujan

pada tempat yang datar, tidak menyerap, tidak meresap dan tidak mengalir. Unsur hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air hujan setinggi satu milimeter atau tertampung air hujan sebanyak satu liter.

Zona Musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan

yang jelas antara periode musim kemarau dan periode musim hujan. Wilayah ZOM tidak selalu sama dengan luas daerah administrasi pemerintahan. Dengan demikian satu kabupaten/ kota dapat saja terdiri dari beberapa ZOM dan sebaliknya satu ZOM dapat terdiri dari beberapa kabupaten.

Dasarian adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari. Dalam satu bulan dibagi

menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu : a. Dasarian I : tanggal 1 sampai dengan 10 b. Dasarian II : tanggal 11 sampai dengan 20 c. Dasarian III : tanggal 21 sampai dengan akhir bulan

Sifat Hujan adalah perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang

ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1971 - 2000). Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu :

a. Atas Normal (AN), jika nilai curah hujan lebih dari 115% terhadap rata-ratanya b. Normal (N), jika nilai curah hujan antara 85% - 115% terhadap rata-ratanya c. Bawah Normal (BN), jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-

ratanya Gempa adalah getaran bumi yang terjadi sebagai akibat penjalaran gelombang

seimik/gempa yang terpancar dari sumbernya/sumber energi elastik

Gempa Tektonik adalah gempabumi yang disebabkan oleh adanya pergeseran atau pergerakan lempeng bumi.

Magnitude adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya kekuatan

gempa di sumbernya. Ada beberapa jenis magnitude, yaitu: magnitude lokal (ML), magnitude gelombang permukaan (Ms), magnitude gelombang badan (mb), magnitude momen (Mw), magnitude durasi (Md).

Intensitas gempa adalah besaran yang dipakai untuk mengukur suatu gempa

berdasarkan tingkat kerusakan dan reaksi manusia yang disebabkan oleh gempa tersebut.

Skala Richter Suatu ukuran obyektif kekuatan gempa dikaitkan dengan magnitudenya, dikemukan oleh Richter (1930).

Skala MMI (Modified Mercally Intensity) adalah suatu ukuran subyektif kekuatan gempa

dikaitkan dengan intensitasnya.

Page 21: Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumt Edisi Mei 2016 APR 2019.pdfKondisi cuaca di Indonesia termasuk Banyuwangi dikendalikan / dipengaruhi oleh fenomena-fenomena dinamika atmosfer

Buletin Informasi Cuaca Iklim dan Gempabumi Edisi April 2019

21

Tabel Skala Intensitas Gempabumi BMKG dalam MMI

---ABCD : Act Beyond your Common Duties---