Top Banner
MODUL PEMBELAJARAN TROPICAL PLANT CURRICULUM PROJECT Kerjasama USAID – TEXAS A&M UNIVERSITY UNIVERSITAS UDAYANA DESEMBER 2011
33

Biodiversity and Local Genius

Nov 17, 2015

Download

Documents

Wahyu PM

Biodiversity and Local Genius
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • MODUL PEMBELAJARAN

    TROPICAL PLANT CURRICULUM PROJECTKerjasama

    USAID TEXAS A&M UNIVERSITY UNIVERSITAS UDAYANA

    DESEMBER 2011

  • DAFTAR ISI

    BAB I. KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGANKEARIFAN LOKAL

    1

    1.1. Sejarah Singkat Konsep Biodiveresity 1

    1.2. Nilai Penting Keanekaragaman Hayati2

    1.3. Keanekaragaman Hayati sebagai Konsep Konservasi

    Universal

    3

    1.4. Keanekaragaman Hayati dalam Perspektif Budaya Lokal 3

    1.5. Nilai Lingkungan + Nilai Budaya = Nilai Konservasi 4

    DAFTAR PUSTAKA 7

    BAB II. INTERPRETASI TRADISI LOKAL BALI UNTUKKEANEKARAGAMAN HAYATI

    8

    2.1. Pendahuluan 8

    2.2. THK dan Keanekaragaman Hayati9

    2,3, Kepercayaan dan Perlindungan Keanekaragaman Hayati 11

    2.4. Identifikasi dan Koleksi Tanaman Upakara 15

    2.5. Nilai-Nilai Universal Tradisi Bali 17

    DAFTAR PUSTAKA 20

    LAMPIRAN 21

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widi Wasa)modul pembelajaran terkait Konservasi Keanekaragaman Hayati Dengen KearifanLokal dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan modul ini sangat penting bagipembelajar agar lebih memahami serta merubah sikap untuk memberikan apresiasiyang baik terhadap keanekaragaman hayati bagi keberlanjutan kehidupan di dunia.

    Perubahan iklim global telah mengakibatkan berbagai bencana bagi kehidupanmanusia dan mahluk hidup lainnya, seperti banjir, longsor, kegagalan panen,kelaparan, musim dingin berkepanjangan dengan suhu dibawah toleransi kehidupanmakhluk hidup, dan lainnya, mengharuskan kita mengembangkan visi untukmerancang pembangunan berkelanjutan. Berbagai pilar kehidupan harmonis danberkelanjutan telah didiskusikan dalam berbagai buku dan artikel. Pilar-pilar yangberkembang menitik beratkan pada aspek ekologi, ekonomis, social, budaya (culture)dan religi yang menarik dipelajari untuk memberikan visi pembangunan berkelanjutan(sustainable development). Aspek ekologi berkaitan dengan keanekaragaman hayatiadalah salah satu pilar penting. Pada modul pembelajaran ini didiskusikan tentangkonservasi keanekaragaman hayati didukung oleh nilai-nilai kearifan lokal. Secarakhusus juga dijelaskan tentang ragam kearifan lokal Bali, yang dimanifestasikan kedalam ragam tradisi yang kuat, dapat dijadikan rujukan secara universal untukpelestarian keanekaragaman hayati dan untuk mendukung kehidupan berkelanjutan.

    Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telahmembantu memberikan informasi dan referensi untuk pengembangan modulpembelajaran ini. Semoga modul pembelajaran ini memberikan manfaat bagipembelajar.

    Denpasar, Desember 2011

    Ttd

    Penyusun

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 1

    BAB I.

    KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGANKEARIFAN LOKAL

    1.1. Sejarah Singkat Konsep Biodiveresity

    Terminologi Keanekaragaman Hayati atau biodiversity merupakan istilah

    baru yang dimuncul dan dipopulerkan tahun 1986 pada Forum Nasional

    Keanekaragaman Hayati (National Forum on Biodiversity) di Amerika Seikat.

    Forum ini diadakan atas prakarsa National Academy of Science dan Smithsonian

    Institute. Istilah biodiversity sebenarnya bermula dari penggunaan istilah biological

    diversity. Kata biodiversity berasal dari bahasa Yunani bios yang berarti hidup dan

    bahasa Latin diversitas yang berarti aneka ragam. Gabungan kedua kata tersebut

    memunculkan pemaknaan baru, yaitu kehidupan yang beraneka ragam.

    Terminologi ini dikemudian hari menjadi suatu konsep dalam konteks

    perlindungan dan pelestarian alam.

    Perhatian terhadap persoalan biodiversity muncul karena ledakan populasi

    manusia yang berimplikasi pada penurunan kondisi lingkungan alam. Pertumbuhan

    manusia di muka bumi ini menuntut ruang untuk hidup dan juga berbagai

    sumberdaya alam lain untuk menunjang hidup. Segala aktivitas terkait pemenuhan

    kebutuhan hidup manusia dapat dianggap sebagai suatu persaingan dengan

    mahluk hidup lain. Sekitar 12% species burung dan 23 % species mamalia berada

    dalam kondisi terancam punah (Sponsel, 2008). Keadaan ini tentu mengancam

    kehidupan manusia di masa mendatang.

    Pada KTT Bumi tahun 1992 yang diselenggarakan oleh Perserikatan

    Bangsa-Bangsa, di Rio De Jainero Brasil, dilakukan penandatanganan Konvensi

    Mengenai Keanekaragaman Hayati (Convention on Biological Diversity) oleh 150

    negara yang menghadirinya. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikut

    menandatangani konvensi tersebut kemudian menegaskan pengakuannya dalam

    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan

    United Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi Perserikatan

    Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati). Penetapan UU ini

    merepresentasikan pengakuan sekaligus kesadaran pemerintah atas kekayaan

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 2

    sumber daya alam Indonesia yang beraneka ragam dan ancaman ketersediaannya

    akibat dari kegiatan manusia.

    UU No.5 Tahun 1994 mendefinisikan keanekaragaman hayati sebagai

    keanekaragaman diantara mahluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya,

    daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta kompleks-kompleks ekologi yang

    merupakan bagian dari keanekaragamannya; mencakup keanekaragaman di dalam

    species, antara species dan ekosistem. Definisi tersebut merupakan terjemahan dari

    definisi biological diversity yang tercantum dalam Convention on Biological

    Diversity.

    Keanekaragaman hayati mencakup keragaman gen, species, dan proses

    ekologi yang membentuk sistem kehidupan di darat, perairan air tawar, dan laut

    yang saling mendukung dan membentuk keragaman di muka bumi. Implikasi

    konsep biodiversity adalah kesadaran dan kesepahaman antar negara akan nilai

    penting dan tanggung jawab bersama dalam menjaga dan melestarikan

    keanekaragaman hayati tersebut.

    1.2. Nilai Penting Keanekaragaman Hayati

    Sumber daya alam merupakan suatu kekayaan yang tiada nilainya bagi

    kehidupan manusia. Kebutuhan manusia pada masa kini tidak hanya terbatas pada

    kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan akan kesehatan juga menjadi

    hal penting dalam hidup manusia. Semua kebutuhan manusia tersebut disediakan

    oleh alam. Dengan kata lain, manusia tergantung pada alam. Sementara alam itu

    sendiri terbentuk dari susunan hubungan saling ketergantungan antara elemen satu

    dengan lainnya yang sangat kompleks.

    Ditinjau dari sudut pandang ilmu ekologi, Odum dalam bukunya

    Fundamentals of Ecology (1996) menyebutkan saling ketergantungan antara

    organisme hidup dan lingkungnnya. Hubungan yang terjalin antar elemen adalah

    saling mempengaruhi sehingga arus energi mengarah pada struktur makanan,

    keanekaragaman biotik, dan daur material. Kehilangan atau ketidakseimbangan

    salah satu elemen pada mata rantai arus energi tersebut sudah tentu akan

    menyebabkan gangguan pada yang lain pada sistem tersebut.

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 3

    1.3. Keanekaragaman Hayati sebagai Konsep Konservasi Universal

    Keanekaragaman hayati sebagai suatu konsep universal dalam perspektif

    konservasi telah menjadi salah satu tujuan utama dalam Millennium Development

    Goals (MDGs) dan menjadi fondasi bagi beberapa poin MDGs yang lain. Perhatian

    negara-negara di dunia pada konservasi keanekaragaman hayati tentunya tidak

    berlebihan. Konsep konservasi biodiveristy tidak mengenal batas-batas administrasi

    negara, Mahluk hidup seperti burung tidak mengenal teritori negara seperti yang

    dikenal umat manusia. Sebagai contoh, burung blackburnian wabler dan scarlet

    tanager di benua amerika utara akan berimigrasi ke hutan-hutan tropis selama

    musim dingin (Wilson & Peter, 1988). Hutan-hutan tropis tersebut tentunya tidak

    berada di Amerika tetapi di negara Brasil,Venezuela, Peru dan lima negara lain

    yang dibentengi oleh kawasan hutan trois tersebut.

    Setiap penghuni bumi sama-sama memiliki kepentingan untuk bertahan

    hidup. Masing-masing negara dan bahkan kelompok komunitas masyarakat

    memiliki cara-cara tersendiri untuk melindungi sumber daya yang mereka miliki.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep keanekaragaman hayati merupakan hal

    yang bersifat universal.

    1.4. Keanekaragaman Hayati dalam Perspektif Budaya Lokal

    Sementara dari perspektif budaya, konsep biodiversity tidak dapat lepas dari

    faktor manusia yang memiliki tanggung jawab terhadap keberlangsungan

    keanekaragaman yang ada di muka bumi. UNESCO dan UNEP pada KTT Dunia

    mengenai Pembangunan Berkelanjutan yang diadakan di Johannesburg tahun 2002

    menyatakan bahwa pembangunan yang lestari memerlukan keanekaragaman

    budaya dan keanekaragaman hayati sebagai komponen yang sama penting dan

    utama. Maksud dari pernyataan tersebut adalah untuk melindungi keanekaragaman

    hayati dan sekaligus menghargai dan mengakui hak dan peran masyarakat lokal

    sebagai agen utama yang menjaga dan membentuk keanekaragaman hayati.

    UNESCO menyatakan bahwa kita tidak akan bisa memahami dan

    mengkonservasi lingkungan alam kita jika tidak memahami kebudayaan dari

    manusia yang ikut membentuk alam tersebut. UNEP bahkan menyebutkan bahwa

    keanekaragaman budaya merupakan pencerminan dari keanekaragaman hayati.

    Kedua pernyataan tersebut merupakan pengakuan bahwa masing-masing budaya

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 4

    memiliki pengetahuan, praktik-praktik, maupun representasi budaya lain dalam

    memanfaatkan dan menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Hal-hal

    tersebut terefleksikan dalam keseharian hidup dan tradisi lokal setempat yang

    sering disebut dengan kearifan lokal.

    Berbagai contoh dari praktik-praktik masyarakat lokal yang menerapkan

    aktivitas konservasi biodiversity dapat dijumpai di seluruh belahan dunia. Seperti di

    negara Zimbabwe Afrika Selatan, masyarakat yang tinggal di dekat hutan di

    sepanjang aliran sungai Musengezi percaya bahwa hutan yang ada di dekat

    pemukiman mereka adalah hutan keramat. Penduduk dilarang mengambil hasil

    hutan tanpa meminta ijin melalui seorang pawang yang merupakan medium dari

    roh-roh yang tinggal di dalam hutan. Masyarakat setempat yakin bahwa roh leluhur

    mereka tinggal dalam hutan. Roh-roh penduduk yang meninggal juga akan

    bergabung dengan leluhur mereka di hutan dalam wujud satwa liar, misal: para

    kepala suku akan mengambil wujud hewan singa.

    Kearifan lokal dalam menjaga keanekaragaman hayati ini tidak saja

    dilakukan oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari sumber daya alam

    yang ada di darat. Masyarakat pesisir pun memiliki kebajikan setempat dalam

    menkonservasi ekosistemnya. Sebagai contoh di negara Tanzania, penduduk pesisir

    memiliki kepercayaan bahwa gugusan terumbu karang dijaga oleh roh-roh jahat

    sehingga mereka tidak berani sembarangan menangkap ikan di area tersebut.

    Kepercayaan ini tentu sangat membantu mengkonservasi habitat terbaik untuk

    pemijahan biota-biota laut.

    1.5. Nilai Lingkungan + Nilai Budaya = Nilai Konservasi

    Masing-masing budaya lokal memperlihatkan ketergantungannya pada

    alam untuk hidup. Ketergantungan ini secara otomatis menghasilkan perilaku

    penghargaan terhadap alam beserta segala isinya yang terwujud dalam berbagai

    bentuk tradisi, ritual, ataupun aturan-aturan adat sebagai produk budaya dari

    manusia yang tinggaldi lingkungan tersebut. Wujud budaya yang muncul bersifat

    fisik maupun non-fisik, literal maupun simbolisasi. Bentuk-bentuk fisik yang

    terlihat seperti persawahan terasering dan adanya alokasi hutan penyangga seperti

    sawah terasering Banaue-Filipina dan juga di Bali-Indonesia. Bentuk non-fisik

    dapat berupa manajemen pengaturan jenis tanaman dan siklus tanam hingga

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 5

    organisasi adat yang mengelola lanskap alam tersebut, contoh organisasi subak di

    Bali. Sementara bentuk literal muncul seperti pada pemberian kain berwarna pada

    pohon besar yang dapat dijumpai di Thailand dan juga di Bali untuk menegaskan

    bahwa pohon tersebut tidak dapat ditebang dengan sembarangan.

    Gambar 1. Pohon Besar dengan Lilitan Kain Merah-Kuningdi Thailand Sumber: Sponsel (2008)

    Gambar 2. Pohon Besar dengan Lilitan Kain Belang Hitam-Putih di Bali-Indonesia

    Media ritual adat juga banyak dipakai oleh masyarakat lokal untuk

    mengapresiasi keanekaragaman hayati. Masyarakat di Bali menggunakan sarana

    ritual sebagai wujud rasa syukur atas pemanfaatan sumber daya alam hayati yang

    dapat mereka peroleh. Beberapa ritual dikhususkan oleh masyarakat Bali untuk

    menghormati/menghargai alam, seperti tumpek wariga/tumpek uduh. Dalam

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 6

    kesempatan tersebut masyarakat Bali memuliakan Tuhan dalam manifestasinya

    sebagai pencipta segala tumbuhan yang memberikan kehidupan bagi manusia.

    Ritual ini biasanya dilakukan di sawah dan kebun milik penduduk. Makna ritual ini

    adalah untuk memohon kepada Tuhan agar melimpahkan berkah sehingga tanaman

    dapat tumbuh dengan subur dan memberikan hasil panen yang baik untuk

    kesejahteraan manusia. Makna filosofi yang terkandung dalam ritual ini adalah

    bahwa manusia diingatkan untuk selalu menghargai tumbuhan yang menjadi

    sumber pangan dan manusia tergantung pada tumbuhan untuk hidup. Masyarakat

    Bali juga mengenal upaya menjaga ekosistem hutan melalui suatu upacara yang

    disebut Wanakerti, yaitu suatu upacara yang diadakan di kawasan hutan pura

    Batukaru. Salah satu bagian dari upacara ini adalah pelepasan satwa ke hutan.

    Makna filosofi konservasi ekosistem hutan melalui ritual diiringi dengan tindakan

    melepas satwa kembali ke hutan sebagai pengingat bahwa satwa liar juga memiliki

    hak hidup di hutan. Manusia bukanlah satu-satunya mahluk hidup yang

    memerlukan hutan dan produk hutan untuk hidup.

    Kearifan tradisi yang terkandung pada masing-masing budaya memang

    bersifat lokal, namun makna inti dari produk budaya tersebut memiliki benang

    merah yang sama, yaitu konservasi keanekaragaman hayati sebagai suatu nilai yang

    bersifat univesal. Bahasa dan pendekatan yang dipergunakan sangat mungkin

    berbeda, walaupun demikian, tradisi maupun pengetahuan yang lokal yang

    disampaikan mempunyai tujuan yang sama untuk melindungi lingkungan alam

    (Jopela, 2011; Garrett, 2007; Byers, Cunliffe & Hudak, 2001)

    Nilai-nilai lingkungan yang tercermin dari praktek-praktek kearifan lokal

    meliputi perlindungan, pemanfaatan secara lestari, dan pemeliharaan. Nilai tersebut

    berhubungan secara langsung, saling terkait, dengan sistem kemasyarakatan dan

    sosial suatu komunitas. Semua kegiatan diterapkan untuk dilaksanakan semua

    anggota komunitas dan ditujukan untuk kepentingan dabn kebaikan bersama.

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 7

    DAFTAR PUSTAKA

    Byers, B.A., R.N. Cunliffe, and A.T. Hudak. 2001. Linking Conservation ofCulture and Nature: A Case Study of Sacred Forest in Zimbabwe. HumanEcology, Vol. 29, No. 2, p.187-218.

    Garett, L. 2007. Attitudinal Values Towards Sacred Groves, Southwest Sichuan,China. Thesis. Faculty of Natural Science, Impreial College London.

    Isager, L. and S. Ivarsson. 2002. Contesting Landscapes in Thailand: TreeOrdination as Counter-territorialization. Critical Asian Studies, Vol.34,No.3, p395-417.

    Jopela, A. 2011. Traditional Custodianship: a useful framework for heritagemanagement in southern Africa? Special issue of Conservation andManagement of Archaeological Sites on Archaeological site managementin sub-Saharan Africa.

    Sponsel, L.E. 2008. Sacred places and biodiversity conservation. D. Casagrande(ed.) URL:http://www.eoearth.org/article/Sacred_places_and_biodiversity_conservation

    Masalu, D.C.P., M.S. Shalli, and R.A. Kitula. 2010. Customs nd Tanoos: The Roleof Indigenous of Fish Stocks and Coral Reefs in Tanzania. Coral ReefTargeted Research and Capacity Building for Management Program,Melbourne.

    Odum, E.P. 1996. Dasar-dasar Ekologi, ed.3 (terjemahan). Samingan, T.(penterjemah). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

    Sardiana, I K. et al. 2010. Taman Gumi Banten: ensiklopedia tanaman upakara.Udayana University Press, Bali.

    Secretariat of the Convention on Biological Diversity. 2005. Handbook of theConvention on Biological Diversity Including its Cartagena Protocol onBiosafety, 3rd edition. Montreal, Canada.

    Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994 tentang PengesahanUnited Nations Convention on Biological Diversity (Konvensi PerserikatanBangsa-bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati).

    UNEP. 2003. Cultural Diversity and Biodiversity for Sustainable Development. Ajointly convened UNESCO and UNEP high-level Roundtable held on 3September 2002 in Johannesburg during the World Summit on SustainableDevelopment.

    United Nations. 1992. Convention on Biological Diversity.Wilson, E.O. and F.M. Peter (eds.) 1988. Biodiversity. National Academy Press,

    Washington, D.C.

    http://www.eoearth.org/profile/Leslie.sponselhttp://www.eoearth.org/article/Sacred_places_and_biodiversity_conservationhttp://www.eoearth.org/article/Sacred_places_and_biodiversity_conservation

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 8

    BAB II

    INTERPRETASI TRADISI LOKAL BALI UNTUKKEANEKARAGAMAN HAYATI

    2.1. Pendahuluan

    Kegiatan keseharian masyarakat Bali yang dilandasi oleh Agama Hindhu

    memberikan makna yang sangat berarti dalam pelestarian keanekaragaman hayati.

    Kepercayaan bahwa untuk mencapai tujuan hidup, yaitu kebahagiaan lahir dan

    batin, keselarasan atau keharmonisan interaksi dengan lingkungan social dan

    ekosistemnya serta dengan Tuhan sebagai pencipta alam semesta (Ida Sanghyang

    Widhi Wasa) telah menjadi landasan kepribadian serta prilaku dan secara luas

    menjadi tradisi atau budaya masyarakat Bali. Pilosofi kehidupan ini dituangkan

    dengan nama Tri Hita Karana (THK) yang berasal dari bahasa sansekerta, di mana

    Tri berarti Tiga, Hita berarti Sejahtera, dan Karana berarti Penyebab. Tri Hita

    Karana dapat dimaknai sebagai tiga hubungan harmonis yang menyebabkan

    kebahagiaan yang dalam hal ini adalah 1) hubungan yang harmonis antara manusia

    dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan), 2) hubungan yang harmonis antara

    manusia dengan sesamanya, dan 3) hubungan yang harmonis antara manusia

    dengan lingkungannya. Dalam terminology masyarakat Hindhu-Bali diwujudkan

    dalam tiga pilar berkehidupan yang harmonis dan sejahtera, yaitu parahyangan,

    pawongan, dan palemahan. Parahyangan adalah merupakan kewajiban setiap

    manusia (baca : Hindu) untuk mendekatkan dirinya kepada Sang Pencipta (aspek

    religius) yang secara umum diaktualisasi dalam bentuk tempat suci, pawongan

    merupakan pengejawantahan dari sebuah pengakuan yang tulus dari manusia itu

    sendiri, bahwa manusia tak dapat hidup menyendiri tanpa bersama-sama dengan

    manusia lainnya (aspek sosial). Sedangkan palemahan adalah bentuk kesadaran

    manusia bahwa manusia hidup dan berkembang di alam, bahkan merupakan bagian

    dari alam itu sendiri (aspek ekologi).

    Di dalam implementasinya, tiga pilar THK ini dituangkan ke dalam ajaran-

    ajaran agama hindu yang secara principal mengatur kehidupan manusia Bali agar

    harmonis. Implementasi ajaran-ajaran tersebut terkait dengan aspek religi, social

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 9

    dan ekologi yang saling berinteraksi telah menumbuhkembangkan ragam tradisi

    atau budaya Bali (Gambar 3).

    Gambar 3. THK dengan pilar yang saling terkait merupakan filosofi kehidupanharmonis dan berkelanjutan

    2.2. THK dan Keanekaragaman Hayati

    Secara sepintas aspek Palemahan dalam THK yang mengatur

    keharmonisan manusia dengan lingkungannya, termasuk lingkungan hayati,

    sepertinya terpisah. Namun secara filosofis aspek ini saling berkaitan dengan

    aspek parahyangan (religius) dan pawongan (social masyarakat), dan telah

    menjadi tradisi komunal yang dimanifestasikan berbagai kegiatan religious.

    Tradisi-tradisi ini sedemikian kuatnya karena adanya kelembagaan-kelembagaan

    tradisonal yang mewadahi dan mengaturnya mulai dari tingkat provinsi, desa,

    banjar dan bahkan sampai tingkat komunitas kecil atau dadia.

    Tradisi-tradisi religious masih tetap bertahan walaupun arus globalisasi

    sedemikan derasnya. Arus globalisasi yang dicirikan oleh perubahan-perubahan

    kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya, meningkatnya pergerakan migrasi

    manusia, proses globalisasi, informasi berbasis digital dan teknologi komunikasi,

    knowledge-based economy, dan sebagainya (Delors, 1999) adalah tantangan

    terhadap nilai-nilai dan tradisi THK untuk tetap dapat dipertahankan, terlebih lagi

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 10

    Bali adalah tujuan wisata nasional maupun internasional. Tantangan ini terlihat

    dengan kadang terjadi pertentangan antara lembagat adat sebagai pengawal nilai-

    nilai THK dan tradisinya dengan lembaga formal birokrasi pemerintahan terkait

    dengan mengalirnya investasi komersial di sector pariwisata dan pendukungnya.

    Di pihak Lembaga Adat dan masyarakatnya tetap ingin mempertahankan tradisi

    dengan segala aktivitasnya yang dilandasi oleh nilai-nilai THK , sedangkan di

    pihak lembaga formal pemerintahan menginginkan masuknya investasi intuk

    meningkatkan secara sgnifikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai wujud

    keberhasilan pimpinan pemerintahan. Pertentangan dan tensi antara modernisasi

    dan tradisi telah pula ditulis di dalam bukunya Delors (2010) Learning: the

    Tresure Within yang menggambarkan perubahan-perubahan akibat globalisasi

    memasuki abad ke 21. Secara tersirat di jelaskan bagaimana nilai-nilai tradisi atau

    budaya suatu daerah yang mengusung nilai-nilai pengembangan berkelanjutan

    dapat terdektruksi oleh arus modernisasi/globalisasi. Nilai-nilai THK mesti tetap

    dipertahankan walaupun tradisi atau budaya sedikit mengalami perubahan dalam

    penyesuaiannya dengan globalisasi. Atau dengan kata lain, perubahan tradisi

    dalam mengadopsi nilai-nilai positif globalisasi mesti tetap berlandaskan nilai-nilai

    THK.

    Modernisasi atau dapat dikatakan globalisasi cenderung meningkatkan

    konsumsi energi sebagai akibat dari investasi komersial di berbagai sector, seperti

    di Bali erat kaitannya dengan investasi di bidang pariwisata. Kebutuhan energi

    adalah untuk memenuhi suplai fasilitas pariwisata demi kenyamanan wisatawan

    (hotel, restoran dan industry pendukungnnya), maka eksplorasi energi yang dapat

    berpengaruh destruktif dan bertentangan dengan nlai-nilai THK akan mengalami

    pertentangan. Nurse (2006) menyebutkan bahwa ekonomi untuk kebanyakan small

    island developing states (SIDS) untuk pariwisata tergantung pada eklpoitasi bio-

    systems seperti perikanan dan terumbu karang. SIDS juga sangat rentan terhadap

    degradasi lingkungan, sehingga berakibat ganda yaitu di samping merusak

    ecological sub-system juga mengurangi kapabilitas ekonomi dan social daerah

    tersebut.

    Perkembangan pariwisata yang dinamis mengikuti perkembangan global,

    telah berakibat pada peningkatan standard dan kebutuhan hidup masyarakat Bali,

    sedangkan kapasitas ekonomi dan social terjadi kecenderungan menurun. Hal ini

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 11

    memberikan tantangan hebat terhadap eksistensi tradisi dengan dengan landasan

    nilai-nilai THK. Tantangan terlihat dengan jelas pada tradisi di sektor pertanian

    sejalan dengan banyaknya alih fungsi lahan ke sector non-pertanian terutama untuk

    pengembangan infrastruktur pariwisata. Sehingga perlu batasan yang jelas sampai

    di mana pengembangan infrastruktur tersebut mesti dilakukan dikaitkan dengan

    carrying capacity Bali sebagai daerah wisata, dan tidak merusak tradisi yang

    berlandaskan nilai-nilai THK.

    Nilai-nilai luhur THK semestinya selalu dijadikan pertimbangan

    pengembangan kebijakan pemerintah daerah Bali untuk kepentingan

    masyarakatnya dengan tradisi dan budayanya. Atau dengan kata lain, segala

    investasi atau pengembangan di berbagai sektor mesti mempertimbangkan dan

    memenuhi nilai-nilai THK dengan salah satu tujuannya adalah melindungi

    keanekaragaman hayati untuk kehidupan berkelanjutan.

    2.3. Kepercayaan dan Perlindungan Keanekaragaman Hayati

    Ajaran-ajaran agama Hindu dituangkan ke dalam upacara atau yadnya

    adalah berlandaskan pada filsafat THK. Ada lima kategori yadnya yang disebut

    Panca Yadnya. Panca Yadnya terdiri atas Dewa Yadnya. Pitra Yadnya, Resi Yadnya,

    Manusia Yadnya dan Buhta Yadnya. Dewa Yadnya adalah suatu korban suci yang

    ditujukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi dan para Dewa-dewa, Pitra Yadnya adalah

    suatu penyaluran tenaga (sikap, tingkah laku dan perbuatan) atas dasar suci yang

    ditujukan kepada leluhur untuk keselamatan bersama. Resi Yadnya adalah upacara

    keagamaan yang ditujukan kepada Rsi atau orang suci. seperti upacara penobatan calon

    sulinggih (mediksa), mengaturkan punia kepada para sulinggi, mentaiti dan

    mengamalkan ajaran-ajaran para sulinggih, membantu pendidikan calon sulinggih dan

    membuat tempat pemujaan beliau. Manusia Yadnya adalah suatu korban suci yang

    bertujuan untuk membersihkan lahir bathin dan memelihara hidup manusia dari

    terwujudnya jasmani di dalam kandungan sampai akhir hidup manusia, dan Bhuta

    Yadnya adalah suatu korban suci yang bertujuan untuk membersihkan alam beserta

    isinya. Pembersihan tersebut ditujukan pada dua sasaran yaitu pembersihan alam dari

    gangguan pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh para bhuta kala dan makluk yang

    dianggap lebih rendah dari manusia, dan pembersihan terhadap sifat bhuta kala dan

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 12

    makluk itu sehingga sifat baik dan kekuatanya dapat berguna bagi kesejahteraan umat

    manusia dan alam (Darma, 2008)

    Kaitan Panca Yadnya dengan tiga pilar THK adalah sebagai berikut: a)

    Hubungan antara manusia dengan Tuhan (palemahan) diwujudkan dengan Dewa

    Yadnya. b) Hubungan antara manusia dengan sesamanya (Pawongan) diwujudkan

    dengan Pitra Yadnya, Resi Yadnya dan Manusia Yadnya, dan c) Hubungan manusia

    dengan alam lingkungan (Palemahan) diwujudkan dengan Buhta Yadnya (Darma,

    2008). Terlihat bahwa yadnya yang terkait pemujaan keragaman hayati adalah pada

    yadnya ke lima (Butha Yadnya). Namun demikian, seluruh kegiatan yadnya

    berkontribusi terhadap pelestarian keanekaragaman hayati karena kebutuhan ragam

    bahan tanaman untuk sarana pemujaan, baik sebagai pelambang atau symbol, maupun

    sebagai sarana perlengkapan upakara (Tabel 1). Pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan

    dalam upacara memberi amanat atau pesan tanggungjawab atas pelestarian tumbuh-

    tumbuhan, agar pelaksanaan upacara bisa terus berlangsung.

    Tabel 1. Tenis bahan tanaman yang digunakan sebagai pelengkan upakara Hindu Bali.(Darma, 2008)

    Pemanfaatan dalamUpakara

    Jenis Bahan Tanaman dan Maknanya

    Sebagai pelambang atau symbol Dewa Pada pembuatan prosan daun sirih melambangkan Dewa Wisnu,

    kapur melambangkan Dewa Siwa dan buah pinangmelambangkan Dewa Brahma

    Sukma serira (badanhalus)

    Kelapa(Cocos nucifera Linn. )melambangkan kepala, kemiri (Aleuritesmolucana ) mata, daun delem (Pogostemon bortensis)telinga, bunga pudak (Pandanus sp) hidung, buah durian (Duriozibethinus L.) muka, bambu buluh (Bambusa sp) leher, Tebu(Saccharum officinarum L.f.) tangan, pisang kayu (Musaparadisiaca)tubuh, Tebu (Saccharum officinarum L.f.) kaki, danrimpang jahe (Zingiber officinalis ) jari kaki,

    Ketenangan Pelawa pada pembuatan Canang Genten sebagai symbolketenangan

    Ketulusan/kesucianhati

    Bunga pada pembuatan Canang Genten sebagai symbolketulusan/kesucian

    Sebagai Sarana Perlengkapan Upakara Rerampen( jejahitan

    ron busung)Daun kelapa dan enau muda yang dijarit

    Eteh-eteh banten serana dari upakara yang berasal dari bahan tumbuhan-tumbuhan (daun, bunga, buah, batang) untuk pengisi banten,pembuatan tirta dan persebahyangan ( pemuspan).

    Sistem pengairan yang berkembang untuk pengaturan pengairan lahan

    persawahan di Bali, dikenal sebagai Subak, dalam implementasinya

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 13

    menggambarkan ketiga pilar THK untuk menjaga keberlangsungan kehidupan yang

    harmonis. Pura Subak yang umumnya berada pada atau dekat hamparan

    persawahan merupakan cerminan aspek parahyangan, organisasi subak dengan

    anggotanya serta peraturan-peraturan atau awig-awig mensimbolkan pawongan.

    Sedangkan jaringan irigasi serta hamparan persawahan termasuk fauna dan

    floranya menyiratkan aspek palemahan (Sutawan, 2004).

    Pada sistem pengairan Subak ini terdapat ragam kegiatan petani seperti

    kegiatan-kegiatan ritual sebagai ucapan terima kasih kepada Ida Sang Hyang Widi

    Wasa. Para petani membangun pura-pura (tempat pemujaan) dengan hirarkinya

    mulai dari tempat pemujaan terendah oleh individu petani berupa Sanggah Catu

    yang ditempatkan di dekat masuknya air pada lahan persawahannya. Tempat

    pemujaan untuk sekelompok kecil petani disebut pura Ulun Carik. Pemujaan

    untuk keseluruhan petani pada satu Subak disebut pura Bedugul. Sedangkan

    tempat pemujaan yang berlokasi dekat dam untuk petani anggota subak disebut

    pura Ulun Empelan atau Ulun Suwi. Tempat pemujaan bagi kelompok petani dari

    subak berbeda disebut pura Masceti. Tempat pemujaan yang paling besar untuk

    keseluruhan subak di Bali disebut pura Ulun Danu. Sistem pengairan Subak lebih

    mengutamakan keseimbangan alam untuk pertanian berkelanjutan. Dengan

    kegiatan ritual, dikenal sebagai Nangluk Merana (pengendalian hama dan

    penyakit), para petani mengucapkan rasa terima kasih kepada Tuhan dan memohon

    agar proses produksi tanaman padi tidak mendapatkan gangguan hama dan

    penyakit.

    Gambar 4. Pura Subak Ulun Suwi (sebelah kiri) dan Pura Ulun Danu(sebelah kanan)

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 14

    Tradisi perayaan hari Tumpek Wariga (disebut juga Tumpek Pengatag,

    Tumpek Bubuh dan Tumpek Uduh) mencerminkan bahwa manusia Bali menyadari

    betapa pentingnya peranan tumbuhan untuk menjaga keseimbangan alam semesta

    demi kehidupan yang harmonis dan berkelanjutan. Pada perayaan Tumpek tersebut

    secara tradisi-religius masyarakat Hindu-Bali menyampaikan rasa terima kasih

    kepada Tuhan telah memberikan alam flora untuk menopang kehidupan manusia

    ciptaannya. Perayaan tumpek ini bermakna pula bahwa manusia berkewajiban

    menjaga alam tumbuh-tumbuhan atau flora dengan baik agar tidak terjadi bencana

    seperti kekurangan pangan, banjir, longsor, dan sebagainya. Kegiatan ritual ini

    digelar umat Hindu pada pepohonan di pekarangan, sawah dan ladang masing-

    masing merupakan salah satu bentuk apresiasi terhadap aneka jenis tumbuh-

    tumbuhan, yang selama ini mampu memberikan manfaat terhadap kehidupan umat

    manusia serta aneka jenis satwa lainnya. Tumpek Wariga dirayakan setiap hari

    Sabtu uku Wariga yang jatuh setiap 210 hari sekali.

    Gambar 5. Upakara tumpek pengatag

    Kepercayaan orang Bali yang dilandasi oleh Agama Hindu dapat

    memberikan konsekwensi positif terhadap perlindungan keanekaragaman hayati.

    Menempatkan Pura Kahyangan sebagai pura sakral dengan tidak mengijinkan

    investasi komersial di sector pariwisata dan pendukungnya di areal dengan radius

    tertentu dari pura (kawasan sempadan tempat suci) dapat membantu kelestarian

    keanekaragaman hayati yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Di samping

    itu adanya kawasan sempadan pantai, sempadan jurang, sempadan danau, dan

    hutan sangat mendukung pula kelestarian keanekaragaman hayati. Tentunya hal

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 15

    tersebut akan selalu mendapat tantangan di dalam mempertahankannya akibat

    tekanan pertumbuhan populasi penduduk dan globalisasi yang semestinya

    dicarikan solusinya.

    2.4. Identifikasi dan Koleksi Tanaman Upakara

    Kegiatan upacara keagamaan di Bali yang menggunakan ragam buah,

    bunga dan material tanaman lainnya sebagai persembahan ke hadapan Tuhan

    secara jelas memberikan kontribusi terhadap kelestarian hayati. Lembaga

    Pengabdian kepada masyarakat Universitas Udayana (2002) telah mendata ragam

    tanaman upakara dan telah menuangkannya ke dalam buku Taman Gumi Banten:

    Ensiklopedia Tanaman Upakara. Sebanyak 159 jenis tanaman upakara

    dideskripsikan dan diuraikan penggunaannya dalam upakara Hindhu.

    Selain itu, Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali, juga

    mengkoleksikan ragam tumbuhan yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan di

    Bali. Tanaman tersebut ditempatkan pada satu lokasi areal 5 ha yang dinamakan

    Taman Panca Yadnya. Pada tahun 2003 tercatat 462 jenis koleksi tanaman upakara

    (Sumantera dan Siregar, 2003). Usaha eksplorasi dan mengkoleksikan tanaman

    upakara juga dilakukan staff peneliti Kebun Raya Eka Karya lainnya (Sudi, dkk.

    2005). Dari hasil eksplorasinya di Kabupaten Bangli didapatkan 79 jenis tanaman

    yang digunakan pada kegiatan upakara. Disebutkan bahwa ada beberapa jenis

    tanaman yang keberadaannya sangat sulit dijumpai seperti bun sungsang (Gloriosa

    superb L.), ratu megelung (Ipomoea sp.) dan gatep (inocarpus edulis J.R. & G.

    Frost) sangat potensial untuk dikembangkan sebagai tanaman berkasiat obat dan

    tanaman hias di samping sebagai bahan untuk upakara Hindu.

    Pengobatan tradisional Bali (usada) yang dikenalkan oleh para leluhur juga

    menggunakan berbagai jenis tanaman dan merupakan ilmu pengetahuan

    penyembuhan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama Hindu. Usada adalah ilmu

    pengobatan tradisional Bali, yang ajarannya bersumber dari lontar. Lontar terkait

    pengobatan di Bali dapat dibagi menjadi dua golongan yakni lontar usadha dan

    lontar tutur (Nala, 1993). Di dalam lontar tutur (tatwa) berisikan ajaran aksara

    gaib atau wijaksara, ajaran anatomi, phisiologi, falsafah sehat-sakit, hari baik

    (padewasaan) mengobati orang sakit. Sedangkan di dalam Lontar Usada berisi

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 16

    tatacara memeriksa pasien, mendiagnosa penyakit, meramu obat, mengobati

    (terapi), memperkirakan jalannya penyakit (prognosis), upacara untuk pencegahan

    (preventif), dan pengobatan (kuratif). Selanjutnya di dalam Lontar Usada Taru

    Pramana berisikan penjelasan bahan-bahan obat yang berasal dari tumbuh-

    tumbuhan. Di dalam usada ini secara mitologi tumbuh-tumbuhan dikatakan dapat

    berbicara serta menceritrakan khasiatnya. Pelaksana pengobatan tradisional Bali

    yang betul-betul mempelajari usada dikenal sebagai Balian Usada. Beberapa jenis

    penyakit dan bahan tumbuhan yang digunakan untuk penyembuhan dapat dilihat

    pada Tabel Lampiran 1) (Prastika, 2009).

    Ragam tanaman umbi-umbian telah pula dimanfaatkan secara tradisional

    baik untuk pangan, obat dan upakara di Kabupaten Bangli dan Kelungkung telah

    pula diidentifikasi oleh Peneng, dkk. (2010). Daftar tumbuhan umbi yang telah

    diidentifikasi tersebut dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2. Dilaporkan bahwa

    pemanfaatan tumbuhan sebagai obat sudah sering digunakan namun minimnya

    pengetahuan masyarakat terhadap kandungan bahan aktif pada tumbuhan tersebut

    mengakibatkan jumlah yang digunakan masih beragam sesuai dengan kebiasaan di

    masing-masing daerah. Sehingga masyarakat lebih memilih mengkonsumsi obat

    jadi yang menurut mereka lebih tepat dosis dan komposisinya dan mulai

    melupakan untuk menanam tumbuhan yang sebenarnya sangat bermanfaat dan

    mereka butuhkan. Oleh karena itu sangat dibutuhkan usaha untuk mengkonservasi

    dan membudidayakannya secara intensif dari berbagai pihak mengingat tumbuhan

    tersebut sangat bermanfaat secara natural untuk kesehatan.

    Tirta (2010) secara khusus melaporkan bahwa tanaman Pranajiwa

    (Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn.) termasuk dalam suku Fabaceae, merupakan

    salah satu tumbuhan hutan yang berpotensi sebagai sumber obat tradisional

    Indonesia. Khasiat bijinya hanya dikenal terbatas di kalangan keluarga maupun

    masyarakat tertentu, yaitu sebagai penyegar tubuh dan sebagai obat perangsang.

    Selama ini telah diketahui bahwa sebagian besar tumbuhan obat penghasil bahan

    baku masih diperoleh dari alam yang merupakan tumbuhan liar dan hanya sebagian

    kecil saja yang diperoleh dari hasil budidaya. Saat ini populasi pranajiwa sudah

    berkurang bahkan termasuk dalam kategori dua ratus tumbuhan langka Indonesia.

    Tempat tumbuhnya terbatas pada wilayah hutan dengan lereng-lereng gunung yang

    tinggi, pengambilan yang terus menerus dari alam tanpa adanya usaha untuk

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 17

    membudidayakannya menyebabkan populasinya terus menurun sehingga pada

    akhirnya akan mengalami kelangkaan. Berdasarkan hal di atas perlu kajian tentang

    ekologi, fenologi dan etnobotaninya.

    Pada daerah sakral hutan lindung dan merupakan tempat hidup monyet

    yang disucikan, yaitu Monkey Gorest, Desa Ubud, Bali, tumbuh aneka ragam

    tumbuh-tumbuhan yang secara tidak langsung juga melestarikan keanekaragaman

    plasma nuftah penting untuk kehidupan masyarakat Bali. I Made Dana sebagai

    local informan memberikan list 163 species tanaman yang bermanfaat yang

    tumbuh pada hutan lindung tersebut. Ragam spesies tersebut bermanfaat untuk

    anyaman (handcraft), pangan, tanaman dekorasi, obat-obatan, makanan bagi

    binatang, dan sebagainya. Bahkan pelaku pengobatan tradisional Bali menjadikan

    hutan lindung ini untuk mencari tanaman obat karena tanaman yang dibutuhkan

    sudah langka dan sulit dicari. Hal ini menunjukkan kesakralan hutan lindung

    sebagai local genius sangat mendukung pelestarian keanekaragaman hayati.

    Gambar 6. Monkey Forest di daerah Ubud-Bali sebagai sebagai kawasan konservasikeanekaragaman hayati (Sumber Gambar: http://www.balistarisland.com)

    2.5. Nilai-Nilai Universal Tradisi Bali

    Nilai-nilai tradisi yang berlandaskan pada Tri Hita Karana adalah

    merupakan nilai-nilai yang dapat diadopsi secara universal. Nilai-nilai THK yaitu

    keterikatan manusia dengan penciptanya, dengan sesamanya serta dengan

    lingkungannya yang pada intinya menjaga keharmonisan kehidupan secara luas

    dapat dijadikan dasar dari pembangunan berkelanjutan bagi Negara di seluruh

    belahan dunia. Di Bali, nilai-nilai THK telah dijadikan kriteria penilaian hotel-

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 18

    hotel yang berwawasan pembangunan berkelanjutan dengan cara memberikan

    penghargaan/award yang dikenal sebagai THK award. Pemberian THK award

    telah pula diperluas diberikan kepada instansi-instansi pemerintah dan tentunya hal

    ini merupakan praktik-praktik baik untuk pelestarian lingkungan dan keharmonisan

    interaksi sosial.

    THK juga sejalan dengan konsep reliable prosperity yang terdiri dari tiga

    elemen yaitu Equity, Ecology dan Economy (Gambar 7) yang mengklaim bahwa

    secara bersama ketiga elemen tersebut dari kerangka visual dan konseptualnya

    dapat digunakan oleh individu, bisnis, pemerintah dan organisasi nirlaba untuk

    menumbuhkan benih inovasi serta inspirasi (Jacobs, 2009). Konsep The Nature of

    Economis dicanangkan oleh Jane Jacobs, the founder dari Eco Trust, bahwa

    Working along with natural principles of development, expansion, sustainability,

    and correction, people can create economies that are more reliably prosperous

    than those we have now, and that are more harmonious with the rest of nature."

    Perbedaan antara THK dengan Reliable Prosperity dari Ecotrust adalah; pada

    Reliable Prosperity, ekonomi sebagai salah satu elemen atau pilar utama dan tidak

    menempatkan religi sebagai pilar penting, sedangkan THK menempatkan aspek

    ekonomi sebagai aktivitas yang mesti berlandaskan pada ketiga pilar yaitu

    parahyangan, pawongan dan palemahan. Sehingga konsep Reliable Prosperity

    dapat dikatakan cenderung sebagai konsep Barat dan THK sebagai konsep

    Timur. Interaksi ketiga pilar THK telah menumbuhkan tradisi atau budaya kuat

    dalam melestarikan keanekaragaman hayati.

    Konsep lain dari pengembangan berkelanjutan disampaikan pula oleh Nurse

    (2006) yang menempatkan Culture atau Budaya sebagai pilar penting. Disebutkan

    bahwa dengan menempatkan Culture sebagai pilar penting memungkinkan pilihan

    kebijakan berpihak terhadap pembangunan berkelanjutan. Pilar lainnya adalah

    keseimbangan ekologi, keadilan social dan integritas/kepercayaan individu. Kalau

    dibandingkan dengan THK, maka THK adalah nilai-nilai kehidupan yang harmonis

    dan berkelanjutan yang telah menumbuhkan ragam tradisi atau budaya dan menjadi

    way of life orang Bali yang bergantung pada biodiversity..

    UNESCO-UNEP (2003) menyebutkan bahwa cultural diversity sebagai

    penghubung atau pengikat krusial antara dimensi pembangunan/pengembangan

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 19

    yang intangible dan tangible. Pembangunan tangible dapat diukur kaitannya

    dengan kesehatan manusia, kamampuan ekonomi, aliran komoditi, jaminan fisik

    terhadap keamanan dan produktivitas (dimensi materialistic). Sedangkan

    pembangunan intangible terdiri atas semangat partisipasi, antusiasme penguatan,

    apresiasi pengakuan dan aspirasi (dimensi moral). Disebutkan bahwa banyak

    projek pembangunan gagal karena kegagalan mengkaitkan kedua dimensi tersebut

    secara persuasive.

    Secara jelas bahwa nilai-nilai THK merupakan nilai-nilai universal yang

    dapat diimplementasikan untuk pembangunan berkelanjutan khususnya bagi

    Negara-negara sedang berkembang.

    Gambar 7. Visual frame work dari Reliable Prosperity (Jacobs, 2009)

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 20

    DAFTAR PUSTAKA

    Darma, I D. P. 2008. Upacara agama hindu di bali dalam perspektif pendidikankonservasi tumbuhan ( suatu kajian pustaka). UPT Balai KonservasiTumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali LIPI Candikuning, Baturiti,Tabanan Bali. Published on http://online.unud.ac.id.

    Delors, J. 1999. Learning: the treasure within. Report to UNESCO of theInternational Commission on Education for the Twenty-first Century.UESCO Publishing.

    Lembaga Pengabdian kepada masyarakat Universitas Udayana (2002). TamanGumi Banten: Ensiklopedia Tanaman Upakara. Udayana University Press.

    Nala, N. 2002. Usada Bali. Diternitkan oleh Upada Sastra, Denpasar, Bali.Nurse, K. 2006. Culture as the Fourth Pillar of Sustainable Development.

    Institute of International Relations, University of the West Indies, Trinidadand Tobago.

    Peneng, I N., Wibawa, I P.A.H., Warseno, T., Hendriyani, E., Kurniawan, A. danAdjie, B. 2010. Etnobotani Umbi-Umbian Di Kabupaten Bangli danKlungkung, Bali. Prosiding Seminar Nasional Hortikultura Indonesia2010 Reorientasi Riset untuk Mengoptimalkan Produksi dan Rantai Nilai,Denpasar 25-26 Nov 2010.

    Prastika, I N. 2009. Usada Pengobatan Tradisional Bali. Universitas HinduIndonesia. Diunduh pada http://www.unhi.ac.id/?t=2&no=16 tanggal 20Feb. 2012.

    Sudi, I M., Puja Antara, I G.N. dan Terus I N. 2005. Eksplorasi TumbuhanUpacara Agama Hindu di Kabupaten Bangli, Bali. Laporan TeknikProgram Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam, Kebun RayaEka Karya Bali.

    Sumantera, I.W. dan Siregar, M. 2003. The conservation of ceremonial plants inBali Botanical Garden. International Congress Botanical Gardens. BaliBotanical Garden BGCI. Candikuning, Bali.

    Sutawan, N. 2004. Tri Hita Karana and Subak: In Search for Alternative Conceptof Sustainable Irrigated Rice Culture. Uploaded fromwww.maff.go.jp/j/.../i.../sympo_sutawan.pdf on 20 Feb. 2012

    Tirta, I G. 2010. Studi Ekologi, Fenologi dan Etnobotani Pranajiwa(Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn.). Prosiding Seminar NasionalHortikultura Indonesia 2010 Reorientasi Riset untuk MengoptimalkanProduksi dan Rantai Nilai, Denpasar 25-26 Nov 2010.

    UNESCO-UNEP (2003). Cultural Diversity and Biodiversity for SustainableDevelopment. A jointly convened UNESCO and UNEP high-levelRoundtable held on 3 September 2002 in Johannesburg during the WorldSummit on Sustainable Development.

    http://www.unhi.ac.id/?t=2&no=16

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 21

    Tabel Lampiran 1. Ragam spesies tanaman umbi-umbian yang dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit dalam pengobatan tradisionalBali (Usada) ( Prastika, 2009).

    No Nama Penyakit Bahan Usada Cara Meramu1 Tilas Naga Obat Luar: Kules lelipi (kulit ular), Daun Nasi-

    Nasi, Injin, Kunyit, Hati ayamBihing (merah) dibakar

    Semua bahan obat tersebut di gerus (Ulig) ditambah air panas,setelah itu disaring. Air saringannya ditambahkan bedak. Dipakaisebagai bedak pada kulit yang sakit.

    Obat Dalam: Lunak (asem), Gula Bali, Kunyit(kunir), Madu.

    Kunyit (kunir) dikikih (diparut), lunak, gula bali, dan madu digerus dan ditambahkan air angat satu gelas kemudian disaring.Air saringannya diminum 3 X sehari (Pagi, Sore, dan Malam).

    2 Tilas Bunga Obat luar: Jahe, Kunyit (kunir), Kencur, kerikanpohon cempaka, jajan begina matah dibakar, aircuka.

    Jahe, Kunir, Kencur, Kerikan Pohon Cempaka, Jajan beginadigerus (ulig) ditambah air cuka kemudia disaring. Air saringandipakai obat Oles pada kulit yang sakit.

    Obat dalam: Padang Sendok, Lamongan, Temu-temu, madu, jeruk Nipis.

    Padang Sendok, Lamongan digerus ditambahkan air angat satugelas kemudian airnya diperas. Air perasan ditambahkan air jeruknipis dan madu, diminum 3 kali.

    3 Penyakit Lepra Hong taen sapi, hong tiing, hong telagi, hongdedalu, hong bulan,buni selem, umbi game,lunak tanek selem, cuka belanda, wiski.

    Hong taen sapi, hong tiing, hong telagi, hong dedalu, hongbulan, buni selem, umbi game, lunak tanek selem, semua bahantersebut digerus sampai halus kemudian disaring danditambahkan cuka belanda, dan wiski.Catatan: Dilakukan pembersihan (lukat) di Pemuhun (tempatPembakaran jenazah; dan disertai dengan mengaturkan caru.

    4 kusta, bulenan(kurap), dan Lepra

    Obat dalam:Buah jebug + Kakap Sedah + BuahBase + Gambir

    Buah jebug + Kakap Sedah + Buah Base + Gambir digerussampai alus kemudian ditambahkan air panas secukupnyadisaring; airnya diminum satu sendok makan setiap hari 3 kali(Pagi, Siang, dan Sore).

    5 Obat Luar : Kakap sedah + Jahe + Isen Kapur+ Kesune Jangu + Akah Paku Dukut + InanKunyit.

    Kakap sedah + Jahe + Isen Kapur + Kesune Jangu + Akah PakuDukut + Inan Kunyit semuanya digerus dipakai boreh.

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 22

    No Nama Penyakit Bahan Usada Cara Meramu6 Alergi Kulit Kakap Base + Inan Kunyit + Dakep-dakep Kakap Base + Inan Kunyit + Dakep-dakep digerus kemudian

    ditambahkan air panas disaring diminum sebagai loloh.7 Bengek (Sulingan) Air Bungkak (kelapa Muda), Daun Kesimbukan,

    Daun Pancar Sona,Sari Kuning, Air Damuh.Air Bungkak (kelapa Muda), Daun Kesimbukan, Daun PancarSona, Sari Kuning direbus. Airnya disaring ditambahkan airDanuh dipakai Tutuh (obat masuk melalui hidung).

    8 Batuk Kering Obat Dalam : Bunga belimbing Buluh, DaunPancar Sona, Bawang Metambus, Daun Sulasihmihik, Kencur. Jeruk nipis.

    Bunga belimbing Buluh, Daun Pancar Sona, BawangMetambus,Daun Sulasih mihik, Kencur ditumbuk dimasukkandalam kantong plastic kemudian dikukus setelah itu diperas. Airperasannya ditambahkan jeruk nipis diminum 3 X dalam sehari.

    Obat Luar : Biji Nangka, Mesui, Jebuharum,jahe

    Biji Nangka, Mesui, Jebuharum, jahe digerus (ulig) ditempelkanpada dada (ulu hati).

    9 Kohkohan (BatukBerdahak)

    Obat Dalam: Daun Belimbing Besi, Kunir, KulitKelapa Ditambus, Bawangditambus, Lunak.

    Daun Belimbing Besi, Kunir, Kulit Kelapa Ditambus, Bawangditambus, Lunak. Digerus (ulig) ditambahkan air Panas,kemudian disaring. Air saringannya diminum.

    Obat Luar: Bungkil Biu dang saba, Bawangmetambus, kepik Waru, minyakkelapa bali.

    Bungkil Biu dang saba, Bawang metambus, kepik Waru digeruskemudian ditambahkan minyak kelapa bali dipakai obat tempelpada tulang Gihing.

    10 Penyakit saluranPernapasan

    Bahan Obat : Liligundi Sekemulan + KesunaJangu + Kencur + Beras

    Liligundi Sekemulan + Kesuna Jangu + Kencur + Beras digerussampai alus ditambahkan air panas secukupnya.

    11 Penyakit batukBerdarah

    (Jahe Pahit + Jeruk Nipis + Minyak Dehedigunakan sebagai loloh).

    12 Buh (PerutMembesar)

    Biji Tabu (waluh), Pepaya matang, Kentang,Wortel, sendok cuka, sendok brem, kecapmanis.

    Biji Tabu (waluh) dinyanyah kemudian digerus, Pepaya matang,Kentang, Wortel dikihkih kemudian dikukus airnya diambilditambahkan sendok cuka. sendok brem, kecap manis,lalu diminum untuk obat.

    13 Mag. Obat Dalam : Ketela Bun (rambat), Garamsedikit, Air Titisan.

    Ketela Bun (rambat) diparut, ditambahkan Garam sedikit, AirTitisan kemudian dimakan sehari empat kali.

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 23

    No Nama Penyakit Bahan Usada Cara Meramu14 Obat Luar: Kulit manggis, Kesuna Jangu, Abu

    (arang), minyak kelapa bali. Kulit manggis, Kesuna Jangu, Abu (arang) digerus sampai haluskemudian ditambahkan minyak kelapa bali ditempelkan pada uluhati.

    15 Perut Panas danAtau dingin karenainfeksi

    Bidara Upas Bidara Upas Direndam Dengan Air Panas, setelah dingindiminum dengan dosis tiga gelas dalam satu hari.

    16 Berak Darah Sri Kaya Masak + Es Batu sampai dingi,kemudian dimakan..

    Babakan Jati + Bawang Adas + asaban Cenana digerus sampaialus kemudian disaring dijadikan loloh

    17 Perut Sakit Kerikan Buah + Kerikan Gedang + Bangle TigaIria + Uyah, Areng.

    Kerikan Buah + Kerikan Gedang + Bangle Tiga Iria + UyahAreng dipapak disimbuhkan dibagian perut yang sakit.

    18 Sakit Tulang Obat Luar : Akar Kayu Tulang, Akar SambungTulang, Akar kayu Tiwang, Akarliligundi, kelapa ental, sindrong jangkep.

    Akar Kayu Tulang, Akar Sambung Tulang, Akar kayu Tiwang,Akar liligundi, kelapa ental, sindrong jangkep digerus kemudiandigoreng dipakai untuk boreh pada bagian yang sakit. Bata merah digambar dengan Ongkara dipanaskan dandiatasnya diisi daun liligundi secukupnya dan diinjak dengan kakiyang sakit sampai keluar air pada kaki yang sakit.

    Obat Dalam : Daun Paye Puuh, Kuncuk Pule,Daun Ginten Cemeng, Temukus,akah kayu angket, temu ireng, jahe pahit

    Daun Paye Puuh, Kuncuk Pule, Daun Ginten Cemeng,Temukus, akah kayu angket, temu ireng, jahe pahit digeruskemudian ditambahkan air panas secukupnya dan disaring. Airsaringannya diminum 3 kali dalam sehari.

    19 Puruh atauBelahan

    kulit telur ayam, daun sembung, mesui, cekuhnunggal, buah base,daun dagdag.

    kulit telur ayam, daun sembung, mesui, cekuh nunggal, buahbase digerus sampai halus kemudian ditempelkan pada kepaladitutup dengan daun dagdag. Catatan dalam pengobatan tidakboleh kena asap, merokok, kena air. Dan untuk obat urutnyadipergunakan bawang merah, kayu putih, limo diurut pada tulangbelakang (tulang gihing).

    20 Obat RambutRontok

    Obat luar: Kelabet, daun langir, daun mangkok,lidah buaya, putih semangka

    Kelabet, daun langir, daun mangkok, lidah buaya, putihsemangka pusuh di lablab kemudian disaring, airnya dimasukkan

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 24

    No Nama Penyakit Bahan Usada Cara Meramupusuh. ke dalam botol ditutup kemudian didinginkan dalam air baru

    dipakai dikepala sampai kena kulit kepala.Obat Dalam : Daun jempiring, gula bali, Daun jempiring, gula bali digerus kemudian disaring diminum.

    21 Keputihan Obat Luar : Daun keliki, kulit manggis, bawangmerah.

    Daun keliki, kulit manggis, bawang merah digerus ditempelkanpada perut.

    Obat Dalam : Akah kemogan, tain yeh, umbiikose (sejenis isen).

    Akah kemogan, tain yeh, umbi ikose (sejenis isen) digerus danditambahkan air panas secukupnya kemudian disaring dandiminum sebagai loloh.

    22 Datang Bulan TakLancar.

    Obat Luar : temako, lunak, minyak tandusan temako, lunak, minyak tandusan digerus ditempelkan pada pusarpada malam hari.

    Obat Dalam : daun isen, gula bali, akah biudang saba, blangsah buah, sari kuning.

    daun isen, gula bali, akah biu dang saba, blangsah buah, sarikuning digerus kemudian ditambah air panas dan disaring, airnyadiminumuntuk obat

    23 Vagina Sakit Obat Luar : untuk Mandi : daun candi lateUntuk oles : jagung muda, gadung cina, buahkem, umbi ilak, daun ilak,

    direbus untuk air mandi.semuanya direbus disaring kemudian ditambahkan denganperbandingan 1 : 1 air mawar.

    24 Sakit Gigi tidak adaocel

    Bahan Obat :Untuk gosok gigi : Getah kamboja ditambah odolatau garamObat kumur : Babakan ental, garam direbus, airrebusan dipakai kumur-kumur.Obat oles : Daun kayu anyeket, daun tabialombok, hatin bawang, air cendana

    Bahan digerus sampai halus.

    25 Sakit Gigi YangBerlubang

    Bahan Obat : arang Kau-kau, sembung, trusi. Arang Kau-kau, sembung, trusi digerus ditambahkan air panasdijadikan obat kumur.

    26 Sakit Gigi Bahan Obat : Jahe Pahit + Jeruk Nipis + MinyakDehe + Boton Tuwung , Kanji yang Tua.

    Jahe Pahit + Jeruk Nipis + Minyak Dehe + Botun Tuwung Kanjiyang Tua di lablab, kemudian airnya disaring dipakai obat kumur.Air Lumut dipakai Kumur-Kumur

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 25

    No Nama Penyakit Bahan Usada Cara MeramuObat Pitalitas(Wandu)

    Obat Dalam : Kuning Telur ayam, air kunir 1sendok, serbuk merica, madu

    dicampur dijadikan satu dan diminum sebagai loloh.

    Kuud ental, wortel, ketela. Kelapa metunu; semuanya itu digerus kemudian dikukus, airnya diambil dijadikanloloh.

    Buah Tibah dicocok dimasukkan garam, kemudian ditambus, kemudian diinjaktepat kena cekok kaki.

    Kelapa hijau muda+27 biji merica minumMempeenak Rasa : sari bunga pudak+madu+pijer,lalu disaring

    Dioleskan pada kelamin.

    Menghidupkan Penis : Lawos 3 iris+bawangTunggal 7 iris+daun jeruju dijadikan loloh + Tuak

    minum.

    Obat Luka Minyak Alu, Yeh Lunak, Yeh Jeruk Purut,Isen, Batang jepun di lablab atau ditambus airnya

    dipakai obat oles luka.dipakai obat oles.

    Mata Merah Bahan Obat :Air Batang Simbukan, Umbi tunjung, air kakap.

    Umbi Tunjung ditambus , ditambah air batang simbukan dan airkakap kemudian disaring; airnya dijadikan obat tetes.Air rebusan daun Kelor dipakai air mencuci mata setiap bangunpagi.

    Mata TumbuhDaging

    Darah Bulu ekor ayam, Darah Ekor lindungdipakai obat tetes mata.

    Kencing Darah Semangka + Gula Batu Semangka dicocok sampai berlubang kemudian dimasukkan gulabatu didiamkan selama satu hari, kemudian air semangka itudiminum untuk obat.

    Kencing Batu Kelungah Nyuh Mulung + Bunga Gedang Renteng+ Bawang Adas + Bulih Sutra + Jeruk Nipis.

    Kelungah Nyuh Mulung dilobangi dan dimasukkan Bunga GedangRenteng + Bawang Adas + Bulih Sutra + Jeruk Nipis, kemudiandidadah sampai matang. Airnya diminum lebih kurang dengan dosis2 sampai 3 kelapa dalam sehari.

    Kencing Manis Widara Upas + Jahe Pahit + Jeruk Nipis + SambiRoto + Bidara Upas.

    Widara Upas + Jahe Pahit + Jeruk Nipis + Sambi Roto + BidaraUpas direbus sampai mendidih dan air tinggal sepertiganya,kemudian disaring. Air saringannya diminum sebagai obat.

    Asam Urat Babakan Juwet + Babakan Book + Babakan Jepun Babakan Juwet + Babakan Book + Babakan Jepun + Pomor

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 26

    No Nama Penyakit Bahan Usada Cara Meramu+ Pomor Bubuk + Kesuna Jangu + Isen Pabuan +Air Cuka.

    Bubuk + Kesuna Jangu + Isen Pabuan digerus sampai aluskemudian ditambahkan air panas secukupnya disaring kemudian +Air Cuka.

    Obat Bengkak Jabug Arum 3 Biji + Inan Kunyit + Temutis abug Arum 3 Biji + Inan Kunyit + Temutis di kunyah sampaialus kemudian disimbuhkan pada tempat yang bengkak.

    Darah Kotor Buah Menori (di ambil bijinya yang muda) +Pancar Sona Sekembulan.

    Buah Menori (di ambil bijinya yang muda) + Pancar SonaSekembulan di Gerus Sampai Alus ditambahkan air panassecukupnya, kemudian disaring. Diminum sebagai loloh.

    Obat Jerawat Kakap Tabia Bun + Kesuna Jangu + Akah PakuJukut + Inan Kunyit.

    Kakap Tabia Bun + Kesuna Jangu + Akah Paku Jukut + InanKunyit di gerus sampai alus dijadikan boreh (bedak) pada Jerawat.

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 27

    Tabel Lampiran 2. Ragam spesies tanaman umbi-umbian yang dimanfaatkan secara tradisional di Kabupaten Bangli dan Kelungkung(Peneng dkk., 2010)

    No. Nama Tumbuhan Potensi Bagian yangdigunakan

    Khasiat / Kegunaan(Latin + Daerah)

    1 Acorus calamus L. Obat Akar dan umbi Untuk ramuan obat tradisional[ND. Jangu] Pangan Bunga dan daun

    mudaDapat dimakan dan daunnya dipakai untuk bumbu masak

    Upacara Daun Digunakan dalam upacara Pitra Yadnya/ kematian2 Alocasia sp. Hias Tanaman Sebagai tanaman hias di pekarangan rumah

    [ND. Keladi hitam]3 Amorphophalus muelleri Bl. Obat Umbi digunakan untuk obat pembersih rambut (shampo)

    [ND. Kula-kula] Pangan Daun digunakan untuk pakan ternak4 Colocasia esculanta (L.) Schott

    (ND. Keladi)Upacara Umbi Upacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya

    5 Dieffenbachia sp. Hias Tanaman Sebagai tanaman hias di pekarangan rumah6 Xanthosoma sp. Upacara Umbi digunakan sebagai sesajen/ banten saat upacara perkawinan

    [ND. Keladi tabah]7 Dioscorea alata L. Pangan Umbi pati dari umbinya bisa dimakan

    [ND. Ubi kepit] Upacara Umbi digunakan dalam upacara wana kretih8 Dioscorea alata L. pangan Umbi kandungan pati dari umbi bisa dimakan9 Dioscorea esculenta (Lour.)

    BurkillObat Umbi parutan umbi dapat digunakan sebagai obat pembengkakan khususnya di

    kerongkongan[ND. Ubi aung sunda] Pangan Umbi Patinya dapat dikonsumsi

    10 Cymbopogon nardus L. Rendle Obat Akar digunakan sebagai peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh dahak / obatbatuk, bahan untuk kumur, dan penghangat badan.

    [ND. Serai bokasi] Daun digunakan sebagai peluruh angin perut, penambah nafsu makan, pengobatanpasca persalinan, penurun panas dan pereda kejan, rebusan daunnya dapat

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 28

    No. Nama Tumbuhan Potensi Bagian yangdigunakan

    Khasiat / Kegunaan(Latin + Daerah)

    digunakan untuk rematik dan penghangat tubuh11 Alpinia galanga (L.) Swartz. Obat Umbi Untuk obat penurun panas, obat panu, rematik dan mengatasi kaki yang terasa

    berat, obat diare, obat batuk[ND.Isen kapur] Pangan Umbi Digunakan sebagai bumbu dapur

    12 Alpinia purpurata K. Schum. Obat umbi sebagai obat anti jamur, dapat digunakan sebagai sampo[ND. Isen merah]

    13 Alpinia sp. Obat Umbi Digunakan untuk loloh/ jamu.[ND. Isen tulang] Obat penyakit dalam

    14 Alpinia sp. Obat Umbi Digunakan untuk loloh/ jamu[ND. Isen merah] Obat penyakit dalam

    Hias Tanaman Sebagai tanaman hias di pekarangan rumah15 Boesenbergia pandurata

    (Roxb.) Schlecht[ND. Temu kunci]

    Obat Umbi Digunakan untuk loloh/ jamuObat penyakit dalam

    16 Curcuma aeruginosa Val. Obat Umbi Untuk loloh/ jamu, obat paru-paru yang kembung[ND.Temu ireng] Pangan Umbi Pati yang dihasilkan dapat dimakan

    Upacara Umbi Untuk Banten / sesajen tadah alas, digunakan dalam upacara wana kretih,upacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya

    17 Curcuma domestica Valeton [ND.Kunyit putih]

    Obat Umbi Untuk sakit batuk, mata, ambeyen, kepala, diare dan bisul.

    18 Curcuma longa L. Obat Umbi Obat luka dalam[ND. Temu agung]

    19 Curcuma mangga Val. & vanzijp [ND.Temu poh]

    Obat Umbi digunakan untuk loloh/ jamuberpotensi sebagai antikanker

    Upacara Umbi Upacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya20 Curcuma purpurascens Bl. Obat Umbi digunakan untuk boreh

    [ND. Temu tis] Pangan Umbi muda bagian tengah tunas yang masih segar dan rimpang muda dapat dimakanmentah ataupun dimasak untuk lalab.

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 29

    No. Nama Tumbuhan Potensi Bagian yangdigunakan

    Khasiat / Kegunaan(Latin + Daerah)

    Upacara Umbi Upacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya21 Curcuma xanthorrhiza Roxb. Obat Umbi digunakan untuk ramuan obat tradisional

    [ND. Temu lawak] Obat penghilang bau badanPangan Umbi umbi yang masih muda kadang-kadang digunakan untuk lalab, umbi yang

    kering diolah menjadi minuman, Patinya dapat digunakan sebagai bahanmembuat bermacam makanan.

    22 Curcuma zedoaria (Berg.)[ND. Temu putih]

    Obat Umbi Umbi kering dapat digunakan untuk kosmetik dan obat.Pangan Umbi muda dimakan untuk lalab dalam keadaan mentah atau setelah dimasak terlebih

    dahulu. Patinya juga dapat dimakan .Upacara Umbi Upacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya

    23 Curcuma sp. Obat Umbi Digunakan untuk loloh/ jamu[ND. Temu angin] Obat penyakit dalam

    24 Curcuma sp. Obat Umbi Obat luka dalam[ND.Temu jahe] Upacara Umbi Sebagai banten dalam Upacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya

    Upacara Umbi Upacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya25 Curcuma sp. Obat Umbi Obat luka dalam

    [ND. Kunyit warangan]26 Curcuma sp. Obat Umbi Digunakan untuk loloh/ jamu

    [ ND. Temu tiing] Obat penyakit dalam27 Curcuma sp. Obat Umbi Digunakan untuk loloh/ jamu

    [ ND. Temu bang] Obat penyakit dalam28 Curcuma sp. Obat Umbi Digunakan untuk loloh/ jamu

    [ND. Kunyit warangan] Obat penyakit dalam29 Curcuma sp. Obat Umbi digunakan untuk bahan jamu tradisional/ loloh

    [ND. Temu macan] Umbi digunakan untuk banten30 Kaemfperia rotunda L.

    [ND.Temu gongseng]Obat Tanaman utuh dapat digunakan sebagai pengusir serangga

    Digunakan untuk loloh/ jamuObat penyakit dalam

  • TPC Project, Udayana University Texas A&M University

    Hal | 30

    No. Nama Tumbuhan Potensi Bagian yangdigunakan

    Khasiat / Kegunaan(Latin + Daerah)

    Upacara Umbi Digunakan dalam upacara wana kretihUpacara Dewa Yadnya dan Pitra Yadnya

    31 Zingiber officinale Rosc. [ND.Jahe merah]

    Obat Umbi Untuk boreh, mengatasi rheumatik, mengobati reumatik, luka karena lecet,ditikam benda tajam, terkena duri, jatuh, serta gigitan ular,Penghangat tubuh,Obat batukUntuk menambah nafsu makan dan rasa mualmemperkuat lambung, dan memperbaiki pencernaan

    Daun Obat KompresUmbi Mengobati keracunan

    Upacara Umbi digunakan untuk Banten/ sesajen pada upacara Mamukur32 Zingiber officinale Rosc. [ND.

    Jahe pahit]Obat Umbi Mengatasi pembengkakan

    Mengobati sakit pada urat gigi33 Zingiber purpureum Rosc.

    [ND. Bangley]Obat Umbi Obat batuk

    34 Zingiber zerumbet Sm. [ND.Gamongan]

    Obat Umbi Obat batuk, Obat muntahPangan Daun digunakan sebagai lalapan dan untuk bumbu masakUpacara Umbi digunakan dalam upacara wana kretih , Upacara Dewa Yadnya dan Pitra

    Yadnya

    COVER(6).pdfBIODIVERSITY AND LOCAL GENIUS(2)