SURAT KEPUTUSAN
PEDOMAN KESELAMATAN KERJA, KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA DAN
PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI RSUD SYEKH YUSUF
KABUPATEN GOWABAB I
PENDAHULUAN
A. UmumKeselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat besar
peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas tenaga kerja
terutama mencegah korban manusia dan segala kerugian sebagai akibat
kecelakaan. K3 sangat penting untuk mewujudkan kualitas hidup
masyarakat maju sesuai dengan tuntutan global. Dengan menerapkan
prinsip-prinsip K3 secara tepat, masyarakat akan mampu mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, menghindari adanya korban juga.
Program K3 di rumah sakit dilaksanakan untuk melindungi pegawai,
pasien maupun masyarakat lainnya dari kemungkinan terjadinya
kecelakaan baik di dalam maupun di luar rumah sakit. Di samping
itu, juga untuk menjaga agar peralatan dan bahan yang dipergunakan
selama proses pelayanan kesehatan dapat dipakai dan dimanfaatkan
secara benar, efisien, dan produktif.
B. Maksud dan Tujuan1. Maksud
Memberikan petunjuk kepada pegawai RSUD Syekh Yusuf khususnya
pegawai yang rawan terhadap ancaman kesehatan dan keselamatan kerja
agar dalam melaksanakan tugasnya didapat suatu dasar, satu
pengertian dan tata cara pelaksanaan yang memadai
2. Tujuan
1. Sebagai pedoman bagi pegawai RSUD Syekh Yusuf guna menyikapi,
melaksanakan, dan menindak lanjuti fungsi dari keselamatan dan
kesehatan kerja.
2. Menciptakan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja di RSUD
Syekh Yusuf.C. PengertianKeselamatan dan Kesehatan Kerja adalah
keselamatan yang berhubungan dengan peralatan, baik berupa
peralatan kesehatan maupun non kesehatan yang dipergunakan oleh
pegawai, penderita maupun pengunjung di rumah sakit.
BAB II
PENGORGANISASIAN K3 RS. ........I. STRUKTUR ORGANISASI
II. SUSUNAN KEPANITIAANA. Tenaga Staf Panitia K3RS
NAMAJABATAN
Ketua
Wakil Ketua
Sekertaris
Penanggung Jawab Kesehatan Kerja
Penanggung Jawab Kewaspadaan Bencana
Penanggung Jawab Penanggulangan Kebakaran
Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan Kerja
B. Tenaga Pendukung Panitia K3RS
1. General Manager = 3 orang2. Kepala Bagian = 7 orang3. Kepala
Ruangan = 10 orang4. Kepala Instalasi = 4 OrangIII. URAIAN TUGASI.
Ketua Panitia K3RS
NAMA JABATAN :Ketua Panitia K3RS
TUGAS POKOK :Mengawasi pelaksanaan kegiatan K3 di RS.
........
WEWENANG :1. Menyusun program kerja PK3RS.2. Memberikan usulan
kepada Direktur RS. ........ tentang perbaikan masalah K3.
URAIAN TUGAS :1. Menentukan langkah, kebijakan demi tercapainya
pelaksanaan program Panitia K3 RS..........
2. Memimpin semua rapat pleno Panitia K3 RS. ........ atau
menunjuk anggota untuk memimpin rapat pleno.
3. Melakukan rapat dan evaluasi program Keselamatan dan
Kesehatan Kerja RS. .........
PERSYARATAN : JABATANMinimal dokter umum yang memiliki
sertifikat K3.
TANGGUNG : JAWABBertanggung jawab kepada Direktur RS.
.........
II. Wakil Ketua Panitia K3RS
NAMA JABATAN :Wakil Ketua Panitia K3RS
TUGAS POKOK :Membantu ketua dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan
K3 di RS. .........
WEWENANG :Membantu ketua dalam menyusun program kerja Panitia K3
RS. .........
URAIAN TUGAS :Menggantikan ketua dalam memimpin semua rapat
panitia K3 RS......... jika ketua berhalangan hadir.
PERSYARATAN : JABATANMinimal pendidikan S1 dari segala
jurusan.
TANGGUNG : JAWABBertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RS.
.........
III. Sekretaris Panitia K3RS
NAMA JABATAN :Sekretaris Panitia K3RS.
TUGAS POKOK :Melakukan pencatatan dan pengumpulan dokumen yang
berkaitan dengan K3 di RS. .........
WEWENANG :Membantu Ketua dalam menyusun program kerja Panitia
K3RS.
URAIAN TUGAS :1. Mencatat notulen rapat rutin.2. Mengumpulkan
dokumen yang berkaitan dengan K3RS.
PERSYARATAN : JABATANPendidikan minimal SLTA dari segala
jurusan.
TANGGUNG : JAWABBertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RS.
.........
IV. Penanggung Jawab Penanggulangan Kebakaran
NAMA JABATAN :Penanggung Jawab Penanggulangan Kebakaran
TUGAS POKOK :Membantu ketua dalam melaksanakan kegaitan K3 di
RS......... khususnya di bidang pencegahan dan penanggulangan
kebakaran.
WEWENANG :Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program
penanggulangan kebakaran di RS. .........
URAIAN TUGAS :1. Melaksanakan program pencegahan dan
penanggulangan kebakaran.
2. Melakukan identifikasi risiko bahaya kebakaran di lingkungan
RS. .........
3. Melakukan pengecekan sarana dan prasarana yang menunjang
pencegahan dan penanggulangan kebakaran.
PERSYARATAN : JABATANMinimal pengalaman di bidang Maintenance
selama 1 tahun.
TANGGUNG : JAWABBertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RS.
.........
V. Penanggung Jawab Kewaspadaan Bencana
NAMA JABATAN :Penanggung Jawab Kewapadaan Bencana
TUGAS POKOK :Membantu ketua dalam melaksanakan kegiatan K3 di
RS. ........ khususnya di bidang kewaspadaan bencana.
WEWENANG :Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program
kewaspadaan bencana di RS. .........
URAIAN TUGAS :Melaksanakan program kewaspadaan bencana.
PERSYARATAN : JABATANMinimal D3 Keperawatan yang bertugas di
UGD.
TANGGUNG : JAWABBertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RS.
.........
VI. Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan Kerja
NAMA JABATAN :Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan Kerja
TUGAS POKOK :Membantu ketua dalam melaksanakan kegiatan K3 di
RS. ........ khususnya di bidang kesehatan lingkungan kerja.
WEWENANG :Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program kesehatan
lingkungan kerja di RS. .........
URAIAN TUGAS :Melaksanakan program kesehatan lingkungan
kerja.
PERSYARATAN : JABATANMinimal D3 Keperawatan.
TANGGUNG : JAWABBertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RS.
.........
VII. Penanggung Jawab Kesehatan Kerja
NAMA JABATAN :Penanggung Jawab Kesehatan Kerja.
TUGAS POKOK :Membantu ketua dalam melaksanakan kegiatan K3 di
RS. ........ khususnya di bidang kesehatan kerja.
WEWENANG :Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program kesehatan
kerja di RS. .........
URAIAN TUGAS :Melaksanakan program kesehatan kerja.
PERSYARATAN : JABATANMinimal D3 Keperawatan.
TANGGUNG : JAWABBertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RS.
.........
VIII. Tenaga Pendukung Panitia K3RS
NAMA JABATAN :Tenaga Pendukung Panitia K3RS.
TUGAS POKOK :Membantu panitia K3RS dalam memobilisasi kegiatan
K3 di RS. .........
WEWENANG :Bertanggung jawab melaksanakan mobilisasi kegiatan K3
di RS. .........
URAIAN TUGAS :Mobilisasi pegawai dalam penanggulangan bencana di
RS.........
PERSYARATAN : JABATAN1. Kepala Bagian2. Kepala Instalasi
3. Kepala Ruangan
TANGGUNG : JAWABBertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RS.
.........
BAB III
IMPLEMENTASI K3 DI RS. ........I. PENANGGULANGAN KEBAKARAN RS.
........A. Pengertian
Keadaan Darurat: Keadaan darurat disini adalah setiap kejadian
yang dapat menimbukan gangguan terhadap kelancaran operasi /
kegiatan di lingkungan lingkungan Rumah Sakit ........ yang
meliputi kejadian kebakaran, peledakan, kecelakaan, gangguan
tenaga, gangguan keamanan dan bencana alam.
Kebakaran: Adalah suatu peristiwa terbakarnya peralatan, unit
kerja atau instalasi disebabkan api sebagai akibat reaksi kimia
(reaksi oksidasi) yang bersifat eksotermis dan diikuti oleh
pengeluaran cahaya, panas, serta dapat menghasilkan nyala api dan
bara.
Kebakaran Kecil: Adalah kebakaran yang dapat ditanggulangi oleh
karyawan setempat baik secara perorangan, kelompok maupun
bersama-sama dengan Tim Penanggulangan kebakaran lingkungan Rumah
Sakit ........ dengan menggunakan alat pemadam api yang tersedia
ditempat tersebut.Kebakaran Besar: Adalah kebakaran yang tidak
dapat ditanggulangi oleh karyawan dan peralatan seperti tersebut
diatas (kebakaran kecil), tetapi memerlukan pengerahan seluruh
karyawan yang terlibat dalam organisasi penanggulangan keadaan
darurat.
Penanggulangan Kebakaran: Adalah suatu usaha mengatasi kejadian
kebakaran, termasuk melokalisir/mencegah kemungkinan meluasnya
kebakaran, mengevakuasi pasien / karyawan serta usaha penyelamatan
jiwa dan harta benda.
Gangguan Tenaga: Adalah suatu gangguan teknis yang dapat
menghambat/ mengakibatkan terhentinya penyaluran tenaga seperti
listrik, air dan sebagainya yang dapat menimbulkan bahaya.
Gangguan Keamanan: Adalah suatu kejadian non teknis yang
mengganggu keamanan dan menjurus kepada pengrusakan seperti
huru-hara, demonstrasi liar dan sebagainya yang dapat menimbulkan
bahaya.Bencana Alam: Adalah suatu kejadian yang disebabkan oleh
faktor alam seperti gempa bumi, angin topan, banjir dan sebagainya
yang dapat menimbulkan bahaya.
Lantai Rawat: Adalah lantai / ruangan yang dipergunakan sebagai
tempat pasien rawat tinggal.
Lantai Non Rawat: Adalah lantai / ruangan yang tidak
dipergunakan untuk rawat inap.Lantai Z: Adalah lantai tempat
terjadinya kebakaran
Daerah Rawan Bakar Tinggi: Adalah unit kerja yang memenuhi
kriteria rawan terhadap terjadinya risiko kebakaran, baik karena
penyalaan sendiri maupun akibat kelalaian petugas. B. Prosedur
Penanggulangan
Langkah-langkah:1. Kebakaran Kecil.Apabila terjadi kebakaran di
area gedung, petugas yang pertama kali menemukan kebakaran segera
memadamkan api dengan alat pemadam api yang tersedia atau dengan
karung/kain basah yang ada sambil meminta pertolongan ke petugas
yang ada.
Bila usaha pemadaman dini tidak bisa dilakukan, segera hubungi
petugas jaga/piket (jaga ksatrian). Setelah mendapat laporan
berlaku prosedur pemadaman kebakaran tingkat II / sedang.
2. Kebakaran Besar.2.1 Pengawas Bagian Keamanan.
2.1.1. Tim Pemadam.
Mengetahui apakah api bisa dipadamkan dengan tabung APAR atau
Hydrant.
Mengetahui dengan pasti letak alat pemadam kebakaran.
Mengambil alih dan membawa alat pemadam kebakaran ketempat
kejadian. Berusaha memadamkan api dengan Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) dan Hydrant, Hydrant dipergunakan setelah listrik
dipadamkan. Melokalisir area kebakaran dengan manyingkirkan
barang-barang yang mudah terbakar, menutup jendela-jendela dan
pintu agar api tidak menjalar ke area lain.
Cegah / melarang orang-orang yang bukan petugas Keselamatan
Kebakaran mendekati lokasi api hanya untuk menyelamatkan
barang-barangnya.
Bila tidak mampu menguasai api, keluar dari lokasi api dengan
cepat, segera menghubungi Pos Jaga / Piket.
Melaporkan tindakan dan hasilnya kepada Kepala Jaga.
2.1.2. Tim Evakuasi.
Memerintahkan semua karyawan agar segera keluar gedung dengan
tertib.
Memimpin pelaksanaan Evakuasi.
Usahakan orang-orang keluar dengan cepat (jalan lari).
Perintahkan wanita-wanita untuk melepas sepatu hak
tingginya.
Pimpin evakuasi dan berkumpul dilokasi masing-masing yang telah
ditentukan.
Segera dievaluasi jumlah mereka, bersama-sama dengan Kepala
pelaksana Keselamatan Kebakaran Lantai. Jaga ketat jangan sampai
ada yang berusaha masuk ke gedung atau meninggalkan kelompok,
sebelum ada instruksi lebih lanjut.2.1.3.Tim Penyelamat:
-Sebelum pelaksanaan evakuasi orang-orang cacat, wanita-wanita
hamil, orang-orang berpenyakit langsung segera dibantu untuk keluar
gedung.
-Jika terjadi pakaian seseorang terbakar maka Fire Blanket harus
diselimutkan pada nyala api tersebut dan memerintahkan orang
tersebut untuk berguling-guling dalam blanket diatas lantai agar
api cepat padam.
-Jika P3K gagal, segera hubungi Rumah Sakit terdekat
/ambulance/dokter.
-Menghitung jumlah karyawan dan melaporkan kepada kepala
Pelaksana Keselamatan Kebakaran.2.1.4. Tim Pengaman:
-Mengamankan area kebakaran agar jangan dimasuki orang-orang
yang tidak bertanggung jawab.
-Mengamankan lokasi penampungan korban.
-Mengamankan lokasi penempatan penyelamatan dokumen.
-dan barang berharga, brangkas, dan lain-lain.
-Menangkap orang yang mencurigakan, dibawa ke pos jaga/piket
diinterview kemudian diserahkan ke Polisi.
-Mengatur kelancaran ambulance dan mobil unit kebakaran yang
datang memberi pertolongan.2.1.5.Petugas Pintu Depan:
-Menutup pintu masuk dan melarang kendaraan masuk
-Menuntun/menyediakan jalur untuk unit mobil Pemadam Kebakaran
dan Aparat Keamanan.
-Melarang orang-orang yang tidak berkentingan memasuki area dan
mengeluarkan kendaraan yang akan keluar.
-Memberitahu petugas Dinas Pemadam Kebakaran tentang lokasi
terjadinya kebakaran dan jalan yang terdekat menuju lokasi
tersebut.II. KEWAPADAAN BENCANA DI RS. ........A. PENGERTIAN
Bencana adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian
harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana
umum, serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan
penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan
pertolongan dan bantuan secara khusus. Guna untuk kepentingan
kelancaran penanganan dan kesamaan istilah dengan Badan Koordinasi
Nasional Penanggulangan Bencana, maka korban bencana dikelompokkan
dalam :
Bencana Tk. I: Korban diatas 300 0rang
Bencana Tk. II: Korban 100 200 orang
Bencana Tk. III: Korban 50 99 orang
Bencana Tk. IV: Korban 30 40 orang.
B. TATA CARA KERJA PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN)
Untuk menjalin kerja sama yang baik sehingga berdaya guna dan
berhasil guna maka diaturlah tata kerja (Disaster Plan) sebagai
berikut :
1.Tempat masuknya informasi
Tempat informasi pertama tentang terjadinya bencana sudah
disiapkan sarana komunikasi berupa pesawat telepon langsung masuk
UGD dari luar dengan nomor (0264 219168). Penerima berita pertama
lewat operator adalah dokter Triase yang bertugas, dan harus
mengambil langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menginformasikan dan mencatat laporan tersebut sejelas
mungkin mengenai:
1) Kapan.
2) Dimana.
3) Perkiraan jumlah korban.4) Macam bencana (gunung berapi,
tanah longsor, banjir, kebakaran, kecelakaan lalu lintas dll).5)
Situasi terkini.
6) Mencatat identitas pelapor.
7) dll yang dapat memperjelas situasi.
b. Melaporkan langsung kepada Kepala UGD dan menantikan
instruksi lebih lanjut.
c. Menghubungi semua anggota Tim Penanggurulangan Bencana Rumah
Sakit .........
d. Mempersiapkan peralatan dan obat-obatan yang mungkin
diperlukan dalam rangka evaluasi dan penanganan bencana di
lapangan.2.Mobilisasi tenaga dan sarana
Pemanfaatan secara maksimal semua tenaga, sarana dan prasarana
yang ada di Instalasi Gawat Darurat untuk penanggulangan bencana
supaya mendapatkan hasil yang optimal.
a. Dokter yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat dan paling
senior harus bertindak sebagai Triage Offiser dengan tugas-tugas
:
1) Melaporkan secara vertikal kepada Kepala Unit Gawat Darurat
dan juga Direktur Rumah Sakit tentang terjadinya bencana.2)
Mengkoordinasikan semua tenaga yang sedang bertugas di UGD untuk
penanggulangan bencana.
3) Memanfaatkan semua sarana dan prasarana yang ada di UGD
secara optimal.
4) Memobilisasi semua tenaga yang ada di UGD, jika dirasakan
tenaga yang sedang bertugas kurang memadai.
5) Meminta dan merencanakan semua sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam penanggulangan bencana.
6) Semua tugas harus segera dikerjakan sampai ada pengambil
alihan tugas oleh yang lebih berwenang. (Tim Penanggulangan Bencana
Rumah Sakit).
b. Petugas paramedis berkewajiban membantu pelaksanaan
penanganan pasien bencana, dengan mempersiapkan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan seperti :
1) Mempersiapkan peralatan medis bencana yang telah tersedia
sehingga dapat dipergunakan sewaktu-waktu dengan cepat.
2) Mempersiapkan tempat dan ruangan untuk pasien bencana.
c. Petugas Instalasi Farmasi mempersiapkan dan merencakanan obat
obatan yang dibutuhkan dengan :
1) Mempersiapkan obat-obatan yang telah tersedia untuk
penanggulangan bencana sehingga siap digunakan.
2) Merencanakan dan meminta obat-obatan tambahan sehingga siap
digunakan.
3) Selalu berhubungan dengan Triage Offiser untuk mengetahui
perkembangan yang baru dan lebih lanjut.
d. Petugas lain yang ada di UGD
Berkewajiban membantu pelaksanaan penanggulangan bencana sesuai
dengan bidang masing-masing seperti :
1) Pekarya, petugas urusan rumah tangga membantu mempersiapkan
peralatan nonmedis yang diperlukan.
2) Petugas gizi mempersiapkan konsumsi petugas dan pasien.
3) Petugas Rekam Medik mempersiapkan dan melakukan pencatatan
clan pendataan pasien.3.Sistem Koordinasi dan Penanggulangan
Bencana di dalam dan di luar Rumah Sakit
Dalam tugas penanggulangn bencana UGD mengadakan koordinasi
dengan dibentuknya Tim Penanggulangan Bencana yang dipimpin oleh
Kepala UGD. Sedang anggotanya terdiri atas unit terkait yaitu
Dokter, Perawat UGD dan Security.Dalam hal bencana besar yang
melibatkan banyak korban maka lewat Direktur Rumah Sakit diadakan
Koordinasi dengan Rumah Sakit lain dengan sistem rujukan antar
Rumah Sakit.
4.Sistem Informasi keluar Rumah Sakit
Informasi adalah keterangan yang diberikan seseorang berdasarkan
pengetahuan dan data-data yang ada. Informasi harus diberikan
dengan suatu sistem yang baku yaitu satu pintu, sehingga
penyampaian informasi dilakukan hanya untuk orang yang
berkepentingan dan menghindari kebocoran kepada orang yang tak
berwenang.
5.Cadangan Logistik Medik
Dalam hal persediaan rumah sakit tidak mencukupi, maka atas
wewenang Instalasi farmasi atau Apotik yang telah diberikan Kepala
Rumah Sakit, akan mencari sumber cadangan yang ditunjuk Direktur
Rumah Sakit untuk mencukupi kebutuhan tersebut.
6.Alternatif cara pelayanan
Bila terjadi gangguan/kerusakan bangunan Rumah Sakit setempat
akibat bencana baik bencana alam maupun bencana ulah manusia
(kebakaran gedung rumah sakit dsb), maka dibawah koordinator
Direktur RS. ........, akan ditentukan alternatif cara pelayanan
dengan koordinasi dinas terkait untuk mencari penampungan
sementara.III. PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI RS.
........ A. PENGERTIANBahan berbahaya dan beracun adalah bahan atau
zat yang mempunyai karakteristik mudah terbakar, mudah meledak,
beracun bersifat reaktif koroksif atau menyebabkan infeksi.
Bahan Mudah Terbakar : Bahan yang apabila berdekatan dengan api,
percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan, mudah menyala /
terbakar dan apabila telah nya akan terus terbakar dalam waktu
lama.
Bahan Mudah Meledak : Bahan yang melalui reaksi kimia dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan yang tinggi yang dengan
cepat merusak lingkungan sekitar
Bahan Bersifat Reaktif : Bahan yang mudah menyebabkan kebakaran
atau ledakan karena sifat kimia yang tidak stabil pada suhu tinggi
karena mengalami oksidasi.
Bahan Korosif : Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit
atau mengkorosikan baja.
Bahan Infeksious : Bahan yang berbahaya bagi lingkungan karena
mengandung kuman penyakit yang dapat menular.
Bahan Beracun : Adalah bahan yang mengandung racun berbahaya
bagi manusia dan lingkungan karena dapat menyebabkan kematian atau
sakit seriusBahan Iritan : Adalah bahan yang dapat menyebabkan
iritasi pada mata, kulit dan selaput lendir
Material Safety Sheet ( MSDS ) : Lembar data pengaman Bahan
adalah lembar petunjuk yang berisi informasi tentang sifat fisik,
kimia dari bahan berbahaya dan beracun, cara pengamanan dan
tindakkan khusus yang dapat dilakukan dalam keadaan darurat apabila
terpapar bahan berbahaya dan beracun.B. KETENTUAN
1. Pemesanan
a. Pemesanan Bahan berbahaya dan beracun dapat dilakukan apabila
disertai permintaan tertulis yang ditandatangani oleh kepala bagian
logistik farmasi
b. Pemesanan bahan berbahaya dan beracun menggunakan nota
pemesanan yang terpisah dengan bahan yang tidak termasuk bahan
berbahaya dan beracun
c. Pemesanan harus disertai dengan notifikasi bahwa bahan yang
dipesan merupakan B3
d. Pemesanan dilakukan melalui Distributor resmi yang terdaftar
pada balai POM atau Departemen perindustrian dan perdagangan
e. Setiap pemesanan harus mencantumkan dengan jelas nama bahan,
nama dagang, nama kimia, jumlah yang dipesan nama dan alamat
distributor.
f. Setiap pemesanan harus mencantumkan pernyatan bahwa pihak
distributor akan melampirkan MSDS pada saat penyerahan B3
g. Tidak diperkenankan memesan B3 yang terlarang berdasarkan
peraturan pemerintah RI No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan
berbahaya dan beracun
h. Pemesanan B3 yang termasuk golongan bahan dengan penggunaan
terbatas sesuai dengan peraturan pemerintah RI No. 74 Tahun 2001
tentang pengelolan bahan berbahaya dan beracun harus mendapat
persetujuan PK3RS dengan masa berlaku 1 tahun
2. Penyerahan Barang
a. Pada saat penyerahan B3, nota penyerahan harus mencantumkan
dengan jelas nama, bahan, nama dagang, nama kimia jumlah bahan nama
distributor, dan nama pengimpor / produsen.
b. Setiap B3 yang diserahkan harus disertai dengan lembar data
pengaman bahan ( material Safety data sheet ) yang berisi merek
dagang, rumus kimia jenis B3, klasifikasi, teknik penyimpanan, dan
tatacara penanganan bila kecelakaan
c. Pada saat diserahkan, B3 harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
1) Diserahkan dalam bentuk kemasan yang kompak
2) Wadah kemasan tidak bocor
3) Tidak berkarat
4) Tidak rusak
5) Disertai dengan penandaan nama dangan, nama bahan, berat yang
sesuai dengan yang tertera pada nota penyerahan bahan
d. Setiap B3 yang diserahkan harus telah memiliki tanda
peringatan sesuai dengan jenis dan bahayanya. Simbol bahaya dan
petunjuk P3K yang mudah dilihat, dibaca, dimengerti dan tidak
luntur
e. Bahan berbahaya dan beracun tidak dapat diterima apabila
:
1) Dokumen tidak lengkap
2) Sudah kadaluarsa
3) Label yang tertera pada bahan dan dokumen tidak cocok
f. Penyerahan B3 harus dilakukan secara langsung kepala petugas
bagian logistik sedangkan bahan langsung ditempatkan pada ruang
Penyimpanan B3
3. Penanganan Bahan Kimia
a. Penandaan
1) Setiap bahan berbahaya dan beracun harus diberikan penandaan
agar dapat dikenali oleh setiap orang
2) Penandaan meliput nama bahan, nama kimia dan simbol bahan
berbahayaan beracun ( B3 )
3) Penandaan harus diberikan pada setiap kemasan luar/
pembungkus bahan, dengan tulisan dan simbol yangs jelas, mudah
terbaca, tidak mudah terlepas dan bertahan lama
4) Simbol yang dipergunakan untuk penandaan bahan B3 mengacu
pada ketentuan yang berlaku yaitu sebagai berikut
BAHAN IRITASI
BAHAN TOKSIK
BAHAN KOROSIF
BAHAN MUDAH MELEDAK
BAHAN OKSIDATOR
BAHAN MUDAH TERBAKAR
Tata Cara pengunaan Bahan Berbahaya dan Beracun
1) Dalam menangani bahan kimia berbahaya dan beracun setiap
karyawan harus menghindari terjadinya inhalasi bahan, penyerapkan
melalui kulit, tertelan melalui mulut, atau kontak langsung dengan
peralatan/ bahan yang terkantaminasi.
2) Pengambilan bahan kimia cair dengan mempergunakan pipet yang
disedot dengan mulut tidak diperkenankan karena dapat menyebabkan
tertelanya bahan kimia tersebut.
3) Dalam menuangkan bahan kimia cair, tidak boleh dilakukan
dengan terburu- buru yang sampai mengotori label
4) Sebelum menuangkan bahan kimia, pekerja harus membaca dengan
teliti label kimia. Apabila label sudah tidak jelas atau tidak ada
maka tidak diperkenankan mengambil bahan kimia dari kontener
5) Apabila menuang bahan kimia cair dari kontener yang besar
kedalam gelas ukur yang kecil maka gelas ukur harus ditahan agar
cairan tidak tumpah
6) Setiap pekerja yang menangani bahan kimia berbahaya dan
beracun harus mempergunakan sarung tangan gown. Sepatu tertutup dan
celana pendek, baju lengan diperkenankan dan sepatu yang terbuka
apabila bekerja dengan bahan kimia yang berbahaya dan beracun
7) Makan, minum atau merokok tidak diperkenankan apabila sedang
bekerja dengan bahan kimia bebahaya dan beracun
8) Tidak diperkenankan mengembalikan bahan kimia yang berlebih
setelah ditungkan kedalam wadah semula karena hal ini akan dapat
menimbulkan suatu reaksi kimia yang berbahaya. Harus diupayakan
pengambilan bahan secara tepat tanpa berlebihan
9) Apabila sedang mengerjakan pencampuran bahan kimia, tidak
diperkenankan meninggalkan tempat sehingga proses
pencampuran/reaksi tidak diawasi
10) Tidak diperkenankan mencicipi/meras bahan kimia jenis
apapun. Apabila harus mencium bahan kimia maka lakukan sehingga
hanya sebagai kecil uap yang masuk kehidung
11) Tidak diperkenankan menyimpan mantel, baju lais, atau buku
dalam ruang berisi bahan kimia karena bisa terkontaminasi oleh
bahan kimia
b. Tatacara Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun
1) Untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat bahan kimia
berbahaya maka bahan kimia berbahaya dan beracun harus disimpan.
Dipergunakan dan dibuang dengan cara yang sesuai tertentu
2) Setiap bagian dan setiap personal di rumah sakit harus
melakukan secara benar seluruh ketentuan penyimpanan, penggunaan
pembuangan bahan kimia berbahaya dan beracun
3) Setiap bagian yang menyimpan bahan kimia berbahaya dan
beracun dalam jumlah besar dan jenis bahan kimia yang banyak, harus
mempunyai ruangan penyimpanan khusus
4) Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus diberikan label
yang benar agar tidak terjadi pencampuran bahan yang tidak
sesuai
5) Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus diperiksa
secara teratur untuk mendeteksi kebocoran atau kerusakan wadah
6) Bahan kimia yang menjadi basah akibat kelembaban yang tinggi
harus dikeringkan sebelum dipergunakan
7) Sampah yang berasal dari bahan kimia harus dibuang pada
kontener yang telah disiapkan khusus untuk bahan tersebut, tidak
boleh dibuang pada sampah untuk bahan kimia lain.
8) Tidak diperkenankan mempergunakan lampu spirtus dalam ruang
berisi bahan kimia apabila tidak diinstruksikan
9) Setiap wadah dari gelas harus diperiksa apakah ada keretakan
atau tidak karena akan menyebabkan cedera serius apabila terjadi
kebocoran bahan kimia.
10) Untuk menghindari terjadinya peledakan bahan kimia maka
setiap bahan kimia dengan konsentrasi yang tinggi harus disimpan
dalam rungan suhu yang lebih rendah dari titik nyala bahan kimia
tersebut
11) Setiap bahan kimia yang mudah meledak atau terbakar harus
diidentifikasi titik nyala dari bahan tersebut
12) Setiap karyawan harus memperhatikan bahwa beberapa bahan
kimia padat tidak boleh terkena air, terkena pemanasan. Terjadi
gesekan atau terkena cahaya/sinar matahari karena akan mudah
terbakar.
13) Setiap karyawan harus mengetahui dari alat pemadam. Api
ringan ( APAR), tempat pembilasan, dan mengetahui cara
mempergunakan peralatan tersebut
14) Setelah kejadian pemaparan, kecelakan peledakan atau adanya
tumpuhan bahan, karyawan harus segera memberitahukan kepala
bagiannya atau atasan langsung
c. Penganganan Bahan Gas
1) Penggunalan Gas yang tidak benar dapat menimbulkan peledakan,
kebakam, keracunan intoksidasi akibat inhalasi gas tau dapat
mencederai kulit. Karena di rumah sakit terdapat banyak jenis gas
yang berbahaya dengan efek yang bermacam-macam maka dibuat beberapa
ketentuan umum yang berlaku untuk semua tindakan yang mempergunakan
gas.
2) Pemakaian lampu spiritus ( Bunsen ) pada daerah yang
mengndung gas harus dilakukan dengan sangat hati hati dan hanya
dapat dilakukan apabila tidak terdapat kebocoran gas. Lampu
spiritus harus segeraa dimatikan apabila tidak dipegunakan. Apabila
sedang ada nyata api maka tidak diperkenankan menggunakan
oksigen
3) Merokok dilarang diseluruh bagian, seluruh tempat tindakan di
rumah sakit apabila ditempatkan gas dan penganan yang mempergunakan
gas
4) Penyimpanan gas apabila memungkinkan tempat yang berjauhan
dengan pusat kegiatan pelayanan dan dilindungi dari pemaparan suhu
tinggi
5) Seluruh tabung gas harus diberi label yang jelas. Tabung yang
tidak berlabel tidak boleh dipergunakan karena sangat
membahayakan.
6) Seluruh staf harus mengetahui tatacara mengidentifikasi gas
berdasarkan kode warna yang disepakati
7) Pengangkutan tabung gas dan pengisian gas harus mempergunakan
troli yang menahan tang gas tidak jatuh
8) Dalam menuang gas bentuk cair maka tidak boleh terjadi
tumpahan gas pada pakaian dan lantai
9) Setiap pekerjaan harus mempergunakan pakaian pelindungan
masker, sarung tangan dan baju lengan panjang.
d. Penyimpanan Bahan Berbahaya Dan Beracun
1) Persyaratan Umum Ruang Penyimpanan
a) Ruangan penyimpanan harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
Kedap air, tidak bocor, ada ventillasi untuk mencegah akumulasi
gas, lubang angin harus dilengkapi dengan kasa penutup agas burung
dan binatang tidak masuk dan dilengkapi penerangan yang
mencukupi
Instansi penerangan harus tidak menimbulkan ledakan, dengan
memsang lampu penerangan minimal 1 meter diatas kemasan dan semua
saklar untuk ruang bahan mudah tebakar tepasang dari sisi luar
Tersedia sarana pencucian yang dekat lokasi dan memada misalnya
wastafel untuk terpapar bahan berbahaya dan beracun
Tesedia sistim pemadam kesadaran dan deteksi kebakaran yang
sesuai dengan luas ruang dan jenis bahan yang disimpan
Tersedia pembangkit listrik cadanngan yang berfungsi secara
otomatik apabila terjadi gangguan aliran listrik
Tersedia fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan dalam
jumlah dan jenis yang memadai
Peralatan komunikasi dalam ruang penyimpanan harus tersedia agar
memudahkan komunikasi dengan bagian lain.
Setiap ruang penyimpanan harus mempunyai pompa penyedot tumpahan
B3 yang juga berfungsi menyedot tumpahan cair
Tersedia pengontrol suhu dan kelembaban disetiap ruang
penyimpanan bahan berbahaya dan beracun
Ruangan penyimpanan tidak boleh terkena cahaya matahari secara
langsung karena dapat menyebabkan terjadi reaksi kimia pda bahan
kimia yang tidak stabil
Ruangan penyimpanan bahan berbahaya dan beracun dinyatakan
sebagai restrieted area sehingga setiap orang yang tidak
berkepentingan tidak diperkenan masuk
Semua sistim pengamanan ruangan penyimpanan bahan kimia harus
diperiksa sekurang kurangnya setiap bulan
Setiap hasil pemeriksaan harus didokumentasikan dilaporkan ke
PK3RS
b) Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun harus mengikuti
ketentuan sebagai berikut ;
Dilakukan dengan sistem blok, terdiri dari 2 x 2 kemasan
sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhdap setiap
kemasan
Jarak antar blok minimum 60 cm agar masih tersisa runagn untuk
melakukan pengawasan rutin
Maksimal tumpukan 3 lapis, apabila lebih maka harus dengan
memakai rak, kecuali untuk bahan kimia yang disimpan dalam wadah
botol tidak diperkenankan untuk disimpan bersusun
Jarak kemasan tertular tidak boleh kurang 1 meter dari atap
Kemasan B3 yang tidak saling cocok harus disimpan terpisah,
tidak dalam 1 blok untuk menghindari terjadinya reaksi kimia yang
membahayakan
Penempatan kemasan harus dengan syarat tidak ada kemungkinan
tumpah ke kemasan lain.4. Persyaratan Berdasarkan Jenis B34.1 Bahan
Beracun
Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
Jauhkan dari bahan lain yang dapat beraksi
Tersedia alat perlindungan diri4.2 Bahan Korosif Ruangan
penyimpanan harus dingin dan berventilasi
Bahan disimpan dalam wadah tertutup berlabel
Tersedia alat pelindung diri4.3 Bahan Mudah Terbakar
Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
Ruangan / bahan harus jauh dari sumber aoi / panas
Hindari terjadinya loncatan api listrik atau bara rokok
Tersedia alat pemadam kebakaran
Penyimpanan harus dijauhkan dari bahan kimia oksidator
Tesedia alat pelindung diri
4.4 Bahan Mudah Meledak
Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi
Ruangan / bahan harus jauh dari sumber aoi / panas
Tersedia alat pemadam kebakaran
Tempat penyimpanan tidak menimbulkan gesekan atau benturan
mekanis
Tesedia alat pelindung diri
4.5 Bahan Oksidator
Rungan penyimpanan harus dingin, kering dan berventilasi
Ruangan / bahan harus jauh dari sumber api / panas
Ruangan harus kedap air
Tersedia alat pemadam kebakaran
Tersedia alat pelindung diri C. PROSEDUR PENANGGULANGAN BAHAN
BERBAHAYA DAN BERACUN
1.AIR RAKSA
a.Nama Kimia
: Hg
b.Nama Lain
: Mercury
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui, inhalasi, tertelan. Absorbsi
kulit, atau kontak dengan mata.d.Gejala Keracunan :
1)Mata
: Iritasi mata
2)Kulit
: Iritasi Kulit
3)Inhalasi: Batuk, sakit dada, sesak napas, bronkhitis,
pnuemonitis, edema paru, ataxia. Tremor, sakit kepala, nausea,
vomiting, insomnia, gelisah, stomatitis, hypersalivasi, gangguan
parut, anoreksia, proteinuria, hematemesis, ARF, shock, cardiac
areest
e.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan mengunakan air mengalir
selama 15 menit
2)Segera melakukan pembilasan dengan air
3)Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan
4)Bila tertelan segera lakukan lavase lambung
5)Dapat diberikan antidotum yaitu Dimercaprol
6)Bila perlu dilakukan hemodialisis
f.Pencegahan
1)Hindari kontak dengan mata/ kulit
2)Pebelian cepat pada kamar bilas atau kamar mandi
2.ALKOHOL
a.Nama Kimia: Ethyl Alkohol
b.Nama Lain: Alkohol Ethanol
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi tertelan atau kontak
denga kulit / mata
d.Gejala Keracunan
1)Mata
: Iritasi mata
2)Kulit
: Iritasi Kulit
3)Inhalasi: Sakit kepala, lemas, batuk batuk, pusing, tidak
sadar, kerusakan hati, anmia
e.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan air
3)Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernafasan
4)Bila tertelan, segera lakukan lavase lambung, berikan charcoal
untuk menyerap sisa bahan yang masih berada dalam lambung
f.Pencegahan Pemaparan
1)Hindari kontak dengan mata/kulit
2)Pakai baju pelindung
g.Pencegahan
1)Hindari kontak dengan mata/ kulit
2)Pakai masker bila kansentrasi > 2000ppm
3.BARIUM SULFAT
a.Nama Kimia: BaSO4
b.Nama Lain: Barium Sulfate
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi mellaui inhalasi, tertelan atau kontak
dengan mata/kulit.
d.Gejala Keracunan
1)Mata
: Iritasi mata.
2)Kulit
: Iritasi kulit, terbakar.
3)Inhalasi: Iritasi saluran napas, spasme otot, nadi lambat,
ekstrasistol, hypokalemia.
e.Target Organ
Mata, kulit, saluran pernapasan, kardiovaskular.
f.Pertolongan Pertama
1)Segera lakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun dan air.
3)Berikan oksigen/bantuan pernapasan bila ada gangguan
pernapasan.
g.Pencegahan Pemaparan
Hindari kontak dengan mata/kulit.
4.CIDEX
a.Nama Kimia: Glutaraldehyde (OCH(CH2)3CHO)
b.Nama Lain: Cidex
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit,
tertelan atau kontak dengan kulit/mata.
d.Gejala Keracunan
1)Mata
: Iritasi mata.
2)Kulit: Iritasi kulit, dermatitis, sensitisasi kulit.
3)Inhalasi: Mual, muntah, batuk, asma.
e.Target Organ
Mata, kulit, saluran napas.f.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3)Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
5.ELPIJI
a.Nama Kimia: C3H8/C3H6/C4H10/C4H8
b.Nama Lain: LPG (Liquified Petroleum Gas, Liquified Hidrocarbon
Gas)
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan
kulit/mata.
d.Gejala Keracunan
1)Mata: Iritasi mata, frostbite.
2)Kulit: Frostbite.
3)Inhalasi: Pusing, kesadaran menurun, asfiksia.
e.Target Organ
Saluran napas, CNS.
f.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3)Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
6.FENOL
a.Nama Kimia: C6H5OH
b.Nama Lain: Phenol, Carbolic Acid, Hydroxy Benzene, Phenyl
Alcohol.
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit,
tertelan atau kontak dengan kulit/mata.
d.Gejala Keracunan
1)Mata: Iritasi mata.
2)Kulit: Iritasi kulit, Dermatitis, kulit terbakar.
3)Inhalasi : Iritasi hidung/tenggorokan, anoreksia, kelemahan,
nyeri otot, urin warna gelap, sianosis, kerusakan ginjal dan hati,
tremor, konvulsi, twiching.e.Target Organ
Mata, kulit, saluran napas, hati, ginjal.
f.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3)Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
7.FORMALIN
a.Nama Kimia: HCHO
b.Nama Lain: Formaldehyda, Methanal, Methyl Aldehida, Methylene
Oxide.
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan
mata/kulit.
d.Gejala Keracunan
1)Mata: Iritasi mata, hiperlakrimasi.
2)Kulit: Iritasi kulit.
3)Inhalasi : Iritasi hidung, tenggorokan, batuk, wheezing, sesak
napas, Bronkhitis, Pneumonitis, dan edema paru.
e.Target Organ
Mata, saluran napas.
f.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3)Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g.Pencegahan Pemaparan
Hindari kontak dengan mata/kulit.
8.FREON
a.Nama Kimia: CCl4
b.Nama Lain: Karbon klorida, Halon, Tetraklorometana.
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, absorbsi
kulit atau kontak dengan mata/kulit.
d.Gejala Keracunan
1)Mata: Iritasi mata.
2)Kulit: Iritasi kulit.
3)Inhalasi : Mual, muntah, pusing, gangguan koordinasi, depresi
saraf pusat, gangguan hati, dan ginjal.
e.Target Organ
1)Mata, kulit, paru-paru, saraf perifer, hati, ginjal.
2)Menyebabkan kanker hati (pada binatang).
f.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3)Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g.Pencegahan Pemaparan
1)Hindari kontak dengan mata/kulit.
2)Lakukan pembilasan cepat pada ruang bilas atau kamar
mandi.
9.HIDROGEN PEROKSIDA
a.Nama Kimia: H2O2
b.Nama Lain: Peroxide, Hydrogen Diooxyde.
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak
dengan mata/kulit.
d.Gejala Keracunan
1)Mata: Iritasi mata, ulkus cornea.
2)Kulit: Iritasi kulit, vesikel, eritema.
3)Inhalasi: Iritasi hidung, tenggorokan, pneumonia, edema
paru.
4)Sistemik: Rambut menjadi putih.
e.Target Organ
Kulit, mata, saluran napas.
f.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3)Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g.Pencegahan Pemaparan
1)Hindari kontak dengan mata/kulit.
2)Lakukan pembilasan cepat pada kamar bilas atau kamar
mandi.
3)Gunakan masker apabila konsentrasi > 10 ppm.
10.KARBON DIOKSIDA
a.Nama Kimia: CO2
b.Nama Lain: Gas CO2, Dry Ice.
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak
dengan mata/kulit.
d.Gejala Keracunan
1)Mata: Penglihatan kabur, iritasi mata, myosis.
2)Kulit: Melepuh, luka bakar (frosbite).
3)Inhalasi : Sakit kepala, berkeringat, hypersalivasi, asfiksia,
kram perut, diare, mual, muntah, lemas, twiching otot,
inkoordinasi, kejang.e.Target Organ
Saraf pusat, saraf perifer, cholinesterase darah.
f.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3)Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g.Pencegahan Pemaparan
1)Hindari kontak dengan mata/kulit
2)Pakai pelindung badan.
11.KLORIN
a.Nama Kimia: Cl2
b.Nama Lain: Chlorine, Sodium Hypochloride, Precept, Bleaching
Agent.
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan
kulit/mata.
d.Gejala Keracunan
1)Mata: Rasa perih, panas, terbakar.
2)Kulit: Dermatitis, frostbite.
3)Inhalasi : Hipersalivasi, mual, muntah, rinorea, batuk,
kesedakan, nyeri substernal, sakit kepala, pusing, sinkope, edema
paru, pneumonia, hipoksemia.
e.Target Organ
Mata, kulit, saluran napas.f.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit. Bila terjadi frostbite, jangan dibilas dengan
air.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun bila belum ada
frostbite.
3)Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
4)Kortikosteroid, antibiotika.
g.Pencegahan Pemaparan
Hindari kontak dengan mata/kulit
12.LAS KARBID
a.Nama Kimia: CH2
b.Nama Lain: Acetylene, Ethirine (Gas yang dipakai untuk
las).
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontrak dengan
kulit/mata.
d.Gejala Keracunan
1)Mata: Luka beku (frostbite)
2)Kulit: Frostbite
3)Inhalasi: Sakit kepala, pusing, asfiksia.
e.Target Organ
Saluran napas, saraf pusat.
f.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit. Bila terjadi frostbite, jangan dibilas dengan
air.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun, bila belum ada
frostbite.
3)Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g.Pencegahan
1)Hindari kontak dengan mata/kulit.
2)Pakai masker.
13.METHANOL
a.Nama Kimia: CH3OH
b.Nama Lain: Methyl alkohol, Carbinol, Spiritus, Wood alkohol,
thiner.
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit,
tertelan atau kontak dengan kulit/mata.
d.Gejala Keracunan
1)Mata: Iritasi, gangguan penglihatan, kerusakan saraf mata.
2)Kulit: Iritasi, dermatitis.
3)Inhalasi : Iritasi saluran napas/hidung, sakit kepala, pusing,
mual, muntah, gangguan kesadaran.
e.Target Organ
Mata, kulit, saluran napas, CNS, GIT.
f.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3)Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
4)Lakukan lavese lambung, dapat diberikan Charcoal.
5)Dapat diberikan antidotom yaitu Ethanol atau Fomeprazole.
g.Pencegahan
1)Hindari kontak dengan mata/kulit.
2)Pakai masker bila > 2000 ppm.
14.NATRIUM HIDROKSIDA
a.Nama Kimia: NaOH
b.Nama Lain: Caustic Soda, Lye, Sodium Hydrate
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, absorbsi
kulit, kontak dengan kulit/mata.
d.Gejala Keracunan
1)Mata: Iritasi mata.
2)Kulit: Iritasi kulit, kulit terbakar.
3)Inhalasi : Iritasi mukosa saluran napas, pneumonitis,
kerontokan rambut temporer.
e.Target Organ
Mata, kulit, saluran napas.
f.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan air.
3)Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.g.Pencegahan
1)Hindari kontak dengan mata/kulit.
2)Pakai masker bila > 10 mg/m3
15.NITROGEN DIOKSIDA
a.Nama Kimia: N2O
b.Nama Lain: Nitrogen peroksida, Dinitrogen tetraoksida-gas
anestesi
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak
dengan kulit/mata.
d.Gejala Keracunan
1)Mata: Iritasi mata, penglihatan kabur, frostbite.
2)Kulit: Iritasi kulit, melepuh, frostbite.
3)Inhalasi: Iritasi hidung/tenggorokan, anastesi, batuk, frothy
sputum, penurunan fungsi paru, bronkitis, sesak napas, edema paru,
sianosis, takipnea, takikardia.
e.Target Organ
Mata, saluran napas, kardiovaskular.
f.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3)Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g.Pencegahan
1)Hindari kontak dengan mata/kulit.
2)Pakai masker bila konsentrasi lebih besar 20 ppm.
16.NITROGLISERIN
a.Nama Kimia: CH2NO3CHNO3CH2NO3
b.Nama Lain: Glyceryl, Trinitrate, Trynitroglyceryne
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit,
tertelan atau kontak dengan kulit/mata.
d.Gejala Keracunan
1)Mata: Iritasi mata
2)Kulit: Iritasi kulit
3)Inhalasi: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, nyeri perut,
hipotensi, flushing, Palpitasi, methemoglobinemia, delirium,
depresi saraf pusat.
e.Target Organ
Kardiovaskuler, darah, kulit, saraf pusat
f.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3)Berikan oksigen/bantuan pemaparan apabila ada gangguan
pernapasan.
g.Pencegahan Pemaparan
1)Hindari kontak dengan mata/kulit.
2)Lakukan pembilasan dalam ruang bilas atau kamar mandi.
3)Pakai masker.
17.TIMBAL
a.Nama Kimia: Pb
b.Nama Lain: Lead, Plumbum
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui tertelan atau kontak dengan
kulit/mata.
d.Gejala Keracunan
1)Mata: Iritasi mata
2)Tertelan: Lemah, pucat, insomnia, anoreksia, berat badan
menurun, konstipasi, nyeri abdomen, anemia, tremor, paralisis,
encephalopati, gangguan ginjal, hipotensi.e.Target Organ
Mata, saraf pusat, ginjal, saluran pernapasan, darah.
f.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3)Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
4)Lakukan irigasi lambung.
5)Berikan antidotum EDTA atau Dimercaptosuccinic acid
6)Dapat diberikan Carchoal.
g.Pencegahan
1)Hindari kontak dengan mata/kulit.
2)Pakai masker.
18.XYLENE
a.Nama Kimia: C6H4(CH3)2.
b.Nama Lain: Orthoxylene-O-Xylol.
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan
mata/kulit.
d.Gejala Keracunan
1)Mata: Iritasi, vakuolisasi cornea.
2)Kulit: Iritasi, dermatitis.
3)Inhalasi: Iritasi hidung/tenggorokan, pusing, eksitasi,
gangguan koordinasi, nausea, vomiting, jalan limbung, abdominal
pain, anoreksia.
e.Target Organ
Mata, kulit, saluran napas, saraf pusat, saluran cerna,
darah.
f.Pertolongan Pertama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3)Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g.Pencegahan
1)Hindari kontak dengan mata/kulit.
2)Pakai masker bila > 1900 ppm.
19.WASH BENSIN
a.Nama Kimia
: -
b.Nama Lain
: -
c.Pemaparan
Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak
dengan mata/kulit.
d.Gejala Keracunan
1)Mata: Iritasi mata, ulkus cornea.
2)Kulit: Iritasi kulit, vesikel, eritema.
3)Inhalasi: Iritasi hidung, tenggorokan, pneumonia, edema
paru.
4)Sistemik: Rambut menjadi putih.
e.Target Organ
Kulit, mata, saluran napas.
f.Pertolongan Pert0ama
1)Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir
selama 15 menit.
2)Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.
3)Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan
pernapasan.
g.Pencegahan Pemaparan
1)Hindari kontak dengan mata/kulit.
2)Lakukan pembilasan cepat pada kamar bilas atau kamar
mandi.
3)Gunakan masker apabila konsentrasi > 10 ppm.
IV. KESELAMATAN DAN KESEHATAN PEGAWAIA. Pengunaan Alat Pelindung
Diri Melakukan observasi lapangan dan mendata pegawai yang harus
wajib menggunakan Alat Pelindung Diri
Mempersiapkan Alat Pelindung Diri seperti : masker, sarung
tangan disposible, sarung tangan karet, sarung tangan kain, sarung
tangan Pb, tutup kepala, helm, apron, baju steril, sepatu boots,
dan celemek.
Membagikan dan mensosialisasikan penggunaan alat pelindung diri
bagi petugas.
B. Pemeriksaan kesehatan pra-pekerjaan
Pemeriksaan kesehatan dilakukan setelah diakan rekrutmen pegawai
baru. Setiap calon pegawai yang dinyatakan diterimasebagai pegawai
RS. ........ pada saat rekrutmen diharuskan melakukan pemeriksaan
kesehatan.
Lakukan pemeriksaan kesehatan calon pegawai yang meliputi
pemeriksaan isik lengkap, anamnesa riwayat kesehatan, pemeriksaan
laboratorium, dan rongent paru (bila mungkin)C. Pemeriksaan
kesehatan berkala
Dilakukan setiap satu tahun sekali untuk seluruh pegawai RS.
.........
Tentukan waktu pelaksanaan pemeriksaan kesehatan, dibuat
beberapa gelombang untuk memudahkan pelaksanaan. Lakukan
pemeriksaan kesehatan yang meliputi pemeriksaan darah dan urine
lengkap, serta pemeriksaa foto thorax.
Buat kesimpulan hasil pemeriksaan.
Lakukan tindak lanjut apabila ditemukan gangguan kesehatan
terhadap pegawai RS. .........
D. Pemeriksaan kesehatan khusus
Menentukan pegawai pada unit kerja tertent yang akan dilakukan
pemeriksaan kesehatan.
Menentukan waktu pelaksanaan pemeriksaan kesehatan.
Pelaksanaan pemeriksaan keehatan bagi pegawai yang memiliki
rasio tinggi yang meliputi foto thorax, HbsAg, liver fngsi
test.
Melakukan penilaian hasil pemeriksaan kesehatan.
Melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan apabila ditemukan
gangguan kesehatan terhadap pegawai RS. .........
V. KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA (SANITASI)A. PENGERTIAN
Sanitasi adalah pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan
atau mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan
rantai perpindahan penyakit tertentu. Dan sanitasi adalah suatu
istilah yang selalu dikaitkan dengan kesehatan terutama kesehatan
manusia. Ehlers dan Steele mendefinisikan sanitasi sebagai
pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengendalikan
faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan
penyakit tersebut.
Manusia selalu berupaya untuk memanipulasi lingkungan untuk
menghasilkan kondisi yang paling menguntungkan. Salah satu contoh
dalam hal ini adalah aplikasi ilmu sanitasi.
Secara luas ilmu sanitasi adalah penerapan dari prinsip-prinsip
tersebut yang bisa membantu dalam memperbaiki, menjaga atau
memulihkan lingkungan manusia sehingga kehidupan yang sehat dapat
terwujud.B. RUANG LINGKUP1. Penyehatan Bangunan dan Ruang, termasuk
Pengaturan Pencahayaan, Penghawaan serta Pengendalian
Kebisingan.
2. Penyehatan Makanan dan Minuman
3. Penyehatan Air Termasuk Penyediaan dan Pengawasan Kualitas
Air.
4. Pengelolaan Limbah.
5. Penyehatan Tempat Pencucian Umum Termasuk Tempat Pencucian
Linen.
6. Pengendalian Serangga dan Tikus.
7. Sterilisasi/Desinfeksi.
8. Perlindungan Radiasi.
9. Penyuluhan/Pelatihan Kesehatan Lingkungan
C. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. PP No.19/1994 jo PP No.12/1995 Pasal 4 tentang Setiap orang
atau badan usaha dilarang membuang limbah B3 secara langsung ke
dalam air, tanah, atau udara.
3. Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
4. Direktorat Jendral PPM 7 PL dan Direktorat Jendral Pelayanan
Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia No. 363.729.7 tahun
2002 tentang Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia.
5. Permenaker No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
6. Kepmen LH No. Kep-58/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair
Kegiatan Rumah Sakit.
7. Undang-undang No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
D. FASILITAS SANITASI RS. ........NoFasilitas
SanitasiKeterangan
1.Penyediaan airAir yang digunakan di RS. ........ bersumber
dari air tanah.
2.Toileta. Ruang perawatan toilet disesuaikan dengan ketentuan
Permenkes No.1204 tahun 2004.
b. Tersedia toilet untuk umum bagi pengunjung dan pengguna jasa
RS. ........ disesuaikan ketentuan Permenkes No. 1204 tahun
2004.
3.Kamar MandiRuang perawatan kamar mandi sudah sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
4.Tempat pengelolaan sampah padat :
a. Tempat sampah
b. Gerobak Pengangkut Sampah
c. Tempat Sampah Sementara (TPS).
d. Incineratora. Meliputi sampah padat medis dan non medis.
b. Sampah/limbah padat medis dan non medis dikelola sesuai
dengan jenisnya.
c. Limbah padat infeksius dimusnahkan di Incinerator dengan suhu
1000C.
d. Limbah padat non infeksius dari TPS dibuang ke TPA bekerja
sama dengan dinas kebersihan Jakarta.
5.Pengelolaan Limbah Cair RS. ........Instalasi pengolahan air
limbah yang digunakan di RS. ........ adalah sistem tabung.
6.Pengendalian Seranggaa. Pengendalian nyamuk dengan cara
fogging.b. Pengendalian lalat dengan cara Elektrik Fly Killer.
7.Penyehatan Makanan dan MinumanPengelolaan Penyehatan Makanan
dan Minuman di Instalasi Gizi meliputi :
a. Penerimaan bahan baku.
b. Pemilahan bahan baku
c. Pengolahan penghidangan
d. Distribusi ke ruangan
e. Pemeriksaan Kesehatan Pegawai.
8.Tempat PencucianKegiatan pengelolaan Pencucian di Unit Laundry
RS. .........
Pengelolaan Pencucian Meliputi :
a. Pengambilan Linen kotor ke ruangan dan instalasi.
b. Penerimaan Linen kotor.
c. Pemilahan dan Penimbangan Linen kotor.
d. Pencucian
e. Pemerasan
f. Pengeringan
g. Penyetrikaan
h. Pelipatan
i. Perbaikan
j. Penyimpanan
k. Pendistribusian
l. Penggantian Linen Rusak.
E. TATA LAKSANA PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN RS. ........1.
Penyehatan Bangunan dan Ruang termasuk Pengaturan Pencahayaan,
Penghawaan serta Pengendalian Kebisingan
a. Pengertian
1) Ruang bangun dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit
dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan
fisik dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai
keperluan dan kegiatan rumah sakit.
2) Pencahayaan di dalam ruang bangun rumah sait adalah
intensitas penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam
ruang bangun rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara efektif.
3) Penghawaan ruang bangun adalah aliran udara segar di dalam
ruang bangun yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni
ruangan.
4) Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki
sehingga mengganggu dan atau membahayakan kesehatan.
5) Kebersihan ruang bangun dan halaman adalah suatu keadaan atau
kondisi ruang bangun dan halaman bebas dari bahaya dan risiko
minimal untuk terjadinya infeksi silang, serta masalah kesehatan
dan keselamatan kerja.
b. Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Penyehatan Bangunan dan
Ruang, termasuk Pengaturan Pencahayaan, Penghawaan, serta
Pengendalian Kebisingan
1) Pemeliharaan Ruang dan Bangunan
a) Pemeliharaan dan pembersihan ruang dilakukan pagi dan sore
hari dilaksanakan oleh Cleaning Service (pihak ketiga).
b) Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan
setelah jam makan, setelah kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu
apabila diperlukan.
c) Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu
dihindari.
d) Cara menggunakan pembersihan dengan perlengkapan pel yang
memenuhi syarat dan bahan antiseptic yang ramah lingkungan.
e) Masing-masing ruangan disediakan perlengkapan pel
sendiri.
f) Pembersihan lantai dimulai dari bagian ruangan paling dalam
dan bergerak menuju arah luar.
g) Sewaktu membersihkan lantai dengan perlengkapan pel semua
perabotan ruang seperti meja, kursi, tempat tidur, dan yang lainnya
harus diangkat/digeser, agar pembersihan lantai sempurna.
h) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal dua
kali dalam setahun.
i) Pemeriksaan usap dinding dan lantai secara acak di setiap
ruang perawatan dan instalasi dilaksanakan satu tahun dua kali
sesuai dengan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/Per/X/2004.
j) Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding
segera dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.
k) Persyaratan kualitas penyehatan bangunan dan ruang untuk
masing-masing ruangan atau unit harus sesuai dengan Ketentuan
Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.
2) Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Kualitas Pencahayaan
a) Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak
menimbulkan silau dan intensitasnya sesuai dengan
peruntukkannya.
b) Penempatan bola lampu sedemikian rupa sehingga menghasilkan
penyinaran yang optimal dan sering dibersihkan.
c) Bola lampu yang mulai tidak berfungsi segera diganti.
d) Pemeriksaan kualitas pencahayaan dilaksanakan satu tahun dua
kali oleh Badan Pengujian Mutu Konstruksi dan Lingkungan.e) Apabila
dari hasil pemeriksaan ada yang tidak sesuai dengan Kepmenkes RI
No. 1204/Menkes/Per/X/2004. Segera diganti, koordinasi dengan
bagian teknik.
f) Jaringan instalasi listrik harus sering diperiksa kondisinya
untuk menjamin keamanan.
g) Persyaratan kualitas pencahayaan untuk masing-masing ruangan
atau unit harus sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004.
3) Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Kualitas Penghawaan dan
Udara Ruang.
a) Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang
(Cross Ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak
terhalang.
b) Penghawaan mekanis dengan mengunakan exhause fan, dipasang
pada ketinggian minimal 2 meter di atas lantai atau minimal 0,20
meter dari langit-langit.
c) Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih
tinggi dibandingkan ruang-ruang lain dan menggunakan cara mekanis
(Air Conditioner).
d) Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,
laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat
pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
e) Ruang yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar
dalam ruang harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang
berlaku).
f) Agar mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) satu
kali dalam satu bulan didesinfeksi dengan menggunakan aerosol
(resorconol triethylin glikol) atau disaring dengan electron
presipitator atau menggunakan penyinaran ultra violet.
g) Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa
sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban sesuai dengan
standar suhu, kelembaban, dan tekanan udara sesuai dengan Ketentuan
Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.
h) Pemantauan kualitas udara ruang diperiksa satu tahun dua kali
parameter kualitas udara (kuman dan debu) sesuai dengan Kepmenkes
RI No. 1204/Menkes/Per/X/2004.
i) Ruang tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan Amoniak)
j) Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10
micron dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi
150 ug/m3, dan tidak mengandung debu asbes. Indeks angka kuman
untuk setiap ruangan/unit sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004.
k) Persyaratan kualitas penghawaan dan kualitas udara ruang
untuk masing-masing ruangan atau unit harus sesuai dengan Ketentuan
Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004.
4) Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Kualitas Kebisingan
a) Pengaturan dan tata letak harus sedemikian rupa sehingga
kamar dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari
kebisingan.
b) Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit
harus sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes RI No.
1204/Menkes/SK/X/2004.
c) Sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya
diupayakan untuk dikendalikan antara lain dengan cara :
Sumber kebisingan di dalam ruangan : peredam penyekatan,
pemindahan pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber bising.
Sumber kebisingan berasal dari luar : Penyekatan, penerapan
bising dengan penanaman pohon (green belt), meninggikan tembok, dan
meninggikan tanah (bukit buatan).
Pemeriksaan kualitas kebisingan dilaksanakan satu tahun dua kali
sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 oleh
Badan Pengujian Mutu Konstruksi dan Lingkungan. Sumber bising
biasanya hanya sesaat yaitu pada jam besuk, di luar jam besuk
kebisingan masih bisa ditolerir dalam batas normal.
2. Pengelolaan Penyehatan Makanan dan Minuman
a. Pengertian
1) Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan yang
disajikan dari dapur/gizi rumah sakit untuk pasien.
2) Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci
piring, membuang bagian makanan yang rusak.
3) Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan
melindungi kebersihan lingkungan. Misalnya, menyediakan air bersih,
menyediakan tempat sampah dan lain-lain.
b. Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Penyehatan Makanan dan
Minuman
1) Pengadaan Bahan Makanan
a) Pengadaan bahan makanan instalasi gizi oleh pihak ketiga.
b) Bahan makanan yang akan diolah terlebih dahulu diperiksa
secara fisik terutama daging, daging ayam, ikan, udang, sayuran,
buah harus baik segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna,
dan rasa.
c) Bahan makan kemasan hendaknya memenuhi persyaratan, sudah
terdaftar pada Depkes dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
d) Bahan kemasan mempunyai label dan merk, kemasan tidak rusak
dan pecah, belum kadaluarsa, kemasan kaleng hanya digunakan untuk
satu kali.e) Bahan makanan yang tidak dikemas harus baru dan segar,
tidak basi, busuk, rusak dan berjamur, dan tidak menggunakan bahan
makanan yang memakai bahan pengawet dan pewarna.
2) Penyimpanan Bahan Makanan
a) Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan
dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya,
serangga, dan hewan lain.b) Bahan makanan dan makanan jadi disimpan
pada tempat yang terpisah.c) Makanan yang mudah busuk disimpan
dalam suhu panas lebih dari 65,5C atau dalam suhu dingin kurang
dari 4C atau dalam suhu dingin kurang dari 4C sampai 1C.d) Gudang
bahan makanan berada di bagian yang tinggi untuk mencegah genangan
air dan kelembaban.e) Bahan makanan disimpan pada rak-rak yang baik
dengan ketinggian rak dari lantai kurang lebih 20 25 cm, hal ini
untuk menghindari dan mencegah infeksi seranggga serta memudahkan
pembersihan.f) Penyimpanan bahan makanan harus sesuai dengan
Ketentuan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.3) Pengolahan
Makanan
a) Dalam pengolahan makanan terdapat unsur bahan makanan, unsur
orang yang mengolah, unsur waktu dan unsur suhu.b) Pengolahan
makanan dilakukan oleh penjamah makanan dengan sikap dan perilaku
yang higienis yaitu : Tidak merokok. Tidak memakai perhiasan
berlebihan kecuali cincin kawin. Tidak menggaruk, mencungkil,
menjilat atau meludah selama mengolah makanan. Menggunakan
perlengkapan kerja : celemek, tutup kepala, dan alas kaki. Tenaga
pengolah makanan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin
minimal 6 bulan satu kali. Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan
makanan tempat pengolah makanan selalu dibersihkan. Penjamah
makanan tidak menderita sakit atau menjadi sumber penular penyakit
(carier) berdasarkan keterangan yang diberikan oleh dokter. Selama
melakukan pengolahan makanan, penjamah makanan terlindung dari
kontak langsung dengan tubuh menggunakan sarung tangan plastik,
penjepit makanan, sendok, garpu, dan sebagainya. Penjamah makanan
selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar
kecil. Penjamah makanan selalu memakai pakaian kerja yang bersih
dan perlengkapan pelindung dengan serta tidak dipakai di luar
dapur.c) Tata cara pengolahan makanan harus sesuai dengan Ketentuan
Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004.4) Pendistribusian Makanan
Makanan yang telah diolah dikirim ke ruangan dengan menggunakan
kereta makan tertutup, anti karat, bersih, dan mudah dibersihkan.
Pengisian makanan tidak sampai penuh agar masih tersedia udara
untuk ruang gerak dan untuk menghindari tumpahan. Makanan dikirim
ke ruang rawat inap sesuai porsi yang dipesan. Makanan tidak
dicampur dengan bahan-bahan lain seperti : linen, Alat Tulis Kantor
(ATK) dan yang lainnya. Pendistribusian makanan ke ruang rawat inap
harus sesuai dengan ketentuan Kepmenkes RI
No.1204/Menkes/SK/X/2004.5) Penyajian Makanan Cara penyajian
makanan harus terhindar dari pencemaran (dengan menggunakan kereta
makan khusus). Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan
dijamah dengan peralatan yang bersih. Ditutup dengan plastik
transparan. Makanan disajikan dalam keadaan hangat. Makanan
disajikan oleh petugas gizi ke ruangan-ruangan. Petugas memakai
pakaian bersih dan rapi. Makanan jadi yang sudah menginap tidak
disajikan kepada pasien.6) Tempat Pengolahan Makanan Sebelum dan
sesudah kegiatan pengolahan makanan tempat pengolahan makanan
selalu dibersihkan dengan antiseptik. Intensitas pencahayaan tidak
kurang dari 200 lux. Kebisingan tidak lebih dari 78 dB (A). Air
bersih yang digunakan diperiksa 3 bulan sekali oleh Dinas
Pertambangan dan Energi.3. Pengelolaan Penyehatan Air
a. Pengertian1) Air minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.2) Sumber penyediaan air minum
dan untuk keperluan rumah sakit berasal dari air tanah melalui
tangki air dan harus memenuhi syarat kualitas air minum.3) Air
bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan
akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu.4) Sebagai
batasan air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem
penyediaan air minum dimana persyaratan yang dimaksud adalah
persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik,
kimia, biologi, dan dari bakteriologi sehingga apabila dikonsumsi
tidak menimbulkan efek samping.5) Sumber penyediaan air minum dan
air bersih untuk keperluan rumah sakit dapat diperoleh dari sumber
air tanah yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan.b. Tata
Cara Pengelolaan Penyehatan Air1) Kualitas Air MinumSyarat-syarat
dan Pengawasan Air Minum sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.907/Menkes/SK/VII/2002.
2) Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khususa) Ruang
OperasiRS. ........ menggunakan air untuk keperluan Kamar Operasi
bersumber dari air tanah yang telah diolah terlebih dahulu.
b) Air Minum Pasien dan PegawaiAir minum untuk pasien dan
pegawai RS. ........ bersumber dari air tanah yang telah diolah
terlebih dahulu.
3) Kebutuhan Air BersihJumlah kebutuhan air minum dan air bersih
RS. ........ tergantung kepada berbagai pelayanan yang ada di rumah
sakit.
Semakin banyak pelayanan yang ada di rumah sakit semakin besar
jumlah kebutuhan air.
Secara umum perkiraan kebutuhan air bersih minimal 500
liter/hari/tempat tidur.
4) Pemeriksaan Kualitas Air BersihPemeriksaan kualitas air
bersih dilaksanakan 3 bulan sekali ke Dinas Pertambangan dan
Energi.
Parameter yang diperiksa sesuai dengan Permenkes RI
No.416/Per/X/1990.
5) Desinfeksi Sistem Saluran AirDesinfeksi akan lebih efektif
bila dilakukan upaya untuk mencegah kontaminasi permukaan dalam
pipa sebelum dan selama dipasang pipa hendaknya disimpan di tempat
bersih, dan di setiap ujung hendaknya ditutup, sistem harus
diglonir keseluruhan sebelum didesinfeksi.
4. Pengolahan Sampah dan Limbah Rumah Sakita. Pengertian
1) Limbah Rumah Sakit adalah limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.
2) Limbah Padat Rumah Sakit adalah semua limbah rumah sakit yang
berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri
dari limbah medis padat dan non medis.
3) Limbah Medis Padat adalah limbah padat yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah citotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam
berat yang tinggi.
4) Limbah Padat Non Medis adalah limbah padat yang dihasilkan
dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman, dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya.
5) Limbah Cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang
berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemudian mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya
bagi kesehatan.
6) Limbah Gas adalah limbah gas yang berbentuk gas yang berasal
dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperadalah limbah gas yang
berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit
seperi incenerator, dapur, perlengkapan generator, anestesi, dan
pembuatan obat citotoksik.
7) Limbah Infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme
patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme
tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan
penyakit pada manusia rentan.
8) Limbah Citotoksis adalah limbah dari bahan terkontaminasi
dari persiapan dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi
kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel hidup.
9) Minimisasi Limbah adala upaya yang dilakukan rumah sakit
untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara
mengurangi bahan (reduse), menggunakan kembali (reuse), dan daur
ulang limbah (recycle).
b. Tata Cara Pengelolaan Sampah dan Limbah Rumah Sakit
1) Jenis Limbah yang Dihasilkan RS. ........a) Limbah Padat
Medis Infeksius
Sumber limbah padat infeksius : Ruang Perawatan, Poliklinik,
UGD, OK, Apotik, Laboratorium, Farmasi.
Limbah Medis Infeksius berupa : organ tubuh, bekas kateter swab,
bekas plester, spuit bekas, jarum suntik bekas, under pet, sarung
tangan disposible, pipet pasteur, dll.
b) Limbah Padat Non Medis
Sumber limbah padat Non Infeksius : pada umumnya dari semua
kegiatan/aktivitas RS. ........ yang menghasilkan buangan limbah
padat.
Limbah pada Non Infeksius berupa : sisa makanan, sampah
perkantoran, sampah taman, dll.
Volume Limbah Padat yang Mudah Busuk yaitu : Sampah sisa buangan
dapur dan mess (sisa makanan), sisa makanan pasien serta sampah
halaman sekitar pertamanan.
c) Limbah Cair
Semua limbah cair RS. ........ sebelum dibuang ke badan air
terlebih dahulu diolah dengan IPAL sistem tabung.
c. Metode Penanganan Limbah Padat Infeksius dan Non Infeksius
RS. ........Penanganan limbah padat infeksius dan non infeksius RS.
........ melihat pada potensi bahaya yang dapat ditimbulkan
terhadap manusia sehingga diperlukan adanya pemisahan antara limbah
padat infeksius dan non infeksius yaitu :
a) Pewadahan
Pewadahan limbah padat infeksius dikelompokkan menjadi :
Limbah medis infeksius
Pewadahan limbah padat infeksius di ruang perawatan dan
instalasi dimasukkan ke tempat sampah infeksius yang tertutup
dilapisi kantong plastik kuning.
Limbah medis benda tajam
Pewadahan limbah padat infeksius benda tajam di ruang perawatan
dan instalasi dimasukkan ke dalam kardus persegi panjang (safety
box) dengan ukuran yang telah ditentukan, dan ketebalan tertentu
diberi label infeksius berwarna kuning dan diberi tulisan RS.
.........
Pewadahan limbah padat non infeksius :
Pewadahan limbah padat non infeksius di ruang perawatan dan
instalasi dimasukkan ke tempat sampah tertutup dilapisi kantong
plastik hitam.
Limbah padat non medis dipisahkan ke dalam 2 (dua) kelompok
yaitu :
Limbah padat non medis kering
Sampah perkantoran, sampah taman, dan sampah plastik bekas
makanan.
Limbah padat non medis basah
Sampai sisa makanan baik dari Dapur, Ruang Perawatan Inap dan
Mess.
b) Pengumpulan
Limbah Padat Infeksius dan Limbah Benda Tajam
Limbah padat infeksius dan limbah padat benda tajam dari ruang
perawatan dan instalasi setelah penuh atau apabila 2/3 bagian
kantong sudah terisi oleh limbah segera diangkut supaya tidak
menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu,
sebelumnya kantong plastik kuning diikat kuat terlebih dahulu,
tidak boleh dibuka ikatannya sampai ke tempat pemusnahan. Alat
pengangkut limbah medis benda tajam dan non benda tajam
menggunakan
Limbah Padat Non Infeksius
Limbah padat non infeksius indoor dan outdoor setelah penuh atau
apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah segera diangkat
supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang
pengganggu, sebelumnya kantong plastik hitam diikat kuat.
c) Pemusnahan
Limbah Padat Infeksius dan Limbah Benda Tajam
Limbah padat benda tajam dan limbah padat infeksius non benda
tajam dibawa ke lokasi pemusnahan sampah infeksius, dimusnahkan di
incenerator.
Limbah Padat Non Infeksius
Limbah padat non infeksius dibawa ke lokasi Tempat Pembuangan
Sementara.
5. Penyehatan Tempat Pencucian Umum Termasuk Tempat Pencucian
Linend. Pengertian
1. Laundry Rumah Sakit adalah tempat pencucian linen yang
dilengkapi dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat, dan
desinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja, dan mesin
setrika.
2. Unit Laundry adalah unit pelayanan mulai dari perencanaan
pengadaan linen baru, melaksanakan proses pencucian linen kotor,
pengeringan, penyetrikaan, penyortiran, penjahitan untuk membuat
peralatan linen baru serta linen yang mengalami kerusakan dari
berbagai unit pelayanan dan pendistribusian untuk keperluan
pelayanan terhadap pasien.
3. Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit
dimana pada saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau
tidak dalam masa inkubasi.
4. Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun.
5. Linen kotor adalah linen yang sudah digunakan. Pada umumnya
berasal dari ruang isolasi, ICU, UGD, OK, poliklinik, dan
lain-lain.
6. Bahan kimia berbahaya adalah bahan yang mudah terbakar,
meledak, korosif, reaktif, beracun, dan mudah menyebabkan
infeksi.
7. Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan
kulit dan membran mukosa untuk menurunkan jumlah
mikroorganisme.
8. Dekontaminasi adalah suatu proses untuk mengurangi jumlah
pencemaran mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya
sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut.
9. Desinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui
sistem.
10. Infeksi adalah proses dimana seseorang yang suscaptible
terkena invasi agen yang patogen atau infeksius yang tumbuh,
berkembang biak dan menyebabkan sakit.
11. Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang berpotensi
menimbulkan dampak merugikan atau menimbulkan kerusakan.
e. Tata Cara Pengelolaan Penyehatan Tempat Pencucian Umum
Termasuk Tempat Pencucian Linen
1) Persyaratan suhu ari panas untuk pencucian 70C dalam waktu 25
menit atau 95C dalam waktu 10 menit.2) Penggunaan jenis deterjen
dan desinfektan untuk proses pencucian yang ramah lingkungan agar
limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan. 3)
Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak
mengandung 6 x 103 spora species Bacillus per inci persegi.
4) Pelayanan/Tahap Kerja Unit Laundry meliputi :
5) Jam kerja Unit Laundry mulai 07.00 17.00 WIB.
6) Unit Laundry tidak menyediakan linen baru.
7) Pengangkutan linen kotor dan bersih menggunakan tempat yang
berbeda.
8) Pengajuan perbaikan (penjahitan) linen, diketahui oleh kepala
bagian yang bersangkutan.
9) Penggunaan deterjen pencuci ditetapkan oleh bagian rumah
tangga dan maintenance.
10) Lantai dan ruang tempat kerja laundry dibersihkan dua kali
sehari yaitu pagi dan siang.
11) Pembersihan kereta dorong linen kotor dibersihkan setiap
hari dan kereta linen bersih dibersihkan satu minggu satu kali.
12) Pencucian tower dilaksanakan satu bulan sekali.
13) Lokasi laundry jauh dari ruangan pasien dan tidak berada di
jalur lalu lintas.
14) Ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya antara lain :
a) Ruang Linen Kotor
b) Ruang Linen Bersih
c) Tempat cuci kereta dorong.
d) Tempat kereta linen bersih dan kotor.
e) Kamar mandi/WC tersedia untuk petugas pencucian.
f) Gudang tempat penyimpanan perlengkapan kebersihan dan
perlengkapan pencucian.
g) Tempat pembersihan linen kotor sebelum dicuci.
h) Tersedianya tempat cuci tangan dan larutan desinfeksi.
i) Penempatan ruang-ruang diatur sedemikian rupa sehingga linen
bersih tidak terkontaminasi dengan linen kotor.
j) Alur lalu lintas linen kotor dan bersih terpisah mulai dari
pintu masuk Unit Laundry.
k) Petugas laundry sebelum dan sesudah bekerja harus selalu
mencuci tangan.
l) Alat Pelindung Diri (APD) yang harus digunakan oleh petugas
laundry yaitu :
Masker
Sepatu Boot
f. Standar Material
Pemilihan material linen disesuaikan dengn fungsi, cara
perawatan, dan penampilan yang diharapkan.
g. Standar Ukuran dan Jumlah
Linen rumah sakit merupakan barang habis pakai yang mempunyai
standar ukuran yang diperhitungkan tidak dari penggunaannya tetapi
juga dari biaya pengadaan dengan adanya ukuran tempat tidur standar
maka ukuran linen distandarkan menjadi:
Jenis linen yang digunakan di RS. ........:
NoJenis LinenJumlahUkuran
1Laken297P = 238 cm, L = 138 cm
2Steek laken207P = 149 cm, L = 75 cm
3Sarung bantal248P = 65 cm, L = 47 cm
4Sarung guling100P = 95 cm, L = 33 cm
5Selimut salur68P = 168 cm, L = 157 cm
6Selimut tebal44P = 190 cm, L = 150 cm
7Laken VIP/Bunga47P = 236 cm, L = 160 cm
8Bed cover14P = 203 cm, L = 150 cm
9Perlak merah + biru159P = 134 cm, L = 74 cm
10Pernel127P = 123 cm, L = 72 cm
11Lap tangan10P = 56 cm, L = 50 cm
12Doek besar10P = 150 cm, L = 150 cm
13Doek sedang10P = 100 cm, L = 100 cm
14Doek kecil10P = 50 cm, L = 50 cm
15Laken putih5P = 256 cm, L = 150 cm
16Baju pasien ukuran (S)51S
17Baju pasien ukuran (M)49M
18Baju pasien ukuran (L)64L
19Baju pasien ukuran (XL)62XL
20Gordyn besar hijau muda310
21Gordyn besar hijau tua206
22Gordyn gambar33
23Gordyn gambar kecil21
24Gordyn orange besar9
25Gordyn orange kecil172
26Gordyn biru muda23
27Popok128
28Topi22
29Gurita30
30Baju bayi70
31Spanduk kain warna2P = 5 m, L = 1,5 m
32Jas dokter26
33Sarung tangan + kaki43
34Sarung guling kotak8
35Taplak meja13
36Waslap140
37Mukena10
38Handuk kecil38
39Bantal40
40Guling35
h. Bahan Kimia yang digunakan di Unit Laundry RS. ........1)
Cheml
(Deterjen)
2) Chemca
(Pemutih)
3) Chemsour
(Pelembut)
4) STTP
(Penghilang Minyak)
5) Presept
(Desinfektan)
6) Oxalid Exid
(Menghilangkan Noda)
7) Creolin
(Pembersih Lantai)
8) Lysol
(Desinfektan)
6. Pengendalian Serangga dan Tikusi. Pengertian
1) Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya
adalah upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus, dan
binatang pengganggu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi
vektor penularan penyakit.
2) Vektor (serangga dan tikus) dalam program sanitasi rumah
sakit adalah semua jenis serangga dan tikus yang dapat menularkan
beberapa penyakit tertentu, merusak bahan pangan di gudang dan
peralatan instalasi rumah sakit.
3) Insektisida adalah bahan kimia beracun yang digunakan untuk
campuran umpan untuk membunuh serangga atau tikus atau binatang
pengganggu lainnya di dalam maupun di luar rumah sakit.
j. Tata Cara Pengendalian Serangga dan Tikus
1) Tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu
lainnya yaitu :
a. Tempat penampungan sampah.
b. Saluran air limbah.
c. Tempat penyimpanan, pengelolaan, dan penyajian makanan.
d. Penampungan air bersih.
e. Gudang : Farmasi, Peralatan, dll.
2) Pengendalian Nyamuk, Kecoa, Lalat, dan Tikus:
a. Pengendalian Nyamuk
Pemberantasan jentik nyamuk di saluran-saluran air dengan
menambahkan kimia Vectoback.
Pemberantasan di ruang-ruang perawatan dan instalasi dengan
treatment spraying, sedangkan di luar ruangan menggunakan treatment
fogging satu minggu dua kali.
b. Pengendalian Kecoa
Pemberantasan kecoa dengan cara fisik atau mekanis yaitu dengan
membunuh langsung dengan alat pemukul, menyiram tempat perindukan
dengan air panas dan menutup celah-celah dinding.
Secara kimia dengan menggunakan insektisida dengan pengasapan,
bubuk, semprotan, dan umpan.
c. Pengendalian Lalat
Pengendalian lalat khususnya di Instalasi Gizi dengan memasang
Elektrik Fly Killer.
d. Pengendalian Tikus
Pengendalian tikus secara fisik dengan cara memasang perangkap,
sebagai alternatif terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan
menggunakan umpan beracun.
3) Pemeliharaan Kebersihan
a. Penampungan, pengangkutan, dan pembuangan sampah yang benar
dan sesuai dengan ketentuan merupakan unsur pengendalian yang
sangat penting.
b. Diusahakan tidak terjadi penumpukan sisa makanan menginap di
dalam ruangan.
c. Kebersihan ruangan dan halaman merupakan tindakan yang sangat
penting
4) Tenaga Pengelola
a. Bagian Rumah Tangga dan Maintenance.
7. Sterilisasi/Desinfeksik. Pengertian
1) Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan atau menghilangkan
kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan
ruang melalui desinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik dan
kimiawi.
2) Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah
mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora)
dengan cara fisik dan kimia.
3) Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua
mikroorganisme dengan cara fisik dan kimia.
l. Tata Cara Sterilisasi/DesinfeksiTata laksana strilisasi
sesuai dengan buku pedoman pelayanan sterilisasi RS. Efarin
Etaham.8. Perlindungan Radiasim. Pengertian
1) Radiasi adalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang
(media) dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau
partikel-partikel atau elementer dengan kinetik yang sangat tinggi
yang dilepaskan dari bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh
instansi di rumah sakit.
2) Pengamanan dampak radiasi adalah upaya perlindungan kesehatan
masyarakat dari dampak radiasi melalui promosi dan pencegahan
risiko atas bahaya radiasi, dengan melakukan kegiatan pemantauan,
investigasi dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia
yang terpajan atau alat yang mengandung radiasi.
3) Pemantauan radiasi adalah pemeriksaan rutin tingkat energi
radiasi di ruang kerja dan tingkat pemaparan pada kerja.
4) Evaluasi radiasi adalah rangkaian kegiatan sejak analisis
laboratorium penyidikan/pemeriksaan mendalam terhadap instansi dan
tindak lanjut.
n. Tata Cara Perlindungan Radiasi
1) Tata Laksana Perlindungan Radiasi harus sesuai dengan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004.
Diantaranya :
a) Perizinan.
b) Sistem Pembatasan Dosis.
c) Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap
Pemanfaatan Radiasi Pengion diantaranya :
d) Kalibrasi.
e) Penanggulangan Kecelakaan Radiasi.
f) Pengelolaan Limbah Radioaktif.9. Penyuluhan atau Pelatihan
Kesehatan Lingkungano. PengertianPenyuluhan kesehatan rumah sakit
adalah penyuluhan penyampaian pesan tentang penyehatan lingkungan
rumah sakit kepada pegawai, pasien, dan pengunjung serta dapat
memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah sakit dengan benar.
p. Tata Cara Penyuluhan/Pelatihan Kesehatan Lingkungan1)
Penyuluhan kesehatan lingkungan di rumah sakit dapat dilaksanakan
dengan teknik atau cara, tanya jawab dan bimbingan, ceramah dan
diskusi pameran, demonstrasi pemasangan poster/gambar, penyebaran
leaflet, dll.2) Kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan rumah
sakit dilakukan oleh seluruh pegawai rumah sakit di bawah
koordinasi tenaga atau unit organisasi yang menangani kesehatan
lingkungan rumah sakit.3) Pesan penyuluhan hendaknya di bedakan
berdasarkan sasarannya.a) Pesan penyuluhan untuk karyawan bersisi
hubungan fasilitas sanitasi pentingnya pengadaan, pemeliharaan, dan
pembersihan fasilitas sanitasi,.b) Pentingnya memberi contoh
terhadap pasien dan pengunjung tentang pemanfaatan fasilitas
sanitasi.c) Pesan penyuluhan untuk pasien, pengunjung, dan
masyarakat di sekitarnya berisi tentang cara-cara dan pentingnya
membiasakan dari hidup bersih dan sehat, memanfaatkan fasilitas
sanitasi dan fasilitas kesehatan lainnya.
1PAGE 15