BAB ILAPORAN KASUSI. Identitas PasienNama Pasien: Ny. SUmur: 84
tahun Jenis Kelamin: Perempuan Alamat: Paranggupito,
WonogiriPekerjaan: Ibu rumah tanggaAgama: IslamSuku: Jawa No RM:
0909xx
II. AnamnesisKeluhan Utama: Batuk berdahakKeluhan Tambahan:Sesak
napasa. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang ke Poli Umum BBKPM
Surakarta dengan keluhan batuk berdahak selama 2 minggu yang lalu.
Batuk berdahak dirasakan hilang timbul dalam 1 tahun timbul 3-5
kali berobat selama lebih dari 2 tahun terakhir. Batuk dirasakan
semakin memberat terutama saat dingin, memasak dan saat pasien
menyapu di rumah. Batuk dengan dahak berwarna putih kental. Keluhan
diperberat dengan sesak nafas. Keluhan lain: pilek (+) nyeri kepala
(+) dan demam sumer-sumer selama kurang lebih 1 minggu.b. Riwayat
Penyakit DahuluRiwayat penyakit serupa: diakuiRiwayat hipertensi:
diakuiRiwayat alergi obat: disangkalRiwayat DM : disangkalRiwayat
penyakit jantung: disangkalRiwayat penggunaan OAT: disangkal
c. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat penyakit serupa:
disangkalRiwayat penderita TB paru: disangkalRiwayat hipertensi:
disangkalRiwayat DM : disangkalRiwayat penyakit jantung:
disangkalRiwayat keluarga merokok: diakui
d. Riwayat LingkunganRiwayat penggunaan obat nyamuk bakar:
disangkalRiwayat penggunaan kayu bakar: diakui
e. Riwayat KebiasaanPasien merupakan seorang ibu rumah tangga,
tidak bekerja dan hanya melakukan pekerjaan rumah seperti
membersihkan rumah, menyapu dan memasak. Pasien memasak dengan
menggunakan kayu bakar.
III. Pemeriksaan FisikKeadaan Umum : cukup, compos mentisVital
Sign Tekanan darah: 140/96 mmHgRR: 36x/menit
Nadi: 81 x/menit-
Pemeriksaan Fisik Kepalanormocephal, deformitas (-)
Matakonjungtiva anemis (+/+), sclera ikterik (-/), edema
palpebra (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil bulat isokor 3mm/3mm
LeherBentuk normal, PKGB (-), peningkatan JVP (-)
Thoraks: CorHasil Pemeriksaan
InspeksiIctus cordis tidak tampak
PalpasiIctus cordis pada SIC V linea midclavicularis sinistra,
kuat angkat (+)
PerkusiBatas kanan atas : SIC II, linea parasternalis
dextraBatas kanan bawah : SIC IV, linea parasternalis dextraBatas
kiri atas : SIC II, linea parasternalis sinistraBatas kiri bawah :
SIC V, linea midclavicula sinistra
Auskultasi Bunyi jantung I-II intensitas regular, bising (-)
PulmoDepanBelakang
InspeksiSimetris, Ketinggalan gerak (-)Retraksi intercostae (-)
Simetris, Ketinggalan gerak (-)Retraksi intercostae (-)
PalpasiGerak dada simetrisFremitus normalGerak dada
simetrisFremitus normal
PerkusiSonor Sonor
AuskultasiSDV (+/+)Wh (-/-), Rh (+/-)SDV (+/+)Wh (-/-), Rh
(+/-)
Abdomen : InspeksiPermukaan perut sama tinggi dengan permukaan
dada, tidak ada sikatrik
AuskultasiPeristaltik (+) normal
PalpasiTidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi Timpani tersebar merata di keempat kuadran abdomen
Ekstremitas :Superior dextraAkral hangat (+), edema (-),
sianosis (-)
Superior sinistraAkral hangat (+), edema (-), sianosis (-)
Inferior dextraAkral hangat (+), edema (-), sianosis (-)
Inferior sinistraAkral hangat (+), edema (-), sianosis (-)
IV. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Radiologi
Hasil: Pulmo:Corakan Bronkovaskuler meningkat/kasarInfiltrat
(-), Diafragma dan sinus dalam batas normal Cor:Cardiomegali
(-)Kesan: Bronkitis kronik
V. ResumePasien dengan keluhan batuk berdahak dan kadang
disertai sesak napas. Batuk berdahak dirasakan sejak 2 minggu yang
lalu, kambuh-kambuhan 3-5 kali dalam setahun selama 2 tahun, sudah
bolak-balik berobat. Pasien merasa batuk bertambah berat terutama
saat menyapu dan memasak menggunakan kayu bakar.Pada pemeriksaan
fisik didapatkan OS tampak compos mentis, pada pemeriksaan fisik
paru didapatkan ronkhi pada lapang bawah paru bagian kanan
depan-belakang. Permukaan OS tidak terlihat membiru.
VI. POMRAssessmentP.DiagnosisP.TerapiP.monitoring
Bronkitis Kronik
1. Rontgen Thoraks2. Spirometri
1.A.Biotik (ciprofloxasin)
2x500mg2.Mukolitik(Ambroxol)3x13.Bronkodilator(Salbutamol)3x1mg4.Kortikosteroid(m.prednisolon)5.Ranitidin6.Fisio
terapi
1.Monitoring KU2.Monitoring klinis3.Monitoring tanda tanda
infeksi
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Bronkitis Kronik1. Definisi Bronkitis kronik adalah kelainan
saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3
bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut,
tidak disebabkan penyakit lainnya1.Bronkitis kronis adalah suatu
kondisi peningkatan pembengkakan dan lendir (dahak atau sputum)
produksi dalam tabung pernapasan (saluran udara). Obstruksi jalan
napas terjadi pada bronkitis kronis karena pembengkakan dan lendir
ekstra menyebabkan bagian dalam tabung pernapasan lebih kecil dari
normal. Diagnosis bronkitis kronis dibuat berdasarkan gejala batuk
yang menghasilkan lendir atau dahak di hampir setiap hari, selama
tiga bulan, selama dua tahun atau lebih (setelah penyebab lain
untuk batuk telah dikeluarkan)1.2. Epidemiologi Menurut Pusat
Statistik Kesehatan Nasional 2009 melaporkan 67,8 % pasien dengan
bronkitis kronik adalah perempuan. studi lain pada pasien Afrika
Selatan sama melaporkan bahwa perempuan mendominasi populasi
bronkitis kronik. Sebuah studi 10 tahun dari 21.130 pasien
menunjukkan bahwa prevalensi kumulatif lendir kronissekresi adalah
10,7 % pada wanita dibandingkan 8,7 % pada pria. Alasan untuk
prevalensi yang lebih tinggi dari bronkitis kronik pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki tidak jelas, tetapi mungkin karena
pengaruh hormonal , perbedaan jenis kelamin dalam melaporkan gejala
dan jenis kelamin menjadi bias diagnostik2.Faktor risikoa. Asap
rokok Perokok aktif Perokok pasifb. Polusi udara Polusi dalam
ruangan Asap rokok Asap kompor Polusi luar ruangan Gas buang
kenderaan bermotor Debu jalananc. Polusi tempat kerja (bahan kimia,
zat iritasi, gas beracun) d. Infeksi saluran nafas bawah berulang3.
PatogenesisGambaran khas pada bronkitis kronis adalah hipersekresi
mukus, yang dimulai di saluran nafas besar. Meskipun faktor
penyebab terpenting adalah merokok, polutan udara lain, seperti
sulfur dioksida dan nitrogen dioksida, juga berperan. Berbagai
iritan ini memicu hipersekresi kelenjar mukosa bronkus, menyebabkan
hipertrofi kelenjar mukosa, dan menyebabkan pembentukan metaplastik
sel goblet penghasil musin di epitel permukaan bronkus. Selain itu,
zat tersebut juga menyebabkan peradangan dengan infiltrasi sel T
CD8+, makrofag, dan neutrofil. Berbeda dengan asma, pada bronkitis
kronis eosinofil jarang ditemukan, kecuali jika pasien mengidap
bronkitis asmatik. Dipostulasikan bahwa banyak efek iritan
lingkungan pada epitel pernafasan diperantarai melalui reseptor
faktor pertumbuhan epidermis. Sebagai contoh, transkripsi gen musin
MUC5AC, yang meningkat sebagai akibat terpajan asap tembakau, baik
in vitro maupun in vivo pada model eksperimental, sebagian
diperantarai oleh jalur reseptor faktor pertumbuhan epidermis.
Infeksi mikroba sering terjadi, tetapi hanya berperan sekunder,
terutama dengan mempertahankan peradangan dan memperparah gejala
(Robin, 2007).Temuan patologis utama pada bronkitis kronik adalah
hipertrofi kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan jumlah dan
ukuran sel-sel goblet, dengan infiltraasi sel-sel radang dan edema
mukosa bronkus. Pembentukan mukus yang meningkat mengakibatkan
gejala khas yaitu batuk kronis. Batuk kronik yang disertai
peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronkiolus kecil
sehingga bronkiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor
etiologi utama adalah merokok dan polusi udara yang lazim di daerah
industri. Polusi udara yan terus menerus juga merupakan
predisposisi infeksi rekuren karena polusi memperlambat aktivitas
silia dan fagositsis, sehingga timbunan mukus menigkat sedangkan
mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Pada bronkitis kronik
terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet,
inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat
fibrosis1.
Gambar 1. Patogenesis bronchitis kronik
Berbagai faktor risiko untuk terjadinya bronkitis kronis
(merokok, polusi udara, infeksi berulang, dll) menimbulkan kondisi
inflamasi pada bronkus. Perubahan patologi yang terjadi pada
trakea, bronki dan bronkiolus terus sampai ke saluran napas kecil
(diameter 2-4 mm) berupa infiltrasi permukaan epitel jalan napas,
kelenjar duktus, kelenjar-kelenjar dengan eksudat inflamasi (sel
dan cairan) yang didominasi oleh sel T limfosit (CD8+), makrofag
dan neutrofil. Proses inflamasi kronik itu berhubungan dengan
metaplasia sel goblet dan sel squamosa dari epitelium, peningkatan
ukuran epitelepitel kelenjar, peningkatan banyak otot polos dan
jaringan penunjang pada dinding jalan napas, serta degenerasi
tulang rawan jalan napas. Semua perubahan patologi itu bertanggung
jawab terhadap gejala pada bronkitis kronis yaitu batuk kronik dan
produksi sputum berlebihan seperti yang dijelaskan sebagai definisi
bronkitis kronis dengan kemungkinan berkombinasi dengan masalah
jalan napas perifer dan emfisema4.4. Gejala dan TandaKeluhan yang
dirasakan oleh penderita bronchitis kronik antara lain: Batuk yang
sangat produktif, purulen dan mudah memburuk dengan inhalasi
iritan, udara dingin atau infeksi Produksi mucus dalam jumlah yang
sangat banyak Dyspnea Riwayat merokok, riwayat paparan polutanPada
pemeriksaan fisik paru didapatkan: Inspeksi Pursed lips breathing.
Barrel chest Penggunaan otot bantu pernafasan Hipertrofi otot bantu
pernafasan JVP meningkat Edema tungkai bawah Penampilan blue
bloater. Gambaran khas bronchitis kronis, gemuk, sianosis, edema
tungkai dan ronki basah di basal paru. Sianosis di sentral dan
perifer PalpasiFremitus melemah PerkusiHipersonor Auskultasi Suara
nafas vesikuler normal atau melemah Ronki dan mengi saat nafas
biasa atau eskpirasi paksa Eskpirasi memanjang Bunyi jantung
terdengar jauh15. Klasifikasia. Berdasarkan klinis dibedakan
menjadi 3 : Bronkitis kronis ringan (simple chronic bronchitis),
ditandai dengan batuk berdahak dan keluhan lain yang ringan.
Bronkitis kronis mukopurulen (chronic mucupurulent bronchitis),
ditandai dengan batuk berdahak kental, purulen (berwarna
kekuningan). Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas
(chronic bronchitis with obstruction), ditandai dengan batuk
berdahak yang disertai dengan sesak napas berat dan suara mengi1)
Bronkitis kronik eksaserbasi akut Bronkitis kronik eksaserbasi akut
ditandai dengan 3 kriteria klinis mayor yaitu : peningkatan
purulensi sputum (batuk dengan produksi sputum yang
purulent/mukopurulent atau sputum berwarna kuning/hijau)
peningkatan dyspnoe peningkatan volume sputumSemakin sering terjadi
fase eksaserbasi akan menyebabkan semakin cepatnya perburukan faal
paru.Terdapat tambahan kriteria minor dari gejala BKEA, diantaranya
: infeksi saluran pernafasan atas selama 5 hari peningkatan
wheezing peningkatan batuk demam tanpa sumber yang jelas
peningkatan 20% dari respiratory rate atau heart rate.a. Derajat
BKEA
Derajat 1 (Mild) : bila terdapat 1 dari kriteria mayor dan 1
kriteria minor Derajat 2 ( Moderate ) : bila terdapat dua dari 3
kriteria mayor Derajat 3 ( Severe ) : bila terdapat 3 kriteria
mayor b. Diagnosisa. Anamnesis Batuk yang sangat produktif, purulen
dan mudah memburuk dengan inhalasi iritan, udara dingin atau
infeksi Produksi mucus dalam jumlah yang sangat banyak Dyspnea
Riwayat merokok, riwayat paparan polutanb. Pemeriksaan fisik
Inspeksi Pursed lips breathing. Barrel chest Penggunaan otot bantu
pernafasan Hipertrofi otot bantu pernafasan JVP meningkat Edema
tungkai bawah Penampilan blue bloater. Gambaran khas bronchitis
kronis, gemuk, sianosis, edema tungkai dan ronki basah di basal
paru. Sianosis di sentral dan perifer PalpasiFremitus melemah
PerkusiHipersonor Auskultasi Suara nafas vesikuler normal atau
melemah Ronki dan mengi saat nafas biasa atau eskpirasi paksa
Eskpirasi memanjang Bunyi jantung terdengar jauh1
c. Pemeriksaan Penunjanga) Pemeriksaan laboratorium Darah rutin
: Hb, Ht dan leukosit boleh didapatkan meningkat3 Analisa gas darah
: hipoksia dan hiperkapnia b) Pemeriksaan faal paru Spirometri :
Ditemukan adanya penurunan kapasitas vital (VC) dan volume
ekspirasi kuat (FEV) serta peningkatan volume residual (RV) dengan
kapasitas paru total (TC) normal atau meningkat.c) Radiologi
Rontgen thorax (PA/Lateral) Corakan bronkovaskuler meningkat
Tram-track appearance : penebalan dinding bronkial3
d. Tatalaksanaa. BronkodilatorDiberikan secara tunggal atau
kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan disesuaikan dengan
klasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan bentuk obat
diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan
jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas
lambat (slow release) atau obat berefek panjang (long acting).Macam
- macam bronkodilator : Golongan antikolinergik: digunakan pada
derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator juga
mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari) Golongan
agonis beta 2: bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak,
peningkatan jumlah penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya
eksaserbasi. Sebagai obat pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk
tablet yang berefek panjang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk
mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianjurkan untuk penggunaan
jangka panjang. Bentuk injeksi subkutan atau drip untuk mengatasi
eksaserbasi berat. Kombinasi antikolinergik dan agonis beta 2:
kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek
bronkodilatasi, karena keduanya mempunyai tempat kerja yang
berbeda. Disamping itu penggunaan obat kombinasi lebih sederhana
dan mempermudah penderita. Golongan xantin: dalam bentuk lepas
lambat sebagai pengobatan pemeliharaan jangka panjang, terutama
pada derajat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk
mengatasi sesak (pelega napas), bentuk suntikan bolus atau drip
untuk mengatasi eksaserbasi akut. Penggunaan jangka panjang
diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.b.
AntiinflamasiDigunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk
oral atau injeksi intravena, berfungsi menekan inflamasi yang
terjadi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk
inhalasi sebagai terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji
kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1
pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.c.
AntibiotikaHanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang
digunakan: Lini I : amoksisilin, makrolid Lini II : amoksisilin dan
asam klavulanat, sefalosporin, kuinolon, makrolid barud.
AntioksidanDapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti
hidup, digunakan N - asetilsistein.e. MukolitikHanya diberikan
terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat perbaikan
eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang
viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi
tidak dianjurkan sebagai pemberian rutin.e. KomplikasiKomplikasi
yang dapat terjadi pada adalah:a. Gagal napas Gagal napas kronik
Gagal napas akut pada gagal napas kronikb. Infeksi berulangc. Kor
pulmonal
f. Diagnosa banding
Bronkitis kronik Onset pada usia dewasa Gejala perlahan
progresif Riwayat merokok atau terpapar asap rokok atau zat iritan
lain
Asma Onset usia dini Gejala bervariasi dari hari ke hari Gejla
pada waktu malam/dini hari lebih menonjol Dapat ditemukan
alergi/rhinitis/eczema Riwayat asma dalam keluarga Hambatan aliran
udara biasnya reversibel
Gagal jantung kongestif Riwayat hipertensi Ronki basah halus di
basal paru Gambaran foto toraks cardiomegali dan edema paru
Pemeriksaan faal paru restriksi bukan obstruksi
Bronkiektasis Sputum purulen dalam jumlah banyak Sering
berhubungan dengan infeksi bakteri Ronki basah kasar dan jari tabuh
Gambaran foto toraks Nampak honeycomb appearance dan penebalan
dinding bronkus
TBC Onset di semua usia Gambaran foto toraks infiltrate
Konfirmasi mikrobiologi (BTA)
Sindrom obstruksi pasca TB Riwayat pengobatan anti TB adekuat
Gambaran foto toraks bekas TB : fibrotic dan kalsifikasi minimal
Pemeriksaan faal paru menunjukkan obstruksi yang tidak
reversibel
DAFTAR PUSTAKA
1Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)., 2003. Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK): Pedoman diagnostic dan Penatalaksanaan di
Indonesia.2Ganong, William F. 2003.A Lange Medical Book:Review of
Medical Physiology - 21stEdition,USA: McGraw-Hill Companies,Inc.
Hal ; 566-673Guyton, Arthur C., and John E. Hall. 2002.Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran Edisi ke-9.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. hal ; 444.4Davey, Patrick, 2006.At a Glance Medicine, Jakarta:
Penerbit Erlangga. Hal; 89 5Harrison, T.R. 2005.Harrisons
Principles of Internal Medicine 16thedition, USA: The Mac Graw-Hill
Companies. 1671-736Mansjoer, Arif, dkk., ed. 2005.Kapita Selekta
Kedokteran jilid1edisi ke-3.Jakarta: Media Aesculapius. Hal ;
2247West, John B., 2003.Pulmonary Pathophysiology, The Essential
Sixth Edition.USA: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters
Kluwers Company. Hal : 156-59
13