Top Banner
BLENDED LEARNING Terampil Memadukan Keunggulan Pembelajaran Face-to-face, E-learning Offline- Online dan Mobile Learning HUSAMAH, S.Pd.
37

BLENDED LEARNING - UMM

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BLENDED LEARNING - UMM

BLENDED

LEARNING

Terampil Memadukan Keunggulan

Pembelajaran Face-to-face, E-learning Offline-

Online dan Mobile Learning

HUSAMAH, S.Pd.

Page 2: BLENDED LEARNING - UMM
Page 3: BLENDED LEARNING - UMM
Page 4: BLENDED LEARNING - UMM

Katakanlah: “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta

untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-

kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).”

(QS. al-Kahfi: 109).

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi

ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

(QS. al-Mujadilah: 11).

“Sebelum kedua telapak kaki seseorang menetap di hari kiamat akan ditanyakan tentang empat hal lebih

dulu: pertama tentang umurnya untuk apa dihabiskan, kedua tentang masa mudanya untuk

apakah dipergunakan, ketiga tentang hartanya dari mana diperoleh dan untuk apakah dibelanjakan, dan keempat ilmunya, apa saja yang ia amalkan dengan

ilmunya itu.” (HR. Bukhari-Muslim).

”Saya persembahkan buku ini, dan karya-karya saya yang lainnya untuk insan-

insan pencerah peradaban, para pendidik di seluruh Indonesia. Semoga karya kecil

ini mampu menginspirasi Indonesia”

--Husamah--

Page 5: BLENDED LEARNING - UMM

KATA PENGANTAR

Kita semua menyadari dan merasakan bahwa saat ini dunia bergerak

cepat menuju terbentuknya suatu masyarakat berbasis sains (science-

based society), kegiatan bisnis berbasis ilmu pengetahuan (knowledge

based business enterprises), dan terwujudnya suatu budaya baru

berlandaskan Ipteks terutama teknologi informasi dan komunikasi (TIK)

atau dikenal juga dengan information and communication technology

(ICT) yang dengan wujud utamanya adalah internet.

Sementara itu, di lain sisi kita pun sepakat bahwa pilar utama daya

saing bangsa adalah human capital atau sumber daya manusia (SDM) dan

inovasi serta penguasaan teknologi. Faktanya, masalah SDM yang rendah

menyebabkan proses pembangunan yang selama ini berjalan kurang

didukung oleh produktivitas dan kualitas tenaga kerja yang memadai.

Oleh karena itu apabila kita tidak segera bertindak, maka era mendatang

akan tetap didominasi oleh pihak-pihak lain, negara dan bangsa-bangsa

yang secara konsisten mengandalkan pembangunannya pada

kemampuan SDM yang menguasai ipteks, serta memelihara keberlanjutan

kegiatan-kegiatan riset, pengembangan dan perekayasaan melalui

pendidikan berbasis ICT.

Salah satu bentuk upaya perbaikan kualitas pembelajaran adalah

dengan adanya penggunaan ICT (misalnya internet) untuk mendukung

sistem pembelajaran konvensional. Penggunaan ICT dilakukan mislanya

seperti pada penghimpunan data, dimana komputer mengolah dan

memobilisasi data serta dapat mendukung para pengajar dalam aktivitas

keseharian pembelajaran, memperbaiki efektivitas dan efisiensi proses

pembelajaran, serta membantu dalam pencapaian tujuan-tujuan

pembelajaran. Pembelajaran yang didukung oleh ICT akan menciptakan

situasi dan lingkungan bagi peserta didik yang dapat menstimulasi

kemampuan untuk berkreasi dan berinovasi. Keterlibatan kreasi dan

inovasi dalam dunia ICT mensyaratkan kemampuan penguasaan

teknologi ICT yang baik, sehingga menuntut peserta didik untuk

meningkatkan dan memperbaharui (update) keterampilan yang dimiliki.

Menjawab berbagai tantangan di atas maka lahirlah win-win

solution beruapa Blended learning. Pada Blended learning, fungsi

pembelajaran elektronik atau berbasis internet terhadap kegiatan

pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction) adalah sebagai

Page 6: BLENDED LEARNING - UMM

komplemen (pelengkap). Dikatakan berfungsi sebagai komplemen

(pelengkap) karena materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk

melengkapi materi pembelajaran yang diterima mahasiswa di dalam

kelas. Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik

diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) atau

remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

konvensional.

Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai enrichment,

apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat

menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara

tatap muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi

pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan

untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat

penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan

pengajar di dalam kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila

kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi

pelajaran yang disajikan pengajar secara tatap muka di kelas (slow

learners) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi

pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk

mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami

materi pelajaran yang disajikan pengajar di kelas.

Blended learning merupakan solusi jitu dalam upaya perbaikan

pembelajaran karena sebagaimana menurut Lewis (2002) satu hal yang

perlu ditekankan dan dipahami adalah bahwa e-learning tidak dapat

sepenuhnya menggantikan kegiatan pembelajaran konvensional di kelas.

e-Learning dapat menjadi partner atau saling melengkapi dengan

pembelajaran konvensional di kelas. E-learning bahkan menjadi

komplemen besar terhadap model pembelajaran di kelas atau sebagai

alat yang ampuh untuk program pengayaan. Sekalipun diakui bahwa

belajar mandiri merupakan basic thrust kegiatan pembelajaran elektronik,

namun jenis kegiatan pembelajaran ini masih membutuhkan interaksi

yang memadai sebagai upaya untuk mempertahankan kualitasnya.

Implementasi Blended learning menjadi jalan keluar yang tepat atas

berbagai kritik kekurangan e-learning yang mengatakan bahwa “di

samping daerah jangkauan kegiatan e-learning yang terbatas (sesuai

dengan ketersediaan infrastruktur), frekuensi kontak secara langsung

antarsesama peserta didik maupun antara peserta didik dengan nara

Page 7: BLENDED LEARNING - UMM

sumber atau pengajar sangat minim, demikian juga dengan peluang

peserta didik yang terbatas untuk bersosialisasi.

Penggabungan berbagai keunggulan pembelajaran berbasis

internet (e-learning online), berbasis multimedia (e-learning offline) dan

pemanfaatan teknologi mobile (mobile learning) dengan pembelajaran

tatap muka (face-to-face) pada akhirnya diharapkan meningkatkan

kreativitas peserta didik. Kreativitas menjadi sangat penting, oleh karena

itu misi lembaga pendidikan adalah mendidik generasi bangsa kelak

menjadi manusia-manusia yang kreatif dan inovatif.

Buku yang hadir di tangan Anda ini mengupas secara lengkap dan

terperinci tentang Blended learning. Bab 1 akan memperkenalkan kepada

pembaca apa itu Blended Learning. Bab 2 membahas Face-to-face

sebagai komponen pertama Blended learning. Selanjutnya Bab 3

menguraikan E-learning Offline sebagai komponen kedua. Sementara itu

Bab 4 membahas E-learning Online sebagai komponen ketiga Bab 5

menguraikan secara lengkap Mobile Learning sebagai komponen

keempat. Tidak lupa pada Bab 6 diberikan contoh implementasi Blended

learning pada setiap jenjang pendidikan.

Terselesaikannya buku ini pastilah sedikit banyak

didorong/didukung oleh banyak pihak. Pertama, tentu segala puja dan

puji hanya untuk Allah SWT, karena atas perkenan-Nya jualah sehingga

penulisan buku ini dapat terselesaikan. Terima kasih yang sebesar-

besarnya kami sampaikan kepada Rektor dan Pembantu Rektor

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), jajaran Dekanat dan civitas

akademika FKIP UMM, Keluarga Besar Prodi Pendidikan Biologi FKIP-UMM

dan Tim Creativity and Innovation Center UMM yang selalu memberikan

ruang untuk meningkatkan kualitas dan aktualisasi diri.

Kepada para guru/dosen kami sejak TK, SD, SMP, SMA, S1 hingga S2

(di Pendidikan Biologi UMM dan Pendidikan Biologi Pascasarjana UM)

kami sampaikan penghargaan dan terima kasih atas kesabaran dan

keistiqomahannya mendidik serta memberikan pencerahan. Tentu, tidak

lupa saya menyampaikan terima kasih kepada istriku Yanur Setyaningrum,

S.Pd. M.Pd. yang telah setia menemani hidup dalam suka dan duka dan

sang mentari kecilki, putriku tercinta, Cyra Azalia Aufaa yang selalu

memberikan keceriaan setiap waktu. Rasa terima kasih tentu harus pula

kami sampaikan kepada keluarga besar yang selalu mendoakan, keluarga

besar Bapak Moh. Irham dan keluarga besar Bapak Suroto Ali Purwoko.

Terima kasih pula atas dukungan dari keluarga, sahabat dan pihak-

pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Khusus untuk

pasukan tempur, para dosen muda FKIP-UMM, Rina Wahyu S., Dyah

Page 8: BLENDED LEARNING - UMM

Worowirastri E., Bustanol Arifin, Erna Yayuk, Purwati Anggraeni, Arina R.,

Minatun Nadlifah, dan teman-teman yang lain, terima kasih atas

kekompakan dan inspirasinya. Secara khusus kami mengucapkan terima

kasih kepada Penerbit Prestasi Pustakaraya, direktur, editor, dan staf serta

distributor yang telah bersedia menerbitkan dan mengedarkan kamus dan

buku-buku kami sehingga sampai ke tangan pembaca.

Akhirnya, terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang

menjadi sumber inspirasi kamus ini yang tidak mungkin kami sebutkan

satu persatu. Seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak. Demikian

pula adanya kamus ini. Oleh karena itu, tegur sapa dan saran konstruktif

demi perbaikan kamus ini secara dinamis sangat kami harapkan.

Malang, Desember 2013

Husamah

BAB 1

MENGENAL BLENDED LEARNING

Page 9: BLENDED LEARNING - UMM

A. Mengapa Harus Blended Learning?

Pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan khususnya dalam

sistem pembelajaran telah mengubah sistem pembelajaran pola

konvensional atau pola tradisional menjadi pola modern yang bermedia

Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information and

Communication Technology (ICT). Salah satu di antaranya adalah media

komputer dengan internet-nya yang pada akhirnya memunculkan e-

learning. Pada pola pembelajaran bermedia ICT ini, pembelajar dapat

memilih materi pembelajaran berdasarkan minatnya sendiri, sehingga

belajar menjadi menyenangkan, tidak membosankan, penuh motivasi,

semangat, menarik perhatian dan sebagainya.

Johan mengungkapkan bahwa ICT dalam waktu yang sangat

singkat telah menjadi satu bahan bangunan penting dalam

perkembangan kehidupan masyarakat modern. Banyak Negara

menganggap bahwa dengan memahami ICT, menguasai keterampilan

dasar ICT serta memiliki konsep ICT merupakan bagian dari inti

pendidikan, sejajar dengan membaca, menulis dan numerasi. UNESCO

bahkan mensyaratkan bahwa semua negara, baik negara maju ataupun

berkembang, perlu mendapatkan akses ICT dan menyediakan fasilitas

pendidikan yang terbaik. Melalui hal ini diharapkan diperoleh generasi

muda yang siap berperan penuh dalam masyarakat modern dan mampu

berperan dalam negara pengetahuan.

Sayangnya, sebagaimana menurut Kusairi perkembangan ICT yang

memiliki banyak manfaat ini belum dimanfaatkan secara optimum dalam

proses pembelajaran. Upaya untuk mengintegrasikan ICT dalam proses

pembelajaran masih kurang sehingga dampak ICT kurang nyata. Sebagai

contoh, perkembangan multimedia telah berkembang pesat di

masyarakat, namun pembelajaran di kelas tetap tertinggal meskipun telah

menggunakan teknologi komputer. Handphone, tablet, smartphone, dan

teknologi sejenis juga sudah umum di masyarakat. Tidak hanya orang

dewasa yang menggunakan, tetapi juga sudah jamak diakses anak-anak.

Namun demikian, teknologi ini masih belum banyak dimanfaatkan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

Beberapa penyebab kurang berkembangnya pengintegrasian

teknologi khususnya komputer dalam pembelajaran disebabkan antara

lain;

Page 10: BLENDED LEARNING - UMM

(1) Adanya asumsi bahwa komputer sebagai perangkat keras hanya dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mengindahkan upaya

meningkatkan aspek afektif dan kognitifnya.

(2) Karena perangkat keras dianggap sesuatu yang berbeda, teknologi

ini akan dengan cepat dikenalkan dan mendapat sambutan karena

sesuatu yang baru, namun karena pengajar kurang trampil

memanfaatkan beberapa saat kemudian perangkat keras menjadi

sesuatu yang biasa.

(3) Pengajar tidak memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan

komputer dalam pembelajaran sehingga peranannya monoton dan

kurang berkembang.

Sejatinya, penggunaan ICT dalam pembelajaran memberikan

manfaat baik bagi pengajar, peserta didik , maupun masyarakat (Clyde &

Dlohery dalam Kusairi). Bagi pengajar penggunaan ICT akan

meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajarannya. Bagi peserta

didik , penggunaan berbagai tenologi akan memberikan kesempatan

belajar yang lebih berkualitas. Penggunaan ICT secara umum juga akan

menguntungkan masyarakat luas karena informasi akan dengan mudah

disebarkan dan dinikmati oleh masyarakat.

ICT akan memberikan manfaat bagi dunia pendidikan jika ICT itu

dirancang dan digunakan secara baik bagi kegiatan pendidikan. Tanpa

adanya desain yang baik ICT tidak akan memberikan manfaat yang

optimal, bahkan tidak menutup kemungkinan justru akan menjadi

penghambat atau malah masalah bagi kegiatan pendidikan itu sendiri. Hal

ini sejalan dengan pernyataan Ellis et al dalam Johan bahwa memang ICT

memiliki kebaikan dan bisa dimanfaatkan bagi pendidikan. Namun

demikian ICT-nya sendiri tidak akan memberikan dampak yang signifikan

dibandingkan dengan pembelajaran biasa jika penggunaan ICT itu tidak

didesain secara baik.

Terdapat beragam pandangan mengenai model pemanfaatan ICT

dalam pendidikan, di antaranya sebagai berikut: pertama, ICT sebagai

media (alat bantu) pendidikan. Artinya hanya sebagai pelengkap untuk

memperjelas uraian-uraian yang disampaikan pengajar. Kedua, ICT

sebagai sumber. Pada jenis pemanfaatan kategori ini, ICT digunakan

sebagai sumber informasi, dalam penggunaannya peserta didik mencari

informasi via ICT berdasarkan bimbingan pengajar.

Page 11: BLENDED LEARNING - UMM

Ketiga, ICT sebagai sistem pembelajaran. Pada kategori ini ICT

dirancang sedemikian rupa sebagai suatu sistem pembelajaran yang

terintegrasi. Fungsi media, sumber, juga sistem atau prosedur

pembelajaran tertentu tercakup. Dari ketiga jenis pemanfaatan itu bisa

dipilih sesuai kebutuhan. Tidak ada suatu keharusan tertentu model

pamanfaatan mana yang harus diikuti. Bahkan jika dipandang cara

konvensional lebih efektif dan efisien untuk bagian-bagian tertentu, maka

model pembelajaran konvensional lebih baik untuk digunakan, tidak perlu

memaksakan menggunakan ICT.

Abdullah menjelaskan bahwa, untuk dapat memanfaatkan TIK

dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus

diwujudkan yaitu:

1. Peserta didik dan pendidik/pengajar harus memiliki akses kepada

teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga

pendidikan pencetak para pendidik/pengajar.

2. Tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural

bagi peserta didik dan pendidik/pengajar.

Pendidik/pengajar, baik itu pengajar atau pun dosen harus memiliki

pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan

sumber-sumber digital untuk membantu peserta didik agar mencapai

standar akademik. Menurut Kusairi dengan memasuki dunia online,

pendidik/pengajar dapat memperoleh berbagai informasi yang

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bahan pembelajaran. Teks, foto,

video, animasi, dan simulasi adalah beberapa contoh media yang tersedia

di situs-situs pembelajaran. Dengan memanfaatkan berbagai media

tersebut, pendidik/pengajar dapat mempresentasikan konsep-konsep

materi yang diajarkan dalam berbagai representasi (multiple

representation) yang mempermudah peserta didik/pembelajar

memahami sebuah konsep. Teknologi online juga memberikan

kemudahan bagi peserta didik untuk mendapatkan tambahan informasi

dalam rangka memenuhi tuntutan kompetensi dan juga pengayaan.

Tersedianya fasilitas e-learning memungkinkan peserta didik/pembelajar

menerobos sekat-sekat waktu dan tempat guna mengikuti course yang

tersedia secara online. Perkembangan ICT berpotensi meningkatkan

kualitas pendidikan dan pembelajaran.

Praktek di lapangan, dalam tataran empiris praktis menunjukkan

bahwa beberapa Perguruan tinggi menyelenggarakan kegiatan e-learning

Page 12: BLENDED LEARNING - UMM

sebagai suplemen (tambahan) terhadap materi pelajaran yang disajikan

secara reguler di kelas (Indrayani, 2007). Namun, beberapa Perguruan

tinggi lainnya menyelenggarakan e-learning sebagai alternatif bagi

peserta didik yang karena satu dan lain hal berhalangan mengikuti

perkuliahan secara tatap muka. Dalam kaitan ini, e-learning berfungsi

sebagai option (pilihan) bagi peserta didik .

Khusus dalam skala lokal, misalnya Universitas Muhammadiyah

Malang (UMM) sejak beberapa tahun yang lalu mulai mengembangkan e-

learning yang diberi nama ELMU (E-learning Muhammadiyah University of

Malang), beralamat di http://elmu.umm.ac.id. Sebagai salah satu upaya

meningkatkan partisipasi aktif dosen dan peserta didik UPT ICT

mengadakan training e-learning setiap awal masuk dan secara periodik.

Namun demikian kenyataan di lapangan hanya segilintir dosen (tidak

lebih dari 10 orang) yang konsisten menerapkan e-learning dalam

pelaksanaan mata kuliahnya, meskipun hanya sebagai suplemen (Blended

learning). Sejak tahun 2011, UPT ICT UMM telah me-launching e-learning

generasi kedua yang langsung di-break down per fakultas, artinya setiap

fakultas memiliki alamat domain masing-masing dan dikendalikan oleh

admin.

Awalnya, pemanfaatan e-learning sangat diunggulkan dibanding

dengan pembelajaran konvensional secara tatap muka (face-to-face). Hal

ini karena dengan e-learning, pembelajaran dapat lebih terbuka, fleksibel

dan dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja. Intinya

perkembangan ini mendorong perubahan paradigma pendidikan dari

teacher centered learning menjadi student centered learning. Tetapi

untuk mengarah kepada pelaksanaan 100% e-learning, seringkali

kesiapan SDM menjadi salah satu tantangannya. Masyarakat Indonesia

seringkali mampu menyediakan infrastruktur, tetapi optimalisasi

perangkat dan efek keberlanjutannya masih selalu dipertanyakan.

Menurut Noer dari studi yang ada, kendala terbesar e-learning

adalah interaktivitas langsung antara peserta didik dengan instrukturnya.

Bagaimanapun belajar merupakan proses dua arah. Peserta didik

memerlukan feedback dari pengajar dan sebaliknya sang pengajar juga

memerlukan feedback dari peserta didik. Melalui cara ini akan didapat

hasil belajar yang lebih efektif, tepat sasaran. Hal ini menjawab mengapa

program e-learning di banyak lembaga atau institusi tidak selalu

mendapat hasil memuaskan. Seringkali materi sudah banyak dan tersedia

dengan lengkap. Orang juga bisa belajar kapan saja dan di mana saja, bisa

Page 13: BLENDED LEARNING - UMM

dari kantor, rumah, hotel, maupun di kafe asal terkoneksi lewat jaringan

nirkabel. Namun tetap saja tingkat penggunaan materi-materi e-learning

tersebut tergolong rendah. Jika dianalisis secara sederhana, seseorang

butuh teman dan butuh feedback langsung dalam pembelajaran.

Noer juga menguraikan bahwa kendala lanjutan dari e-learning

adalah adanya “kesan kesendirian” yang tercipta sehingga seseorang

tidak bisa bertahan lama dalam belajar. Hanya dalam waktu setengah jam,

seseorang sudah malas dan tidak terlalu termotivasi untuk melanjutkan

proses pembelajarannya. Hal ini terjadi bukan karena materi yang ada

tidak bagus atau sistem online dari materi yang disajikan kurang interaktif,

melainkan seseorang merasa sedang sendiri dan dia perlu orang lain.

Meskipun buat seorang pembelajar sejati itu bukanlah alasan, namun

fakta menunjukkan bahwa orang tidak bisa bertahan lama belajar di

depan komputer.

Alasan lain, sebagaimana diungkapkan oleh Susilo,

pendidik/pengajar perlu sekali-sekali memikirkan kembali pertanyaan

penting: “Apakah yang perlu dipelajari, dianggap bernilai, dan mampu

dilakukan oleh peserta didik kita?” dan “Apakah kita mempersiapkan

peserta didik kita untuk hidup di dunia yang akan mereka hadapi pada

saat mereka lulus dan setelah mereka lulus?” Pendidik perlu terus

menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya

membelajarkan peserta didik dalam kerangka pikir Technological,

Pedagogical, and Content Knowledge (TPCAK) agar dapat membelajarkan

peserta didik-nya secara efektif, Pola pikir TPCAK ini digambarkan pada

Gambar 1.1.

Page 14: BLENDED LEARNING - UMM

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Technological, Pedagogical, and Content Knowledge/TPACK (Sumber: http://tpack.org)

Kerangka pikir TPACK memberikan cara untuk mengidentifikasi ciri

dari pengetahuan yang diperlukan pendidik/pengajar untuk

mengintegrasikan teknologi ke dalam pembelajarannya, sementara juga

menyadari kompleksnya pengetahuan yang harus dimiliki

pendidik/pengajar yang memiliki banyak aspek. Di bagian tengah

kerangka TPACK adalah kombinasi dari tiga bentuk pengetahuan utama:

pengetahuan tentang isi pelajaran (mendeskripsikan apa materi pokok

yang dibelajarkan dalam bidang tertentu, meliputi teori, proses, dan

praktik-praktik yang sudah terbiasa); pengetahuan pedagogik yang

dicirikan dengan strategi dan metode yang digunakan pendidik/pengajar

di kelas untuk membelajarkan peserta didik), dan pengetahuan teknologi

yang terus berkembang dan mengalir.

TPACK mendeskripsikan interseksi penting dari ketiga macam

pengetahuan yang harus dimiliki pendidik/pengajar sebagai tempat di

mana pembelajaran yang efektif dapat berlangsung. Teknologi di sini

berarti bagaimana pendidik/pengajar mengembangkan pengetahuan

dan keterampilan teknologinya untuk memanfaatkan sumber-sumber

belajar online yang tersedia untuk dimasukkan ke dalam proses

pembelajaran mata pelajaran atau mata kuliah yang dibinanya. Pedagogi

yang dipilih pendidik/pengajar bisa bervariasi, bergantung kelasnya dan

(maha)peserta didik nya. Content juga bervariasi, menurut binaan masing-

masing pendidik/pengajar.

Page 15: BLENDED LEARNING - UMM

Oleh karena itu pendidik/pengajar sebagai pendidik perlu terus

menerus belajar sepanjang hayat agar dapat meningkatkan layanannya

terhadap peserta didik yang dipercayakan kepadanya untuk dibelajarkan.

Salah satu cara peningkatan layanan yang dapat dilakukan

pendidik/pengajar pada saat sekarang adalah dengan mengembangkan

blended learning. Sebagai solusi dari permasalahan tersebut maka

lahirlah istilah Blended learning. Apa itu Blended learning? Mengapa

Blended learning perlu diterapkan? Pertanyaan tersebut akan kita uraikan

secara lengkap pada buku ini. sebagai penegasan awal, hal ini sejalan

dengan enam unsur pembelajaran abad 21 yaitu 1) menekankan pada

mata pelajaran utama (Core subject knowledge); 2) menekankan pada

pengembangan keterampilan belajar; 3) memanfaatkan alat belajar abad

21 untuk mengembangkan keterampilan belajar; 4) membelajarkan

peserta didik dalam konteks abad 21; 5) membelajarkan konten abad 21;

dan 6) menggunakan asesmen abad 21 yang mengukur keterampilan

abad 21.

Menurut Susilo, literasi dalam abad 21 berarti bagaimana

menggunakan pengetahuan dan keterampilan dalam konteks kehidupan

modern. Dalam konteks kehidupan pendidik/pengajar, hal ini berarti

bagaimana pendidik/pengajar menjadi seorang yang literat pendidikan

(Sains), yaitu bagaimana berinkuiri mengenai cara membelajarkan peserta

didik (Sains), dengan mempertimbangkan dan berusaha

mengintegrasikan keterampilan abad 21 ke dalam proses belajar

mengajar (Sains) yang tepat untuk peserta didik yang hidup pada abad

21. Mengembangkan mata kuliah berbasis Blended learning sejalan

dengan adanya tantangan unik yaitu teknologi, strategi pembelajaran,

cara baru berkomunikasi, dan asesmen.

Blended learning menggabungkan ciri-ciri terbaik dari

pembelajaran di kelas (tatap muka) dan ciri-ciri terbaik pembelajaran

online untuk meningkatkan pembelajaran mandiri secara aktif oleh

peserta didik dan mengurangi jumlah waktu tatap muka di kelas. Misalnya,

banyak dosen melaporkan bahwa melalui pembelajaran hybrid mereka

dapat lebih sukses mencapai tujuan mata kuliah dibanding mata kuliah

tradisional. Dosen lainnya lagi melaporkan adanya peningkatan interaksi

dan kontak antar peserta didik dan antara peserta didik dan dosen.

Keuntungan utama adalah fleksibilitas waktu bagi peserta didik . Banyak

dosen merasa peserta didik nya justru belajar lebih banyak dalam

pembelajaran blended dibanding dalam kelas tradisional. Ada yang

Page 16: BLENDED LEARNING - UMM

melaporkan bahwa peserta didik menulis makalahnya lebih baik,

mengerjakan tes lebih baik, mengerjakan proyek dengan kualitas yang

lebih baik, dan dapat melaksanakan diskusi secara lebih bermakna.

Menurut Yusuf secara konseptual, Blended learning masih

diperdebatkan bahkan secara sinic menyebutnya sebagai useless

concepts, karena meragukan dampak pendekatan itu secara faktual

terhadap hasil belajar. Namun berbagai riset justru menunjukkan bahwa

pendekatan Blended learning cepat atau lambat akan menggantikan

model pembelajaran tradisional karena terjadi percepatan ganda dalam

cara anak didik memenuhi kebutuhannya. Tren semakin hari menunjukkan

perkembangan ke arah dimana Blended learning akan mendapatkan

proporsi lebih besar dan akan menggantikan model belajar tradisional

dan e-learning. Blended learning membantu pengalaman kelas dengan

mengembangkan inovsi teknologi informasi dan komunikasi.

B. Konsep Blended Learning

Blended learning merupakan istilah yang berasal dari bahasa

Inggris, yang terdiri dari dua suku kata, blended dan learning. Blended

artinya campuran atau kombinasi yang baik. Blended learning ini pada

dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang

dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual.

Semler menegaskan bahwa: “Blended learning mengkombinasikan

aspek terbaik dari pembelajaran online, aktivitas tatap muka terstruktur,

dan praktek dunia nyata. Sistem pembelajaran online, latihan di kelas, dan

pengalaman on-the-job akan memberikan pengalaman berharga bagi diri

mereka. Blended learning mengunakan pendekatan yang

memberdayakan berbagai sumber informasi yang lain.

Blended learning sudah mulai banyak digunakan dan populer di

dunia pendidikan dan pelatihan beberapa tahun terakhir. Blended

learning, hybrid learning dan mixed mode learning adalah sesuatu istilah

yang memiliki maksud sama (Dziuban et al., 2004). Setiap kampus atau

institusi memakai istilah yang berbeda. Oleh karena itu Blended learning

tidak memiliki arti yang spesifik.

Moebs & Weibelzahl mendefinisikan Blended learning sebagai

pencampuran antara online dan pertemuan tatap muka (face-to-face

meeting) dalam satu aktivitas pembelajaran yang terintegrasi. Blended

learning juga berarti menggunakan sebuah variasi metode yang

mengkombinasikan pertemuan tatap muka langsung di kelas tradisional

Page 17: BLENDED LEARNING - UMM

dan pengajaran online untuk mendapatkan objektivitas pembelajaran

(Akkoyunlu & Soylu, 2006). Sementara itu Graham mengatakan bahwa

Blended learning adalah sebuah pendekatan yang mengintegrasikan

face-to-face teaching dan kegiatan instruksional berbantuan komputer

(computer mediated instruction) dalam sebuah lingkungan pedagogik.

Makna asli sekaligus yang paling umum Blended learning mengacu

pada pembelajaran yang mengombinasi atau mencampur antara

pembelajaran tatap muka (face-to-face) dan pembelajaran berbasis

komputer (online dan offline), (Dwiyogo, 2011). Menurut Thorne Blended

learning adalah perpaduan dari: teknologi multimedia, CD ROM video

streaming, kelas virtual, voice-mail, e-mail dan teleconference, animasi

teks online dan video-streaming. Semua ini dikombinasi dengan bentuk

tradisional pelatihan di kelas dan pelatihan satu-satu. Blended learning

menjadi solusi yang paling tepat untuk proses pembelajaran yang sesuai

tidak hanya dengan kebutuhan pembelajaran akan tetapi juga gaya

belajar peserta didik.

Perlunya dan signifikansi blended leaning terletak pada

potensialnya. Blended learning merepresentasikan keuntungan yang jelas

untuk menciptakan pengalaman belajar yang memberikan pembelajran

yang tepat pada saat yang tepat dan waktu yang tepat pada setiap

individu. Blended learning menjadi batasan yang benar-benar universal

dan global dan membawa kelompok pembelajar bersama-sama melintas

budaya dan zona waktu yang berbeda. Pada konteks ini Blended learning

dapat menjadi salah satu pengembangan paling signifikan pada abad 21.

Menurut McDonald dalam Purtadi, istilah Blended learning biasanya

berasosiasi dengan memasukkan media online pada program

pembelajaran, sementara pada saat yang sama tetap memperhatikan

perlunya mempertahankan kontak tatap muka dan pendekatan

tradisional yang lain untuk mendukung peserta didik . Istilah ini juga

digunakan saat media asynchronous seperti e-mail, forum, blog atau wikis

digabungkan dengan teknologi, teks atau audio synchronous. Hal ini

secara singkat seperti yang ditunjukkan Gambar 1.2.

Page 18: BLENDED LEARNING - UMM

Gambar 1.2 Hubungan Synchronous dan Asynchronous (Sumber: Language Teaching Tips, 2013).

Purtadi menjelaskan bahwa Blended learning adalah kombinasi

berbagai media pembelajaran yang berbeda (teknologi, aktivitas, dan

berbagai jenis peristiwa) untuk menciptakan program pembelajaran yang

optimum untuk audiens (peserta didik) yang spesifik. Istilah blended

sendiri berarti bahwa pembelajaran tradisional di dukung dengan format

elektronik yang lain. Program Blended learning menggunakan berbagai

bentuk e-learning, mungkin digabungkan dengan pelatihan yang terpusat

pada instruktur dan format langsung lainnya. Purtadi menyimpulkan

bahwa Blended learning adalah penggunaan solusi pelatihan yang paling

efektif, diterapkan dalam cara yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diinginkan.

Pembelajaran berbasis Blended learning dimulai sejak ditemukan

komputer, walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi

(blended). Terjadinya pembelajaran, awalnya karena adanya tatap muka

dan interaksi antara pengajar dan pebelajar, setelah ditemukan mesin

cetak maka peserta didik memanfaatkan media cetak. Pada saat

ditemukan media audio visual, sumber belajar dalam pembelajaran

mengkombinasi antara pengajar, media cetak, dan audio visual. Namun

terminologi Blended learning muncul setelah berkembangkanya

teknologi informasi sehingga sumber dapat diakses oleh pebelajar secara

offline maupun online. Saat ini, pembelajaran berbasis Blended learning

dilakukan dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka, teknologi

cetak, teknologi audio, teknologi audio visual, teknologi komputer, dan

teknologi m-learning (mobile learning).

Dwiyogo menggambarkan sejarah Blended learning yang

berkembang di dunia pelatihan pada awalnya juga seperti yang dilakukan

Page 19: BLENDED LEARNING - UMM

pada lembaga pendidikan yaitu sumber belajar utama adalah

pelatih/fasilitator. Dengan ditemukannya teknologi komputer, pelatihan

dilakukan menggunakan mainframe based yang dapat melakukan

kegiatan pelatihan secara individual tidak bergantung pada waktu dan

materi yang sama (tidak sinkron). Perkembangan berikutnya

pembelajaran yang tetap menggunakan basis komputer tetapi daya

jangkaunya menjadi lebih luas melintasi pulau dan benua karena

perkembangan teknologi satelit. Demikian pula, isi pelatihan dilakukan

pengebarannya melalui CD ROM dan internet. Saat ini pelatihan

menggabungkan semua itu agar pembelajaran menjadi lebih efektif,

efisien dengan konsep kombinasi (blended).

Blended learning memiliki dua kategori utama, yaitu :

a. Peningkatan bentuk aktivitas tatap-muka (face-to-face). Banyak

pengajar menggunakan istilah Blended learning untuk merujuk

kepada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam

aktifitas tatap-muka, baik dalam bentuknya yang memanfaatkan

internet (web-dependent) maupun sebagai pelengkap (web-

supplemented) yang tidak merubah model aktifitas.

b. Hybrid learning: pembelajaran model ini mengurangi aktivitas

tatap-muka (face-to-face) tapi tidak menghilangkannya, sehingga

memungkinkan peserta didik untuk belajar secara online.

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini,

khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong

berkembangnya konsep pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi

internet yang selalu dapat diakses kapan saja, di mana saja, multiuser serta

menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu

media yang sangat tepat bagi perkembangan pendidikan jarak jauh

selanjutnya. Hal ini lah mengapa untuk saat ini sistem pembelajaran

secara Blended learning masih sangat baik di terapkan di Indonesia agar

lebih dapat terkontrol secara tradisional juga.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka secara umum karakteristik

Blended learning adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian,

model pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media

berbasis teknologi yang beragam.

b. Sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face),

belajar mandiri, dan belajar mandiri via online.

Page 20: BLENDED LEARNING - UMM

c. Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara

penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran.

d. Pengajar dan orangtua peserta belajar memiliki peran yang sama

penting, pengajar sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai

pendukung.

Blended learning adalah sebuah konsep yang relatif baru dalam

pembelajaran di mana instruksi yang disampaikan melalui campuran

pembelajaran online dan tradisional yang dalam pelaksanaannya

dipimpin oleh instruktur atau pengajar (Bielawski & Metcalf, 2003).

Blended learning merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang

dilakukan secara tatap-muka dan secara virtual/maya atau online

(Soekartawi, 2006: A-97). Perpaduan dilakukan secara harmonis antara

teaching/training konvensional di mana pendidik dan peserta didik

bertemu langsung dan juga melalui media online yang bisa diakses kapan

saja, di mana saja, 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu.

Prinsip dasar Blended learning adalah komunikasi langsung tatap

muka dan komunikasi tertulis online. Konsep Blended learning

kelihatannya sederhana tetapi penerapanya lebih kompleks. Asumsi

utama dari desain Blended learning adalah (1) pemikiran menggabungkan

belajar tatap muka dan online, (2) pemikiran ulang mendasar tentang

desain mata kuliah untuk mengoptimalkan keterlibatan peserta didik , dan

(3) strukturisasi dan pengaturan ulang jam perkuliahan tradisional

(Garrison & Vaughan, 2008).

Kegiatan pembelajaran melalui kelas konvensional dan kelas virtual

atau online memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga

ketika digabungkan, hararapnnya akan saling melengkapi. Kombinasi

keunggulan dua model pembelajaran tersebut dapat dilihat di Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Penilaian Komparatif Tiga Model Pembelajaran

No. Variabel Kelas

Konvensional Kelas Virtual

Kelas Kombinasi (Blended learning)

1 Registrasi Di kampus Online Keduanya 2 Lingkungan

pembelajaran Hidup Terprogram Keduanya

3 Lingkungan kampus

Di kampus Di luar kampus Keduanya

Page 21: BLENDED LEARNING - UMM

4 Kehadiran pengajar/tutor

Diperlukan Tidak diperlukan

Keduanya

5 Jadwal kelas Tertentu tempat & waktunya

Kapan saja & dimana saja

Kapan saja & dimana saja

6 e-mail Tidak ada Ya Ya 7 Audio-video

conferencing, chatting

Tidak ada Tidak ada Ya

8 Konsultasi Tatap muka Diumumkan Keduanya 9 Kerja kelompok Ya Tidak Ya 10 Tugas-tugas

rumah Ya Tidak Ya

(Sumber: Soekartawi, 2006: A-97).

Sementara itu Allen et al., mencoba menguraikan perbedaan antara

online learning dan Blended learning berdasarkan persentase konten

yang dikirim atau disampaikan secara online. Dikatakan online program

jika lebih dari 80 persen program content-nya disampaikan secara online

dan dikatakan blended program apabila 30 sampai 79 persen program

content-nya disampaikan online. Secara lebih terperinci, pendapat Allen

et al., (2007) sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Perbedaan Model-Model Pembelajaran

Proporosi Konten

terkirim secara online

Jenis Pembelajaran

Deskripsi Setiap Jenis

0% Tradisional Pembelajaran dengan konten dikirim tidak secara online, disampaikan dalam bentuk tulisan atau lisan

1 to 29% Diifasilitasi Web Pembelajaran menggunakan fasilitas web untuk memfasilitasi sesuat yang sangat penting dalam pembelajaran tatap muka. Menggunakan sebuah course management system (CMS)/sistem pengelolaan perkuliahan atau halaman web , misalnya untuk mempostkan silabus dan soal/bahan ujian.

30 to 79% Blended/Hybrid Pembelajaran dengan memadukan sistem online dan tatap muka. Proporsi substansi konten menggunakan online, kadang menggunakan diskusi online, dan kadang menggunakan pertemuan tatap muka.

80+% Online Sebuah pembelajaran yang sebagian besar atau bahkan seluruhnya menggunakan sistem online. Jenis ini tidak menggunakan tatap muka sama sekali.

(Sumber: Allen et al., 2007).

Page 22: BLENDED LEARNING - UMM

Blended learning seharusnya dipandang sebagai pendekatan

pedagogis yang menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran

ketimbang dilihat dari seberapa besar delivery system antara face-to-face

dibandingkan dengan secara online. Blended learning seharusnya

mengkombinasikan secara arif, relevan dan tepat antara potensi face-to

face dengan potensi teknologi informasi dan komunikasi yang demikian

pesat berkembang saat ini sehingga memungkinkan: (1) terjadinya

pergeseran paradigma pembelajaran dari yang dulunya lebih berpusat

pada pendidik menuju paradigma baru yang berpusat pada peserta didik

(student-centered elarning); (2) terjadinya peningkatan interaksi atau

interaktifitas antara peserta didik dengan pendidik, peserta didik dengan

peserta didik, peserta didik /pendidik dengan konten, peserta

didik/pendidik dengan sumber belajar lainnya; (3) terjadinya konvergensi

antar berbagai metode, media sumber belajar serta lingkungan belajar

lain yang relevan (Chaeruman, 2008).

Program e-learning tidak selalu mendapat hasil memuaskan.

Seringkali materi sudah banyak dan tersedia dengan lengkap. Orang juga

bisa belajar kapan saja dan di mana saja. Bisa dari sekolah, rumah, maupun

di kafe asal terkoneksi lewat jaringan nirkabel. Namun tetap saja tingkat

penggunaan materi- materi e-learning tersebut tergolong rendah. Peserta

didik tentu membutuhkan teman dan butuh feedback langsung. Sama

seperti yang dirasakan dalam training konvensional di ruang kelas.

Ilustrasi dukungan Blended learning terhadap pembelajaran tatap muka

disajikan pada Gambar 1.3 berikut ini.

Page 23: BLENDED LEARNING - UMM

Gambar 1.3 Optimalisasi Face-to-face dengan Blended Learning

(Sumber: http://www.gttconnect.com).

Pada intinya tujuan dari Blended learning yang dilaksanakan adalah

untuk mendapatkan pembelajaran yang “paling baik” dengan

menggabungkan berbagai keunggulan masing-masing komponen

dimana metode konvensional memungkinkan untuk melakukan

pembelajaran secara interaktif sedangkan metode online dapat

memberikan materi secara online tanpa batasan ruang dan waktu

sehingga dapat dicapai pembelajaran yang maksimal. Oleh karena itu, jika

Anda adalah seorang pengajar (pengajar dan dosen) atau pun instruktur,

sangat mungkin Blended learning ini dapat membantu Anda agar para

peserta didik /peserta didik dapat belajar secara maksimal serta bisa

mendapatkan lebih banyak informasi yang dapat menunjang proses

belajar mengajar.

Page 24: BLENDED LEARNING - UMM

VERSI LENGKAP: HUBUNGI PENERBIT

Page 25: BLENDED LEARNING - UMM

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, D. 2011. Potensi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam

Peningkatan Mutu Pembelajaran di Kelas, (Online),

(http://elearning.unimal.ac.id/upload/materi/peningkatan-tik-guru.pdf),

diakses tanggal 1 Juni 2013).

Agustine. E.M. 2008. Mobile Learning Sebagai Media Komunikasi Yang Efektif

Dari Pemerintah Kota Semarang Kepada Masyarakat. Riptek, 2(1):7 – 13.

Akbar, R.I. 2010. Pengembangan Sistem Pembelajaran Berbasis Komputer.

(Online). (http://ruffmania.multiply.com/journal/item/9, Diakses tanggal

03 Ok-tober 2011).

Akkoyunlu, B. & Soylu, M.Y. 2006. A Study on Students’ Views About Blended

learning Environment. Ankara: Department of Computer Education and

Instructional Technology, Faculty of Education, Hacettepe University.

Allen, E.; Seaman, J.; & Garrett, R. 2007. Blending In The Extent and Promise of

Blended Education in the United States. USA: Sloan-C™.

Anonim. 2009. Blended Learning in School/Institution. (Online).

(http://us.testbag.com, Diakses tanggal 1 Juni 2013).

Anonim. 2011. Blended Learning. (Online). (http://small-changes-big-

returns.wikispaces.com/, diakses tanggal 1 Juni 2013).

Anonim. 2011. Hakekat Pembelajaran Efektif. (Online).

http://juhernaidi.wordpress.com/2011/07/23/hakikat-pembelajaran-

efektif/ diakses tanggal 1 Juni 2013).

Anonim. 2011. Mobile Learning. (Online).

(http://www.elearning.web.id/2011/01/14/mobile-learning.html., diakses

tanggal 1 Juni 2013).

Anonim. 2011. M-learning untuk Pendidikan Indonesia.

http://creandivity.com/2010/12/microsoft-bloggership-2011-m-learning-

untuk-pendidikan-indonesia/, diakses tanggal 1 Juni 2013).

Anonim. 2011. Revolusi dan Inovasi Pembelajaran Melalui M-Learning. (Online).

(http://www.ispi.or.id/2011/03/20/revolusi-dan-inovasi-pembelajaran-

melalui-mobile-learning/, diakses tanggal 1 Juni 2013).

Anonim. 2011. What Is “Blended Learning”?. (Online).

(http://blendedlearning.wikispaces.com/, diakses tanggal 1 Juni 2013).

Anonim. 2012. Difusi Inovasi Pembelajaran M-Learning. (Online).

(http://alamsetiadi08.wordpress.com/difusi-inovasi/, diakses tanggal 1

Juni 2013).

Anonim. 2012. Media pendidikan. Teori Belajar M-Learning. (Online).

(http://www.mediapendidikan.net/index.php?option=com_content&view

=article&id=6:teori-belajar&catid=29:teori-belajar&Itemid=22, diakses

tanggal 1 Juni 2013).

Arends, S. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw Hill.

Page 26: BLENDED LEARNING - UMM

Arfan, R. 2009. Media Pembelajaran Berbasis Komputer.

(Online),(http://diarahma.blogspot.com/2009/05/penerapan-media-

pembelajaran-berbasis.html/),Diak-ses tanggal 03 Oktober 2011

Arnyana, I.B.P. 2004. Pengembangan Perangkat Model Belajar Berdasarkan

Masalah Dipandu Strategis Kooperatif Serta Pengaruh Implementasinya

terhadap Kemampuan Berpikir kritis dan Hasil Belajar Siswa Sekolah

Menengah Atas pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi tidak diterbitkan.

Malang. Program Pasca Sarjana (S3) Universitas Negeri Malang.

Arsyad. 2002. Media Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Artawan. 2010. Pelaksanaan Proses Pembelajaran. Jakarta: Gramedia.

Bandono. 2009. Pembelajaran Tatap Muka, Tugas Terstruktur, dan Tugas Mandiri

Tidak Terstruktur, (Online), (http://bandono.web.id/2009/02/28/ pembel

ajaran-tatap-muka-tugas-terstruktur-dan-tugas-man diri-tidak-

terstruktur.php, diakses tanggal 1 Juni 2013).

Bangkursobo. 2009. Pedoman Pembelajaran Tatap Muka, Penugasan

Terstruktur, Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. (Online). (Error! Hyperlink

reference not valid., diakses tanggal 1 Juni 2013).

Barbara, B. & Richey, R.C. 1994. Teknologi Pembelajaran Definisi dan

Kawasannya. Jakarta: Unit Percetakan UNJ.

Beam, P. 1997. Breaking the Sprinter’s Wrist: Achieving Cost-Effectiveness in

Online Learning. Paper presented at the International Symposium on

Distance Education and Open Learning, organized by MONE Indonesia,

IDLN, SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO Tuban, Bali, Indonesia, 17-20

November 1997.

Benny & Tita. 2010. Pembelajaran Berbasis Media Komputer. (Online).

(http://ictcentre.com/pembelajaran-ber-basis-media-komputer.html/),

diakses tanggal 1 Juni 2013).

Bielawski, L & Metcalf, D. 2003. Blended eLearning: Integrating Knowledge,

Performance Support, and Online Learning. Amherst, MA: HRD Press.

Buck Institutute for Education (BIE). 1999. Project-Based Learning. (Online).

(http://www.bgsu.edu/organizations/etl/proj.html, diakses tanggal 1 Juni

2013).

Budiningsih, A.C. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Bullen, M. 2001. E-learning and the Internationalization Education. Malaysian

Journal of Educational Technology 1(1), 37-46.

Carman, J.A. 2005. Blended learning Design: Five Key Ingredients. (Online).

(http://www.agilantlearning.com/pdf/Blended-Learning-Design.pdf/,

diakses tanggal 1 Juni 2013).

Catchen, R. 2013. Are We Ready for Blended Learning? Time to Change “What

to Learn?”. (Online).

(http://ruthcatchen.files.wordpress.com/2012/03/blended_-learning.gif,

diakses 8 Juli 2013).

Cerna, M. 2009. Blended Learning Experience In Teacher Education: The Trainees

Perspective. Acta Didactica Napocensia. 2 (1), 37-48.

Page 27: BLENDED LEARNING - UMM

Chaeruman, U.A. 2008. Contoh Penerapan Blended learning. (Online). (http://

www.teknologipendidikan.net_files/Contoh-Penerapan-Blended-Learning;

diakses tanggal 1 Juni 2013).

Chaeruman, U.A & Indreswara, H. 2010. Mobile Learning Sebagai Media

Pembelajaran. Makalah Seminar Regional UM pada 13 Mei 2010.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting Dalam

Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Depdiknas. 2008. Pembelajaran Tatap Muka, Penugasan Terstruktur, dan

Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah

Menengah Atas.

Depdiknas. 2008. Pengembangan Model Pembelajaran Tatap Muka, Penugasan

Terstruktur dan Tugas Mandiri Tidak Terstruktur. Jakarta: Direktorat

Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

Dikti. 2004. Strategi Perguruan Tinggi Jangka Panjang 2003-2010; Mewujudkan

Perguruan Tinggi Berkualitas. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi-Depdiknas.

Dziuban, C.D., Hartman, J.L. & Moskal, P.D. 2004. Blended learning. Research

Bulletin. EDUCAUSE Center for Applied Research. 2004 (7).

Dwiyogo, W.D. 2011. Pembelajaran Berbasis Blended Learning. (Online).

(http://id.wikibooks.org/w/index.php?title=Pembelajaran_Berbasis_Blende

d_Learning&printable=yes., diakses tanggal 1 Juni 2013).

Effendi, S. 2003. Pengelolaan Perguruan Tinggi Menghadapi Tantangan Global.

Makalah Dipresentasikan pada Seminar Nasional Majelis Rektor Indonesia

di Makassar, 31 Januari – 2 Februari 2003.

Effendi, E.; & Zhuang, H. 2005. E-learning: Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Elangovan, T. 1997. Internet Based On-line Teaching Application with Learning

Space. Paper presented at the International Symposium on Distance

Education and Open Learning organized by MONE Indonesia, IDLN,

SEAMOLEC, ICDE, UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia, 17-20

November 1997.

Fadilah, M. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Berfikir-

Berpasangan-Berbagi (Think Pair Share) terhadap hasil belajar Biologi

Siswa kelas VIII SMP 6 Pariaman. Tesis tidak Diterbitkan. Padang: Program

Pascasarjana Universitas Negeri Padang.

Faizal, A. 2011. Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Implementasi

Blended learning pada Pembelajaran Biologi Kelas XI SMAIT Nur Hidayah

Kartasura. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Fitria, R. 2011. Blended Learning. (Online). (http://rizcafitria.wordpress.com/,

diakses tanggal 1 Juni 2013).

Frederic, H.B. 1981. Teaching and Learning Mathematics (In Secondary Schools).

Iowa: Wm. C. Brown Company Publishers.

Page 28: BLENDED LEARNING - UMM

Gagne, R.M. 1985. The Conditions of Learning and Theory of Instruction. New

York: Holt, Rinehart and Winston.

Garnham, C. & Kaleta, R.. 2002. Introduction to Hybrid Course. Teaching with

Technology Today, 8(6).

Garrison, D.R. & Vaughan, N.D. 2008. Blended learning in Higher Education. San

Francisco: Jossey-Bass.

Graham, C.R. 2005. Blended learning system: Definition, current trends and future

direction. In: Bonk, C.J., Graham, C.R. (eds.) Handbook of Blended learning:

Global Perspectives, Local Designs, pp.3-21. San Francisco: Pfeiffer.

Hartono & Rustaman, N. 2008. Pembelajaran Blended Learning pada mata Kuliah

Praktikum IPA: Studi Ujicoba Lapangan Pembelajaran online pada S1 PGSD.

Jurnal Forum Kependidikan Online Volume 28 (1): 17-25.

Hasbullah. 2008. Perancangan dan Implementasi Model Pembelajaran E-

learning untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di JPTE FPTK UPI.

Laporan Penelitian. Bandung: Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI.

Heinich, R. et al. 1996. Instructional Media and Technology For Learning.

Englewood Cliffts (4th ed). New Jersey: Prentice-Hall, inc., A Simon &

Schuster company.

Hidayatullah, F. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa.

Surakarta: Yuma Pustaka.

Hitipeuw, I. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Malang.

Husamah. 2012. Pengembangan E-learning Ekologi Tumbuhan untuk

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dan Kompetensi Peserta Didik.

Laporan Hibah Pengajaran DIA-BERMUTU. Malang: Prodi Pendidikan

Biologi FKIP UMM.

Ichsan. 2008. Visi Misi dan Tujuan Pendidikan Nasional,

(Online),(http://tunas63.wordpress.com/2008/11/07/visi-misi-dan-tujuan-

pendidikan-nasional/), diakses tanggal 1 Juni 2013).

Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar untuk Guru SD.

(Online), (Error! Hyperlink reference not valid., diakses tanggal 1 Juni

2013).

Indrayani, E. 2007. E-learning: Konsep, dan Strategi Pembelajaran di Era Digital

(Implementasi pada Pendidikan Tinggi). Jurnal Ilmiah Visioner Tahun 2007.

Jalius, H.R. 2010. Pengertian Fakta, Prinsip, dan Konsep. (Online).

(http://www.jalius12.wordpress.com, diakses tanggal 1 Juni 2013).

Johan, R.C. 2010. Pembelajaran Berbasis Komputer,

(Online),(http://kurtek.upi.edu/tik/?p=hakikat), diakses tanggal 1 Juni

2013).

Johnson, D.W & Johnson, R.T. 1975. Learning Together and Alone; Cooperation,

Competition and Individualization. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.

Kamarga, H. 2002. Belajar Sejarah melalui e-learning; Alternatif Mengakses

Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta: Inti Media.

Page 29: BLENDED LEARNING - UMM

Kartasasmita, G. 1994. Peranan Perguruan Tinggi dalam Pembangunan Sumber

Daya Manusia. Makalah Disampaikan pada Ceramah Umum Civitas

Akademika Universitas Siliwangi Tasikmalaya, 26 September 1994.

Kemp, J. E. & Dayton, D.K. 1985. Planning and Producting Instructional Media (4th.

Ed). New York: Harper and Row, Publisher inc

Kirna, I. M. 2010. Pengaruh Penggunaan Hypermedia dalam Pembelajaran

Menggunakan Strategi Siklus Belajar terhadap Pemahaman dan Aplikasi

Konsep Kimia pada Siswa SMP dengan Dua Gaya Belajar Berbeda. Disertasi.

Tidak Diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Kistow, B. 2011. Blended Learning in Higher Education: A Study of A Graduate

School of Business, Trinidad and Tobago. Caribbean Teaching Scholar 1 (2),

115–128.

Koran, J. K. C. 2002. Aplikasi E-learning dalam Pengajaran dan pembelajaran di

Sekolah Malasyia. Makalah 8 November 2002.

Korkmaz, O. & Karakuş, U. 2009. The Impact of Blended Learning Model on

Student Attitudes Towards Geography Course and Their Critical Thinking

Dispositions and Levels. TOJET, 8 (4): 51-63.

Krisnadi, E..; Pribadi, B.A. 2010. Modul Pendamping Pengembangan Bahan Ajar

Non Cetak. Jakarta: Ditnaga Dkti Depdiknas.

Kusairi, S. 2011. Implementasi Blended Learning. Makalah (disajikan pada

Seminar Nasional Blended Learning tanggal 13 November 2011 di

Universitas Negeri Malang).

Kusni, M. 2010. Implementasi Sistem Pembelajaran Blendedlearning Pada Kuliah

AE3121 Getaran Mekanik di Program Studi Aeronotika dan Astronotika.

Makalah Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) ke-9

Palembang, 13-15 Oktober 2010.

Kustiono. 2009. Media Pembelajaran. Semarang: UNNES PRES.

Language Teaching Tips. 2013. Are We All Ready For Blended Learning? (Online).

(http://languageteachingtips.wordpress.com/2013/03/22/are-we-all-

ready-for-blended-learning/, Diakses 8 Juli 2013).

Lewis, D.E. 2002. A Departure from Training by the Book, More Companies Seeing

Benefits of E-learning. The Boston Globe, Globe Staff, 5/26/02.

Listyarini, S.; Sarjiyo; & Riyanti, R. D. 2010. Modul Pendamping Pengembangan

Perangkat Tutorial. Jakarta: Ditnaga Dikti Depdiknas.

Lufri, A; Yunus, Y. & Sudirman. 2006. Strategi Pembelajaran Biologi. Buku Ajar.

Padang: Jurusan Biologi FMIPA UNP.

Madrid, S. 2009. Peran Perguruan Tinggi dalam Pembangunan di Nusa Tenggara

Barat (NTB); Refitalisasi Peran Perguruan Tinggi (PT) dalam

mengawal kebangkitan pembangunan NTB di Era Globalisasi. (Online).

(http://salasmadrid.blogspot.com/2009/12/peran-perguruan-tinggi-

dalam.html, Diakses 21 November 2011).

Mahanal. 2009. Pengaruh Penerapan Perangkat Pembelajaran Deteksi Kualitas

Sungai dengan Indikator Biologi Berbasis Proyek Terhadap Hasil Belajar

Page 30: BLENDED LEARNING - UMM

Siswa Sma di Kota Malang. Desertasi tidak diterbitkan. Malang: Program

Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang

Mangkoesaputra, A.A. 2005. Pembelajaran Pendidikan IPS di Tingkat Sekolah

Dasar, (Online), (http://re-searchengines.com/0805arief7.html, diakses

tanggal 1 Juni 2013).

McLoughlin, C. 2001. Inclusivity and Alignment: Principles of Pedagogy, Task and

Assessment Design for Effective Cross-Cultural Online Learning. ODLAA

Inc.

Merlinda, S. G. 2010. Penerapan Media Pembelajaran Berbasis Komputer.

(Online). (http://sherlygita02.blogspot.com/2010/11/penerapam-media-

berbasis-kompu-ter.html/, diakses tanggal 1 Juni 2013).

Miftah. 2009. Pengembangan Model Mobile Learning Sebagai Strategi

Pengembangan Elearning. (Online).

(http://www.mediapendidikan.net/index.php?option=com_content&

view=category&id=29&Itemid=37. diakses tanggal 1 Juni 2013).

Moebs, S. & Weibelzahl, S. 2006. Towards a good mix in Blended learning for

small and medium sized enterprises. Outline of a Delphi Study.

Proceedings of the Workshop on Blended learning and SMEs held in

conjuction with the 1st European Conference on Technology Enhancing

Learning Crete, Greece, pp 1-6.

Mulvihill, R.P. 1997. Technology Application to Distance Education. Paper

presented at the International Symposium on Distance Education and

Open Learning organized by MONE Indonesia, IDLN, SEAMOLEC, ICDE,

UNDP and UNESCO, Tuban, Bali, Indonesia, 17-20 November 1997.

Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Mursell, J. & Nasution. 2008. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Bina Aksara.

Naidu, S. 2006. E-learning (A Guide Book of Princi-ples, Procedures, and

Practices). Australia: Commonwealth of Education for ASIA

Nasrullah. 2006. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS bagi Siswa dan

Kecendrungan Berfikir Sekuensial Abstrak dan Sekuensial Konkrit. Tesis

tidak diterbitkan. Padang: Universitas Negeri Padang

Noer, M. 2010. Blended learning Mengubah Cara Kita Belajar di Masa Depan.

(Online). (http://www.muhammadnoer.com/2010/07/blended-learning-

mengubah-cara-kita-belajar-di-masa-depan, diakses tanggal 1 Juni 2013).

Nurhadi, & Agus, G.S. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam

KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nur, M. 2001. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah yang disajikan

pada Pelatihan TOT guru mata pelajaran SLTP dan MTs. Surabaya:

Depdiknas, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Nur, M. 2011. Strategi-Strategi Belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Nur, M. 2011. Guru yang Berhasil dan Model Pembelajaran Langsung. Surabaya:

Universitas Negeri Surabaya.

Page 31: BLENDED LEARNING - UMM

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun

2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Prayoto. 1995. Peran Perguruan Tinggi dalam Pengembangan IPTEK. Makalah

Seminar Nasional Dies Natalis ke-45 UGM.

Purbo, O.W. 2002. E-learning dan Pendidikan. Artikel Dalam Cakrawala

Pendidikan Universitas Terbuka.

Purnama, N. & Setiawan, H. 2003. Analisis Pengaruh Sumber-Sumber

Keunggulan Bersaing Bidang Pemasaran Terhadap Kinerja Perusahaan

Manufaktur di Indonesia. JSB 2(8), Desember 2003.

Purnomo, D. 2008. Pendekatan Kontekstual Berpandu Konstruktuvis dan

Pelaksanaannya di Kelas. Jurnal Paradigma VIII(26):317-328.

Purtadi. 2011. Blended Learning (Definisi). (Online).

(http://purtadi.blogspot.com/2011/04/blended-learning-definisi.html,

diakses tanggal 1 Juni 2013).

Program Pengembangan Kompetensi Profesi Pendidik (PPKPP). 2009. Identitas

dan Karakteristik Peserta Didik Usia Sekolah Menengah Pertama.

Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan.

Rahmawati D. 2008. Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk Strategi

Belajar dengan Peta Konsep Menggunakan Model Pembelajaran Langsung.

(Skripsi tidak diterbitkan). Padang: Universitas Negeri Padang.

Rakhmat, J. 2007. Belajar Cerdas; Belajar Berbasiskan Otak. Bandung: Mizan

Media Utama.

Reddy, V.V. & Manjulika, S. 2002. From Face-to-Face to Virtual Tutoring:

Exploring the potentials of E-learning Support. New Delhi: Indira Gandhi

National Open University.

Renggani. 2007. Pembelajaran Berbasis Komputer dan Jaringan. (Online).

(http://renggani.blogspot.com/2007/07/pembelajaran-

berbasiskomputer.html diakses tanggal 1 Juni 2013).

Resta, E. P. 2005. Differences Between Online dan Face-to-face Learning. (Online).

([email protected]., diakses tanggal 1 Juni

2013).

Reza. 2010. Pemanfaatan Media Berbasis ICT Terhadap Pembelajaran di Sekolah.

(Online).

(http://ictcommunity.multiply.com/journal/item/17/PEMANFAATAN_MEDI

A_BERBASIS_ICT_TERHADAP_PEMBELAJARAN_DI_SEKOLAH, diakses

tanggal 1 Juni 2013).

Riyanto, B.T. & dan Widayanti, S. Tanpa tahun. Perancangan dan Implementasi

Aplikasi Mobile Learning Berbasis Java. Artikel

Rosmini. 2007. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. (Online).

(htttp://duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=

411&Itemid=28, diakses tanggal 1 Juni 2013).

Page 32: BLENDED LEARNING - UMM

Rulam. 2009. Peranan Teknologi Informasi dalam Kegiatan Pembelajaran,

(Online), (http://www.infodiknas.com/peranan-teknologi-informasi-

dalam-kegiatan-pembelajaran/, diakses tanggal 1 Juni 2013).

Samples, B. 2002. Revolusi Belajar untuk Anak: Panduan Belajar Sambil Bermain

untuk Membuka Pikiran Anak-Anak Anda. Diterjemahkan oleh: Rahmani

Astuti. Bandung: Kaifa.

Sampoerna Foundation. 2010. Kondisi Sekolah di Indonesia Masih

Memprihatinkan, Apa Kontribusi Anda?. (Online).

(http://Sampoernafoundation.org, diakses tanggal 1 Juni 2013).

Santyasa, I.W. 2005. Model Pembelajaran Inovatif dalam Implementasi Kurikulum

Berbasis Kompetensi. Makalah. Disajikan dalam Penataran Guru-Guru SMP,

SMA, dan SMK se Kabupaten Jembrana, Juni – Juli 2005.

Sardjana, D. 2011. Pendidikan Digital: Utopia Atau Harapan? (Sebuah Obrolan di

Dunia Maya). (Online). (http://idelearning.com/2011/05/31/pendidikan-

digital-utopia-atau-harapan-obrolan-dosen-di-dunia-maya/#more;

diakses tanggal 1 Juni 2013).

Semler, S. 2005. Use Blended learning to Increase Learner Engagement and

Reduce Training Cost. (Online).

(http://www.learningsim.com/content/lsnews/ blended_learning1.html,

diakses tanggal 1 Juni 2013).

Shibley, I.; Amaral, K.A.; Shank, J.D.; & Shibley, L.R. 2011. Designing a Blended

Course: Using ADDIE to Guide Instructional Design. Journal of College

Science Teaching.40 (6): 80-85.

Silberman, M.L. 2006. Active Learning : 101 Cara Belajar Siswa Aktif (terjemahan).

Bandung: Penerbit Nusamedia dan Penerbit Nuansa.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Slameto. 2009. Peranan Perguruan Tinggi Meningkatkan Daya Saing Bangsa.

(Online). (http://agupenajateng.net/2009/06/03/peranan-perguruan-

tinggi-meningkatkan-daya-saing-bangsa/#ixzz1eWLvEUTA, diakses

tanggal 1 Juni 2013).

Slavin, R.E. 1994. Educational Psycology; Teory and Practice. Fourth Edition. USA:

Jhons Hopkins University.

Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning: Theory, research and Practice. Second

Edition. Massachusetts: Allyn and Bacon Publication.

Soekartawi. 2002. Prospek Pembelajaran Melalui Internet. Makalah disampaikan

pada Seminar Nasional ‘Teknologi Kependidikan’ yang diselenggarakan

oleh UT-Pustekkom dan IPTPI, Jakarta, 18-19 Juli 2002.

Soekartawi. 2003. Prinsip Dasar E-learning: Teori dan Aplikasinya di Indonesia.

Jurnal Teknodik, VII(12), Oktober 2003.

Soekartawi. 2005. Issues e-learning/Web-Based Learning/Distance Learning dan

Kemungkinan Pelaksanaannya di Indonesia. Seminar Nasional Pendidikan,

Universitas Islam Sumatera Utara, Medan, 2 April 2005.

Page 33: BLENDED LEARNING - UMM

Soekartawi. 2006. Blended e-learning: Alternatif Model Pembelajaran Jarak Jauh

di Indonesia. Makalah Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2006

(SNATI 2006) Yogyakarta, 17 Juni 2006.

Soeparto. 2009. Native Digital Vs Immigrant Digital. Makalah Pelatihan Pekerti

Dosen Muda UMM, Juni 2009.

Sprinthall, N.A. & Sprinthall, R. 1990. Educational Psychology; A Developmental

Approach. Edisi ke-5. New York: McGraw-Hill Publishing Company.

Sudrajat, A. 2010. Media Pembelajaran Berbasis Komputer. (Online).

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/07/16/media-pembelajaran-

berbasis-komputer/, diakses tanggal 1 Juni 2013).

Suherman, E. dkk, 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.

Bandung: JICA.

Suherman, E. 1994. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: UT. Depdikbud.

Sukardi; Widiatmono, R.; & Surjono, H.D. 2007. Pengembangan e-learning UNY.

Laporan Penelitian Institusional. Lembaga Penelitian Universitas Negeri

Yogyakarta Yogyakarta tahun 2007.

Sulaeman. 2011. Revolusi dan Inovasi Pembelajaran Melalui Mobile Learning.

(Online). http://www.ispi.or.id/2011/03/20/revolusi-dan-inovasi-

pembelajaran-melalui-mobile-learning/. diakses tanggal 1 Juni 2013).

Sumarwoto. 2010. Pembelajaran Tatap Muka, Penugasan Terstruktur dan

Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur. (Online).

(http://smp1sedayu.weebly.com/uploads/4/.../terstruktur_dan_

mandiri_2.ppt, diakses tanggal 1 Juni 2013).

Sunardjo, NA. & Suprawoto. 2009. Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar.

(Online). http://www.slideshare.net/NASuprawoto/pembelajaran-tematik-

di-sekolah-dasar, diakses tanggal 1 Juni 2013).

Sunar. 2011. New Learning Environment: Electronic & Mobile-Learning. (Online).

http://apakabarpsbg.wordpress.com/2011/02/06/new-learning-

environment-electronic-mobile-learning/, diakses tanggal 1 Juni 2013).

Suparman, A 1997. Model-Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta : STIA LAN

Press,

Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning; Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Susilo, H. 2011. Blended learning untuk Menyiapkan Siswa Hidup di Abad 21.

Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pengembangan Pembelajaran

Berbasis Blended learning, HMJ Biologi “Lebah Madu” Universitas Negeri

Malang, Malang, 13 November 2011.

Syah, M., Kariadinata, R. 2009. Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan

Menyenangkan (PAIKEM). Bahan Pelatihan PLPG, Rayon Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan. Bandung: UIN Sunan Gunung Jati.

Tamimuddin, M. 2007. Mengenal Mobile Learning. LIMAS. Diakses pada tanggal

17 November 2011.

Tham, K. & Tham, C. 2011. Blended learning-A Focus Study on Asia. IJCSI

International Journal of Computer Science Issues, 8 (2), 136-142.

Page 34: BLENDED LEARNING - UMM

Triluqman, H. 2008. Pendidikan Profesi dan Sertifikasi: Upaya Meningkatkan

Kualitas Guru di Tengah Keterpurukan Dunia Pendidikan. (Online).

(http://heritl.blogspot.com/2008/02/pendidikan-profesi-dan-

sertifikasi.html, diakses tanggal 1 Juni 2013).

Tung, K.Y. 2000. Pendidikan dan Riset di Internet. Jakarta: Dinastindo.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Usman, M.U. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Utarini, A. 1997. Process Evaluation of an Internet-Based Education on Hospital

and Health Service Management at Gadjah Mada.

Wahono, R.S. 2008. Memilih Sistem e-Learning Berbasis Open Source. (Online).

(http://romisatriawahono.net/2008/01/24/memilih-sistem-e-learning-

berbasis-open-source/ diakses tanggal 1 Juni 2013).

Wibawanto, H.; & Sahid. 2010. Modul Pendamping Pengembangan Bahan Ajar

Berbasis Web. Jakarta: Ditnaga Dikti Depdiknas.

Wildavsky, B. 2001. “Want More From High School?” Special Report: E-learning

10/15/01. (Online). (http://www.usnews/edu/elearning/articles, diakses

tanggal 1 Juni 2013).

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT. Grasindo.

Yulianto, Aan. 2011. Mobile Learning. (Online).

(http://blog.student.uny.ac.id/aanyulianto/2011/01/06/mobile-learning-

m-learning/. diakses tanggal 1 Juni 2013).

Yusuf, M. 2011. Mengenal Blended learning. Jurnal Lentera Pendidikan, 14(2)

Desember 2011: 89-96.

TENTANG PENULIS

Page 35: BLENDED LEARNING - UMM

Husamah dilahirkan pada tanggal 18 Oktober 1985 di

sebuah pulau terpencil nan indah yaitu Pulau Pagerungan Kecil

Kepulauan Sapeken Kabupaten Sumenep. Putra pertama

pasangan Bapak Mohammad Irham dan Ibu Zakiyah Huraibi

(alm) ini menamatkan studi di SDN Pagerungan Kecil III, SMP

Negeri 2 Sapeken dan SMA Negeri 1 Banyuwangi. Gelar sarjana

ia peroleh dari Program Studi Pendidikan Biologi FKIP

Universitas Muhammadiyah Malang tahun 2008. Saat ini ia

sedang menyelesaikan pendidikan S2 di Prodi Pendidikan

Biologi PPS Universitas Negeri Malang.

Laki-laki yang suka membaca, browsing, bertadabbur dan berpetualang melihat

keagungan Allah SWT di laut dan darat ini, merupakan Juara I Mahasiswa Berprestasi

Kopertis VII Jawa Timur tahun 2008. Ia juga telah puluhan kali menjuarai lomba penulisan

ilmiah kategori mahasiswa maupun umum baik tingkat lokal, regional bahkan nasional.

Ratusan tulisan artikelnya telah dimuat di jurnal ilmiah, media massa lokal dan nasional.

Saat ini, suami dari Yanur Setyaningrum, S.Pd., M.Pd. dan ayah dari Cyra Azalia

Aufaa ini aktif mengajar di Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah

Malang. Selain mengajar penulis juga aktif menjadi pemateri dalam berbagai seminar

dan diklat mahasiswa, membimbing siswa dan mahasiswa dalam penulisan karya ilmiah,

menjadi Tim Creativity and Innovation Center (CIC) UMM, menjadi tim pengembang

bahan ajar PJJ Biologi UMM, tim DIA BERMUTU Biologi UMM, Tim Lesson Study Biologi

UMM, sekretaris jurnal JP3 FKIP, pengelola jurnal Sinaps, Tim Humas Lab Biologi UMM,

Tim PMB UMM, menulis buku dan artikel di media massa. Mimpi dan semangatnya untuk

menanamkan budaya menulis sejak dini bagi generasi muda mengantarnya sebagai

salah satu motor/penggagas Lomba Menulis Inspiratif (LMI) tingkat Nasional yang

diselenggarakan setiap tahun (bulan April-Juni) oleh Tim PMB FKIP UMM.

Berkat kegigihannya, ia telah berhasil menerbitkan beberapa buku yang ia sebut

sebagai “karya kecil untuk menginspirasi Indonesia” seperti, Cerdas Menjadi Juara Karya

Ilmiah (Pinus Group, 2010), Teacherpreneur, Cara Cerdas Menjadi Guru Banyak

Penghasilan (Pinus Group, 2011), Panduan Penulisan Skripsi (Tim, Penerbitan Biologi

UMM, 2009), KIR Itu Selezat Ice Cream (Pinus Group, 2011), Kamus Penyakit Pada

Manusia (ANDI, 2012) Guru Profesional Perspektif Siswa Indonesia (Editor; Aditya Media,

2012) dan Kamus Istilah Biologi (Tim, Penerbitan Biologi UMM, 2012); Outdoor Learning

(Prestasi Pustaka Raya, 2013), Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi:

Panduan dalam Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum

2013 (Prestasi Pustaka Raya, 2013), Kamus Pendidikan (Proses Terbit), Kamus Biologi

(Prestasi Pustaka Raya, proses terbit 2013), Kamus Psikologi (proses terbit 2013),

Indonesia dalam Pikiranku: Bunga Rampai Opini (Proses Terbit) dan buku Blended

Learning yang ada di tangan Anda ini.

Untuk diskusi dan koresponsdensi dengan penulis dapat mengirimkan pesan ke

e-mail; [email protected]; facebook: Bang Us Papanya Cyra; twitter: @husamahbio

atau kunjungi blog husamah.blogspot.com.

Page 36: BLENDED LEARNING - UMM

SINOPSIS COVER BELAKANG

Saat ini dunia bergerak cepat menuju terbentuknya suatu

masyarakat berbasis sains (science-based society), kegiatan bisnis

berbasis ilmu pengetahuan (knowledge based business enterprises), dan

terwujudnya suatu budaya baru berlandaskan Ipteks terutama teknologi

informasi dan komunikasi (TIK) atau information and communication

technology (ICT) yang dengan wujud utamanya adalah internet. Internet

telah merubah wajah dunia termasuk dunia pendidikan sehingga

kemudian melahirkan e-learning. Namun, sebagian pakar menegaskan

bahwa e-learning tidak dapat sepenuhnya menggantikan kegiatan

pembelajaran konvensional di kelas (face-to-face).

Implementasi Blended learning menjadi jalan keluar yang tepat atas

berbagai kritik kekurangan e-learning dan kritik atas ketertinggalan face-

to-face learning. Blended learning merupakan penggabungan berbagai

keunggulan pembelajaran berbasis internet (e-learning online), berbasis

multimedia (e-learning offline) dan pemanfaatan teknologi mobile

(mobile learning) dengan pembelajaran tatap muka (face-to-face) pada

akhirnya diharapkan meningkatkan kompetensi peserta didik di abad 21

ini. Blended learning juga membawa misi yaitu selain mencetak SDM yang

unggul dalam pengetahuan dan keterampilan, juga punya peran strategis,

yaitu membangun dan mengembangkan karakter pribadi yang baik (SDM

berkarakter). Nah, jika Anda mengaku sebagai pendidik yang tidak

ketinggalan zaman dan pendidik profesional, segera jelajahi buku ini dan

buat perubahan di kelas dan di sekolah Anda. Berani mencoba?

Page 37: BLENDED LEARNING - UMM