BIOPORI SEBAGAI ALTERNATIF TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN RAMAH LINGKUNGAN DALAM PENYELAMATAN LINGKUNGAN MAKALAH Diusulkan oleh : YANNIKA NIDIA SARI 09320016 PROGRAM STUDI MATEMATIKA DAN KOMPUTASI
BIOPORI SEBAGAI ALTERNATIF TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN
RAMAH LINGKUNGAN DALAM PENYELAMATAN LINGKUNGAN
MAKALAH
Diusulkan oleh :
YANNIKA NIDIA SARI
09320016
PROGRAM STUDI MATEMATIKA DAN KOMPUTASI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
limpahan rahmad-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Biopori
sebagai Alternatif Teknologi Tepat Guna dan Ramah Lingkungan dalam
Penyelamatan Lingkungan”.
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk memenuhi syarat
dalam menyelesaikan ujian akhir semester pada Program Studi Matematika dan
Komputasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Malang.
Dalam penyelesaian makalah ini banyak pihak yang ikut memberikan
bantuan baik material maupun spiritual, sejak dari Dekan, Dosen hingga teman
sejawat. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya. Hanya doa yang dapat penulis panjatkan
semoga segala bantuan yang telah diberikan mendaparkan balasan dari Allah
SWT.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan. Saran dan
kritik tersebut akan sangat bermanfaat bagi penyempurnaan makalah ini pada
masa mendatang. Harapan penulis semoga keberadaan makalah ini akan banyak
memberikan manfaat bagi para pembaca, baik mahasiswa maupun dosen.
Malang, 1 Januari 2010
Penyusun
BIOPORI SEBAGAI ALTERNATIF TEKNOLOGI TEPAT GUNA DAN
RAMAH LINGKUNGAN DALAM PENYELAMATAN LINGKUNGAN
Yannika Nidia Sari
Prodi Matematika dan Komputasi, Universitas Muhammadiyah Malang
ABSTRAK
Banjir yang terjadi pada awal tahun 2002 hampir merata terjadi di daerah
pantai utara pulau Jawa, khususnya di kota Jakarta. Hampir di setiap musim
penghujan, banjir menjadi tamu langganan di kota metropolitan tersebut. Banyak
warga yang menderita kerugian besar, akibat dari bencana tersebut. Untuk
menantisipasi hal itu, pemerintah sedang gencar-gencarnya menerapkan biopori di
daerah Metropolitas. Kerena jika tidak di lakukan tindakan apa-apa,
dikhawatirkan banjir akan semakin meluas. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui seberapa besar manfaat biopori sebagai pencegah bahaya banjir
yang di terapkan di daerah rawan banjir. Manfaat dari penelitian ini adalah agar
masyarakat mengetahui manfaat dari biopori secara keseluruhan, tidak hanya
sebagai pencegah bahaya banjir saja. Hasil yang di dapatkan adalah pengetahuan
secara keseluruhan tentang biopori, manfaat dari penerapan biopori, perancangan
lokasi pemasangan biopori yang baik, dan juga perancangan pembuatan biopori
yang efektif.
Kata-kata kunci: banjir, biopori, daerah Metropolitan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL__________________________________________ i
KATA PENGANTAR_________________________________________ ii
ABSTRAK__________________________________________________ 1
DAFTAR ISI________________________________________________ 2
DAFTAR GAMBAR__________________________________________ 4
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang___________________________________ 6
1.2 Rumusan Masalah________________________________ 7
1.3 Tujuan Penelitian________________________________ 7
1.4 Manfaat Penelitian_______________________________ 8
1.5 Batasan Istilah__________________________________ 9
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Biopori_______________________________ 10
2.2 Manfaat Biopori_________________________________ 15
2.3 Perancangan Lokasi______________________________ 20
2.4 Perancangan Pembuatan __________________________ 22
2.5 Jumlah yang Disarankan___________________________ 32
2.6 Biaya yang Dikeluarkan___________________________ 33
2.7 Cara Pemeliharaan Biopori________________________ 33
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan_____________________________________ 34
3.2 Saran__________________________________________ 35
DAFTAR PUSTAKA_________________________________________ 36
DAFTAR RIWAYAT HIDUP__________________________________ 38
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 SPA dan Bangunan Terjunan______________________ 13
Gambar 2 Lubang Resapan Biopori_________________________ 14
Gambar 3 Foto Mikroskop Elektron dari Lubang Cacing
dan Akar pada Matriks Tanah
(dalam lingkaran kuning)________________________ 14
Gambar 4 Sketsa Penampang Lubang Resapan Biopori_________ 15
Gambar 5 Keunggulan Lubang Resapan Biopori______________ 19
Gambar 6 LRB pada Dasar Saluran________________________ 20
Gambar 7 LRB di Sekeliling Pohon________________________ 21
Gambar 8 LRB pada Batas Taman_________________________ 21
Gambar 9 Persiapan bahan biopori_________________________ 26
Gambar 10 Biopori______________________________________ 26
Gambar 11 Penggalian Biopori I___________________________ 27
Gambar 12 Penggalian Biopori II___________________________ 28
Gambar 13 Hasil Penggalian Biopori________________________ 28
Gambar 14 Pemotongan Paralon___________________________ 29
Gambar 15 Pemasangan Kasa Nyamuk______________________ 29
Gambar 16 Penutupan Biopori oleh Batu_____________________ 30
Gambar 17 Pembuatan Lubang Biopori______________________ 30
Gambar 18 Lubang Biopori________________________________ 31
Gambar 19 Lubang Biopori di Halaman______________________ 31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pemanfaatan sumber daya alam yang berupa tanah dan air sebagai salah satu
modal dasar pembangunan nasional, harus dilaksanakan sebaik-baiknya
berdasarkan azas kelestarian, keserasian dan azas pemanfaatan yang optimal, yang
dapat memberikan manfaat ekonomi, ekologi dan sosial secara seimbang.
Penggunaan pemanfaatan tanah dan lahan yang tidak sesuai dengan kaidah-
kaidah konservasi dan melampaui kemampuan daya dukungnya, akan
menyebabkan terjadinya lahan kritis. Disamping itu perilaku masyarakat yang
belum mendukung pelestarian tanah dan lingkungan menyebabkan terjadinya
bencana alam banjir pada musim penghujan.
Untuk menghindari hal tersebut di atas perlu dilakukan upaya pelestarian
lahan kritis, dan pengembangan fungsi biopori terus ditingkatkan dan
disempurnakan. Biopori pada lahan kritis dimaksudkan untuk memulihkan
kesuburan tanah, melindungi tata air, dan kelestarian daya dukung lingkungan.
Dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam baik berupa tanah dan air
perlu direncanakan dan dikelola secara tepat melalui suatu sistem pengelolaan
Lubang Resapan Biopori (LRB). Salah satu upaya pokok dalam pengelolaan LRB
adalah berupa pengaturan keseimbangan pada lingkungan yang kurang daerah
peresapan.
Dari aspek perencanaan ditempuh melalui penyempurnaan pembuatan
biopori di lingkungan sekitar masyarakat. Di akspek inilah diharapkan akan dapat
menjadi acuan pelaksanaan pembuatan biopori oleh semua kalangan masyarakat.
Biopori secara umum, dapat mengurangi resiko bahaya banjir di daerah yang
kurang lahan peresapan air. Tidak hanya sebagai pencegah banjir, penerapan
biopori yang secara rutuin akan menghasilkan pupuk kompos yang sangat
bermanfaat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
1. Apa yang dimaksud dengan biopori?
2. Apa saja manfaat yang didapatkan dari biopori untuk penyelamatan
lingkungan?
3. Lokasi manakah yang lebih efisien untuk pemasangan biopori?
4. Bagaimana cara pembuatan biopori yang efisien dan efektif?
5. Berapa jumlah biopori yang harus dibuat, agar terhindar dari bahaya
banjir?
6. Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan biopori?
7. Bagaimana cara memelihara biopori agar tetap bagus?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengaertian dari biopori
2. Mengetahui manfaat yang didapatkan dari biopori untuk penyelamatan
lingkungan
3. Mengetahui lokasi yang lebih efisien untuk pemasangan biopori
4. Mengetahui cara pembuatan biopori yang efisien dan efektif
5. Mengetahui jumlah biopori yang disarankan
6. Mengetahui biaya yang dikeluarkan dari pembuatan biopori
7. Mengetahui cara memelihara biopori agar kondisinya tetap bagus
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapaun manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Terketahuinya pengertian dari biopori
2. Terketahuinya manfaat yang didapatkan dari biopori untuk
penyelamatan lingkunagn
3. Terketahuinya lokasi yang lebih efisien untuk pemasagan biopori
4. Terketahuinya cara pembuatan biopori yang efisien dan efektif
5. Terketahuinya jumlah biopori yang disarankan
6. Terketahuinya biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan biopori
7. Terketahuinya cara memelihara biopori agar tetap bagus kondisinya
1.5 BATASAN ISTILAH
Dalam hal ini penulis menggunakan kata ‘Biopori’ sebagai batasan istilah.
Penulis memilih ‘Biopori’ sebagai batasan istilah, karena sebagian besar
masyarakat belum banyak yang mengetahui dan memahami istilah tersebut. Oleh
karena itu, untuk membahas masalah ini penulis menggunakan tiga pandangan
sebagai tinjauan untuk mendefinisikan arti kata ‘Biopori’.
Bila ditinjau dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah biopori masih
belum ditemukan.
Sedangkan bila ditinjau dari asal kata, biopori terdiri dari dua kata yaitu
‘bio’ yang berarti hidup dan ‘pori’ yaitu pori-pori yang bermanfaat(Plasa Teen,
2009).
Dan ada juga yang menyebut biopori “mulsa vertical”, karena ini
mengandalkan jasa hewan-hewan tanah seperti cacing dan rayap untuk
membentuk pori-pori alami dalam tanah, dengan bantuan sampah organik,
sehingga air bisa terserap dan struktur tanah diperbaiki(http://Lubang Resapan
Biopori « Yayasan Prana-Nasional Indonesia.htm/, diakses 31 Desember 2009).
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis memaparkan dan menjelaskan semua permasalahan
yang ada di rumusan masalah. Untuk menjelaskan lebih terperinci, penulis
melakukan penyaduran, penyitiran, dan pengutipan dari beberapa sumber yang
dianggap bisa memperjelas dan memperkuat bahan permasalahannya. Tidak
hanya dari sumber internet, buku, dan artikel saja yang digunakan, tapi penulis
juga menggunakan sumber dari media komunikasi, seperti televisi, radio, DVD,
dan lain-lain. Bahkan, penulis juga melakukan wawancara pada salah satu staf di
SMAN 2 Probolinggo, untuk mengetahui lebih banyak pengetahuan tentang
biopori, dan bagaimana terlaksananya program biopori pada Sekolah Menengah
Atas tersebut. Setelah beberapa informasi tersebut didapat, penulis
mengumpulkan semua informasi dari berbagai sumber yang ada dan terus di
klasifikasikan berdasarkan rumusan masalah yang akan dibahas pada bab ini.
2.1 Pengertian Biopori
Banyak orang yang belum mengetahui arti, makna atau pengertian dari
istilah ‘biopori’, tetapi ada juga yang sudah paham arti dari istilah tersebut, dan
ada beberapa yang hanya sekedar tahu, tapi pemahamannya belum. Oleh karena
itu, penulis akan memaparkan pengertian dari istilah ‘biopori’ dalam berbagai
pendapat, yaitu:
1. Biopori menurut Griya (2008) lubang-lubang kecil pada tanah yang
terbentuk akibat aktivitas organisme dalam tanah seperti cacing atau
pergerakan akar-akar dalam tanah. Lubang tersebut akan berisi udara
dan menjadi jalur mengalirnya air. Jadi air hujan tidak langsung masuk
ke saluran pembuangan air, tetapi meresap ke dalam tanah melalui
lubang tersebut.
2. Ir. Kamir R. Brata, Msc dari Institut Pertanian Bogor (2008)
menjelaskan biopori adalah lubang sedalam 80-100cm dengan diameter
10-30 cm, dimaksudkan sebagi lubang resapan untuk menampung air
hujan dan meresapkannya kembali ke tanah. Biopori memperbesar daya
tampung tanah terhadap air hujan, mengurangi genangan air, yang
selanjutnya mengurangi limpahan air hujan turun ke sungai. Dengan
demikian, mengurangi juga aliran dan volume air sungai ke tempat
yang lebih rendah, seperti Jakarta yang daya tampung airnya sudah
sangat minim karena tanahnya dipenuhi bangunan.
3. Tim Biopori IPB (2007) menguraikan bahwa biopori adalah lubang-
lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai akitifitas
organisma di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap, dan
fauna tanah lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara,
dan akan menjadi tempat berlalunya air di dalam tanah.
Diatas adalah beberapa pendapat tentang pengertian dari ‘biopori’, untuk
selanjutnya penulis akan memaparkan tentang pengertian dari lubang biopori.
Dalam hal ini, banyak pendapat dari beberapa ahli mengenai ‘lubang biopori’.
Untuk itu, pembaca diharapkan bisa mencermati dan sekaligus memahami arti
dari istilah tersebut.
1. Ir. Kamir R. Brata, Msc dari Institut Pertanian Bogor (2009) telah
mengartikan Lubang resapan biopori adalah metode resapan air yang
ditujukan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap
air pada tanah.
2. Lubang biopori adalah lubang yang dengan diameter 10 sampai 30 cm
dengan panjang 30 sampai 100 cm yang ditutupi sampah organik yang
berfungsi untuk menjebak air yang mengalir di sekitarnya sehingga
dapat menjadi sumber cadangan air bagi air bawah tanah, tumbuhan di
sekitarnya serta dapat juga membantu pelapukan sampah organik
menjadi kompos yang bisa dipakai untuk pupuk tumbuh-tumbuhan
(Anonim, 2008).
3. Menurut Jhon Herf(2009), lubang resapan biopori (LRB) adalah lubang
silindris yang dibuat ke dalam tanah dengan diameter sepuluh sampai
dengan tiga puluh sentimeter. Pada leaflet Biopori dijelaskan,
kedalamannya sekitar seratus sentimeter atau tidak melebihi kedalaman
muka air tanah. Lubang diisi sampah organik untuk mendorong
terbentuknya biopori. Biopori adalah pori berbentuk liang (terowongan
kecil) yang dibentuk oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman.
4. Bila dilihat secara alami, lubang biopori adalah lubang-lubang kecil
pada tanah yang terbentuk akibat aktivitas organisme dalam tanah
seperti cacing atau pergerakan akar-akar dalam tanah. Lubang tersebut
akan berisi udara dan menjadi jalur mengalirnya air. Jadi air hujan tidak
langsung masuk ke saluran pembuangan air, tetapi meresap ke dalam
tanah melalui lubang tersebut.(http://mengenal-dan-memanfaatkan-
lubang-biopori.html/, diakses 31 Desember 2009).
5. Oasezam blog (2009) mendefinisikan biopori adalah lubang sedalam 80-
100cm dengan diameter 10-30 cm yang dimaksudkan sebagai lubang
resapan untuk menampung air hujan dan meresapkannya kembali ke
tanah. Biopori memperbesar daya tampung tanah terhadap air hujan,
mengurangi genangan air, yang selanjutnya mengurangi limpahan air
hujan turun ke sungai. Dengan demikian, mengurangi juga aliran dan
volume air sungai ke tempat yang lebih rendah, seperti Jakarta yang
daya tampung airnya sudah sangat minim karena tanahnya dipenuhi
bangunan.
6. Lubang Resapan Biopori menurut Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor:P.70/Menhut-II/2008/Tentang Pedoman Teknis Rehabilitasi
Hutan dan Lahan, adalah lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk
akibat berbagai aktivitas organisme di dalamnya, seperti cacing,
perakaran tanaman, rayap, dan fauna tanah lainnya. Lubang - lubang
yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air
di dalam tanah.
Gambar 1. SPA dan Bangunan Terjunan
Pengertian tentang ‘biopori’ dan ‘lubang biopori’ telah penulis jelaskan
dengan beberapa pendapat yang berbeda dari berbagai kalangan. Untuk lebih
memahami dari penjelasan diatas, penulis pada bagian ini akan menampilkan
beberapa gambar tentang biopori.
Lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal
ke dalam tanah dengan diameter 10 - 30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau
dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi
kedalaman muka air tanah (Gambar 2.) Lubang diisi dengan sampah organik
untuk memicu terbentuknya biopori. Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang
(terowongan kecil) yang dibuat oleh aktivitas fauna tanah atau akar tanaman
(Gambar 3). Gambar 4, menunjukkan penampang dari lubang resapan biopori.
Gambar 2. Lubang Resapan Biopori
Gambar 3 . Foto Mikroskop Elektron dari Lubang Cacing dan Akar pada Matriks Tanah
(dalam lingkaran kuning)
Gambar 4. Sketsa Penampang Lubang Resapan Biopori
2.2 Manfaat Biopori
Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari biopori, bila kita mau
menerapkannya di lingkungan sekitar. Namun, hasil penerapan biopori akan lebih
memuaskan jika kita semua mau bergotong-royong untuk menerapkannya secara
bersama-sama di lingkungan. Semakin banyak yang menerapkan, maka semakin
besar manfaat yang kita peroleh. Dalam hal ini, penulis akan menyebutkan semua
manfaat dari diterapkannya biopori dalam lingkungan adalah sebagai berikut
1. Griya (2008) menguraikan manfaat biopori sebagai berikut:
a. Mencegah banjir
Banjir sendiri telah menjadi bencana yang merugikan bagi
warga Jakarta. Keberadaan lubang biopori dapat menjadi jawaban dari
masalah tersebut. Bayangkan bila setiap rumah, kantor atau tiap
bangunan di Jakarta memiliki biopori berarti jumlah air yang segera
masuk ke tanah tentu banyak pula dan dapat mencegah terjadinya
banjir. Berkurangnya ruang terbuka hijau menyebabkan berkurangnya
permukaan yang dapat meresapkan air kedalam tanah di kawasan
permukiman. Peningkatan jumlah air hujan yang dibuang karena
berkurangnya laju peresapan air kedalam tanah akan menyebabkan
banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.
b. Tempat pembuangan sampah organik
Banyaknya sampah yang bertumpuk juga telah menjadi
masalah tersendiri di kota Jakarta. Kita dapat pula membantu
mengurangi masalah ini dengan memisahkan sampah rumah tangga
kita menjadi sampah organik dan non organik. Untuk sampah organik
dapat kita buang dalam lubang biopori yang kita buat.
c. Menyuburkan tanaman
Sampah organik yang kita buang di lubang biopori merupakan
makanan untuk organisme yang ada dalam tanah. Organisme tersebut
dapat membuat sampah menjadi kompos yang merupakan pupuk bagi
tanaman di sekitarnya.
d. Meningkatkan kualitas air tanah
Organisme dalam tanah mampu membuat samapah menjadi
mineral-mineral yang kemudian dapat larut dalam air. Hasilnya, air
tanah menjadi berkualitas karena mengandung mineral.
2. Sedangkan manfaat lubang resapan biopori menurut Perpustakaan
Online (2008) adalah
a. Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga
menambah air tanah.
b. Membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar.
c. Mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit.
d. Mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut.
e. Mengurangi resiko banjir di musim hujan.
f. Maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah.
g. Mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor.
3. Tim Biopori IPB (2009) menjelaskan keunggulan dan manfaat biopori
sebagai berikut
Lubang resapan biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah
lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara
a. Meningkatkan daya resapan air
Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan
menambah bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom atau
dinding lubang. Sebagai contoh bila lubang dibuat dengan diameter 10
cm dan dalam 100 cm maka luas bidang resapan akan bertambah
sebanyak 3140 cm 2 atau hampir 1/3 m 2. Dengan kata lain suatu
permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diamater 10 cm, yang
semula mempunyai bidang resapan 78,5 cm 2 setelah dibuat lubang
resapan biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya
menjadi 3218 cm 2.
Dengan adanya aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka
biopori akan terbentuk dan senantiasa terpelihara keberadaannya. Oleh
karena itu, bidang resapan ini akan selalu terjaga kemampuannya
dalam meresapkan air. Dengan demikian kombinasi antara luas bidang
resapan dengan kehadiran biopori secara bersama-sama akan
meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air.
b. Mengubah sampah organik menjadi kompos
Lubang resapan biopori ‘diaktifkan’ dengan memberikan
sampah organik kedalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai
sumber energi bagi organisme tanah untuk melakukan kegiatannya
melalui proses dekomposisi. Sampah yang telah didekompoisi ini
dikenal sebagai kompos.. Dengan melalui proses seperti itu maka
lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap air
juga sekaligus berfungsi sebagai "pabrik" pembuat kompos. Kompos
dapat dipanen pada setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan
sebagai pupuk organik pada berbagai jenis tanaman, seperti tanaman
hias, sayuran, dan jenis tanaman lainnya. Bagi mereka yang senang
dengan budidaya tanaman atau sayuran organik maka kompos dari
LRB adalah alternatif yang dapat digunakan sebagai pupuk
sayurannya.
c. Memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman
Seperti disebutkan di atas, Lubang Resapan Biopori (LRB)
diaktikan oleh organisme tanah, khususnya fauna tanah dan perakaran
tanaman. Aktivitas merekalah yang selanjutnya akan menciptakan
rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah yang akan dijadikan
"saluran" air untuk meresap ke dalam tubuh tanah. Dengan
memanfaatkan aktivitas mereka maka rongga-rongga atau liang-liang
tersebut akan senantiasa terpelihara dan terjaga keberadaannya
sehingga kemampuan peresapannya akan tetap terjaga tanpa campur
tangan langsung dari manusia untuk pemeliharaannya. Hal ini tentunya
akan sangat menghemat tenaga dan biaya. Kewajiban faktor manusia
dalam hal ini adalah memberikan pakan kepada mereka berupa sampah
organik pada periode tertentu. Sampah organik yang dimasukkan ke
dalam lubang akan menjadi humus dan tubuh biota dalam tanah, tidak
cepat diemisikan ke atmosfer sebagai gas rumah kaca; berarti
mengurangi pemanasan global dan memelihara biodiversitas dalam
tanah.
Gambar 5. Keunggulan Lubang Resapan Biopori
4. Jhon Herf (2008) dalam blognya menuliskan sepuluh manfaat dari
biopori, diantaranya adalah
a. Memelihara cadangan air tanah.
b. Mencegah terjadi keamblesan (subsidence) dan keretakan tanah.
c. Menghambat intrusi air laut.
e. Mengubah sampah organik menjadi kompos.
f. Meningkatkan kesuburan tanah.
g. Menjaga keanekaragaman hayati dalam tanah.
h. Mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh adanya genangan air
seperti demam berdarah, malaria, kaki gajah.
i. Mengurangi masalah pembuangan sampah yang mengakibatkan
pencemaran udara dan perairan.
j. Mengurang emisi gas rumah kaca (CO2 dan metan).
k. Serta mengurangi banjir, longsor, dan kekeringan.
2.3 Perancangan Lokasi
Dalam hal perancangan pembuatan biopori, agar kinetik kerja biopori lebih
maksimal perlu tempat-tempat yang khusus dan tepat. Jika kita menempatkan
biopori ditempat yang tepat, maka biopori tersebut akan lebih leluasa dalam segi
kinerjanya dan hasil yang kita terima pun akan lebih maksimal. Oleh karena itu,
perlu perhatikan secara cermat untuk memilih lokasi pemasangan biopori. Dalam
sub-sub bab ini, penulis akan menjelaskan pemilihan tempat perancangan biopori
dari beberapa sumber, yaitu
1. Sumber pertama menurut Perpus Online (2008) dalam penjelasannya
ada tiga
lokasi yang disarankan dan ketiga lokasi itu juga disertai gambar yang
mendukung. Inilah ketiga lokasi tersebut :
a. Pada alas saluran air hujan di sekitar rumah, kantor, sekolah, dsb.
Gambar 6. LRB pada Dasar Saluran
2. Di sekeliling pohon.
Gambar 7 . LRB di Sekeliling Pohon
3. Pada tanah kosong antar tanaman atau batas tanaman.
Gambar 8. LRB pada Batas Taman
2. Adapun Persyaratan Lokasi menurut Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia /Nomor : P. 32/MENHUT-II/2009 /Tentang Tata
Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan
Daerah Aliran Sungai (RTkRHL-DAS), menyebutkan untuk setiap 100
m2 lahan idealnya Lubang Resapan Biopori (LRB) dibuat sebanyak 30
titik dengan jarak antara 0,5 - 1 m. Dengan kedalam 100 cm dan
diameter 10 cm setiap lubang bisa menampung 7,8 liter sampah.
Sampah dapur dapat menjadi kompos dalam jangka waktu 15-30 hari,
sementara sampah kebun berupa daun dan ranting bisa menjadi kompos
dalam waktu 2-3 bulan
2.4 Perancangan Pembuatan
Setelah kita mengetahui pemahaman tentang biopori, manfaat apa saja yang
dapat kita peroleh dari penerapannya, dan lokasi perencanaan yang tepat untuk
biopori. Maka langkah terakhir yaitu kita tinggal mempraktekkan bagaimnan cara
pembuatan biopori yang disarankan oleh para ahli. Dari sinilah kita bisa tahu cara
pembuatannya secara langsung, karena penulis tidak hanya menggunakan kata
atau bahkan kalimat saja untuk menjelaskan cara pembuataannya. Tapi juga
dengan gambar, diharapkan dengan adanya gambar ini pembaca tidak terlalu
mengalami kesulitan dalam memahaminya, berikut beberapa sumber tentang
perencanaan pembuatan biopori:
1. Proses pembuatan biopori (http://mengenal-dan-memanfaatkan-
lubang-biopori.html/ diakses 31 Desember 2009), dibagi dalam 2
tahap, yaitu
a. Tahap pembuatan
Membuat lubang biopori bukan pekerjaan susah, hanya
memang memerlukan daya yang cukup besar. Kedalaman lubang yang
disarankan adalah 80-100 cm, kedalaman yang memungkinkan
organisme pengurai bekerja dengan optimal. Sedangkan diameter yang
disarankan adalah 10-30 cm. Karena membuat di halaman rumah,
maka 10 cm lebih proporsional. Lalu menggali lubang-lubang secara
manual menggunakan peralatan sederhana seperti pipa paralon, bambu,
dan linggis. Jika ketemu lapisan batu penggalian dialihkan ke titik lain.
Jika tanah terlalu keras dasar lubang diairi secukupnya dan penggalian
diteruskan setelah air meresap. Sebenarnya IPB menyediakan alat bor
tapi pada saat itu saya belum berpikir untuk berinvestasi. Setelah lima
hari, jadilah sebanyak 34 lubang silinder dan empat lubang
memanjang. Meskipun angka ini sebenarnya terlalu banyak, tapi saya
tidak menyesalinya.
Penggalian lubang dilakukan pertengahan Februari ketika
Bogor sedang mengalami puncak musim hujan. Waktu yang lebih
baik tentu saja ketika hujan tidak sedang turun. Saya memilih loster
sebagai penutup lubang. Loster biasanya digunakan sebagai lubang
angin yang dipasang di dinding WC atau dinding rumah yang
menghadap keluar. Satu buah loster dipotong untuk dua lubang. Untuk
memperkuat kedudukan loster sekeliling mulut lubung disemen
sehingga cukup kokoh jika kita berjalan di atasnya. Dengan
ditutupnya lubang kaki tidak akan kejeblos, apalagi anak saya masih
kecil-kecil dan senang bermain-main di halaman.
b. Tahap pengisian
Sekarang waktunya membuang sampah, maksudnya mengisi
lubang biopori. Tapi sebelum dimasukkan pilahlah terlebih dahulu
sampah organik dan sampah non-organik. Karena melalui fermentasi
sampah organik dengan bantuan aktivator EM4 dapat menghasilkan
pupuk biokasi . Agar tidak bingung dalam memilah sampah, maka
sediakan dua tempat sampah, sebut saja S (sampah) dan B (biopori),
yang masing-masing diberi kantong plastik. Pada prinsipnya semua
bahan dari makhluk hidup masuk dalam kategori organik. Namun
untuk mengisi tempat sampah B hanya untuk bahan-bahan yang lebih
mudah terurai seperti sisa sayur dan potongan tempe/daging/ikan yang
tidak terpakai. Juga sisa makanan yang tidak habis dimakan, sisa
makanan lain seperti roti dan cemilan, ampas kopi, dan kantung teh
celup, masuk ke B.
Tulang ayam dan tulang sapi, bonggol jagung, serta kulit telur
walaupun masuk kategori organik, dimasukkan ke tempat sampah S.
Di tempat sampah ini bergabung kertas, besi, plastik, kayu, kain, dan
benda-benda lain yang tidak mungkin atau sulit terurai. Kantong
plastik juga disatukan ke tempat sampah S yang selanjutnya di
tempatkan di bak sampah luar rumah.
Sesekali waktu, bila ada sampah yang berasal tumbuhan,
misalnya setelah merapikan tanaman dengan memotong daun, bunga
yang mulai layu, sulur yang kepanjangan, atau memotong rumput dan
ranting pohon seperlunya. Sampah yang dihasilkan dari proses ini
langsung dimasukkan ke lubang-lubang terdekat. Agar merapat ke
dasar, bumbungan sampah hijau ini didorong dengan tongkat.
2. Cara Pembuatan Lubang Biopori Resapan Air ada empat tahap yaitu:
a. Membuat lubang silindris di tanah dengan diameter 10-30 cm dan
kedalaman 30-100 cm serta jarak antar lubang 50-100 cm.
b. Mulut lubang dapat dikuatkan dengan semen setebal 2 cm dan lebar
2-3 sentimeter serta diberikan pengaman agar tidak ada anak kecil
atau orang yang terperosok.
c. Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur,
ranting pohon, sampah makanan dapur non kimia, dsb. Sampah
dalam lubang akan menyusut sehingga perlu diisi kembali dan di
akhir musim kemarau dapat dikuras sebagai pupuk kompos alami.
d. Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan
besar kecil hujan, laju resapan air, dan wilayah yang tidak meresap
air dengan rumus = intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang
kedap air (meter persegi) / laju resapan air perlubang (liter / jam).
Sumber informasi:Organisasi.Org Komunitas & Perpustakaan
Online Indonesia.com.
3. Jika menurut TIM Biopori dari IPB(2007), menyeburkan cara
pembuatan biopori sangat mudah sekali untuk diterapkan di
lingkungan sekitar. Pembuatan biopori ada lima tahap, yaitu:
a. Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diamter
10 cm. Kedalaman kurang lebih 100 cm atau tidak sampai
melampaui muka air tanah bila air tanahnya dangkal. Jarak antar
lubang antara 50 - 100 cm.
b. Mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2 - 3 cm
dengan tebal 2 cm di sekeliling mulut lubang.
c. Isi lubang dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur,
sisa tanaman, dedaunan, atau pangkasan rumput.
d. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang
isinya sudah berkurang dan menyusut akibat proses pelapukan.
e. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil pada setiap
akhir musim kemarau bersamaan dengan pemeliharaan lubang
resapan.
4. Cara pemuatan biopori menurut Salman (2009) bisa dilakukan
dilorong samping rumah. Ini tentu sangat menguntungkan sekali bagi
para warga yang tidak mempunyai lahan luas untuk biopori. Dalam hal
ini Salman, menjelaskan cara pembuatan biopori yang dilakukan di
lorong samping rumahnya beserta gambarnya. Langkah-langkah
pembuatannya adalah
a. Persiapan bahan-bahan yang diperlukan.
Gambar 9. Persiapan bahan biopori
- Paralaon
- Kasa nyamuk
- Biopori
b. Cara pembuatan
Gambar 10. Biopori
- Lokasi lubang pertama, dipilihlah halaman belakang yang
tanahnya hanya berukuran 140 x 40 cm, tapi menjadi
tempat lewat air hujan dan pancuran air tempat mencuci
macam-macam. Cukup untuk menjadi 2 buah lubang
dengan jarak 100 cm.
- Persiapan awal, batu-batu gosok yang menutupi tanah
dikumpulkan dan dibersihkan dulu, supaya tidak ikut jatuh
ke lubang.
- Mata bor memudahkan penggalian dan pengangkatan
tanah galian, dan mencetak lubang berdiameter 10cm.
Dengan bor khusus ini, kita bisa dengan mudah membuat
lubang dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm.
Gambar 11. Penggalian biopori I
- Untuk menggali, putar bor searah jarum jam, jangan
dibalik. Demikian pula pada saat mengangkat tanah
galian, tetap searah jarum jam hanya sedikit demi sedikit
diangkat ke atas.
Gambar 12. Penggalian biopori II
- Hasil galian pertama Tampungan tanah liat
Gambar 13. Hasil penggalian biopori
- Menggali lubang kedua yang berjarak 100 cm dari lubang
pertama
Gambar 14. Pemotongan paralon
- Selanjutnya memotong paralon sepanjang 20 cm,
untuk dijadikan penahan dinding lubang supaya tanah
di atasnya tidak mudah jatuh/turun.
- Kedalaman dinding paralon tidak usah terlalu dalam,
karena fungsinya hanya untuk menahan tanah jatuh
Gambar 15. Pemasangan kasa nyamuk
- Lubang biopori kan kadang-kadang harus dibuka
untuk diisi limbah, dan supaya baunya tidak
menyeruak ke atas, juga harus ditutup dan ditimbuni
batu sedikit.
- Syarat lain adalah air di atasnya harus tetap bisa
mengalir masuk.
Gambar 16. Penutupan biopori oleh batu
- Biopori sudah selesai. Seperti bukan lubang peresapan
6. Cara pembuatan bopori menurut Oasezam weblog.htm (2009) hampir
sama dengan konsep Salman (2009), yang membedakan hanyalah
dalam segi metode peralatannya saja. Kalau Oaezam menggunakan
metode yang modern, tapi Salman menggunakan metode yang
sederhana. Berikut ini adalah cara pembuatan menurt oaezam adalah
a. Buatlah lubang sedalam 80 – 100 cm dengan diameter 10 – 30 cm.
Gambar 17. Pembuatan lubang biopori
b. Masukkan daun daunan kering ke dalam lubang
Gambar 18. Lubang biopori
c. Tutuplah dengan Loster
Gambar 19. Lubang biopori di halaman
2.5 Jumlah Biopori yang disarankan
Jumlah lubang yang perlu dibuat dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Jumlah LRB = Intensitas hujan(mm/jam) x Luas bidang kedap (m2)
Laju Peresapan Air per Lubang (liter/jam)
Sebagai contoh, untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan
lebat), dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100
m2 bidang kedap perlu dibuat sebanyak (50 x 100) / 180 = 28 lubang.
Bila lubang yang dibuat berdiameter 10 cm dengen kedalaman 100 cm,
maka setiap lubang dapat menampung 7.8 liter sampah organik. Ini berarti bahwa
setiap lubang dapat diisi dengan sampah organik selama 2-3 hari. Dengan
demikian 28 lubang baru dapat dipenuhi dengan sampah organik yang dihasilkan
selama 56 - 84 hari. Dalam selang waktu tersebut lubang yang pertama diisi sudah
terdekomposisi menjadi kompos sehingga volumenya telah menyusut. Dengan
demikian lubang-lubang ini sudah dapat diisi kembali dengan sampah organik
baru dan begitu seterusnya.
2.6 Biaya yang dikeluarkan
Jhon herf(2008)Pembuatan LRB dipermudah dengan alat bor tanah.
Desainnya disesuaikan untuk kegunaan peresapan air yang memakai pendekatan
Biopori. Alat bor LRB juga diperlukan untuk mempermudah pemanenan kompos
yang terbentuk bersamaan dengan pemeliharaan LRB.
Bila satu lubang LRB dapat dibuat dalam waktu sepuluh menit, tiap rumah
tangga perlu membuat 30 LRB. Itu artinya pekerjaan selesai dalam waktu 300
menit (lima jam). Jadi, perlu sehari per orang kerja (Rp 35 000,-).
Bila setiap rumah tangga ingin memiliki bor LRB dengan harga bor
Rp175.000,00 –Rp200.000,00), maka diperlukan biaya (Rp205 000,00 – Rp235
000,00). Biaya itu dapat berkurang bila satu bor tanah dimiliki bersama oleh
beberapa orang.
2.7 Pemeliharan biopori
Agar biopori yang telah kita buat bisa bertahan lama, maka ada beberapa
yang harus anda lakukan untuk memelihara kondisi biopori, diantaranya adalah
1. Lubang Resapan Biopori harus selalu terisi sampah organik
2. Sampah organik dapur bisa diambil sebagai kompos setelah dua minggu,
sementara sampah kebun setelah dua bulan. Lama pembuatan kompos
juga tergantung jenis
tanah tempat pembuatan LRB, tanah lempung agak lebih lama proses
kehancurannya. Pengambilan dilakukan dengan alat bor LRB.
3. Bila tidak diambil maka kompos akan terserap oleh tanah, LRB harus
tetap dipantau supaya terisi sampah organik.
BAB III
PENUTUP
2.2 Kesimpulan
Lubang Resapan Biopori (LRB) secara umum adalah lubang-lubang di
dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas organisme di dalamnya,
seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya. Lubang -
lubang yang terbentuk akan terisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air di
dalam tanah. LBR ini merupakan salah satu upaya strategis untuk meminimalisir
terjadinya bencana banjir. Salah satu penyebab bencana banjir adalah karena
kurangnya lahan untuk peresapan air, bila air hujan turun secara berlebihan maka
air tersebut tidak bisa menyerap ke dalam tanah seluruhnya. Untuk menghindari
hal itu, maka perlu kebijakan terbaru untuk menerepkan pengembangan biopori di
lingkungan. Dalam aspek penerapan biopori tidaklah terlalu menghabiskan biaya
yang terlalu banyak dan cara pembuatannya pun cukup sederhana. Cukup
membuat beberapa lubang di sekitar lingkungan, kemudian lubang tersebut dapat
diisi dengan sampah organik. Tapi dalam memasukkan sambah organik jangan
terlalu rapat, beri celah-celah udara agar organisme tanah bisa mencerna sampah
tersebut. Baru setelah itu tutup lubang biopori. Bila dilihat dari segi manfaatnya,
biopori memiliki banyak keuntungan, yaitu bisa mencegah banjir, menyuburkan
tanah, menghasilkan pupuk kompos, dan sebagainya. Oleh karena itu, masyarakat
dihimbau untuk segara menerapkan biopori di lingkungan masing-masing. Jika
sebagian besar masyarakat telah banyak yang menerapkan biopori, maka kita
tidak perlu khawatir lagi pada musim penghujan.
3.2 Saran
Makalah ini membahas seluruh aspek dari biopori, yaitu definisi, manfaat,
lokasi pembuatan, cara pembuatan, jumlah yang disarankan, biaya pembuatan,
dan pemiliharaannya. Dan makalah ini sangat cocok untuk seluruh masyarakat
yang ingin menerapkan lubang resapan biopori (LRB). Tapi tidak menutup
kemungkinan, yang hanya sekedar ingin tahu lebih jelas tentang biopori juga
sangat dianjurkan untuk membaca makalah ini. Karena dengan membaca, kita
akan mendapatkan wawasan. Dan wawasan tersebut, dapat kita sampaikan kepada
teman-teman yang belum mengetahui tentang biopori dan juga sekaligus sebagai
upaya untuk mensukseskan penerapan biopori di Indonesia ini. Karena akhir-akhir
ini banyak terjadi banjir yang menggenangi kota-kota di Indonesia, khususnya di
kota-kota yang lahannya kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Prana, Y. 2009. Lubang Resapan Biopori. (Online). (http://Yayasan-Prana-
Nasional-Indonesia.wordpress.com, diakses 31 Desember 2009).
Salman. 2008. Biopori Pertama di Rumah. (Online). (http://Perempuan-
Banget!.wordpress.com, diakses 31 Desember 2009).
Herf, Jhon. 2008. Biopori sebagai Peresapan Air yang Mengatasi Banjir dan
Sampah. (Online). (http://jhonherf.wordpress.com, diakses 31 Desember
2009).
Griya. 2008. Mengenal dan Memanfaatkan Lubang Biopori. (Online).
(http://kumpulaninfo.com, diakses 31 Desember 2009).
Yusuf, Muhammad. 2009. Solusi Banjir dengan Membuat Biopori. (Online).
(http://OaseZam-WeBloG.com, diakses 31 Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Alat
dan Pemesanan Alat. (Online). (http://biopori.com, diakses 31 Desember
2009).
Anonim. 2007. Mencegah banjir Lewat Lubang Serapan Biopori. Suara Merdeka,
(Online), (http://Nules-Nules.wordpress.com, diakses 31 Desember 2009).
R, Kamir Brata. 2009. Lubang Resapan Biopori untuk Mitigasi Banjir,
Kekeringan dan Perbaikan. Prosiding Seminar Lubang Biopori (LBR) dapat
Mengurangi Bahaya banjir di Gedung BPPT 2009. Jakarta.
Anonim. 2008. Pengertian Biopori dan Cara Membuat Lubang Resapan Biopori
Air (LRB) pada Lingkungan Sekitar Kita. (Online).
(http://organisasi.org.com, diakses 29 Desember 2009).
Anonim. 2008. Biopori. (Online). (http://wikipedia-bahasa-Indonesia-
ensiklopedia-bebas.com, diakses 29 Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-
Pengantar. (Online). (http://biopori.com, diakses 29 Desember 2009).
San. 2008. Biopori di Halaman Rumah. (Online). (http://titik-mol.wordpress.com,
diakses 29 Desember 2009).
Anonim. 2009. Jakarta Butuh 76 Juta Lubang Biopori. Republika, (Online),
(http://diglib-AMPL.com, diakses 29 Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-
Jumlah LRB yang disarankan. (Online). (http://biopori.com, diakses 29
Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-
Keunggulan dan Manfaat. (Online). (http://biopori.com, diakses 29
Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-
Lokasi Pembuatan. (Online). (http://biopori.com, diakses 29 Desember
2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-
Peringati hari Bumi, Bogor buat 5250 Biopori. (Online). (http://biopori.com,
diakses 29 Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-Cara
Pembuatan. (Online). (http://biopori.com, diakses 29 Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-
Jumlah LRB yang disarankan. (Online). (http://biopori.com, diakses 29
Desember 2009).
Biopori, TIM IPB. 2007. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan-
Lubang Resapan Biopori (LBR). (Online). (http://biopori.com, diakses 29
Desember 2009).
Tirza, Pratama. 2009. Ada yang Baru. Plasa Teen, 20 Maret, hlm. 6-7.
RIWAYAT HIDUP
Yannika Nidia Sari dilahirkan di Pasuruan, Jawa Timur, pada tanggal 27
Januari 1991. Anak pertama dari dua bersaudara ini, telah menyelesaikan Sekolah
Dasar di MI. Muhammadiyah I Probolinggo pada tahun 2000. Tahun 2006, telah
menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Probolinggo. Dan
Pendidikan terakhirnya telah diselesaikan di SMA Negeri 2 Probolinggo.
Sekarang menjadi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang sedang
menggeluti di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Matematika dan
Komputasi. Mahasiswa angkatan 2009 ini, aktif dalam bidang Organisasi Intra.
Beberapa organisasi yang dia geluti saat ini adalah IMM “Raushan Fikr” (Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah), FDI-UMM (Forum Diskusi Ilmiah), dan ILF-UMM
(International Laguage Form). Dengan kegiatan inilah, mahasiswa asal
Probolinggo ini, mendapatkan banyak pengetahuan dan sekaligus sebagai wadah
untuk berdiskusi. Selain dari berorganisasi, mahasiswi Matkom ini, juga
mendapatkan banyak ilmu di asramanya. Di asrama yang terletak di jalan Al-
Kautsar No.48 yang bernama Islamic College inilah, banyak ilmu yang dia
dapatkan dan ilmu itu hampir tidak diajarkan di kampus. Membaca dan online
adalah salah satu hobby yang paling dia senangi.