Top Banner

of 52

buku ilmu resep teori kelas XII SMF

Feb 27, 2018

Download

Documents

Rida
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    1/52

    ILMU RESEP TEORI

    Jilid III ( untuk kelas III )

    Cetakan Pertama

    Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001

    KHUSUS DIPERGUN K N UNTUK SEKOL H MENENG H F RM SI

    Departemen Kesehatan RI

    Badan Pengembangan Dan PemberdayaanSumber Daya Manusia Kesehatan

    Pusdiknakes

    2004

    375.615 1

    Ind

    i

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    2/52

    ILMU RESEP TEORI

    Jilid III ( untuk kelas III )

    Cetakan Pertama

    Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001

    KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI

    Tim Penyusun :

    1. Drs. Seno Soetopo, Apt.

    2. Dra. Siti Atifah Wardiyati, Apt.

    3.

    Dra. Russie Rohadiyatie, Apt.

    4.

    Purwitaningsih, S.Pd.

    5.

    Drs. Syamsuni, Apt.

    Tim Pembahas Editor :

    1. Drs. Abd. Karim Zulkarnaen, Apt. M.Si.

    2. Drs. Fery Norhendy, Apt.

    3. Drs. Hendra Nanto, Apt.

    4. Dra. Zubaedah, Apt.

    5. Fahleni, S.Si., Apt.

    6. Yugo Susanto, S.Si., Apt.

    7. I. Wayan Sueta, B.A

    8. Yulie, Amd.

    9. Maryani

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    3/52

    ii

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang

    Maha Esa, atas segala rahmat dan petunjukNya, buku pegangan

    untuk siswa Sekolah Menengah Farmasi telah dapat disusunkembali. Penyusunan kembali ini disesuaikan dengan kurikulum

    baru yakni Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001.

    Kami sangat menghargai usaha Tim Penyusun buku

    pegangan ini yang dikoordinir oleh Sekretariat Bersama Sekolah

    Menengah Farmasi Se Indonesia dan telah melibatkan seluruh

    unsur SMF Se Indonesia.

    Kami harapkan buku ini sangat bermanfaat bagi siswa /

    peserta didik, guru / tenaga pendidik di sekolah dalam upaya

    peningkatan pengetahuan dan keterampilannya, selanjutnya dapat

    meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang farmasi

    khususnya dan dibidang kesehatan umumnya.

    Akhirnya untuk penyempurnaan cetakan selanjutnya kami

    harapkan adanya saran perbaikan dan kritik dari semua pembaca.

    Jakarta, Mei 2002

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    4/52

    PENGANTAR DARI SEKBER

    Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang farmasi telah

    diikuti dengan perombakan kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 1987 dengan kurikulum

    Sekolah Menengah Farmasi 2001. Dalam kurikulum baru ini telah diperjelas kompetensi

    seorang Asisten Apoteker berdampingan dengan peran tenaga farmasi lainnya.

    Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Buku Ilmu Resep Jilid

    III untuk siswa kelas III Sekolah Menengah Farmasi dapat terbit pada waktunya.

    Buku Ilmu Resep ini disusun kembali untuk disesuaikan dengan perkembangan jenis obat

    dan teknologinya disertai dengan harapan akan menjadi buku pegangan yang sangat

    bermanfaat bagi siswa Sekolah Menengah Farmasi.

    Kami sangat berterima kasih kepada Tim Penyusun, Tim Pembahas dan

    Editor yang telah bekerja keras sehingga buku ini dapat terbit pada waktunya.

    Jakarta, Mei 2004

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    5/52

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR

    PENGANTAR DARI SEKBER

    DAFTAR ISI

    Halaman

    ii

    iii

    iv

    BAB I : SUPPOSITORIA

    A.

    Pengertian

    B. MacamMacam Suppositoria

    C.

    Keuntungan Suppositoria

    D. Tujuan Penggunaan Obat Bentuk Suppositoria

    E.

    Bahan dasar Suppositoria

    F. Metoda Pembuatan Suppositoria

    G. Pengemasan Suppositoria

    H.

    Pemeriksaan Mutu Suppositoria

    I.

    Ovulae / Ovula

    1

    1

    1

    1

    2

    5

    6

    6

    6

    BAB II : TABLET / COMPRESSI

    A.

    Pengertian

    B. Penggolongan

    C.

    Komponen Tablet

    D. Cara Pembuatan Tablet

    E.

    MacamMacam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet

    F. SyaratSyarat Tablet Menurut F.I. ed. III & F.I., ed. IV

    G. Implants / Implan

    7

    7

    10

    10

    11

    12

    14

    BAB III : STERILISASIA.

    Pengertian

    B. Tujuan Suatu Obat Dibuat Steril

    C.

    CaraCara Sterilisasi Menurut F.I. ed. III

    D. CaraCara Sterilisasi Menurut F.I., ed. IV

    E. CaraCara Sterilisasi

    15

    15

    15

    15

    16

    BAB IV : INJECTIONES / INJEKSI

    A. Pengertian

    B. MacamMacam Cara Penyuntikan

    C. Komponen Obat Suntik

    D.

    Cara Pembuatan Obat Suntik

    E. Pemeriksaan

    F. SyaratSyarat Obat Suntik

    G. Penandaan Menurut F.I., ed. IV

    H. Keuntungan dan Kerugian Bentuk Sediaan Injeksi

    22

    22

    24

    34

    36

    38

    39

    39

    BAB V : INFUNDABILIA

    A. Pengertian

    B.

    Tujuan Pemberian Infus Intravena

    C. Perbedaan Injeksi Dengan Infus Intravena

    D.

    Syarat-syarat Infus Intravena

    40

    40

    40

    40

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    6/52

    BAB VI : AEROSOL

    A. Pengertian

    B.

    Keuntungan Pemakaian Aerosol

    C. Jenis / Sistem Aerosol

    D. Kelengkapan / Komponen Aerosol

    E. Pembuatan Aerosol

    F.

    Formulasi AerosolG. Cara Kerja Aerosol

    H. Pemeriksaan

    I.

    Penandaan Menurut F.I. ed. IV

    J. Signatura Pada Aerosol

    K.

    Inhalation / Inhalasi

    41

    41

    41

    42

    42

    4343

    43

    44

    44

    44

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    7/52

    BAB I

    SUPPOSITORIA / SUPOSITORIA

    A. PengertianSupositoria menurut FI edisi IVadalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan

    bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau urethra. Umumnya meleleh, melunakatau melarut dalam suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan

    setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik.

    B. Macam-Macam SuppositoriaMacam-macam Suppositoria berdasarkan tempat penggunaannya :

    1. Rektal Suppositoria sering disebut Suppositoria saja, bentuk peluru digunakan lewat

    rektal atau anus, beratnya menurut FI.ed.IV kurang lebih 2 g.

    Suppositoria rektal berbentuk torpedo mempunyai keuntungan, yaitu bila bagian yang

    besar masuk melalui jaringan otot penutup dubur, maka Suppositoria akan tertarik

    masuk dengan sendirinya.

    2. Vaginal Suppositoria (Ovula), bentuk bola lonjong seperti kerucut, digunakan lewatvagina, berat umumnya 5 g.

    Supositoria kempa atau Supositoria sisipan adalah Supositoria vaginal yang dibuat

    dengan cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk yang sesuai, atau dengan cara

    pengkapsulan dalam gelatin lunak.

    Menurut FI.ed.IV, Suppositoria vaginal dengan bahan dasar yang dapat larut /

    bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi berbobot 5 g. Supositoria

    dengan bahan dasar gelatin tergliserinasi (70 bag. gliserin, 20 bag. gelatin dan 10

    bag. air) harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 350

    C

    3. Urethral Suppositoria (bacilla, bougies) digunakan lewat urethra, bentuk batang

    panjang antara 7 cm - 14 cm.

    C. Keuntungan SuppositoriaKeuntungan penggunaan obat dalam Suppositoria dibanding peroral, yaitu

    1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.

    2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam lambung.

    3. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih cepat

    daripada penggunaan obat peroral.

    4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.

    D. Tujuan Penggunaan Obat Bentuk Suppositoria1. Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal, baik dalam rektum maupun vagina atau

    urethra, seperti penyakit haemorroid / wasir / ambein dan infeksi lainnya.

    2. Juga secara rektal digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap oleh

    membran mukosa dalam rektum,

    3. Apabila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan, seperti pasien mudah muntah,

    tidak sadar.

    4. Aksi kerja awal akan diperoleh secara cepat, karena obat diabsorpsi melalui mukosa

    rektal langsung masuk ke dalam sirkulasi darah,

    5. Agar terhindar dari pengrusakan obat oleh enzym di dalam saluran gastrointestinal dan

    perubahan obat secara biokimia di dalam hepar .

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    8/52

    Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat per rektal ialah :

    1. Faktor fisiologis:

    Rektum mengandung sedikit cairan dengan pH 7,2 dan kapasitas daparnya rendah.

    Epitel rektum keadaannya berlipoid (berlemak), maka diutamakan permeable

    terhadap obat yang tidak terionisasi (obat yang mudah larut dalam lemak).

    2. Faktor fisika-kimia dari obat dan basis:a. Kelarutan obat : Obat yang mudah larut dalam lemak akan lebih cepat terabsorpsi

    dari pada obat yang larut dalam air.

    b. Kadar obat dalam basis : bila kadar obat naik maka absorpsi obat makin cepat.

    c. Ukuran partikel : ukuran partikel obat akan mempengaruhi kecepatan larut dari obat

    ke cairan rektal.

    d. Basis Suppositoria : Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis lemak

    dilepas segera ke cairan rektal bila basis cepat melepas setelah masuk ke dalam

    rektum, dan obat akan segera diabsorpsi dan aksi kerja awal obat akan segera nyata.

    Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis larut dalam air, aksi kerja awal dari

    obat akan segera nyata bila basis tadi segera larut dalam air.

    E. Bahan Dasar SuppositoriaBahan dasar : ol. cacao (lemak coklat), gelatin tergliserinasi, minyak nabati

    terhidrogenasi, campuran PEG berbagai bobot molekul dan ester asam lemak PEG. Bahan

    dasar lain dapat digunakan seperti surfaktan nonionik misalnya ester asam lemak

    polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat.

    Bahan dasar Suppositoria yang ideal harus mempunyai sifat sebagai berikut :

    1. Padat pada suhu kamar, sehingga dapat dibentuk dengan tangan atau dicetak, tapi akan

    melunak pada suhu rektal dan dapat bercampur dengan cairan tubuh.

    2. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi

    3. Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat4. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna, bau dan pemisahan

    obat.

    5. Kadar air cukup

    6. Untuk basis lemak, bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan penyabunan harus

    jelas.

    Penggolongan bahan dasar Suppositor ia.

    1. Bahan dasar berlemak : Ol. Cacao (lemak coklat)

    2. Bahan dasar yang dapat bercampur atau larut dalam air : gliserin-gelatin,

    polietilenglikol (PEG)

    3. Bahan dasar lain : Pembentuk emulsi A/M.misalnya campuran Tween 61 85 % dengan

    gliserin laurat 15 %

    Suppositori a dengan bahan dasar Lemak coklat ( Ol. Cacao )

    - merupakan trigliserida dari asam oleat, asam stearat, asam palmitat, warna putih

    kekuningan, padat, berbau seperti coklat, meleleh pada suhu 31o- 34o.

    - karena mudah tengik, sebaiknya harus disimpan dalam wadah / tempat sejuk, kering dan

    terlindung dari cahaya.

    - Ol. Cacao dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya karena pemanasan

    tinggi. Diatas titik leburnya, Ol.Cacao akan meleleh sempurna seperti minyak dan akan

    kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk membentuk kristalnya kembali.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    9/52

    Bentuk-bentuk kristal Ol.Cacao tersebut adalah :

    bentuk (alfa) : terjadi bila lelehan Ol.Cacao tadi didinginkan dengan segera pada

    0o dan bentuk ini titik leburnya 24o (literatur lain 22o).

    bentuk ( beta ) : terjadi bila lelehan Ol.Cacao tadi diaduk-aduk pada suhu 18o -23o dan bentuk ini mempunyai titik lebur 28 o - 31o

    bentuk stabil (beta stabil) : terjadi dari perubahan perlahan-lahan bentuk disertai

    kontraksi volume dan bentuk ini mempunyai titik lebur 34 o -35 o ( literatur lain34,5o)

    bentuk (gamma) : terjadi dari pendinginan lelehan Ol.Cacao yang sudah dingin

    (20o) dan bentuk ini mempunyai titik lebur 18o

    Menghindari bentuk- bentuk kristal yang tidak stabil di atas dengan cara :

    Ol.Cacao tidak dilelehkan seluruhnya, cukup 2/3 saja yang dilelehkan.

    Penambahan sejumlah kecil bentuk kristal stabil ke dalam lelehan Ol.Cacao,

    untuk mempercepat perubahan bentuk tidak stabil menjadi bentuk stabil

    Pembekuan lelehan selama beberapa jam / hari

    - Lemak coklatmerupakan trigliserida, berwarna kekuningan, bau yang khas dan bersifat

    polimorfisme ( mempunyai banyak bentuk kristal ). Jika dipanasi sekitar 300 C mulai

    mencair dan biasanya meleleh sekitar 340- 350 C, tetapi suhu dibawah 300 C merupakan

    masa semi-padat. Jika pemanasannya tinggi, lemak coklat akan mencair sempurna

    seperti minyak dan akan kehilangan semua inti kristal yang stabil yang berguna untuk

    memadat. Bila didinginkan di bawah suhu 150 C, akan mengkristal dalam bentuk kristal

    metastabil. Agar mendapatkan Suppositoria yang stabil, maka pemanasan lemak coklat

    sebaiknya dilakukan sampai cukup meleleh saja sampai dapat dituang, sehingga tetap

    mengandung inti kristal dari bentuk stabil.

    - Untuk meninggikan titik leburlemak coklat digunakan tambahan Ceraatau Cetasium (

    Spermaseti ). Penambahan Cera flava tidak boleh lebih dari 6 % sebab akan

    memperoleh campuran yang mempunyai titik lebur di atas 37

    0

    C dan tidak boleh kurangdari 4 % karena akan memperoleh titik lebur di bawah titik leburnya ( < 33 0 C ). Jika

    bahan obatnya merupakan larutan dalam air, perlu diperhatikan bahwa lemak coklat

    hanya sedikit menyerap air, maka dengan penambahan Cera flava dapat juga menaikkan

    daya serap lemak coklat terhadap air.

    - Untuk menurunkan titik lebur lemak coklat dapat digunakan tambahan sedikit

    Kloralhidrat atau fenol, minyak atsiri.

    - Lemak coklat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh,

    oleh karena itu dapat menghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat yang

    diobati.

    - Lemak coklat jarang dipakai untuk sediaan vagina karena meninggalkan residu yang

    tidak dapat diserap, sedangkangelatin tergliserinasijarang dipakai untuk rektal karenadisolusinya lambat.

    - Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat, dapat dibuat dengan mencampurkan

    bahan obat yang dihaluskan ke dalam minyak lemak padat pada suhu kamar dan massa

    yang dihasilkan dibuat dalam bentuk yang sesuai atau dibuat dengan cara meleburkan

    minyak lemak dengan obat kemudian dibiarkan sampai dingin di dalam cetakan. Harus

    disimpan dalam wadah tertutup baik, pada suhu dibawah 300 C.

    Pemakaian air sebagai pelarut obat dengan bahan dasar Ol.Cacao sebaiknya dihindari

    karena :

    Menyebabkan reaksi antara obat-obat dalam Suppositoria.

    Mempercepat tengiknya Ol.Cacao Bila airnya menguap, obat tersebut akan mengkristal kembali dan dapat keluar dari

    Suppositoria.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    10/52

    Keburukan Ol.Cacao sebagai bahan dasar Suppositoria.

    Meleleh pada udara yang panas

    Dapat menjadi tengik pada penyimpanan yang lama

    Titik leburnya dapat turun atau naik bila ditambahkan bahan tertentu

    Adanya sifat Polimorfisme

    Sering bocor (keluar dari rektum karena mencair) selama pemakaian

    Tidak dapat bercampur dengan sekresi.

    Karena ada beberapa keburukan Ol.Cacao tersebut, maka dicari pengganti Ol.Cacao

    sebagai bahan dasar Suppositoria yaitu :

    1. Campuran asam oleat dengan asam stearat dalam perbandingan yang dapat diatur.

    2. Campuran cetilalkohol dengan Ol.Amygdalarum dalam perbandingan = 17 : 83

    3. Ol.Cacao sintetis : Coa buta , Supositol

    Suppositori a dengan bahan dasar PEG (Poli eti lengli kol)

    - mempunyai titik lebur350- 630

    - tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairansekresi tubuh

    - Formula yang dipakai : bahan dasar tidak berair: PEG 4000 4 % ( 25 % ) dan PEG 1000 96 % ( 75 % )

    bahan dasar berair: PEG 1540 30 %, PEG 6000 50 % dan Aqua + Obat 20 %

    Keuntungan :

    tidak mengiritasi / merangsang

    dapat disimpan diluar lemari es

    tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibanding Ol.Cacao.

    tetap kontak dengan lapisan mokosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh

    Kerugian :

    menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga terjadi rasa yang

    menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan Suppositoria ke dalam

    air sebelum digunakan. Pada etiket Supositoria ini harus tertera petunjuk " Basahidengan air sebelum digunakan ".

    dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan obat.

    - PEG merupakan polimerisasi etilenglikol dengan berat molekul antara 300 - 6000

    Dalam perdagangan terdapat : PEG 400 (Carbowax 400), PEG 1000 (carbowax 1000),

    PEG 1500 (carbowax 1500), PEG 4000 (carbowax 4000), PEG 6000 (carbowax

    6000). PEG di bawah 1000 berbentuk cair, sedangkan di atas 1000 berbentuk padat

    lunak seperti malam.

    - PEGsesuai untuk obat antiseptik. Jika diharapkan bekerja secara sistemik, lebih baik

    menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik agar diperoleh ketersediaan hayati yang

    maksimum. Meskipun bentuk nonionik dapat dilepaskan dari bahan dasar yang dapat

    bercampur dengan air seperti gelatin tergliserinasi atau PEG, tetapi cenderung sangat

    lambat larut sehingga dapat menghambat pengelepasan obat.

    - Pembuatan Suppositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan dasar lalu

    dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan Suppositoria dengan bahan dasar lemak

    coklat.

    Suppositori a dengan bahan dasar Gelati n

    - Dapat digunakan sebagai bahan dasar Vaginal Suppositoria.

    - Tidak melebur pada suhu tubuh, tetapi melarut dalam sekresi tubuh

    - Perlu penambahan pengawet ( Nipagin ) karena bahan dasar ini merupakan media yangbaik bagi pertumbuhan bakteri.

    - Penyimpanan harus ditempat yang dingin

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    11/52

    - Bahan dasar ini dapat juga digunakan untuk pembuatan Urethra Suppositoria dengan

    formula : gelatin 20, gliserin 60 dan aqua yang mengandung obat 20

    Kebaikan :

    dapat diharapkan berefek yang cukup lama, lebih lambat melunak, lebih mudah

    bercampur dengan cairan tubuh jika dibandingkan dengan Ol.Cacao.

    Keburukan:

    cenderung menyerap uap air karena sifat gliserin yang hygroskopis yang dapatmenyebabkan dehidrasi / iritasi jaringan, memerlukan tempat untuk melindunginya

    dari udara lembab supaya terjaga bentuknya dan konsistensinya.

    - Dalam farmakope Belanda terdapat formula Suppositoria dengan bahan dasar Gelatin.

    yaitu : panasi 2 bagian Gelatin dengan 4 bagian air dan 5 bagian Gliserin sampai

    diperoleh massa yang homogen. Tambahkan air panas sampai diperoleh 11 bagian.

    Biarkan massa cukup dingin dan tuangkan dalam cetakan hingga diperoleh Suppositoria

    dengan berat 4 gram. Obat yang ditambahkan dilarutkan atau digerus dengan sedikit air

    atau Gliserin yang disisakan dan dicampurkan pada massa yang sudah dingin.

    Bahan dasar lainnya :- Bersifat seperti lemak yang larut dalam air atau bercampur dengan air, beberapa

    diantaranya membentuk emulsi tipe A//M

    Formulasinya : Tween 61 85 % dan Gliserin laurat 15 %

    Bahan dasar ini dapat menahan air atau larutan berair. Berat Suppositoria 2,5 g

    F. Metode Pembuatan Suppositoria1. Dengan tangan :

    - Hanya dengan bahan dasar Ol.Cacao yang dapat dikerjakan atau dibuat dengan

    tangan untuk skala kecil dan bila bahan obatnya tidak tahan terhadap pemanasan

    - Metode ini kurang cocok untuk iklim panas.

    2. Dengan mencetak hasil leburan:- Cetakan harus dibasahi lebih dahulu dengan Parafin cair bagi yang memakai bahan

    dasar Gliserin-gelatin, tetapi untuk Ol.Cacao dan PEG tidak dibasahi karena

    mengkerut pada proses pendinginan, akan terlepas dari cetakan.

    3. Dengan kompresi.

    - Metode ini, proses penuangan, pendinginan dan pelepasan Suppositoria dilakukan

    dengan mesin secara otomatis. Kapasitas bisa sampai 3500 - 6000 Suppositoria / jam.

    Pembuatan Suppositoria secara umum dilakukan dengan cara sebagai berikut:

    Bahan dasar Suppositoria yang digunakan supaya meleleh pada suhu tubuh atau dapat

    larut dalam cairan yang ada dalam rektum.

    Obatnya supaya larut dalam bahan dasar, bila perlu dipanaskan.

    Bila bahan obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk halus.

    Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh atau mencair, dituangkan ke dalam

    cetakan Suppositoria kemudian didinginkan.

    Cetakan tersebut terbuat dari besi yang dilapisi nikel atau dari logam lain, ada juga yang

    dibuat dari plastik Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan

    Suppositoria.

    Untuk mencetak bacilla dapat digunakan tube gelas atau gulungan kertas.

    Untuk mengatasi massa yang hilang karena melekat pada cetakan, maka pembuatan

    Suppositoria harus dibuat berlebih ( 10 % ) dan cetakannya sebelum digunakan harus

    dibasahi lebih dahulu dengan Parafin cair atau minyak lemak atau spiritus saponatus (

    Soft Soap liniment), tetapi spiritus saponatus ini, jangan digunakan untuk Suppositoriayang mengandung garam logam karena akan bereaksi dengan sabunnya dan sebagai

    pengganti digunakan Ol. Recini dalam etanol. Khusus Suppositoria dengan bahan dasar

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    12/52

    PEG dan Tween tidak perlu bahan pelicin cetakan karena pada pendinginan mudah

    lepas dari cetakannya yang disebabkan bahan dasar tersebut dapat mengkerut.

    G. Pengemasan Suppositoria

    1. Dikemas sedemikian rupa sehingga tiap Suppositoria terpisah, tidak mudah hancur atau

    meleleh.

    2. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari alumunium foil atau strip plastik sebanyak 6sampai 12 buah, untuk kemudian dikemas dalam dus.

    3. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik di tempat sejuk.

    H. Pemeriksaan Mutu SuppositoriaSetelah dicetak, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :

    1. Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada etiketnya.

    2. Test terhadap titik leburnya, terutama jika digunakan bahan dasar Ol.Cacao

    3. Test kerapuhan, untuk menghindari kerapuhan selama pengangkutan

    4. Test waktu hancur, PEG 1000 15 menit, Ol.Cacao dingin 3 menit

    5. Test homogenitas.

    I. Ovulae / OvulaOvula adalah sediaan padat , umumnya berbentuk telur mudah melemah

    (melembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat luar

    khusus untuk vagina. Sebagai bahan dasar ovula harus dapat larut dalam air atau meleleh

    pada suhu tubuh.

    Sebagai bahan dasar dapat digunakan lemak coklat atau campuran PEG dalam

    berbagai perbandingan. Bobot ovula adalah 3 - 6 gram, umumnya 5 gram. Ovula disimpan

    dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    13/52

    BAB II

    TABLET / COMPRESSI

    A. PengertianMenurut FI edisi IV, tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan

    atau tanpa bahan pengisi. Tablet berbentuk kapsulumumnya disebut kaplet. Bolusadalahtablet besar yang digunakan untuk obat hewan besar.

    Bentuk tablet umumnya berbentuk cakram pipih / gepeng, bundar, segitiga, lonjong

    dan sebagainya. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk menghindari / mencegah /

    menyulitkan pemalsuan dan agar mudah dikenal orang. Warna tablet umumnya putih.

    Tablet yang berwarna kemungkinan karena zat aktifnya berwarna, tetapi ada tablet yang

    sengaja diberikan warna dengan maksudagar tablet lebih menarik, mencegah pemalsuan,

    membedakan tablet yang satu dengan tablet yang lain.

    Etiket pada tablet harus mencantumkan nama tablet / zat aktif yang terkandung,

    jumlah zat aktif ( zat berkhasiat ) tiap tablet.

    B. Penggolongan1. Berdasarkan metode pembuatan :

    a. Tablet cetak

    b. Tablet kempa.

    a. Tablet cetak

    Dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi umumnya mengandung laktosa dan serbuk

    sukrosadalam berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan etanol prosentase

    tinggi. Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam sistem

    pelarut dan derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk yang lembab ditekan

    dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan

    kering. Tablet cetak agak rapuh, sehingga harus hati-hati dalam pengemasan danpendistribusian.Kepadatan tablettergantungpada ikatan kristal yang terbentuk selama

    proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang

    diberikan.

    b. Tablet kempa

    Dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan

    cetakan baja. Umumnya tablet kempa mengandung bahan zat aktif, bahan pengisi,

    bahan pengikat, desintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan

    lak ( pewarna diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut ) yang

    diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.

    Tablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya

    silendris, digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat.

    Tablet hipodermikadalah tablet cetakyang dibuat dari bahan yang mudah larut atau

    melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan

    untuk injeksi hipodermik.

    Tablet Sublingualdigunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah, sehingga

    zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau jika

    diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti halnya tablet nitrogliserin.

    Tablet bukal digunakan dengan cara meletakkan tablet diantara pipi dan gusi,

    sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.Tablet effervesent yang larut dibuat dengan cara dikempa; selain zat aktif, juga

    mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan Natrium bikarbonat, yang

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    14/52

    jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida ; disimpan dalam wadah

    tertutup rapat atau dalam kemasan tahan lembab, pada etiket tertera tidak untuk langsung

    ditelan.

    Tablet kunyahdimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak

    dalam rongga mulut. Diformulasikan untuk anak-anak, terutama formulasi multivitamin,

    antasida dan antibiotik tertentu. Dibuat dengan cara dikempa, umumnya menggunakan

    manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi, mengandungbahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa.

    2.Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh:

    Dibedakan menjadi 2 ( dua ) bagian.

    a. Bekerja lokal : tablet hisap untuk pengobatan pada rongga mulut. Ovula pengobatan

    pada infeksi di vagina.

    b. Bekerja sistemik: per oral. Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi :

    1) Yang bekerja short acting(jangka pendek), dalam satu hari memerlukan beberapa

    kali menelan tablet.

    2) Yang bekerja long acting ( jangka panjang ) dalam satu hari cukup menelan satu

    tablet. Long acting ini dapat dibedakan lagi menjadi:a) Delayed action tablet ( DAT )

    Dalam tablet ini terjadi penangguhan pelepasan zat berkhasiat karena

    pembuatannya sebagai berikut : Sebelum dicetak, granul-granul dibagi dalam

    beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak diapa-apakan, kelompok kedua

    disalut dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat, kelompok

    ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari kelompok kedua,

    demikian seterusnya, tergantung dari macamnya bahan penyalut dan lama kerja

    obat yang dikehendaki. Granul-granul dari semua kelompok dicampurkan dan

    baru dicetak.

    b) Repeat action tablet ( RAT )Granul-granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu menjadi

    tablet inti ( core tablet ). Kemudian granul-granul yang kurang lama pecahnya

    dimampatkan di sekelilingnya kelompok pertama sehingga terbentuk tablet baru.

    3. Berdasarkan jeni s bahan penyalut.

    Macam-macam tablet salut :

    a. Tablet salut biasa / salut gula ( dragee ), disalut dengan gula dari suspensi dalam air

    mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau titanium

    dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin. Kelemahan salut gula

    adalah waktu penyalutan lama, dan perlu penyalut tahan air. Hal ini memperlambat

    disolusi dan memperbesar bobot tablet.

    Tahapan pembuatan salut gula :

    1) Penyalutan dasar (subcoating)

    Dilakukan jika tablet mengandung zat yang hygroskopis, menggunakan salut

    penutup (sealing coat) agar air dari subcoating syrup tidak masuk ke dalam tablet.

    2)Melicinkan (smoothing)

    Adalah proses agar tablet menjadi bulat dan licin, menggunakansmoothing syrup.

    3)Pewarnaan (coloring)

    Dilakukan dengan memberi zat warna yang dicampur pada sirup pelicin.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    15/52

    4)

    Penyelesaian (finishing)

    Proses terakhir dari penyalutan tablet, yaitu pengeringan salut sehingga terbentuk

    hasil akhir yang licin.

    5)Pengilapan (polishing)

    Yaitu proses yang menghasilkan tablet salut menjadi mengkilap, dengan

    menggunakan cera.

    b. Tablet salut selaput (film coated tablet / fct), disalut dengan hidroksipropil

    metilselulosa, metil selulosa, hidrosi propil selulosa, Na-CMC dan campuran selulosa

    asetat ftalat dengan P.E.G yang tidak mengandung air atau mengandung air.

    c. Tablet salut kempa : Tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat

    yang terdiri dari laktosa, kalsium fosfat dan zat lain yang cocok. Mula-mula dibuat

    tablet inti, kemudian dicetak kembali bersama granulat kelompok lain sehingga

    terbentuk tablet berlapis ( multi layer tablet ). Tablet ini sering dipergunakan untuk

    pengobatan secara repeat action.

    d. Tablet salut enterik (enteric coated tablet), (tablet lepas-tunda) jika obat dapat rusak

    atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, diperlukan

    penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati

    lambung.

    e. Tablet lepas-lambat (sustained release), (efek diperpanjang, efek pengulangan dan

    lepas lambat) dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka

    waktu tertentu setelah obat diberikan.

    Tujuan penyalutan tablet adalah :

    a. Melindungi zat aktif yang bersifat hygroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruhudara, kelembaban atau cahaya,

    b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak,

    c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik

    d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna. misalnya enteric tablet yang

    pecah di usus.

    4. Berdasarkan cara pemakaian.

    a. Tablet biasa / tablet telan : dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral dengan cara

    ditelan, pecah di lambung

    b. Tablet kunyah (chewable tablet) : Bentuk seperti tablet biasa, caranya dikunyah dulu

    dalam mulut kemudian ditelan., rasanya umumnya tidak pahit.

    c. Tablet hisap(lozenges, trochisi, pastiles) : adalah sediaan padat yang mengandung satu

    atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma, dan manis, yang

    membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam mulut. Tablet ini dibuat

    dengan cara tuang ( dengan bahan dasar gelatin dan atau sukrosa yang dilelehkan atau

    sorbitol ) disebut Pastilles atau dengan cara kempa tablet menggunakan bahan dasar

    gula disebut Trochisi. Dihisap di dalam rongga mulut, digunakan sebagai obat lokal

    pada infeksi di rongga mulut atau tenggorokan. Umumnya mengandung antibiotik,

    antiseptik, adstringensia.d. Tablet larut (effervescent tablet) : Contohnya Ca-D-Redoxon , Supradin Effervescent

    tablet.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    16/52

    e. Tablet implantasi (pelet): Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan bersi hormon

    steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet

    dimasukkan, kemudian kulit dijahit kembali. Zat khasiat akan dilepas perlahan-lahan.

    f. Tablet hipodermik (hypodermic tablet): tablet steril, berat umumnya 30 mg, larut dalam

    air digunakan dengan cara melarutkan ke dalam air untuk injeksi secara aseptik dan

    disuntikkan di bawah kulit ( subcutan ).

    g. Tablet bukal (buccal tablet)h. Tablet sublingual

    i. Tablet vagina (Ovula)

    C. Komponen TabletKomponen / formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif, bahan pengisi, bahan

    pengikat, desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (

    bahan warna yang diadsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut ) yang

    diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.

    1. Zat aktif harus memenuhi syarat yang ditentukan Farmakope

    2. Bahan excipient / bahan tambahana. Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah

    dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit atau sulit

    dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa mikrokristal

    b. Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk

    sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi misalnya gom

    akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, CMC, pasta pati terhidrolisa,

    selulosa mikrokristal.

    c. Bahan penghancur / pengembang (desintegran) berfungsi membantu hancurnya

    tablet setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang termodifikasi secara

    kimia, asam alginat, selulosa mikrokristal dan povidon sambung-silang

    d. Bahan pelicin (lubrikan/ lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama prosespengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada

    cetakan. Misalnyasenyawa asam stearatdengan logam, asam stearat, minyak nabati

    terhidrogenasi dan talk. Umumnya lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga dapat

    menurunkan kecepatan desintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar

    lubrikan yang berlebih harus dihindari. PEG dan garam Lauril sulfat dapat

    digunakan tetapi kurang memberikan daya lubrikasi yang optimal dan perlu kadar

    yang lebih tinggi.

    e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalirnya serbuk,

    umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Misalnya Silika

    pirogenik koloidal.

    f. Bahan penyalut (coating agent): lihat di atas pada jenis bahan penyalut

    3. Ajuvans

    a. Bahan pewarna (colour) dan lak berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk

    identitas produk. Misalnyazat pewarna dari tumbuhan.

    b. Bahan pengharum (flavour)berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak

    enak (tablet isap Penisillin), biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya

    lama di mulut. Misalnya macam-macam minyak atsiri.

    D. Cara Pembuatan Tablet

    Bahan obat dan zat-zat tambahan umumnya berupa serbuk, tidak dapat langsungdicampur dan kemudian dicetak menjadi tablet, karena akan ambyar dan mudah pecah

    tabletnya. Campuran serbuk itu harus diubah menjadi granul-granul, yaitu kumpulan

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    17/52

    serbuk dengan volume lebih besar yang melekat satu dengan lain. Cara mengubah serbuk

    menjadi granul ini disebutgranulasi.

    Tujuan granulasi adalah sebagai berikut :

    1. supaya sifat alirnya baik (free-flowing) : granul dengan volume tertentu dapat mengalir

    teratur dalam jumlah yang sama ke dalam mesin pencetak tablet.

    2. ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibanding bentuk serbuk

    jika diukur dalam volume yang sama. Makin banyak udaranya, tablet makin mudahpecah.

    3. pada saat dicetak, tidak mudah melekat pada stempel (punch) dan mudah lepas dari

    matris (die)

    Granul-granul yang dibentuk masih diperbolehkan mengandung butiran-butiran

    serbuk lembut / halus (fines) antara 10 % 20 % yang bermanfaat untuk memperbaiki sifat

    alirnya (free-flowing).

    Cara pembuatan tablet dibagi menjadi 3 cara yaitu granulasi basah, granulasi kering

    (mesin rol atau mesin slag) dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah

    untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa.

    Granulasi basah,

    Dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat, zat pengisi dan zat penghancur sampai

    homogen, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan

    pewarna. Setelah itu diayak menjadi granul, dan dikeringkan dalam almari pengering

    pada suhu 400 - 500 C ( tidak lebih dari 600 C ) . Setelah kering diayak lagi untuk

    memperoleh granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin /

    lubrikan dan dicetak menjadi tablet dengan mesin tablet.

    Cara granulasi basah menghasilkan tablet yang lebih baik dan dapat disimpan lama

    dibanding cara granulasi kering.

    Granulasi kering / slugging / pre compression,

    Dilakukan dengan mencampurkan zat khasiat , zat pengisi dan zat penghancur , bila

    perlu ditambahkan zat pengikat, zat pelicin menjadi massa serbuk yang homogen, lalu

    dikempa cetak pada tekanan tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slugging) yang tidak

    berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran

    partikel yang diinginkan. Akhirnya dikempa cetak lagi sesuai ukuran tablet yang

    diinginkan.

    Keuntungan, tidak diperlukan panas dan kelembaban dalam proses granulasi kering ini

    serta penggunaan alatnya lebih sederhana.

    Kerugian, menghasilkan tablet yang kurang tahan lama dibanding dengan cara granulasi

    basah.

    Cetak/kempa langsung, dilakukan apabila:

    1. jumlah zat khasiat per tabletnya cukup untuk dicetak.

    2. zat khasiatnya mempunyai sifat alir yang baik (free-flowing)

    3. zat khasiatnya berbentuk kristal yang bersifatfree-flowing

    Bahan pengisi untuk kempa langsung yang paling banyak digunakan adalah selulosa

    mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan

    beberapapati termodifikasi. Misalnya tablet Hexamin, tablet NaCl, tablet KMnO4.

    E. Macam-Macam Kerusakan Pada Pembuatan Tablet1. Binding : kerusakan tablet yang disebabkan massa yang akan dicetak melekat pada

    dinding ruang cetakan.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    18/52

    2. Sticking / picking:pelekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah yang disebabkan

    permukaan punch tidak licin, pencetak masih ada lemaknya, zat pelicin kurang,

    massanya basah.

    3. Whiskeri ng:terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan, terjadi pelelehan

    zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya pada penyimpanan dalam

    botol-botol, sisi-sisi yang lebih akan lepas dan menghasilkan bubuk.

    4. Spli ting/caping

    Spliting : lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah.

    Caping : membelahnya tablet di bagian atasnya

    Penyebabnya adalah :

    a. Daya pengikat dalam massa tablet kurang.

    b. Massa tablet terlalu banyak fines, terlalu banyak mengandung udara sehingga setelah

    dicetak udara akan keluar.

    c. Tenaga yang diberikan pada pencetakan tablet terlalu besar, sehingga udara yang

    berada di atas massa yang akan dicetak sukar keluar dan ikut tercetak.

    d. Formulanya tidak sesuaie. Die dan punch tidak rata

    5. Motli ng:terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet.

    6. Crumbling:tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurang tekanan pada

    pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.

    F. Syarat - Syarat Tablet Menurut FI. ed.III dan FI. ed. IV

    1. Keseragaman ukuran ( F I .ed. I I I )

    Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebalnyatablet.

    2. Keragaman bobot dan keseragaman kandungan (F I ed. I V)

    Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut (FI.ed.III ):

    a. Ditimbang 20 tablet dan dihitung bobot rata-ratanya.

    b. Jika ditimbang satu per satu , tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari

    bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom " A " dan tidak

    boleh ada satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari

    harga dalam kolom " B ".

    c. Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tabletpun yang

    bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom

    " A " maupun kolom " B " .

    Bobot rata-

    rata tablet

    Penyimpangan bobot rata-rata dalam %

    A B

    < 25mg 15 30

    26150 mg 10 20

    151300 mg 7,5 15

    > 300 mg 5 10

    Tablet harus memenuhi uji keragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian terbesar

    dari tablet dan jika uji keragaman bobot cukup mewakili keseragaman kandungan.Keragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan

    jika zat aktif merupakan bagian kecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    19/52

    Oleh karena itu, umumnya farmakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang

    mengandung zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50 % bobot

    sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya

    dilakukan pada tiap tablet. (FI.ed.IV)

    3. Waktu hancur dan disolusi, ( FI . ed. I I I dan F I ed. I V )

    Alat :tabung gelas panjang 80 mm sampai 100 mm, diameter dalam lebih kurang 28 mm,

    diameter luar 30 mm hingga 31 mm, ujung bawah dilengkapi kasa kawat tahan karat,

    lubang sesuai dengan pengayak nomor 4 , berbentuk keranjang. Keranjang disisipkan

    searah di tengah-tengah tabung kaca, diameter 45 mm, dicelupkan ke dalam air bersuhu

    antara 360- 380sebanyak lebih kurang 1000 ml, sedalam tidak kurang 15 cm sehingga

    dapat dinaik-turunkan dengan teratur. Kedudukan pada kawat kasa pada posisi tertinggi

    tepat di atas permukaan air dan kedudukan terrendah, mulut keranjang tepat di bawah

    permukaan air.

    Cara bekerjanya :

    Masukkan 5 tablet ke dalam keranjang, turun-naikkan keranjang secara teratur 30 kalitiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas

    kasa, kecuali fragmen berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang

    diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet

    tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit menit untuk tablet bersalut gula dan

    bersalut selaput.

    Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu per

    satu, kemudian ulangi lagi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan

    pengujian ini tablet harus memenuhi syarat di atas.

    Waktu hancur tablet salut enterik:

    Lakukan pengujian waktu hancur menggunakan alat dan menurut cara tersebut di atas,air diganti dengan lebih kurang 250 ml asam klorida ( HCl ) 0,06 N. Pengerjaan

    dilakukan selama 3 jam, tablet tidak larut kecuali zat penyalut. Angkat keranjang, cuci

    segera tablet dengan air. Ganti larutan asam dengan larutan dapar pH.6,8, atur suhu

    antara 360 dan 380, celupkan keranjang ke dalam larutan tersebut. Lanjutkan pengujian

    selama 60 menit. Pada akhir pengujian tidak terdapat bagian tablet di atas kasa kecuali

    fragmen zat penyalut. Jika tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan 5

    tablet dengan cakram penuntun. Dengan cara pengujian ini, tablet harus memenuhi

    syarat di atas.

    Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan melalui mulut, kecuali tablet yang

    harus dikunyah sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet lepas-lambat dan lepas-tunda.

    Untuk obat yang kelarutannya dalam air terbatas, uji disolusi akan lebih berarti dari

    pada uji waktu hancur.

    Cakram penuntun:

    Terdiri dari cakram yang terbuat dari bahan yang cocok, diameter lebih kurang 26 mm,

    tebal 2 mm, permukaan bawah rata, permukaan atas berlubang 3 dengan jarang masing-

    masing lubang 10 mm dari titik pusat, tiap lubang terdapat kasa kawat tahan karat,

    diameter 0,445 mm yang dipasang tegak lurus permukaan cakram dan dihubungkan

    dengan cincin penuntun yang dibuat dari kawat jenis sama, diameter 27 mm. Jarak

    cincin penuntun dengan permukaan atas cakram 15 mm. Beda antara diameter cakram

    penuntun dengan diameter keranjang dalam sebaiknya antara 1 mm dan 2 mm. Bobot

    cakram penuntun tidak kurang dari 1,9 gram dan tidak lebih dari 2,1 gram. Kecualidinyatakan lain, lakukan penetapan cara yang tertera pada waktu hancur tablet , waktu

    yang diperlukan untuk menghacurkan tablet bukal tidak lebih dari 4 jam.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    20/52

    4. Kekerasan tablet. ( FI . ed.I I I )

    Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya, agar tablet

    tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet ini erat hubungannya dengan

    ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet. Alat yang digunakan untuk

    pengukuran kekerasan tablet adalahHardness tester.

    5. Keregasan tablet ( Friabil ity )Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang. Penentuan

    keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapis (

    coating ). Alat yang digunakan disebutFriability tester.

    G. Implants / Implan

    Implan atau pelet adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi

    obat dengan kemurnian tinggi, dibuat dengan cara pengempaan atau pencetakan.

    Implan dimaksudkan untuk ditanam di dalam tubuh (subkutan) dengan tujuan

    memperoleh pelepasan obat secara berkesinambungan dalam jangka waktu lama.

    Implan ditanam dengan bantuan injektor khusus (tracor)atau dengan sayatan bedah.Implan biasanya mengandung hormon seperti testosteron atau estradiol yang dikemas

    dalam vial atau lembaran kertas timah steril.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    21/52

    BAB III

    STERILISASI

    A. PengertianSteril adalah suatu keadaan dimana suatu zat bebas dari mikroba hidup, baik yang

    patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen / non patogen (tidak menimbulkanpenyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam

    bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri

    dengan lapisan pelindung yang kuat)

    Tidak semua mikroba dapat merugikan, misalnya mikroba yang terdapat dalam

    usus yang dapat membusukkan sisa makanan yang tidak terserap oleh tubuh. Mikroba yang

    patogen misalnya Salmonella typhosa yang menyebabkan penyakit typus, E.coli yang

    menyebabkan penyakit perut.

    Sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruang / benda menjadi steril.

    Sedangkansanitasiadalah suatu proses untuk membuat lingkungan menjadi sehat..

    B. Tujuan Suatu Obat Dibuat SterilTujuan obat dibuat steril (seperti obat suntik) karena berhubungan langsung

    dengan darah atau cairan tubuh dan jaringan tubuh yang lain dimana pertahanan terhadap

    zat asing tidak selengkap yang berada di saluran cerna / gastrointestinal, misalnya hati

    yang dapat berfungsi untuk menetralisir / menawarkan racun (detoksikasi = detoksifikasi).

    Diharapkan dengan steril dapat dihindari adanya infeksi sekunder. Dalam hal ini

    tidak berlaku relatif steril atau setengah steril , hanya ada dua pilihan yaitu steril dan tidak

    steril.

    Sediaan farmasi yang perlu disterilkan adalah obat suntik / injeksi, tablet implant,

    tablet hipodermik dan sediaan untuk mata seperti tetes mata / Guttae Ophth., cuci mata /

    Collyriumdan salep mata / Oculenta.

    C. Cara-Cara Sterilisasi Menurut FI.ed. III1. Cara A (pemanasan secara basah ; otoklaf pada suhu 115o - 116o selama 30 menit

    dengan uap air panas).

    2. Cara B(dengan penambahan bakterisida).

    3. Cara C(dengan penyaring bakteri steril).

    4. Cara D(pemanasan secara kering ; Oven pada suhu 150oselama satu jam dengan udara

    panas).

    5. Cara Aseptik (mencegah dan menghindari lingkungan dari cemaran bakteri seminimal

    mungkin).

    D. Cara - Cara Sterilisasi Menurut FI.ed.IV.1. Sterilisasi uap

    Adalah proses sterilisasi thermal yang menggunakan uap jenuh dibawah tekanan selama

    15 menit pada suhu 121o. Kecuali dinyatakan lain, berlangsung di suatu bejana yang

    disebut otoklaf, dan mungkin merupakan proses sterilisasi paling banyak dilakukan.

    2. Sterilisasi panas kering

    Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang dilengkapi udara yang

    dipanaskan dan disaring. Rentang suhu khas yang dapat diterima di dalam bejana

    sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15o, jika alat sterilisasi beroperasi pada suhu tidak

    kurang dari 250o

    .

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    22/52

    3. Sterilisasi gas

    Bahan aktif yang digunakan adalah gas etilen oksida yang dinetralkan dengan gas inert,

    tetapi keburukan gas etilen oksida ini adalah sangat mudah terbakar, bersifat

    mutagenik, kemungkinan meninggalkan residu toksik di dalam bahan yang disterilkan,

    terutama yang mengandung ion klorida.

    Pemilihan untuk menggunakan sterilisasi gas ini sebagai alternatif dari sterilisasi termal,

    jika bahan yang akan disterilkan tidak tahan terhadap suhu tinggi pada sterilisasi uapatau panas kering.

    Proses sterilisasinya berlangsung di dalam bejana bertekanan yang didesain seperti pada

    otoklaf dengan modifikasi tertentu. Salah satu keterbatasan utama dari proses

    sterilisasi dengan gas etilen oksida adalah terbatasnya kemampuan gas tersebut untuk

    berdifusi sampai ke daerah yang paling dalam dari produk yang disterilkan.

    4. Sterilisasi denga radiasi ion

    Ada 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari radioisotop

    (radiasi gamma) dan radiasi berkas elektron. Pada kedua jenis ini, dosis yang

    menghasilkan derajat jaminan sterilitas yang diperlukan harus ditetapkan sedemikian

    rupa hingga dalam rentang satuan dosis minimum dan maksimum, sifat bahan yangdisterilkan dapat diterima. Walaupun berdasarkan pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad

    (Mrad) radiasi yang diserap, tetapi dalam beberapa hal, diinginkan dan dapat diterima

    penggunaan dosis yang lebih rendah untuk peralatan, bahan obat dan bentuk sediaan

    akhir.

    Cara ini dilakukan jika bahan yang disterilkan tidak tahan terhadap sterilisasi panas

    dan khawatir tentang keamanan etilen oksida. Keunggulan sterilisasi ini adalah

    reaktivitas kimia rendah, residu rendah yang dapat diukur serta variabel yang

    dikendalikan lebih sedikit.

    5. Sterilisasi dengan penyaringan

    Sterilisasi larutan yang labil terhadap panas sering dilakukan dengan penyaringanmenggunakan bahan yang dapat menahan mikroba, hingga mikroba yang dikandungnya

    dapat dipisahkan secara fisika.

    Perangkat penyaring umumnya terdiri dari suatu matriks berpori bertutup kedap atau

    dirangkaikan pada wadah yang tidak permeable. Efektivitas penyaring media atau

    penyaring subtrat tergantung pada ukuran pori matriks, daya adsorpsi bakteri dari

    matriks dan mekanisme pengayakan.

    Penyaring yang melepas serat, terutama yang mengandung asbes harus dihindari

    penggunaannya kecuali tidak ada penyaringan alternatif lain yang mungkin bisa

    digunakan.

    Ukuran porositas minimal membran matriks tersebut berkisar 0,2 m

    0,45 mtergantung pada bakteri apa yang hendak disaring. Penyaring yang tersedia saat ini

    adalah selulosa asetat, selulosa nitrat, flourokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat,

    poliester, polivinil klorida, vinil nilon, potef dan juga membran logam.

    6. Sterilisasi dengan cara aseptic

    Proses ini untuk mencegah masuknya mikroba hidup ke dalam komponen steril atau

    komponen yang melewati proses antara yang mengakibatkan produk setengah jadi atau

    produk ruahan atau komponennya bebas dari mikroba hidup.

    E. Cara - Cara Sterilisasi1. Dengan pemanasan secara kering.

    2. Dengan pemanasan secara basah.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    23/52

    3. Dengan penambahan zat-zat tertentu.

    4. Dengan cara penyinaran.

    5. Dengan memakai penyaring bakteri steril.

    6. Dengan cara aseptik

    Pemilihan cara sterilisasi harus mempertimbangkan beberapa hal seperti berikut:

    1. Stabilitas : sifat kimia, sifat fisika, khasiat, serat, struktur bahan obat tidak bolehmengalami perubahan setelah proses sterilisasi.

    2. Efektivitas: cara sterilisasi yang dipilih akan memberikan hasil maksimal dengan proses

    yang sederhana, cepat dan biaya murah.

    3. Waktu : lamanya penyeterilan ditentukan oleh bentuk zat, jenis zat, sifat zat dan

    kecepatan tercapainya suhu penyeterilan yang merata.

    Dengan pemanasan secara kering

    Ciri-ciri pemanasan kering :

    1. Yang dipanaskan adalah udara kering

    2.

    Proses pembunuhan mikroba berdasarkan oksidasi O2udara

    3.

    Suhu yang digunakan lebih tinggi, kira-kira 150o. Satu gram udara pada suhu 100o,jika didinginkan menjadi 99o hanya membebaskan 0,237 kalori.

    4. Waktu yang diperlukan lebih lama, antara 1 jam sampai 2 jam, kecuali pemijaran.

    5. Digunakan untuk sterilisasi bahan obat / alat yang tahan pemanasan tinggi.

    Contoh :

    1. Sterilisasi panas kering menurut FI.ed. IV ,

    Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus Oven modern yang dilengkapi udara yang

    dipanaskan dan disaring. Rentang suhu khas yang dapat diterima di dalam bejana

    sterilisasi kosong adalah lebih kurang 15o , jika alat sterilisasi beroperasi pada suhu tidak

    kurang dari 250o.

    Alat:

    Oven yaitu lemari pengering dengan dinding ganda, dilengkapi dengan termometer dan

    lubang tempat keluar masuknya udara, dipanaskan dari bawah dengan gas atau listrik.

    Bahan / alat yang dapat disterilkan dengan cara kering

    Alat-alat dari gelas (gelas kimia, gelas ukur, pipet ukur, erlemeyer, botol-botol, corong),

    bahan obat yang tahan pemanasan tinggi (minyak lemak, vaselin).

    2. Pemijaran

    Memakai api gas dengan nyala api tidak berwarna atau api dari lampu spiritus. Cara ini

    sangat sederhana, cepat dan menjamin sterilitas bahan / alat yang disterilkan, sayang

    penggunaannya hanya terbatas untuk beberapa alat / bahan saja.

    Syarat :

    Seluruh permukaan alat harus berhubungan langsung dengan api selama tidak kurang dari

    20 detik.

    Yang dapat disterilkan:

    Benda-benda logam (pinset, penjepit krus), gelas / porselin (sudip, batang pengaduk, kaca

    arloji, tabung reaksi, mulut wadah, erlemeyer, botol). Mortir dan stamper disiram denganalkohol mutlak kemudian dibakar. Bahan obat ( ZnO, NaCl, Talk )

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    24/52

    Dengan pemanasan secara basah

    Ciri-ciri pemanasan basah

    1. Yang dipanaskan adalah air menjadi uap air.

    2. Proses pembunuhan mikroba berdasarkan koagulasi/ penggumpalan zat putih telur

    dari mikroba tersebut .

    3. Waktu yang diperlukan lebih singkat, kira-kira 30 menit.

    4.

    Suhu yang diperlukan lebih rendah, maksimal 1160

    ( dalam otoklaf ). Satu gram uapair 1000jika mengembun menjadi air 1000membebaskan 536 kalori.

    5. Digunakan pada sediaan injeksi dengan pembawa berair.

    Contoh :

    1. Sterilisasi uap menurut FI.ed.IV.

    Sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus autoklaf yang ditetapkan dalam farmakope

    untuk media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 1210 , kecuali dinyatakan

    lain.

    Alat :

    Disebut otoklaf, yaitu suatu panci logam yang kuat dengan tutup yang berat, mempunyailubang tempat mengeluarkan uap air beserta krannya, termometer, pengatur tekanan udara,

    klep pengaman.

    Cara bekerja:

    Otoklaf dipanaskan, ventilasi dibuka untuk membiarkan udara keluar. Pengusiran udara

    pada otoklaf berdinding dua, uap air masuk dari bagian atas dan udara keluar dari bagian

    bawah yang dapat ditunjukkan pada gelembung yang keluar dari ujung pipa karet dalam

    air.

    Setelah udara bersih, bahan yang akan disterilkan dimasukkan sebelum air mendidih, tutup

    otoklaf dan dikunci, ventilasi ditutup dan suhu serta tekanan akan naik sesuai dengan yang

    dikehendaki. Atur klep pengaman supaya tekanan stabil.Setelah sterilisasi selesai, otoklaf dibiarkan dingin hingga tekanannya sama dengan

    tekanan atmosfir. Cara sterilisasi ini lebih efektif dibanding dengan pemanasan basah yang

    lain, karena suhunya lebih tinggi.

    Bahan / alat yang dapat disterilkan :

    Alat pembalut, kertas saring, alat gelas ( buret, labu ukur ) dan banyak obat-obat tertentu.

    2. Direbus dalam air mendidih.

    Lama penyeterilan dihitung sejak air mulai mendidih. Spora tidak dapat mati dengan cara

    ini, penambahan bakterisida (fenol 5 % , lisol 2 - 3 %) dapat mempersingkat waktu

    penyeterilan. Beberapa alat kedokteran dapat disterilkan dengan cara ini.

    3. Tyndalisasi / Pasteurisasi.

    Digunakan pada bahan obat yang tidak tahan pemanasan tinggi dan tidak dapat disaring

    dengan penyaring bakteri ( emulsi, suspensi ).

    Caranya:

    Panaskan pada suhu 700 - 800 selama 40 60 menit, untuk mematikan mikroba bentuk

    vegetatifnya. Diamkan pada suhu 300 selama 24 jam , untuk membiarkan mikroba bentuk

    spora berubah menjadi bentuk vegetatif. Ulangi pemanasan selama 3

    5 hari berturut-turut.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    25/52

    4. Dengan uap air pada suhu 1000.

    Alat : Semacam dandang. Alat yang akan disterilkan harus dimasukkan setelah mendidih

    dan kelihatan uapnya keluar.

    Keuntungan : uap air yang mempunyai daya bakterisida lebih besar jika dibanding dengan

    pemanasan kering karena mudah menembus dinding sel mikroba dan akan

    menggumpalkan zat putih telurnya.

    Dengan penambahan zat-zat tertentu .

    Zat-zat yang ditambahkan dapat berfungsi sebagai :

    1. Penyuci hama (desinfektan) :

    Suatu zat anti mikroba yang digunakan untuk berbagai peralatan kedokteran /

    instrumen / barang / benda dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada

    manusia; dapat mematikan mikroba patogen, jadi mencegah infeksi (germisida),

    mematikan bakteri (bakterisida), mematikan fungi / cendawan / jamur (fungisida).

    2. Antiseptika:

    Suatu zat anti mikroba yang biasa digunakan secara topikal / lokal pada tubuh

    manusia ; dapat mencegah pembiakan bakteri.Bakteriostatika: mencegah pertumbuhan fungi / cendawan / jamur.

    Zat pengawet : mencegah pertumbuhan bakteri dan cendawan dalam makanan atau

    minuman.

    3. Antibiotik:

    Segolongan zat yang dihasilkan oleh cendawan atau bakteri yang dapat menentang /

    mematikan cendawan atau bakteri lain.

    Contoh :

    1. Untuk bahan obatsterilisasi dapat dilakukan dengan :

    Penambahan bakterisida, FI.ed.III ( cara B ).Sediaan dibuat dengan melarutkan atau mensuspensikan bahan obat dalam larutan

    klorokresol P 0,2 % b/v dalam air untuk injeksi atau dalam larutan bakterisida yang

    cocok dalam air untuk injeksi. Isikan ke dalam wadah, kemudian ditutup kedap. Jika

    volume dalam tiap wadah tidak lebih dari 30 ml. Panaskan pada suhu 980sampai

    1000 selama 30 menit. Jika volume dalam tiap wadah lebih dari 30 ml, waktu

    sterilisasi diperpanjang hingga seluruh isi tiap wadah berada pada suhu 980sampai

    1000selama 30 menit. Cara ini tidak dapat digunakan untuk sterilisasi injeksi dosis

    tunggal secara intravena, injeksi intratekal / intrasisternal / peridural .

    2. Untuk alat-alatsterilisasi dapat dilakukan dengan :

    Zat yang dipakai : alkohol-alkohol, kresol, fenol, formaldehida, garam raksa organik

    / anorganik, amonium kwartener.

    Caranya:

    Alat yang disterilkan direndam dalam larutan bakterisida, untuk logam tambahkan

    zat yang dapat mencegah perkaratan (Natrium nitrat, Natrium borat). Didihkan

    selama 20 menit bersama dengan Natrium karbonat 1 2 %, sefirol 1 %, fenol 5 %,

    losol 2 %.

    3. UntukRuangansterilisasi dapat dilakukan dengan cara :

    Disemprot dengan larutan bakterisida kemudian didiamkan beberapa waktu. Udara

    diisap dan diganti dengan udara yang sudah steril (dilewatkan melalui penyaringudara).

    Zat yang digunakan :

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    26/52

    - uap farmaldehida

    - Campuran 1 bagian etilen oksida dan 9 bagian gas karbondioksida (CO 2) dan dapat

    dipanaskan hingga suhu 600. Jika hanya etilen oksida saja dengan udara akan

    mudah terbakar atau meledak.

    Dengan cara penyinaran

    1. Menurut FI.ed.IV Sterilisasi dengan radiasi ionAda 2 jenis radiasi ion yang digunakan yaitu disintegrasi radioaktif dari

    radioisotop ( radiasi gamma ) dan radiasi berkas elektron. Pada kedua jenis ini , dosis

    yang menghasilkan derajat jaminan sterilitas yang diperlukan harus ditetapkan sedemikian

    rupa hingga dalam rentang satuan dosis minimum dan maksimum, sifat bahan yang

    disterilkan dapat diterima.

    Walaupun berdasarkan pengalaman dipilih dosis 2,5 megarad (Mrad) radiasi yang

    diserap, tetapi dalam beberapa hal , diinginkan dan dapat diterima penggunaan dosis yang

    lebih rendah untuk peralatan, bahan obat dan bentuk sediaan akhir.

    Untuk mengukur serapan radiasi dapat menggunakan alatDosimeter kimia.

    Cara ini dilakukan jika bahan yang disterilkan tidak tahan terhadap sterilisasi panas dan

    khawatir tentang keamanan etilen oksida. Keunggulan sterilisasi ini adalah reaktivitaskimia rendah, residu rendah yang dapat diukur serta variabel yang dikendalikan lebih

    sedikit.

    2. Dengan sinar ultra violet ( u.v )

    Pada gelombang 200 - 2600 A0dapat membunuh mikroba patogen, spora, virus,

    jamur, ragi, bekerja efektif jika langsung menyinari bahan yang disterilkan. Digunakan

    untuk mensterilkan ruangan, udara, obat suntik.

    Pekerja perlu dilindungi dari sinar u.v karena dapat mempengaruhi kulit dan mata.

    Perlu kaca mata pelindung.

    3. Dengan sinar gamma.Digunakan isotop radio aktif, misalnya Cobalt 60.

    4. Dengan sinar X dan sinar Katoda.

    Sinar X dan elektron-elektron dengan intensitas tinggi mempunyai sifat dapat

    mematikan mikroba.

    Yang disterilkan : Penisillin-Na, Streptomycin sulfat, Hidrolisat protein, Hormon

    pituitarium, insulin, vaksin influensa, vaksin cacar.

    Dengan memakai penyaring bakter i ster il

    Larutan disaring melalui penyaring bakteri steril, diisikan ke dalam wadah steril, kemudian

    ditutup kedap menurut teknik aseptik .

    Keuntungan cara ini :

    1.

    Digunakan untuk bahan obat yang tidak tahan pemanasan tetapi larut dalam air.

    2. Dapat dilakukan dengan cepat, terutama untuk pembuatan kecil-kecilan.

    3.

    Semua mikroba hidup atau mati dapat disaring dari larutan, virus jumlahnya

    dikurangi.

    4. Penyaring dapat bersifat adsorpsi, sebagian besar virus dapat diadsorpsi

    Kerugian cara ini :

    1. Masih diperlukan zat bakterisida.

    2.

    Hanya dapat digunakan untuk pembawa berair, tidak dapat digunakan untukpembawa minyak.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    27/52

    3.

    Beberapa jenis penyaring dapat mengadsorpsi bahan obat, terutama kalau kadarnya

    kecil.

    4.

    Beberapa penyaring sukar dicuci : porselin, Keiselguhr.

    5. Beberapa penyaring bersifat alkalis (Seitz filter) dan penyaring dari asbes

    melepaskan asbes ke dalam larutan.

    6. Filtrat yang diperoleh belum bebas dari virus.

    Cara-cara menyaring:

    Ada 2 cara untuk menyaring , yaitu :

    1. Dengan tekanan positip: larutan dalam penyaring ditekan dengan tekanan yang lebih

    besar dari udara luar.

    2. Dengan tekanan negatip: larutan dalam penyaring diisap (penampung di vakumkan).

    Udara yang dipakai untuk itu harus udara bersih, biasanya digunakan gas nitrogen

    (N2) yang dialirkan melalui kapas berlemak dalam tabung gelas atau platina yang

    dipanaskan.

    Pembersihan penyaring bakteri:

    1. Dengan menyedot air bersih berlawanan dengan cara penyaringan atau larutan HClpanas lalu dibilas.

    2. Memasak dalam larutan Na-karbonat 2 % lalu dibilas (protein akan hancur , karena

    pH 8,5)

    3. Penyaring bakteri disterilkan dengan cara pemanasan kering, pemijaran, otoklaf atau

    secara kimiawi..

    Dengan cara aseptik

    Cara sterilisasi dengan menggunakan teknik yang dapat memperkecil

    kemungkinan terjadi cemaran/ kontaminasi dengan mikroba hingga seminimal mungkin.

    Digunakan untuk bahan obat yang tidak dapat disterilkan dengan cara pemanasan

    atau dengan cara penyaringan.Caranya:

    Bahan obat : memenuhi syarat p.i , tidak disterilkan.

    Zat pembawa : disterilkan tersendiri dahulu.

    Zat pembantu : disterilkan tersendiri.

    Alat-alat : disterilkan dengan cara yang cocok.

    Ruang kerja : bersih, bebas debu, dan angin, disterilkan dengan sinar u.v atau cara

    lain yang sesuai.

    Kemudian bahan obat, zat pembawa, zat pembantu disimpan secara aseptic dalam ruang

    aseptic hingga terbentuk obat / larutan injeksi dan dimasukkan ke dalam wadah secara

    aseptic.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    28/52

    BAB IV

    INJECTIONES / INJEKSI

    A. PengertianInjeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang

    harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkandengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.

    Dalam FI.ed.IV, sediaan steril untuk kegunaan parenteral digolongkan menjadi 5

    jenis yang berbeda:

    1. Sediaan berupa larutan dalam air / minyak / pelarut organik yang lain yang digunakan

    untuk injeksi, ditandai dengan nama, Injeksi................

    Dalam FI.ed.III disebut berupaLarutan.Misalnya :

    Inj.Vit.C, pelarutnya aqua pro injection

    Inj.Camphor oil , pelarutnya Olea neutralisata ad injection

    Inj.Luminal, pelarutnya Sol Petit atau propilenglikol dan air

    2 Sediaan padat kering (untuk dilarutkan) atau cairan pekat tidak mengandung dapar,pengencer atau bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan

    pelarut yang sesuai memenuhi persyaratan injeksi, ditandai dengan nama ,

    ...................Steril.

    Dalam FI.ed..III disebut berupa zat padat kering jika akan disuntikkan ditambah zat

    pembawa yang cocok dan steril, hasilnya merupakan larutan yang memenuhi syarat

    larutan injeksi. Misalnya : Inj.Dihydrostreptomycin Sulfat steril

    3 Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang

    memenuhi persyaratan untuk suspensi sterilsetelahpenambahan bahan pembawa yang

    sesuai, ditandai dengan nama , ............ Steril untuk Suspensi.

    Dalam FI.ed.III disebut berupa zat padat kering jika akan disuntikkan ditambah zatpembawa yang cocok dan steril, hasilnya merupakan suspensi yang memenuhi syarat

    suspensi steril. Misalnya : Inj. Procaine Penicilline Gsteril untuk suspensi.

    4 Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan

    secara intravena atau ke dalam saluran spinal, ditandai dengan nama , Suspensi..........

    Steril.

    Dalam FI.ed.III disebut Suspensi steril ( zat padat yang telah disuspensikan dalam

    pembawa yang cocok dan steril) .

    Misalnya : Inj. SuspensiHydrocortisone Acetatsteril

    5 Sediaan berupa emulsi, mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau bahan

    tambahan lain, ditandai dengan nama, ............. Untuk Injeksi.

    Dalam FI.ed.III disebut bahan obat dalam pembawa cair yang cocok, hasilnya

    merupakan emulsi yang memenuhi semua persyaratan emulsi steril. Misalnya : Inj.

    Penicilline Oil untuk injeksi

    B. Macam-Macam Cara Penyuntikan1. Injeksi intrakutan ( i.k / i.c ) atau intradermal

    Dimasukkan ke dalam kulit yang sebenarnya, digunakan untuk diagnosa. Volume

    yang disuntikkan antara 0,1 - 0,2 ml, berupa larutan atau suspensi dalam air.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    29/52

    2. Injeksi subkutan ( s.k / s.c ) atau hipodermik

    Disuntikkan ke dalam jaringan di bawah kulit ke dalam alveolar, volume yang

    disuntikkan tidak lebih dari 1 ml. Umumnya larutan bersifat isotonik, pH netral,

    bersifat depo (absorpsinya lambat). Dapat diberikan dalam jumlah besar (volume 3 - 4

    liter/hari dengan penambahan enzym hialuronidase), bila pasien tersebut tidak dapat

    diberikan infus intravena. Cara ini disebut"Hipodermoklisa".

    3. Injeksi intramuskuler ( i.m )

    Disuntikkan ke dalam atau diantara lapisan jaringan / otot. Injeksi dalam bentuk

    larutan, suspensi atau emulsi dapat diberikan secara ini. Yang berupa larutan dapat

    diserap dengan cepat, yang berupa emulsi atau suspensi diserap lambat dengan

    maksud untuk mendapatkan efek yang lama. Volume penyuntikan antra 4 - 20 ml,

    disuntikkan perlahan-lahan untuk mencegah rasa sakit.

    4. Injeksi intravenus ( i.v )

    Disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah vena. Bentuknya berupa larutan,

    sedangkan bentuk suspensiatau emulsi tidak boleh, sebab akan menyumbat pembuluh

    darah vena tersebut. Dibuat isitonis, kalau terpaksa dapat sedikit hipertonis(disuntikkannya lambat / perlahan-lahan dan tidak mempengaruhi sel darah); volume

    antara 1 - 10 ml. Injeksi intravenus yang diberikan dalam dosis tunggal dengan volume

    lebih dari 10 ml, disebut "infus intravena/ Infusi/Infundabilia". Infusi harus bebas

    pirogen dan tidak boleh mengandung bakterisida, jernih, isotonis.

    Injeksi i.v dengan volume 15 ml atau lebih tidak boleh mengandung bakterisida

    Injeksi i.v dengan volume 10 ml atau lebih harus bebas pirogen.

    5. Injeksi intraarterium ( i.a )

    Disuntikkan ke dalam pembuluh darah arteri / perifer / tepi, volume antara 1 - 10 ml,

    tidak boleh mengandung bakterisida.

    6. Injeksi intrakor / intrakardial ( i.kd )

    Disuntikkan langsung ke dalam otot jantung atau ventriculus, tidak boleh mengandung

    bakterisida, disuntikkan hanya dalam keadaan gawat.

    7. Injeksi intratekal (i.t), intraspinal, intrasisternal (i.s), intradural ( i.d ), subaraknoid.

    Disuntikkan langsung ke dalam saluran sumsum tulang belakang pada dasar otak (

    antara 3 -4 atau 5 - 6 lumbra vertebrata ) yang ada cairan cerebrospinalnya. Larutan

    harus isotonis karena sirkulasi cairan cerebrospinal adalah lambat, meskipun larutan

    anestetika sumsum tulang belakang sering hipertonis. Jaringan syaraf di daerah

    anatomi disini sangat peka.

    8. Intraartikulus

    Disuntikkan ke dalam cairan sendi di dalam rongga sendi. Bentuk suspensi / larutan

    dalam air.

    9. Injeksi subkonjuntiva

    Disuntikkan ke dalam selaput lendir di bawah mata. Berupa suspensi / larutan, tidak

    lebih dari 1 ml.

    10. Injeksi intrabursa

    Disuntikkan ke dalam bursa subcromillis atau bursa olecranon dalam bentuk larutansuspensi dalam air.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    30/52

    11.Injeksi intraperitoneal ( i.p )

    Disuntikkan langsung ke dalam rongga perut. Penyerapan cepat ; bahaya infeksi besar

    12. Injeksi peridural ( p.d ), extradural, epidural

    Disuntikkan ke dalam ruang epidural, terletak diatas durameter, lapisan penutup

    terluar dari otak dan sumsum tulang belakang.

    C. Susunan Isi ( Komponen ) Obat Suntik1. Bahan obat / zat berkhasiat

    2. Zat pembawa / zat pelarut

    3. Bahan pembantu / zat tambahan

    4. Wadah dan tutup

    1. Bahan obat / zat berkhasiat

    a) Memenuhi syarat yang tercantum sesuai monografinya masing-masing dalam

    Farmakope.

    b) Pada etiketnya tercantum :p.i(pro injection)

    c) Obat yang beretiket p.a ( pro analisa ) walaupun secara kimiawi terjaminkualitasnya, tetapi belum tentu memenuhi syarat untuk injeksi.

    2. Zat pembawa / zat pelarut

    Dibedakan menjadi 2 bagian :

    a) Zat pembawa berair

    Umumnya digunakan air untuk injeksi. Disamping itu dapat pula digunakan injeksi

    NaCl, injeksi glukosa, injeksi NaCl compositus, Sol.Petit. Menurut FI.ed.IV, zat

    pembawa mengandung air, menggunakan air untuk injeksi, sebagai zat pembawa

    injeksi harus memenuhi syarat Uji pirogen danuji Endotoksin Bakteri. NaCl dapat

    ditambahkan untuk memperoleh isotonik. Kecuali dinyatakan lain, Injeksi NaCl

    atau injeksi Ringerdapat digunakan untukpengganti air untuk injeksi.

    Air untuk injeksi ( aqua pro injection )dibuat dengan cara menyuling kembali air

    suling segar dengan alat kaca netral atau wadah logam yang dilengkapi dengan labu

    percik. Hasil sulingan pertama dibuang, sulingan selanjutnya ditampung dalam

    wadah yang cocok dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk

    untuk injeksi, harus disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C segera setelah

    diwadahkan.

    Air untuk injeksi bebas udaradibuat dengan mendidihkan air untuk injeksi segar

    selama tidak kurang dari 10 menit sambil mencegah hubungan dengan udara

    sesempurna mungkin, didinginkan dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai

    pelarut serbuk untuk injeksi , harus disterilkan dengan cara sterilisasi A, segera

    setelah diwadahkan.

    b)

    Zat pembawa tidak berair

    Umumnya digunakan minyak untuk injeksi (olea pro injection) misalnya Ol.

    Sesami, Ol. Olivarum, Ol. Arachidis.

    Pembawa tidak berair diperlukan apabila:

    (1) Bahan obatnya sukar larut dalam air

    (2)

    Bahan obatnya tidak stabil / terurai dalam air.(3) Dikehendaki efek depo terapi.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    31/52

    Syarat-syarat minyak untuk injeksi adalah :

    (1) Harus jernih pada suhu 100.

    (2) Tidak berbau asing / tengik

    (3) Bilangan asam 0,2 - 0,9

    (4) Bilangan iodium 79 - 128

    (5) Bilangan penyabunan 185 - 200

    (6)

    Harus bebas minyak mineral(7) Memenuhi syarat sebagai Olea Pinguia yaitu cairan jernih atau massa padat

    yang menjadi jernih diatas suhu leburnya dan tidak berbau asing atau tengik

    Obat suntik dengan pembawa minyak, tidak boleh disuntikkan secara i.v , hanya

    boleh secara i.m.

    3. Bahan pembantu / zat tambahan

    Ditambahkan pada pembuatan injeksi dengan maksud:

    a) Untuk mendapatkan pH yang optimal

    b) Untuk mendapatkan larutan yang isotonis

    c) Untuk mendapatkan larutan isoionid) Sebagai zat bakterisida

    e) Sebagai pemati rasa setempat ( anestetika lokal )

    f) Sebagai stabilisator.

    Menurut FI.ed.IV, bahan tambahan untuk mempertinggi stabilitasdan efektivitas

    harus memenuhi syarat antara lain tidak berbahaya dalam jumlah yang digunakan, tidak

    mempengaruhi efek terapetik atau respon pada uji penetapan kadar.

    Tidak boleh ditambahkan bahan pewarna, jika hanya mewarnai sediaan akhir.

    Pemilihan dan penggunaan bahan tambahan harus hati-hati untuk injeksi yang diberikan

    lebih dari 5 ml. Kecuali dinyatakan lain berlaku sebagai berikut :

    Zat yang mengandung raksa dan surfaktan kationik, tidak lebih dari 0,01 % Golongan Klorbutanol, kreosol dan fenol tidak lebih dari 0,5 %

    Belerang dioksida atau sejumlah setara dengan Kalium atau Natrium Sulfit, bisulfit

    atau metabisulfit , tidak lebih dari 0,2 %

    a) Untuk mendapatkan pH yang optimal

    pH optimal untuk darahatau cairan tubuh yang lain adalah 7,4 dan disebutIsohidri.

    Karena tidak semua bahan obat stabil pada pH cairan tubuh, sering injeksi dibuat di

    luar pH cairan tubuh dan berdasarkan kestabilan bahan tersebut.

    Pengaturan pH larutan injeksi diperlukan untuk:

    1. Menjamin stabilitas obat, misalnya perubahan warna, efek terapi optimal obat,

    menghindari kemungkinan terjadinya reaksi dari obat.

    2. Mencegah terjadinya rangsangan / rasa sakit waktu disuntikkan.

    Jika pH terlalu tinggi (lebih dari 9) dapat menyebabkan nekrosis jaringan

    (jaringan menjadi mati), sedangkan pH yang terlalu rendah (di bawah 3)

    menyebabkan rasa sakit jika disuntikkan. misalnya beberapa obat yang stabil

    dalam lingkungan asam : Adrenalin HCl, Vit.C, Vit.B1.

    pH dapat diatur dengan cara :

    1. Penambahan zat tunggal , misalnya asam untuk alkaloida, basa untuk golongan sulfa.

    2. Penambahan larutan dapar, misalnya dapar fosfat untuk injeksi, dapar borat untuk obat

    tetes mata.

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    32/52

    Yang perlu diperhatikan pada penambahan dapar adalah:

    1. Kecuali darah, cairan tubuh lainnya tidak mempunyai kapasitas dapar.

    2. Pada umumnya larutan dapar menyebabkan larutan injeksi menjadi hipertonis.

    3. Bahan obat akan diabsorpsi bila kapasitas dapar sudah hilang, maka sebaiknya obat

    didapar pada pH yang tidak jauh dari isohidri. Jika kestabilan obat pada pH yang jauh

    dari pH isohidri, sebaiknya obat tidak usah didapar, karena perlu waktu lama untuk

    meniadakan kapasitas dapar.

    b) Untuk mendapatkan larutan yang isotonis

    Larutan obat suntik dikatakan isotonisjika :

    1. Mempunyai tekanan osmotis sama dengan tekanan osmotis cairan tubuh ( darah,

    cairan lumbal, air mata ) yang nilainya sama dengan tekanan osmotis larutan NaCl

    0,9 % b/v.

    2.Mempunyai titik beku sama dengan titik beku cairan tubuh, yaitu - 0,520C.

    Jika larutan injeksi mempunyai tekanan osmotis lebih besar dari larutan NaCl 0,9 %

    b/v, disebut " hipertonis ", jika lebih kecil dari larutan NaCl 0,9 % b/v disebut "

    hipotonis" .Jika larutan injeksi yang hipertonis disuntikkan, air dalam sel akan ditarik keluar dari

    sel , sehingga sel akan mengkerut, tetapi keadaan ini bersifat sementara dan tidak akan

    menyebabkan rusaknya sel tersebut.

    Jika larutan injeksi yang hipotonis disuntikkan, air dari larutan injeksi akan diserap

    dan masuk ke dalam sel, akibatnya dia akan mengembang dan menyebabkan pecahnya

    sel itu dan keadaan ini bersifat tetap. Jika yang pecah itu sel darah merah, disebut "

    Haemolisa ". Pecahnya sel ini akan dibawa aliran darah dan dapat menyumbat

    pembuluh darah yang kecil.

    Jadi sebaiknya larutan injeksi harus isotonis, kalau terpaksa dapat sedikit hipertonis,tetapi jangan sampai hipotonis.

    Cairan tubuh kita masih dapat menahan tekanan osmotis larutan injeksi yang sama

    nilainya dengan larutan NaCl 0,6 - 2,0 % b/v.

    Larutan injeksi dibuat isotonis terutama pada penyuntikan:

    1. Subkutan : jika tidak isotonis dapat menimbulkan rasa sakit, sel-sel sekitar

    penyuntikan dapat rusak, penyerapan bahan obat tidak dapat lancar.

    2. Intralumbal , jika terjadi perubahan tekanan osmotis pada cairan lumbal, dapat

    menimbulkan perangsangan pada selaput otak.

    3. Intravenus, terutama pada Infus intravena, dapat menimbulkan haemolisa.

    Perhitungan IsotonisIsotonis adalah suatu keadaan dimana tekanan osmotis larutan obat yang sama dengan

    tekanan osmotis cairan tubuh kita. (darah, air mata )

    Hipotonis : tekanan osmotis larutan obat < tekanan osmotis cairan tubuh

    Hipertonis : tekanan osmotis larutan obat > tekanan osmotis cairan tubuh

    Cara menghitung tekanan osmose :

    Banyak rumus dipakai, yang pada umumnya berdasarkan pada perhitungan

    terhadap penurunan titik beku. Penurunan titik beku darah, air mata adala -0,520C.

    Larutan NaCl 0,9 % b/v adalah larutan garam fisiologis yang isotonis dengan

    cairan tubuh.Beberapa cara menghitung tekanan osmose :

    a. Dengan cara penurunan titik beku air yang disebabkan 1% b/v zat khasiat (PTB)

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    33/52

    b. Dengan cara Equivalensi NaCl

    c. Dengan cara derajat disosiasi

    d. Dengan cara grafik

    Cara PTB dengan rumus menurut FI.

    Suatu larutan dinyatakan isotonik dengan serum atau cairan mata, jika membeku pada

    suhu -0,520

    C. Untuk memperoleh larutan isotonik dapat ditambahkan NaCl atau zatlain yang cocok yang dapat dihitung dengan rumus :

    Rumus-1 : B =

    0,52b1C

    b2

    Keterangan :

    B adalah bobot zat tambahan ( NaCl ) dalam satuan gram

    untuk tiap 100 ml larutan

    0,52 adalah titik beku cairan tubuh ( -0,52 )

    b1 adalah PTB zat khasiat

    C adalah konsentrasi dalam satuan % b/v zat khasiat

    b2 adalah PTB zat tambahan ( NaCl )

    Tiga jenis keadaan tekanan osmotis larutan obat:

    1 KeadaanIsotonis apabila nilai B = 0 ; maka b1C = 0,52

    2. Keadaanhipotonis apabila nilai B positip;

    maka b1C < 0,52

    3. Keadaan hipertonisapabila nilai B negatip ;

    maka b1C > 0,52

    Contoh soal :

    1. Jika diketahui bahwa penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1 % b/v Asam

    Borat 0,288 , maka kadar asan borat dalam 300 ml larutan asan borat isotonis adalah

    ...............

    a. 1,805 % b/v c. 5,410 % b/v

    b.0,402 % b/v d. 5,417 % b/v

    Jawab :

    Misalkan kadar asam borat = X%b/v

    B =

    0,52 - b1C

    b2

    Agar isotonis, maka 0 = 0,52 - 0,288 * X

    b20,288 X = 0,52 X = 1,805

    Jadi kadar Asam Borat = 1,805 % b/v

    2. Jumlah volume larutan glukosa yang isotonis dapat dibuat jika tersedia 50 gram

    glukosa ( PTB glukosa = 0,1 ), adalah...........

    a. 555,6 ml b. 868,1 ml c. 892,9 ml d. 961,5 ml

    Jawab :

    Misalkan kadar glukosa = X % b/v

    Agar isotonis, maka 0 = 0,52 - 0,1 X X =0,52/0,1 = 5,2

    Jadi untuk tiap 100 cc diperlukan Glukosa sebanyak 5,2 gram. Dengan demikian

    apabila Glukosa yang tersedia 50 gram, maka volume yang diperoleh sebanyak :

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    34/52

    50

    x 100 CC = 99,601 CC50,2

    3. Bila dicampur 100 ml larutan asam borat 1,8 % b/v dan 100 ml larutan garam dapur

    0,9 % b/v dan diketahui penurunan titik beku larutan disebabkan 1 % asam borat =

    0,288, Natrium klorida = 0,576 maka akan didapat larutan yang .......a. hipotonis c. isotonis

    b. hipertonis d. sangat hipertonis

    Jawab :

    C asam boratmenjadi =1,8 gram/200 ml

    0,9 gram/100 ml 0,9 % b/v C NaCl menjadi =0,9

    gram/200 ml0,45 gram/100 ml0,45 % b/v

    Jadi b1x C + b2x C 2= 0,9 x 0,288 + 0,45 x 0,576

    = 0,2592 + 0,2592 = 0,5184 = 0,52

    Berarti b x C = 0,52 atau harga B = 0, maka larutan tersebutisotonik.

    4. Jika diketahui penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1% vitamin C adalah

    0,104 C, maka untuk membuat 500 ml larutan vitamin C isotonis diperlukan vitaminC sebanyak ......

    a. 5 gram b. 10 gram c. 15 gram d. 25 gram

    Jawab:

    Misalkan kadar Vit.C = X % b/v

    B =

    0,52 - b1C

    b2

    Agar isotonis, maka 0 = 0,52 - 0,104 * X

    b2

    0,104 X = 0,52

    X = 5Jadi kadar Vit C = 5 % b/v, maka untuk 500 cc diperlukan Vit.C sebanyak500/100x 5

    gram = 25 gram

    5. R/ Methadon HCL 10 mg

    mf. Isot. C. NaCl ad. 10 ml

    a = 0,101 (PTB Methadon HCl)

    b = 0,576 (PTB. NaCl)

    Maka NaCl yang diperlukan supaya larutan isotonis adalah ..

    A. 0,088 g C. 0,885 g

    B. 0,073 g D. tidak perlu ditambah

    Jawab :C Methadon HCL=

    10 mg/10 ml 0,100 gram/ 100 ml0,1% b/v

    B =

    0,52b1C

    b2

    Agar isotonis, maka B = 0,52 - 0,1 x 0,101

    0,576

    B = 0,885243

    Jadi bobot NaCl yang masih diperlukan untuk tiap 100 cc = 0,885243 gram,

    maka untuk 10 cc , bobot NaCl yang masih diperlukan adalah = 0,0885243 gram

    0,088 gram

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    35/52

    Cara Ekivalensi NaCl.

    Yang dimaksud dengan ekivalen dari NaCl ( E ) adalah sekian gram NaCl yang

    memberikan efek osmose yang sama dengan 1 gram dari suatu zat terlarut tertentu.

    Jika E Efedrin HCl= 0,28 ; berarti tiap 1 gram Efedrin HCl 0,28 gram NaCl.

    Jadi dapat dianalogikan sebagai berikut :

    Ex= a ; artinya tiap 1 gram zat X ~ a gram NaCl

    Ex= E ; artinya tiap 1 gram zat X ~ E gram NaClJika bobot zat X =Wgrammaka ekivalennya adalah W x Egram NaClLarutan isotonis NaCl 0,9 % b/v ; artinya tiap 100 ml NaCl ~ 0,9 gram NaCl

    Jika bobot NaCl = W x Egram ; maka Volume yang isotonis adalah ( W x E )100/0,9

    ; sehingga dapat kita rumuskan sebagai berikut :

    Rumus-2 V' = ( W x E ) 100/0,9 = ( W x E ) 111,1

    Keterangan :

    V' = Volume larutan yang sudah isotonis dalamsatuan ml.

    W =bobot zat aktip dalamsatuan gramE =Nilai ekivalensi zat aktip

    Jika Volume larutan = V ml dan Volume yang sudah isotonis = V' ml ; maka

    Volume yang belum isotonis adalah (V - V') ml, sedangkan volume untuk

    tiap 100 ml NaCl agar isotonis ~ 0,9 gram NaCl, maka bobot NaCl ( B ) yang masih

    diperlukan agar larutan menjadi isotonis adalah

    ( V - V ' ) x 0,9 / 100 ,

    maka B = ( V - V ' ) x 0,9 / 100

    atau B = ( 0,9/100 x V ) - ( 0,9/100 x V' ).

    Jika V'kita ganti dengan ( W x E ) 100 / 0,9 ,

    maka B = { 0,9/100 x V } { 0,9/100 x ( W x E ) 100/0,9 }

    dan akhirnya kita dapatkan rumus sebagai berikut :

    Rumus-3 : B = 0,9/100 x V - ( W x E )

    Keterangan :

    B = bobot zat tambahan dalamsatuan gram.

    V = Volume larutan dalamsatuan ml

    W = bobot zatkhasiat dalamsatuan gram

    E = Ekivalensi zat aktif terhadap NaCl

    Tiga jenis keadaan tekanan osmotis larutan obat:

    1. KeadaanIsotonis apabila nilai B = 0 ;

    maka 0,9/100 x V = ( W x E )

    2. Keadaanhipotonis apabila nilai B positip;

    maka 0,9/100 x V > ( W x E )

    3. Keadaan hipertonisapabila nilai B negatip;

    maka 0,9/100 x V < ( W x E )

    Contoh Soal :

    1. Bila 0,76 gram NaCl harus ditambahkan ke dalam 100 ml 1 % b/v larutan Atropin

    Sulfat, maka larutan Atropin Sulfat isotonis adalah........................a. 6,43 % b/v b. 6 % b/v c. 2 % b/v d. 1,18 % b/v

    Jawab :

  • 7/25/2019 buku ilmu resep teori kelas XII SMF

    36/52

    Cara A :

    E Atropin sulfat= 0,900 - 0,760 = 0,140

    Artinya 1 gram Atropin sulfat ~ 0,14 gram NaCl (dalam 100 ml)

    Jadi untuk larutan isotonis 0,9 gram NaCl dalam 100 ml ekivalen dengan 0,9/0,14 x 1

    gram Atropin sulfat = 6,43 gram/100 cc = 6,43 % b/v

    Cara B :E Atropin sulfat= 0,900 - 0,760 = 0,140 ; dan volume 100 ml

    Dengan rumus3 jika isotonis = 0,9/100 x 100 = W x 0,140

    W = 0,9/0,140= 6,43

    Jadi larutan Atropin Sulfat isotonisnya adalah 6,43 gram dalam 100 ml atau 6,43 %

    b/v

    2. Hitung berapa mg NaCl yang diperlukan untuk membuat larutan 2 % b/v Morfin HCl

    yang isotonis sebanyak 30 ml , jika diketahui dalam Tabel ekivalen FI untuk morfin

    adalah 755 , ......................

    Jawab :

    Dalam tabel ekivalen FI untuk Morfin HCl = 755,artinya 1 gram Morfin HCl menyebabkan ekivalen dengan 900 mg 755 mg =

    145 mg NaCl untuk tiap 100 ml atau dengan kata lain EMorfin HCl= 0,145.

    Bobot 2 % Morfin HCl dalam 30 ml larutan = 2/100x 30 gram = 0,6 gram

    Dari rumus3,

    B =

    0,9

    V - ( W x E )100

    =

    0,9

    30 - (0,6 x 0,145) = 0,27 - 0, 087 = 0,183100

    Jadi bobot NaCl yang masih harus ditambahkan adalah 0,183 gram

    3. Bobot NaCl yang harus ditambahkan pada Seng Sulfat 500 mg ( E= 0,15 ) dalam 30

    ml larutan agar larutan menjadi isotonis adalah..........................

    a. 0,825 gram c. 0,150 gramb. 0,195 gram d. 0,0825gram

    Jaw