Top Banner
Dari Sudut Pandang Ketenagakerjaan ERVIN JONGGURAN MARAJOHAN, SE, M.Si., Ak.
18

Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

Jan 07, 2017

Download

Data & Analytics

ervinjmb
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

Dari Sudut Pandang Ketenagakerjaan

ERVIN JONGGURAN MARAJOHAN, SE, M.Si., Ak.

Page 2: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

PELUANGBENCANA

Working age population (15-64 Thn) The Dependent Population (0-14 Thn & 65+ Thn)

Dependency Ratio

Sumber : Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo (2012)

DETERMINAN

Kesempatan Kerja

(Kuantitas & Kualitas)

Kualitas Angkatan Kerja

(Pendidikan & Keterampilan)

Page 3: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

Population by Age and Sex, Indonesia Census 1980

Not Stated

85 +

80 - 84

75 - 79

70 - 74

65 - 69

60 - 64

55 - 59

50 - 54

45 - 49

40 - 44

35 - 39

30 - 34

25 - 29

20 - 24

15 - 19

10 - 14

5 - 9

0 - 4

Ag

e G

rou

p

05101520

Percentage

0 5 10 15 20

Percentage

Male Female

Population by Age and Sex, Indonesia Census 1980

Not Stated

85 +

80 - 84

75 - 79

70 - 74

65 - 69

60 - 64

55 - 59

50 - 54

45 - 49

40 - 44

35 - 39

30 - 34

25 - 29

20 - 24

15 - 19

10 - 14

5 - 9

0 - 4

Ag

e G

rou

p

05101520

Percentage

0 5 10 15 20

Percentage

Male Female

Population by Age and Sex,Indonesia Census 2000

75+

70-74

65-69

60-64

55-59

50-54

45-49

40-44

35-39

30-34

25-29

20-24

15-19

10-14

5-9

0-4

Ag

e G

rou

p

05101520

Percentage

0 5 10 15 20

Percentage

Male Female

Population by Age and Sex,Indonesia Census 2000

75+

70-74

65-69

60-64

55-59

50-54

45-49

40-44

35-39

30-34

25-29

20-24

15-19

10-14

5-9

0-4

Ag

e G

rou

p

05101520

Percentage

0 5 10 15 20

Percentage

Male FemaleMale Female

75+

70-74

65-69

60-64

55-59

50-54

45-49

40-44

35-39

30-34

25-29

20-24

15-19

10-14

5-9

0-4

Ag

e G

rou

p

05101520

Percentage

0 5 10 15 20

Percentage

Male Female

Population by Age and Sex,Indonesia 2020

75+

70-74

65-69

60-64

55-59

50-54

45-49

40-44

35-39

30-34

25-29

20-24

15-19

10-14

5-9

0-4

Ag

e G

rou

p

05101520

Percentage

0 5 10 15 20

Percentage

Male FemaleMale Female

Population by Age and Sex,Indonesia 2020

75+

70-74

65-69

60-64

55-59

50-54

45-49

40-44

35-39

30-34

25-29

20-24

15-19

10-14

05-9

0-4

05101520

Percentage

0 5 10 15 20

Percentage

Males

Ag

e G

rou

p

Male Female

Population by Age and Sex,Indonesia 2030

75+

70-74

65-69

60-64

55-59

50-54

45-49

40-44

35-39

30-34

25-29

20-24

15-19

10-14

05-9

0-4

05101520

Percentage

0 5 10 15 20

Percentage

Males

Ag

e G

rou

p

Male FemaleMale Female

Population by Age and Sex,Indonesia 2030

Sumber : SP 1961, SP 1980, SP 2000, SP 2010, Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, BPS

85 +

80 - 84

75 - 79

70 - 74

65 - 69

60 - 64

55 - 59

50 - 54

45 - 49

40 - 44

35 - 39

30 - 34

25 - 29

20 - 24

15 - 19

10 - 14

5 - 9

0 - 4

Ag

e G

rou

p

05101520

Percentage

0 5 10 15 20

Percentage

Population by Age and Sex,

Indonesia Census 1961

Male Female

85 +

80 - 84

75 - 79

70 - 74

65 - 69

60 - 64

55 - 59

50 - 54

45 - 49

40 - 44

35 - 39

30 - 34

25 - 29

20 - 24

15 - 19

10 - 14

5 - 9

0 - 4

Ag

e G

rou

p

05101520

Percentage

0 5 10 15 20

Percentage

Population by Age and Sex,

Indonesia Census 1961

Male FemaleMale Female

Page 4: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

55,02

44,98

0 20 40 60 80 100

The Working Age Population

The Dependent Population

68,08

31,92

0 20 40 60 80 100

The Working Age Population

The Dependent Population

82

47

Sumber : Population Trends in Indonesia,

Widjojo Nitisastro, 1970Sumber : Indonesia Population Projection,

BPS, 2013

Page 5: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

0

10

20

30

40

50

60

70

80

9019

50

1955

1960

1965

1970

1975

1980

1985

1990

1995

2000

2005

2010

2015

2020

2025

2030

2035

2040

2045

2050

Pers

enta

se

Tahun

Bonus demografi dan jendela peluang

Muda

Lansia

Dependency Ratio

Jendela peluang

Sumber : Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo (2012) dan Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, BPS (2013)

Page 6: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

Provinsi 2010 2015 2020 2025 2030 2035Aceh 56,3 54,8 53,6 50,8 47,9 45,8Sumatera Utara ** 58,0 56,3 55,3 53,6 51,7 50,8Sumatera Barat ** 57,7 55,8 54,8 53,6 51,7 50,6Riau 54,1 51,5 49,7 48,4 47,1 46,6

Jambi 50,8 47,3 44,5 43,3 42,7 42,7Sumatera Selatan 51,3 49,7 48,4 47,3 45,8 45,3

Bengkulu 51,3 47,9 46,2 44,9 44,3 44,5Lampung 51,1 49,5 48,6 47,3 45,6 45,3

Kep. Bangka Belitung * 48,6 46,2 44,9 44,3 43,3 43,1Kepulauan Riau * 46,8 49,7 46,4 41,8 38,1 37,9

DKI Jakarta * 37,4 39,9 42,0 42,2 40,1 39,5Jawa Barat * 49,9 47,7 46,4 46,4 46,2 46,6

Jawa Tengah 49,9 48,1 47,7 48,4 49,9 51,7DI Yogyakarta * 45,8 44,9 45,6 46,8 47,7 48,4

Jawa Timur * 46,2 44,3 43,9 44,3 46,2 48,4Banten * 48,6 46,4 45,3 43,9 41,8 41,0

Bali * 47,3 45,6 43,3 42,2 43,3 45,8N T B 55,8 53,8 52,2 50,2 48,6 48,1

N T T ** 70,6 66,7 63,4 62,1 61,6 61,6Indonesia 50,5 48,6 47,7 47,2 46,9 47,3

Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, BPS (2013)

Page 7: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

Provinsi 2010 2015 2020 2025 2030 2035

Kalimantan Barat 52,7 50,8 49,7 48,8 47,3 46,6

Kalimantan Tengah 50,4 46,2 43,3 41,4 40,3 39,9

Kalimantan Selatan * 49,3 48,6 47,7 46,2 44,7 44,7

Kalimantan Timur * 48,6 46,2 44,5 43,7 43,1 43,5

Sulawesi Utara * 47,9 46,6 46,4 46,8 47,3 48,4

Sulawesi Tengah 52,7 50,6 49,7 49,5 48,6 48,6

Sulawesi Selatan 56,0 52,9 51,3 50,4 49,5 49,7

Sulawesi Tenggara ** 63,4 60,5 58,0 54,6 52,7 51,5

Gorontalo 51,7 48,6 47,5 47,7 47,7 47,9

Sulawesi Barat ** 60,5 56,0 53,8 52,7 51,5 51,1

Maluku ** 63,1 59,7 58,2 57,5 55,8 54,3

Maluku Utara ** 61,3 58,5 56,0 53,4 51,5 50,8

Papua Barat 53,6 49,9 47,1 45,3 44,3 43,7

Papua 53,8 47,5 43,7 42,0 41,6 42,2

Indonesia 50,5 48,6 47,7 47,2 46,9 47,3

Sumber : Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, BPS (2013)

Catatan :* Selalu mengalami Bonus Demografi** Tidak mengalami Bonus Demografi

Page 8: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

PROFIL KETENAGAKERJAAN UMUM INDONESIA

Penduduk Usia Kerja186.100.917

Angkatan Kerja122.380.021

(65,76%)

Bukan Angkatan Kerja

63.720.896 (34,24%)

Bekerja114.819.199

(93,82%)

Penganggur Terbuka

7.560.822 (6,18 %)

Sedang Bekerja112.842.686

(98,28%)

Sementara Tidak Bekerja

1.976.513 (1,72%) Mencari Pekerjaan6.158.747 (81,46%)

Mempersiapkan Usaha

167.843 (2,22%)

Putus asa/ Merasa tidak

Mungkin Mendapatkan

Pekerjaan894.397 (11,83%)

Sudah Punya Pekerjaan,

tetapi Belum Mulai Bekerja

339.835 (4,49%)Bekerja Tidak Penuh (< 35 jam/minggu)

34.312.898 (30,41%)

Bekerja Penuh(>= 35 jam/minggu)

78.529.788 (69,59%)

Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2015, Diolah Pusdatinaker (Desember 2015)

< SD : 50.83 (44,27%)SMP : 20.70 (18,03%)SMA : 19.81 (17,25%)SMK : 10.84 ( 9,44%)DIPLOMA I/II/III : 3.08 ( 2,68%)UNIVERSITAS : 9.56 ( 8,33%)

< SD : 52.26 ( 42,70%)SMP : 22.07 (18,04%)SMA : 22.09 (18,05%)SMK : 12.41 (10,14%)DIPLOMA I/II/III : 3.31 ( 2,72%)UNIVERSITAS : 10.21 ( 8,35%)

<SD : 1.43 ( 18,92%)SMP : 1.37 (18,12%)SMA : 2.28 ( 30,16%)SMK : 1.57 (20,77%)DIPLOMA I/II/III : 0.26 ( 3,43%)UNIVERSITAS : 0.65 ( 8,60%)

Page 9: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

LEVEL of EDUCATION

KOREA SELATAN

1992INDONESIA

2013

PRIMARY(SD kebawah)

43,60 45,57

SECONDARY(SMP, SMA, SMK)

40,20 47,14

TERTIARY(DIPLOMA, S-I, S-2, S-3)

16,20 7,29

Sumber : WORLD BANK, 2016 ; SAKERNAS AGUSTUS 2013, BPS

Page 10: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

43,58 juta penduduk usia kerja muda (15-24 Thn)

20,34 juta diantaranya telah masuk angkatan kerja

22,59% (4,6 juta) diantaranya menganggur

45,42% (9,24 juta) berpendidikan rendah (SMP kebawah) dantidak siap kerja

29,77% yang bekerja under-employed (dibawah jam kerjanormal)

43,22% (6,8 jt) bekerja di sektor informal*

Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2015, diolah Pusdatinaker (Juli 2016)

Catatan:

* definisi kegiatan formal-informal menggunakan kombinasi status pekerjaan utama dengan jenis pekerjaan utama

Page 11: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

Lebih dari separuh pekerja (57,07%) hanya menjadi operator dan perakit.

0,06% dalam posisi managerial 2,06% dalam posisi professional 2,96% diserap sebagai Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha

dan Tenaga Ybdi. 12,27% sebagai Tenaga Produksi, Operator Alat Angkutan, dan

Pekerja Kasar 18,67% sebagai Tenaga Usaha (Penjualan, jasa dan pertanian)

Sumber : BPS, Sakernas Agustus 2015, diolah Pusdatinaker (Juli 2016)

Page 12: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

YANG BELUM

BEKERJA,

BISA BEKERJAYANG

SUDAH BEKERJA,

TETAP BEKERJA

ANGKATAN KERJAPeningkatan Kualitas

Page 13: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

Perencanaan

SpasialR T K N

GOOD

GOVERNMENT

RULE of LAW

EFFICIENCY

ACCOUNTABILITY

O T D A

ASING,

SWASTA,

&

SEKTORAL

KESEMPATAN

KERJA

PRODUKTIF &

REMUNERATIF

Perenc. Pemb.

Berbasis Wilayah

Pusat Pertumbuhan

Potensi Unggulan

Wilayah

Target Penciptaan

Kesempatan Kerja

Proyeksi Supply

Tenaga Kerja

Page 14: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

1. Percepatan Penetapan Standar Kompetensi Seluruh Sektor (K/L)dengan menyusun rencana induk pengembangan standarkompetensi, peta kompetensi, standar kompetensi danpemaketan Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (KKNI);

2. Percepatan Akreditasi Lembaga Pelatihan;

3. Percepatan Penerapan Pelatihan Berbasis Kompetensi di BLKdengan mendorong semua lembaga pelatihan untukmenerapkan pelatihan berbasis kompetensi mengacu padakualifikasi dan okupasi;

4. Percepatan Sertifikasi Tenaga kerja dan lulusan pelatihandengan mendorong BNSP untuk membangun infrastruktursertifikasi di setiap daerah.

5. Pengendalian Tenaga Kerja Asing (TKA)

Page 15: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

Pembinaan dan Pengendalian

SKKNIPengembagan Standar

Penerapan Standar

HarmonisasiStandardisasi

Lisensi LSP

Pemberlakuan

Sertifikasi Kompetensi SDM

Profesional

Kompeten

Kompetitif

Notifikasi

Kerjasama

MRA

Akreditasi LDP

Pelatihan berbasis kompetensi

INDONESIA* MALAYSIA**

JUMLAH SKKNI*/ NOSS** 523 2.734

* Sumber : Ditjen Binalattas Kemnaker, 2015** Sumber : Kementerian Sumber Manusia Malaysia, 2015

Catatan :

Page 16: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

1. Istilah bonus demografi mengandung kalkulasi ekonomik yang demikian kuat,

sehingga perbincangan mengenai ini tentu saja merupakan perbincangan

asumsi ekonomi yang “mestinya” dapat diraih negara, kendati tentu saja

“kesemestian” itu belum tentu pasti terwujud. Ini penting diingatkan agar kita

tidak terlena dengan janji atau mimpi bonus demografi itu.

2. Bonus demografi Indonesia disebut-sebut akan terjadi pada periode tahun

2010-2035, yang berarti sedang berlangsung. Tetapi saat ini, kita masih harus

berhadapan dengan persoalan klasik pendidikan angkatan kerja yang sangat

rendah, produktivitas yang rendah, kesempatan kerja (berkualitas) yang minim,

serta angka pengangguran yang relatif masih tinggi.

3. Dominannya angkatan kerja yang hanya lulusan SD (42,7 persen pada 2015),

sedangkan lulusan diploma dan sarjana kurang dari 11 persen merupakan

masalah serius lainnya. Terkait poin ini, penting pula untuk diingatkan bahwa

kekuatan penduduk dalam konteks ekonomi sangat ditentukan oleh tingkat

produktivitas. Itu sebabnya, sedikit penduduk dengan produktivitas yang

tinggi seringkali lebih baik daripada banyak penduduk dengan produktivitas

rendah.

Page 17: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)

4. Angkatan kerja yang besar namun dengan pendidikan dan keterampilan yang

rendah akan sulit mewujud menjadi bonus yang sesungguhnya bagi

pembangunan ekonomi sebuah bangsa. Disinilah pentingnya pendidikan dan

keterampilan.

5. Angkatan Kerja terdidik dan terampil pun akan menjadi masalah jika tidak

tersedia lapangan kerja yang cukup bagi mereka, kecuali kalau kebijakan

negara dapat mentransformasikan mereka menjadi pekerja migran di

mancanegara. Disinilah pentingnya ketersediaan kesempatan kerja yang

berkualitas.

6. Kalau masalah-masalah ini tidak dapat diatasi, maka bonus demografi bukan

tidak mungkin akan berubah menjadi badai demografi, berupa meningkatnya

kerawanan sosial yang melibatkan usia produktif yang tidak dapat

menyalurkan potensi produktivitasnya lantaran menganggur, tidak memiliki

keterampilan yang dibutuhkan lapangan kerja yang ada. Maraknya aksi

kekerasan yang melibatkan populasi usia produktif akhir-akhir ini mesti dilihat

sebagai ekses negatif tidak tersalurnya hasrat produktivitas mereka secara

benar dan bernilai ekonomi.

Page 18: Bonus demografi dari sudut pandang ketenagakerjaan (2016)