Borang Portofolio Kasus KematianNo. ID dan Nama Wahana / RSUD
Arosuka
Topik Kasus Kematian
Tanggal (kasus) 19 Agustus 2013 pukul 09.45WIB
Nama Pasien Nn. W/ 20 thNo. RM 387802
Tanggal Presentasi Pendampingdr. Elvira Thaher
Tempat Presentasi Aula RSUD Arosuka
Objektif Presentasi
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
DeskripsiPasien perempuan, 20 tahun, datang ke IGD rujukan dari
Dokter Umum Alahan Panjang dengan tentamen suicide ec. Intoksikasi
gramoxone (herbisida)
TujuanMengetahui dan mampu mengenali kasus intoksikasi gramoxone
(herbisida)
Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail Pos
Data PasienNama : Nn.Wustus No. Registrasi : 387802
Nama RS : RSUD ArosukaTelp : Terdaftar sejak :18 Agustus
2013
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Intoksikasi Herbisida
Sebelumnya hubungan pasien dengan teman laki-lakinya sedang
mengalami masalah. 3 jam sebelum masuk RS, pasien minum racun
gramoxon (jenis organofosfat). Kemudian pasien dibawa ke praktek
dokter umum di Alahan Panjang. Oleh dokter langsung dirujuk ke RSUD
Arosuka.
2. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien tidak pernah melakukan
percobaan bunuh diri sebelumnya
3. Riwayat Keluarga : Tidak ada keluarga yang pernah mengalami
keadaan seperti ini.
4. Riwayat Pekerjaan : Mahasiswa
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal sebagai
anak kos di padang. Pasien memiliki seorang teman laki-laki yang
cukup dekat dengan pasien.
Hasil Pembelajaran :
1. Mengetahui gejala dan patogenesis dari kasus intoksikasi
herbisida
2. Mampu mendiagnosis dari kasus intoksikasi herbisida
3. Mengetahui penatalaksanaan dari kasus intoksikasi
herbisida
4. Mengetahui komplikasi dari kasus intoksikasi herbisida
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO
1. Subjektif : Pasien perempuan usia 20 tahun datang ke IGD RSUD
Arosuka rujukan dari dokter umum Alahan Panjang dengan tentamen
suicide ec Intoksikasi gramoxon .
Riwayat peyakit sekarang: Awalnya pasien meminum racun gramoxone
3 jam sebelum masuk Rumah Sakit dikarenakan pasien mengalami
masalah dengan teman laki-lakinya. Pasien diketahui meminum racun
itu dalam jumlah yang cukup banyak (1/2 liter). Muntah-muntah
berkali-kali. Perut terasa panas Os sadar setelah minum racun.
Sesak napas (-) BAK dan BAB tidak ada keluhan. 2 Objektif :Vital
sign Keadaan umum : sedang Kesadaran : CMC Tekanan darah : 120/80
mmHg Frekuensi nadi: 62 x/menit Frekuensi nafas: 24 x /menit Suhu :
36,5 0C Sianosis (-), pucat(-), ikterik(-)
Pemeriksaan sistemik Kepala: bentuk kepala bulat simetris,
rambut warna hitam, tidak mudah dicabut. Mata : Tampak sedikit
cekung, air mata ada, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, pupil isokordiameter 1mm/1mm, reflek cahaya +/+ normal
Kulit: lemak subkutan cukup tebal, lembab (+), ikterik (-) THT:
sulit dinilai Mulut: tercium bau racun gramoxone Leher: tidak
terdapat pembesaran kelenjar thiroid KGB : tidak terdapat
pembesaran KGB. ParuInspeksi: normochest, gerakan simetris saat
statis dan dinamis, retraksi dinding dada tidak adaPalpasi:
fremitus kiri dan kanan simetrisPerkusi: sonorAuskultasi:
vesikuler, Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)JantungInspeksi: Iktus tidak
terlihatPalpasi: Iktus teraba di LMCS RIC VPerkusi: Batas jantung
dalam batas normalAuskultasi: Bunyi jantung murni, irama teratur,
bising (-) Abdomen Inspeksi: tidak tampak distensiPalpasi: supel,
nyeri tekan (-), nyeri lepas (-),defans muskular (-) hepar dan lien
tidak teraba , Perkusi: TimpaniAuskultasi: BU (+) N Ekstremitas:
akral hangat, Refleks fisiologis (+/+), Edema (-) refleks patologis
(-/-) Labor :Hb = 16,8 gr/% Leukosit = 20.800 /mm3 Trombosit =
278.000/mm3Ht= 48 % GDR = 98 gr/dlDiagnosis : Tentamen suicide ec
Intoksikasi Herbisida(Paraquat/Gramoxone) Terapi : IVFD RL 8
jam/kolf Sulfas Atropin 8 amp IV (di IGD) 19.50 WIB 2 amp Sulfas
Atropin 19.55 WIB 2 amp Sulfas Atropin 20.00 WIB 2 amp Sulfas
Atropin 20.05 WIB 2 amp Sulfas Atropin Pasang NGT kubah lambung
dengan susu sebanyak 1500 cc di aspirasi keluar cairan berwarna
biru muda sebanyak 200 cc. Kemudian diminumkan susu via NGT
sebanyak 200c di aspirasi keluar susu berwarna biru muda, dilakukan
berulang-ulang sampai keluar cairan denag total seluruhnya 2000cc
dan warna susu yang keluar pasca aspirasi sama dengan warna susu
pas dimasukkan lewat NGT. Inj Cefotaxime 2x1 gr IV (skin test)
20.30 WIB di IGD Inj Ranitidin 2x1 amp IV 20.30 WIB di IGD Antasid
syr 3x1C Musyn 3x1CSetelah dimasukkan SA 8 amp, kemudian diperiksa
TD 110/90 mmHg, Nd 104x/menit, diameter pupil 2mm/2mm. Injeksi SA 2
amp dilanjutkan setiap 30 menit sebanyak 2x pemberian.
Evaluasi vital sign di ruangan perjam. Jika nadi 15 ml dalam
konsentrasi 20%) menyebabkan kerusakan multi organ, tetapi lebih
progresif (makin lama keadaan pasien memburuk ditandai dengan
penurunan kesadaran, tekanan darah tidak terukur dan nadi tidak
teraba) dan dan akhirnya pasien meninggal di dalam 24 jam akibat
kegagalan sirkulasi. Paru-paru merupakan target organ utama dari
paraquat. Baik pneumatosit tipe I maupun tipe II bergerak ke daerah
akumulasi paraquat. Mekanisme ini terjadi karena paraquat tidak
dimetabolisme tetapi direduksi menjadi radikal bebas yang tidak
stabil yang merusak jaringan yang normal, yang kemudian mengalami
reoksidasi untuk membentuk kation dan menghasilkan anion
superoksida(O2-)5. Proses redoks ini terus berlanjut yang akhirnya
terjadi peroksidasi lipid dan kerusakan sel. Cairan protein
hemoragik dan leukosit menginfiltrasi alveolus hingga timbul Edema
paru akut dan proliferasi fibroblast yang cepat. Terjadi penurunan
progresif pada tekanan parsial oksigen arteri dan kapasitas difusi
CO2. Kerusakan berat pada pertukaran gas tersebut menyebabkan
proliferasi yang cepat dari jaringan ikat fibrous di dalam alveolus
dan pada akhirnya kematian akibat asfiksia dan anoksia jaringan
serta kegagalan sirkulasi.
4. PlanDiagnosis klinis : Tentamen suicide ec Intoksikasi
Herbisida(Paraquat/Gramoxone)Pasien ini melakukan percobaan bunuh
diri dengan meminum racun gramoxone dalam jumlah cukup banyak.
Jenis racun yang sangat toksik bagi manusia dan banyaknya jumlah
racun yang diminum pasien mengakibatkan keadaan pasien cukup buruk
dan akhirnya pasien meninggal.
Pendidikan :Kepada keluarga sebelumnya telah dijelaskan bahwa
kondisi pasien berat. Keluarga juga dijelaskan mengenai penyakit
dan komplikasi yang terjadi pada pasien akibat meminum racun
gramoxone.
Konsultasi : Rujukan pasien yang mengalami penyakit yang berat
perlu dilakukan sesegera mungkin dari Puskesmas atau Dokter Umum ke
Rumah Sakit agar pasien mendapatkan terapi yang lebih maksimal.
TINJAUAN PUSTAKABAB 1PENDAHULUAN
Paraquat adalah herbisida yang paling beracun yang dipasarkan
selama 60 tahun terakhir. Namun, paraquat merupakan herbisida
ketiga yang paling banyak digunakan di dunia, dan di sebagian besar
negara di mana ia dapat digunakan tanpa pembatasan. Gramoxone,
diproduksi oleh Syngenta, adalah nama dagang yang paling umum untuk
paraquat, namun herbisida juga dijual dengan banyak nama yang
berbeda oleh produsen yang berbeda. Produk ini digunakan pada lebih
dari 50 tanaman pada lebih dari 120 negara. Paraquat telah dilarang
atau dibatasi di 13 negara, terutama untuk alasan kesehatan. Yang
terbaru negara yang melarang penggunaan paraquat yaitu Malaysia
pada tahun 20021. Ribuan kematian telah terjadi akibat konsumsi
(paling sering bunuh diri) atau paparan kulit (terutama saat
bekerja) dengan paraquat. Di negara-negara berkembang, di mana
kondisi pemakaian paraquat telah meningkat sedikit dalam tiga puluh
tahun terakhir, paraquat sering dipakai dalam kondisi yang
berbahaya yang mengakibatkan paparan kulit yang tinggi. Kondisi
tersebut yaitu suhu dan kelembaban yang tinggi, kurangnya pakaian
pelindung, tas penyemprot yang bocor, buta huruf, kurangnya
fasilitas untuk mencuci, atau pengobatan medis, dan paparan
berulang. Di Malaysia wanita penyemprot dapat menyemprotkan
herbisida 262 hari per tahun: paraquat adalah herbisida yang paling
sering disemprotkan. Namun diketahui bahwa petani dapat meninggal
setelah hanya 3,5 jam penyemprotan paraquat yang diencerkan dengan
tas penyemprot yang bocor1. Hal ini merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang berat pada banyak negara meskipun fakta bahwa
paraquat dianggap aman oleh para produsen, yang percaya bahwa
mereka tidak bertanggung jawab untuk kasus bunuh diri. Suatu
program pencegahan untuk regulasi di negara-negara ini akan
mencegah banyak masalah yang terjadi1.
BAB 2ISI
2.1. Gramoxone Gramoxone merupakan nama dagang dari paraquat
yang paling banyak dipakai 1,BC. Paraquat yang digunakan lebih dari
120 negara bekerja secara non-selektif menghancurkan jaringan
tumbuhan dengan mengganggu/merusak membran sel. Paraquat (metil
viologen), [C12H14N2]2+, dengan nama kimia
1,1-dimetil-4,4bipiridinum atau dalam bentuk paraquat diklorida
[C12H14N2]Cl2, merupakan herbisida golongan bipiridil yang berefek
toksik sangat tinggi. Paraquat dapat pula ditemukan secara
komersial sebagai garam metil sulfat (C12H14N2 2CH3SO4)1,2.
Gambar 1. Paraquat dan metabolitnya3Paraquat adalah produk
sintesis yang pertama kali dibuat pada tahun 1882 oleh Weidel dan
Russo. Pada tahun 1933, Michaelis dan Hill menemukan kandungan
redoks dan disebut senyawa metil viologen. Kandungan paraquat
pertama kali dijelaskan pada tahun 1958 dan mulai menjadi produk
komersil pada tahun 1962 4,5. Paraquat mempunyai ciri berupa 2,4,5:
a. berupa massa padat, tetapi biasanya dalam bentuk konsentrat
20-24% b. berat molekul 257,2 Dc. pH 6,5 7,5 dalam bentuk larutan
d. titik didih pada 760 mmHg sekitar 175oC 180oC. e. berwarna
kuning keputihan dan berbau seperti ammonia f. sangat larut di
dalam air, kurang larut dalam alkohol, dan tidak larut dalam
senyawa hidrokarbon g. stabil dalam larutan asam atau netral dan
tidak stabil dalam senyawa alkali h. tidak aktif akibat paparan
sinar ultraviolet
2.2. Asal Paparan Jenis herbisida seperti paraquat memberikan
efek toksik yang berbeda tergantung bagaimana zat tersebut masuk ke
dalam tubuh manusia. Beberapa di antaranya, yaitu5: a. Oral
Merupakan jalan masuknya zat yang paling sering yang didasari
adanya tujuan bunuh diri. Tertelannya paraquat juga dapat terjadi
secara kebetulan atau dari masuknya butiran semprotan ke dalam
faring, namun biasanya tidak menimbulkan keracunan secara sistemik.
b. Inhalasi Belum ada kasus keracunan sistemik yang dilaporkan dari
paraquat akibat inhalasi droplet paraquat yang ada di udara
walaupun pada penilitian pada hewan menunjukkan tingginya keracunan
melalui inhalasi. Efek toksik melalui inhalasi melalui semprotan
biasanya hanya berupa iritasi pada saluran pernapasan atas akibat
deposit paraquat pada daerah tersebut. c. Kulit Kulit normal yang
intak merupakan barier yang baik mencegah absorbsi dan keracunan
sistemik. Namun, jika terjadi kontak yang lama dan lesi kulit yang
luas, keracunan sistemik dapat terjadi dan dapat menyebabkan
keracunan yang berat sampai kematian. Kontak yang lama dan trauma
dapat memperburuk kerusakan kulit, namun ini terbilang jarang. d.
Mata Konsentrat paraquat yang terpercik dapat menyebabkan iritasi
mata yang berat yang jika tidak diobati dapat menyebabkan erosi
atau ulkus dari kornea dan epitel konjungtiva. Inflamasi tersebut
berkembang lebih dari 24 jam dan ulserasi yang terjadi menjadi
faktor resiko infeksi sekunder. Jika diberikan pengobatan yang
adekuat, penyembuhan biasanya sempurna walaupun memakan waktu yang
lama.
Gambar 2. Paparan paraquat pada mata6
e. Parenteral Keracunan sistemik jarang terjadi pada kasus
akibat injeksi subkutan, intraperitonial, dan intravena dari
paraquat.
2.3. Farmakokinetik Penelitian pada tikus dan anjing menunjukkan
absorpsi paraquat yang cepat tetapi tidak sempurna melalui traktus
gastrointestinal khususnya lambung, kira-kira kurang dari 5%
diabsorpsi. Informasi absorpsi paraquat melalui lambung pada
manusia belum ada, tetapi bisa diasumsikan hal itu dapat disamakan,
namun masih perlu penilitian untuk mendukung hal tersebut. Absorpsi
melalui kulit yang tidak intak dapat terjadi, namun terbatas hanya
sekitar 0,3% dari dosis terapan5. Paraquat yang terabsorpsi
didistribusikan ke semua organ dan jaringan melalui aliran darah.
Paru-paru merupakan organ selektif tempat terkumpulnya paraquat
dari plasma melalui suatu proses energi. House et al (1990)
menemukan bahwa waktu paruh paraquat sekitar 5 84 jam. Paraquat
tidak dimetabolisme tetapi direduksi menjadi radikal bebas yang
tidak stabil, yang kemudian mengalami reoksidasi untuik membentuk
kation dan menghasilkan anion superoksida5. Penelitian pada hewan
menunjukkan paraquat diekskresi secara cepat oleh ginjal. Sekitar
80-90% diekskresi dalam waktu 6 jam dan hampir 100% dalam 24 jam.
Paraquat dapat menyebabkan nekrosis tubular akut yang dapat
memperlambat ekskresi lebih dari 10-20 hari5.
2.4. Patofisiologi Ketika masuk dalam tubuh per oral dalam dosis
yang adekuat, paraquat mempunyai efek terhadap traktus
gastrointestinal, ginjal, hepar, jantung, dan organ lainnya.
Paru-paru merupakan target organ utama dari paraquat dan efek
toksik yang dihasilkan dapat menyebabkan kematian walaupun
toksisitas melalui inhalasi terbilang jarang7. Mekanisme utama yang
terjadi ialah paraquat menimbulkan stres oksidatif melalui siklus
redoks (reduksi oksidasi) sehingga membentuk radikal bebas yang
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan. Radikal bebas merupakan
suatu kelompok bahan kimia baik berupa atom atau molekul dengan
reaksi jangka pendek yang memiliki satu atau lebih elektron bebas.
Atom atau molekul dengan elektron bebas ini dapat digunakan untuk
menghasilkan tenaga dan beberapa fungsi fisiologis di dalam tubuh.
Namun oleh karena mempunyai tenaga yang sangat tinggi, zat ini juga
dapat merusak jaringan normal apabila jumlahnya terlalu banyak.
Radikal bebas yang terdiri atas unsur oksigen dikenal sebagai
kelompok oksigen reaktif (reactive oxigen species / ROS), seperti
anion superoksida (O2-)7,8,9. Telah ditemukan bukti bahwa reaksi
redoks merupakan reaksi utama yang bertanggung jawab terhadap
toksisitas paraquat. Kation paraquat dapat direduksi oleh
NADPH-dependent mikrosomal flavoprotein reductase menjadi bentuk
radikal tereduksi. Kemudian bereaksi dengan molekul oksigen
membentuk kation paraquat dan ion superoksida (O2-). Paraquat
berlanjut ke dalam siklus dari bentuk teroksidasi ke bentuk
tereduksi dengan elektron dan oksigen. Paraquat menyebabkan
kematian sel melalui lipid peroksidase atau deplesi NADPH, seperti
yang terjadi pada paru-paru 5, 8. Brian J. Day (1999) dalam salah
satu jurnalnya menggambarkan bagaimana toksisitas paraquat juga
melibatkan nitrc oxide synthase (NOS). NOS adalah enzim yang
memproduksi NO dan molekul lainnya dengan mengkatalisis oksigen dan
NADPH. Teori saat ini menjelaskan NO bereaksi dengan O2-yang
terbentuk dari paraquat untuk menghasilkan toksin peroxynitrit. Dan
dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa NOS merupakan diaforase
paraquat dan toksisitas berupa senyawa aktif redoks melibatkan
penurunan aktivitas NO. Diaforase adalah suatu kelas enzim yang
memindahkan elektron dari NADH atau NADPH ke molekul seperti
tetrazolium, quinon, dan paraquat. Biasanya diaforase paraquat
merupakan enzim oksidoreduktase yang terdiri dari flavin dan
menggunakan NADH atau NADPH sebagai elektron donor. Pada umumnya
enzim diaforase yang dapat bereaksi redoks dengan paraquat adalah
sitokrom P450 reduktase 8. Edema paru akut dan kerusakan paru-paru
dini dapat terjadi dalam beberapa jam akibat paparan akut yang
berat. Kerusakan lanjut berupa fibrosis paru, penyebab kematian,
yang kebanyakan terjadi 7-14 hari setelah paparan. Pada pasien yang
terpapar dalam konsentrasi yang sangat tinggi, beberapa di
antaranya meninggal lebih cepat (sekitar 48 jam) akibat kegagalan
sirkulasi7. Baik pneumatosit tipe I maupun tipe II bergerak ke
daerah akumulasi paraquat. Biotrasnformasi dari paraquat di dalam
sel-sel tersebut menyebabkan produksi radikal bebas sehingga
terjadi peroksidase lipid dan kerusakan sel. Cairan protein
hemoragik dan leukosit menginfiltrasi alveolus, setelah terjadi
proliferasi fibroblast yang cepat. Terjadi penurunan progresif pada
tekanan parsial oksigen arteri dan kapasitas difusi CO2. Kerusakan
berat pada pertukaran gas tersebut menyebabkan proliferasi yang
cepat dari jaringan ikat fibrous di dalam alveolus dan pada
akhirnya kematian akibat asfiksia dan anoksia jaringan7.
Gambar 3. Mekanisme toksisitas paraquat10
Paraquat juga bersifat neurotoksik. Paraquat secara struktural
menyerupai neurotoksikan dopaminergik, yaitu
1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine (MPTP). Akhirnya telah
disadari bahwa paraquat dapat menjadi faktor etiologi dari penyakit
Parkinson 11,12. Wonsuk Yang (2005) pada penelitiannya mendapatkan
adanya hubungan antara toksistas paraquat terhadap dopaminergik
akibat dari proses stres oksidatif dan disfungsi proteasomal. Dari
disertasinya dikemukakan beberapa bukti dan kesimpulan yang
mendukung hal tersebut, di antaranya 12: a. paraquat meningkatkan
konsentrasi ROS pada sel saraf yang diteliti (SY5Y)b. paraquat
menghambat aktivitas glutathione peroksidase c. paraquat menurunkan
potensial transmembran mitokondria (MTP) d. paraquat menyebabkan
peningkatan malondialdehyde (MDA) yang mengindikasikan kerusakan
oksidatif pada komponen sel yang diteliti e. paraquat menurunkan
aktivitas proteasomal, aktivitas mitokondria, dan tingkat ATP
intrasel, yang mengindikasikan disfungsi mitokondria disertai
aktivasi jalur apoptosis Kerusakan pada tubulus proksimal ginjal
sering bersifat reversibel dibandingkan kerusakan yang terjadi pada
jaringan paru-paru. Namun, rusaknya fungsi ginjal menjadi penting
sebagai penentu pengeluaran racun dari paraquat. Sel tubulus normal
secara aktif mengekskresi paraquat melalui urin, secara efisien
membersihkan racun dari dalam darah7. Nekrosis lokal dari
miokardium dan otot rangka adalah kelainan utama akibat keracunan
dibandingkan jaringan otot lainnya, dan secara khas terjadi sebagai
fase kedua. Keracunan paraquat yang lama memberi efek toksik pada
otot lurik dan otot polos berupa miopati akibat degenerasi fiber
otot tipe I. Pernah dilaporkan keracunan melalui proses pencernaan
menyebabkan edema cerebral dan kerusakan pada otak 5,7.
2.5. Manifestasi Klinis Gejala klinis yang timbul bergantung
pada dosis atau konsentrasi racun yang pada akhirnya menjadi dasar
prognosis dari kasus keracunan paraquat5, 7,13: Dosis rendah, yaitu
< 20 mg/kgBB (7,5 ml dalam konsentrasi 20%) tidak memberikan
gejala atau hanya gejala gastrointestinal yang muncul seperti
muntah atau diare. Dosis sedang, yaitu 20-40 mg/kgBB (7,5-15 ml
dalam konsentrasi 20%) menyebabkan fibrosis jaringan paru yang
masif dan bermanifestasi sebagai sesak napas yang progresif yang
dapat menyebabkan kematian antara 2-4 minggu setelah masuknya
racun. Gangguan ginjal dan hati dapat ditemukan. Sesak napas dapat
muncul setelah beberapa hari pada beberapa kasus berat. Fungsi
ginjal biasanya dapat kembali ke normal. Dosis besar, yaitu > 40
mg/kgBB (> 15 ml dalam konsentrasi 20%) menyebabkan kerusakan
multi organ, tetapi lebih progresif. Sering disertai tanda khas
berupa ulkus pada orofaring. Gejala gastrointestinal sama seperti
pada konsumsi racun dengan dosis yang lebih rendah namun gejalanya
lebih berat akibat dehidrasi. Gagal ginjal, aritmia jantung, koma,
kejang, perforasi oesofagus, dan koma kemudian diakhiri dengan
kematian yang dapat terjadi dalam 24-48 jam akibat gagal multi
organ. Tertelannya paraquat dengan dosis yang sedang (20-40
mg/kgBB) dapat menyebabkan kelainan morbiditas yang terdiri dari 3
tingkat, yaitu5: a. Stage I : 1-5 hari. Efek korosif lokal seperti
hemoptisis, ulserasi membran mukosa, mual, diare, dan oligouria. b.
Stage II : dalam 2-8 hari didapatkan tanda-tanda kerusakan hati,
ginjal, dan jantung berupa ikterus, demam, takikardi, miokarditis,
gangguan pernapasan, sianosis, peningkatan BUN, kreatinin, alkali
fosfatase, bilirubin, dan rendahnya protrombin. c. Stage III :
dalam 3-14 hari terjadi fibrosis paru. Batuk, dispnea, takipnea,
edema, efusi pleura, atelektasis, penurunan tekanan O2 arteri yang
menunjukkan hipoksemia, peningkatan gradien tekanan O2 alveoli, dan
kegagalan pernapasan. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, didapatkan kesimpulan besar dosis dan toksiknya pada
manusia11. a. Estimasi dosis yang dapat diterima untuk manusia
sekitar 0-0,005 mg ion paraquat/kgBBb. Estimasi dosis gejala akut
0,006 mg/kgBB c. Estimasi insiden mortalitas dari keracunan
paraquat sekitar 33-50%5 Waktu merupakan faktor penting dalam
menentukan seberapa besar konsentrasi letal. Sebagai contoh,
konsentrasi 100 g/L dalam 4 jam setelah masuknya racun,
mengindikasikan 70% kesempatan hidup, tetapi pada 20 jam
mengindikasikan < 10% kesempatan hidup5. Gejala yang timbul
bergantung pada jalur masuk paparan dan konsentrasi paraquat dalam
tipa produknya. Pada kasus tertelannya paraquat yang masif, dapat
bermanifestasi muntah, nyeri abdomen, diare, gagal ginjal dan hati,
serta gagal jantung yang berkembang pada 24 jam pertama.
Kadang-kadang diakhiri dengan kematian akibat gagal jantung akut5.
Gejala dan tanda dini dari keracunan melalui melalui pencernaan di
antaranya rasa terbakar pada mulut, kerongkongan, dada, perut atas,
akibat dari efek korosif paraquat terhadap mukosa. Diare yang
kadang-kadang dengan darah juga dapat terjadi. Muntah dan diare
dapat berujung hipovolemia. Pusing, sakit kepala, demam, mialgia,
letargi, dan koma adalah contoh lain dari gejala sistemik dan
susunan saraf pusat (SSP). Pankreatitis dapat menyebabkan nyeri
abdomen berat. Proteinuria, hematuri, pyuria, dan azotemia
menunjukkan adanya kerusakan ginjal. Oligouria atau anuria
mengindikasikan adanya nekrosis tubular akut 5,7,8. Oleh karena
ginjal merupakan organ yang mengeliminasi paraquat dari jaringan
tubuh, gagal ginjal dapat terjadi akibat terbentuknya konsentrasi
tinggi, termasuk paru-paru. Kelainan patologik ini dapat terjadi
dalam beberapa jam pertama setela masuknya paraquat yang melalui
pencernaan. Asidosis metabolik dan hiperkalemia dapat terjadi
akibat gagal ginjal5. Sebelum diberikan terapi untuk membatasi
absorbsi dan efeknya, terjadi suatu reaksi dari konsentrasi
tersebut pada jaringan paru-paru. Hal ini menjadi alasan mengapa
metode terapi untuk mengeliminasi paraquat beberapa jam setelah
tertelan dapat menurunkan angka mortalitas7. Batuk, sesak napas,
dan takipnea biasanya muncul 2-4 hari setelah tertelannya paraquat,
tetapi dapat muncul setelah 14 hari. Sianosis secara progresif dan
sesak napas menunjukkan adanya gangguan pertukaran oksigen pada
paru yang rusak. Pada beberapa kasus, batuk berdahak adalah awal
dan manifestasi terpenting dari kerusakan paru akibat paraquat7.
Traktus gastrointestinal adalah tempat pertama atau keracunan fase
I ke permukaan mukosa melalui proses pencernaan dari zat tersebut.
Keracunan ini bermanifestasi sebagai edema dan nyeri akibat
ulseratif pada mulut, faring, oesofagus, lambung, dan usus. Pada
derajat yang lebih tinggi, keracunan gastrointestinal yang lain
berupa kerusakan sel-sel hati yang menyebabkan peningkatan
bilirubin dan enzim hati seperti AST, ALT, dan LDH 13. Beberapa
penelitian menjelaskan tentang fenomena toksisitas pada hati ini
dan pada tahun 1977 oleh Cagen dan Gibson menemukan bahwa paraquat
tidak bersifat hepatotoksik pada jenis tikus tertentu 11,14.
Gambar 4. Kongesti pulmonal, edema, dan perdarahan akibat
keracunan paraquat15
Gejala pada kulit biasanya terjadi pada pekerja tani akibat
keracunan paraquat. Khususnya dalam bentuk konsentrat, paraquat
menyebabkan kerusakan lokal pada jaringan yang terpapar dengan zat
tersebut. Kerusakan lokal pada kulit berupa dermatitis kontak.
Kontak yang lama akan menyebabkan eritema, vesikel, erosi dan
ulkus, dan perubahan pada kuku. Walaupun absorbsi melalui kulit
lambat, kulit yang erosif akan mempertinggi tingkat absorbsinya7.
Keracunan fatal dilaporkan telah terjadi akibat kontaminasi
paraquat yang lama, tetapi hal ini terjadi hanya pada kulit yang
tidak intak. Kontak yang lama pada kulit akan menimbulkan
pengikisan atau ulserasi, yang cukup untuk mempermudah absorpsi ke
sistemik. Kontak racun pada kuku dapat menyebabkan bintik putih
atau pada kasusu berat dapat terjadi atrofi kuku7. Sebagai
tambahan, beberapa pekerja tani dapat terpapar melalui inhalasi
semprotan dengan gejala perdarahan hidung akibat kerusakan lokal.
Namun, paparan melalui inhalasi tidak menyebabkan keracunan
sistemik karena penguapan dan konsentrasi yang rendah dari
paraquat. Kontaminasi pada mata menyebabkan konjungtivitis berat
dan kadang-kadang berlanjut ke kelainan kornea7.
2.6. Diagnosis Kualitatif Pada beberapa fasilitas pelatihan, tes
kolorimetri digunakan untuk mengidentifikasi paraquat dalam urin
dan untuk memberikan indikasi seberapa besar konsentrasi zat yang
diabsorpsi. Pada alat terdapat lubang tes untuk paraquat di dalam
urin atau aspirat cairan lambung. Biasanya tes ini digunakan pada
kasus darurat untuk konfirmasi adanya keracunan paraquat secara
cepat. Metode tes ini berdasarkan pada reduksi kation paraquat
menjadi ion radikal stabil berwarna biru oleh natrium dithionit
5,7. Dalam satu volume urin, ditambahkan setengah volume dari urin
preparat 1% sodium ditionit dalam 0,1 N NaOH. Perubahan warna
diperhatikan dalam waktu satu menit. Warna biru mengindikasikan
adanya paraquat sekitar 0,5 mg/l. Baik positif dan negatif kontrol
sebaiknya dijamin bahwa senyawa dithionitnya tidak teroksidasi
dalam kemasannya7. Tes ini bernilai jika 12 jam setelah masuknya
paraquat dan dapat mendeteksi konsentrasi paraquat dalam urin <
1 mg/L5. Ketika urin 24 jam diperiksa, tes dithionit terlihat
mempunyai beberapa nilai prognosis. Konsentrasi yang kurang dari 1
mg/l (tidak berwarna biru terang), pada umumnya menunjukkan tingkat
keselamatan, sedangkan konsentrasi lebih dari 1 mg/l (biru gelap)
sering berakibat fatal7. Kuantitatif Paraquat dapat diukur di dalam
cairan biologis seperti darah dan urin dengan spektrofotometri,
liquid kromatografi, dan metode radioimunoassay. Tes jenis ini
tersedia pada laboratorium klinik dan beberapa industri.
Kelangsungan hidup biasanya dapat tercapai jika konsentrasi dalam
plasma tidak melebihi 2;0,6;0,3;0,16;dan 0,1 mg per liter
berturut-turut dalam waktu 4, 6, 10, 16, dan 24 jam, setelah masuk
ke pencernaan7. Metode radioimmunoassay yang digunakan untuk
mendeteksi paraquat dalam konsentrasi rendah dalam urin dan plasma
pertama kali ditemukan oleh Levitt (1977). Prosedur tes ini
berdasarkan adanya antibodi yang meningkat terhadap derivat
paraquat. Sensivitas dari pemeriksaan ini 6 ng ion paraquat/ml
plasma5. High Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang
ditemukan oleh Gill (1983) merupakan pemeriksaan yang berdasrkan
ekstraksi paraquat menggunakan sep-pak C18 cartridge, dengan ethyl
viologen (garam 1,1dimethyl4,4-bipyridium sebagai standar.
Kromatografi dapat mendeteksi paraquat dalam urin sekitar 1 mg/L.
Spektrofotometri yang telah ditemukan oleh Smith (1993) berguna
pula untuk menilai ekstrak dan reduksi natrium dithionit dalam
cairan biologis5.
2.7. Penatalaksanaan Tidak ada pengobatan khusus untuk keracunan
Paraquat. Tujuannya adalah untuk meringankan gejala dan komplikasi
yang ada (perawatan suportif). Lepaskan semua pakaian yang
terkontaminasi. Jika ada suatu bahan kimia yang menyentuh kulit,
cuci area tersebut dengan sabun dan air selama 15 menit, tanpa
menggosok keras, agar tidak menimbulkan lecet yang akan
memungkinkan penyerapan lebih besar dari racun. Jika telah ada
kontaminasi pada mata, bilas dengan air selama 15 menit16 . Jika
Paraquat tertelan, harus segera dibeikan arang aktif secepat
mungkin. Pasien yang sakit mungkin memerlukan prosedur yang disebut
hemoperfusion, yang menyaring darah melalui arang untuk mencoba
untuk mengeluarkan Paraquat dari paru-paru16.
Gambar 5. Charcoal hemoperfusion16
Prinsip umum pada penatalaksanaan keracunan paraquat antara
lain5: a. prioritas yang dipikirkan adalah mencegah absorpsi
paraquat lebih lanjut dengan menyingkirkan semua bahan yang
terkontaminasi dari tubuh b. pemberian oksigen merupakan
kontraindikasi dari keracunan paraquat karena dapat memperbesar
pembentukan radikal bebas (superoksida) yang merupakan patogenesis
penyebab kerusakan pada paru-paru c. bilas lambung harus dipikirkan
dalam satu jam pertama setelah masuknya racun yang melalui saluran
pencernaand. apabila terjadi asidosis sebaiknya dikoreksi dengan
natrium bikarbonat intravenae. gagal ginjal akut dapat diterapi
dengan hemodialisis f. efek paparan pada mata dapat dilakukan
irigasi dengan air yang mengalir sekitar 15 menit Ekskresi paraquat
di urin 20-50 kali lebih besar daripada konsentrasi plasma. Pasien
dengan fungsi ginjal yang normal setelah tertelan paraquat memiliki
clearance yang lebih besar dibandingkan dengan creatinine
clearance. Hal ini disebabkan sekresi tubular aktif dan difusi
nonionik additif ke laju filtrasi glomerulus. Paraquat tidak
direabsorbsi pada tubulus ginjal; sehingga, memaksa diuresis tidak
akan meningkatkan eliminasi paraquat. Namun diuresis tetap
diperlukan untuk mengurangi konsentrasi paraquat di tubulus
ginjal17 . Untuk memaksimalkan pengeluaran paraquat, dekontaminasi
GI harus dilakukan segera setelah tertelan paraquat. Dosis arang
aktif untuk dewasa yaitu 30-100 g; untuk anak-anak kurang dari 12
tahun yaitu 15-30 g atau 1-2g/kgBB. Benzonite clay USP (larutan 7%)
diberikan untuk dewasa sebanyak 100-150 g dan untuk anak-anak
kurang dari 12 tahun sebanyak 2g/kgBB. Dosis untuk fullers earth
(larutan 30%) yaitu 100-150 g untuk dewasa dan 2 g/kgBB untuk
anak-anak kurang dari 12 tahun17 .
2.8. Komplikasi Adapun komplikasi yang dapat terjadi akibat
keracunan paraquat16: Sindrom distress pernapasan akut Lubang di
esofagus Inflamasi pada daerah antara paru-paru (mediastinitis)
gagal ginjal Jaringan parut pada paru-paru (fibrosis paru)
2.9. Prognosis Prognosis tergantung pada tingkat keparahan
paparan. Beberapa orang mungkin mengalami gejala respiratori ringan
yang dapat sembuh total, sementara yang lainnya mungkin mengalami
perubahan permanen pada paru-paru. Jika seseorang menelan racun,
kematian dapat terjadi tanpa pertolongan medis segera16 .
BAB 3PENUTUP
Gramoxone merupakan nama dagang dari paraquat. Paraquat (metil
viologen) merupakan herbisida golongan bipiridil yang berefek
toksik sangat tinggi1,2. Jenis herbisida seperti paraquat
memberikan efek toksik yang berbeda tergantung bagaimana zat
tersebut masuk ke dalam tubuh manusia. Paraquat dapat terpapar
secara oral, inhalasi, kulit, mata, dan parenteral5. Ketika masuk
dalam tubuh per oral dalam dosis yang adekuat, paraquat mempunyai
efek terhadap traktus gastrointestinal, ginjal, hepar, jantung, dan
organ lainnya. Paru-paru merupakan target organ utama dari paraquat
dan efek toksik yang dihasilkan dapat menyebabkan kematian7. Gejala
klinis yang timbul bergantung pada dosis atau konsentrasi racun5,
7,13. Pada beberapa fasilitas pelatihan, tes kolorimetri digunakan
untuk mengidentifikasi paraquat dalam urin dan untuk memberikan
indikasi seberapa besar konsentrasi zat yang diabsorpsi. Paraquat
dapat diukur di dalam cairan biologis seperti darah dan urin dengan
spektrofotometri, liquid kromatografi, dan metode radioimunoassay7.
Tidak ada pengobatan khusus untuk keracunan Paraquat. Tujuannya
adalah untuk meringankan gejala dan komplikasi yang ada (perawatan
suportif). Prognosis tergantung pada tingkat keparahan paparan16
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mishra AK, Pandey AB. Paraquat. Available from :
http://www.panap.net/uploads/ media/paraquat_monograph_PAN_AP.pdf
2. Anonym. NIOSH Pocket Guide to Chemical Hazards-Paraquat.
Available from : http://www.cdc.gov/niosh/npg/npgd0478.html 3.
Anonym. Paraquat. Available from:
http://www.inchem.org/documents/jmpr/jmpmono/v076pr19.htm4.
Bronstein 5. Herbicides. In : Dart RC, Ed. Medical Toxicology. 3rd
ed. Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins, 2004: 1515-24 5.
Ashton C, Leahy N. Paraquat. Available from :
http://www.inchem.org/documents/pims/chemical/pim399.htm 6. Anonym.
The ocular surface toxicity of Paraquat. Br J Ophthalmol
2002;86:350362 7. Anonym. Paraquat. Available from :
npic.orst.edu/RMPP/rmpp_ch12.pdf 8. Day BJ et al. A Mechanism of
Paraquat Toxicity Involving Nitric Oxide Synthase.
PNAS;96(22):12760-127659. Anonym. Free Radical Introduction.
Available from :
http://www.exrx.net/Nutrition/Antioxidants/Introduction.html 10.
.Saeed SAM, et al. 2001. Acute diquat poisoning with intracerebral
bleeding. Postgrad Med J 2001;77:329332 11. Marrs TC, Adjei A.
Pesticide residues in food-2003-Joint FAO/WHO Meeting on Pesticide
Residues -PARAQUAT. Available from :
http://www.inchem.org/documents/jmpr/jmpmono/v070pr19.htm 12. Yang
W. The Bipyridyl Herbicide Paraquat-Induced Toxicity In Human
Neuroblastoma SH-S5Y5 Cells: Relevance To Dopaminergic
Pathogenesis. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16263688 13. Wesseling C et al.
Paraquat in Developing Countries. Int J Occup Environ
Health:1-2314. Thundiyil JG et al. Acute Pesticide Poisoning:A
Proposed Classification Tool. Available from :
http://www.who.int/bulletin/volumes/86/3/07041814/15. Anonym. Signs
and Symptoms of Paraquat Poisoning. Available from:
http://chemweb.calpoly.edu/cbailey/377/PapersF2000/Jeff/symptoms.htm
16. Anonym. Paraquat poisoning Treatment. University of Maryland
Medical Center. Available from:
http://www.umm.edu/ency/article/001085trt.htm 17. Sullivan JB,
Krieger GR. 2001. Clinical Enviromental Health and Toxic Exposure.
2nd Ed. Lippincott Williams & Wilkins: USA. p.1100 25