Top Banner
PEMBAHASAN DEFINISI Psikosa adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan Hilangnya rasa kenyataan (sense of reality) Kesadaran berubah / berkabut Afek / emosi dangkal / inadekwat Gangguan proses berpikir: o Bentuk : non realistik/autistik o Arus : asosiasi longgar/inkoheren o Isi : waham, ptm, preokupasi, dll Gangguan persepsi : halusinasi/ilusi Gangguan kemauan: menurun atau meningkat Gangguan psikomotor: menurun atau meningkat Disorientasi waktu, tempat, orang (pada s.o.o) Amnesia (pada s.o.o) Skizofrenia termasuk ke dalam pembagian psikosa fungsional di mana tidak terdapat gangguan organik. Jenis- jenis skizofrenia antara lain Skizofrenia katatonik o Skizofrenia katatonik stupor/ sub stupor o Skizofrenia katatonik gaduh-gelisah Skizofrenia paranoid Skizofrenia hebefrenik Skizofrenia simplek Episode skizofrenia akut Gangguan skizoafektif Skizofrenia onset anak/early onset
32

borang hebefrenik

Feb 02, 2016

Download

Documents

deffylettyzia

borang portofolio jiwa
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: borang hebefrenik

PEMBAHASAN

DEFINISI

Psikosa adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan

Hilangnya rasa kenyataan (sense of reality)

Kesadaran berubah / berkabut

Afek / emosi dangkal / inadekwat

Gangguan proses berpikir:

o Bentuk : non realistik/autistik

o Arus : asosiasi longgar/inkoheren

o Isi : waham, ptm, preokupasi, dll

Gangguan persepsi : halusinasi/ilusi

Gangguan kemauan: menurun atau meningkat

Gangguan psikomotor: menurun atau meningkat

Disorientasi waktu, tempat, orang (pada s.o.o)

Amnesia (pada s.o.o)

Skizofrenia termasuk ke dalam pembagian psikosa fungsional di mana tidak

terdapat gangguan organik. Jenis-jenis skizofrenia antara lain

Skizofrenia katatonik

o Skizofrenia katatonik stupor/ sub stupor

o Skizofrenia katatonik gaduh-gelisah

Skizofrenia paranoid

Skizofrenia hebefrenik

Skizofrenia simplek

Episode skizofrenia akut

Gangguan skizoafektif

Skizofrenia onset anak/early onset

Skizofrenia late onset

Skizofrenia adalah kelainan psikiatri yang meliputi 4 hal, yaitu persepsi, pikiran,

afek, dan prilaku. Penyakit ini biasanya dimulai sebelum usia 25 tahun dan akan bertahan

seumur hidup dan tidak pandang strata dalam menyerang, baik pasien maupun keluarga akan

menderita karena penyakit ini.

Page 2: borang hebefrenik

Skizofrenia hebefrenik. Beberapa pendapat yang menyebutkan tentang pengertian

skizofrenia antara lain: “Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk Skizofrenia yang

ditandai dengan perilaku klien regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, wajah dungu,

tertawa-tawa aneh, meringis dan menarik diri secara ekstrim”.

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif

yang tampak jelas dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang bersifat

mengambang serta terputus-putus (fragmentary), perilaku yang tidak bertanggung jawab dan

tidak dapat diramalkan, serta umumnya maneurisme.

Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau “kacau balau” yang

ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa kekanak-kanakan, yang

terpecah-pecah, dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-

gerakan aneh, mengucap berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara

ekstrim dari hubungan sosial.

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan prilaku

yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,ada kecenderungan untuk selalu

menyendiri, dan prilaku menunjukkan hampa prilaku dan hampa perasaan, senang

menyendiri,dan ungkapan kata yang di ulang – ulang, proses pikir mengalami disorganisasi

dan pembicaraan tak menentu serta adanya penurunan perawatan diri pada individu.

DASAR TEORI SKIZOFRENIA

Teori Adolf Meyer

Skizofrenia adalah suatu reaksi yang salah (maladaptasi) sehingga terjadi

disharmoni / disorganisasi kepribadian, sehingga akibatnya penderita menjauhkan diri

dari kenyataan (autisme)

Teori Sigmund Freud

Menurut Freud penyebab skizofrenia adalah :

Id (himpunan insting tidak terkoordinasi) berkuasa: terjadi regresi ke fase

narsisistik (sangat mencintai & memperhatikan diri sendiri) seperti pada bayi &

anak kecil

Kelemahan ego (bagian yang terorganisir dan realistis)

Superego (peran kritis dan moral) dikesampingkan sehingga tak bertenaga lagi

Page 3: borang hebefrenik

Teori Eugene Bleuler

Teori yang pertama kali mengajukan istilah skizofrenia, dimana “skizos” berarti

terpecah belah dan “phren” berarti jiwa. Artinya jiwa yang terpecah belah atau

keretakan/disharmoni antara proses berpikir, perasaan (afek/emosi), perbuatan (kemauan

& psikomotor)

Gejala skizofrenia menurut Bleuler dibagi dengan gejala primer (4A) dan

sekunder:

Gejala primer (4A) antara lain:

Gangguan proses berpikir (Asosiasi)

Gangguan afek/emosi (Afek/emosi)

Gangguan kemauan (Ambivalensi)

Autisme (Autisme)

Gejala sekunder antara lain

Waham

Halusinasi (pendengaran)

Gangguan psikomotor

Gejala-gejala tersebut harus disertai dengan beberapa syarat, antara lain:

Kesadaran tidak menurun

Intelligensi tidak menurun

Terdapat double personality

Dengan teori tersebut maka diagnosa dapat ditegakkan bila didapatkan

disharmoni dari unsur-unsur kepribadian (proses berpikir, afek/emosi, kemauan &

psikomotor)

Teori Kurt Schneider

Teori Schneider membagi berdasarkan:

- Kumpulan gejala kelompok A

- Kumpulan gejala kelompok B

- Kesadaran tidak menurun (compos mentis)

Page 4: borang hebefrenik

Gejala kelompok A yang dititik beratkan pada pada halusinasi pendengaran,

antara lain

1. Pikirannya dapat didengar sendiri

2. Mendengar suara-suara orang bertengkar

3. Suara-suara yang mengkomentari perilaku penderita

Gejala kelompok B yang di titi berat kan pada gangguan batas ego

1. Tubuh & gerakannya dipengaruhi/ dikendalikan oleh kekuatan dari luar (delusion

of being controlled)

2. Pikirannya diambil/disedot keluar (delusion of withdrawal)

3. Pikirannya dipengaruhi orang lain (delusion of insertion)

4. Pikirannya disiarkan keluar (delusion of broadcasting)

5. Perasaannya dibuat orang lain

6. Kemauannya dipengaruhi orang lain

7. Dorongannya dikuasai orang lain

8. Halusinasi/ilusinya dipengaruhi oleh wahamnya

ETIOLOGI

Etiologi Skizofrenia Hebefrenik pada umumnya sama seperti etiologi

skizofrenia lainnya. Dibawah ini beberapa etiologi yang sering ditemukan:

Faktor Predisposisi

Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon

neurobiologi seperti pada harga diri rendah antara lain:

Faktor Genetis, telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia diturunkan

melalui kromosom-kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang ke berapa menjadi

faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.

Diduga letak gen skizofrenia ada dikromosom no. 6 dengan kontribusi genetik

tambahan no. 4, 8, 15 dan 22. Anak kembar identik memiliki kemungkinan

mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia,

sementara jika dizigot peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu

orang tuanya mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya

skizofreia maka peluangnya menjadi 35%.

Page 5: borang hebefrenik

Faktor Neurologis Ditemukan bahwa korteks prefrotal dan korteks limbik pada

klien skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada klien

skizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.

Neurotransmiter yang ditemukan tidak normal khususnya dopamine, serotonine,

dan glutamat.

Studi Neurotransmiter Skizofrenia diduga juga disebkan oleh adanya

ketidakseimbangan neurotransmiter dopamine yang berlebihan.

Teori Virus Paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan dapat menjadi

factor predispossisi skizofrenia.

Psikologis Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi

skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu pencemas, terlalu

melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak

dengan anaknya.

Factor Prespitasi Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :

Berlebihannya proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses

informasi di thalamus dan frontal otak.

Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu.

Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan

perilakufaktor Prespitasi

Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :

Berlebihannya proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima dan memproses

informasi di thalamus dan frontal otak.

Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu.

Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku.

TANDA DAN GEJALA

Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase

prodromal, fase aktif dan fase residual.

Fase prodromal biasanya timbul gejala gejala  non spesifik yang lamanya

bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas.

Page 6: borang hebefrenik

Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan

waktu luang dan fungsi perawatan diri.  Perubahan perubahan ini akan mengganggu

individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan “orang ini

tidak seperti yang dulu”. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.

Fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku

katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua

individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala

tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan.

Fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi

gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada

ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa

gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif

(atensi, konsentrasi, hubungan sosial).

Pada Skizofrenia Hebefrenik kita dapat melihat tanda dan gejala yang khas,

antara lain;

1. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa

maksudnya.

2. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketolol-tololan.

3. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas

diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.

4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu

kesatuan.

5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai

satu kesatuan.

6. Gangguan proses berfikir

7. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan

aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk

menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial

Gejala-gejala pencetus respon biologis :

Page 7: borang hebefrenik

Kesehatan: nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian,

kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan

untuk menjangkau layanan kesehatan.

Lingkungan: lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga, kehilangan

kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran

berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan

kerja, stigmasisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan

mendapatkan pekerjaan.

Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan

kendali diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala

tersebut, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun

kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan,

ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan gejala.

Beberapa tanda dan gejala yang paling sering ditemukan pada pasien-pasien

Skizofrenia Hebefrenik adalah,

Waham; yaitu suatu keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan latar

belakang sosial budaya serta pendidikan pasien, namun dipertahankan oleh pasien

dan tidak dapat ditangguhkan.

Halusinasi; gangguan persepsi ini membuat pasien skizofrenia dapat melihat

sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada sumbernya. Halusinasi yang sering

terdapat pada pasien adalah halusinasi auditorik (pendengaran). Terkadang juga

terdapat halusinasi penglihatan dan halusinasi perabaan.

Siar pikiran, yaitu pasien merasa bahwa pikirannya dapat disiarkan melalui alat-

alat bantu elektronik atau merasa pikirannya dapat dibaca oleh orang lain. Terkadang

pasien dapat mengatakan bahwa dirinya dapat berbincang-bincang dengan penyiar

televisi maupun radio. Beberapa pasien juga mengatakan pikirannya dimasuki oleh

pikiran atau kekuatan lain atau ditarik/diambil oleh kekuatan lain.

PSIKOFISIOLOGI

1. Tahapan halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa.

a. Tahap Comforting

Page 8: borang hebefrenik

Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa,

klien biasanya mengkompensasikan stresornya dengan koping imajinasi

sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.

b. Tahap Condeming

Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi

selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila

orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul

perilaku menarik diri (withdrawal).

c. Tahap Controling

Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul

tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien

susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien

merasa sangat kesepian atau sedih.

d. Tahap Conquering

Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak

diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku

suicide.

2. Waham

Kelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yg

umumnya menetap dan kadang-kadang bertahan seumur hidup. Waham dapat

berupa waham kejaran, hipokondrik, kebesaran, cemburu, tubuhnya dibentuk

secara abnormal,merasa dirinya bau dan homoseks. Tidak dijumpai gangguan

lain, hanya depresi bisa terjadi secara intermitten. Onset biasanya pada usia

pertengahan, tetapi kadang-kadang yang berkaitan dengan bentuk tubuh yang

salah dijumpai pada usia muda. Isi waham dan waktu timbulnya sering

dihubungkan dengan situasi kehidupan individu, misalnya waham kejaran pada

kelompok minoritas. Terlepas dari perbuatan dan sikapnya yang berhubungan

dengan wahamnya, afek dan pembicaraan dan perilaku orang tersebut adalah

normal.Waham ini minimal telah menetap selama 3 bulan

Page 9: borang hebefrenik

DIAGNOSIS

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia ;

Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau

dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri

(solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis. Untuk

diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu

selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas

berikut ini memang benar bertahan : Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak

dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri

(solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan; 

Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh

cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-

absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai

(grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan

hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases); 

Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta

inkoheren. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir

umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak

menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan

kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran

ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku

tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu

preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema

abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien. Menurut

DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.

PENATALAKSANAAN

Terapi Somatik (Medikamentosa)

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut

antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola

fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis

antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang

Page 10: borang hebefrenik

benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang

lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk mengobati

Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu :

antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).

TIPIKAL

Untuk gejala positif

Extra pyramidal syndrome +++

Murah

ATIPIKAL

Untuk gejala positif dan

negatif

Extra pyramidal syndrome

Minimal

Mahal

DOSIS EFEKTIFITAS TINGGI

Sebagai Antiagitasi

Psiko motor yang meningkat

DOSIS EFEKTIFITAS RENDAH

Perbaikan afek emosi,

kemauan , persepsi

Contoh obat dosis efektif tinggi (D.E.T)

Chlorpromazine (tipikal)

Thioridazine (tipikal)

Clozapine (atipikal)

Quetiapine (atipikal)

Olanzapine (atipikal)

Aripiprazole (atipikal)

Contoh obat dosis efektif rendah (D.E.R)

Haloperidol (tipikal)

Risperidone (atipikal)

Flufenazine (tipikal)

Trifluoperazine (tipikal)

a. Antipsikotik Konvensional

Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik

konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering

menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional

antara lain :

Page 11: borang hebefrenik

1. Haldol (haloperidol)

2. Mellaril (thioridazine)

3. Navane (thiothixene)

4. Prolixin (fluphenazine)

5. Stelazine ( trifluoperazine)

6. Thorazine ( chlorpromazine)

7. Trilafon (perphenazine)

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik

konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical

antipsycotic.

Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama,

pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat

menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti.

Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik

konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler.

Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting)

dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot

formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan

secara perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan pada

newer atypic antipsycotic.

b. Newer Atypcal Antipsycotic

Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip

kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan

dengan antipsikotik konvensional.

Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain

Risperdal (risperidone)

Seroquel (quetiapine)

Zyprexa (olanzopine)

Page 12: borang hebefrenik

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-

pasien dengan Skizofrenia.

c. Clozaril

Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal

yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon

(berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril

memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus

yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang

berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus

memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli

merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat

antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.

CARA PENGGUNAAN

Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis)

yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping sekunder.

Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang

dominan dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis

ekivalen.

Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis

yang

Sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat

psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis

ekivalennya dimana profil efek samping belum tentu sama.

Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat

antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek

sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping

(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu

Page 13: borang hebefrenik

Kualitas hidup pasien

Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai

mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2

minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu

(stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu dosis maintanance dipertahankan 6 bulan

sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu) tapering off (dosis

diturunkan tiap 2-4 minggu) stop

Untuk pasien dengan serangan sindroma psikosis multi episode terapi

pemeliharaan dapat diberikan palong sedikit selama 5 tahun.

Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah

dosis terakhir yang masih mempunyai efek klinis.

Pada umumnya pemberian obat psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan

sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis

reaktif singkat penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam

kurun waktu 2 minggu - 2bulan.

Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun

diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat

kecil sekali.

Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound yaitu:

o Gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain.

Keadaan ini akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi

sulfas atrofin 0,25 mg IM dan tablet trihexypenidil 3x2 mg/hari)

Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang tidak

mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi

oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru

ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan. Pambarian anti psikosis long acting hanya

untuk terapi stabilisasi danpemeliharaan terhadap kasus skizofrenia.

Penggunaan CPZ (Chlorpromazine) injeksi sering menimbulkan hipotensi

ortostatik pada waktu peubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade).

Tindakan mengatasinya dengan injeksi noradrenalin (effortil IM)

PEMILIHAN OBAT UNTUK EPISODE (SERANGAN) PERTAMA

Newer atypical antipsycoic merupakan terapi pilihan untuk penderita

Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan

resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah.

Page 14: borang hebefrenik

Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai

bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan

obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2

kali lebih lama pada Clozaril)

PEMILIHAN OBAT UNTUK KEADAAN RELAPS (KAMBUH)

Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu, sangat

penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat.

Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan

oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah

obat untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya

lebih rendah.

Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat

mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4

minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya.

Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat

sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan

obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan

newer atipycal antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan

antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja

bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.

PENGOBATAN SELAMA FASE PENYEMBUHAN

Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun

setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang berhenti

minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli

merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat

antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien

yang menderita Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada

episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa

penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin

beratnya penyakit.

EFEK SAMPING OBAT-OBAT ANTIPSIKOTIK

Page 15: borang hebefrenik

Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang

lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul.

Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan

antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut

juga Efek samping Ekstra Piramidal (EPS). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih

lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap

waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat

timbul adalah tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat

memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat

antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.

Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana

terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial

grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan

menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang

menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter

biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.

Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi

seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-

obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis

efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek

sampingnya lebih sedikit.

Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang

memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik

atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.

Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant

syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat

menimbulkan komplikasi berupa demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini

membutuhkan penanganan yang segera.

TERAPI PSIKOSOSIAL

a. Terapi perilaku

Page 16: borang hebefrenik

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan

sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri

sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah

didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang

diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan demikian,

frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang,

berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

b. Terapi berorintasi-keluarga

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan

dalam keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali seringkali

mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap

hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam

terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya.

Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak

saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu

cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang

sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.-Ahli

terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi

terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi

keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol,

penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi

keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

c. Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,

masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi

secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif.

Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa

persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang

memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya

paling membantu bagi pasien skizofrenia.

d. Psikoterapi individual

Page 17: borang hebefrenik

Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam

pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan

menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi

bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang

dialami pasien. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli

terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi

seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.

----Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan

di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit

dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap

keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan,

atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan

rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap

kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan

penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi

persahabatan yang berlebihan adalah

tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan,

manipulasi, atau eksploitasi.

PERAWATAN DI RUMAH SAKIT (HOSPITALIZATION)

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,

menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau

membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi

kebutuhan dasar.

Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan

efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan

penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter

harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang

skizofrenia.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu

mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit

tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan

Page 18: borang hebefrenik

rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke

arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan

sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan

fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan

keluarga pasien kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.

PROGNOSIS

Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe

lainnya, prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25%

pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat

prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah

pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada

diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi

dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia

1. Keluarga 

Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari keluarganya.

jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami Skizofrenia dengan orang

yang normal, karena orang yang mengalami gangguan Skizofrenia mudah

tersinggung.

2. Inteligensi

Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi

akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah.

3. Pengobatan

Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil pasien

(kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi

mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai dengan efek

merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien skkizofrenia perlu di beri

obat Risperidone serta Clozapine.

4. Reaksi Pengobatan

Page 19: borang hebefrenik

Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap obat

lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi terhadap

pemberian obat.

5. Stressor Psikososial

Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan

mempunayi dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat

diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor datangnya

dari luar individu dan bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir maka

prosgnosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.

6. Kekambuhan

penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.

7. Gangguan Kepribadian

Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan sulit

disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat besar

terhadap kesembuhan.

8. Onset

Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang

lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih

baik.

9. Proporsi

Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai

prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak

proporsional.

10.Perjalanan penyakit

Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal prognosisnya

lebih baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.

11.Kesadaran

Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal

inilah yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

Page 20: borang hebefrenik

Prognosis Baik Prognosis Buruk

Onset lambat

Faktor pencetus yang jelas

Onset akut

Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan

premorbid yang baik

Gejala gangguan mood (terutama

gangguan depresif)

Menikah

Riwayat keluarga gangguan mood

Sistem pendukung yang baik

Gejala positif

Onset muda

Tidak ada factor pencetus

Onset tidak jelas

Riwayat social dan pekerjaan

premorbid yang buruk

Prilaku menarik diri atau autistic

Tidak menikah, bercerai atau

janda/ duda

Sistem pendukung yang buruk

Gejala negatif

Tanda dan gejala neurologist

Riwayat trauma perinatal

Tidak ada remisi dalam 3 tahun

Banyak relaps

Riwayat penyerangan

Page 21: borang hebefrenik

DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis F.Willy dan Maramis A.Albert, 2009. Gangguan Disosiatif ( Konversi ). In :

Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Editor: Kampus C Unair, JL. Mulyorejo

Surabaya.

2. Maslim, Rusdi dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan dari

PPDGJ III Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya, Jakarta, 2001.

3. Lumbantobing. (2007). Skizofrenia - gila. Jakarta: Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

4. Kaplan and Sadock, 2010. Epidemiologi. In: Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2.

Editor Edisi Bahasa Indonesia: dr. Husny Muttaqin, dr. Retna Neary Elseria

Sihombing. Jakarta

5. Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. PT Nuh Jaya Jakarta.

6. First M.B, Tasman A Schizophrenia and Other Psychotic Disorders In:.Clinical

Guide To The Diagnosis And Treatment Of Mental Disorders. 2006 John Wiley &

Sons.

7. http://id.wikipedia.org/wiki/Ego