KIMIA FARMASI11
Standar Kompetensi: Menerapkan dasar-dasar kimia adan prinsip
laboratoriumKompetensi Dasar: 11.1 Menjelaskan senyawa anorganik
11.2 Menjelaskan senyawa organik11.3 Menerapkan uji kualitatif
senyawa anorganik dan senyawa organik11.4 Menerapkan uji
kuantitatif/penetapan kadar senyawa anorganik dan senyawa
organik11.5 Menjelaskan Good Laboratory Practice (GLP)
DAFTAR ISI
BAB XI KIMIA FARMASI11.1Pendahuluan
...............................................................34311.1.1Reaksi
Kering
..............................................................34311.1.2Reaksi
Basah
..............................................................34511.2Senyawa
An
Organik....................................................34511.2.1Identifikasi
Kation..........................................................34511.2.2Identifikasi
Anion
..........................................................35911.2.3Pemisahan
Campuran Senyawa An Organik ..............36711.3Senyawa Organik
........................................................37011.3.1Identifikasi
Senyawa Obat
...........................................37011.4Penetapan Kadar
Senyawa Obat.................................37611.5Prosedur
Laboratorium sesuai Good Laboratory Practice
(GLP)..............................................................400
Farmasi
Direktorat Pembinaaan SMK (2008) 355
11.1 PendahuluanAnalisa kualitatif dapat menggunakan dua macam
uji, reaksi kering dan basah. Reaksi kering dapat diterapkan untuk
zat-zat padat dan reaksi basah untuk zat dalam larutan.11.1.1
Reaksi KeringSejumlah uji yang dapat dilakukan dalam keadaan kering
yakni tanpa melarutkan contoh. Reaksi ini dapat dilakukan dengan 1.
PemanasanZat dimasukkan dalam sebuah tabung pengapian (tabung
bola)yang terbuat dari pipa kaca lunak, dan dipanasi dalam sebuah
nyala bunsen. Mula-mula dengan nyala kecil kecil kemudian dengan
nyala yang lebih kuat. Tabung reaksi kecil, 60-70 mm x 7-8mm, yang
mudah diperoleh dan murah dapat juga dipakai. Dapat terjadi
sublimasi, pelelehan, atau penguraian yang disertai perubahan
warna, atau dapat dibebaskan suatu gas yang dapat dikenali dari
sifat-sifat khas tertentu.2. Uji NyalaHalaman ini menguraikan
bagaimana melakukan sebuah uji nyala untuk berbagai ion logam,
dan secara ringkas menjelaskan bagaimana warna nyala bisa
terbentuk. Uji nyala digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan
ion logam dalam jumlah yang relatif kecil pada sebuah senyawa.
Tidak semua ion logam menghasilkan warna nyala.Untuk
senyawa-senyawa Golongan 1, uji nyala biasanya merupakan cara yang
paling mudah untuk mengidentifikasi logam mana yang terdapat dalam
senyawa. Untuk logam-logam lain, biasanya ada metode mudah lainnya
yang lebih dapat dipercaya - meski demikian uji nyala bisa
memberikan petunjuk bermanfaat seperti metode mana yang akan
dipakai. Untuk ini maka perlu mengetahui struktur nyala bunsen tak
terang.
Gambar 145. Struktur Nyala BunsenTemperatur yang terendah adalah
pada dasar nyala (a), ini dimanfaatkan untuk menguji nyala dari
zat-zat atsiri. Bagian terpanas nyala adalah zona pelelehan pada
(b), daerah ini dimanfaatkan untuk menguji kedapat-lelehan zat dan
juga melengkapi (a) dalam menguji keatsirian relatif dari campuran
zat-zat. Zat mengoksid bawah terletak ada batas luar (b) dan dapat
digunakan untuk mengoksid zat-zat yang terlarut dalam manik borak,
natrium karbonat atau garam mikroskopik. Zat mengoksid atas (d),
daerah ini digunakan untuk semua proses oksidasi yang tidak
diperlukan temperatur tinggi. Zona reduksi atas (e) adalah ujung
kerucut biru dalam. Daerah ini berguna untuk mereduksi oksida kerak
menjadi logam. Zona mereduksi bawah (f) berguna untuk mereduksi
boraks lelehan.Bersihkan sebuah kawat platinum atau nikrome-
(sebuah alloy nikel-kromium) dengan mencelupkannya ke dalam asam
hidroklorat pekat dan kemudian panaskan pada Bunsen. Ulangi
prosedur ini sampai kawat tidak menimbulkan warna pada zona pelehan
b nyala api Bunsen. Jika kawat telah bersih, basahi kembali dengan
asam dan kemudian celupkan ke dalam sedikit bubuk padatan yang akan
diuji sehingga ada beberapa bubuk padatan yang menempel pada kawat
tersebut. Agar dapat memahami uji ini maka perlu mengetahui
struktur nyala Bunsen. Kemudian zat dimasukkan ke dalam zona
mengoksid bawah (c) dan diamati warna yang terjadi. Zat-zat yang
kurang mengatsri dipanaskan zona pemanasan b, dengan cara ini
dimungkinkan untuk memanfaatkan perbedaan keatsirian untuk
memisahkan komponen- komponen dalam campuran.
Tabel 21. Warna Nyala dengan Api BunsenZat mengandungWarna
Nyala
NaKuning
KViolet
CaMerah bata
SrMerah
BaHijau kuning
CuHijau kebiruan
3. Uji manik boraks Sehelai kawat platinum digunakan untuk uji
manik boraks.Ujung bebas kawat platinum dibengkokan menjadi suatu
lingkaran kecil. Lingkaran ini dipanasi dalam dalam nyala bunsen
sampai membara dan kemudian dengan cepat dibenamkan dalam bubuk
boraks Na2B4O7.10 H2O. Zat padat yang menempel ditaruh pada bagian
nyala terpanas, garam tersebut mengembang ketika melepaskan air
kristalnya dan menyusut sebesar lingkaran tersebut dengan membentuk
manik mirip kaca, tembus cahaya dan tak berwarna yang terdiri dari
suatu campuran natrium metaborat dan anhidrida borat.Manik itu
dibasahi dan dibenamkan dalam zat sehingga zat akan menempel pada
manik dan dipanasi,mula-mula dipanasi dalam nyala reduksi bawah ,
dibiarkan dingin dan warnanya diamati. Kemudian manik tersebut
dipanasi dalam nyala mengoksid bawah, dibiarkan mendingin dan
diamati warnanya lagi.Manikyang secara kharakteristik berwarna
dihasilkan dengan garam tembaga, besi, kromium, mangan , kobalt dan
nikel.
11.1.2 Reaksi BasahUji ini dilakukan dengan cara zat yang akan
dianalisis dilarutkan lebih dahulu dalam suatu zat pelarut yang
tepat.Sebagai zat pelarut berturut-turut dapat dicoba :1. Aquadest
dingin/panas2. Asam klorida encer dingin/panas3. Asam florida pekat
dingin/panas4. Asam nitrat encer dingin/panas5. Asam nitrat pekat
dingin/panas6. Aqua regia (campuran 3 bagian HCl pekat dan 1 bagian
HNO3 pekat)
Reaksi dikatakan terjadi bila :a. terbentuk endapanb. terjadi
pembebasan gasc. terjadi perubahan warna.Mayoritas reaksi analisis
kualitatif dilakukan dengan cara basah.
11.2 Senyawa An.Organik11.2.1 Identifikasi Kation11.2.1.1
Klasifikasi Kation.Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik
kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan
sifat-sifat kation itu terhadap beberapa reagensia. Dengan
menggunakan reagensia golongan secara sistematik dapat ditetapkan
ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga digunakan
untuk pemisahan golongangolongan ini untuk pemeriksaan lebih
lanjut.Reagensia yang digunakan untuk klasifikasi kation yang
paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida
dan amonium karbonat. Klasifikasi ini didasarkan apakah suatu
kation bereaksi dengan reagensia-reagensia ini dengan membentuk
endapan.Kelima golonan kation dan ciri-ciri khas golongangolongan
ini adalah sebagai berikut:a. Golongan IGolongan ini membentuk
endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion golongan ini adalah
timbal (Pb), merkurium (I) raksa, dan perak(Ag).b. Golongan
IIKation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida tetapi
membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam
mineral encer. Ion-ion golongan ini adalah golongan IIA yaitu
merkurium(II), tembaga , bismuth, kadmium, dan golongan IIB yaitu
arsenik (III), arsenik (V), stibium(III), stibium (V), timah (II)
danTimah (III) (IV). Sulfida dari kation golongan IIA tidak dapat
larut dalam amoniumpolisulfida sedangkan sulfida dari golongan IIB
justru dapat larut.c. Golongan IIIKation golongan ini tidak
bereaksi dengan asam klorida encer ataupun dengan hidrogen sulfida
dalam suasana asam mineral encer. Namun kation ini membentuk
endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal.
Kation-kation golongan ini adalah kobalt (II), nikel (II), besi
(II), besi (III), kromium(III) aluminium, zink dan mangan (II).d.
Golongan IVKation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia
golongan I, II, dan III. Kation-kation ini membentuk endapan dengan
amonium karbonat dengan adanya amonium klorida dalam suasana netral
atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini adalah kalsium,
stronsium dan barium.e. Golongan VKation-kation yang umum, yang
tidak bereaksi dengan reagensia golongan sebelumnya, merupakan
golongan kation terakhir (sisa) yang meliputi ion magnesium,
natrium, kalium, dan amonium.
A. Identifikasi Kation Golongan I1. Identifikasi Timbal
(Pb2+)Larutan timbal nitrat (0,25 M atau timbal Asetat (0,25 M)
dapat dipakai untuk mempelajari reaksi-reaksi ini.a. Dengan asam
klorida encer terbentuk endapan putih, endapan larut dalam NH4OH
encer.
Pb2+ + 2Cl- PbCl2Apabila ke dalam larutan yang terjadi ditambah
HNO3 encer terbentuk endapan putih.b. Dengan Hidrogen sulfida dalam
suasana netral atau asam encer terbentuk endapan hitam timbal
sulfida.Pb2+ + H2S PbS + 2H+c. Dengan larutan amonia terbentuk
endapan putih timbal hidroksida.Pb2+ + 2NH3 + 2H2O Pb(OH)2 +
2NH4+d. Dengan larutan NaOH terbentuk endapan putih timbal
hidroksida, endapan larut dalam reagensia berlebih, yaitu terbentuk
ion tetrahidroksiplumbat (II).Pb2+ + 2OH- Pb(OH)2Pb(OH)2 +
2OH-Pb(OH) 4 2-e. Dengan asam sulfat encer terbentuk endapan putih
timbal sulfat.Pb2+ + SO42- Pb SO4Pb SO4 + H2SO4 Pb2+ + HSO4-f.
Dengan Kalium Iodida terbentuk endapan kuning timbal iodidaPb2+ +
2I - PbI2 Endapan larut dalam air mendidih menghasilkan larutan tak
berwarna, setelah dingin akan memisah membentuk keping-keping
berwarna kuning keemasan.
2.Identifikasi Merkurium (I)( Hg22+)
a. Dengan asam klorida encer atau kloridaklorida yang larut
terbentuk endapan putih kalomel.Hg22+ + 2Cl- Hg2Cl2b. Dengan
hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer terbentuk
endapan hitam.Hg22+ + H2S Hg + HgS + 2H+d. Dengan larutan amonia
terbentuk endapan hitam yang merupakan campuran merkurium (I) dan
merkurium (II) amidonitrat basa..Hg22++ NO3-+4NH3+H2O HgOHg NH2 +
2Hg + 3NH4+NO3e. Dengan larutan NaOH terbentuk endapan hitam
Merkurium (I) oksidaHg22+ + 2OH- Hg2O + H2O
e. Dengan Kalium Iodida terbentuk endapan hijau merkurium(I)
iodida, jika ditambah reagensia berlebihan terbentuk ion
tetraiodomerkurat (II) yang larut dan merkurium hitam yang berbutir
halus.Hg22+ + 2I - Hg2I2 Hg2I2 + 2I- - HgI42- + Hg
3. Identifikasi Perak (Ag+)a. Dengan asam klorida encer atau
kloridaklorida yang larut terbentuk endapan perak klorida. Endapan
larut dalam amonia encer dan dengan asam nitrat encer akan
menetralkan kelebihan amonia sehingga akan terbentuk endapan
lagi.Ag+ + 2Cl- AgCl Ag+ + 2NH3- [Ag (NH3)2]+ + Cl-b. Dengan
hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer terbentuk
endapan hitam perak sulfida .2Ag+ + H2S Ag2S + 2H+ c. Dengan
larutan amonia terbentuk endapan coklat perak oksida.2Ag+ + 2NH3 +
H2O Ag2O + 2NH4+d. Dengan larutan NaOH terbentuk endapan coklat
perak oksida
2Ag+ + 2OH- Ag2O + H2O
e.Dengan Kalium Iodida terbentuk endapan kuning perak iodida,
jika ditambah reagensia amonia encer/pekat endapan tidak larut.
Endapan mudah larut dalam kalium sianida dan natrium tiosulfat. Ag+
+ I - AgI AgI + 2CN - [Ag(CN)2]- + I -AgI + 2S2O32 - Ag(S2O3)2 3- +
I
B. Identifikasi Kation Golongan II1. Identifikasi Merkurium
(II)a. Dengan Hidrogen sulfida (gas/larutan jenuh): dengan adanya
asam klorida encer, mula-mula akan terbentuk endapan putih
merkurium (II) klorosulfida yang terurai bila ditambahkan hidrogen
sulfida lebih lanjut dan akhirnya terbentuk endapan hitam merkuri
(II) sulfida.3Hg2+ + 2Cl- + 2H2S Hg3S2Cl2 + 4H+ + 2Cl-b. Dengan
larutan amonia terbentuk endapan putih yang merupakan campuran
merkurium (II) oksida dan merkurium (II) amidonitrat.
2Hg2+ + NO3- + 4NH3 +H2O HgO + Hg ( NH2)NO3 + 2Hg +
3NH4+c.Dengan larutan NaOH dalam jumlah sedikit terbentuk endapan
merah kecoklatan, bila ditambahkan dalam jumlah yang stoikiometris
endapan berubah menjadi kuning terbentuk Merkurium (II) oksidaHg2+
+ 2OH- HgO + H2Od.Dengan Kalium Iodida bila ditambahkan
perlahan-lahan pada larutan terbentuk endapan merah merkurium(II)
iodida, jika ditambah reagensia berlebihan terbentuk ion
tetraiodomerkurat (II) yang larut Hg2+ + 2I - HgI2 Comment by
IrvanKhair: HgI2 + 2I- - [HgI4]2- (Aq) e.Dengan kalium sianida
tidak terjadi perubahan apa-apa.
2.Identifikasi Bismut (Bi3+ ) a. Dengan Hidrogen sulfida
(gas/larutan jenuh): terbentuk endapan hitam bismut sulfida.
Endapan larut dalam asam klorida pekat yang mendidih, yaitu pada
saat gas hidrogen sulfida dibebaskan.2Bi3+ + 3H2S Bi2S3 + 6H+ Bi2S3
+ 6HCl 2Bi3+ + 6Cl- + 3H2S b.Dengan larutan amonia terbentuk
endapan putih Bi3++ NO3- + 2NH3 +2H2O Bi ( OH)2NO3 + 2Hg +
2NH4+c.Dengan larutan NaOH terbentuk endapan putih bismut
hidroksida. Bi3++ 3OH- Bi (OH)3
d. Dengan Kalium Iodida bila ditambahkan perlahan-lahan pada
larutan terbentuk endapan hitam bismut (II) iodida, jika ditambah
reagensia berlebihan terbentuk ion tetraiodobismutat (II) yang
berwarna jingga. Bi3+ + I- BiI3BiI3 + I- BiI4-e.Dengan kalium
sianida terbentuk endapan putih bismut hidroksidaBi3++ 3H2O + 3CN -
Bi(OH)3 + 3HCN
3.Identifikasi Tembaga (Cu2+)a. Dengan Hidrogen sulfida (gas/
larutan jenuh): terbentuk endapan hitam tembaga(II) sulfida. Cu2+ +
H2S CuS + 2H+ b.Dengan larutan amonia dalam jumlah yang sangat
sedikit terbentuk endapan biru. 2Cu2++ SO4- + 2NH3 +2H2O Cu
(OH)2CuSO4 + 2NH4+
c.Dengan larutan NaOH dalam larutan dingin terbentuk endapan
biru tembaga (II) hidroksida. Cu2++ 2OH- Cu (OH)2 d. Dengan Kalium
Iodida terbentuk endapan putih tembaga (II) iodida, tetapi
larutannya berwarna coklat tua karena terbentuk ion-ion tri-iodida
(iod)2Cu2+ + 5I- 2CuI + I3-e.Dengan kalium sianida terbentuk
endapan kuning tembaga(II) sianidaCu2+ CN - Cu(CN)2
4. Identifikasi Kadmium ( Cd2+)a.Dengan Hidrogen sulfida
(gas/larutan jenuh) terbentuk endapan kuning kadmium sulfida. Cd2+
+ H2S CdS + 2H+ b.Dengan larutan amonia bila ditambahkan tetes demi
tetes terbentuk endapan putih Cd2++ 2NH3 +2H2O Cd( OH)2 +
2NH4+c.Dengan larutan NaOH dalam larutan dingin terbentuk endapan
putih kadmium (II) hidroksida. Cd2++ 2OH- Cd (OH)2 d.Dengan Kalium
Iodida tidak terbentuk endapan e.Dengan kalium sianida terbentuk
endapan putih kadmium(II) sianidaCd2++ 2 CN - Cd(CN)2
5. Identifikasi Arsenik ( As3+)a.Dengan Hidrogen sulfida
(gas/larutan jenuh) terbentuk endapan kuning arsenik (III) sulfida.
2As3+ + 3H2S As2O3 + 6H+b.Dengan larutan perak nitrat dalam larutan
netral terbentuk endapan kuningAsO33- + 3Ag+ AsO33- + Ag2AsO3
c.Dengan campuran magnesia (larutan yang mengandung MgCl2, NH4Cl
dan sedikit NH3 tidak terbentuk endapan.d.Dengan larutan tembaga
sulfat terbentuk endapan hijau tembaga arsenite.Dengan kalium
tri-iodida larutan iod dalam kalium iodida mengoksidasikan ion
arsenit sehingga warna luntur.AsO33- + I3- + H2O AsO43- +3 I- +
2H+
6. Identifikasi Arsenik ( As5+)a.Dengan Hidrogen sulfida
(gas/larutan jenuh): tidak terbentuk. Jika aliran udara
diteruskan,campuran Arsenik (III) sulfida, As2S3 dan belerang
mengendap dengan lambat. Pengendapan akan lebih cepat dalam larutan
panas. AsO43-+ H2S AsO33- + S+ H2O2AsO33- + 3H2S + 6H+ As2S3 + 6H2O
b.Dengan larutan perak nitrat dalam larutan netral terbentuk
endapan merah kecoklatan.AsO43-+ 3Ag2+ Ag3AsO4 c.Dengan campuran
magnesia (larutan yang mengandung MgCl2, NH4Cl dan sedikit NH3)
endapan kristalin putih.AsO43-+ 3Mg2+ + NH4+ MgNH4AsO4 d. Dengan
larutan amonium molybdat dan asam nitrat berlebihan terbentuk
endapan kristalin berwarna kuning.AsO43-+ 12MoO42- + 3NH4+ + 2H+
(NH4)As Mo12O40 + 12H2Oe.Dengan larutan kalium iodida dan asam
klorida pekat maka ion iod akan diendapkan..AsO43- +2H+ + 2I- + H2O
AsO33- + I2 + H2O
7. Identifikasi Stibium (Sb3+) a.Dengan Hidrogen sulfida
(gas/larutan jenuh) terbentuk endapan merah stibium
trisulfida.2Sb3+ + 3H2S Sb2S3 + 6H+c. Dengan air terbentuk endapan
putih antimonil klorida SbOCl.
d. Dengan natrium hdroksida atau amonia terbentuk endapan putih
stibium (III)oksida yang larut dalam larutan basa yang pekat
membentuk antimonit.2Sb3++6OH- Sb2O3 + 3H2OSb2O3 + 2OH- 2SbO2- +
H2Oe. Dengan Zink membentuk endapan hitam yaitu stibium.2Sb3+ + 3Zn
2Sb + 3Zn2+f. Dengan kawat besi terbentuk endapan hitam
stibium.2Sb3+ + 3Fe 2Sb + 3Fe2+
8. Identifikasi Stibium (Sb5+) a.Dengan Hidrogen sulfida
(gas/larutan jenuh) terbentuk endapan merah jingga stibium
pentasulfida.2Sb5+ + 5H2S Sb2S5 + 10H+b. Dengan air (aquades)
terbentuk endapan putih dengan komposisi macam-macam akhirnya akan
terbentuk asam antimonat.2Sb5+ + 4H2O H3SbO4 + 5H+c. Dengan kalium
iodide dalam larutan yang bersifat asam,iod memisah.Sb5+ + 2I- Sb3+
+ I2(g)d. Dengan Zink atau timah membentuk endapan hitam yaitu
stibium dengan adanya asam klorida..2Sb5+ + 5Zn 2Sb + 5Zn2+2Sb5+ +
5Sn 2Sb + 5Sn2+
9. Identifikasi Timah (II)/ (Sn2+) a.Dengan Hidrogen sulfida
(gas/ larutan jenuh) terbentuk endapan coklat timah (II)
sulfida.Sn2+ + H2S SnS + 2H+b.Dengan natrium hidroksida terbentuk
endapan putih timah (II) hidroksida yang larut dalam alkali
berlebihan. Sn2++2OH- Sn(OH)2 Sn(OH)2 +2OH- Sn(OH)42- c.Dengan
larutan merkurium (II) klorida terbentuk endapan putih merkurium
(I) klorida,jika sejumlah besar reagensia ditambahkan dengan
cepat.d. Dengan larutan bismut nitrat dan natrium hidroksida
terbentuk endapan hitam logam bismut.Bi3++ 3OH- Bi (OH)3 Bi (OH)3 +
Sn(OH)42- 2Bi + 3Sn(OH)62-
10. Identifikasi Timah (IV) (Sn2+) a.Dengan Hidrogen sulfida
(gas/larutan jenuh) terbentuk endapan kuning timah (IV) sulfida.
Endapan larut dalam asam klorida pekat.Sn4+ + 2H2S SnS2 +
4H+b.Dengan natrium hidroksida terbentuk endapan putih seperti
gelatin yaitu timah (IV) hidroksida. Sn4++2OH- Sn(OH)4
Sn(OH)42-+2OH-Sn(OH)62 c. Dengan larutan merkurium (II) klorida
tidak terbentuk endapan.
d. Dengan logam besi terjadi reduksi ion timah (IV) menjadi
timah(II).Sn4++ Fe Fe2+ + Sn2+C. Identifikasi Kation Golongan III1.
Identifikasi Besi (II)a. Dengan larutan natrium hidroksida
terbentuk endapan putih bila tidak terdapat udara sama sekali. Bila
terkena udar akan teroksidasi menjadi besi (III) hidroksida yang
berupa endapan coklat kemerahan.Fe2+ + 2OH- Fe(OH)24Fe(OH)2 + 2H2O
+ O2 4Fe(OH)34Fe(OH)3 + H2O2 2Fe(OH)3b. Dengan larutan amonia
terjadi pengendapan besi (II) hidroksida. Fe2+ + 2OH- Fe(OH)2c.
Dengan hidrogen sulfida tidak terjadi pengendapan dalam larutan
asam.
d. Dengan larutan amonium sulfida terbentuk endapan hitam besi
(II) sulfida yang larut dengan mudah dalam larutan asam.
Fe2++ S2- FeSFeS+ 2H+ Fe2+ +H2S FeS+ 9O2 2Fe2O(SO4)2
e. Dengan larutan kalium sianida terbentuk endapan coklat
kekuningan yang larut dalam reagensia berlebihan.Fe2++ 2CN-
Fe(CN)2Fe(CN)2+4CN- Fe(CN)64-
2. Identifikasi Besi (III) (Fe3+)a. Dengan larutan amonia
terjadi endapan coklat merah seperti gelatin dari besi (III)
hidroksida yang tidak larut dalam reagensia berlebihan tetapi larut
dalam asam. Fe3+ + 3NH3 + 3H2O Fe(OH)3 + 3NH4+b. Dengan larutan
natrium hidroksida terbentuk endapan coklat kemerahan besi (III)
hidroksida Fe3+ + 3OH- Fe(OH)3c. Dengan hidrogen sulfida dalam
larutan asam mereduksi ion-ion besi (III) menjadi besi (II) dan
terbentuk belerang sebagai endapan putih susu.2Fe3++ +H2S FeSFeS+
2H+ 2Fe2++2H+ + Sd. Dengan larutan amonium sulfida terbentuk
endapan hitam yang terdiri dari besi (II) sulfida dan
belerang..2Fe3++ 3S2- 2FeS+ Se. Dengan larutan kalium sianida bila
ditambahkan perlahan-lahan menghasilkan endapan coklat kemerahan
besi (III) sianida.Fe3++ 3CN- Fe(CN)3
3. Identifikasi Aluminium (Al3+)a. Dengan larutan amonia terjadi
endapan putih seperti gelatin dari aluminium hidroksida yang larut
sedikit dalam reagensia berlebihan. Al3+ + 3NH3 + 3H2O Al(OH)3 +
3NH4+b. Dengan larutan natrium hidroksida terbentuk endapan putih
dari aluminium hidroksida Al3+ + 3OH- Al(OH)3c. Dengan larutan
amonium sulfida terbentuk endapan putih yang terdiri dari aluminium
hidroksida Al3+ + 2S2- + 6H2O 2Al(OH)3+3H2Sd.Dengan larutan natrium
asetat tidak terbentuk endapan dalam larutan netral dingin tetapi
dengan mendidihkan dengan reagensia berlebihan terbentuk endapan.
Al3+ + 3CH3COO- + 2H2O Al(OH)2CH3COO+CH3COOH
4. Identifikasi Kromium (Cr3+)a. Dengan larutan amonia terjadi
endapan abu-abu hijau sampai abu-abu biru seperti gelatin dari
kromium hidroksida yang larut sedikit dalam reagensia berlebihan.
Cr3+ + 3NH3 + 3H2O Cr(OH)3 + 3NH4+Cr(OH)3+ 6NH3 Cr(NH3)6 3+ +
3OH-b. Dengan larutan natrium hidroksida terbentuk endapan abu-abu
hijau dari kromium hidroksida Cr3+ + 3OH- Cr(OH)3c. Dengan larutan
natrium karbonat terbentuk endapan abu-abu hijau dari kromium
hidroksida 2Cr3+ + 3CO32-+ 3H2O 2Cr(OH)3 +3CO2d. Dengan larutan
amonium sulfida terbentuk endapan abu-abu hijau dari kromium
hidroksida 2Cr3+ + 3S2- + 6H2O 2Cr(OH)3+3H2Se.Dengan larutan
natrium asetat tidak terbentuk endapan dalam larutan netral dingin
walaupun dengan mendidihkan.
5. Identifikasi Kobalt (Co2+)a. Dengan larutan natrium
hidroksida terbentuk endapan biruCo2+ + OH- + NO3- Co(OH) NO3 b.
Dengan larutan amonia terjadi endapan biru. Co2+ + NH3 + H2O + NO3-
Co(OH) NO3 + NH4+c. Dengan larutan amonium sulfida terbentuk
endapan hitam kobalt sulfida Co2+ + S2- CoSd. Dengan larutan kalium
sianida bila ditambahkan perlahan-lahan menghasilkan endapan coklat
kemerahan besi (III) sianida.Co2++ 2CN- Co(CN)2
6. Identifikasi Nikel (Ni2+)a. Dengan larutan natrium hidroksida
terbentuk endapan hijauNi2+ + 2OH- Ni(OH)2b. Dengan larutan amonia
terjadi endapan hijau Ni2+ + 2NH3 + 2H2O Ni(OH)2 + 2NH4+c. Dengan
larutan amonium sulfida terbentuk endapan hitam nikel sulfida.Ni2+
+ S2- NiS d. Dengan larutan kalium sianida endapan hijau nikel (II)
sianida.Ni2++ 2CN- Ni (CN)2e. Dengan hidrogen sulfida (gas/ larutan
air jenuh) membentuk endapan.
7. Identifikasi Mangan (Mn2+)a. Dengan larutan natrium
hidroksida terbentuk endapan putih. Endapan dengan cepat
teroksidasi bila terkena udara menjadi coklat.Mn2+ + 2OH-
Mn(OH)2b.Dengan larutan amonia terbentuk endapan putih. Endapan
dengan cepat teroksidasi bila terkena udara menjadi coklatMn2+ +
2NH3 + 2H2O Mn(OH)2 + 2NH4+c.Dengan larutan amonium sulfida
terbentuk endapan merah jambu dari mangan sulfida.Mn2+ + S2- MnS 8.
Dengan larutan natrium fosfat terbentuk endapan merah jambu dari
mangan amonium fosfat. Mn2+ + 2NH3 + HPO42- Mn(NH4) PO4
8.Identifikasi Zink (Zn2+)a. Dengan larutan natrium hidroksida
terbentuk endapan seperti gelatin yang putih. Endapan larut dalam
asam.Zn2+ + 2OH- Zn(OH)2Zn(OH)2 + 2H+ Zn2++ 2H2O b.Dengan larutan
amonia terbentuk endapan putih. Zn2+ + 2NH3 + 2H2O Zn(OH)2 +
2NH4+c.Dengan larutan amonium sulfida terbentuk endapan putihZn2+ +
S2- MnS d.Dengan larutan dinatrium hidrogen fosfat terbentuk
endapan putih Zn2+ + HPO42- Zn(PO4)2 + 2H+
D. Identifikasi Kation Golongan IV1. Identifikasi Barium (Ba2+
)a.Dengan larutan amonia tidak terbentuk endapan. b.Dengan larutan
amonium karbonat terbentuk endapan putihBa2+ + CO32- Ba CO3
c. Dengan larutan amonium oksalat terbentuk endapan putihBa2+ +
(COO)22- Ba(COO)2d. Dengan asam sulfat terbentuk endapan putihBa2+
+ SO42- BaSO4e. Dengan kaliumkromat terbentuk endapan kuningBa2+ +
CrO42- Ba CrO4
2. Identifikasi Calsium (Ca2+ )a.Dengan larutan amonia tidak
terbentuk endapan. b.Dengan larutan amonium karbonat terbentuk
endapan putihCa2+ + CO32- CaCO3 c. Dengan larutan amonium oksalat
terbentuk endapan putihCa2+ + (COO)22- Ca (COO)2 d. Dengan asam
sulfat terbentuk endapan putihCa2+ + SO42- CaSO4e. Dengan kalium
kromat tidak terbentuk endapan.Ca2+ + CrO42- CaCrO4
3. Identifikasi Stronsium (Sr2+)a.Dengan larutan amonia tidak
terbentuk endapan. b.Dengan larutan amonium karbonat terbentuk
endapan putihSr2+ + CO32- SrCO3 c. Dengan larutan amonium oksalat
terbentuk endapan putihSr2++ (COO)22- Sr (COO)2 d. Dengan asam
sulfat terbentuk endapan putihSr2++ SO42- SrSO4e. Dengan kalium
kromat terbentuk endapan kuningSr2+ + CrO42- SrCrO4f. Dengan uji
nyala terjadi warna nyala merah karmin
E. Identifikasi Kation Golongan V1. Identifikasi Magnesium (Mg2+
)a.Dengan larutan amonia terbentuk endapan putih seperti
gelatin.Mg2++ 2NH3 + 2H2O Mg(OH)2 + 2NH4+
b.Dengan larutan natrium hidroksida membentuk endapan putihMg2+
+ 2OH- Mg(OH)2 c.Dengan larutan amonium karbonat terbentuk endapan
putih5Mg2+ + 6CO32- + 7H2O 4MgCO3 Mg(OH)2. 5H2O + 2HCO3- d. Dengan
larutan natrium karbonat terbentuk endapan putihMg2+ + HPO42-
Mg(PO4)2 + 2H+e.Dengan larutan natrium hidroksida dan reagensia
difenilkarbazida terbentuk endapan lembayung merah.
2. Identifikasi Kalium (K+ )a.Dengan larutan Natrium
heksanitritokobaltat terbentuk endapan kuning.3K+ + Co(NO2)63-
K3Co(NO2)6b.Dengan larutan asam tartrat membentuk endapan kristalin
putihK+ + H2C4H4O6 KH2C4H4O6 + H+ c.Dengan larutan asam perklorat
terbentuk endapan putihK+ + ClO4 - KClO4d. Dengan larutan asam
heksakloroplatinat terbentuk endapan kuningK+ + PtCl62- KPtCl62-e.
Dengan uji nyala terjadi warna nyala ungu
3. Identifikasi Natrium (Na+ )a.Dengan larutan uranil magnesium
asetat terbentuk endapan kristalin
kuning.Na++Mg2++3UO22++9CH3COO-NaMg(3UO2)3 (CH3COO)9b.Dengan
larutan asam kloroplatinat tidak membentuk endapanc.Dengan larutan
asam tartrat tidak membentuk endapan d.Dengan larutan asam
p-heksanitritokobaltat tidak membentuk endapane. Dengan uji nyala
terjadi warna nyala kuning
4. Identifikasi Amonium (NH4+ )a.Dengan larutan natrium
hidroksida dan dipanaskan keluar gas amonia.NH4+ + OH- NH3+ + H2Ob.
Dengan reagen Nessler membentuk endapan coklat
NH4+ + 2(HgI4)2- + 4OH- HgO.Hg(NH2)I + 7I- + 3H2Oc.Dengan
larutan Natrium heksanitritokobaltat terbentuk endapan kuning.3NH4+
+ Co(NO2)63- (NH4+) 3Co(NO2)6d. Dengan larutan asam
heksakloroplatinat terbentuk endapan kuning2NH4+ + PtCl62- (NH4
)2(PtCl6)2e.Dengan larutan natrium hidrogen tartrat membentuk
endapan putihNH4+ + HC4H4O6- NH4HC4H4O6 f.Dengan larutan asam
perklorat tidak terbentuk endapan.
11.2.2 Identifikasi AnionSecara umum anion dibagi dalam 2
golongan besar yaitu:1. Kelas Aa. Anion yang menghasilkan gas bila
direaksikan dengan HCl encer/asam sulfat encer: karbonat,
bikarbonat, sulfat, tiosulfat, sulfida, nitrit, poklorit, sianida
dan sianat.b. Anion yang menghasilkan gas atau uap asam, bila
direaksikan dengan larutan asam sulfat pekat: korida, bromida,
iodida, nitrat, klorat, perklorat, permanganat, bromat, borat,
heksasianoferrat (II), heksasianoferrat (III), tiosianat, format,
asetat, oksalat, tartrat dan sitrat.2. Kelas Ba. Reaksi
pengendapan: Sulfat, fosfat, fosfit, hipofosfit, arsenat, arsenit,
kromat, dikromat, silikat, heksafluorosilikat.b.Oksidasi dan
reduksi dalam larutan: Manganat, permanganat, kromat dan
dikromat.
Berikut ini djelaskan satu-persatu identifikasi dari
masing-masing anion:1. Identifikasi Karbonat (CO3 2-)a. Dengan asam
klorida encer terjadi penguraian yang ditandai dengan terjadinya
gelembung gas. Gas ini dapat diidentifikasi dari sifatnya yang
mengkeruhkan air kapur.
CO3 2- + 2H+ CO2 + H2O CO2 + Ca2++ 2OH- CaCO3 + H2O CO2 + Ba2++
2OH- BaCO3 + H2O b. Dengan larutan barium/kalsium klorida terbentuk
endapan putih CO3 2- + Ca2+ CaCO3 CO3 2- + Ba2+ BaCO3 c. Dengan
larutan perak nitrat terbentuk endapan putih perak karbonat.CO3 2-
+ 2Ag+ Ag2CO3 d.Uji karbonat- fenolphtalein terbentuk warna merah
jambu pada fenolphtalein.2. Identifikasi Hidrogen karbonat
(HCO3-)a. Dengan asam klorida encer terjadi penguraian yang
ditandai dengan terjadinya gelembung gas. Gas ini dapat
diidentifikasi dari sifatnya yang mengkeruhkan air kapur.HCO3- + H+
CO2 + H2O CO2 + Ca2++ 2OH- CaCO3 + H2O CO2 + Ba2++ 2OH- BaCO3 +
H2Ob. Bila dididihkan, hidrogen karbonat terurai. Karbon dioksida
yang terbentuk dapat diidentifikasi dari sifatnya yang mengkeruhkan
air kapur.
2HCO3- CO3 2- + H2O + CO2 CO2 + Ca2++ 2OH- CaCO3 + H2O CO2 +
Ba2++ 2OH- BaCO3 + H2Oc. Dengan larutan magnesium sulfat tidak
terbentuk endapan, bila dipanaskan baru terbentuk endapan
putih.
Mg2+ + 2HCO3- MgCO3 + H2O + CO2 d. Dengan larutan Merkurium (II)
klorida tidak terbentuk endapan .
3.Identifikasi Sulfit ( SO3 2-)a. Dengan asam klorida encer
terjadi penguraian lebih cepat dengan pemanasan, disertai pelepasan
belerang dioksida. Gas ini dapat diidentifikasi dari:(i) Bau
belerang yang terbakar(ii) Bila sehelai kertas saring yang dibasahi
dengan larutan kalium dikromat yang telah diasamkan diletakkan di
atas mulut tabung uji maka kertas saring akan berwarna hijau.
SO3 2- + H+ SO2 + H2O 3SO2 + Cr2O42- + H+ 2Cr3+ + 3SO42- + H2O
b. Dengan larutan barium/ stronsium klorida terbentuk endapan putih
SO3 2- + Ba2+ BaCO3 b. Dengan larutan perak nitrat mula-mula tidak
terbentuk endapan, setelah ditambah reagensia berlebih terbentuk
endapan putih
SO3 2- + 2Ag+ (AgSO3 )- (AgSO3 )- + Ag+ Ag2SO3
d.Dengan larutan kalium permanganat yang telah diasamkan dengan
asam sulfat encer maka warna ungu dari kalium permanganat
luntur.5SO3 2- + 2MnO4-+ 6H+ 2 Mn2++ 3SO42-+ 3H2O c. Dengan larutan
kalium dikromat yang telah diasamkan dengan asam sulfat encer maka
terjadi warna hijau karena terbentuknya ion-ion kromium (III).
3SO3 2- + Cr2O42- + 8H+ 2 Cr3++ 3SO42-+ 4H2O
4. Identifikasi Tiosulfat (S2O3 2- ) a. Dengan asam klorida
encer tidak terjadi perubahan dengan segera, setelah diasamkan baru
terjadi kekeruhan karena terjadi pemisahan belerang.S2O3 2- +2H+ S
+ SO2 + H2O c. Dengan larutan iod maka warna iod luntur karena
terbentuk ion tetrationat yang tak berwarna.
I2 + S2O3 2- 2I- + S4O6 2-c. Dengan larutan barium klorida
terbentuk endapan putih barium tiosulfat. S2O3 2- + Ba2+ Ba S2O3
d.Dengan larutan perak nitrat mula-mula tidak terbentuk endapan,
setelah ditambah reagensia berlebih terbentuk endapan putih SO3 2-
+ 2Ag+ (AgSO3 )- (AgSO3 )- + Ag+ Ag2SO3
5. IdentifikasiSulfida (S2-)a.Dengan asam klorida/asam sulfat
encer terjadi pelepasan gas hidrogen sulfida yang dapat
diidentifikasi dar baunya yang khas dan menghitamnya kertas saring
yang dibasahi timbal asetat.S2- + 2H+ H2S H2S + Pb2+ PbS .b.Dengan
larutan perak nitrat terbentu endapan hitam perak sulfida.S2- +
2Ag+ Ag2Sd. Dengan larutan barium klorida tidak terbentuk
endapan.
6. Identifikasi Nitrit (NO2- )a. Dengan asam klorida encer
dengan hati-hati dihasilkan cairan biru pucat yang tidak stabil dan
dilepaskan uap nitrogen dioksida yang berwarna coklat.NO2-+ H+ HNO2
3HNO2 HNO3 + 2NO + H2O 2NO + O2 2NO2
b.Dengan larutan besi (II) sulfat yang ditambahkan pelan-pelan
melalui dinding tabung yang telah ditambah asam sulfat/asetat encer
terbentuk cincin coklat pada perbatasan kedua larutan. NO2- +
CH3COOH HNO2 + CH3COO- 3HNO2 HNO3 + 2NO + H2O Fe2+ + SO42- + 2NO
(Fe2NO)SO4c.Dengan larutan barium klorida tidak terbentuk
endapand.Dengan larutan perak nitrat terbentu endapan putih perak
nitrit.NO2- + Ag+ Ag NO2e. Dengan larutan kalium permanganat yang
telah diasamkan dengan asam sulfat encer maka warna ungu dari
kalium permanganat luntur, tapi tak ada gas yang dilepaskan.5NO2- +
2MnO4- + 6H+ 2 Mn2++ 5NO3-+ 3H2O
7. Identifikasi Sianida (CN- )a. Dengan asam klorida encer
terbentuk asam sianida.CN- + H+ HCNb.Dengan larutan perak nitrat
terbentuk endapan putih perak sianida yang mudah larut dalam
larutan sianida berlebih.CN- + Ag+ AgCN AgCN + CN- Ag(CN)2-c.
Dengan asam sulfat pekat dipanaskan akan dilepaskan karbon
monoksida2KCN + 2H2SO4 + 2H2O 2CO + K2SO4 (NH4)2SO4
8.Identifikasi Tiosianat (SCN-) a. Dengan asam sulfat pekat
dihasilkan pewarnaan kuning, bila dipanaskan timbul reaksi yaitu
terbakar dengan nyala biru.SCN- + H2SO4 + 2H2O COS + NH4+ +
SO42-b.Dengan larutan perak nitrat terbentuk endapan putih perak
tiosianat yang larut dalam amonia.SCN- + Ag+ Ag SCNAg SCN + 2NH3
Ag(NH3)2+ + SCN+c. Dengan larutan tembaga sulfat terbentuk warna
hijau yang berubah menjadi endapan hitamSCN- + Cu2+ Cu( SCN)2
e. Dengan larutan besi (III) klorida terbentuk larutan merah
darah karena terbentuknya suatu kompleks.
SCN- + Fe3+ Fe( SCN)39. Identifikasi Ion Ferrosianida =
[Fe(CN)6]4
a. Dengan larutan Argentum nitrat terbentuk endapan putih,
endapan tidak larut dalam amonia tapilarut dalam kalium sianida dan
natrium tiosulfat.[Fe(CN)6]4+ 4Ag+ Ag4 [Fe(CN)6]Ag4 [Fe(CN)6] +
8CN- 4 [Ag(CN)2]- + [Fe(CN)6]4Ag4 [Fe(CN)6] + 8S2O32- 4
[Ag(S2O3)2]3- + [Fe(CN)6]4
b. Dengan larutan Ferri klorida terbentuk endapan biru
prussian
3[Fe(CN)6]4 + Fe3+ Fe4[Fe(CN)6]3
c. Dengan larutan Ferro sulfat terbentuk endapan putih yang
dengan cepat menjadi biru karena oksidasi.
[Fe(CN)6]4+ Fe2+ + 2K+ K2Fe[Fe(CN)6]
2. Dengan larutan Cupri sulfat terbentuk endapan coklat
[Fe(CN)6]4 + 2Cu2+ Cu2[Fe(CN)6]
10. Identifikasi ion Ferrisianida = [Fe(CN)6]3
a.Dengan larutan Argentum nitrat terbentuk endapan merah
jingga[Fe(CN)6]3 + 3Ag+ Ag3 [Fe(CN)6]
b. Dengan larutan Ferro sulfat terbentuk endapan biru
Turnbull[Fe(CN)6]3 + Fe2+ Fe3[Fe(CN)6]2
c.Dengan larutan Ferri klorida terbentuk larutan
coklat[Fe(CN)6]3+ Fe3+ Fe[Fe(CN)6]
d. Dengan larutan Cupri sulfat terbentuk endapan
hijau[Fe(CN)6]3+ 3Cu2+ Cu3[Fe(CN)6]2
11. Identifikasi ion Klorida (Cl)a.Dengan larutan Argentum
nitrat terbentuk endapan putih yang larut dalam larutan amonia
encer dan dengan larutan asam nitrat encer akan terbentuk endapan
putih lagi. Endapan dikenakan sinar matahari menjadi endapan unguCl
+ Ag+ AgCl AgCl + 2NH3 [Ag (NH3)2]+ + Cl-[Ag (NH3)2]+ + Cl- + 2H+
AgCl + 2NH4+
b.Dengan larutan Asam sulfat pekat, dipanaskan timbul gas. Gas
ini dapat dibuktikan dengan:
Bau yang merangsang Membentuk kabut putih, jika batang pengaduk
yang dibasahi dengan ammonium hidroksida pekat didekatkan ke mulut
tabung reaksi Kertas lakmus biru merahCl+ H2SO4 HCl + HSO4-c.Dengan
larutan Plumbum nitrat terbentuk endapan putih, bila dipanaskan
endapan larut dan bila didinginkan terbentuk endapan jarum2Cl +
Pb2+ PbCl2
12. Identifikasi ion Bromida ( Br )a. Dengan larutan Argentum
nitrat terbentuk endapan kuning muda.Br+ Ag+ AgBrAgBr + 2NH3 [Ag
(NH3)2]+ + BrAgBr + 2CN- [Ag(CN)2]- + BrAgBr+2S2O32- [Ag(S2O3)2]3-
+ Br
b. Dengan larutan Asam nitrat pekat, dipanaskan terbentuk
larutan coklat merah, timbul uap coklat merah, dibuktikan
dengan:
Larutan + kloroform lapisan kloroform berwarna coklat merah
Kertas saring yang dibasahi dengan fluorescein, akan berwarna merah
jingga jika diletakkan di mulut tabung reaksi6Br + 8HNO3 3Br2 + 2NO
+ 6NO3- + 4H2O
c.Dengan larutan Plumbum nitrat terbentuk endapan putih, yang
larut di air mendidih2Br + Pb2+ PbBr2
13.Identifikasi ion Iodida ( I)a. Dengan larutan Argentum nitrat
terbentuk endapan kuning yang mudah larut dalam larutan kalium
sianida dan larutan natrium tiosulfat.I + Ag+ AgIAgI + 2CN- [Ag
(CN)2]- + IAgI + 2S2O32- [Ag(S2O3)2]3- + I
b. Dengan larutan asam sulfat pekat terbentuk timbul uap ungu,
dibuktikan dengan: Larutan + kloroform terbentuk lapisan kloroform
berwarna ungu Kertas saring yang dibasahi amylum, akan berwarna
biru jika diletakkan di atas tabung reaksi2I- + 2H2SO4 I2+ SO42- +
2H2O I- + H2SO4 HI+ HSO4- 6I- + 4H2SO4 3I2+ S + 3SO42- + 4H2O8I- +
5H2SO4 4I2+ H2S + 4SO42- + 4H2O
c.Dengan larutan Plumbum nitrat terbentuk endapan kuning yang
bila diencerkan dengan aquadest terbentuk endapan larut dan bila
didinginkan terbentuk endapan berbentuk keping-keping kuning emas
seperti sisik ikan. 2I + Pb2+ PbI2
d.Dengan larutan sampel ditambah Merkuri klorida terbentuk
endapan merah jingga, jika sampel berlebih terbentuk endapan
larut2I + HgCl2 HgI2 +2Cl-
14. Identifikasi ion Borat ( BO33- , B4O72-, BO2-)
a. Dengan larutan Argentum nitrat terbentuk endapan putih, bila
terhidrolisis menjadi endapan menjadi coklat.B4O72-+ 4Ag+ + H20
4AgBO2 + 2H+2AgBO2+3 H20 Ag2O + 3H3BO3
b. Dengan larutan diuapkan di atas cawan porselin, setelah
kering ditambah metanol, kemudian dibakar terbentuk nyala api
hijau
c. Dengan larutan Barium klorida terbentuk endapan putih, bila
ditambah larutan Barium klorida berlebih terbentuk endapan
larutB4O72-+ 2Ba2+ + H2O 2Ba(BO2)2 + 2H+
15. Identifikasi ion Kromat atau Dikromat = CrO42 atau
Cr2O72-
a. Dengan larutan Argentum nitrat terbentuk endapan merah
coklat, endapan larut dalam asam nitrat encer dan dalam larutan
amonia. Asam klorida mengubah endapan menjadi perak klorida
(putih).
CrO42 -+ 2Ag+ Ag2 CrO4 2Ag2 CrO4 + 2H+ 4Ag+ + Cr2O72- + H20Ag2
CrO4 + 4NH3 2[Ag (NH3)2]+ + CrO42Ag2 CrO4+2Cl- 2AgCl + CrO42b.
Dengan larutan Asam sulfat encer ditambah hidrogen peroksida
terbentuk larutan biru tua, kemudian timbul gas dan larutan menjadi
hijau
c. Dengan larutan Barium klorida terbentuk endapan kuningCr2O4-2
+ Ba+ Ba CrO4
d. Dengan larutan Plumbum nitrat terbentuk endapan kuning yang
larut dalam asam nitrat encer.Cr2O4-2+ Pb2+ PbCrO42PbCrO4+ 2H+
2Pb2+ + Cr2O72- + H20
16. Identifikasi ion Permanganat (MnO4=)
a. Dengan larutan Argentum nitrat tidak terjadi perubahan
b. Dengan larutan Kalium hidroksida pekat terbentuk larutan
hijau ditambah air dan asam sulfat encer terbentuk larutan ungu4
MnO4- + 4OH- 4 MnO42- + O2 + 2H2O3MnO42- + 2H2O 2 MnO4- + MnO2 +
4OH-
b. Dengan larutan asam sulfat encer ditambah hidrogen peroksida
terbentuk timbul gas, dan warna ungu dilunturkan2 MnO4- + 5 H2O2 +
6H+ SO2 + 2Mn2+ + 8H2O
c. Dengan larutan asam sulfat encer ditambah natrium nitrit
warna ungu dilunturkan
2 MnO4- + 5NO2- + 6H+ 2Mn2+ + 5NO3- + 3H2O
d. Dengan larutan asam sulfat encer ditambah Ferro sulfat warna
ungu dilunturkan2MnO4- + 5Fe2+ + 8H+ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
e. Dengan larutan asam sulfat encer ditambah asam oksalat warna
ungu dilunturkan2MnO4- + 5 (COO)22- + 16H+ 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
17. Identifikasi ion Asetat ( CH3COO)
a. Dengan larutan Argentum nitrat terbentuk endapan putihCH3COO
+ Ag+ CH3COOAg
d. Dengan larutan Alkohol dan asam sulfat pekat terbentuk bau
harumCH3COO + C2H5OH CH3COOC2H5 + OH-
e.Dengan larutan Ferri klorida terbentuk larutan coklat merah
6CH3COO + 3Fe 3+ + 2H2O [Fe3(OH)2( CH3COO)6]+ +2H+[Fe3(OH)2(
CH3COO)6]+ + 4H2O 3Fe(OH)2 CH3COO + CH3COOH + H+
11.2.3 Pemisahan Campuran Senyawa AnOrgank
Setelah melakukan reaksi/analisis pendahuluan kita telah dapat
memperkirakan zat/unsur anorganik apa yang mungkin terdapat dalam
bahan (sampel) yang dianalisis. Untuk itu perlu dianalisis kation
dan anion yang ada dalam campuran senyawa anorganik.Untuk
memastikan kation apa yang terdapat dalam bahan maka harus
dilakukan reaksi selektif untuk memisahkan/menggolongkan
unsur-unsur yang ada terutama bila zat dalam bentuk campuran.Ada
beberapa cara analisis sistematika kation, antara lain:1. Metode
H2SCara hidrogen sulfida ini paling luas penggunaannya. Metode ini
dibuat oleh Bergmann dan disempurnakan oleh Fresenius dan
Noyus.
Larutan zat dalam air + HCl encer (4N) berlebih,lalu
disaringEndapan (gol.HCl):AgClHg2Cl2PbCl2Gol. IFiltrat dipanaskan,
dialiri gas H2SEndapan(gol. H2S) :CuS HitamSnS CoklatFeS HitamHgS
hitamPbS hitamAs2S3 KuningFiltrat dididihkan + NH4Cl & NH4OH
sampai basa, lalu + (NH4)2S, disaringEndapan(gol. (NH4)2SZnS
PutihMnS kuningCuS hitamAl2(OH)3PutihFiltrat dididihkan +
(NH4)2CO3, lalu dipanaskanEndapan (gol. (NH4)2CO3CaCO3 PutihBaCO3
Putih SrCO3 PutihGol.sisaNa+K+Mg2+NH4+Gol. IIGol. IIIGol.IVGol.
VGambar 146. Pemisahan Sistem H2SSelanjutnya dari endapan-endapan
atau larutan golongan sisa di atas dilakukan identifikasi
masing-masing kation dengan reaksi spesifik terhadap kation yang
diduga ada.Maksud dilakukannya pemisahan adalah agar reaksi
spesifik suatu ion tidak terganggu karena adanya kation yang
lain.
2. Metode non H2SCara ini terutama didasarkan pada kelarutan
oksida logam dalam pelarut asam yang digunakan. Zat yang akan
diperiksa dipijarkan di dalam krus porselain diatas nyala bunsen,
kecuali untuk memeriksa kation-kation yang mudah menguap, menyublim
atau mudah terurai seperti kation NH4+, As3+, Bi3+, Hg2+ yang harus
diperiksa langsung dari zat asalnya sebelum dipijarkan.Cara
kerjanya seperti pada Gambar 147.
Filtrat :K+Na+Li+Residu + HNO3 encer, panaskan, kocok, kemudian
disaringFiltrat :Ca2+Ba2+Sr2+Mg2+Zn2+Cu2+Residu + HCl encer,
panaskan, kocok, saringFiltrat :Ag+Al+Bi2+ Sn4+As3+ Pb2+Hg2+
Fe3+Mn3+Cd2+Cr3+ No3+Co2+Residu :SiO2Filtrat :Sb3+Zat dipijar dalam
cawan pijar, setelah dingin larutan dingin disaring
Gambar 147. Pemisahan Sistem Non H2S
Cara non H2S ini tidak berarti tiap filtrat atau residu hanya
terdiri dari ion-ion seperti tersebut di atas, tapi kemungkinan
juga ada ion-ion yang termasuk golongan filtrat lain dalam jumah
sedikit yang ikut di dalamnya.Untuk mengidentifikasi anion-anion
yang ada dalam campuran senyawa anorganik perlu dipisahkan antara
kation dan anionnya dengan membuat ekstrak soda.Cara membuat
ekstrak soda:Kurang lebih 1 gram zat dimasukkan dalam beaker glass
100 mL.Ditambahkan 20 mL larutan Na2CO3 jenuh dan dididihkan selama
15 menit, didinginkan dan disaring. Filtratnya ini disebut ekstrak
soda dan digunakan untuk identifikasi anion selain ion karbonat.
Endapan pada kertas saring merupakan garam karbonat dari kation
logam yang dapat dipakai untuk analisis kation.
11.3 Senyawa Organik
11.3.1 Identifikasi Senyawa Obat
Tahapan dalam identifikasi senyawa organik/ senyawa
obat:OrganoleptisBentuk: Kristal atau serbukWarna: Putih, Kuning,
Coklat atau JinggaBau: Terutama penting pada zat-zat yang mempunyai
bau spesifikRasa: Manis, Asin, Pahit, Masam, Anaesthetis ( rasa
tebal di lidah ), Dingin, Panas atau tidak berasaI. Pemanasan pada
cawan porselin:Pada pemanasan, zat-zat tersebut dapat mencair,
memadat dan menguap atau segera menyublim. Ada zat yang akan
terbakar pada pemanasan. Kalau uap itu membirukan kertas lakmus
merah, hendaknya diselidiki terhadap NH3.Uap tersebut juga dapat
berbau: Phenol, Rambut terbakar, karamel, dsb.Kalau pada pemanasan
setelah penambahan HNO3 pekat meninggalkan sisa di atas cawan
porselin, maka menunjukkan adanya oksida logam (mungkin zat yang
diselidiki merupakan suatu garam). Perlu diingat bahwa untuk
senyawa-senyawa NH4 , Hg dan As akan menguap seluruhnya pada
pemanasan. Jadi harus diadakan pemeriksaan pendahuluan terhadap
unsur-unsur tersebut.Kalau pada sisa pemanasan itu dalam keadaan:-
panas dan dingin putih: K, Na, Ca, Ba, Mg, Al, Sr panas dan dingin
coklat hitam: Ag, Sb, As, Cu, Fe, Mn panas kuning, dingin putih: Zn
panas dan dingin kuning: Pb panas kuning coklat, dingin kuning: Bi,
Sn
II. Kelarutan:Lihat kelarutannya dalam keadaan dingin dan panas,
dalam Air, Asam, Basa dan Alkohol.III. Penyelidikan Constanta
Physis (yang mungkin dilakukan )Terutama untuk zat tunggal,
biasanya hasil tidak dapat tepat tetapi lebih rendah dari pada
ketentuan-ketentuan yang ada. Titik lebur (Melting Point)Untuk zat
yang mudah terurai pada pemanasan, tidak dapat ditentukan dengan
cara ini.Alat: MELTING BLOCK dari THIEF Bobot JenisPerbandingan
bobot zat terhadap air pada volume yang sama dan suhu yang sama
yang ditimbang di udara.Alat: PIGNOMETER Index BiasPerbandingan
kecepatan cahaya dalam hampa udara dengan kecepatan cahaya dalam
zat tersebut.Harga Index Bias ini berubah-ubah tergantung dari
panjang gelombang yang digunakan dalam pengukuran.Alat :
REFRAKTOMETER Rotasi OptikBesar sudut pemutaran bidang polarisasi
yang terjadi, jika sinar terpolarisasi dilewatkan melalui
cairan.Kecuali dinyatakan lain, pengukuran dilakukan dengan
menggunakan sinar pada lapisan cairan setebal 1 dm pada suhu 20 0
C.Alat : POLARIMETERIV. Fluorescensi: dengan sinar Ultra Violet Zat
padat Dengan H2SO4 encer Dengan NaOH encer
V. Penyelidikan terhadap unsur:Pada umumnya zat organik
mengandung unsur-unsur: C, H, O, N, S, P, Halogen, Logam. Untuk
dapat menganalisis unsur-unsur tersebut maka zat organik harus
dirusak dulu dengan cara:1. Pemijaran / Pengarangan Zat di dalam
cawan porselen dipanaskan, hasil pemijaran menunjukkan adanya:
uap/gas, bau, warna dsb bila hasil pemijaran hitam maka C
positif.2. PenfieldZat + Pb2CrO4 dipanaskan akan keluar gas CO2,
bila dialirkan dalam air barit/air kapur akan menjadi keruh.3.
CastellanaZat yang akan diselidiki dicampur dengan serbuk
Castellana (terdiri dari campuran Na2CO3 dan Magnesium 2: 1 )
dengan perbandingan 1: 5. Masukkan dalam pipa kapiler hampir penuh,
panaskan di api bebas sampai berpijar. Masukkan ke dalam aquadest
(untuk melarutkan zat-zat organik yang telah dirusak) diaduk lalu
didiamkan sampai terbentuk endapan. Kemudian disaring, filtrat
digunakan untuk menyelidiki unsur-unsur seperti : N, S, P, As dan
Halogen.Unsur N: N diubah menjadi CN Filtrat + HCl + FeSO4 jenuh
Fe4(Fe(CN)6)3 biru berlin
Unsur S: Filtrat + Pb Ac PbS hitam coklat Filtrat + Na
Nitropruside kristal violet
Unsur P: Filtrat + Mg Mixture MgNH4PO4 putihat + HNO3 pk + NH4
Molybdat (NH4)3PO412MoO3 Ammonium fosfomolybdat kuning
Unsur As: Filtrat + HNO3 p + NH4 Molybdat (NH4)3AsO412MoO3
Ammonium arsenomolybdat kuning Test Gutzeit:Zat direduksi dengan
serbuk Zn + H2SO4 terbentuk AsH3 yang dapat ditunjukkan dengan: +
kristal AgNO3 kuning + larutan AgNO3 hitamAsH3 + 6 AgNO3
Ag3As.3AgNO3 + 3 HNO3Ag3As.3AgNO3 + H2O H3AsO3 + 6 Ag + 6 HNO3
Unsur Cl: Filtrat + HNO3 + AgNO3 AgCl putih yang larut dalam
NH4OH dan mengendap kembali dengan penambahan HNO3 Filtrat + H2SO4
+ K2Cr2O7 kertas o. Toluidin biru
Unsur Br: Filtrat + HNO3 + AgNO3 AgBr putih kekuningan sedikit
larut dalam NH4OH berlebihan Filtrat + HCl + NaNO2 + CHCl3 CHCl3
coklat Filtrat + H2SO4 + K2Cr2O7 kertas Fluorescein merah
Unsur I: Filtrat + HNO3 + AgNO3 AgI kuning tidak larut dalam
NH4OH berlebihan Filtrat + HCl + NaNO2 + CHCl3 CHCl3 violet Filtrat
+ HNO3 + Pb Ac PbI2 kuning Filtrat + H2SO4 pk + K2Cr2O7 kertas
Amylum biru
VI. Penyelidikan terhadap gugus:
1. Aldehid: O- C H Reaksi PendamaranZat + larutan NaOH / KOH
larutan kuning yang kemudian mengendap merah kekuningan Mereduksi
larutan Ag-AmoniakalZat + AgNO3 + NH4OH berlebihan Ag yang
membentuk cermin perak pada dinding tabung Zat + Schiff merah
jambon Zat + Barfoed merah coklat Zat + Fehling A & B Cu2O
merah bata Zat + Nessler abu-abu Zat + Tollens lemah terjadi
lapisan perak abu-abu
2. Keton: - Zat + Na Nitropruside + NH4Cl + NH4OH
violet(pereaksi Legal Rothera)
3. Karboksilat: Gugus karboksilat bersifat asam yang dapat
ditunjukkan dengan indikator/lakmus Esterifikasi:Zat + Alkohol +
H2SO4 p bau harum4. Sulfon: - SO3H S dari filtrat Castellana + Pb
Ac PbS hitam coklat Bila dioksidasi keluar ion SulfatZat + H2O2 3 %
+ 1 tetes FeCl3 0,5 N; setelah reaksi selesai + HNO3 + lar. BaCl2
0,5 N putih dari BaSO45. Amina: Ada 3 macama. Amina primer: R C
NH2b. Amina sekunder:RNHRc. Amina tersier: RN - R RReaksi umum: Zat
+ NaOH gas NH3 yang dapat ditunjukkan dengan kertas lakmus merah
basah atau dengan Nessler coklat Zat + As. Pikrat endapan
a. Amina primer1. Reaksi Isonitril:R-NH2 + CHCl3 + NaOH R-N=C +
NaCl + H2O Isonitril ( dikenal baunya )Reaksi ini kepekaannya
berkurang dengan adanya gugus karboksil sulfon atau OH fenolis2.
Reaksi Parri ( baik untuk amin alifatis )R-NH2 + HNO3 ROH + H2O +
N23. Remini test:Zat + aceton + Na-Nitroprusid r.p merah ungu4.
Reaksi Erlich ( DAB.HCl) = Dimetil Amino Benzaldehide dalam
HCl.Amine primer aromatis + DAB.HCl jingga/kuningb. Amina
sekunderR2NH + HNO2 R2NNO + H2O Nitrosamine
Nitrosamine dapat ditunjukkan dengan:Zat + HCl encer/etanol
sampai larut + HCl p sampai asam, didinginkan + NaNO2 dan kocok
pelan-pelan lalu didiamkan 5 menit maka terbentuk larutan kuning
yang memisah, kemudian dipisahkan, + Phenol dan dipanaskan
pelan-pelan, didinginkan, + H2SO4 pk hijau biru, akan berubah
biru/hijau tua, jika + NaOH berlebihan.c. Amina tersierZat + As.
Sitrat + As. Asetat anhidrat, dicampur hati-hati di atas penangas
air merah ungu Reaksi ini positif untuk Amina tersier dan
garam-garamnya, seperti Trimetil Amina, Trietanol Amina,
Tribenzilamine, Prokain, Metil Ephedrin6. Zuur amide:
O- C NH2 Reaksi BiuretZat + NaOH + CuSO4 Biru/biru violet
7. Nitro ( NO2 pada atom C ): -NO2 Zat + H2SO4 pk + Diphenilamin
biru Zat direduksi dengan Zn + HCl amina primer DAB.HCl jingga
8. Alkohol: - OH Reaksi Diazo ( Diazo A : B = 4:1 )Zat + Diazo A
(as. Sulfanilat) + HCl + Diazo B ( NaNO2 ) + NaOH sampai basa merah
frambors + eter / amilalkohol warna tak masuk (Beda dengan Fenol
warna merah dapat ditarik dengan eter / amilalkohol)Reaksi Diazo
juga positif terhadap: alkohol primer, sekunder yang larut dalam
air, Aceton, Fenol, beberapa asam oxy ( as. Sitrat, as. Malat )
HAlkohol primer: R C OH H Zat + KMnO4 + H2SO4 warna hilang + Schiff
merah violet R1Alkohol sekunder: R2 C OHH
Zat dioksidasi dengan aq. Bromata kemudian + pereaksi Legal
Rothera merah coklat / violet R1Alkohol tersier: R2 C OH R3 Zat +
HgO + H2SO4 Hg2SO4 kuning Hg ( abu-abu )
Alkohol Polyvalen Zat + NaOH + 1 tetes CuSO4 larutan biru
9. Phenol Zat + FeCl3 larutan ungu + Alkohol kuning
10. Inti AromatikReaksi GUERBERT: Zat + HNO3 p dengan
katalisator H2SO4 p dipanaskan hati-hati sisanya dilarutkan dalam
alkohol + HCl + Zn (untuk mereduksi) dipanaskan sedikit, maka Nitro
yang terjadi direduksi jadi Amine, pindahkan ke dalam tabung lain +
HCl + lar. NaNO2 1 % + 1 % Beta Naftol dalam amoniak sampai alkalis
cincin merah / jingga Yang dapat bereaksi adalah inti: benzene,
naftalene, fenantren.
11.4 Penetapan Kadar Senyawa ObatSenyawa-senyawa obat dapat
ditetapkan dengan berbagai metode, mulai dari metode yang klasik
misalnya meode Volumetri dan Gravimetri atau dapat juga dengan
metode yang modern misalnya Spektrofometri (Uv-Vis, IR, AAS, NMR ),
Kromatografi , Spektrodensitometri , Potensiometri dan lain-lain.
Berikut ini akan diuraikan beberapa metode yang dapat digunakan
untuk menetapkan kadar beberapa senyawa obat .11.4.1
Volumetri11.4.1.1 Teori Dasar Analisa VolumetriVolumetri/titrimetri
ialah penyelidikan untuk mengetahui kadar suatu zat dengan cara
mengukur volume larutan yang sudah diketahui konsentrasinya, secara
tepat sehingga keduanya bereaksi equivalen.Titik equivalen adalah
suatu keadaan tentang kadar dalam gram equivalen dari zat yang
diselidiki sama dengan konsentrasi dalam gram equivalen dari
larutan standar.Titik akhir titrasi adalah suatu keadaan pada
titrasi harus dihentikan karena melihat adanya perubahan yang
disebabkan oleh indikator.Reaksi yang terjadi dalam analisa
volumetri bermacam-macam, sehingga analisis volumetri dapat dibagi
menjadi 3 bagian yang berdasarkan prinsip dari reaksi-reaksi yang
terjadi yaitu:1. AcidialkalimetriPrinsip: netralisasi asam
basa.Reaksi-reaksi yang terjadi merupakan kombinasi dari ion
hidrogen dan ion hidroksil yang membentuk air.H+ +
OHH2OAcidialkalimetri dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
AcidimetriPenyelidikan untuk menentukan kadar suatu basa dengan
memakai larutan asam yang sudah diketahui konsentrasinya (dengan
memakai larutan asam sebagai larutan standar).
AlkalimetriPenyelidikan untuk menentukan kadar asam dengan memakai
larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya (dengan memakai
larutan basa sebagai larutan standar)2. OxidimetriPrinsip: reaksi
reduksi - oksidasi.Reaksi-reaksi yang terjadi meliputi perubahan
bilangan oxidasi atau perpindahan elektron-elektron dari zat-zat
yang bereaksi.Larutan standar merupakan zat-zat oxidator atau
reduktor. Zat-zat oxidator antara lain: KMnO4; K2Cr2O7; Ce(SO4)2;
I2; KIO3; KBrO3; Chloramin T.Zat-zat reduktor antara lain:
persenyawaan ferro atau stanno; Na2S2O3; As2O3; TiCl3;
Ti2(SO4)3.Oxidimetri terdiri atas beberapa cara antara lain:
Permanganometri, Iodometri dan Iodimetri, Bromometri,
Serimetri.
3. NitrimetriMetode Nitrimetri adalah metode penetapan kadar
secara kuantitatif dengan larutan baku natrium nitrit. Metode ini
didasarkan pada reaksi diazotasi yaitu reaksi senyawa amina
aromatis primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk
garam diazonium. Karena asam nitrit tidak stabil, maka diganti
dengan natrium nitrit yang merupakan garam dari asam nitrit,
sedangkan untuk membuat suasana asam digunakan asam klorida. Reaksi
diazotasi yang mendasarkan metode ini dapat dituliskan sebagai
berikut:NaNO2 + HCl HNO2 + NaClRNH2+ HNO2 + HCl R N+Cl-+ H2O
NReaksi diazotasi dapat berlangsung dengan syarat sebagai
berikut:1. temperatur yang digunakan harus rendah yaitu di bawah
150 C, sebab pada temperatur yang lebih tinggi garam diazonium yang
terbentuk tidak stabil dan akan terhidrolisis menjadi fenol dan gas
hidrogen, dan dikhawatirkan pada temperatur yang lebih tinggi asam
nitrit lebih cepat terurai sehingga reaksinya tidak stoikiometri.
Titrasi pada suhu kamar tidak berbeda hasilnya apabila dilakukan
perlahan-lahan.2. Ditambah KBr sebagai katalis3. Dalam suasana asam
(HCl)
4. ArgentometriArgentometri adalah suatu cara penetapan kadar
titrasi, berdasarkan reaksi pengendapan dan menggunakan larutan
baku AgNO3.Larutan standar primer: NaClLarutan standar sekunder:
AgNO3, KCNS, NH4CNS
Macam-macam Argentometri:A. Argentometri MohrB. Argentometri
VolhardC. Argentometri FajansD. Argentometri Liebig
A. Argentometri MohrPrinsip :Pengendapan bertingkat/pembentukan
suatu endapan berwarna.Larutan standar sekunder :AgNO3Indikator:
K2CrO4 5 %Syarat: suasana netralPada analisis Cl mula-mula terjadi
reaksi:Ag+ + Cl AgCl putih Sebelum titik ekuivalensi Clnya masih
ada, tetapi saat titik ekuivalensi Cl nya habis, maka dengan
penambahan AgNO3 akan bereaksi dengan K2CrO4 sehingga terbentuk
endapan merah coklat sebagai titik akhir titrasi.2 Ag+ + CrO42 -
Ag2CrO4 merah coklatKonsentrasi CrO42 yang ditambahkan sebagai
indikator tidak boleh sembarang, tetapi harus dihitung berdasar Ksp
AgCl dan Ksp Ag2CrO4. Konsentrasi CrO42 tidak boleh tinggi karena
warna CrO42 adalah kuning, sehingga mengakibatkan perubahan warna
pada titik akhir titrasi sulit dilihat (konsentrasi CrO42 = 2,5 x
103 M).Pengaturan pH juga perlu dilakukan agar tidak terlalu rendah
ataupun terlalu tinggi. Sebaiknya dilakukan dalam suasana netral
atau sangat sedikit sekali basa yakni dalam jangkauan pH 6,59 (pH
7).Bila terlalu tinggi (basa) dapat terbentuk endapan Ag(OH) yang
selanjutnya terurai menjadi Ag2O sehingga titran terlalu banyak
dipakai.2Ag+ + 2OH 2Ag(OH) putih Ag2O Hitam + H2OBila pH terlalu
rendah (asam), ion CrO42 sebagian berubah menjadi Cr2O72 yang
mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak timbul
endapan atau sangat terlambat.2H+ + 2CrO42 Cr2O72 + H2OSelama
titrasi Mohr, larutan harus dikocok dengan baik. Bila tidak maka
secara lokal terjadi kelebihan titran yang menyebabkan indikator
mengendap sebelum titik ekuivalen tercapai dan dioklusi oleh
endapan AgCl yang terbentuk kemudian. Akibatnya titik akhir titrasi
menjadi kurang tepat.Metoda sederhana untuk membuat larutan menjadi
netral:1. Jika larutan asam dengan penambahan Kalsium karbonat/
Natrium hidrogen karbonat murni dengan berlebih.2. Jika larutan
basa: diasamkan ngan Asam Asetat lalu ditambahkan Kalsium karbonat
yang sedikit berlebih.
B. Argentometri VolhardPrinsip:Pembentukan suatu senyawa
berwarna yang dapat larut.Larutan standar sekunder :I. AgNO3II.
NH4CNS / KCNS
Indikator:1. Larutan Besi (III) amonium sulfat (Fe(NH4)(SO4)2)
2. Larutan Besi (III) nitrat (Fe(NO3)3)Syarat:suasana asam dengan
HNO3Titrasi dengan menggunakan metode Argentometri Volhard dapat
diterapkan pada penentuan Ag+ atau CNS secara Titrasi langsung.
Sampai dengan titik ekuivalen harus terjadi reaksi antara titran
dengan Ag+ membentuk endapan putih.
lebih sukar larutlebih mudah larut dari AgCNS
AgCN 15,92AgIO3 7,51Ag2CO3 11,25
AgBr 12,31AgCl 9,75Ag2CrO4 11,89
AgI 16,01Ag2(COO)2 11,05Ag3PO4 19,9
Ag2S 48,96Ag3AsO4 21,00
Gambar 148. Perbedaan Kelarutan Endapan pada Metode
Argentometri
Hendaklah diingat bahwa Ksp lebih kecil menunjukkan kelarutan
lebih kecil pula asal jenis senyawanya sama misalnya biner dengan
biner, terner dengan terner. Tidak demikian halnya bila biner
dengan terner misal: AgCNS dengan Ag3PO4. Ksp Ag3PO4 lebih kecil
namun kelarutannya lebih besar.1. Untuk X yang kelarutan AgX-nya
lebih besar dapat ditempuh beberapa cara isolasi AgX untuk
menghindarkan reaksi antara AgX dengan CNS yaitu:Endapan AgX
disaring, dicuci, filtrat yang sudah tidak mengandung AgX
dititrasi. Cara ini efektif tetapi tidak efisien.a. Setelah terjadi
endapan AgX, campuran ditambah Nitrobenzen yaitu suatu cairan
organik yang membentuk lapisan yang membungkus gumpalan AgX bila
dikocok. Karena terbungkus, maka AgX tidak dapat berhubungan dengan
CNSb. Bila endapan AgX dapat larut dalam asam kuat encer maka
endapan disaring dan dicuci kemudian dilarutkan dalam asam kuat
encer dan larutan ini yang dititrasi. Jadi disini bukan kelebihan
Ag+ yang dicari melainkan banyaknya Ag+ yang bereaksi dengan X.
AgCNS larut dalam asam kuat encer. Yang tidak larut adalah:
Ag2(COO)2, Ag2CO3, Ag3PO4, Ag2CrO4 dan Ag3AsO4.c. Mempergunakan
Fe3+ yang lebih besar sehingga CNS pada titik ekivalen menjadi
terlalu rendah untuk bereaksi dengan AgX karena terkompleks oleh
indikator.
Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh
sembarang karena titrant bereaksi dengan titrat maupun dengan
indikator sehingga kedua reaksi ini sering saling mempengaruhi,
tetapi tidak kritis. Konsentrasi lebih kecil dapat dipakai, tetapi
untuk konsentrasi lebih besar maka warna asli kuningnya cukup jelas
sehingga menyulitkan pengamatan warna kompleks Fe(CNS)3
(konsentrasi = 0,2 M).Penerapan terpenting cara Volhard ialah
penentuan secara tidak langsung ion-ion halogenida. Keadaan larutan
yang harus asam sebagai syarat titrasi Volhard merupakan keuntungan
dibanding penentuan ion halogenida, karena ion karbonat, oksalat
dan arsenat tidak mengganggu sebab garamnya larut dalam keadaan
asam.Dalam titrasi ini suasana yang dibutuhkan harus asam yaitu
dengan HNO3, sedangkan suasana basa/netral tidak diperbolehkan.
Jika digunakan HCl maka akan bereaksi dengan AgNO3 membentuk
endapan AgCl putih. HCl + AgNO3 AgCl putih + HNO3 Jika suasana
netral maka Fe(NH4)(SO4)2 akan terhidrolisis menjadi Fe(OH)3 yang
berwarna coklat.Fe3+ + 3H2O Fe(OH)3 coklat + 3H+ Jika suasana basa
akan terbentuk AgOH yang kemudian terurai menjadi Ag2O hitam.2Ag+ +
2OH 2Ag(OH) Ag2O hitam + H2O
C. Agentometri FajansPrinsip: Proses adsorpsi pada indikator
oleh endapan. Sebagai larutan standard sekunder digunakan larutan
AgNO3 dan sebagai indikator: indikator adsorpsi.Dalam titrasi
Fajans digunakan indikator adsorpsi yaitu zat yang dapat diserap
pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya
warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik
ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai
dan pH.Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai
berikut:Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organik yang
dapat membentuk endapan dengan ion perak. Misalnya Fluorescein yang
digunakan untuk titrasi ion klorida. Dalam larutan fluorescein akan
mengion (untuk mudahnya ditulis HFl saja).HFl H+ + FlIon Fl inilah
yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna
merah muda, karena penyerapan terjadi pada permukaan. Dalam titrasi
ini diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin supaya
perubahan warna juga tampak sejelas mungkin maka endapan harus
berukuran koloid. Penyerapan terjadi apabila endapan yang koloid
itu permukaan positif, dengan perkataan lain setelah sedikit
kelebihan titran (ion Ag+).Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi,
endapan terdapat koloid menjadi bermuatan negatif.Karena Fl juga
negatif maka Fl tidak dapat diserap oleh butiran koloid tersebut.
Makin lanjut titrasi dilakukan makin berkurang kelebihan ion.
Menjelang titik ekivalen ion X yang diserap endapan akan lepas
kembali, bereaksi dengan titran sehingga muatan koloid makin
berkurang negatifnya. Pada titik ekivalen tidak ada kelebihan X
maupun Ag+. Jadi koloid menjadi netral. Setetes titran kemudian
menyebabkan kelebihan ion Ag+. Ion-ion Ag+ ini diserap oleh koloid
yang menjadi positif dan selanjutnya dapat menarik Fl dan
menyebabkan warna endapan berubah mendadak menjadi merah muda.Pada
waktu bersamaan sering juga terjadi penggumpalan koloid maka
larutan yang tadinya keruh menjadi jernih atau lebih jernih.Dari
kesetimbangan pengionan HFl di atas terlihat bahwa konsentrasi Fl
akan sangat dipengaruhi oleh pH. Makin rendah pH, makin mengarah
kekiri kesetimbangan tersebut dan makin kecil konsentrasi Fl. Bila
jumlah Fl terlalu kecil maka perubahan warna akan kurang jelas dan
titik akhir titrasi terlambat.Kebanyakan indikator adsorpsi
bersifat asam lemah, maka umumnya tidak dapat dipakai dalam larutan
yang terlalu asam. Ada juga beberapa indikator adsorpsi "kationik"
yaitu bersifat basa lemah. Indikator demikian baik untuk titrasi
dalam keadaan sangat asam. Suatu kesulitan dalam menggunakan
indikator adsorpsi ialah bahwa banyak diantara zat warna tersebut
membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya dan menyebabkan
endapan terurai. Untuk alasan inilah, titrasi harus dilakukan
dengan seminimum mungkin terkena sinar matahari.Kondisi-kondisi
berikut yang menentukan pemilihan suatu indikator adsorpsi yang
sesuai:1. Endapan harus memisah sejauh mungkin dalam keadaan
koloid. Garam-garam netral dalam jumlah yang banyak, terutama garam
dari ion-ion multivalen, harus dihindarkan karena efek
mengkoagulasi mereka. Larutan tidak boleh terlalu encer, karena
jumlah endapan yang terbentuk akan sedikit dan perubahan warna
dengan indikator-indikator tertentu jauh lebih tajam. Ion indikator
itu harus bermuatan berlawanan dengan ion dari zat pengendap.2. Ion
indikator tidak boleh teradsorpsi sebelum senyawaan yang
bersangkutan telah mengendap lengkap, tetapi ia harus teradsorpsi
kuat segera setelah titik ekuivalen. Jika ini terjadi, misalnya
eosin (tetrabromofluorescein) dalam titrasi klorida perak, adsorpsi
dari ion indikator itu dapat merupakan proses primer dan akan
terjadi sebelum titik ekuivalen.
Tabel 22. Indikator Adsorpsi Pilihan, Sifat, dan Penggunaan
IndikatorPenggunaanPerubahan warna pada titik akhirData lain
FluoresceinCl, Br, I dengan AgHijau kekuningan merah mudaLarutan
harus netral atau basa lemah
Dikloro(R)fluoresceinCl, Br, BO3 dengan Ag+Hijau ekuningan
merahJangka pH berguna 4, 4 7
Tetrabromo(R) fluorescein (eosin)Br, I, SCN dengan Ag+Merah muda
ungu kemerahanTerbaik dalam larutan asam asetat berguna sampai pH =
12 cermat jika ditambahkan (NH4)2CO3
Dikloro(P)tetraiodo(R) fluorescein (Bengali Ros)I, dengan adanya
Cl, dengan Ag+Merah lembayung
Diiodo(R)dimetil ( R)fluoresceinI dengan Ag+Merah jingga biru
merahJangka pH berguna 4 7
TartrazinaAg+ dengan I atau SCN;I + Cl dengan Ag+ berlebih;
titrasi balik dengan ILarutan tak berwarna larutan hijauPerubahan
warna tajam dalam titrasi bolak-balik I + Cl
Natrium alizarin sulfonat (merah alizarin S)[Fe(CN)6]4, [MoO4]2
dengan Pb2+Kuning merah mudaLarutan netral
Rodamina 6GAg+ dengan BrJingga merah muda ungu kemerahan Terbaik
dalam HNO3 encer (sampai 0,3M)
FenosafraninaCl, Br dengan Ag+Endapan merah endapan
biruPerubahan warna endapan reversible tajam hanya jika ada
NO3.
Ag+ dengan BrEndapan biru endapan merahToleransi sampai 0,2 M
HNO3
D. E. Agentometri Lie bigPrinsip: Reaksi kekeruhanLarutan
standar sekunder: AgNO3Indikator: tidak ada indikatorArgentometri
Liebig umumnya digunakan untuk penetapan kadar KCN. Bila suatu
larutan AgNO3 ditambahkan kepada suatu larutan yang mengandung ion
sianida (misalnya suatu alkali sianida), terbentuklah endapan putih
ketika kedua cairan itu pertama kali berkontak satu sama lain,
tetapi setelah diaduk endapan melarut kembali disebabkan oleh
terbentuknya suatu sianida kompleks yang stabil, yang garam
alkalinya dapat larut.Ag+ + 2CN [Ag(CN)2]Bila reaksi diatas telah
lengkap, penambahan larutan AgNO3 lebih lanjut akan menghasilkan
Perak Sianoargentat yang tidak dapat larut (kadang-kadang dinamakan
perak sianida tak dapat larut). Maka titik akhir reaksi ditunjukkan
oleh pembentukan suatu endapan kekeruhan yang permanen.Kesukaran
satu-satunya dalam memperoleh titik akhir titrasi yang tajam
terletak pada fakta bahwa AgCN, yang diendapkan oleh konsentrasi
ion perak setempat yang sedikit berlebih sebelum titik ekuivalen,
sangatlah lambat dalam melarut kembali dan titrasi memakan banyak
waktu. Karena itu perlu penambahan ion Iodida (KI 0,01 M) sebagai
indikator; dan larutan amoniak untuk melarutkan AgCN. Penambahan
ion Iodida dan larutan amoniak dilakukan sebelum titrasi dimulai.
Sebagai titik akhir titrasi ditunjukkan dengan pembentukan AgI
(sebagai kekeruhan).[Ag(NH3)2]+ + I AgI + 2NH3Catatan untuk Titrasi
Argentometri:Dalam Argentometri, berat ekuivalen dihitung sebagai
berat zat yang bereaksi dengan melepaskan 1 mol ion Ag+. Dengan
demikian BE AgNO3 = MR-nya.
1. Cara-cara pengendapan Argentometri.AnalatMetodeCatatan
AsO43, Br, I, CNO, CNSVolhardTidak perlu menghilangkan AgX
CO3, CrO4, CN, Cl, C2O4VolhardGaram AgX harus dihilangkan
sebelum titrasi kembali
Br, ClMohr
Br, Cl, I, SeO3Fajans
Zn2+VolhardEndapan ZnHg(CNS)4 disaring dilarutkan dalam asam +
Ag+ berlebih, titrasi kelebihan Ag+
Gambar 149. Pengendapan Metode Argentometri
2. Metode Argentometri Mohr tidak memberikan hasil yang tepat
untuk menitrasi Iodida dan Thiocyanat karena peristiwa adsorpsi
sehingga titik akhir titrasi tidak jelas.3. Pada Argentometri Mohr
dapat terjadi kesalahan titrasi yang terutama tergantung dari
pekanya indikator terhadap ion Ag+. Elektrolit-elektrolit seperti
Phosphat, Arsenat, Sulfit dan Fluorida akan mempengaruhi kepekaan
indikator Kromat. Sebaliknya Alkalinitat, Sulfat, Bikarbonat,
Biborat atau Acetat walaupun dalam jumlah banyak tidak akan
mempengaruhi kepekaan indikator Kromat.4. Penyimpanan larutan AgNO3
harus dalam botol coklat karena larutan AgNO3 peka terhadap sinar
sehingga nantinya dapat terdekomposisi. Demikian juga dengan buret
yang dipakai untuk titrasi.5. Pada titrasi Argentometri Mohr harus
dikocok kuat dan keras supaya ion-ionnya bereaksi dengan
sempurna.
5.KompleksometriKompleksometri ialah jenis titrasi dimana titran
dan titrat saling mengkompleks atau yang membentuk hasil berupa
kompleks. Reaksi pembentukan kompleks:Larutan baku sekunder:
Na2EDTALarutan baku primer: CaCO3, ZnSO4Mudah larut dalam air,
sedangkan asamnya tidak larut dalam air (ZnSO4 lebih mudah larut
dalam air, CaCO3 tidak larut air).
Inti logam dan Ligand.Suatu kompleks ialah terjadi dari logam
yang dinamakan ion sentral atau inti dan komponen lain yang berupa
ion negatif atau molekul yang dinamakan ligand (ligare =
mengikat).Jumlah ligand untuk setiap kompleks berbeda-beda dari
1-8. Jumlah ikatan dengan ligand itu disebut ikatan koordinasi.
Muatan sebuah kompleks bisa positif, negatif atau nol.
Bila suatu kompleks dilarutkan, akan terjadi pengionan atau
disosiasi sehingga akhirnya terbentuk kesetimbangan antara kompleks
yang tersisa (tidak terdisosiasi).Dalam kompleksometri yang paling
banyak dipakai adalah EDTA (Ethylen diamine tetraacetic acid)
dengan garamnya. Na-EDTA istilah yang sering dipakai untuk EDTA
adalah Komplekson titriplek III. Edetat. EDTA merupakan asam
berbasa empat ditulis H4Y dan sebagai asam lemah EDTA mengalami
pengionan bertahap melepaskan hidrogen satu persatu.Faktor-faktor
yang membuat EDTA dipilih sebagai pereaksi dalam kompleksometri
adalah :1. dengan ion logam selalu terbentuk kompleks 1:1 (satu mol
EDTA dengan satu mol logam) sehingga reaksi berjalan satu tahap.2.
konstan kestabilan kompleks umumnya besar sehingga reaksi sempurna
(kecuali dengan logam alkali).3. banyak ion logam yang bereaksi
cepat.Indikator untuk kompleksometri merupakan zat warna organik
yang bersifat asam atau basa lemah. Indikator yang biasa digunakan
dalam kompleksometri:1. Eriochrome Black T (EBT) Indikator ini
merupakan suatu asam lemah berbasa tiga (ditulis H3Er). Ion
hidrogen pertama mempunyai konstan pengionan yang besar sekali
sehingga dalam larutan langsung berbentuk H2Er. EBT dipakai dalam
trayek pH 7-11 untuk logam Ca2+, Mg2+, Ni2+ dan Zn2+. HEr2-
merupakan spesies yang paling dominan dan berwarna biru, sehingga
di dalam melakukan titrasi digunakan buffer pH diantara kedua nilai
tersebut agar terjadi perubahan warna dari merah ke biru.2.
CalmagiteUntuk trayek pH 8,1-12,41 dengan warna bebas biru,
bersifat stabil.3. Arsenazo IBaik untuk titrasi Ca2+ dan Mg2+
sehingga pada penetapan kadar Ca2+ tidak perlu ditambah Mg2+.4.
NASDianjurkan untuk titrasi Cu, Co, Ni, Zn dan Al dengan trayek pH
3- 9. Dalam larutan sangat asam berwarna merah violet dan merah
jingga pada pH 3,5 keatas.5. Jingga Xylenol (Xylenol
Orange)Indikator ini baik untuk dipakai dalam pH rendah, berwarna
kuning lemon dalam larutan sangat asam (pH < 5,4) dan merah pada
pH 5,5 - 7,4.6. Pyrocatectiol VioletpH 2-6 kuning, pH 7-10 violet,
diatas pH 10 purple. Baik dipakai pada pH 2-6.7. CalconCocok untuk
titrasi Ca2+ pada pH 12,5-13 tanpa terganggu oleh Mg2+.Perubahan
warna pada titik akhir titrasi merah ke biru murni.
Jenis-jenis Titrasi EDTA:1. Titrasi LangsungLarutan zat uji
dibuferkan sampai ke pH yang dikehendaki dan langsung dititrasi
dengan larutan EDTA standar.Digunakan untuk titrasi kation yang
bereaksi cepat dengan EDTA.
2. Titrasi kembaliDigunakan untuk logam yang bereaksi lambat
dengan EDTA atau bila tidak ada indikator yang cocok.Larutan zat
uji ditambah dengan EDTA berlebih kemudian kelebihan EDTA dititrasi
dengan larutan logam standar (Pb(NO3)2 ).
3. Titrasi Substitusi/PergeseranTitrasi digunakan untuk logam
yang tidak bereaksi kurang memuaskan dengan indikator metal.
4. Titrasi tidak langsungDigunakan antara lain untuk penentuan
SO42- dengan menambahkan larutan baku Ba berlebih dan mentitrasi
kelebihan tersebut dengan EDTA.
5. Titrasi cara alkalimetriDalam metode ini ditambahkan larutan
Na2H2Y kepada analat yang bereaksi netral, H+ yang dibebaskan
dititrasi dengan larutan baku basa.Dalam Penetapan kadar
kompleksometri ada yang disebut "Masking Agent" yang berfungsi
untuk menghilangkan ion-ion pengganggu pada saat pembentukan
senyawa kompleks dengan NaEDTA tanpa memisahkannya.
Berikut ini beberapa contoh prosedur penetapan kadar beberapa
senyawa obat:PENETAPAN KADAR ASAM ASETAT
A.Literatur:Vogel, halaman 247 248FI ed. III, hal.
41B.Prinsip:Penetralan asam-basaC.Reaksi Kimia:
CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O1 mol CH3COOH1 mol NaOH1 OH1
grekValensi:1BM CH3COOH:60,05
D.Reagent:-Larutan NaOH 0,1 N Larutan indikator PP 1% Kristal
H2C2O4.2H2O
E.Prosedur Penetapan Kadar:1. Diukur seksama 10 mL larutan
CH3COOH dimasukkan kedalam erlenmeyer.2. Ditambah 40 mL aquadest
bebas CO23. Ditambah 2 tetes indikator PP 1%.4. Dititrasi dengan
larutan NaOH standar 0,1 N sampai didapat warna merah muda yang
konstan selama 0,5 - 1 menit.
F.Perhitungan:
Mgrek CH3COOH=Mgrek NaOHN1V1=N2V2
PENETAPAN KADAR H2C2O4.2H2OSECARA ACIDI ALKALI METRI
A.Literatur:Vogel halaman 241B.Prinsip:Penetralan
asam-basaC.Reaksi kimia:
H2C2O4.2H2O + 2NaOH Na2C2O4 + 4H2O1 mol H2C2O4.2H2O2 mol NaOH2
OH2 grekValensi:2BM H2C2O4.2H2O:126,07
D.Reagent:-Larutan NaOH 0,1 N Larutan indikator PP 1% Kristal
H2C2O4.2H2O
E.Prosedur Penetapan Kadar:1. Diukur seksama 10 mL larutan
H2C2O4.2H2O dimasukkan kedalam erlenmeyer.2. Ditambah 40 mL
aquadest bebas CO2.3. Ditambah 2 tetes indikator PP 1%.4. Dititrasi
dengan larutan NaOH standar 0,1 N sampai terbentuk warna merah muda
konstan selama 0,5 1 menit.
F.Perhitungan:
Mgrek H2C2O4.2H2O=Mgrek NaOHN1V1=N2V2
PENETAPAN KADAR VITAMIN C (C6H8O6)SECARA IODIMETRIA.Reaksi
Kimia:
O=CO=CCOHC=OOHO C+ I2O=C+2HIHC HCHCOH HCOHH2COH H2COH1 mol
Vitamin C1 mol I22 grek Valensi: 2BM C6H8O6:176,13
B.Reagent:-Larutan Na2S2O3 0,1N Larutan KI 10% Larutan H2SO4 2N
Larutan indikator amylum 1%. Kristal KIO3C.Prosedur Penetapan
Kadar:1. Diukur seksama 10 mL sampel Vitamin C, dimasukkan kedalam
erlenmeyer.2. Ditambah 40 mL aquadest.3. Ditambah 5 mL HCl 2N.4.
Ditambah 1 mL indikator amylum 1%.5. Titrasi dengan larutan baku I2
0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi
biru keruh.
F.Perhitungan:N1V1 sampel=N2V2 standarPENETAPAN KADAR KH FTALAT
SECARA TITRASI BEBAS AIR
A.Literatur:FI Ed. III, halaman 744.B.Prinsip:Penetralan
asam-basa dalam lingkungan bebas air.C.Reaksi kimia:
HClO4 + KH(C8H4O4) KClO4 + H2(C8H4O4)1 mol HClO41 mol
KH(C8H4O4)1 H+1 grekValensi:1BM KH:204,23
D.Reagent:-Larutan HClO4 0,1N Larutan asam acetat glacial
Larutan asam acetat anhidride Larutan indikator kristal violet 1%.
Kristal KH ftalat
E.Prosedur Penetapan Kadar:1. Ditimbang seksama 10 mLsampel KH
ftalat, dimasukkan kedalam erlenmeyer.2. Ditambah 10 mL asam acetat
glacial.3. Ditambah 2 tetes indikator kristal violet 1%.4.
Dititrasi dengan larutan HClO4 0,1 N standar sampai terjadi
perubahan dari violet menjadi biru kehijauan.
F.Perhitungan:N1V1 sampel=N2V2 standar
PENETAPAN KADAR HClO4 SECARA TITRASI BEBAS AIR
A.Literatur:FI Ed. III, halaman 744.B.Prinsip:Penetralan
asam-basa dalam lingkungan bebas air.C.Reaksi kimia:
HClO4 + KH(C8H4O4) KClO4 + H2(C8H4O4)1 mol HClO41 mol
KH(C8H4O4)1 H+1 grekValensi:1BM HClO4:100,5
D.Reagent:-Larutan asam acetat glacial Larutan asam acetat
anhidride Larutan indikator kristal violet 1%. Kristal KH
ftalat
E.Prosedur Penetapan Kadar:1. Ditimbang seksama 100 mg KH ftalat
murni dimasukkan kedalam erlenmeyer.2. Ditambah 10 mL asam acetat
anhidrit.3. Ditambah 20 mL asam asetat glasial.4. Dipanaskan
hati-hati sampai larut.5. Didinginkan, ditambah 2 tetes indikator
kristal violet 1%.6. Dititrasi dengan larutan HClO4 sampai terjadi
perubahan dari violet menjadi biru kehijauan.
F.Perhitungan:N1V1 sampel=N2V2 standar
GRAVIMETRI
I.AIR KRISTAL BORAX1. TUGAS:Menentukan kadar air kristal borax
secara gravimetri.2. Literatur:Vogel, halaman 459.3. Prinsip:Dengan
pemijaran, kristal borax akan kehilangan air kristalnya, dari berat
yang hilang dapat dihitung persentase kadar air kristalnya.4.
Reaksi:Na2B4O7XH2O --- Na2B4O7 + XH2O5. Prosedur: Krus beserta
tutupnya dipanaskan sampai dasar krus berwarna merah lalu
didinginkan beberapa menit kemudian dimasukkan dalam desikator
selama 20 menit lalu ditimbang dengan seksama. Proses ini diulangi
sampai didapat berat krus kosong yang konstan dengan selisih
penimbangan 0,0002 gram. Ditimbang 1 gram sampel dengan timbangan
gram, kemudian dimasukkan dalam krus yang telah berisi sampel tadi
ditimbang sekali lagi dengan seksama untuk mengetahui berat zat
yang sesungguhnya. Krus kemudian dipijar dengan api kecil lalu
secara bertahap dibesarkan sampai dasar krus merah dan
dipertahankan selama 10 menit, kemudian didinginkan sebentar
sebelum dimasukkan dalam desikator selama 20 menit, kemudian krus
ditimbang lagi dengan seksama. Ulangi proses ini sampai didapatkan
berat yang konstan dengan selisih berat 0,0002 gram.
6. Perhitungan:Berat krus kosong=AgramBerat krus +
Zat=BgramBerat zat=Xgram
Berat krus + zat sebelum dipijar=BgramBerat krus + zat sesudah
dipijar=CgramSelisih beratnya=Ygram
YJadi kadar air kristalnya = x 100% XII.AIR KRISTAL MgCl21.
Tugas:Menentukan kadar air kristal MgCl2 secara gravimetri.2.
Literatur:Vogel, halaman 459 460.3. Prinsip:Dengan pemijaran,
kristal MgCl2 akan kehilangan air kristalnya, dari berat yang
hilang dapat dihitung prosentase kadar air kristalnya.4.
Reaksi:MgCl2XH2O --- MgCl2 + XH2O5. Prosedur: Krus beserta tutupnya
dipanaskan sampai dasar krus berwarna merah lalu didinginkan
beberapa menit kemudian dimasukkan dalam desikator selama 20 menit
lalu ditimbang dengan seksama. Proses ini diulangi sampai didapat
berat krus kosong yang konstan dengan selisih penimbangan 0,0002
gram. Ditimbang 1 gram sampel dengan timbangan gram, kemudian
dimasukkan dalam krus yang telah berisi sampel tadi ditimbang
sekali lagi dengan seksama untuk mengetahui berat zat yang
sesungguhnya. Krus kemudian dipijar dengan api kecil lalu secara
bertahap dibesarkan sampai dasar krus merah dan dipertahankan
selama 10 menit, kemudian didinginkan sebentar sebelum dimasukkan
dalam desikator selama 20 menit, kemudian krus ditimbang lagi
dengan seksama. Ulangi proses ini sampai didapatkan berat yang
konstan dengan selisih berat 0,0002 gram.
6. Perhitungan:
Berat krus kosong=AgramBerat krus + Zat=BgramBerat zat=Xgram
Berat krus + zat sebelum dipijar=BgramBerat krus + zat sesudah
dipijar=CgramSelisih beratnya=Ygram
YJadi kadar air kristalnya = x 100% X
III.AIR KRISTAL Na2HPO41. Tugas:Menentukan kadar air kristal
Na2HPO4 secara gravimetri.2. Literatur:Vogel, halaman 459 460.3.
Prinsip:Dengan pemijaran, kristal Na2HPO4 akan kehilangan air
kristalnya, dari berat yang hilang dapat dihitung prosentase kadar
air kristalnya.4. Reaksi:2Na2HPO412H2O > 2Na2HPO4 + 12H2O5.
Prosedur: Krus beserta tutupnya dipanaskan sampai dasar krus
berwarna merah lalu didinginkan beberapa menit kemudian dimasukkan
dalam desikator selama 20 menit lalu ditimbang dengan seksama.
Proses ini diulangi sampai didapat berat krus kosong yang konstan
dengan selisih penimbangan 0,0002 gram. Ditimbang 1 gram sampel
dengan timbangan gram, kemudian dimasukkan dalam krus yang telah
berisi sampel tadi ditimbang sekali lagi dengan seksama untuk
mengetahui berat zat yang sesungguhnya. Krus kemudian dipijar
dengan api kecil lalu secara bertahap dibesarkan sampai dasar krus
merah dan dipertahankan selama 10 menit, kemudian didinginkan
sebentar sebelum dimasukkan dalam desikator selama 20 menit,
kemudian krus ditimbang lagi dengan seksama. Ulangi proses ini
sampai didapatkan berat yang konstan dengan selisih berat 0,0002
gram.
6. Perhitungan:
Berat krus kosong=AgramBerat krus + Zat=BgramBerat zat=Xgram
Berat krus + zat sebelum dipijar=BgramBerat krus + zat sesudah
dipijar=CgramSelisih beratnya=Ygram
YJadi kadar air kristalnya = x 100% X
KOLORIMETRI ASAM SALISILATI. Prinsip :Pembentukan warna antara
asam salisilat dengan larutan Ferri klorida akan terbentuk warna
biru ungu.Kemudian dilakukan perbandingan intensitas warna dengan
larutan standarnya.II. Alat dan Bahan:1. Labu takar 100 mLl2. Pipet
volume3. Gelas ukur4. Larutan FeCl3 1%5. Larutan standar Asam
salisilat
III. Prosedur :1. Siapkan 5 buah labu takar 100 mL.2. Dipipet
25,0 mL sampel, masukkan dalam labu takar 100 mL.3. Diukur larutan
baku Asam salisilat untuk membuat larutan baku standard 1 ppm, 3
ppm, 5 ppm dan 7 ppm.4. Sampel dan larutan baku standar ditambah 1
mL larutan FeCl3 1% (secara bersamaan).5. Ditambah aquadest sampai
volume 100 mL (sampai tanda batas) tunggu selama 5 menit.6.
Masukkan sampel dan baku masing-masing pada tabung reaksi.
Bandingkan warna sampel dengan warna baku standar.
PENETAPAN KADAR EPHEDRIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI
I. Metode : SpektrofotometriII. Prinsip :Kolorimeter, warna yang
terbentuk berdasarkan pembentukan senyawa komplek antara alkaloida
Ephedrin dengan Bromothymolblue yang disarikan dengan pelarut
organik (Chloroform).III. Bahan dan Alat :1. Spektrofotometer 2.
Pipet volume3. Cuvet 4. Larutan Bromothymolblue (1,10 mL) LP5. Labu
takar 6. Chloroform p.a
IV. Prosedur Pembuatan Reagent :1. Pembuatan Larutan Baku:
Timbang seksama Ephedrin HCl baku 100,0 mg, pendahkan dalam labu
ukur 100 mL. Larut dan encerkan dengan aquadest hingga tanda batas.
Encerkan 1,0 mL larutan dengan pelarut yang sama hingga volume
menjadi 100 mL menjadi 10 mcg/ml.2. Pembuatan larutan sampel:
Tablet: Timbang dan serbukkan 10 tablet, sejumlah serbuk yang
setara dengan lebih kurang 25 mg ephedrin HCl, pindahkan ke dalam
labu ukur 250 mL Kocok dan larutkan dengan air hingga tanda batas,
saring. Encerkan 10,0 mL beningan filtrat dengan air secukupnya
hingga volume 100 mL
3. Penetapan KadarKepada setiap 3 buah labu pemisah 50 mL yang
masing-masing berisi 5,0 mL larutan Bromothymolblue LP dan 10,0
mLchloroform tambahkan, sebagai berikut:Labu I: 5,0 mL larutan
sampelLabu II: 5,0 mL larutan bakuLabu III: 5,0 mL aquadest -
blankoLabu atau corong pemisah dikocok selama 60 detik, diamkan dan
biarkan cairan memisah, ambil lapisan jernih chloroform dari
maisng-masing corong pisah tersebut.Ukur serapan larutan baku dan
sampel terhadap blanko dengan Spektrofotometer pada panjang
gelombang 420 nm.
VI. PerhitunganJumlah (mg) Ephedrin HCl AsDalam bagian serbuk =
x 2,5 C AbAs & Ab: resapan sampel dan bakuC: konsentrsai baku
(mcg/ml)
11.5 PROSEDUR LABORATORIUM SESUAI GOOD LABORATORY PRACTICE
(GLP)
Good Laboratory Practices (GLPs) adalah pedoman yang efektif
yang diperlukan untuk menetapkan manajemen dengan menggunakan
sarana yang dapat digunakan untuk mengawasan laboratorium dan
menetapkan pengendalian dengan menggunakan pedoman pengukuran untuk
mengevaluasi semua usaha pengendalian tersebut.Good Laboratory
Practice is defined in the OECD Principles as a quality system
concernedwith the organisational process and the conditions under
which non-clinical health and environmentalsafety studies are
planned, performed, monitored, recorded, archived and reported.
(are extremely effective guidelines intended to provide management
with a tool for controlling regulated laboratories and to provide
regulators with a measurement guide for the evaluation of those
controlling efforts. Over the past decade the GLPs have survived
the test of field scrutiny and have evolved into a meaningful set
of standards for a variety of laboratories worldwide.)1.Pengambilan
dan Penanganan Sampel1.1.Laboratorium harus mempunyai kebijakan dan
prosedur yang mencakup keseluruhan aspek teknik pengambilan sampel
dan aspek-aspek keselamatan biologis. 1.2.Laboratorium harus
mempunyai pedoman penyiapan pasien, pengambilan sampel, pelabelan,
pengawetan dan transportasi. 1.3Instruksi yang terdokumentasi harus
tersedia untuk setiap informasi pengujian terkait dengan tipe
sampel yang sesuai dengan pengujian, temperatur pada saat
pengambilan dan jumlah/volume sampel yang
diperlukan.1.4Laboratorium harus mempunyai prosedur untuk
identifikasi sampel dan pembagian sub sampel termasuk persyaratan
pelabelan, tanggal dan waktu pendaftaran sampel dan permintaan
pengujian.1.5 Instruksi yang terdokumentasi juga harus tersedia dan
dapat memberikan penjelasan kepada pasien untuk melakukan
pengambilan sampel sendiri seperti urin, feses dan semen.1.7
Laboratorium harus mempunyai kebijakan dan prosedur untuk
transportasi dan penanganan sampel termasuk temperatur yang
dipersyaratkan, perlindungan terhadap cahaya, penutupan wadah,
lamanya time lag yang diperbolehkan sebelum pra perlakuan
(misalnya: sentrifugasi, de-proteinasi) atau penetapan (assay) dan
kondisi penyimpanan.1.8 Prosedur untuk menghindari resiko
tertukarnya sampel atau sub sampel harus tersedia di
laboratorium.1.9Laboratorium harus mempunyai prosedur yang rinci
mengenai tata cara pengiriman sampel ke laboratorium lain, yang
mencakup pra perlakuan dan tindakan pencegahan, transportasi dan
formulir yang diperlukan.
2. Fasilitas Fisik2.1Laboratorium harus mempunyai ruangan yang
cukup untuk melaksanakan pekerjaan dan untuk menyimpan peralatan,
reagensia, media dan bahan lainnya. 2.2Laboratorium harus merupakan
tempat/lingkungan yang aman untuk bekerja bagi personelnya dan
untuk pasien yang dilayani. 2.3Laboratorium harus didisain untuk
efisiensi dari kegiatannya dan untuk kenyamanan personel
laboratorium dan pasien. Disain dari fasilitas laboratorium harus
mempertimbangkan resiko kecelakaan dan penyakit yang mungkin timbul
karena pekerjaan laboratorium. 2.4 Lingkungan di dalam laboratorium
harus sesuai untuk efektivitas kinerja dari kegiatan pengujian. 2.5
Tempat kerja yang terpisah harus tersedia untuk kegiatan sebagai
berikut:a. Pencucian peralatan gelas, pemurnian reagensia dan
pelarut;b. Penyiapan media;c.Sampel yang terkontaminasi dengan
intensitas yang tinggi harus dianalisis di tempat kerja yang
terpisah, misalnya dalam biohazard cabinet;d. Instrumen analisis
harus ditempatkan di tempat terpisah yang diberi pendingin
ruangan;e. Fasilitas penyimpanan yang sesuai harus tersedia
untuk:1) Penyimpanan sampel sebelum, selama dan setelah analisis;2)
Penyimpanan bahan yang digunakan dalam analisis;3)Penyimpanan yang
aman untuk limbah berbahaya maupun tidak sebelum dimusnahkan.f.
Pencegahan kontaminasi terhadap personel dan pakaian kerja
laboratorium.2.6 Meja kerja harus disediakan untuk memfasilitasi
kegiatan pengujian. Tempat kerja khusus harus juga tersedia untuk
pengujian yang mempersyaratkan kondisi khusus.
3. Reagensia3.1 Seluruh personel laboratorium harus memahami
tanggung jawabnya dalam penggunaan reagensia, solven, media kultur,
bahan acuan dan peralatan laboratorium terkait dengan jenis
pengujian yang dilakukan.3.2 Penyimpanan untuk seluruh reagensia
dan media kultur harus dilakukan sesuai dengan persyaratan yang
direkomendasikan oleh pemanufaktur.3.3 Spesifikasi (grade)
reagensia kimia, solven dan gas yang digunakan harus sesuai dengan
yang dipersyaratkan oleh metode pengujian yang diacu. Semua wadah
reagensia harus diberi label dan ditutup secara rapat. Label asli
dari pemanufaktur harus digunakan. Apabila hal ini tidak mungkin
dilakukan, label harus mencakup informasi minimal: nama reagensia,
tanggal penerimaan, konsentrasi, solven (apabila bukan air),
peringatan khusus terkait dengan bahaya dan tanggal kadaluarsa.3.5
Laboratorium harus menerbitkan prosedur tertulis untuk penyiapan
larutan reagensia dan media kultur. Rekaman dari penyiapan tersebut
harus dipelihara untuk referensi kemudian hari apabila terjadi
keragu-raguan atas hasil pengujian. Rekaman untuk larutan reagensia
harus mencakup berat dan volume yang diukur, pembacaan buret,
pembacaan pH, perhitungan faktor standardisasi dan konsentrasi
larutan. Media kultur harus mencakup nama media, nomor batch,
jumlah yang disiapkan, pH sebelum dan sesudah diautoklaf, waktu dan
tekanan autoklaf.3.6 Bahan yang dikategorikan beracun harus
disimpan terpisah dari reagensia lainnya dan ditempatkan dalam
lemari terkunci. Bahan tersebut harus ditangani sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
4. Bahan Acuan4.1 Bahan Acuan Bersertifikat4.1.1 Bahan acuan
bersertifikat dapat didefinisikan sebagai bahan yang homogen dengan
sifat-sifat spesifik seperti identitas, kemurnian dan potensi yang
telah diukur dan disertifikasi oleh organisasi yang memenuhi
kualifikasi dan diakui.4.1.2Bahan acuan bersertifikat digunakan
untuk membantu mengkalibrasi instrumen dan sistem pengukuran untuk
memastikan kehandalan jangka panjang dan integritas dari proses
pengukuran.4.1.3 Bahan-bahan tersebut cukup mahal harganya dan
mungkin tidak diperlukan setiap hari dalam kegiatan pengujian.
Bahan acuan bersertifikat sering kali digunakan untuk mengkalibrasi
atau menetapkan bahan acuan kerja atau bahan acuan
sekunder.4.1.4Tanpa memperhatikan asal dari bahan acuan
bersertifikat, perhatian harus diberikan dalam hal pengepakan,
penyimpanan dan penanganan untuk mencegah deteriorasi. Penanganan
harus dilakukan untuk meminimalkan pengaruh air, udara, panas dan
cahaya yang merupakan penyebab utama terjadinya deteriorasi. Bahan
acuan bersertifikat harus disimpan dalam tempat yang aman dan
dilengkapi dengan rekaman penerimaan dan penggunaan.Laboratorium
sebaiknya mempunyai log book penggunaan bahan acuan bersertifikat
yang memuat nama analis yang menggunakan dan tanggal serta waktu
pengambilan.4.1.6 Semua analis harus diberi instruksi mengenai cara
penanganan bahan acuan bersertifikat.
4.2 Bahan Acuan Kerja4.2.1Bahan acuan kerja dapat didefinisikan
sebagai suatu bahan yang bukan bahan acuan bersertifikat yang
digunakan sebagai bahan acuan dalam kegiatan pengujian sehari
hari.4.2.2 Laboratorium dapat mengembangkan dan melakukan pengujian
atau penetapan terhadap suatu bahan untuk membuat acuan dari suatu
pengujian terutama apabila bahan acuan bersertifikat tidak
tersedia. Bahan tersebut dapat dipertimbangkan sebagai bahan acuan
kerja laboratorium.4.2.3 Bahan acuan kerja yang dibeli harus dicek
integritasnya pada saat diterima