1 BIOEKOLOGI MAKRO ALGA LAUT, BUDIDAYA DAN PEMANFAATANNYA 1. PENDAHULUAN Alga adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak berpembuluh dan termasuk dalam kelompok Thallophyta atau dikenal dengan tumbuhan bertalus. Tidak memiliki akar batang dan daun sejati tetapi hanya menyerupai saja. Hidup menempel pada substrat dengan menggunakan holdfast. Berklorofil a untuk fotosintesis dan juga mengandung pigmen lainnya. Pemanfaatan alga untuk menunjang kehidupan manusia telah banyak dilakukan didalam berbagai bidang baik pangan maupun sandang. Semua usaha pemanfaatan alga telah dilakukan baik sacara tradisional maupun intensif dalam berbagai aspek, seperti dalam budidaya untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal, juga di berbagai bidang industri, dalam skala kecil, industri rumah tangga dan dalam skala besar, pabrik dan lain-lain. Di bawah ini akan dibahas tentang bioekologi alga, budidaya dan pemanfaatannya. 2. BIOLOGI ALGA 2.1. Klasifikasi Dan Morfologi Alga yang mula-mula ada di bumi kurang lebih sekitar tiga milyar tahun yang lalu adalah cyanobacteria (atau ganggang biru-hijau), yang melakukan fotosintesis, sel prokariotik tidak berinti sel. Kemudian muncul jenis-jenis alga yang lain yang memiliki inti sel, sel kompleks multiselular atau Sel eukariotik. Alga adalah tanaman laut yang di kelompokkan dalam 2 kelompok besar makro alga dan mikro alga, mikro alga (berukuran kecil) tidak dapat dilihat secara kasat mata tetapi hanya boleh dilihat dengan menggunakan alat bantu yaitu mikroskop. Sebaliknya alga makro atau alga yang berukuran besar dapat dilihat langsung (kasat mata).
41
Embed
BIOEKOLOGI MAKRO ALGA LAUT, BUDIDAYA DAN · PDF file · 2012-04-14Jenis ini dianggap primitif di antara alga eukariotik. sel flagella ... mempertahankan beberapa fitur sel...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BIOEKOLOGI MAKRO ALGA LAUT, BUDIDAYA
DAN PEMANFAATANNYA
1. PENDAHULUAN
Alga adalah tumbuhan tingkat rendah yang tidak berpembuluh dan
termasuk dalam kelompok Thallophyta atau dikenal dengan tumbuhan bertalus.
Tidak memiliki akar batang dan daun sejati tetapi hanya menyerupai saja. Hidup
menempel pada substrat dengan menggunakan holdfast. Berklorofil a untuk
fotosintesis dan juga mengandung pigmen lainnya.
Pemanfaatan alga untuk menunjang kehidupan manusia telah banyak dilakukan
didalam berbagai bidang baik pangan maupun sandang. Semua usaha
pemanfaatan alga telah dilakukan baik sacara tradisional maupun intensif dalam
berbagai aspek, seperti dalam budidaya untuk mendapatkan hasil panen yang
maksimal, juga di berbagai bidang industri, dalam skala kecil, industri rumah
tangga dan dalam skala besar, pabrik dan lain-lain. Di bawah ini akan dibahas
tentang bioekologi alga, budidaya dan pemanfaatannya.
2. BIOLOGI ALGA
2.1. Klasifikasi Dan Morfologi
Alga yang mula-mula ada di bumi kurang lebih sekitar tiga milyar tahun
yang lalu adalah cyanobacteria (atau ganggang biru-hijau), yang melakukan
fotosintesis, sel prokariotik tidak berinti sel. Kemudian muncul jenis-jenis alga
yang lain yang memiliki inti sel, sel kompleks multiselular atau Sel eukariotik.
Alga adalah tanaman laut yang di kelompokkan dalam 2 kelompok besar
makro alga dan mikro alga, mikro alga (berukuran kecil) tidak dapat dilihat
secara kasat mata tetapi hanya boleh dilihat dengan menggunakan alat bantu yaitu
mikroskop. Sebaliknya alga makro atau alga yang berukuran besar dapat dilihat
langsung (kasat mata).
2
Alga terdiri atas 8 divisio dan tersebar dalam 16 kelas dengan sejumlah ordo,
family, genus dan spesies. Pembagian klasifikasi di tingkat divisio menurut Sze
(1986), adalah sebagai berikut :
Divisio Cyanophyta (cyanobacteria atau blue-green algae)
Class Cyanophyceae
Divisio Prochlorophyta
Class Prochlorophyceae
Divisio Chlorophyta (green algae)
Class Prasinophyceae OR Class Micromonadophyceae
Class Chlorophyceae Class Chlorophyceae
Class Charophyceae Class Charophyceae
Class Ulvophyceae
Class Pleurastrophyceae
Divisio Chrysophyta
Class Chrysophyceae (golden brown algae)
Class Prymnesiophyceae (=Haptophyceae)
Class Tribophyceae (=Xanthophyceae) (yellow-green algae)
Class Eustigmatophyceae
Class Raphidophyceae (=Chloromonadophyceae) Class
Bacillariophyceae (=Diatomophyceae) (diatoms) Class
Callithamnion. Dalam spesies berserabut lebih kompleks,
perubahan cukup dapat terjadi antara cabang-cabang. filamen
bercabang Banyak memiliki sistem yang berbeda dari cabang
bersujud tumbuh menempel pada substrat dan sistem tegak
terbuka lebih memperluas cabang bebas dari substrat (gbr.1.j).
Filamen ini dijelaskan sebagai heterotrichous. Pada beberapa
spesies filamen, cabang-cabang tidak menyebar terpisah dalam
pola percabangan terbuka tetapi dilibatkan untuk membentuk
suatu massa yang kompak alga tersebut disebut alga
pseudoparenchymatous.
(G) Thalli Parenchymatous.
Tipe thalus adalah bentuk filament multiseriate. Dalam konstruksi
parenchymatous pembagian sel dalam 3 ukuran ; masa sel
filament gepeng, menyerupai daun dan silinder yang tersusun
lurus serupa tabung. Alga parenchymatous adalah konstruksi
yang paling maju.
Menurut sebagian ahli botani memasukkan alga ini kedalam dunia
tumbuh-tumbuhan dan secara morfologi tubuh alga tidak memiliki akar, batang,
dan daun yang sejati seperti layaknya tumbuhan tingkat tinggi, tetapi hanya
menyerupai saja bagian-bagian tersebut karena alga hanyalah berbentuk talus
belaka dan di masukkan ke dalam tumbuhan tingkat rendah.
Untuk dapat tumbuh bagi alga yang berukuran besar (makro alga)
memerlukan substrat untuk tempat menempel/hidup. Alga epifit pada benda-benda
lain seperti, batu, batu berpasir, tanah berpasir, kayu, cangkang moluska dan epifit
pada tumbuhan lain atau alga jenis yang lain (Kumampung, 1984).
Alga yang berukuran kecil (mikro), hidup melayang atau menempati kolom-
kolom air yang ada di perairan disebut phytoplankton. Bentuknya bervariasi, satu
sel atau koloni (diatom, dinoflagelata dan lain-lain).
7
Makro alga umumnya epifit memiliki bagian talus yang khusus untuk
menempel pada subsrat bagian yang menyerupai akar, ini di sebut holdfast.
Menurut Sze, (1986) tipe holdfast pada alga makro adalah sebagai berikut :
a. Talus benar-benar diluruskan /menyebar menempel
pada substrat (encrusting)
b. Rhizoids/ rhizoidal pada pangkal talus
c. Heterotrichy (lembaran /lampiran)
Cabang dimodifikasi membentuk dasar untuk
lampiran, pertumbuhan kembali cepat dari dasar jika
sistem hilang
d. Diskoid
Pada jaringan (parenchymatous atau
pseudoparenchymatous)
membentuk dasar makroalga yang lebih besar
e. Haptera
Cabang/batang membentuk seperti jari-jari.
2.2 Pigmen Fotosintesis
Untuk tumbuh dan berkembang alga ini membutuhkan cahaya untuk
melakukan proses fotosintesis dimana alga ini bersifat autotrof dan mensitesa
sendiri makanannya dengan bantuan sinar matahari. Dalam penyerapan sinar
matahari alga memiliki pigmen fotosintesis yaitu klorofil a yang terdapat pada
semua jenis alga. Untuk proses fotosintesis klorofil dibantu dengan pigmen
lainnya. Jenis-jenis pigmen yang dikandung oleh alga adalah pigmen klorofil
yaitu klorofil A, klorofil B, klorofil C1, C2 dan klorofil D (gambar 2). Pigmen
caroten yaitu β-caroten, fucoxanthin, siphonaxanthin dan peridinin (gambar 3).
Pigmen phycobilin yaitu phycoerythrobilin dan phycocyanobilin (gambar 4),
Secara rinci pembagiannya menurut divisi alga dapat dilihat pada table 2.
8
CH2 CH CH3 CH2 CH CH3
CHCH2CH3H3C
CH2 b
a
CH2
c d
Gambar 2. Struktur pigmen chlorophyll
(a) chlorophyll A,
(b) chlorophyll B,
(c) chlorophyll Ci,
(d) chlorophyll D
9
CH,COO
10
Gambar 3. Struktur pigmen carotenoid
(a) β-carotene,
(b) fucoxanthin,
(c) phonaxanthin,
(d) peridinin.
Gambar 4. Pigmen Phycobiline (a). Phycocyanobiline
(b). Phycoerythrobilin
11
Tabel 2. Pigmen fotosintesis pada alga
Divisio Pigmen Fotosintesis
Cyanophyta
Prochlorophyta
Chlorophyta
Chrysophyta
Pyrrophyta.
Cryptophyta Cryptophyta
Euglenophyta
Rhodophyta.
chlorophyll A; phycocyanobilin,
phycoerythrobilin
chlorophylls A, B
chlorophylls A, B
chlorophylls A, C, and C2; fucoxanthin
chlorophylls A,C, C2; peridinin, fucoxanthin
chlorophylls chlorophylls A, C2; phycocyanobilin
chlorophylls A, B
chlorophyll A; D
phycoerythrobilin
Dalam mensintesa makanan (fotosintesis), di dalam tubuh alga ada sejumlah
karbohidarat yang tersimpan sebagai cadangan makanan berupa pati (starch)
(alga hijau), laminarin( alga coklat) dan florideon starch (alga merah) ini
menurut Dawes (1981) terutama pada makro alga laut.
2.3 Reproduksi dan siklus hidup alga
Reproduksi adalah perkembangbiakan dari suatu orgsanisme menjadi
organisma yang baru. Reproduksi adalah salah satu strategi untuk
memepertahankan keberadaan populasinya di alam, agar tidak punah karena,
predasi, kompetisi, hama dan penyakit dan aging (Kimbal 1992). Ada dua cara
reproduksi yaitu cara aseksual dan seksual, yang amat berbeda antara cara yang
satu dengan yang lainnya. Pada alga juga berlaku kedua macam cara reproduksi
tersebut. Yaitu reproduksi aseksual dan seksual.
12
2.3.1 Reproduksi secara aseksual.
Reproduksi aseksual yaitu di mana suatu organisme baru dihasilkan dari
induk tunggal, tanpa adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina. Reproduksi
aseksual dapat terjadi dengan cara pembelahan sel, fragmentasi dan spora.
Pembelahan sel cara biner untuk jenis alga uniselular, dari satu sel menjadi dua
sel. Cara fragmentasi adalah thalus alga dipotong-potong atau dibagi-bagi
menjadi beberapa bagian yang kemudian nantinya jika hidup pada substrat yang
cocok akan tumbuh menjadi individu yang baru. Kemudian reproduksi aseksual
dengan cara spora adalah dimana spora dapat diproduksi dalam sel vegetatif
yang normal atau sel khusus. Spora yang dikeluarkan akan membentuk individu
yang baru. Spora dapat bersifat motil maupun non motil. Pada Reproduksi
aseksual, Individu baru yang dihasilkan adalah sama persis dengan induknya.
Pada makro alga lebih khusus pada alga merah Gracilaria sp. tetraspora
yang dihasilkan oleh alga tetrasporophyte akan mengalami meosis terlebih dahulu
sehingga terjadi reduksi jumlah kromosom terbagi yang tadinya diploid menjadi
haploid. Spora ini akan tumbuh menjadi individu yang baru yaitu alga
gametophyte jantan dan betina yang haploid, dan hidup bebas di alam.
2.3.2 Reproduksi secara Seksual
Reproduksi seksual terjadi karena adanya penyatuan gamet jantan dan betina.
Gamet mungkin identik dalam bentuk dan ukuran (isogamy) dan (heterogamy)
yang berbeda. Beberapa bentuk sederhana alga seperti Spirogyra bereproduksi
dengan metode konjugasi reproduksi seksual. Dalam proses konjugasi, dua untai
berserabut (atau dua organisme) dari bahan jenis alga yang sama pertukaran
genetik melalui tabung konjugasi. Antara dua untai, salah satu bertindak sebagai
donor dan lain berfungsi sebagai penerima. Setelah bertukar materi genetik, dua
alur terpisah dari satu sama lain. Penerima kemudian dapat menimbulkan
organisme diploid. Proses reproduksi secara seksual pada alga yang lebih maju
lagi jaringan reproduksinya, dimulai ketika alga
13
gametofit jantan dan gametophyte betina dewasa menghasilkan gamet haploid
melalui pembelahan sel mitosis, yang kemudian melebur menjadi satu (fertilisasi)
untuk membentuk zigot diploid yang berkembang menjadi tumbuhan sporophyte
atau tetrasporophyte.
Jadi pada alga kedua macam reproduksi (aseksual dan seksual) dapat
berlangsung di dalam satu siklus hidupnya. Dan akan terjadi pergantian generasi
dari generasi tetrasporophyte atau sporophyte yang diploid (2n) menjadi generasi
gametophyte haploid (1n) yang hidup bebas di alam (Free living) .Tetapi ada juga
dimana kedua fase tersebut ada bersamaan hidup bebas di alam. Apabila kedua
generasi alga tersebut dalam penampilan/ penampakan thalusnya terlihat sama
disebut isomorphik dan jika berbeda disebut heteromorphik.
Contoh alga isomorfik yang siklus hidupnya triphase yaitu Gracilaria sp.
Siklus hidupnya yaitu sebagai berikut (lihat gambar 5). Dimana Siklus
hidup Gracilaria sp ini juga terjadi pada kebanyakan alga merah, dimana akan
melalui tiga generasi (trifasik) yaitu generasi tetrasporophyte (2n) dan generasi
gametophyte(1n) yang merupakan tanaman yang hidup bebas di alam. Dan
generasi karposporophyte tidak hidup bebas di alam (non living) wujudnya kecil
seperti bintil-bintil disebut cystocarp (2n), menyerupai parasit tetapi bukan parasit
yang hidupnya menempel pada batang gametophyte betina. Terjadinya Cystocarp
(2n) ini berawal dari peleburan antara gamet (1n) jantan dan betina (1n), terjadi di
carpogonial branch yang ada trikogen. Setelah fertilisasi kemudian membentuk
cystocarp yang didalamnya terdapat spora disebut carpospora. Cystocarp ini 2n
yang tidak dapat hidup bebas dan tidak bergerak (bersifat parasit).Nanti saat
cystocarp ini membuka dan carpospores ini keluar dilepaskan ke perairan
kemudian carpospora ini akan menempel pada substrat yang cocok dan akan
tumbuh dan berkembang menjadi individu yang baru yaitu
tetrasporophyte.Tanaman tetrasporophyte ini setelah dewasa akan membentuk
spora yang disebut tetraspora(2n), spora ini akan mengalami meosis, membela dan
terjadi reduksi kromosom dari 2n menjadi 1n.
14
Setelah mendapatkan substrat yang cocok maka ia akan tumbuh dan
berkembang menjadi individu yang baru yaitu alga gametophyte jantan dan
Gambar 5. Siklus Hidup Alga Gracilaria sp (Gerung, 2001)
betina. Setelah dewasa menghasilkan gamet dan terjadi fertilisasi,
membentuk cystocarp lagi dan seterusnya. demikian siklus hidup ini berlangsung
di alam.(Dawes, 1981;Dawson 1966).
.
15
3. MANFAAT ALGA
3.1 Ekonomi
Alga sejak dahulu telah dimanfaatkan oleh manusia sebagai makanan dan
obat-obatan. Dahulu kala di Cina alga digunakan sebagai jenis makanan istimewa
dan disajikan kepada kaisar Cina. Demikian juga dengan di Jepang, orang jepang
menganggap alga sebagai jenis makanan yang penting. Alga telah dimanfaatkan
untuk di makan langsung sebagai lalapan, asinan, oleh manusia bahkan hewan
ternak. Alga dijadikan bahan makanan karena mengandung komposisi utama
sebagai bahan pangan yaitu karbohidrat. Sebagian besar karbohidrat terdiri
sebagai bahan gumi, maka hanya sebagian kecil saja yang dapat diserap dalam
pencernaan manusia, sehingga baik juga untuk di gunakan sebagai bahan diet
makanan. Kandungan protein dan lemak juga sangat sedikit. Begitu pula dengan
kandungan mineralnya, yang paling banyak terdiri dari natrium dan kalsium.
Kadar airnya cukup besar terutama alga laut yaitu mencapai 80-90 persen.
Kandungan gizi alga yang terpenting adalah pada trace element, khususnya
yodium. Sehingga orang yang banyak mengkonsumsi alga laut terhindar dari
penyakit gondok yang disebabkan karena kekurangan zat yodium.
Dalam dinding sel alga laut yang terdiri dari senyawa polisakarida yaitu selullosa
yang mengandung bahan phycocholloid yang dapat diekstrak untuk dimanfatkan
sebagai bahan baku dalam berbagai industri, yaitu mengandung agar, karageenan
dan asam alginat, yang dapat diekstrak untuk dipakai dalam industri makanan,
tekstil, farmasi dan industri kertas, pupuk, dan lain-lain. Sehingga alga ini
mempunyai nilai ekonomis.
Menurut Zaneveld (1956) dalam Kordi (2010) bahwa ada 56 jenis alga yang telah
di manfaatkan di Indonesia, yang meliputi 16 jenis alga hijau, 9 jenis alga coklat
dan 31 jenis alga merah. Selanjutnya Anggadiredja et al (1996) berhasil
menginventarisir 61 jenis dari 27 famili rumput laut yang sudah bisa dijadikan
makanan oleh masyarakat wilayah pesisir dan 21 jenis dari 12 famili yang telah
digunakan sebagai obat tradisional. Dan ada 10 jenis alga paling banyak
dibudidayakan di belahan dunia. Sedangkan Jenis alga yang dapat dimanfaatkan
16
sebagai bahan baku untuk pembuatan kertas. Adalah Ptilophora sp
3.1.1 Agar
Agar adalah produk kering tidak berbentuk (amorphous), mempunyai sifat
seperti gelatin, dan merupakan hasil ekstraksi non nitrogen. Tidak semua alga
menghasilkan agar, hanya alga merah yang masuk dalam kelompok agarophyte-
lah yang memproduksi agar. Sifat-sifat agar antara lain, dengan kemurnian tinggi
tidak larut dalam air dingin, tetapi larut dalam air panas, etanolamida dan
foramide (Selby dan Wyne, 1973 dalam Hermiati, 1992). Pada suhu 32oC – 39ºC
berbentuk solid dan tidak mencair pada suhu dibawah 85ºC (Sugiarto dkk,( 1978).
Dalam keadaan kering alga sangat stabil, pada suhu tinggi dan pH rendah akan
mengalami degradasi. Agar memiliki daya gelasi yang cukup baik, dan komponen
agar yang bertanggung jawab atas daya gelasi tersebut adalah agarose. Daya
gelasi agar juga tergantung pada spesies alga serta perbedaan kondisi daerah dan
iklim (Winarno, 1990). Nilai kandungan agar dan kekuatan gel dari beberapa
spesies alga dapat dilihat pada tabel 3. Pada tabel 3 menunjukkan bahwa
kandungan agar pada Gracilaria sp berkisar antara 8-44 %. (Gerung,2001;
Kumampung ,dkk 2006 dan Sariono, dkk 1999). Pada alga Gracilaria perplexa
sp.nov. kandungan agarnya kurang lebih 30 % dan tipe agarnya adalah agar yang
mengandung muatan sulfat atau agaropektin (Byrne,dkk 2002).
Selain pada tabel 3 alga lain juga yang mengandung agar yaitu Gelidium,
Gracilaria sp, Pterocladia sp, dan Acanthopeltis japonica.
Secara komersil agar dapat dipisahkan menjadi agarose dan agaropektin.
Agarose umumnya bebas sulfat sedangkan agaropektin mengandung muatan
sulfat (Bird dan Benson, 1987).
Senyawa-senyawa penyusun agar-agar agarose dan agaropektin adalah :
a. Neutral agarose ; (13) D-galaktosa dan (14) anhydro-L-galaktosa
b. Methylated agarose ; (13) 6-0-methyl-D-galaktosa dan (14) anhydro-
L-galaktosa.
c. Pyruvated agarose, (13) 4,6 0-1 carboxyethylene) D-galaktosa dan
(14) anhydro-L-galaktosa
17
d. Sulphated galactan, (1) D-galatosa dan (14) L-galaktosa-6-sulphate
3.1.2 Kegunaan Agar
Agar digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri. Seperti industri
makanan, farmasi, industri kertas, tekxtil dan lain-lain.
Industri Makanan.
Agar digunakan dalam industri makanan, pada bermacam-macam makanan
ditambahkan sebagai bahan baku didalam adonan atau resep. Seperti
pembuatan pudding, sup, sayuran dan berbagai jenis kue. Didalam pembuatan sup
dan saus fungsinya untuk menambah viscositas. Didalam pembuatan es krim,
permen jelly, digunakan untuk mengentalkan, begitu juga dalam susu.
Tabel 2. Kandungan Agar dan Kekuatan Gel alga Gracilaria sp.
Jenis Alga Kandungan
Agar (%)
Kekuatan Gel
(gr/cm2)
Lokasi Sumber
Gracilaria bursapastories
- Gametophyte
- Tetrasporofit
Gracilaria salicornia
- Gametophyte
- Tetrasporofit
Gracilaria salicornia
Gracilaria salicornia
Gracilaria chilensis
Gracilaria vermiculophylla
Gracilariopsis longissima
Gracilariaopsis lemaneiformis
Gracilaria vermiculophyla
Gracilaria coronopifolia
37,50
38,30
20,20
9,52
8,6 0
10
11-16
11,6 - 45,7
11,6- 45,7
Menurun 25%
15,3
17,5-21,0
22, 40 ± 0,7
29,20 ± 1,8 91,29 42,92
80,00
- -
22,25 - 85,00
22, 25 - 91,00
954
1,064
560-652
Mediterranean coast, France Pantai Malalayang, Manado. Bibit dari Teluk Manado,Budidaya di Jepang (terkontrol) Malaysia Australia Selatan Teluk California Teluk California Teluk California - Pantai Tongkaina, Manado
Soriano,dkk (1998)
Kumampung,dkk
(2006)
Gerung,dkk(1999).
Phang 1994 dalam Kumampung(2006) Bayrne, dkk (2002)
Rojas,dkk (2004)
Rojas,dkk (2004)
Leija,dkk (2004)
Higuera,dkk 2008) Watung (2011).
18
Pada pembuatan es krim dan keju peranan agar juga mengatur keseimbangan dan
memberikan kehalusan (smoothness). Karena daya buihnya yang rendah.
Didalam makannan peranannya juga sebagai pemenuhan karbohidrat meskipun
sulit dicerna dan bergizi rendah, digunakan sebagai bahan diet, untuk
melangsingkan. Dalam minuman juga digunakan sebagai clarifying agent pada
minuman bir, anggur, kopi dan sebagai stabilisator dalam minuman coklat.
Dalam hal pengangkutan ikan yang telah dimasak dan diawetkan, ikan akan
dimasukkan kedalam gel agar-agar. Hal ini telah dilakukan oleh beberapa negara.
Di Jepang telah lama menggunakan agar-agar dalam proses pengalengan ikan
tuna, fungsinya untuk mencegah terjadinya warna hitam. Di Australi
menggunakan teknik ini untuk menghindari atau melindungi terjadinya proses
pembusukan ikan.
Industri Farmasi
Dalam bidang farmasi peranan agar biasanya digunakan sebagai media kultur
bakteri untuk uji coba berbagai jenis antibiotika. Selain penumbuhan bakteri juga
jamur, dimana biasanya di dalam media agar tersebut ada penambahan nutrien
kedalam media kultur bakteri. Agar-agar untuk pertumbuhan bakteri sebaiknya
masih tetap cair bila digunakan sampai 42oC dan tetap kuat pada suhu 37
0C
bakteri yaitu menggunakan suhu incubator. Ada beberapa bakteri yang mampu
mencerna agar-agar yaitu bakteri Vibrio agar lequefaciens dan ada lagi bakteri
lainnya, ada 20 jenis bakteri. Bakteri ini juga digunakan untuk menguji apakah
kandungan phycocoloid yang diekstrak dari alga benar-benar agar atau bukan,
karena bakteri ini tidak memakan karagenan.
Selain itu juga dipakai sebagai bahan tambahan pada kapsul pembungkus obat.
Juga sebagai bahan pengental dalam berbagai jenis obat sirup.
Juga sebagai bahan baku dalam kosmetika sebagai cream, lotion, untuk
mengentalkan.
Industri Tekstil
Agar digunakan dalam proses textile sizing. Bagi agar yang bermutu tinggi
19
digunakan untuk proses sizing pada kain sutra, yang mutunya rendah digunakan
untuk jenis tekstil macao, muslin, nonsoaks, voil dan lain lain. Agar yang baik
dapat diambil dari chondrus dan Gigarina.
Industri Fotografi
Agar-agar bermanfaat terutama dalam proses pembuatan pelat film. Meskipun
pada mulanya mereka lebih memilih gelatin untuk proses pembuatan pelat film
tetapi sekarang memakai agar-agar karena lebih baik dari gelatin dalam hal untuk
mendapatkan pelat film yang lebih tipis, larut dalam air dan tidak meleleh dalam
suhu tropis serta cara pembuatannya lebih muda.
Industri Kulit
Agar digunakan dalam proses akhir industri kulit untuk memantapkan permukaan
kulit yang halus (gloss) dan kekakuan kulit. Juga pakai dalam pembuatan perekat
(adhesive) tingkat tinggi yang banyak digunakan dalam industri plywood.
3.1.3 Ekstraksi Agar
Untuk mengekstrak kandungan agar pada alga merah salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah menurut Chirapart dan Ohno (1993) yang telah di
modifikasi adalah sebagai berikut :
Sampel alga dijemur di bawah sinar matahari hingga kering, kemudian dengan
timbangan Ohaus alga kering ditimbang (A gram) sebanyak 5 gram dimasukkan
dalam 5 % larutan NaOH, diinkubasi selama 2 jam pada temperature 70oC dalam
water bath. Setelah itu dibersihkan dengan air. Selanjutnya alga dimasukkan
dalam 100 ml larutan H2SO4 1,5 % diaduk selama 1 jam. Kemudian dibersihkan
dengan air sampai semua asam tercuci bersih. Setelah itu sampel alga ditambah air
suling 150 ml kemudian direbus. Dalam keadaan panas agar disaring dengan kain
halus, didinginkan kemudian endapan tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu
60oC selama 24 jam. Selanjutnya agar ditimbang (B garam) utnuk diketahui
beratnya.
20
Prosentase agar dihitung dengan menggunakan rumus :
Berat kering Agar (B gram)
Agar (%) = ---------------------------------------- x 100
Berat Sampel Alga (A gram)
3.1.4 Kekuatan Gel agar
Untuk mengukur kekuatan gel digunakan metode Gel Strenght, yang
disederhanakan oleh Hatta dan Hermiati (1992). Larutan agar 2 gram dipanaskan
dengan larutan KCL dengan konsentrasi 0,3 % dalam 100 ml aquades. Filtrat yang
diperoleh dituangkan ke dalam 3 tabung reaksi sebanyak 15 ml, lalu diletakkan di
tempat datar dibiarkan menjedal pada suhu kamar. Kemudian tabung reaksi
dipasang pada alat pengukur kekuatan gel. Setelah itu beban (M) diletakkan pada
piring piston yang bagian atas mulai beban yang ringan. Kunci piston dibuka
dengan hati-hati. Dibiarkan piring piston pada bagian bawah (A) bergerak lambat
ke bawah sampai mengenai permukaan gel dan biarkan beberapa saat. Bila
permukaan tidak tembus, maka beban ditambah lagi secara hati-hati. Setiap
penambahan beban biarkan piston beberapa detik di atas permukaan gel, diamati
gerakannya. Perlakuan ini dilakukan terus sampai satu saat beban cukup berat dan
piring piston bagian bawah mampu menembus permukaan gel.
Kekuatan gel dapat dihitung degan rumus sebagai berikut :
M
Kekuatan Gel = ----------------------- gram/cm2
A
Dimana : M = Massa/berat beban (gram)
A = Luas piring piston bagian bawah (cm)
21
3.2 Ekologis
Secara ekologis alga laut merupakan mata rantai dalam siklus rantai
makanan di perairan karena memproduksi zat-zat organik dan mensuplai oksigen,
hasil akhir dari fotosintesis. Penahan substrat, dan sebagai penyaring air (Dawes
1981). Alga juga berfungsi sebagai bahan makanan dari berbagai jenis biota laut
seperti antara lain ikan, limpet dan siput, juga sebagai tempat berlindung dan
pembesaran.
Manfat lainnya secara ekologis adalah memelihara keutuhan terumbu karang
dengan cara melekatkan terus menerus berbagai potongan kalsium karbonat
menjadi satu, sehingga dapat memperkuat kerangka terumbu karang dari
kerusakan yang diakibatkan oleh gerakan ombak dan mencegah tertepisnya
potongan-potongan individual dan terumbu ( Nybakken, 1992). Menurut Duxbury
dan Duxbury, alga juga bermanfaat sebagai penghasil kapur yang berguna bagi
pertumbuhan karang di daerah tropis (Kumampung, dkk, 2009)
Dalam masalah global saat ini mengenai pencemaran di darat laut maupun udara,
mengantisipasi semua itu alga dapat dijadikan alternative dalam pemecahan
masalah tersebut. Masalah pencemaran dilaut oleh logam-logam berat telah
dilakukan. Beberapa spesies alga mampu mangadsorpsi ion-ion logam. Baik
dalam keadan hidup maupun dalam bentuk sel mati (biomassa) Beberapa laporan
mengemukakan bahwa gugus fungsi yang terdapat di dalam alga mampu
melakukan pengikatan dengan ion logam. Gugus fungsi tersebut terutama adalah
gugus karboksil, hidroksil, sulfudril, amino, iomodazol, sulfat, dan sulfonat yang
terdapat didalam dinding sel dalam sitoplasma.
Sedangkan masalah pencemaran udara salah satu penyebab karena tingginya
Carbondioksida di udara sehingga mengakibatkan meningkatnya pemanasan
bumi, melalui budidaya alga masalah emisi gas carbon akan teredam sehingga
akan terjadi pengurangan karbondioksida lewat proses fotosintesis.
22
4. TEKNOLOGI BUDIDAYA ALGA
Begitu banyaknya manfaat alga sehingga banyak dieksploitasi dan
lebih banyak diambil dari alam sedangkan kebutuhan akan alga cukup besar
sehingga produksinya tidak memenuhi kebutuhan yang ada. Untuk
mengantisipasi hal itu semua, maka perlu adanya usaha budidaya alga untuk
mendapatkan produksi yang maksimal.
Budidaya merupakan langkah yang paling tepat dalam usaha meningkatkan
produksi alga, sehingga diharapkan kebutuhan akan alga dapat terpenuhi
sesuai dengan yang diharapkan, suplai alga dapat lebih lancar,teratur baik
dalam jumlah maupun mutunya.
Dalam usaha budidaya ada banyak permasalahan yang dihadapi termasuk
masalah lokasi kelayakan budidaya. Pemilihan lokasi budidaya yang tepat
merupakan tahap awal yang harus dilakukan untuk melakukan kegiatan usaha
budidaya rumput laut atau alga laut yang berkelanjutan. Banyak factor yang
harus diperhatikan dalam pemilihan lokasi budidayaalga laut ini (Mubarak
et.al. 1990 dalam Radiarta, 2007). Lokasi budidaya yang baik adalah didaerah
teluk atau perairan yang setengah terbuka dengan pergerakan arus air dan
gelombang yang tidak terlalu keras. Untuk budidaya didasar (Bottom Cultur)
dasar perairan harus diperhatikan terutama jenis substratnya haruslah sesuai
dengan speises alga yang akan dibudidayakan.Juga kualitas perairan haruslah
sesuai untuk pertumbuhan alga. Masalah biologi alga seperti bibit, pemilihan
bibit yang baik atau bibit unggul, yang tahan terhadap hama dan penyakit.
Dari segi transportasipun harus diperhatikan terutama dalam hal pemasaran
nanti.
4.1 Pemilihan Jenis dan bibit unggul
Jenis alga yang ada di wilayah laut nusantara kita cukup banyak
temasuk yang mempunyai nilai ekonomis. Seperti jenis alga carragenophyt
(tanaman yang mengandung karagenan) dan jenis agarophyt (tanaman yang
23
mengandung agar-agar). Umumnya kedua jenis alga tersebut telah banyak
mendapat perhatian untuk diolah atau dikembangkan melalui teknik budidaya.
Pemilihan jenis alga yang akan dibudidayakan sangat tergantung pada produk
akhir yang diinginkan. Jika yang diinginkan hasil akhirnya adalah agar, maka
pilihlah alga jenis agarophyt seperti Gelidium, Gracilaria, Pterocladia sp dan
Acanthopeltis japonica dan Ahnfeltia plicata. Apabila produk akhir yang
diinginkan adalah karaginan maka pilih jenis alga yang jenis caragenophyt
seperti Gigartina, Hypnea dan Eucheuma.
Apabila hasil akhir yang diinginkan adalah asam alginate maka alga yang akan
dibudidayakan adalah kelompok alga coklat seperti Sargassum sp, Turbinaria
sp, Dictyota sp dan lain-lain. Dan dalam pemilihan jenis alga untuk
dibudidayakan harus melihat juga keadaan thallus alga tersebut yang diambil
adalah bibit unggul yang memenuhi beberapa persyaratan yang baik seperti ;
keasdaan fisik alga, harus kuat dan tahan terhadap cuaca buruk terutama
terhadap ombak, untuk menghindari terjadinya kerontokan. Alga ini juga harus
memiliki pertumbuhan harian (daily growth rate) yang cukup baik agar
produkktivitasnya akan tinggi. Selain itu juga alga harus yang bebas atau tahan
terhadap hama dan penyakit. Salah satu ciri bibit alga yang baik contohnya
pada alga jenis Eucheuma spinosum warnanya kemerah-merahan, dengan
duri dan percabangan yang lebih banyak (Winarno, 1990).
4.2 Metoda Budidaya
Metoda budidaya alga dapat dilakukan dalam beberapa cara, yang
paling sederhana atau tradisional adalah menanam atau membudidayakan
alga di tempat asalnya dengan cara menebarnya di sekitar perairan tempat
tumbuhnya yaitu pada substrat alami berupa tanah berpasir, atau batu
karang mati yang ada. Sedangkan yang telah menggunakan teknologi yang
lebih baik lagi memanfaatkan bahan-bahan yang ada seperti tali rafia, botol
aqua untuk pelampung. Dan yang lebih maju lagi adalah dengan
memanfaatkan material sebagai alat bantu budidaya alga yang lebih baik
lagi seperti menggunakan bola pelampung, tali nylon dan jaring dari bahan
polyetilen bahkan kerangka besi dan lain-lain hasil teknologi. Juga bibit
24
yang di gunakan untuk penanamanpun hasil dari kemajuan teknologi
seperti kultur jaringan.
4.2.1. Budidaya makro alga
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam budidaya alga adalah sebagai
berikut :
A. Pemilihan lokasi
- Perairan dasar pasir berbatu dengan tingkat kesuburan yang
baik
- Bebas dari hempasan ombak besar, jauh dari sumber air tawar
dan bahan pencemar
- Memiliki tingkat kesuburan yang baik
- Parameter kualitas air :
Kecerahan : 20-40 cm/detik
Suhu : 27-29oC
Salinitas : 30-33 ppt
pH : 7,5-8,2
Kecerahan : 4-6 m
Bahan organic: ≥ 50 ppm
B. Teknik budidaya
1. Sistem Terapung
Teknik budidaya system terapung ini biasanya menggunakan material
sebagai alat bantu untuk menggantungkan alga sehingga berada
dalam kondisi terapung di dalam kolom air tempat lokasi budidaya.
System terapung ini cara budidayanya dibagi atas; long line, rakit
apung dan jalur.
Long line
1. Bahan :
25
- Tali multifilament 12 mm sebagai tali utama (main line)
dan pemberat
- Tali multifilament 5 mm sebagai tali ris
- Tali multifilament 2 mm sebagai tali pengikat tali utama
dan pelampung
- Pelampung kecil (botol aqua) sebagai pelampung tali ris
- Pelampung bola (drum foam) sebagai pelampung
- Pemberat (beton, batu gunung dll)
- Tali rafiah/tali 2 mm /plastik es sebagai pengikat rumput