Top Banner
Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika Makalah Disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia oleh Drs. Sukoco Oleh : Anisa Tri Hutami (995 408 86 70) Kelas XII IPA 2 SMA NEGERI 3 MODEL KOTA SORONG 1
32

Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

Nov 29, 2015

Download

Documents

bahasa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia oleh

Drs. Sukoco

Oleh :

Anisa Tri Hutami (995 408 86 70)

Kelas XII IPA 2

SMA NEGERI 3 MODEL KOTA SORONG

OKTOBER 2012

1

Page 2: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Allah-lah yang meninggikan langit, menghamparkan bumi dan menghidupkan kita semua diantaranya. Syukur yang tiada henti-hentinya senantiasa kita panjatkan kehadirat-Nya atas rahmat, hidayah serta inayah-Nya yang berupa kesempatan, kelapangan, kesehatan serta kemampuan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika tepat pada waktunya.

Makalah ini tentu tidak akan bisa selesai bila tanpa bantuan dari berbagai pihak, diantaranya : Drs. Sukoco selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, yang dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini, dan juga kepada teman-teman XII IPA 2 SMA N 3 Sorong, yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu.

Segala upaya telah penulis lakukan dalam menyusun makalah ini, namun wajar bila masih banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Allah semata. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat dijadikan masukan dalam penyusunan makalah dimasa yang akan datang.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran di sekolah dan di lingkungan sosial dan juga bagi diri penulis pribadi.

Sorong, 2 Oktober 2012

Penulis

2

Page 3: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................2

BAB I PENDAHULUAN......................................................................5

1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................5

1.2 TUJUAN..........................................................................................6

1.3 RUMUSAN MASALAH.................................................................6

1.4 MANFAAT......................................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI................................................................7

BAB III METODOLOGI.......................................................................9

3.1 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN........................................9

3.2 METODE PENELITIAN.................................................................9

3.2.1 METODE OBSERVASI...............................................................9

3.2.2 METODE WAWANCARA..........................................................9

3.2.3 METODE KEPUSTAKAAN........................................................10

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................11

4.1 PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DI

KALANGAN REMAJA..................................................................12

4.2 BAHASA PROKEM.........................................................................14

4.3 BAHASA ALAY...............................................................................16

4.4 REMAJA DAN BAHASA GAUL.....................................................18

4. 5 PENGARUH BAHASA GAUL TERHADAP

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA.........................................20

3

Page 4: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

BAB V PENUTUP....................................................................................21

5.1 KESIMPULAN....................................................................................21

5.2 SARAN................................................................................................21

DAFTAR RUJUKAN................................................................................22

4

Page 5: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya.Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya.Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.

Manusia itu tidak mungkin bekerja sama tanpa bahasa. Bahasa itu dipergunakan untuk berbagai keperluan dalam berbagai lapangan kehidupan. Setiap bahasa yang hidup digunakan kelompok manusia untuk berkomunikasi dan bekerjasama. Bahasa merupakan sarana untuk mentransfer apa yang kita inginkan kepada orang lain. Kita bisa menjelaskan dengan tepat apa yang kita pikirkan kepada orang lain menggunakan bahasa.

Sebuah pepatah berbunyi, “bahasa menunjukkan bangsa”. Pada 28 Oktober 1928 lalu, pemuda-pemudi Indonesia telah menyatakan dengan tegas bahwa bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang baik dan benar tentunya. Tapi yangmenjadi kenyataan sekarang adalah orang yang menggunakan bahasa indonesia dengan baik dan benar semakin jarang ditemui. Terutama di kalangan remaja. Seiring dengan perkembangan teknologi dan sekain cepat menyebarnya informasi, berkembang beragam trend dalam berbahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan.

Kalau kita perhatikan bahasa yang digunakan kaum remaja dan mencoba memahaminya, tidak jarang kaum yang tidak dapat dikatakan remaja lagi akan bingung, heran bahkan pusing karena tidak dapat mengerti apa yang diucapkan atau pun yang ditulis pada waktumereka berbicara dalam keadaan santai diantara mereka sendiri. Tampaknya bahasa yang digunakan itu merupakan bahasa yang biasa kita pakai sehari-hari atau campuran antara bahasa Indonesia, bahasa daerah, danbahasa asing. Dari bahasa yang digunakan ini ada sejumlah kosa kata yang dapat dipahami, tetepi ada yang tidak dapat dipahami.

Hal inilah yang sangat merisaukan masyarakat yang sama sekali tidak paham akan bahasa remaja ini sehingga menganggap bahwa merekaini merusak bahasa Indonesia baku. Bahasa remaja memang tidak pernah tetap, atau dengan katalain selalu berganti-ganti, sesuai dengan sifat remaja itu sendiri yang memang belum mapan. Perubahannya itu tidak dapat diramalkan, juga tidak oleh para remaja itu sendiri. Kalau kita tanyakan bahasa apa yang digunakan, kita akan mendapat jawaban bahwa ia berbicara dengan menggunakan bahasa prokem.

Ada satu fenomena yang menarik, yaitu fenomena alay yang mengemuka sejak beberapa tahun lalu. Alay, atau yang sekarang lazim disebut hipster, menggunakan bahasa-bahasa dan/atau kata-kata tercampur aduk antara huruf besar dan huruf kecil, angka serta penyingkatan kata yang ekstrim.

5

Page 6: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

Oleh karena itu, dalam makalah ini, penulis akan memaparkan fenomena berbahasa di kalangan remaja yang patut dikaji.

1.2 RUMUSAN MASALAHBerdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut :

· Bagaimanakah perkembangan bahasa Indonesia di kalangan remaja?

· Bagaimanakah pengaruh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia ?

1.3 TUJUAN

· Untuk mengetahui perkembangan bahasa Indonesia di kalangan remaja.

· Untuk mengetahui pengaruh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa indonesia.

1.3 MANFAAT1. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan untuk memahami perkembangan

bahasa di kalangan remaja.2. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran untuk memahami

pengaruh bahasa-bahasa yang berkembang belakangan ini terhadap bahasa Indonesia yang baik dan benar.

6

Page 7: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

BAB IILANDASAN TEORI

Pengertian bahasa :

Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa.Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

Lain halnya menurut Owen dalam Stiawan (2006:1), menjelaskan definisi bahasa yaitu language can be defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan).

Pendapat di atas mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (1989:4), beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barang kali juga untuk sistem generatif.Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer.

Menurut Santoso (1990:1), bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar.

Definisi lain, Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan (lenguage may be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Mackey (1986:12).

Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.

Hampir senada dengan pendapat Wibowo, Walija (1996:4), mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain.

Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin (1986:2), beliau memberi dua pengertian bahasa.Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi.Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.

7

Page 8: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

Sementara Pengabean (1981:5), berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan dan melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf.

Soejono (1983:01), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting dalam hidup bersama.

Pengertian alay :

Koentjara Ningrat: Alay adalah gejala yang dialami pemuda-pemudi Indonesia, yang ingin diakui statusnya di antara teman-temannya. Gejala ini akan mengubah gaya tulisan, dan gaya berpakain, sekaligus meningkatkan kenarsisan, yang cukup mengganggu masyarakat dunia maya (baca: Pengguna internet sejati, seperti blogger dan kaskuser). Diharapkan Sifat ini segera hilang, jika tidak akan mengganggu masyarakat sekitar.

Selo Soemaridjan: Alay adalah perilaku remaja Indonesia, yang membuat dirinya merasa keren, cantik, hebat diantara yang lain. Hal ini bertentangan dengan sifat Rakyat Indonesia yang sopan, santun, dan ramah.Faktor yang menyebabkan bisa melalui media TV (sinetron), dan musisi dengan dandanan seperti itu."

8

Page 9: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian di lakukan di SMA N 3 Model Kota Sorong, Jalan Jendral Sudirman no. 49.

Waktu penelitian : Penelitian diadakan dari tanggal 15 September 2012 sampai dengan tanggal 03 Oktober 2012.

3.2 Metode yang digunakan

Dalam penelitian ini, digunakan beberapa metode yang ada kaitannya dengan objek yang diteliti antara lain :

3.2.1 Metode Observasi

Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sistematis terhadap objek yang diteliti. Alasan penulis menggunakan metode observasi :

1. Untuk mengetahui secara langsung bagaimana penggunaan bahasa Indonesia di kalangan remaja, dalam hal ini siswa SMA N 3 Sorong.

2. Untuk mengetahui secara langsung bagaimana pengaruh penggunaan bahasa terhadap pergaulan siswa sehari-hari.

Instrumen-instrumen yang digunakan penulis dalam metode observasi adalah sebagai berikut:

1. Handphone, untuk melakukan observasi di dunia maya (Facebook dan Twitter)2. Buku catatan untuk menulis hal-hal penting selama observasi.

3.2.2 Metode Wawancara

Metode wawancara adalah pengamatan yang dilakukan melalui tanya jawab yang dilakukan seseorang dengan narasumber untuk memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang dibahas. Alasan penulis menggunakan metode wawancara :

1. Untuk mengetahui secara langsung, bagaimana pendapat dari siswa SMA N 3 itu sendiri mengenai bahasa pergaulannya sehari-hari.

2. Untuk mengetahui secara langsung, alasan dibalik penggunaan bahasa ‘gaul’ tersebut.

Instrumen-instrumen yang digunakan penulis dalam metode wawancara adalah sebagai berikut:

1. Handphone, sebagai alat perekam untuk merekam proses wawancara.2. Buku catatan untuk mencatat hal-hal penting.

Adapun pertanyaan yang diajukan kepada narasumber adalah sebagai berikut :

9

Page 10: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

1. Menurut Anda, bagaimana perkembangan penggunaan bahasa ‘gaul’ dibandingkan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar?

2. Apa yang membuat Anda ikut menggunakan bahasa ‘gaul’?3. Menurut Anda, adakah pengaruh dari penggunaan bahasa ‘gaul’ dengan kemampuan

Anda dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar?4. Adakah pengaruh penggunaan bahasa sehari-hari dengan lingkungan pergaulan Anda?

3.2.3 Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan adalah metode pengambilan data dengan menggunakan bahan-bahan tertulis yang telah tersedia seperti buku dan informasi di internet. Dalam penelitian ini, penulis lebih banyak mengambil materi referensi yang berkaitan dengan pembahasan di internet.

10

Page 11: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA

Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun waktu tertentu. Hal ini dikarenakan, remaja memiliki bahasa tersendiri dalam mengungkapkan ekspresi diri. Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Masa remaja memiliki karakteristik antara lain petualangan, pengelompokan, dan kenakalan. Ciri ini tercermin juga dalam bahasa mereka.Keinginan untuk membuat kelompok eksklusif menyebabkan mereka menciptakan bahasa rahasia (Sumarsana dan Partana, 2002:150).

Bahasa akan selalu berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya pemakainya, baik berdasarkan kondisi sosiologis maupun kondisi psikologis dari penggunanya. Oleh karena itu, dikenal ada variasi atau ragam bahasa pedagang, ragam bahasa pejabat atau politikus, ragam bahasa anak-anak, termasuk ragam bahasa gaul. Hal tersebut merupakan perilaku kebahasaan dan bersifat universal. Bahasa akan terus berkembang dan memiliki aneka ragam atau variasi.

Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di lingkungan kelompok remaja tertentu.Pembentukan kata dan maknanya sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya.Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.

Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap wajar bagi kalangan remaja karena sesuai dengan tuntutan perkembangan nurani mereka. Masa hidupnya terbatas sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakaiannya pun terbatas di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunakannya beralih ke bahasa lain yang berlaku secara umum di lingkungan masyarakat tempat mereka berada.

Ragam bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas:

a. Ragam tulisan

Penggunaan bahasa secara tulisan perlu lebih cermat, hal ini karena pihak yang diajak komunikasi tidak berhadap-hadapan secara langsung. Untuk menjamin efektifnya penyampaian pesan, fungsi gramatikal seperti subjek, predikat, dan objek,dan hubungan diantara fungsi itu harus lengkap dan nyata. Namun berdasarkan kenyataan sekarang dengan majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa tulisan tidaklah digunakan

11

Page 12: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

lagi secara cermat, dengan adnya teknologi penggunaan telpon genggam atau handphone (hp) lebih sering dimanfaatkan masyarakat untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

Penggunaan bahasa tulisan dalam telpon genggam atau handphone, lebih dikenal dengan short message service (sms), merupakan terobosan baru untuk menyampaikan pesan, informasi secara ringkas dan cepat. Penggunaan bahasa secara tulisan dalam short message service (sms) umumnya pendek-pendek, terputus-putus, penyingkatan-penyingkatan dan terdapat fungsi-fungsi kalimat yang dilesapkan, khususnya di kalangan remaja yang lebih sering menggukan bahasa tulis dalam short message service (sms) dengan penyingkatan-penyingkatan kosakata. Penggunaan bahasa tulis dalam short message service (sms) oleh kalangan remaja cenderung memunculkan kosakata percakapan, seperti : ” y, t’rah z pi g da mslh k” “lyalah, terserah kamu tapi tidak ada masalah kah ?” , “u knp g dtng, u dah tan to, qt meeting mlm ini, tp ga pa2, mngkin u Ig sbuk, mt bb” (Kamu kenapa tidak datang, kamu sudah tahu kan, kita pertemuan malam ini, tapi tidak apa-apa, mungkin kamu lagi sibuk, selamat bobo) dan sebagainya.

Ragam bahasa tulisan pada kalangan remaja dapat dihasilkan dari:

1. Perubahan bahasa baku

· Mengganti dan menghilangkan unsur konsonan atau vokal tertentu

Contoh: “ya” menjadi “ea”, “aku” menjadi “aq” atau “Q”, “kamu” menjadi “amu”, “tidak” menjadi “gak” atau “g”, “kalau” menjadi “klo” atau “low”, “yang” menjadi “yg” atau “iank”, “sudah” menjadi “ dah”, dan lain-lain.

2. Mengganti seluruh kata

· Berasal dari bahasa asing

Contoh: “maaf” menjadi “sorry”, “terima kasih” menjadi “thanks” atau ”thx”, dan lain-lain.

· Berasal dari kreasi anak remaja

Contoh: “ laki-laki” menjadi “cow” atau “co”, “wanita” menjadi “cew” atau “ce”, “nanti” menjadi “ntar”, “dengan” menjadi “ma” atau “sama”, “dia” menjadi “dy”, “selamat” menjadi “met”, dan lain-lain.

b. Ragam Lisan

Ragam bahasa lisan pada kalangan remaja biasa digunakan dalam percakapan non formal. Ragam bahasa ini dapat terbentuk dari:

1. Berasal dari perubahan bahasa baku

· Mengganti dan menghilangkan unsur konsonan atau vokal

Contoh: “sakit” menjadi “cakit”, “saja” menjadi “aja”, “tahu” menjadi “tau”, dan lain-lain.

12

Page 13: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

2. Mengganti seluruh kata

· Berasal dari bahasa asing

Contoh: “maaf” menjadi “sorry”.

· Berasal dari kreasi anak remaja

Contoh: “tidak” menjadi “nggak”, “laki-laki” menjadi “cowok”, “wanita” menjadi “cewek”, “bapak” menjadi “bokap”, “ibu” menjadi “nyokap”, dan lain-lain.

13

Page 14: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

4.2 BAHASA PROKEM

Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul atau bahasa prokem yang khas Indonesia dan jarang dijumpai di negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas Indonesia. Bahasa prokem yang berkembang di Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh bahasa Betawi yang mengalami penyimpangan/ pengubahsuaian pemakaian kata oleh kaum remaja Indonesia yang menetap di Jakarta.

Kata prokem sendiri merupakan bahasa pergaulan dari preman. Bahasa ini awalnya digunakan oleh kalangan preman untuk berkomunikasi satu sama lain secara rahasia. Agar kalimat mereka tidak diketahui oleh kebanyakan orang, mereka merancang kata-kata baru dengan cara antara lain mengganti kata ke lawan kata, mencari kata sepadan, menentukan angka-angka, penggantian fonem, distribusi fonem, penambahan awalan, sisipan, atau akhiran. Masing-masing komunitas (daerah) memiliki rumusan sendiri-sendiri.Pada dasarnya bahasa ini untuk memberkan kode kepada lawan bicara (kalangan militer dan kepolisian juga menggunakan).

Contoh yang sangat mudah dikenali adalah dagadu yang artinya matamu. Perubahan kata ini menggunakan rumusan penggantian fonem, dimana huruf M diganti dengan huruf D, sedangkan huruf T dirubah menjadi G. Sementara huruf vokal sama sekali tidak mengalami perubahan. Rumusan ini didasarkan pada susunan huruf pada aksara jawa yang dibalik dengan melompati satu baris untuk masing-masing huruf.Bahasa ini dapat kita jumpai di daerah Yogyakarta dan sekitarnya.

Belakangan ini bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa pergaulan anak-anak remaja. Dalam konteks kekinian, bahasa pergaulan anak-anak remaja ini merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu (kalangan homo seksual atau waria). Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999.

Bahasa prokem merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa dalam pergaulan anak-anak remaja. Istilah ini muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu ia dikenal sebagai ‘bahasanya para bajingan atau anak jalanan‘ disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.

Saat ini bahasa prokem telah banyak terasimilasi dan menjadi umum digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di lingkungan sosial bahkan dalam

14

Page 15: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

media-media populer serperti TV, radio, dunia perfilman nasional, dan seringkali pula digunakan dalam bentuk pengumuman-pengumuman yang ditujukan untuk kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja populer. Karena jamaknya, kadang-kadang dapat disimpulkan bahasa prokem adalah bahasa utama yang digunakan untuk komunikasi verbal oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, kecuali untuk keperluan formal. Karenanya akan menjadi terasa ‘aneh’ untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain menggunakan bahasa Indonesia formal.

Bahasa prokem senantiasa berkembang.Banyak sekali kata-kata yang menjadi kuno atau pun usang disebabkan kecenderungan dan perkembangan zaman.

15

Page 16: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

4.3 BAHASA ALAY

Bahasa alay adalah bahasa yang berkembang di tengah-tengah arus informasi dan teknologi seperti sekarang. Bahasa Alay muncul pertama kalinya sejak ada program SMS (Short Message Service) atau pesan singkat dari layanan operator yang mengenakan tariff per karakter ataupun per SMS yang berfungsi untukmenghemat biaya.Namun dalam perkembangannya kata-kata yangdisingkat tersebut semakin melenceng, apalagi sekarang sudah ada situs jejaring sosial. Dan sekarang penerapan bahasa Alay sudah diterapkan di situs jejaring sosial tersebut, yang lebih parahnya lagi sudah bukan menyingkat kata lagi, namun sudah merubah kosa katanya bahkan cara penulisannya pun bisa membuat sakit mata orang yang membaca karena menggunakan huruf besar kecil yang diacak ditambah dengan angka dan karakter tanda baca. Bahkan arti kosa katanya pun melenceng jauh dari yang dimaksud.

Beberapa Contoh untuk Memahami Bahasa Alay:

1. Penulisan Huruf: A: @,4; E: 3; F: pH; G: 9,6; I:1; M:| /|; N: ||; O:0; Q:kyuu; S:z,sHh; U:iuu; V: /; W://; X:ekss; Y: iie

2. Penggunaan Kata Tanpa Kominasi Huruf dan Angka

Assalamualaikum = Chamleeqummbh, camLeQumPh Sibuk = cHybuQh, ciiBugH,sbugg Lagi apa ni = gie Apz nUe, gii Pa NicH,gypaaanich Sayang & kangen = SaiiaNk, SayaNQ,saiYongg, kaNgeDh, KangeuNnd kok = kogH,kugg,k0k Sms = Cmz,zmz,xmx,cemez * WTF * Makan = MumpH , ma’em , mammz Ia = iagH , iiAp Kan = kanDh..qaNh Thank you = teNgs , thennkiuu Siapa = cyapa, cappa , sappaa Sory = cowy/ie Maaf = muupH, mups, Muuv , muubhs Kamu = Kammooh, qaMue , qm, U

3. Penggunaan dengan Kombinasi Huruf dan Angka

Habis = h4b15 Sibuk = 51buk Emang = 3m4ng Tempat=T4

DAMPAK BAHASA ALAY

16

Page 17: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

Dampak positifnya : Dengan digunakannya bahasa Alay adalah remaja menjadi lebih creative. Terlepas dari menganggu atau tidaknya bahasa Alay ini, tidak ada salahnya kita menikmati tiap perubahan atau inovasi bahasa yang muncul. Asalkan dipakai pada situasi, tepat, media dan komunikan yang tepat juga. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa Alay itu adalah seni. Dengan mengkombinasikan antara huruf dan angka, setidaknya membuat orang lain untuk lebih mencermati bahwa kombinasi itu bisa di baca. Atau mungkin juga bisa jadi sebuah simbol atau kode rahasia.

Dampak negatifnya Penggunaan bahasa Alay dapat mempersulit penggunanya untuk berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Padahal di sekolah atau di tempat kerja, kita diharuskan untuk selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar. Tidak mungkin jika pekerjaan rumah, ulangan atau tugas sekolah dikerjakan dengan menggunakan bahasa Alay . Karena, bahasa Alay tidak masuk ke dalam tatanan bahasa akademis. Begitu juga di kantor, laporan yang kita buat tidak diperkenankan menggunakan bahasa Alay. Jadi, ketika situasi kita dalam situasi yang formal jangan menggunakan bahasa Alay sebagai komunikasi.Maka sebaiknya bahasa-bahasa Alay digunakan pada tempat, situasi dan forum yang tepat. Bahasa Alay dapat mengganggu siapapun yang membaca dan mendengar kata-kata yang termaksud di dalamnya. Karena, tidak semua orang mengerti akan maksud dari kata-kata Alay tersebut. Terlebih lagi dalam bentuk tulisan, sangat memusingkan dan memerlukan waktu yang lebih banyak untuk memahaminya. Pengaruh bahasa alay terhadap Bahasa Indonesia. Para ABG yang gemar bertutur Alay dalam tulisannya sudah jelas merongrong keutuhan Bahasa Indonesia. Bila dalam satu kalimat ada kata-kata gue dan lo mungkin gak terlalu mengganggu sebuah makna. Tapi pada saat sebuah kalimat dan semua kata-kata yang ada dalam kalimat itu disingkat dan dibubuhi angka sebagai huruf, artinya menjadi kabur dan banyak tafsiran. Dalam Alay memang gak ada singkatan baku, kita bebas menyingkat kata sendiri dan membiarkan pembaca menafsirkannya dengan panduan kata sebelum dan sesudahnya.

Apabila kegemaran ini berlangsung lama dan makin dicintai, resmilah kita mengubur semangat sumpah pemuda berbahasa satu, bahasa Indonesia. Tidak berbeda dengan bahasa lisan artis dan pejabat kita yang mau bergaya dan sok berpendidikan dengan sisipan bahasa asing Untuk di perhatikan. Bahasa Alay tidaklah salah, semua bahasa digunakan sebagai alat untuk bermokunikasi. Termasuk bahasa Alay dan bahasa daerah. Namun bahasa daerah bukan dikategori bahasa Alay meskipun terkadang terderang aneh, karena bahasa daerah merupakan bahasa yang telah membudaya dari leluhur dan seharusnya dilestarikan. Tetapi untuk tetap menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ada baiknya kita mengetahui kapan, dimana dan pada saat apa semua bahasa-bahasa itu digunakan. Ketika kita berkumpul dengan komunitas yang berkomunikasi dengan bahasa Alay maka tidak ada salahnya. Begitu pula menggunakan bahasa daerah. Untuk penggunaan bahasa Indonesia sendiri, menurut saya penggunaanya harus lebih ditekankan dan dipelajari lebih dalam. Karena bahasa Indonesia adalah bahasa nasional, bahasa pemersatu seluruh elemen masyarakat, daerah, suku adat-istiadat, semua disatukan oleh bahasa Indonesia. Maka sudah seharusnya, kita harus bisa menggunakan

17

Page 18: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

bahasa Indonesia untuk berbicara satu sama lain, bahkan masih banyak orang Indonesia yang tidak bisa berbicara Bahasa Indonesia. Ini sungguh memalukan.

Salahudin Wahid di opini Kompas tentang Bangga Berbahasa Indonesia mengutip Djojok Soepardjo bahwa tonggak medernisasi di Jepang bukan hanya Restorasi Meiji 1868, tapi juga kekuatan pada budaya dan kecintaan pada bahasa Jepang yang membuat restorasi berjalan mantap. Karena itu, meski hancur pada Perang Dunia II mereka bangkit dalam 10 tahun, dan tiap tahun mencatat perkembangan ekonomi di atas 10 persen. Ini semua karena kekuatan mencintai bahasa Jepang juga menjadi kekuatan menghadapi modernisasi Namun, semua itu pasti ada zaman-zamannya misalkan dulu heboh dengan bahasa gaul namun dengan sendirinya berangsur-angsur hilang dan bahasa Alay bukan tidak mungkin akan hilang juga dari peredarannya dan yang perlu ditunggu adalah bahasa apa Lagi yang akan muncul?

4.4 REMAJA DAN BAHASA GAULTidak dapat dipungkiri lagi bahwa remaja dan bahasa gaul tak dapat dipisahkan seperti amplop dan perangko. Dalam masa transisi ini, remaja dituntut untuk mencari identitasnya sendiri dan berusaha untuk “begabung” dalam kelompok eksklusif tertentu. Salah satu tiket yang menentukan apakah ia berhak masuk ke dalam kelompok itu adalah kesamaan bahasa yang dipakai. Remaja-remaja yang menggunakan bahasa gaul yang tidak dimengerti oleh orang tuanya sendiri, sebenarnya sedang menggunakan sandi-sandi tertentu agar kehadirannya direspon oleh ‘kelompok’ yang ditujunya.

Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, kebanyakan narasumber malah merasa kaku dan aneh saat diharuskan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal yang menyebabkan ini terjadi adalah, penggunaan bahasa gaul yang luas dan marak (baik di media cetak dan media eletronik) dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar hanya dijumpai dalam situasi formal. Jadi, penyebab terpinggirkannya bahasa Indonesia bukan hanya dari penutur bahasanya, tetapi dari media-media yang menggunakan bahasa Indonesia yang malah mengikuti arus trend bahasa gaul.

Satu hal yang menarik dan dialami penulis sendiri adalah, ketika dalam pelajaran Bahasa Indonesia mengenai Kata Baku dan Tidak Baku, banyak siswa yang kebingungan untuk menentukan kata mana yang baku dan kata mana yang tidak baku. Sebagai contoh, kadaluarsa adalah kata yang umum dipakai tetapi ternyata kata itu tidak baku. Yang baku adalah kedaluwarsa, kata yang cenderung tidak umum digunakan. Seperti yang disebutkan diatas, hal yang menyebabkan ini terjadi adalah penggunaan bahasa tidak baku yang marak dimana-mana sedangkan bahasa baku justru jarang ditemui.

18

Page 19: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

Dalam ranah dunia maya, jamak ditemui penggunaan bahasa alay yang seenak jidat penulisnya saja, tidak peduli dengan apa yang dia tulis sesungguhnya adalah perusakan bahasa.

Contoh status-status alay di facebook:

haii, namaq aiiu ( ayu maksudnya ), quwtinggal dii dkeeet mumphunk ( mampang maksudnya ) quw niie tmenndna kakag kaoo sii mhilaa, lam knall ya , oiyawh , aq single lowh . kaloo kmuu minadd maoo xmxx aq , xmx quuw jaa dii 0816598652 , quwwtunggu yaachh !! aiiu-chann . XoXoo !

sumpahh dechh knapa ciih jakaltaa – tluthamaa yang dii daerahh thebedds * tebet maksudnya * – mceedds sanggaddss !! betexx tw gag sichh !! phadahal niaddna maoo nongkrowngs di diestroww baroe .. resexx thau gak !! , boeat kwannd kwannd iangg merasakann hall iangg smaa , diiiLIKE yaii statuskhuw !! — ma’chellaaa.anag.slataan.bgeedds –

njenx bgedds iaaa thu perebuddh phacarkhuw!memanx dasaar cwegg gathell.murahannbetts siih low?gag lakuu iaa emankk?? phack iuuu !! * F*ck you maksudnya*

beiibbhskuw chayaanx!kuuw chaiang kalii ma kmuuwh, cnenxz beuudh niiy arii bsaa ktmuuw kmuwhh!!!!cmogaaa qtaa bsaa slamanaaablsamaaa…..nathaacwamiikuwww-loubhe-chaaaduuds..20072009tilltheendophtaimm..lophelophe phorepherr.

Dari contoh-contoh cara penulisan kaum muda di atas, tampak bahwa di antara kaum muda yang dibilang “gaul” sudah ada kesepahaman dalam penggunaan kombinasi huruf dan angka untuk merujuk pada kata tertentu yang dimaksudkan. Rupanya, dengan pemadatan ruang dan waktu oleh karena perangkat komunikasi teknologi informasi ini, proses kesepahaman ini tidak perlu melalui sebuah Konggres Bahasa Alay, tetapi cukup dengan saling belajar dan meniru melalui sms dan media sosial lainnya. Melalui media-media ini proses konsensus di kalangan ABG terbilang mudah.

Dari contoh-contoh di atas menjadi jelas bahwa ragam bahasa tidak baku ini sudah mulai digemari oleh anak muda khususnya seusia SD, SLTP, SMU, bahkan yang sudah mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Mereka merasa lebih gaul diterima oleh rekan sebanyanya jika menggunakan ragam bahasa jenis ini.

Apakah ada dampaknya bagi Bahasa Indonesia? Tentu. Bahasa Indonesia yang baik, baku, dan benar difermak sedemikian rupa oleh generasi gaul ini sebagai alat komunikasi di antara mereka satu sama lain. Sangat boleh jadi secara tidak sadar, ragam bahasa jenis ini akan muncul dalam percakapan formal mereka ketika berada di dalam kelas atau ruang kuliah. Bisa terjadi ragam bahasa ini akan muncul juga di dalam bahasa tulisan mereka baik di kertas ujian maupun di dalam tugas-tugas kuliah. Di sini perlu ketegasan guru dan dosen untuk serius mengoreksi bahasa yang digunakan murid dan mahasiswanya agar mereka bisa menempatkan diri dalam penggunaan Bahasa Indonesia yang resmi dan baku.

Apakah hal ini hanya merupakan fenomena sesaat saja yang kemudian akan hilang perlahan-lahan dengan berlalalunya waktu dangan munculnya gaya bahasa yang baru? Sepertinya tidak. Ragam ini masih akan bertahan lama karena masih ada layanan SMS dan fasilitas chatting yang tersedia di berbagai media sosial. SMS dan chatting memang menjadi salah satu pemicu “kreatifitas” perusakkan Bahasa Indonesia baku dan resmi.

19

Page 20: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

4. 5 PENGARUH BAHASA GAUL TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA.

1. Eksistensi Bahasa Indonesia Terancam Terpinggirkan Oleh Bahasa Gaul

Berbahasa sangat erat kaitannya dengan budaya sebuah generasi. Kalau generasi negeri ini kian tenggelam dalam pengkhususan bahasa Indonesia yang lebih dalam, mungkin bahasa Indonesia akan semakin sempoyongan dalam memanggul bebannya sebagai bahasa nasional dan identitas bangsa. Dalam kondisi demikian, diperlukan pembinaan dan pemupukan sejak dini kepada generasi muda agar mereka tidak mengikuti pembusukan itu. Pengaruh arus globalisasi dalam identitas bangsa tercermin pada perilaku masyarakat yang mulai meninggalkan bahasa Indonesia dan terbiasa menggunakan bahasa gaul. Saat ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya penggunaan bahasa gaul dan hal ini diperparah lagi dengan generasi muda Indonesia juga tidak terlepas dari pemakaian bahasa gaul. Bahkan, generasi muda inilah yang paling banyak menggunakan dan menciptakan bahasa gaul di masyarakat.

2. Menurunnya Derajat Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia masih sangat muda usianya dibandingkan dengan bahasa lainya, tidak mengherankan apabila dalam sejarah pertumbuhannya, perkembangan bahasa asing yang lebih maju.Seperti kita ketahui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini dikuasai oleh bangsa-bangsa barat.Merupakan hal yang wajar apabila bahasa mereka pula yang menyertai penyebaran ilmu pengetahuan tersebut ke seluruh dunia.Indonesia sebagai Negara yang baru berkembang tidak mustahil menerima pengaruh dari Negara asing.

Kemudian masuklah ke dalam bahasa Indonesia istilah-istilah kata asing karena memang makna yang dimaksud oleh kata-kata asing tersebut belum ada dalam bahasa Indonesia. Sesuai sifatnya sebagai bahasa represif, sangat membuka kesempatan untuk itu.Melihat kondisi seperti ini, timbullah beberapa anggapan yang tidak baik.Bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa yang miskin, tidak mampu mendukung ilmu pengetahuan yang modern. Pada pihak lain muncul sikap mengagung-agungkan bahasa inggris dan bahasa asing lainnya. Dengan demikian timbul anggapan mampu berbahasa inggris atau bahasa asing merupakan ukuran derajat seseorang.Akhirnya motivasi untuk belajar menguasai bahasa asing lebih tinggi daripada belajar dan menguasai bahasa sendiri. Kenyataan adanya efek social yang lebih baik bagi orang yang mampu berbahasa asing daripada berbahasa Indonesia, hal ini lebih menurunkan lagi derajat bahasa Indonesia di mata orang awam.

20

Page 21: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu- individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginannya menggunakan bunyi, yang diucapkan melalui organ- organ ujaran dan didengar di antara angota- anggota masyarakat, serta menggunakan pemprosesan simbol- simbol vokal dengan makna konvensioanal secara arbitrer.

Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia ini merupakan usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah.Pemilihan bahasa Melayu ini sangat diperhitungkan secara matang. Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu khususnya bahasa Melayu Riau. Adanya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 telah menetapkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional kita.

Bahasa gaul pada umumnya digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun waktu tertentu. Ragam bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas ragam tulisan dan ragam lisan. Ragam bahasa tulisan dan lisan pada kalangan remaja dapat dihasilkan dari perubahan bahasa baku dan mengganti seluruh kata.

Pengaruh bahasa gaul terhadap perkembangan bahasa Indonesia yaitu eksistensi bahasa Indonesia terancam terpinggirkan oleh bahasa gaul dan menurunnya derajat bahasa Indonesia.

5.1 SARAN

Mengikuti trend berdasarkan perkembangan teknologi memang sah-sah saja terjadi, tetapi kita juga harus membatasi diri, dan sadar bahwa kita harus banggsa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Setiap warga negara indonesia harus bersama-sama berperan serta dalam membina dan mengembangkan bahasa Indonesia itu ke arah yang positif. Dan usaha itu antara lain dengan meningkatkan kedisiplinan dalam berbahasa Indonesia.

Pertahankanlah identitas bangsa Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik sebagai pemersatu masyarakat Indonesia sehingga akan meningkakan martabat bangsa.

21

Page 22: Budaya Berbahasa Remaja di Era Informatika.docx

DAFTAR RUJUKAN

Apa Bahasa Itu? Sepuluh Pengertian Bahasa Menurut Para Ahli http://wismasastra.wordpress.com/2009/05/25/apa-bahasa-itu-sepuluh-pengertian-bahasa-menurut-para-ahli/

Bahasa Prokem Indonesia, Wikipedia http://www.wikipedia.com//

Baik dan Benarnya Bahasa Indonesia. http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=14117

Facebook http://www.facebook.com//

Google http://www.google.com/search/

Pengaruh Penggunaan Bahasa Gaul Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia Sebagai Identitas Bangsa. http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/02/pengruh-penggunaan-bahasa-gaul-terhadap-perkembangan-bahasa-indonesia/

Perkembangan Bahasa Indonesia di Kalangan Remaja http://coffelatte2.blogspot.com/2012/09/perkembangan-bahasa-indonesia-di.html

Twitter http://www.twitter.com//

22